11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
Pada bab ini dibahas kajian pustaka, konsep, landasan teori, dan model penelitian. Keempat hal tersebut dipaparkan sebagai berikut.
2.1 Kajian Pustaka Tujuan kajian pustaka adalah untuk mengetahui kualitas penelitian sebelumnya serta mengetahui hal-hal menarik terkait dengan penelitian ini sehingga terdapat perbedaan dan kebaruan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini diacu penelitian sebelumnya yang dilakukan beberapa ahli yang berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) untuk meningkatkan kemampuan menulis recount text. Adapun penelitian-penelitian yang pernah dilakukan yaitu sebagai berikut. Pertama, penelitian yang dilaksanakan oleh Widiadnya (2013) dalam tesisnya yang berjudul “Penerapan Metode Presentation, Practice, and Production dalam Pembelajaran Menulis Peserta didik Kelas VII SMP Angkasa Kuta Tahun Pelajaran 2012/2013’. Dari hasil penelitian tersebut ditunjukkan bahwa nilai rata-rata tes akhir sebelum penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dikategorikan buruk, yaitu berkisar pada nilai 60. Setelah menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) pada siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami peningkatan menjadi 77 yang 11
12
dikategorikan baik. Selanjutnya, pada siklus III nilai rata-rata peserta didik terus meningkat menjadi 81. Nilai tersebut masih termasuk dalam kategori baik. Peningkatan ini terjadi karena motivasi belajar peserta didik setelah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode PPP (presentation, practice, and production) sangat antusias. Kelebihan penelitian ini adalah digunakannya metode yang jelas dalam merumuskan setiap data yang dianalisis dan memberikan tahapan yang berbeda sehingga hasil belajar dapat dianalisis dengan baik. Kekurangan penelitian ini adalah tidak dicantumkannya berapa rentangan nilai pada data-data yang digunakan pada setiap siklus. Dengan demikian, data yang dicantumkan tersebut tidak dapat memberikan kejelasan bagi pembaca untuk memahami rentangan nilai maksimal atau minimal yang menjadi dasar acuan peneliti dalam memberikan skor atau nilai. Relevansinya dengan penelitian ini adalah (1) sama-sama melihat peningkatan hasil belajar peserta didik dalam aspek menulis sebuah teks, (2) sama-sama mengujicobakan metode belajar yang sama, yaitu penerapan metode PPP (presentation, practice, and production) dalam keterampilan menulis. Namun, penelitian tersebut juga memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilaksanakan ini. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, aspek yang dianalisis adalah kemampuan peserta didik dalam menulis descriptive text, sedangkan penelitian yang dilakukan saat ini menganalisis kemampuan peserta didik dalam menulis recount text. Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Milati (2011) dengan judul tesis “Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat Passive Simple Present Tense Peserta Didik SMPN 1 Tegallalang dengan Pendekatan Chain and Card Game”.
