BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan a) Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen
merupakan
suatu
proses
dimana
suatu
perusahaan atau organisasi dalam melakukan suatu usaha harus mempunyai prinsip-prinsip manajemen dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dalam mencapai tujuan.
Pengertian
Manajemen
Keuangan
mengalami
perkembangan mulai dari pengertian manajemen yang hanya megutamakan aktivitas memperoleh dana saja hingga yang menggunakan aktivitas memperoleh dan menggunakan dana serta pengelolaan terhadap aktiva. Beberapa definisi manajemen keuangan adalah sebagai berikut: 1) Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2008) adalah semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
2) Manajemen keuangan Sartono (2008) dapat diartikan sebagai manajemen dana, baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi dan pembelanjaan secara efisien.
3) Menurut james C.Van Home dan John M. Wachowich, JR (2005) “Financial management is concerned acqusition, financing, and management of asset with some over all goal in mind.” Artinya manajemen keuangan berhubungan dengan akuisisi, pembiayaan, dan pengelolaan aktiva-aktiva dengan keseluruhan tujuan perusahaan.
4) Manajemen keuangan adalah bidang yang terluas dari bidang pasar uang dan pasar modal serta investasi dan yang paling banyak memiliki peluang pekerjaan (Brigham and Houston, 2009)
b) Fungsi Manajemen Keuangan Seorang manajer keuangan dalam suatu perusahaan harus mengetahui bagaimana segala unsur dan segi keuangan. Hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam mencapai tujuan perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Ada beberapa fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2008) yaitu: 1) Keputusan Investasi Fungsi utama ini menyangkut tentang keputusan alokasi dana baik yang berasal dari luas perusahaan pada berbagai bentuk investasi. Secara garis besar keputusan investasi dapat dikelompokkan ke dalam investasi jangka pendek, seperti investasi dalam kas,persediaan,piutang, dan surat berharga (obligasi) maupun investasi jangka panjang, seperti dalam bentuk gudang,peralatan produk, tanah, kendaraan dan aktiva lain. 2) Keputusan pendanaan Fungsi kedua ini berfungsi sebagai pengambilan keputusan pembelajaran atau pembiayaan investasi. Keputusan mengenai pembiayaan berhubungan dengan struktur modal. Struktur modal marupakan bauran sumber pendanaan permanen 9jangka panjang)
yang
digunakan
perusahaan
dengan
tujuan
menciptakan suatu bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manajemen kauangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai, maka akan tercipta struktur modal atau pendanaan yang optimal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3) Keputusan Dividen Pada fungsi kerja manajemen keuangan yaitu keputusan dividen yang menyambut tentang keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan seharusnya dibagikan kepada pemegang sahamdalam bentuk dividen kas dan pengembalian kembali saham, atau laba tersebut sebaliknya ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembelanjaan investasi yang akan datang.
c) Tujuan Manajemen Keuangan Setiap
fungsi
mempertimbangkan tujuan perusahaan
dengan mengoptimalkan kombinasi tiga kebijakan keuangan yang mampu meningkatkan nilai kekayaan bagi para pemegang saham. Ketiga fungsi manajemen keuangan harus dipertimbangkan yang membawa dampak sinergis terhadap harga saham perusahaan di pasar. Menurut Harjito dan Martono (2007), manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola asset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau sasaran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi
keputusan
perusahaan.
Sebagai
tujuan
normatif
(seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
keputusan dibidang keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Secara lebih luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan disebut juga sebagai memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang
saham
yang
dapat
diartikan
juga
sebagai
memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan. tujuan memaksimumkan nilai perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemegang saham.
