BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan a. Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi dari manajerial yang terdapat pada perusahaan yang memiliki peranan yang penting. Disamping fungsi manajerial lainnya dalam perusahaan seperti manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen operasional, manajemen strategic, dan lain sebagainya. Manajemen perusahaan menitikberatkan pada pengelolaan keuangan yang di lakukan oleh perusahaan atau pihak lain, dengan tujuan untuk mendapatkan laba yang maksimal. Pada dasarnya manajemen keuangan mempunyai dua unsur kata yaitu “Manajemen” dan “Keuangan”. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat di lakukan baik oleh individu, perusahaan, maupun pemerintah. Menurut Martono dan Agus (2010), Manajemen keuangan (Financial Management) yaitu segala aktivitas perusahaan yang
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
12
berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sedangkan menurut Husnan (2011), Manajemen keuangan adalah menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen berhubungan
keuangan
merupakan
segala
aktivitas
dengan
bagaimana
memperoleh,
perusahaan
menggunakan,
mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. b. Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Martono dan Agus (2010), ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu : 1). Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan di kelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah yang paling penting di antara keputusan yang lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. 2). Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang di perlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan di gunakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
13
untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal yang optimum merupakan pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan modal rata-rata yang minimal. 3). Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Apabila asset yang diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan dan manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manager keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manager keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar dari pada aktiva tetap. c. Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen
keuangan
sebagai
aktivitas
memperoleh
dana,
menggunakan dana, dan mengelola aset secara efisien membutuhkan tujuan atau sasaran. Dimana menurut Martono dan Agus (2010) tujuan manajemen keuangan adalah “Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan”. Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2010) yang diterjemahkan oleh Yulianto tujuan manajemen keuangan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
14
yaitu “Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS”. Selanjutnya menurut Husnan (2011) tujuan manajemen keuangan adalah “Untuk mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan”. Berdasarkan tujuan manajemen keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. 2. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi sebuah perusahaan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Menurut PSAK 1 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) (2015) “laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010) adalah “dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan”. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Menurut Kasmir (2013) “laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
15
Menurut Hanafi (2009) “laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya”. Sedangkan Menurut Harahap (2009) “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. b. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan, hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 1 (2015) adalah “menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomis.” Menurut Kasmir (2013) tujuan laporan keuangan yaitu : 1). Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2). Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3). Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4). Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
16
5). Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan. 6). Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7). Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8). Informasi keuangan lainnya. c. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK 1 (2015) terdiri dari : 1). Laporan posisi keuangan pada akhir periode; 2). Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; 3). Laporan perubahan ekuitas selama periode; 4). Laporan arus kas selama periode; 5). Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain; Jenis-jenis laporan keuangan menurut Munawir (2010) adalah : Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
17
perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Harahap (2009) adalah sebagai berikut : 1). Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2). Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3). Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4). Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu periode. 5). Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsur dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6). Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7). Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam perusahaan perseroan. 8). Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
18
3. Analisis Rasio Keuangan a. Definisi Rasio Keuangan Adapun pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2011) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan sangat penting gunanya untuk melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan. Beberapa rasio akan membantu dalam menganalisis
dan
menginterprestasikan
posisi
keuangan
suatu
perusahaan, dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan, termasuk tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, presentase serta trendnya. b. Tujuan Analisis Rasio Keuangan Pentingnya menganalisa rasio keuangan adalah untuk mengetahui kondisi dan potensi perusahaan yang menjadi salah satu dasar penilaian dalam mempertimbangkan untuk pengambilan keputusan dan sebagai bahan pertimbangan dan perencanaan. Tujuan dari analisis rasio keuangan dari pihak manajemen keuangan adalah mengevaluasi kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangannya.