13
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat tahapan dalam setiap siklus yang diterapkan. Kelebihan penelitian Milati adalah hasil analisis data kuantitatif yang digunakan menunjukkan bahwa pendekatan chain and card game dapat meningkatkan kemampuan menulis kalimat passive simple present tense pada peserta didik di SMPN 1 Tegallalang. Sebaliknya, kekurangannya adalah pendekatan chain and card game yang digunakan tidak dijelaskan secara terperinci sehingga menyulitkan pembaca untuk mengerti metode-metode dalam permainan kartu tersebut. Relevansinya dengan penelitian yang dilakukan adalah mengkaji peningkatan kemampuan menulis dalam bahasa Inggris. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya menggunakan kalimat passive simple present tense dan pendekatan chain and card game, sedangkan penelitian ini menganalisis penggunaan kalimat simple past tense dalam membuat recount text dengan menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production). Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2013) dengan tesis yang berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text dengan Menggunakan Metode Picture Series pada Kelas VIII di SMP Angkasa Kuta Badung.” Penelitian yang dilaksanakan ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas empat tahapan dalam setiap siklus. Penelitian ini menggunakan tiga siklus. Dari hasil data kuantitatif dapat dilihat bahwa penerapan metode picture series dapat meningkatkan kemampuan menulis peserta didik, khususnya dalam menulis recount text. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi tes dan observasi, sebelum metode picture series diterapkan nilai peserta didik hanya mencapai 70,22 yang
14
diindikasikan bahwa nilai tersebut termasuk dalam kategori kurang dan di bawah KKM. Namun, setelah diterapkan metode picture series pada siklus I, II, dan III terjadi peningkatan nilai peserta didik mencapai 79,54 dengan kategori baik. Kelebihan penelitian ini adalah peneliti memaparkan langkah-langkah penerapan metode picture series dengan jelas sehingga pembaca dapat memahami maksud penulis. Kekurangan penelitian ini adalah peneliti tidak menggunakan metode penskoran yang jelas untuk menganalisis karangan, sehingga pada analisis data kuantitatif peneliti hanya mencari nilai rata-rata dari setiap siklus. Relevansi penelitian Pertiwi dengan penelitian ini adalah menganalisis kemampuan menulis peserta didik dalam jenis karangan recount. Perbedaan penelitian Pertiwi dengan penelitian ini adalah penelitian sebelumnya menggunakan metode picture series, sedangkan penelitian ini menerapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production). Keempat, sebuah artikel jurnal penelitian yang dilakukan oleh D. Manurung (2013) yang berjudul “Improving the Students’ Achievement in Writing Recount Text by Using Transitions-Action-Details (TAD) Strategy”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Tiap-tiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif didapatkan melalui tes tulis dan data kualitatif diperoleh dari observasi, wawancara, dan catatan harian. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis recount text. Sebelum menerapkan strategi TAD (transitions-action-details), nilai peserta didik
15
hanya mencapai 44, 33. Namun, setelah diterapkannya strategi TAD (transitionsaction-details), nilai peserta didik meningkat menjadi 61, 13 pada siklus I, dan mencapai 82,66 pada akhir siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan strategi TAD (transitions-action-details) mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menulis recount text. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini adalah melakukan penelitian tindakan kelas. Namun, perbedaan dengan penelitian tersebut adalah menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) dalam menganalisis kemampuan menulis recount text. Kelima, sebuah e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3 Tahun 2013) yang ditulis oleh Sutarmi dkk dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Scaffolding terhadap Keterampilan Menulis Teks Recount Berbahasa Inggris dan Kreativitas Peserta didik Kelas VIII SMP Negeri 3 Manggis”. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan the posttest only nonequivalent control group design. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan menulis recount text dan kreativitas antara peserta didik yang belajar dengan pembelajaran scaffolding dan peserta didik yang belajar dengan pembelajaran konvensional. Penerapan pembelajaran scaffolding selain membantu meningkatkan keterampilan menulis peserta didik juga sekaligus mampu meningkatkan kreativitas peserta didik. Hal itu terjadi karena di dalam pembelajaran scaffolding terdapat tujuan dan pengertian yang berkaitan dengan pengembangan konsep diri peserta didik. Kelemahannya, teori yang dipaparkan tidak jelas sehingga pembaca masih
16
mereka-reka maksud yang dituliskan. Selain itu, dalam mengkaji data-data tidak dijelaskan secara konkret dan jelas sehingga sulit dipahami oleh pembaca. Relevansinya dengan penelitian ini adalah melakukan penelitian yang melihat kemampuan peserta didik dalam menulis recount text. Perbedaannya adalah penelitian sebelumnya menggunakan metode scaffolding, sedangkan penelitian ini menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production).
2.2 Konsep Konsep merupakan sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, objek, atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide, atau gambaran mental (Kunandar, 2011:90). Adapun beberapa konsep yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
2.2.1 Kemampuan Kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan selalu. Menurut Stephen dan Timothy (2009:57), kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beberapa tugas dalam suatu pekerjaan. Menurut Caplin (1997: 34), kemampuan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan dan praktek (Robbins, 2000:67). Dari pengertian kemampuan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kesanggupan atau kecakapan seorang individu dalam menguasai suatu
17
keahlian dan digunakan untuk mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, misalnya kemampuan menulis sebuah recount text.