2. Rasio keuangan a
Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah data yang dapat memberikan gambaran kepada penganalisa yang di perbandingkan, dimana rasio tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan solvabilitas, efektivitas, dan rentabilitas usaha. Menurut Harahap (2009), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Hanafi (2007) rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan laba-rugi dan neraca.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
b Jenis-jenis rasio keuangan Menurut Sutrisno (2008) penggolongan rasio berdasarkan penggunaan rasio
yang
bersangkutan,
rasio-rasio
keuangan
tersebut
dapat
dikelompokkan menjadi 5 (lima), namun yang digunakan dalam penelitian ini hanya tiga jenis rasio keuangan yaitu rasio Profitabilitas, rasio Likuiditas dan rasio Solvabilitas. 1) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sofyan Syafri Harahap (2011) sebagai berikut: “Rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan
mendapatkan
laba
melalui
semua
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya”. Rasio profitabilitas menurut Brigham and Houston (2009) : “Sekelompok rasio
yang menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi. Rasio ini meliputi margin laba atas penjualan, rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat pengembalian atas total aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas saham biasa”. Sedangkan Rasio
profitabilitas
menurut
Sutrisno
(2009)
adalah rasio untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Adapun rasio profitabilitas menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (2010) adalah mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Berdasarkan
teori
diatas tersebut maka rasio profitabilitas rasio untuk mengukur seberapa besar sebuah perusahaan mampu menghasilkan laba dengan menggunakan semua faktor perusahaan yang ada di dalamnya untuk menghasilkan laba yang maksimal. Jenis-jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: a
ROA (Return On Assets) Hasil pengembalian atas aset Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset (Hery, 2015). Berikut
rumus
yang
digunakan untuk
menghitung
pengembalianatas aset : Hasil pengembalian atas aset = laba bersih : total aset
http://digilib.mercubuana.ac.id/
hasil
17
b
ROE (Return On Equity) Hasil pengembalian atas ekuitas Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa
besar
kontribusi
ekuitas
dalam
menciptakan laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas (Hery, 2015). Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas :
Hasil pengembalian atas ekuitas = laba bersih : total ekuitas
c
Profit Margin Profit
margin
merupakan
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.Profit margin
yang tinggi
menghasilkan
laba
menandakan kemampuan perusahaan yang
tinggi
pada
tingkat
penjualan
tertentu.Sementara Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu.Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukan ketidakefisienan manajemen. Rasio Profit Margin bisa dihitung sebagai berikut: Profit Margin = Laba Bersih : Penjualan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio-rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ukuran rasio likuiditas ini terdir dari tiga alat ukur, yaitu: current ratio, quick ratio & acid test ratio serta cash ratio a
Rasio lancar (Current Ratio) Merupakan rasio
yang
digunakan untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total aset lancer yang tersedia. Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset lancar yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Oleh sebab itu, rasio lancar dihitung sebagai hasil bagi antara total aset lancar dengan total kewajiban lancar (Hery, 2015). Dalam praktek, standar rasio lancar yang baik adalah 200% atau 2:1. Besaran rasio ini seringkali dianggap sebagai ukuran yang baik atau memuaskan bagi tingkat likuiditas suatu perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu, perusahaan sudah dapat dikatakan berada dalam posisi aman untuk jangka pendek. Namun, perlu dicatat bahwa standar ini tidaklah mutlak karena harus diperhatikan juga faktor lainnya, seperti tipe
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
(karakteristik) industri, efisiensi persediaan, manajemen kas, dan sebagainya. Oleh sebab itu, sekali lagi, diperlukan suatu standar rasio rata-rata industri sebagai rasio keuangan pembanding untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan yang sesungguhnya (Hery, 2015). Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar : Current Ratio = Aktiva Lancar : Kewajiban Lancar
b
Rasio sangat lancar (Quick Ratio atau Acid Test Ratio) Rasio sangat lancar atau rasio cepat merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo dengan menggunakan aset sangat lancar (kas + sekuritas jangka pendek + piutang), tidak termasuk persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya. Dengan kata lain, rasio sangat lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah ketersediaan aset sangat lancar (diluar persediaan barang dagang dan aset lancar lainnya) yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan total kewajiban lancar. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio sangat lancar:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Quick Ratio = (Current Asset – Inventory) :Current Liabilities
c
Rasio kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas atau setara kas yang tersedia untuk membayar utang jangka pendek. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan yang sesungguhnya dalam melunasi kewajiban lancarnya yang akan segera jatuh tempo dengan menggunakan uang kas atau setera kas yang ada (Hery, 2015). Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio kas : Rasio kas = kas dan setara kas : kewajiban lancer
3) Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas menurut Harahap (2007) adalah rasio yang menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal dan asset. Menurut Moeljadi (2006) Rasio solvabilitas adalah kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
semua
kewajiban
keuangannya jika perusahaan dilikuidasi. Sedangkan menurut Kasmir (2008) mendefinisikan rasio solvabilitas sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh utang atau oleh pihak lain dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Jadi, penggunaan jumlah utang perusahaan tergantung pada keberhasilan pendapatan dan ketersediaan aktiva yang bisa digunakan sebagai jaminan utang. Semakin tinggi solvabilitas, perusahaan harus semaksimal mungkin meningkatkan labanya agar mampu membiayai dan membayar utang. Dalam penelitian ini ukuran solvabilitas akan menggunakan DER (Debt to Equity Ratio). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total modal menurut Kasmir (2008). Menurut Diah andarini (2007) DER dipergunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Rumus untuk mencari DER dapat digunakan sebagai berikut (Kasmir, 2008). DER = Total Debts : Total Equity
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak
mampu
menutupi utang-utangnya
dengan aktiva
yang
dimilikinya. Demikian juga sebaliknya, apanila rasio rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh utang (Kasmir, 2008). Standar pengukuran untuk menilai baik tidaknya rasio perusahaan, digunakan rasio rata-rata industri sejenis.
