BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A.
Kajian Pustaka 1. Landasan Teori a. Manajemen Keuangan 1) Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai keseluruhan ativitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut (Alexandri, 2008:7).
Masih banyak definisi manajemen
keuangan pada intiya manajemen keuangan kegiatan dalam menghimpun dan mengelola atau menggunakan uang oleh perusahaan. 2) Fungsi Manajemen Keuangan Menurut Horne & Wachowicz (2005:03-04) menyatakan bahwa fungsi manajemen keuangan terdiri dari 3 keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu: a) Keputusan Investasi Adalah hal yang paling penting dari ketiga keputusan ketika perusahaan ingin menciptakan nilai. Dan bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi.
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
b) Keputusan Pendanaan Adalah menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang atau modal sendiri. Kedua, penetapan tentang pertimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal-modal rata-rata minimal. c) Keputusan Pengelola Aktiva Adalah bahwa manajer keuangan bersama manajer lain diperusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkat operasi dari asset-asset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi tanggung jawab manajer keuangan, tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 3) Tujuan Manajemen Keuangan Menurut Sutrisno (2005:5) dalam pandangannya tentang tujuan manajemen adalah
keuangan mengemukakan bahwa tujuan perusahaan
meningkatkan
kemakmuran
para
pemegang
saham.
Kemakmuran pemegang saham dapat diperlihatkan dalam wujud semakin tinggi harga sahamnya yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, penanaan dan kebijakan deviden.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b. Rasio Keuangan 1) Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio-rasio
keuangan
pada
dasarnya
disusun
dengan
menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laba-rugi dan neraca. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan. Sedangkan dari sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun, yang lebih baik penting lagi, sebagai titik awal untuk
melakukan
perencanaan
langkah-langkah
yang
akan
meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2006:94). 2) Jenis-Jenis Rasio Keuangan Menurut Hanafi (2009:74) pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio pasar. a) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat
efisiensi
pemanfaatan
sumber
daya
perusahaan (penjualan, persediaan, penagihan utang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Jenis-jenis rasio aktivitas adalah sebagai berikut :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
1. Total Assets Turnover (Perputaran Aktiva) Total Assets Turnover menurut Syamsuddin (2009:73) mengukur berapa kali total aktiva perusahaan menghasilkan penjualan. Ini juga dapat diartikan Total Assets Turnover mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Sedangkan menurut Darsono (2005:60) kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Semakin tinggi Total Assets Turnover maka akan semakin tinggi tingkat efisisensi perusahaan dalam penggunaan aktivanya sehingga membatasi pembelian aktiva baru. Rumus untuk menghitung Total Assets Turnover menurut Van Horne dan Wachowicz (2005, hal. 221).
Penjualan bersih (Net Sales) merupakan hasil penjualan bersih
selama
satu
tahun.
Total
aktiva
merupakan
penjumlahan dari total aktiva lancar dan aktiva tetap. Total Assets Turnover yang rendah dapat diartikan bahwa penjualan bersih perusahaan lebih kecil dari pada operating assest perusahaan. Jika perputaran aktiva perusahaan tinggi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
maka akan semakin efektif perusahaan dalam mengelola aktivanya. 2. Working Capital Turnover (Rasio Perputaran Modal Kerja) Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16). Working capital turnover merupakan kemampuan modal kerja (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan (Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi perputarannya (turnover rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
3. Fixed Assets Turnover (Rasio Perputaran Aktiva) Fixed assets turnover
untuk mengukur efektivitas
penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap. Rasio ini berguna
untuk
mengevaluasi
kemampuan
perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.