2.2.2 Keterampilan Keterampilan berasal dari terampil yang berarti cakap. Keterampilan adalah kemampuan mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (Ibid, 2000: 494-495). Menurut Poerwadharminta (1996:108), keterampilan merupakan kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Sejalan dengan pendapat Poerwadharminta, Soemaryadi (1995:2) menjelaskan bahwa keterampilan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan dengan baik dan cepat. Dari pengertian keterampilan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik, cakap, dan cermat sehingga hasil yang dikerjakan tersebut sangat memuaskan.
2.2.3 Menulis Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis melibatkan beberapa unsur, yaitu penulis sebagai penyampaian pesan, isi tulisan, saluran atau media, dan pembaca (Dalman, 2014:3).
18
Menurut Suparno dan Yunus (dalam Dalman, 2014:4), menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menurut Tarigan (2005:21) menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang-lambang grafis tersebut. Sejalan dengan pendapat di atas, Marwoto (dalam Dalman, 2014:4) menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk karangan secara leluasa. Artinya, keterampilan menulis itu membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang luas sehingga si penulis mampu menuangkan ide, gagasan, atau pendapat dengan mudah dan lancar. Djibran (2008: 17) menyatakan
bahwa
menulis
adalah
mengungkapkan
pikiran,
perasaan,
pengalaman, dan hasil bacaan dalam bentuk tulisan, bukan dalam bentuk tutur. Dari pengertian-pengertian menulis di atas, pemahaman mengenai menulis dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, perasaan, pengalaman, ide, gagasan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna yang dituangkan ke dalam sebuah media (seperti kertas, buku, laptop) dengan penggunaan tata bahasa, tata tulis, kosakata, dan struktur kata yang tepat sehingga pembaca memahami maksud tulisan tersebut.
2.2.4 Recount Text Recount text adalah jenis teks yang berisi tentang pengalaman pribadi seseorang yang disampaikan secara terurut. Dengan kata lain, peserta didik
19
menceritakan kejadian yang dialami kepada orang lain yang dapat diungkapkan melalui bentuk tulisan yang di dalamnya dituliskan kronologis peristiwa-peristiwa yang terjadi (Fadlun, 2011: 98). Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa recount text adalah sebuah jenis teks yang berisi tentang pengalaman seseorang atau peristiwa yang terjadi pada waktu lampau yang diungkapkan secara terurut. Terdapat tiga jenis recount text, yaitu (1) personal recount: menceritakan kembali pengalaman di mana penulis terlibat secara langsung; (2) factual recount: menceritakan kembali kejadian atau insiden, seperti berita koran, laporan kecelakaan; dan (3) imaginative recount: menceritakan peran yang bersifat imajinatif dan menghubungkan kejadian khayalan (Emilia dkk., 2008:16). Adapun jenis recount text yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah personal recount. Personal recount dipilih dalam penelitian ini karena peserta didik mengalami kejadian atau pengalamannya di masa lampau yang selalu diingat sehingga peserta didik dengan mudah menentukan ide cerita dan mengembangkannya menjadi sebuah paragraf. Organisasi recount text biasanya dimulai dengan orientation yang memasukkan unsur-unsur informasi latar belakang untuk membantu pembaca memahami cerita. Biasanya ada penjelasan mengenai siapa, kapan, di mana, dan mengapa yang biasanya ditulis dalam paragraf pertama. Selanjutnya diikuti dengan kejadian penting (important events) yang dijelaskan dan biasanya disusun dalam urutan waktu kejadian pertama sampai dengan kejadian terakhir. Akhirnya, teks ini mempunyai banyak komentar evaluatif atau pernyataan simpulan (reorientation) yang mungkin hanya berupa komentar mengenai kejadian yang telah
20
terjadi sebelumnya. Akan tetapi, ini bersifat opsional yang sering merupakan komentar yang merefleksikan perasaan penulis tentang kejadian-kejadian yang disebutkan sebelumnya.