3. DIVIDEN a. Pengertian Dividen Dividen adalah suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan baik dlam bentuk kas maupun saham kepada para pemegang saham atau perusaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Sejalan dengan pendapat Handayani dan Hadinugroho (2009) yang menyatakan bahwa dividen merupakan distribusi laba yang diperoleh merupakan kepada pemegang saham sesuai dengan proporsi lembar saham yang dimilikinya. Sedangkan menurut Doyal dan Muckley (2013), Dividen merupakan pemakain kepada pemegang saham yang diambil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
sejumlah keuntungan perusahaan baik itu dalam bentuk pembagian saham baru ataupun dalam bentuk tunai. Pembayaran
dividen
pada
hakikatnya
merupakan
komunikasi secara tidak langsung kepada para pemegang saham tentang tingkat profitabilitas yang diperoleh perushaan dalam kegiatan operasinya. Sedangkan sebagian lagi akan di investasikan untuk hal yang lebih menguntungkan. Dividen dapat berupa uang tuani atau saham. Terkait dengan dividen, terkait dengan 3 (Tiga) tanggal
penting,
yaitu
pengumuman,
pencatatan,
pembayaran/pembagian. Dividen tunai umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham. Ikatan akutan indonesia (2010), dalam PSAK No.23, merumuskan dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang saham investasi ekuitas dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu. Laba bersih perushaan akan berdampak berupa peningkatan saldo saham (retained earning) perusahaan, apa bila saldo didistribusikan kepada pemegang saham, maka saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang didistribusikan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
b. Teori Dividend 1. Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividen Irrelevance Theory) Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen ini adalah Franco Modigliani dan Mrton Miler (M-M). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya, artinya nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dbagi diantara dividen dan laba yang ditahan. Perusahaan lebih suka menggunakan laba ditahan dari pada menerbitkan saham baru. Ada kemungkinan laba ditahan cukup besar sehingga perusahaan harus menerbitkan saham baru. Semakin besar target
laba ditahan,
maka semakin kecil
kemungkinan perusahaan menerbitkan saham baru. Karena biaya modal sendiri ditentukan oleh besar kecilnya laba ditahan ditentukan dividen mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Teori “Bird-In-The-Hand” Myron Gordon dan John Linther berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena komponen hasil dividen,risikonya lebih kecil. Modigliani dan Miler (M-M) tidak setuju dan menganggap pendapat Gordon-Lither sebagai kekeliruan “Bird-In-The-Hand” karena
menurut
pandangan
MM,
kebanyakan
investor
merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasiya, bukan oleh kebjakan pembagian dividennya. 3. Teori Preferensi Pajak Menurut teori ini, individu akan memilih apakah akan menerima distribusi pendapatan perusahaan sebagai dividen atau capital gains. Apabila kewajiban pajak atas distribusi keuntungan modal dari capital gains lebih rendah dari pada pajak terhadap dividen, maka investor akan lebih memilih capital gains. Selain adanya ketiga teori tersebut, terdapat beberapa teori lain yang terkait dengan dividen, yaitu: a. Signaling Theory Teori ini pertama kali diusulkan oleh Bhattacharya (1979). Perusahaan yang baik akan mendapat sinyal keuntungan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
diharapkan melalui penyaluran dividen, biaya pajak yang dipulihkan, dan harga saham yang meningkat. Dengan sinyal pembayaran dividen tersebut, investor beranggapan bahwa perusahaan dalam keadaan yang baik. Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal
diyakini
investor
sebagai
suatu
sinyal
bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal preferensi terhadap dividen.
