BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Teori 2.1.1
Investasi di Pasar Modal
Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan sejumlah keuntungan dari hasil penanaman modal tersebut di masa yang akan datang. Penelitian ini lebih memfokuskan pada investasi keuangan. Menurut Hartono (1998: 6) terdapat 2 bentuk investasi keuangan, yaitu: 1.
Investasi langsung, investasi ini silakukan dengan membeli
aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), dan di pasar turunan (derivative market), atau dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan yang dapat diperoleh di perusahaan komersial. 2.
Investasi tidak langsung, investasi ini dilakukan dengan
membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi yaitu perusahaan yang menyediakan jasa keuanngan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam suatu portofolio. Menurut Tandelilin (2001: 6-8) terdapat beberapa hal yang dijadikan dasar bagi seorang investor untuk pengambilan keputusan investasi yaitu:
1. Return, yang menjadi alasan utama orang berinvestasi adalah memperoleh keuntungan atau return. Return yang diharapkan oleh investor ini adalah kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang diterima merupakan suatu risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam keputusan investasi. 2. Risiko, umumnya semakin besar risiko yang ditanggung oleh investor dalam berinvestasi maka semakin besar pula tingkat return yang diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang memiliki keberanian yang tinggi maka dia akan memilih keberanian yang tinggi dengan harapan memperoleh tingkat return yang tinggi, dan demikian juga sebaliknya.
2.1.2
Analisis Rasio Keuangan
Analisa rasio keuangan merupakan sebuah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. (James dan John, 200: 202). Prastowo yang diacu dalam Achmad (2003: 57) mengartikan rasio sebagai pengukapan hubungan matematik suatu jumlah dengan jumlah yang lainnya atau perbandingan antara satu pos dengan pos yang lainnya. Rasio keuangan sangat penting bagi analis eksternal yang menilai suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang diumumkan. Penilaian ini meliputi masalah likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, efisiensi manajemen dan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang. Selain itu rasio keuangan berguna bagi analisis internal untuk membantu manajemen membuat evaluasi tentang hasil-hasil perusahaan, memperbaiki kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. Menurut Mott (1996) rasio merupakan angka yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang dihubungkan bersama-sama sebagai suatu presentase atau fungsi, sehingga pada akhirnya terlihat bahwa rasio ini berkaitan dengan pengukuran input dan output. Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Helfert (1996) mengungkapkan terdapat banyak rasio keuangan yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian kunerja keuangan. Akan tetapi manfaat yang sebenarnya dari setiap rasio keuangan sangat ditentukan oleh tujuan spesifik dari analis. Lebih lanjut rasio-rasio itu bukan merupakan kriteria yang mutlak. Rasio-rasio yang bermanfaat dapat menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau kinerja operasi, dan membantu menggambarkan kecenderungan serta pola perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menunjukkan kepada analis risiko dan peluang dari perusahaan yang sedang ditelaah. Terdapat banyak individu dan kelompok yang berkepentingan atas suatu perusahaan, antara lain:
pemilik (investor), manajer, pemberi pinjaman, karyawan, organisasi pekerja, agen pemerintahan dan masyarakat umum 2.1.3
Return On Equity (ROE)
Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Rate of Return on Equity), merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak (dikurangi dividen saham preferen, jika ada) dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih berkaitan dengan
pembayaran
deviden.