Tabel 2.1 Generic / Schematics Structure of Recount Text Generic Structure/Schematics
Function
structure Orientation Sequence of Events
Pembukaan (pengenalan tokoh, tempat, waktu, dan kejadian/aktivitas si pelaku) Kejadian (rangkaian kejadian yang dilakukan) Simpulan (penutup yang menjelaskan perasaan si
Reorientation/Conclusion pelaku dengan kejadian atau aktivitas yang dilakukan) Sumber: Rangkuman Intisari Bahasa Inggris (Fadlun, 2011:98).
2.2.5 PPP (Presentation, Practice, and Production) Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) adalah suatu metode yang cocok diterapkan untuk mengajarkan struktur bahasa (misalnya tata bahasa atau kosakata) dalam bahasa asing karena memiliki tahapan-tahapan pengajaran yang terpusat pada aktivitas siswa. Seperti namanya, PPP terbagi atas tiga fase, yaitu bergerak dengan kontrol pendidik yang ketat terhadap kebebasan pembelajar, fokus pada keterampilan, baik lisan maupun tulis, dapat juga diterapkan lebih luas untuk metode terkait yang bergantung pada perkembangan presentasi, melalui latihan terkontrol sehingga menghasilkan suatu produk yang baik (Harmer, 2007).
21
Metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik di dalam proses pembelajaran untuk memproduksi atau menghasilkan suatu produk, seperti sebuah karangan recount text. Terdapat tiga tahapan dalam penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production), yaitu tahap penyajian (presentation), tahap praktik/latihan (practice), dan tahap produk/hasil (production). Tahapan-tahapan metode tersebut dapat diterapkan dan dikembangkan sesuai dengan kreativitas dari tenaga pendidik (Harmer, 2007).
2.2.6 Sintaksis Sintaksis merupakan bagian dari subsistem gramatika atau tata bahasa yang membahas kalimat dan kata merupakan satuan terkecil dalam suatu gramatikal. Sintaksis menerangkan pola-pola kalimat dan bagian-bagian yang membentuk kalimat tersebut. Bahasan sintaksis meliputi urutan yang menentukan makna gramatikal, bentuk kata, dan intonasi/tanda baca (Kentjono, 1982:53). Berikut dapat dijabarkan beberapa bahasan sintaksis yang disinggung dalam penelitian ini, yang digolongkan sebagai berikut. a. Grammar meliputi penggunaan finite and nonfinite verb. b. Mechanics meliputi ejaan (spelling), pilihan kata (diction), dan tanda baca (punctuation). c. Organisasi ide/gagasan meliputi tittle, orientation, events, dan re-orientation.
22
2.2.7 Motivasi Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987), motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif. Dapat pula diartikan sebagai hal atau keadaan yang menjadi motif. Menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002), motivasi mewakili proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensinya kegiatan-kegiatan sukarela yang diarahkan pada tujuan tertentu. Gray (dalam Winardi, 2002) mendefinisikan motivasi sebagai sejumlah proses yang bersifat internal dan eksternal bagi seorang individu yang menyebabkan
timbulnya
sikap
antusiasme
dan
persistensi
dalam
hal
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Soemanto (1987) juga mendefiniskan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Berdasarkan pengertian motivasi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan, energi aktif, perubahan tenaga pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan emosi sehingga mendorong individu tersebut untuk bertindak atau melakukan sesuatu karena adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan. Motivasi dapat muncul dalam diri seseorang di samping juga dapat muncul karena adanya rangsangan faktor luar. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan sebagai daya penggerak dalam diri setiap peserta didik sehingga dapat menumbuhkan gairah dan semangat belajar. Motivasi dalam diri peserta didik sangat menentukan hasil belajar peserta didik itu sendiri.
23
2.3 Landasan Teori Teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik melalui spesifikasi hubungan antarvariabel sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena (Kerlingker dalam Sugiyono, 2013:79). Teori utama dalam penelitian ini adalah teori pembelajaran bahasa karena penelitian ini lebih menekankan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan agar peserta didik mampu menghasilkan tulisan yang dapat membangun keterampilan berbahasa. Teori tersebut didukung oleh teori-teori lain yang relevan, yaitu (1) teori menulis yang digunakan untuk memahami dan memeriksa ketentuanketentuan yang ada dalam proses menulis, seperti memeriksa penggunaan bahasa, tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan mengoreksi hasil tulisan mereka; (2) teori tata bahasa Inggris digunakan untuk memahami dan memeriksa kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya dalam penggunaan past tense.