b. Clientele effect Yang menyatakan bahwa kelompok pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang tinggi. Sebaliknya, kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
c. Jenis-jenis deviden Ada beberapa jenis pembagian dividen (kieso,dkk, 2002) yaitu, 1. Dividen tunai (cash dividen) Dividen tunai adalah dividen yang diberikan oleh perusahaan kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai (cash). Pada waktu rapat pemegang, saham perusahaan memutuskan bahwa sejumlah dari laba perusahaan akan dibagi dalam benttuk dividen tunai. 2. Dividen saham Dividen saham adalah dividen yang diberikan dalam bentuk saham. Dengan dibagikan dividen dalam bentuk saham, maka akan meningkatkan likuiditas perdagangan di Bursa Efek. Kemungkinan perusahaan ingin menurunkan nilai sahamnya dengan cara memperluas kepemilikan dan posisi likuiditas perusahaan yang tidak memungkinkan membagikan dividen dalam bentuk tunai.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
Berikut jenis dividen bukan tunai: 1) Sertifikat dividen Sertifikat dividen merupakan dividen yang dibayarkan dengan sertifikat atau surat promose yang dikeluarkan oleh perusahaan. yang menyatakan sewaktu-waktu sertifikat tersebut dapat ditukarkan dalam bentuk uang. 2) Dividen properti (property dividend) Hutang dividen dalam bentuk aktiva perusahaan selain kas disebut dividen properti, yang dapat berupabarang dagang, real estate atau, investasi, atau bentuk lainnya yang dirancang oleh dewan dereksi. 3) Dividen likuidasi Dividen likuidasi adalah merupakan dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan, yang menyiratkan bahwa dividen ini merupakan pengambilan dari nivestasi pemegang saham dan bukan dari laba. Dengan kata lain setiap dividen yang tidak didasarkan pada laba merupakan pengurang modal disektor perusahaan, dan sejauh itu merupakan dividen likuidasi.
d. Prosedur Pembayaran Deviden Berdasarkan prosedur, urutan pembayaran dividen (sugiono 2009 dalam royanti, 2013) adalah sebagai berikut;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
1) Tanggal pengumuman (Declaration Date) Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang ditentukan untuk saatnya dewan direksi pengumuman dividen, dengan dibentuknya
tanggal
tersebut,
perusahaan
mempunyai
kewajiban untuk melakukan pembayaran. 2) Tanggal pencatat pemegang saham (Holder of Record date) Tanggal pencatat pemegang saham adalah tanggal yan ditentukan
untuk
saatnya
pemegang
saham
berhak
mendapatkan dividen. 3) Tanggal pemisahan dividen (cum-devidend date) Tanggal pemisahan dividen merupakan tanggal hari akhir perdagangan
saham
yang
masih
melekat
hak
untuk
mendapatkan deviden baik deviden tunai maupun dividen saham. 4) Tanggal Ex-Dividen (Ex-Dividen Date) Tanggal ini merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal dan sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. 5) Tanggal pembayaran (payment date) Tanggal ini merupakan tanggal dimana perusahaan melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham yang telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
memiliki hak atat dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (deviden tunai, deviden saham). 6) Pola pembayaran dividen Keputusan mengenai dividend payaout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayar kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividend payout ratio perusahaan (Ang, 1997), yaitu; 1) Stable and occasionaliy increasing dividend per-shere Kebijakan ini menetapkan dividen persaham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemamuan membayar dividen. Menejemen akan menaikan dividen, jika keyakian ada bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat
dipertahankan.
Hal
ini
dilandasi
psikilog
pemegang saham, dimana bila dividen naik akan menaikan juga harga saham dan sebaliknya. 2) Stabile Dividend per-shere Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu pasar lebih tinggi bila dividen dalam jumlah yang tetap ( Stabile amount) dari tahun ketahun.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
3) Stabile payout ratio Dalam pola pemabyaran dividen ini, jumlah dividen berdasarkan suatu presentase tetap (constat) dari laba (earnings). Bila aba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi. 4) Regular Dividend Plus Extras Dalam cara ini, dividen reguler ditetapkan dalanm jumlah
yang
diyakini
oleh
menejemen
mampu
dipertahankan dimasa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila ditambahkan kas tersedia, perusahaan memberikan tambahan extra (Bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen extra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham. 5) Fluctuating dividend and poyout ratio Dalam pola pembayaran ini besarnya dividend and poyout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu. Besarnya divined and payout
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.