Menurut
Sugiono
(2009)
perusahaan
dikatakan
mempunyai kinerja yang baik atau tidak dapat diukur dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (hutang) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
19
akan jatuh tempo (liquidity), kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu perbandingan antara hutang dan modal (leverage), kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profitability), kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth), dan kemampuan perusahaan untuk mengelola asset secara maksimal. c. Jenis-jenis Rasio Keuangan Menurut Sutrisno (2009) penggolongan rasio berdasarkan penggunaan rasio yang bersangkutan, rasio-rasio keuangan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 (lima) yaitu: 1). Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajiban
jangka
pendeknya. Ukuran rasio likuiditas ini terdiri dari tiga alat ukur, yaitu Current Ratio, Quick Ratio dan Cash Ratio. 2). Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Ada 5 (lima) rasio leverage yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu Total Debt to Total Asset Ratio, Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Covergae Ratio dan Debt Service Ratio.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
20
3). Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mendapatkan keuntungan. Rasio Profitabilitas dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu Net Profit Margin, Return On Asset, Return On Equity, Return On Investment, dan Earning Per Share. 4). Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas meliputi beberapa rasio diantaranya adalah perputaran persediaan, perputaran piutang, perputaran aktiva dan perputaran aktiva tetap. 5). Rasio Penilaian (Valuation Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai pada masyarakat (investor) atau pada para pemegang saham. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar investor menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham. Rasio ini terdiri dari Price Earning Ratio dan Price Book Value. 4. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio Likuiditas menurut Sudana (2011) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Sedangkan menurut Riyanto (2012) Likuiditas merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
21
masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Rasio Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendeknya yang segera harus dipenuhi. Jenis rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a). Current Ratio (Rasio Lancar) Pada umumnya, untuk menganalisa posisi modal kerja dalam suatu perusahaan, digunakan Current Ratio. Menurut Munawir (2010) Current Ratio adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya kewajiban dijadikan kewajiban jangka pendek. Current Ratio termasuk dalam ratio likuiditas yang mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk juga bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek. Tinggi rendahnya Current Ratio suatu perusahaan mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajibannya tersebut. Current Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan adanya kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang. Jadi, Current Ratio dapat menunjukan sejauh mana aktiva lancar menjamin pembayaran dari kewajiban
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
22
lancarnya, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Akibatnya, Harga Saham perusahaan tersebut juga akan naik. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus: Current Ratio (CR) =
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
5. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Menurut Kasmir (2013) rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya besarnya jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Dengan kata lain, berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
membayar
seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Jenis rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a). Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang Modal) Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
23
mengetahui setiap modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Bagi bank, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Untuk menghitung Debt to Equity Ratio menggunakan rumus : Debt to Equity Ratio (DER) =
Total Kewajiban Total Ekuitas
x 100 %
6. Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2013) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Penggunaan
rasio
profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
24
waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jenis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a). Earning Per Share (EPS) Menurut Fahmi (2012) Earning Per Share (EPS) atau pendapatan saham perlembar adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar saham dimiliki. Menurut Kasmir (2012) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Earning per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang telah lama digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Hubungan laba yang diperoleh dengan investasi yang ditetapkan pemegang saham diamati secara cermat oleh komunitas keuangan. Tim Analis menelusuri beberapa ukuran pokok yang menggambarkan kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan kepentingan investor. Rasio yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan dalam hubungannya dengan kepentingan investor adalah Earning per Share (EPS). Berikut adalah rumus dalam menghitung EPS : Earning Per Share (EPS) = Laba bersih setelah pajak Jumlah saham beredar
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
x100%
25
7. Saham a). Pengertian Saham Untuk memperoleh modal, perusahaan menerima setoran dari para investor. Sebagai bukti setoran, perusahaan mengeluarkan tanda bukti pemilik yang saham yang diserahkan kepada pihak yang menyetorkan modal. Pemilik perusahaan merupakan pihak yang mempunyai saham dan disebut sebagai pemegang saham. Saham adalah tanda penyertaan atau tanda kepemilikan seseorang atau badan usaha pada sebuah perusahaan. Menurut Hanafi dan Halim (2009), saham merupakan klaim paling akhir urutannya atau haknya. Bila perusahaan mengalami kebangkrutan, maka kas yang ada dipakai untuk melunasi hutang terlebih dahulu, baru kemudian jika terdapat sisa, kas tersebut digunakan untuk membayar pemegang saham. Darmadji dan Fakhrudin (2011), saham (shares) didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Berdasarkan pengertian saham di atas dapat dinyatakan bahwa saham merupakan selembar kertas yang diterbitkan oleh perusahaan sebagai tanda kepemilikan perusahaan karena telah menyetorkan sejumlah modal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