Rasio
ini
memberitahukan
kemampuan
menghasilkan laba pada nilai buku investasi pemegang saham dan seringkali digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Pengembalian
ekuitas
yang
tinggi
seringkali
merefleksikan
penerimaan
perusahaan atas kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. Return on Equity merupakan rasio dari laporan keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh return bagi investasi yang dilakukan
investor (pemegang saham), atau dapat dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan seberapa besar keuntungan yang menjadi hak stakeholders (Brigham, E. F., 1997). Return on Equity (ROE) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kenerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modalnya sendiri (Darmadji dan Hendy: 2006). Return on Equity atau tingkat pengembalian ekuitas pemilik mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba yang menjadi hak bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Menurut Mardiyanto (2009: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan. Menurut Bodie, Kane and Marcus (2002 ) Return on Equity ( ROE ) yang merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas ini merupakan salah satu dari dua faktor dasar dalam menentukan pertumbuhan tingkat pendapatan perusahaan. Ada dua sisi dalam menggunakan ROE, kadang-kadang diasumsikan bahwa ROE yang akan datang merupakan perkiraan dari ROE yang lalu. Tetapi ROE yang tinggi pada masa yang lalu tidak menjamin ROE yang akan datang masih tetap tinggi. Penurunan ROE merupakan bukti bahwa investasi baru pada perusahaan tersebut menghasilkan ROE yang lebih rendah dari investasi lama. Hal
paling penting dari para analis adalah tidak perlu menerima nilai historis sebagai indikator dari nilai yang akan datang. Menurut Riyadi (2006: 155) Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti) perusahaan. Rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan. ROE sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor, karena ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham. Fred dan Copeland (1999: 233) berpendapat bahwa ”Rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri digunakan untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham”. Fred dan Brigham (2001: 101) berpendapat bahwa ”Return On Equity (ROE) is the ratio of net income to common equity: measures the ratio of return on common stockholders investment”. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi makin tinggi. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196) angka ROE dapat dikatakan baik apabila > 12%. Return On Equity (ROE) Analisis Return On Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini
sering juga diterjemahkan sebagai rentabilitas modal sendiri (Hanafi dan Halim, 2000: 179). ROE merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (persentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis (Widiyanto, 1993: 53). Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001: 789) adalah,“membagi earning after tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut.” Menurut Sundjaja dan Barlian (2002: 122), “ROE adalah ukuran pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang saham biasa dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan.” Menurut Sartono, (2001: 124), “Return on equity adalah rasio yang mengukur kemampuan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.” Menurut Tambunan (2007: 179) ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas. Para analis sekuritas dan pemegang saham umumnya sangat memperhatikan rasio ini, semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga sahamnya. Menurut Harahap (2007: 156) ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula
harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik. Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Fara Dharmastuti, 2004). ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri (saham). Definisi rentabilitas modal sendiri (ROE) menurut Bambang Riyanto (2001: 44) sebagai berikuts: Return On Equity adalah perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Agnes Sawir (2001: 20) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas pemilik sebagai berikut: Adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (Networth) secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham. Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2004: 64) mendefinisikan Return on Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik sebagai berikut: Tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) merupakan suatu alat ukur dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa
maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. J.Fred.Weston dan Thomas E. Copeland (2002: 241) mengatakan bahwa “rentabilitas
usaha
adalah
hasil
pengembalian
atas
ekuitas
mengukur
pengembalian nilai buku kepada pemilik perusahaan, rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir.” Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE)
merupakan suatu alat analisis untuk
mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik saham atas modal yang telah mereka investasikan.
2.1.4
Rumus Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik atau ROE
Menurut Sartono (125: 127) Return On Equity atau Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik merupakan fungsi dari Asset Turn Over, Profit Margin, dan Financial Leverage, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE =
Rasio tersebut penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income). Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang rendah atau bahkan negatif akan terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam menghasilkan incomenya. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut (Mulyono, 1995: 74).
2.1.5
Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Ekuitas Pemilik (ROE)
1. Net Income Laba bersih sangat penting bagi kelangsungan usaha suatu perusahaan karena merupakan sumber dana yang diperoleh dari aktivitas operasi perusahaan tersebut. Laba bersih juga seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja suatu perusahaan, hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (1999: 94). Penghasilan bersih (laba bersih) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti ROE. Unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran laba adalah penghasilan atau beban. 2. Hutang Perusahaan Rasio ini dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan, apabila proporsi hutang perusahaan makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Hal ini dikarenakan jika hutang perusahaan semakin besar maka akan mengurangi pajak terhadap perusahaan maka dapat mengakibatkan meningkatknya laba dari proses operasional, hasil produksi yang meningkat serta pajak yang berkurang sehingga dapat meningkatkan Return On Equity.
2.1.6
Pengertian Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. (Darmadji dan Fakhruddin,2001: 5). Saham adalah suatu sekuritas yang memiliki klaim terhadap pendapatan dan aset sebuah perusahaan. Sekuritas sendiri dapat diartikan sebagai klaim atas pendapatan masa depan seorang peminjam yang dijual oleh peminjam kepada yang meminjamkan, sering juga disebut instrumen keuangan. (Mishkin: 2001,4). Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa saham adalah suatu sekuritas yang menjadi tanda penyertaan atau kepemilikan terhadap pendapatan dan aset seseorang atau badan dalam suatu perusahaan.
2.1.7
Jenis – Jenis Saham
Menurut Zaki Baridwan (2000: 394), saham dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Saham biasa (common stock) adalah saham yang pelunasannya dilakukan diurutan paling akhir dalam penglikuidasian perusahaan, sehingga saham biasa mempunyai resiko yang paling besar dibandingkan saham lainnya. Oleh karena resiko yang besar inilah, apabila perusahaan berjalan dengan baik, dividen untuk saham biasa akan lebih besar daripada dividen untuk saham prioritas.