Kalau
perputarannya
lambat
(rendah),
kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:
4. Inventory Turnover (Rasio perputaran persediaan) Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode
tertentu, atau likuiditas dari inventory dan tendensi untuk
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
adanya overstock (Riyanto, 2008:334). Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar (market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur perputaran persediaan dalam kas. Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah persediaan akhir dibagi dua. Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
5. Rata-rata Umur Piutang Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari. Rata-rata piutang ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
6. Perputaran Piutang Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-rata. Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :
Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian kredit. b) Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membanyar semua utang-utangnya, baik jangka pendek maupun utang jangka panjang (Sugiyarso&Winarni. 2005:115). Jenis-jenis rasio solvabilitas adalah sebagai berikut : 1. Debt to Equity Ratio Rasio ini menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri (Husnan&Pudjiastuti. 2012:72). Debt to Equity Ratio merupakan Financial Leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel keuangan karena secara teoritis menunjukkan rasio suatu perusahaan sehingga berdampak pada ketidakpastian harga saham. Debt to Equity Ratio yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan, sebaliknya, tingkat Debt to Equity Ratio yang rendah menunjukkan kinerja yang semakin baik,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi. Menurut Riyanto (2008 hal.333) Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Debt to Equity Ratio memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahan, sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak tertagihnya suatu utang oleh para investor. Semakin besar nilai Debt to Equity Ratio, berarti semakin besar jumlah aktiva yang dibiayai oleh pemilik perusahaan dan semakin kecil nilai Debt to Equity Ratio, berarti semakin kecil jumlah aktiva yang dibiayai oleh pemilik perusahaan. Debt to Equity Rasio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam
(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Menurut Kasmir (2010:124) rumusan untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
Besar-kecilnya rasio Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi tingkat pencapaian laba (Return On Equity) perusahaan.
Semakin
tinggi
Debt
to
Equity
Ratio
menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar, hal ini sangat memungkinkan menurunkan kinerja perusahaan, karena tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi. 2. Total Assets to Total Debt Ratio/ Debt Ratio Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio ini dihitung dengan rumus:
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi. Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. 3. Times Interest Earned Sawir (2008:14) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman. Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:
Jadi
rasio
solvabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan. c) Rasio Likuiditas Ratio likuiditas adalah ratio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
pendek (Sugiyarso,G dan F Winarni, 2005:114). Jenis-jenis rasio likuiditas adalah sebagai berikut: 1. Current Ratio (Rasio Lancar) Menurut Sugiono (2009:68) ratio ini digunakan untuk mengetahui
seberapa
jauh
aktiva
lancar
perusahaan
digunakan untuk melunasi utang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo/segera dibayar. Current Ratio menurut Kasmir (2012:134) menyatakan bahwa untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan.
Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva
lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Menurut Lukas (2008:365) Current ratio adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengetahui likuiditas suatu perusahaan. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan
hutang
lancar.
Current
ratio
yang
rendah
menunjukkan bahwa likuiditas perusahaan buruk. Sebaliknya jika current ratio relatif tinggi, likuiditas perusahaan relatif baik. Namun harus dicatat bahwa tidak pada semua kasus dimana current ratio tinggi, likuiditas perusahaan pasti baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Meskipun aktiva lancar lebih besar dari hutang lancar, perlu diingat bahwa item-item aktiva lancar seperti persediaan dan piutang terkadang sulit ditagih atau dijual secara tepat. Aktiva
lancar
(current
asset)
merupakan
harta
perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Menurut Hanafi dan Halim (2009:77) menyatakan bahwa Aktiva lancar dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio lancar yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar yang akan berpengaruh
yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap dan komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan). 2. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
Rasio
ini
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
3. Cash ratio (Rasio Kas) Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:
d) Rasio Profitabilitas Rasio
untuk
mengukur
seberapa
besar
kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan nilai penjualan,
aktiva,
dan modal
sendiri.