2.3.1 Teori Pembelajaran Bahasa Menurut Brown (1987:6), pembelajaran adalah proses memperoleh atau mendapatkan pengetahuan tentang subjek atau keterampilan yang dipelajari melalui belajar, pengalaman, atau instruksi (“learning is acquiring or getting knowledge of a subject or skill by study, exoerience or instruction”). Brown juga menambahkan bahwa pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil latihan yang dilakukan secara berulang-ulang
24
(“Learning is relatively permanent change in a behavioral tendency and is the result of reinforced practice”). Menurut Cahyo (2012:27), dalam teori pembelajaran ada dua pendekatan yang digunakan, yaitu (1) pendekatan behavioristik dan (2) pendekatan konstruktivisme. Pendekatan behavioristik adalah suatu dasar pemikiran yang memandang peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dan respons (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Di pihak lain, pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dari dua pendekatan tersebut yang sesuai dengan penelitian ini adalah pendekatan behavioristik, yaitu stimulus diberikan kepada peserta didik berupa penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) serta tahapan menulis recount text dan respons yang diberikan peserta didik adalah hasil tulisan recount text sederhana. Skinner (1957) seorang psikolog Amerika Serikat yang menganut aliran behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar jika telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dalam kutipan bukunya yang berjudul Verbal Behavior dinyatakan bahwa teknik pendidikan yang menekankan pada penghafalan, baik bahan lisan maupun tulisan, sangat bergantung pada dorongan atau motivasi. Sebagai contoh, beberapa baris puisi yang diberikan kepada peserta didik dan dia diperintahkan untuk “belajar”. Pendidik kemudian meminta peserta didik untuk membaca puisi. Penghargaan atau pujian akan diberikan jika ia melakukannya dengan benar.
25
Sebaliknya,
pendidik
akan
menghukumnya
jika
peserta
didik
salah
mengucapkannya. Hal itu dilakukan dalam rangka menghasilkan tanggapan yang kemudian dapat diperkuat. “In educational techniques, there were required motivation in learning process by giving rewards and punishment. It used to generate a good response. (Skinner, 1957:255).
Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan input yang berupa stimulus dan keluaran output yang berupa respons. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya
respons.
Bila
penguatan
ditambahkan
(positif
reinforcement), maka respons semakin kuat. Demikian juga penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga semakin kuat. Misalnya seorang peserta didik perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika peserta didik tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus ditambahkan. Akan tetapi, jika sesuatu tidak mengenakkan peserta didik (sehingga ia melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini mendorong peserta didik untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut penguatan
negatif.
Penguatan
negatif
tidak
sama
dengan
hukuman.
Ketidaksamaannya, yaitu bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respons yang muncul berbeda dengan respons yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai stimulus) harus dikurangi agar respons yang sama menjadi semakin kuat. Penguatan positif dan penguatan negatif bertujuan untuk memperkuat respons. Terdapat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif, yaitu penguatan positif bertujuan untuk menambah respons, sedangkan
26
penguatan negatif bertujuan untuk mengurangi kesalahan agar memperkuat respons. Efek prosedur dalam memberikan respons dari kondisi pengendalian tertentu biasanya dilakukan dengan cara lain. Selain menggunakan berbagai macam penguatan, suatu ketergantungan diatur dengan respons verbal dan penguat umum. Setiap peristiwa yang bersifat mendahului suatu ganjaran berbeda dapat digunakan sebagai penguat untuk membawa perilaku bawah kontrol seseorang pada semua kondisi yang kurang tepat dan rangsangan yang buruk (Skinner, 1957:54) “By provide the reinforcement could strengthen the responses. Giving reinforcement, reward, and punishment would be able to control the responses” (Skinner, 1957:54).