e. Kebijakan dividen 1) Pengertian kebijakan dividen Kebijakan dividen merupaka salah satu kebijakan perusahaan yang digunakan
menentukan
besaran
proporsi
laba
yang
akan
distribusikan oleh perusahaan untuk pemegang saham, kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan dividen yang dapat menciptakan kesimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, sehingga dimaksimumkan harga saham perusahaan (Brigham dan Houston 2001). Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik dan buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap harga saham perusahaan (Karpavicius, 2004). Kebijakan dividen penting karena dua alasan;
Pembayaran dividen mungkin akan berpengaruh terhadap harga saham
Pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri yang terbesar dan penting untuk pertumbuhan dan tujuan investasi perusahaan ( Brown, Clarke, How, Lim, 2002)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen : Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan ( Weston dan Brigham 2005 ) : 1. Peraturan Hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran dividen yaitu: a. Peraturan mengenai laba bersih yaitu menetukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal. Peraturan tersebut akan melindungi para kreditur, caranya dengan melarang pembayaran dividen dari dana modal yang berarti membagikan investasinya bukan membagikan keuntungan. c. Peraturan mengenai hak mampu bayar (insolvency) yaitu menentukan bahwa perusahaan tidak membayar dividen jika tidak mampu ( perusahaan bangkrut ). 2. Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan dan barang-barang lainnya, dan bukan disimpan dalam bentuk uang tunai, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan terdapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
kemungkinan perusahaan tidak mampu lagi membayarkan dividennya. 3. Perlunya membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan perusahaan pada saat jatuh temponya hutang dibebani dengan pembayaran seluruh hutang. 4. Keterbatasan karena kontak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat larangan-larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untuk melindungi pihak kreditur sehubungan dengan dana yang dipinjamkan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan cara dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan
yang
diperoleh
sesudah
ditandatanganinya.
Kontrak hutang/dividen tidak dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu.
5. Tingkat perluasan perusahaan. Semakin
cepat
tingkat
pertumbuhan
perusahaan
semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
yang harus ditahan dan bukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (dividen relatif kecil). 6. Tingkat keuntungan (tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan ). Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen atau menggunakannya didalam perusahaan. 7. Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relatif stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di masa depan, sehingga kemungkinan besar perusahaan akan membagikan keuntungannya dibandingkan
dalam dengan
persentase perusahaan
yang yang
lebih
besar
keuntungannya
berfluktuasi. 8. Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayanya. Karena itu perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan kecil atau masih baru. 9. Kontrol Kekhawatiran dominan
dalam
berkurangnya
mengendalikan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kekuasaan
kelompok
perusahaan
cenderung
36
mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan ekspansinya, yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya. 10. Kedudukan pajak para pemegang saham Pada
umumnya
para
pemilik
perusahaan
yang
memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan merupakan pembayar pajak yang tinggi, sehingga menyebabkan perusahaan akan membayar dividen yang rendah. 11. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak perusahaan yang tinggi, maka dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap kauntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. 12. Tingkat inflasi Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap
menyebabkan
akumulasi
penyusutan
tidak
lagi
mencukupi untuk mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang. Ada beberapa kebijakan deviden yang harus dilakukan oleh perusahaan, yaitu kebijakan dividen yang stabil, rasio konstan atas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
pembayaran deviden, kebijkan secara kompromi, dan kebijakan dividen secara residu (Sugiyono, 2009): 1) Kebijakan dividen yang stabil (Stable Dividend Per Share) Kebijakan
ini umumnya
stabil
oleh perusahaan
yang
mempunyai tingkat resiko yang rendah. Dividen yang dibagikan relatif stabil dari tahun ke tahun. 2) Rasio konstan ats pembayaran dividen (Constant Payout Ratio) Kebijakan ini dikaitkan dengan hasil bersih yang diperoleh perusahaan. 3) Kebijakan secara kompromi (Compromise Dividend Policy) Pembagian dividen ditentukan secara kompromi sehingga salah satu kebijakan yang diambil dapat dengan mudah menentukan jumlah yang tetap stabil bagi persentase perusahaan dalam membayarkan jumlah yang rendah bagi pemegang saham ditambah dengan persentase kenaikan dari tahun ke tahun berikutnya apabila perusahaan berjalan dengan baik. 4) Kebijakan dividen secara residu (Residual Dividend Policy) Pada suatu kesempatan investasi yang tidak stabil, perusahaan menginginkan untuk mempertimbangkan suatu kebijakan yang berfluktuasi. Kebijakan ini jumlah penghasilan yang ditahan bergantung dengan adanya suatu investasi pada tahun-tahun tertentu. Dividend yang dibayarkan menunjukkan jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
residu (residual ammount) dari pendapatan setelah kebutuhan investasi perusahaan dapat dipenuhi.