2. Saham prioritas (preferen stock) adalah saham yang dividennya dibagikan paling awal, dan apabila ada kelebihan, barulah dibagikan kepada pemegang saham biasa. 3. Sertifikat saham yang dikeluarkan oleh PT. Reksa Dana yang didirikan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk membeli saham perusahaanperusahaan yang “go public” melalui pasar modal, dan menjualnya kembali pada masyarakat umum dalam bentuk sertifikat saham.
2.1.8
Harga Saham
Setelah mengetahui pengertian saham dari beberapa para ahli maka selanjutnya adalah penjelasan mengenai pengertian dari harga saham. Berikut adalah pengertian harga saham dari beberapa ahli ilmu ekonomi. Menurut Jogiyanto (2003: 88),”Harga saham merupakan harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.” Pengertian harga saham menurut Widiatmodjo (2000: 45), “Harga saham merupakan harga atau nilai uang yang bersedia dikeluarkan untuk memperoleh atas suatu saham.” Menurut Agus Sartono (2001: 9), harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah
dan tingkat kepastian operasi perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk dari kesepakatan penjual dan pembeli saham atau harga yang terbentuk dari kekuatan permintaan dan penawaran saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu.
2.1.9
Analisis Harga Saham
Pada dasarnya terdapat kegiatan investasi yang mengacu pada masa depan dalam memperhitungkan return on equity, yakni modal yang diinvestasikan didalam perusahaan. Masa depan adalah sesuatu yang tidak dapat dipastikan dan ketidakpastian, mengandung risiko dalam berbagai tingkatan tertentu. Namun masa depan juga menjanjikan sesuatu yang lebih baik dari masa sekarang, atas dasar itulah banyak orang yang melakukan investasi, salah satunya dalam bentuk saham. Untuk menentukan harga saham ada dua pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan fundamental Pendekatan ini didasari pada informasi – informasi yang diterbitkan oleh perusahaan maupun administrator bursa efek. Analisis ini diawali dengan siklus usaha perusahaan yang secara umum, lalu dilanjutkan ke sektor industri, dan akhirnya pengevaluasian terhadap kinerja perusahaan dan saham yang diterbitkan. Formula yang umum digunakan analisis fundamental dalam menaksir harga saham. 2. Pendekatan Teknikal Pendekatan yang berdasarkan atas data (perubahan) harga saham di masa yang lalu untuk memperkirakan harga saham di masa yang akan datang. Analisis
ditentukan oleh besarnya permintaan (demand) dan penawaran (supply) pada jangka pendek. Namun bagi mereka yang menggunakan pendekatan ini cenderung tidak memperhitungkan risiko dan pertumbuhan laba sebagai barometer dari permintaan dan penawaran.
2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Weston dan Brigham (2001: 26), faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah: 1. Laba per lembar saham Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara: a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku
bunga
juga
mempengaruhi
kegiatan
ekonomi
yang
juga
akan
mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan
pembagian
deviden
merupakan
salah
satu
cara
untuk
meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. 4. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga
investor
tertarik
untuk
berinvestasi,
yang
nantinya
akan
mempengaruhi harga saham perusahaan. 5. Tingkat Resiko dan Pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.1.11 Pembentukan Harga Saham Harga saham di bursa ditentukan oleh kekuatan pasar, artinya harga saham tergantung dari kekuatan permintaan dan penawaran. Bila dilihat dari
pembentukan, harga efek, pasar digolongkan kedalam dua jenis : pasar regular dan pasar negosiasi. Pada pasar regular harga terjadi akibat proses tawar – menawar (auction market) secara terus menerus sesuai kekuatan pasar, sedangkan di pasar negosiasi harga saham terjadi akibat proses negosiasi antara pihak penjual dan pihak pembeli. (Adiningsih, dkk: 1998).