Menurut pendapat Douglas Brown (dalam Iskandarassid, 2009:4), yang juga merupakan penganut paham behaviorisme, pembelajaran dimaknai sebagai proses menuju ke arah yang lebih baik. Pembelajaran juga merupakan penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar, pengalaman, atau instruksi. Variasi belajar dapat diamati melalui proses tingkah laku atau penampilan anak didik. Ada enam jenis tingkah laku, yaitu (1) suatu kegiatan belajar peserta didik yang ditampilkan melalui proses stimulus (S) - respons (R), S adalah situasi yang ditampilkan stimulus, sedangkan R adalah respons atas stimulus; (2) untaian dan rangkaian, suatu kegiatan belajar yang terjadi berdasarkan rentetan atau rangkaian respons yang dihubungkan – hubungkan; (3) perbedaan yang beragam, proses belajar terjadi atas serangkaian respons yang khusus; (4) penggolongan, jenis belajar yang
terjadi atas
penggolongan suatu benda, keadaan, atau perbuatan yang sesuai dengan situasi;
27
(5) menggunakan urutan, suatu kecakapan untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan landasan komponennya; dan (6) memecahkan masalah, kemampuan berpikir, menganalisis, dan memecahkan masalah. Kedua pandangan Skinner dan Brown mengenai pendekatan behavioristik dalam teori pembelajaran di atas mengemukakan bahwa pendekatan behavioristik diterapkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut peserta didik untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Beberapa aplikasi teori behaviorisme dalam pembelajaran adalah (1) bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis; (2) hasil belajar harus segera diberitahukan kepada peserta didik, yaitu jika salah, dibetulkan dan jika benar, diperkuat; (3) proses belajar harus mengikuti irama dan yang belajar, materi pelajaran menggunakan sistem modul; (4) tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic; (5) dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri; (6) dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman; (7) dalam pendidikan diutamakan mengubah lingkungan untuk menghindari pelanggaran agar tidak menghukum; (8) tingkah laku yang diinginkan pendidik diberikan hadiah; (9) hadiah diberikan kadangkadang (jika perlu); dan (10) tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan (Skinner, 1957). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) yang merupakan stimulus (S) untuk mendapatkan respons (R) berupa karangan siswa, yaitu recount text. Penguatan
28
(reinforcment) yang diberikan dalam penelitian ini adalah pengulangan materi dan latihan menggunakan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) dalam menulis sebuah recount text sebelum penugasan diberikan. Penelitian ini diberikan penguatan positif berupa pujian kepada peserta didik yang mampu memperoleh hasil yang baik dalam menulis sebuah recount text. Penguatan positif ini bertujuan untuk mendapatkan respons yang baik pada hasil kegiatan menulis recount text di tahap berikutnya.
2.3.2
Menulis Teori pembelajaran bahasa di atas diterapkan pada model linguistik yang
diteliti, yaitu dalam proses pembelajaran menulis yang difokuskan pada produk dari proses penulisan itu sendiri. Menurut Tarigan (2000:21), menulis adalah mengeluarkan dan mengekspresikan isi hati dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis tidak langsung datang dengan sendirinya, tetapi harus melalui banyak latihan dan praktik secara teratur. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hasil dari tulisan yang dikerjakan dapat dilihat proses yang berkaitan dengan hasil tulisan yang telah dibuat sehingga dapat diamati secara langsung. Ketika berkonsentrasi pada produk, seseorang hanya tertarik pada hasil akhirnya. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan proses meminta peserta didik untuk mempertimbangkan prosedur penyusunan hasil kerja yang baik. “In the teaching of writing, it is very important to understand the procedures and steps to write the right text which committed from the beginning to the end to get a good product (Harmer, 2007:325)”.