Jenis-jenis
rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut : 1. Net Profit Margin Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
operasi suatu perusahaan. Rumus menghitung Net Profit Margin:
2. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor atas Penjualan) Pada dasarnya Rasio ini menunjukkan nilai relative antara nilai laba kotor terhadap nilai penjualan. Laba kotor adalah
nilai
penjualan
dikurangi
harga
pokok
penjualan. Formula untuk menghitung Gross Profit Margin adalah sebagai berikut:
Dari formulanya dapat diketahui bahwa rasio ini menunujukkan sebarapa besar laba kotor yang diperoleh perusahaan untuk seluruh penjualannya. Nilai rasio 0.5 atau 50 persen menunjukkan bahwa laba kotor yang diperoleh perusahaan adalah 50 persen dari total penjualan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar laba kotor yang diperoleh perusahaan. Artinya profitabilitas perusahaan semakin tinggi, perusahaan memiliki tingkat keuntungan dalam laba kotor yang tinggi. 3. Operating Profit Margin Ratio Selisih antara net margin ratio (ratio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau ratio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih. Sehingga operating margin dapat dihitung dengan rumus:
Operating
ratio
mencerminkan
tingkat
efesiensi
perusahaan, sehingga rasio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. Tetapi rasio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya
faktor harga
yang sulit
dikendalikan oleh
manajemen. e) Rasio Pasar Menurut Hanafi (2009:82) rasio pasar adalah rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
1. Price Earning Ratio Price Earning Ratio berguna untuk melihat saham relatif terhadap earning-nya . PER bisa dihitung sebagai berikut:
2. Dividend Yield Dari segi investor rasio ini cukup berarti karena dividend yirld merupakan sebagian dari total return yang lain adalah capital gain, yang diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli. Apabila selisih negatif yang terjadi, maka terjadi capital loss . Biasanya perusahaan yang mempunyai
prospek
pertumbuhan
yang
tinggi
akan
mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi yang megakibatkan dividend yield akan menjadi kecil begitu pula sebaliknya. Dividend yield dapat dihitung sebagai berikut:
3. Pembayaran Deviden Rasio ini melihat bagian earning yang dibayarkan sebagai deviden kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen dihitung sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaa. c. Laba 1) Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Laba ialah prestasi seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk angka keuangan yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban (Darsono, 2008:12). Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. 2) Pertumbuhan Laba Pada dasarnya perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan yang harus dicapai. Pertumbuhan laba perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga baik. Pertumbuhan laba merupakan kenaikan laba per tahun. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya Pertumbuhan Laba = Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1 Laba bersih tahun t-1 3) Karakteristik Laba Laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut (Harahap, 2010:263) a) Laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi. b) Laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu. c) Laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan. d) Laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
e) Laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. 4) Jenis-Jenis Laba a) Laba Kotor Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 120) laba kotor
merupakan
“pendapatan
dikurangi
harga
pokok
penjualan”. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan. b) Laba Operasional Laba Operasional merupakan hasil dari aktivitas-aktivitas yang termasuk rencana perusahaan kecuali ada perubahan-perubahan besar dala perekonomiannya, dapat diharapkan akan dicapai setiap
tahun.
Oleh
karenanya,
angka
ini
menyatakan
kemampuan perusahaan untuk hidup dan mencapai laba yang pantas sebagai jasa pada pemilik modal. c) Laba Sebelum Pajak Laba sebelum pajak menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan “laba dari operasi berjalan sebelum cadangan untuk pajak penghasilan”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
d) Laba Bersih Laba bersih menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005: 25) merupakan “laba dari bisnis perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak”. 5) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Laba Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a) Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. b) Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. c) Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung
memanipulasi
laba
sehingga
dapat
mengurangi ketepatan pertumbuhan laba. d) Tingkat penjualan Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
e) Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang.
6) Hubungan total asset turnover, debt to equity ratio, current ratio, dan net profit margin terhadap pertumbuhan laba a) Hubungan Total Assets Turnover terhadap pertumbuhan laba Rasio ini
menunjukan efisiensi penggunaan total aktiva
perusahaan untuk
menghasilkan penjualan, jika perusahaan
menghasilkan penjualan yang lebih banyak dengan lebih sedikit aktiva yang diinvestasikan maka rasio total assets turnover akan membaik, maka secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan perusahaan (horne, 2006:222). b) Hubungan Debt to Equity Ratio terhadap pertumbuhan laba DER merupakan perbandingan antara hutang-hutang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal
sendiri
perusahaan
untuk
memenuhi
seluruh
kewajibannya. Komposisi struktur pendanaan perusahaan dapat berdampak terhadap pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan (Harahap, 2007:194). c) Hubugan Current Ratio terhadap pertumbuhan laba Semakin tinggi CR maka akan semakin besar kemampuan perusahaan
dianggap
terlalu
likuid,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
secara
relatif
jika
35
dibandingkan dengan industrinya, akibatnya perusahaan tersebut akan mengalami penurunan profitabilitas (Harahap, 2007:194) d) Hubugan Net Profit Margin terhadap pertumbuhan laba NPM yang semakin besar menunjukan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan dari kegiatan penjualan. Dengan laba bersih yang besar, bertambah luas kesempatan bagi perusahaan untuk memperbesar modal usahanya tanpa melalui
hutang-hutang
baru,
sehingga
pendapatan
yang
diperoleh menjadi meningkat (Harahap, 2007:304).