26
b). Harga Saham Harga saham adalah harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal (Jogiyanto, 2008). Harga pasar saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Dalam pasar modal yang efisien, semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasarnya (Sartono, 2008). Dari pengertian harga saham menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk sesuai permintaan dan penawaran di pasar jual beli saham. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012), selembar saham mempunyai nilai atau harga dan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1). Harga Nominal Harga nominal merupakan nilai yang tertera pada lembaran surat saham yang besarnya ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Harga nominal sebagian besar merupakan harga dugaan yang rendah, yang secara arbitrer dikenakan atas saham perusahaan. Harga ini berguna untuk menentukan harga saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
27
2). Harga Perdana Harga ini merupakan harga yang dicatat pada bursa efek. Harga saham ada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh penjamin emisi dan emiten. Dengan demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan dijual kepada masyarakat. 3). Harga Pasar Harga ini merupakan harga yang ditetapkan di bursa efek bagi saham perusahaan publik atau estimasi harga untuk perusahaan yang tidak memiliki saham. Dalam bursa saham, angka ini berubah setiap hari sebagai respon terhadap hasil aktual sebagaimana tercermin dalam indeks bursa saham. Hal ini juga menunjukkan bahwa tujuan utama manajemen adalah menjamin harga sebaik mungkin dalam kondisi apapun. Investor berkepentingan untuk mengetahui nilai tersebut sebagai informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat. Dari ketiga nilai tersebut, investor dapat mengetahui apakah saham tersebut tergolong overvalued atau undervalued sehingga hal ini bisa menjadi pertimbangan investor dalam menjual, menanamkan atau menjual saham. c). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Tinggi rendahnya harga saham perusahaan di pasar modal ditentukan oleh tinggi rendahnya permintaan akan saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar permintaan dengan asumsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
28
penawaran tetap, maka semakin tinggi harga saham tersebut. Sebaliknya jika penawaran tinggi karena banyak investor yang menjual saham yang dimilikinya, maka akan menyebabkan turunnya harga saham. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal yakni faktor fundamental mencakup perkembangan ekonomi dan politik. Beberapa bentuk faktor fundamental antara lain angka pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga yang mempengaruhi kegiatan investasi, gross domestic product (GDP), stabilitas politik dan ekonomi yang menyangkut moneter, perpajakan, infrastruktur serta teknologi informasi. Selain faktor eksternal, terdapat faktor internal yang juga turut mempengaruhi harga saham, seperti laba perusahaan, pendapatan, aliran arus kas, serta indikator rasio-rasio keuangan yang sering digunakan oleh para analis untuk mengukur rencana keuangan perusahaan. Selanjutnya menurut Wira (2014), terdapat dua teknik analisis yang biasa dipakai oleh investor untuk mengetahui apakah suatu saham layak beli pada saat tertentu atau tidak, yakni dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental digunakan untuk mengetahui apakah suatu saham mahal (overvalued) atau murah (undervalued), apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak, serta digunakan untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
29
mengetahui valuasi saham, berapa nominal rupiah saham perusahaan layak untuk dihargai. Analisis fundamental memperhitungkan berbagai faktor, seperti kinerja perusahaan, analisis persaingan usaha, analisis industri, analisis ekonomi dan pasar makro-mikro. Analisis teknikal adalah teknik yang menganalisa fluktuasi harga saham dalam rentang waktu tertentu. Dari pergerakan tersebut akan terlihat pola tertentu yang dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Pada dasarnya analisis teknikal digunakan untuk menentukan apakah suatu saham sudah overbought (jenuh beli) atau oversold (jenuh jual).
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No.
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Gerald Edsel Yermia Egam, Ventje Ilat dan Sonny Pangerapan (2017)
Pengaruh ROA, ROE, NPM dan EPS Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks LQ45 di BEI Periode Tahun 2013-2015.
ROA (X1), ROE (X2), NPM (X3), EPS (X4), Harga Saham (Y)
ROA, ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. NPM berpengaruh negatif terhadap harga saham. Sedangkan EPS berpengaruh positif terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
30
2.
Daniel (2015)
Pengaruh Faktor Internal Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan LQ 45 Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
CR (X1), DAR (X2), DER (X3), ROA (X4), PER (X5), Harga Saham (Y)
3.
Abied Luthfi Safitri (2013)
Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Ratio, Return On Asset, Debt To Equity Ratio dan Market Value Added Terhadap Harga Saham Dalam Kelompok Jakarta Islamic Index.
EPS (X1), PER (X2), ROE (X3), DER (X4), MVA (X5), Harga Saham (Y).
4.
Putu Dina Aristya Dewi dan I.G.N.A. Suaryana (2013)
Pengaruh EPS, DER, Dan PBV Terhadap Harga Saham.
EPS (X1), DER (X2), PBV (X3), Harga Saham (Y).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham. Sedangkan variabel CR, DAR, DER, PER tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Secara simultan EPS, PER, ROA, DER dan MVA berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial EPS, PER dan MVA berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengaruh EPS, PBV terhadap harga saham adalah signifikan positif, sedangkan pengaruh DER terhadap harga saham adalah signifikan negatif. Ketiga variabel independen yang digunakan pada penelitian ini EPS, DER, dan PBV bersama-sama berpengaruh signifikan bagi harga saham.
31
NPM (X1), ROE (X2), CR (X3), Harga Saham (Y).
Yuliana Siti Saputri dan Hendri Soekotjo (2016)
Pengaruh Profitability Ratio dan Current Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Farmasi.
6.
Fillya Arum Pandansari (2012)
Analisis Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham.
7.
Edhi Asmirantho dan Elif Yuliawati (2015)
Pengaruh DPS, DPR, PBV, DER, NPM dan ROA Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Dalam Kemasan Yang Terdaftar Di BEI.