29
Menurut Harmer (2007), terdapat berbagai tahapan dalam proses menulis, yaitu penyusunan, peninjauan, menyusun kembali, dan terakhir adalah menulis yang dilakukan secara rekursif sehingga pada tahap pengeditan mungkin dirasakan perlu untuk kembali ke fase pramenulis dan berpikir lagi. Potongan tulisan dapat diedit seperti yang disusun sebelumnya. Tahapan menulis, di antaranya adalah (a) periksa penggunaan bahasa (tata bahasa, kosakata, kata penghubung), (b) periksa tanda baca (dan tata letak), (c) periksa ejaan Anda, (d) periksa tulisan Anda untuk pengulangan yang tidak perlu, (e) tentukan informasi untuk setiap paragraf, (f) tuliskan berbagai ide, (g) pilih ide-ide terbaik untuk dimasukkan, (h) menulis salinan bersih dari versi yang dikoreksi, dan (i) tulislah versi kasar (Harmer, 2007: 326). Menurut beberapa pendapat yang dikutip dari dailywritingtips.com (dalam Dalman, 2014:5), tahap-tahap menulis yang baik adalah prewriting, writing, revising, editing, dan publishing. Dalam tahap prewriting, hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan ide/tema, menentukan topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan dan informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan. Tahap selanjutnya adalah tahap writing. Dalam tahap ini penulis harus dapat mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan dengan memperhatikan struktur karangan yang terdiri atas bagian awal, isi, dan akhir. Berikutnya adalah tahap revising, yaitu penyuntingan. Penyuntingan adalah pemeriksaan dan perbaikan unsur-unsur mekanik karangan seperti ejaan, tanda
30
baca, diksi, pengalimatan, pengalineaan, gaya bahasa, pencatatan kepustakaan, dan kovensi tulisan lainnya. Setelah itu adalah tahap editing, yaitu perbaikan yang lebih mengarah pada pemeriksaan dan perbaikan isi karangan. Tahap terakhir adalah publishing. Tahap ini adalah tahap yang optional, maksudnya bisa ada dan bisa juga tidak. Tahap ini adalah pencetakan atau pengeprinan. Dalam tahap ini tulisan yang sudah dibuat dapat diperbanyak dan diedarkan ke publik untuk dibaca khayalak ramai. Salah satu kunci seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar menggunakan bahasa terutama dalam hal menulis adalah karena mereka mengerti akan genre. Genre adalah jenis teks yang mempunyai konstruk sosial dan teridentifikasi sebagai konstruk, struktur, dan fungsi sosialnya. Ketika peserta didik belajar menulis sebuah genre maka mereka harus memperhatikan topiknya, jenis teks apa yang akan dibuat, bagaimana struktur skematisnya, dan fungsi sosialnya (Harmer, 2007: 300). Di samping itu, kejelasan merupakan asas yang pertama dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan faktawi. Setiap pembaca menghargai karangan yang dapat dibaca dan dimengerti secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan sulit dimengerti maksudnya akan membosankan pembaca dan melatih pikiran. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri karangan yang jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca. Ciri-ciri yang dimaksud adalah (1) setiap orang menyukai karangan yang dapat dipahami tanpa susah payah untuk dimengerti; (2) sederhana; karangan yang jelas tidak terlebih-lebihan dengan kalimat-kalimat dan kata-kata semakin sederhana, karangan itu dapat menggambarkan suatu buah pikiran secara terang dalam pikiran pembaca; (3)
31
langsung, karangan yang jelas tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok soalnya; dan (4) tepat, karangan yang jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulis. Teori menulis yang dijabarkan oleh Harmer tersebut memiliki relevansi dengan penelitian ini karena peserta didik melakukan kegiatan menulis. Tulisan peserta didik berupa recount text merupakan salah satu bentuk genre yang memiliki konstruk, struktur, dan fungsi sosial. Selain itu, juga memiliki ketentuanketentuan pada tahap penulisannya. Pada proses menulis tersebut peserta didik dituntut untuk memahami ketentuan-ketentuan yang ada, seperti memeriksa penggunaan bahasa, tanda baca, ejaan, pengembangan ide dalam tulisan, dan mengoreksi hasil tulisan mereka. Terkait dengan hal tersebut maka proses menulis yang dilakukan memerlukan latihan dan praktik secara teratur. Dalam penelitian ini peserta didik diberikan latihan-latihan sebelum praktik menulis sebuah karangan recount text dilakukan. Untuk mempermudah peserta didik dalam strategi menulis recount text, tenaga pendidik dapat memberikan sebuah perencanaan atau tahapan-tahapan sederhana dalam menentukan topiknya. Hal tersebut berupa sebuah planning organizer. Planning organizer adalah perencanaan sebuah recount text yang berisikan struktur organisasi dan ketentuanketentuan yang mendukung teks itu sendiri. Penambahan instrumen ini bertujuan untuk mengingatkan peserta didik tentang definisi, fungsi, tahapan, serta aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dalam membuat recount text.