2. Kajian Riset Terdahulu Hendra & Diyah (2011) menguji “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Parubahan Laba Pada Perusahaan Real Estate Dan Property Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dan Singapura (SGX)” current rasio dan profit margin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba di perusahaan real estate dan property di BEI. Total assets turnover dan profit margin mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubaha laba di perusahaan real estate dan property di SGX. Ade & Sri (2013) menguji “Pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2011 ”. Berdasarkan hasil analisis uji t di peroleh bahwa Total Asset Turnover, Fixed Assets Turnover, Inventory Turnover memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan Current Ratio, Debt to Assets Ratio,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba namun tidak signifikan. Enekwe, Okwo & Ordu (2013) menguji “Financial Ratio Analysis As a Determinant Of Profitability In Nigerian Pharmaceutical Industri”. Hasil analisis menunjukan hubungan negatif antara semua variabel independent dengan profitabilitas. Debtors Turnover Ratio, Creditor’s Velocity, dan Total Assets Trunover Ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Inventory Trunover menunjukan hubungan yang signifikan dengan profitabilitas. Hanya sebesar 17,8% variabel independent yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan 82,2% dipengaruhi faktor lainnya di luar variabel independent. Novia (2013) menguji “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perbankan di BEI”. Berdasarkan penelitian secara parsial variabel TATO, dan NPM memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini berarti kontribusi pengaruh dari NPM dan TATO terhadap naik turunnya pertumbuhan laba adalah sebesar 8,6 %. Sisanya sebesar 91,4% dijelaskan oleh variabel – variabel lain diluar variabel yang diteliti. Khalidazia dan Iskandar (2014) menguji “ The Influence Of Profitability And Liquidity Ratios On The Growth Of Profit Of Manufacturing Companies A Study Of Food And Beverages Sector Companies Listed On Indonesia Stock Exchange Period 2010-2012”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Berdasarkan penelitian
current ratio, quick ratio, cash ratio, gross
profit margin, return on assets dan return on equity mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Manufaktur (sektor makanan dan minuman) di yang terdaftar di IDX tahun 20102012. Dari keenam variabel independen tersebut sebagian tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hanya sebesar 7,5253% variabel independent yang mempengaruhi pertumbuhan laba perusahaan
82,2% dipengaruhi faktor lainnya di luar variabel
independent. Heikal, Muammar dan Ainatul (2014) menguji “ Influence Analysis of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), and Current Ratio (CR), Against Corporate Profit Growth In Automotive In Indonesia Stock Exchange”. Berdasarkan penelitian Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), and Current Ratio (CR) dengan menggunakan uji F mempunyai pengaruh signifikan sebesar 0,000 terhadap pertumbuhan laba. Dengan uji T Return on Assets, Return on Equity dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan laba masing-masing sebesar 0,029 , 0,041 dan 0,008. Sementara Debt To Equity Ratio dan Current Ratio berpengaruh signifikan negatif masing-masing sebesar 0,008 dan 0,001.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Nara (2014) menguji “analisis rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( 2011-2013)”. Berdasarkan hasil analisis uji t di peroleh bahwa Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Return on Equity berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan dan Return on Inventory berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil analisis uji F diperoleh hasil bahwa variabel Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Total Asset Turnover, Inventory Turnover, Return on Equity dan Return on Inventory berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan laba. Umobong (2015) menguji “ Assessing The Impact of Liquidity And Profitability Ratios On Growth Of Profits In Pharmaceutical Firmn In Nigeria”. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan uji hausman Current Ratio, Gross Profit Ratio, Net Profit Margin, Net Working Capital Ratio, Return on Assets, Return Capital Employed, dan Return on Equity mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan farmasi di Nigeria.
B.
Rerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dalam penelitian ini gambaran mengenai kerangka pemikiran sebagia berikut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
Rasio Aktivitas X1 Total Asset Turn Over H1 Rasio Solvabilitas X2 Debt to Equity Ratio Rasio Likuiditas X3 Current Ratio
H2 H3
PERTUMBUHAN LABA (Y)
H4
Rasio Profitabilitas X4 Net Profit Margin
C.
Hipotesis Menurut Rochaety (2007: 31), “Hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji ”. Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas) terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman, maka dapat dirumuskan hipotesa sebagai berikut.: H1 : Diduga rasio aktivitas (total asset turnover) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman di BEI 2010-2014. H2 : Diduga rasio solvabilitas (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman di BEI 2010-2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
H3 : Diduga rasio likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman di BEI 2010-2014. H4 : Diduga rasio profitabilitas (net profit margin) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman di BEI 2010-2014.
http://digilib.mercubuana.ac.id/