2.1.12 Pengaruh Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On Equity) Terhadap Harga Saham. Prestasi kinerja perusahaan pada umumnya dicerminkan oleh harga sahamnya. Menurut Jogiyanto (2003: 88) Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar saat ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Harga saham dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) adalah salah satu dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti kenaikan dari harga saham perusahaan (Mulyono, 1995: 74). Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas modal yang diinvestasikan para pemegang saham. ROE akan memberikan pengaruh positif terhadap harga saham sampai pada batasan dimana tingkat pengembalian ekuitas pemilik (ROE) dapat memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada investor. Maka dari itu, tingkat pengembalian ekuitas menjadi alat ukur
yang digunakan oleh para investor untuk memperkirakan kinerja perusahaan di masa depan. Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan (Dharmastuti, 2004). ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang mejadi hak pemilik modal sendiri (saham). ROE adalah rasio yang memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba. Semakin besar nilai ROE maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROE maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh sebab itu investor kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik (Chastina Yolana dan Dwi Martani, 2005). Pernyataan tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Puji Astuti (2002), Syahib Natarsyah (2000) yang menemukan bahwa ROE mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
2.2 Peneliti Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Chandra (2010) untuk mengetahui perkembangan Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS), mengetahui perkembangan harga saham, dan pengaruh EPS dan ROE baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham perusahaan pada sektor food and beverages periode 2004-2008.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk melakukan pengujian gambaran yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti dan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan. Sedangkan metode penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji hipotesis. Yaitu pengaruh variabel X terhadap Y. Pada pengujian hipotesis penulis menggunakan uji t untuk hipotesis parsial dan uji F untuk hipotesis simultan. Analisis dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda, dan determinasi, dilakukan melalui program SPSS versi 12. Pada analisis koefisien determinasi diperoleh koefisien determinasi sebesar 68,8% yang berarti bahwa variabel Return On Equity (ROE) (X1) dan Earning Per Share (EPS) (X2) mampu menjelaskan perubahan pada variabel Harga Saham (Y) sebesar 68,8% dan sisanya sebesar 31,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas pada penelitian ini. Sehingga model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini cocok digunakan dalam untuk menguji hipotesis yang diajukan. Berdasarkan uji statistik secara simultan diperoleh nilai Sig F sebesar 0,000 dan jika dibandingkan dengan α sebesar 0,05 maka diperoleh signifikansi F < α , ini dapat diartikan bahwa hipotesis H1 diterima atau terdapat pengaruh yang signifikan antara EPS dan ROE terhadap Harga Saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawardani (2010) untuk mengetahui pengaruh Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Return On Equity (ROE), Financial Leverage (FL), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR), Return On Assets (ROA) pada harga saham dan dampaknya terhadap
kinerja perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI. Periode penelitian dari tahun 2005 sampai tahun 2009, dengan bantuan program AMOS yakni regression weight dan square multiple correlation. Dari 7 variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya berpengaruh secara parsial terhadap harga saham.Variabel yang memiliki pengaruh terhadap harga saham hanya variabel EPS, PER, ROE, DER, dan ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Rinanti (2009) bertujuan untuk menguji Net Profit Margin (NPM), Return On Assets (ROA), dan Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham. Sampel yang digunakan adalah 11 perusahan dari 45 perusahaan yang tercantum dalam indeks LQ 45 selama periode 2004 – 2008, sehingga total sampel sebanyak 55 perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel NPM, ROA, dan ROE memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2009) bertujuan mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan emiten yang tercantum dalam indeks LQ 45 selama periode 2005 – 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA, ROE, NPM dan EPS memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah (2011) untuk menguji pengaruh Retun On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Studi pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitan menunjukkan bahwa ROA, ROE, dan EPS memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 5%. Penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2007) untuk menguji pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan harga saham Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia. Studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitan menunjukkan bahwa Return On Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER) dan Debt to Operating Profit (DOP) memilki pengaruh yang signifikan terhada Harga saham dengan tingkat signifikan sebesar 5%.
2.3 Kerangka Pemikiran Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dijelaskan pada skema sebagai berikuts:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Rentabilitas modal sendiri atau sering juga disebut ROE (Rate of Return on Equity), merupakan perbandingan antara laba sesudah pajak (dikurangi dividen saham preferen, jika ada) dengan ekuitas yang diinvestasikan pemegang saham pada perusahaan. Dimana laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (EAT). Sedangkan modal yang diperhitungkan hanyalah modal sendiri yang bekerja dalam perusahaan. ROE merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih berkaitan dengan
pembayaran
deviden.
menghasilkan laba pada nilai
Rasio
ini
memberitahukan
kemampuan
investasi pemegang saham dan seringkali
digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan dalam industri. Pengembalian
ekuitas
yang
tinggi
seringkali
merefleksikan
penerimaan
perusahaan atas kesempatan investasi yang kuat dan manajemen biaya yang efektif. Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham perusahaan. Penelitian ini juga didasari oleh teori yang ada dimana Mulyono (1995 : 74) mengemukakan bahwa Return On Equity penting bagi para pemilik dan pemegang saham karena rasio tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk mendapatkan laba bersih (net income). Perusahaan yang memiliki Return On Equity yang rendah atau bahkan negatif akan
terklasifikasikan sebagai perusahaan yang kurang baik dalam menghasilkan incomenya. Kenaikan Return On Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Selain itu, juga didasari oleh beberapa penelitian terdahulu tentang permasalahan yang sama. Dimana hasil penelitian oleh beberapa penelitia tersebut di atas membuktikan bahwa terdapat pengaruh Return On Equity terhadap harga saham perusahaan.
2.4 Pengajuan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tinjauan teoritis dan kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: Terdapat pengaruh “Return On Equity terhadap Harga Saham PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.”