4. Dividend Payout Ratio a. Pengertian Dividend Payout Ratio Dividen merupakan pembagian sisa laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan RUPS (Rapat Umum Pemegang saham). Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai (cash dividend) yang artinya setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah tertentu untuk setiap lembar saham atau dapat dibagikan stock dividend kepada pemegang saham yang nantinya akan menambah jumlah saham yang dimilikinya (Reza, 2013). Dividen Payout Ratio adalah perbandingan antara dividend per share dengan earning per share. Perbandingan antara dividend dan keuntungan merupakan rasio pembayaran yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividen. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan (retained earning). Rasio pembayaran dividen (Dividen Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dibagi dalam bentuk dividen kas laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan presentase laba
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
perusahaan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham yang berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan untuk keperluan operasional perusahaan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Sebaliknya jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal tersebut akan mengurangi sumber pendanaan intern. Namun, dengan lebih memilih membagikan laba sebagai dividen tentu saja akan meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, sehingga para pemegang sahamnya untuk perusahaan tersebut. Dividen Payout Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: DPR
=
x 100%
Dimana : DPS : Dividend Per Share EPS : Earning Per Share Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting karena, merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai ditahan dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Fira, 2009 dalam Reza, 2013). Kebijakan pembagian dividen (dividend policy) tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali (reinvesment). Apabila dividen dibayarkan secara tunai makin meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini menyebabkan tingkat pertumbuhan dimasa yang akan mendatang menjadi rendah, sehingga akan menekan harga saham. Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang saham atau “equity investor”. Menurut Brigham dan Gapenski (1996) tiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba ditahan semua, maka kepentingan akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan mempengaruhi nilai perusahaan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividen disebut dividen payout ratio. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin tingginya dividen payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali didalam perusahaan yang ini berarti menghambat pertumbuhan perusahaan (Riyanto dan Fira dalam Reza 2013). Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan dividen penting karena dua alasan yaitu pertama, pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham,
dengan demikian akan berpengaruh pula dengan
perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan. Kedua alasan tersebut merupakan dua sisi kepentingan perusahaan yang agak kontroversial. Agar kedua kepentingan itu dapat terpenuhi secara optimal, manajemen perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan deviden yang harus dipilih. Hal yang penting dan biasanya menjadi pusat perhatian investor maupun para analis keuangan (financial analyst) dalam menganalisis data historis adalah posisi keuangan kompetitif perusahaan, profit margin dan pertumbuhan laba perusahaan, likuiditas aktiva perusahaan terutama berhubungan dengan kemampuan
perusahaan didalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memenuhi
42
kewajiban jangka pendeknya, tingkat leverage (penggunaan dana pinjaman) terhadap shareholders equity, dan komposisi dan pertumbuhan operasional penjualan perusahaan. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio Faktor-faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Riyanto, 2001) a
Posisi likuiditas perusahaan Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Karena dividen merupakan arus kas keluar, oleh karena itu makin kuat likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan yang sedang tumbuh atau rendable (perusahaan yang masih mencari keuntungan). Mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja sehingga kemampuannya untuk membayarkan deviden pun sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu prusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan
dibidang
investasi
dan
cara
pemenuhan
kebutuhannya. b
Kebutuhan untuk membayar hutang Perusahaan akan memperoleh hutang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
merencanakan terlebih dahulu bagaimana caranya untuk membayar kembali hutang tersebut.
Apabila perusahaan menentukan bahwa
pelunasan hutangnya akan diambilkan darilaba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. c Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan Semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga, perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan yang mapan,dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainnya, maka keadaannya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividend payout ratio yang tinggi. d
Pengawasan terhadap perusahaan Kontrol atau pengawasan terhadap perusahaan, perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari intern saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai dari hasil penjualan saham baru akan melemahkan kontrol atau pengawasan dari kelompok dominan didalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
perusahaan. demikian pula kalau membiayai ekspansi dari utang akan menambah resiko finansialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan kontrol terhadap perusahaan, berarti mengurangi devidend payout ratio.