DPS (X1), DPR (X2), PBV (X3), DER (X4), NPM (X5), ROA (X6), Harga Saham (Y)
Variabel PBV, NPM dan ROA secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.Variabel DPR berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Sedangkan DPS dan DER tidak berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham.
8.
Frendy Sondakh, Parengkuan Tommy dan Marjam Mangantar (2015)
CR, DER, ROA, ROE Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Pada Indeks LQ 45 Di BEI Periode 2010-2014.
CR (X1), DER (X2), ROA (X3), ROE (X4), Harga Saham (Y).
CR, DER, ROA, ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
5.
Secara parsial ROE dan CR berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan NPM tidak berpengaruh signifikan. BVS (X1), Secara simultan DER (X2), ROA, DER, BVS ROA (X3), berpengaruh Harga signifikan terhadap Saham harga saham. Secara (Y). parsial faktor fundamental ROA, DER, dan BVS memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
32
9.
Nurjanti Takarini dan Hamidah Hendrarini (2011)
Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index
NPM (X1), QR (X2), ROE (X3), EPS (X4), DER (X5), Harga Saham (Y)
Variabel NPM, ROE, EPS dan DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan QR berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
10.
Wiwi Idawati dan Aditio Wahyudi (2015)
Effect of Earning Per Share (EPS) and Return On Assets (ROA) against Share Price on Coal Mining Company Listed in Indonesia Stock Exchange.
EPS (X1), ROA (X2), Stock Price (Y)
The results of this study indicate that EPS and ROA has a positive relationship to the stock price and simultaneously significantly affect stock prices.
C. Pengembangan Hipotesis Dalam penelitian ini akan meneliti tentang hubungan antara rasio-rasio keuangan terhadap harga saham. Rasio keuangan yang digunakan meliputi : Current Ratio (CR), Debt To Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) sebagai variabel independen dan harga saham sebagai variabel dependen. Dari ketiga variabel tersebut akan dilakukan pengujian apakah mempunyai pengaruh terhadap harga saham, baik secara individu (parsial) maupun simultan. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen akan dijelaskan sebagai berikut : 1). Pengaruh Current Ratio (CR) Terhadap Harga Saham Teori yang dikemukakan Brigham dan Houston (2010) Harga saham menentukan kekayaan
pemegang saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Maksimalisasi kekayaan
33
pemegang saham diterjemahkan menjadi memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga Saham kemungkinan akan tinggi sesuai yang diperkirakan jika nilai dari rasio likuiditas, manajemen aset, manajemen hutang dan rasio profitabilitas terlihat baik dan kondisi tersebut berjalan terus secara stabil. Jika Current Ratio baik maka kemampuan perusahaan akan semakin baik dalam mencukupi hutang jangka pendeknya dan terhindar dari masalah likuiditas. Hal itulah yang akhirnya membuat investor tertarik dan berakibat pada naiknya Harga Saham. Hasil penelitian Saputri dan Soekotjo (2016) menunjukkan bahwa Current ratio (CR) berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham. H1
: Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap harga saham.
2). Pengaruh Debt to Equity Rasio (DER) Terhadap Harga Saham Investor
tidak
hanya
berorientasi
terhadap
laba,
namun
memperhitungkan tingkat resiko yang dimiliki oleh perusahaan, apabila investor memutuskan menginvestasikan modal yang dimilikinya di perusahaan tersebut. Tingkat resiko perusahaan tercermin dari rasio Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan seberapa besar modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban perusahaan. Setiap investor tentu saja menghindari berinvestasi pada perusahaan yang memiliki angka Debt to Equity Ratio (DER) tinggi karena mencerminkan tingkat resiko yang tinggi pula. Hal ini akan mempengaruhi penilaian investor sehingga harga saham mengalami
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
34
penurunan. Menurut penelitian Dewi dan Suaryana (2013) Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap harga saham. 3). Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Earning Per Share (EPS) adalah rasio antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh dividen atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran dividen dan kenaikan nilai saham dimasa datang. Pernyataan tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Safitri (2013) menemukan bahwa EPS berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. H3 : Earning per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap harga saham. D. Rerangka Konseptual/Pemikiran Dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) variabel yang digunakan yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) yang akan di uji pengaruhnya terhadap harga saham. Jika hal ini dibentuk ke dalam model penelitian, maka akan terbentuk Gambar 1.1 seperti di bawah ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
35
Current Ratio (CR)
H1
Debt to Equity Ratio
H2
Harga Saham
(DER)
(Y) H3
Earning Per Share (EPS)
Gambar 1.1 Rerangka Pemikiran Konseptual
http://digilib.mercubuana.ac.id/z