5. Penelitian Terdahulu Berikut
ini adalah penelitian-penelitian terdahulu
yang
digunakan sebagai perbandingan dalam penelitian ini: a. Handayani
(2010)
dalam
penelitiannya
melakukan
penelitian
pengaruh return on asset, debt to equity ratio dan current ratio terhadap dividend payout ratio pada perusahaan LQ45. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel debt to equity ratio saja yang tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio, sedangkan ketiga variabel lainnya berpengaruh positif dan signifikan. b. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009) pengaruh variabel cash ratio, firm size, return on asset dan debt to equity ratio terhadap dividen payout ratio dengan sampel perusahaan manufaktur periode 2005-2007. Menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, return on asset berpengaruh signifikan positif terhadap dividen payout ratio sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio. c. Niken Pamungkas Sari (2014) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh return on asset, Cash Ratio, dan Debt to Equity Ratio,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Earning per Share, Total Asset Turn Over terhadap Dividen Payout Ratio pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Return on Asset memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio, sedangkan Cash Ratio, debt to Equity Ratio, Earning per Share, Total Asset Turn Over tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. d. Amanda (2010)
melakukan penelitian yang
bertujuan untuk
mengetahui pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas terhadap kebijakan dividen payout ratio pada perusahaan Manufaktur periode 2006-2008 menggunakan variable, return on asset, current ratio, dan debt to equity ratio. Hasilnya return on asset, current ratio, berpengaruh signifikan positif terhadap DPR sedangkan variabel debt to equity ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. e. Rizky Ahadi (2013) dalam penelitiannya melakukan penelitian pengaruh Current Ratio, Return on Asset, Debt to Total Asset Ratio dan Total Asset Turn over Terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Manufaktur periode 2009-2011. Hasilnya hanya ROA yang tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. f. Penelitian jurnal yang dilakukan oleh Marrietta unzzu dan Djoko Sampurna (2013) untuk menguji pengaruh Pengaruh Cash Ratio, Return On Asset, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividend Payout
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Ratio terhadap seluruh perusahaan LQ45 yang terdaftar di BEI periode tahun 2007-2011. Hasilnya Cash Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Return On Asset, dan Debt to Equity Ratio menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh. g. Lili Oktavia (2016) dalam penelitiannya melakukan penelitian pengaruh Pengaruh Return On Asset (ROA), Earning Per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), dan Firm Size Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 periode 2012-2014). Hasil dari uji menunjukkan variabel Return On Asset dan Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen,sedangkan variabel ke dua lainnya berpengaruh. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian diatas karena semua peneliti diatas melakukan penelitian terhadap objek sektor perusahaan
manufaktur
dan automotive sementara penelitian ini
mengambil objek sektor property dan real estate. Hal-hal lain yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah periode penelitian yang dilakukan dari tahun 2012-2014, variabel-variabel bebas yang digunakan adalah variabel profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas.
B. RERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya maka ada beberapa variabel
yang dipilih sebagai
variabel-variabel
http://digilib.mercubuana.ac.id/
independen yang
47
mempengaruhi variabel dependen Dividen Payout Ratio (DPR) antara lain Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Atas dasar tersebut maka untuk mendukung penelitian ini, dikembangkan suatu kerangka pemikiran teoritis yang dapat dilihat dalam gambar berikut:
Return On Asset (ROA) (X1)
Current Ratio (CR) (X2)
Debt to Equity Ratio (DER) (X3)
H1 Dividend H2
Payout Ratio (DPR) (Y)
H3
Gambar 1.1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
C. Hipoteis Menurut Sugiyono (2010), Hipotesis penelitian marupakan dugaan sementara yang digunakan sebelum dilakukannya penelitian. Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti, dimana kebenarannya perlu diuji secara empirik. Dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui jalan riset, dengan kata lain hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah yang membutuhkan pembuktian atau diuji kebenarannya. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 :
Diduga ROA (Return On Asset) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Property dan Real Estate periode 2012-2014.
H2:
Diduga CR (Current Ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Property dan Real Estate periode 2012-2014.
H3:
Diduga DER (Debt To Equity Ratio) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan Property dan Real Estate periode 2012-2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/