32
PLANNING ORGANIZER
TITLE
ORIENTATION Who? When? Where? What? SEQUENCE OF EVENTS
Event 1
Event 2
Etc.
RE-ORIENTATION Commentary, Conclusion Gambar 2.1 Planning Organizer
Teori menulis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat digunakan untuk membedah rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu mengungkap tentang kemampuan menulis sebelum dan sesudah diberikan tindakan secara kualitatif.
2.3.3
Tata Bahasa Inggris Dalam setiap karangan yang ditulis, seorang penulis tidak dapat terlepas
dari kaidah-kaidah tata bahasa yang menjadi acuan. Pada karangan sederhana
33
bahasa Inggris terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses menulis. Menurut Yule (2010: 83), tata bahasa adalah proses menggambarkan struktur frasa dan kalimat sedemikian rupa semua unsur tata bahasa dalam suatu bahasa dan mengatur urutan nontata bahasa. Beberapa kesalahan dalam penggunaan tata bahasa Inggris dalam menulis recount text ditinjau dari beberapa kategori kebahasaan seperti berikut.
2.3.3.1 Penggunaan Grammar Grammar yang dibahas dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. A. Finite Verb Finite verb merupakan bentuk kata kerja utama dalam sebuah kalimat bahasa Inggris dan dapat berubah bergantung pada tense (present dan past) dan subject agreement atau penggunaan pronominal. Berikut penjabaran tentang finite verb. 1. Tenses biasanya digunakan untuk menunjukkan waktu saat kegiatan itu dilakukan. Tenses dikenal dengan sistem kala dalam bahasa Indonesia. Alexander (2003:159) menyebutkan seperti di bawah ini. “Tenses must always be shown by the actual from of the verb and it is used to indicate the time, and sometimes the continuation or completeness, of an action in relation to the time of speaking” Alexander (2003:159)
Tenses dapat ditentukan melalui bentuk verba yang digunakan dalam suatu kalimat untuk mengindikasikan waktu. Jadi, tenses adalah kegiatan
34
yang dilakukan oleh seseorang yang menggambarkan waktu kegiatan tersebut dilakukan. Berikut merupakan beberapa contoh kalimat untuk menerangkan tenses. a. I drink coffe everyday. Kalimat tersebut tergolong simple present tense untuk menyatakan kebiasaan. b. I drank coffe this morning. Kalimat tersebut tergolong simple past tense untuk menyatakan kegiatan pada masa lampau. 2. Subject agreement atau penggunaan pronominal (pronoun), yaitu kata ganti orang atau benda. Berdasarkan pendapat Azar (2003:171--178) dan Langan (2006:252--258), diketahui bahwa dalam bahasa inggris terdapat empat pronominal (pronoun), yaitu sebagai berikut. a. Subject pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai subjek kalimat, misalnya I, You, We, They, He, She, It. b. Object pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai objek kalimat, misalnya me, you, us, them, him, her, it. c. Possessive pronouns, yaiu kata ganti yang berkedudukan sebagai pemilik (kepunyaan) dan diikuti kata benda/milik, misalnya my…. Your…., our…., their…, his…., her…, its…. d. Possessive pronouns, yaitu kata ganti yang berkedudukan sebagai pemilik (kepunyaan) dan tidak diikuti kata benda/milik, misalnya mine, yours, ours, theirs, his, hers.
35
e. Reflexive pronouns, yaitu kata ganti yang digunakan jika subjek dan objeknya sama, misalnya myself, yourself, yourselves, ourselves, themselves, himselves, herselves B. Nonfinite Verb Nonfinite verb merupakan kebalikan dari finite verb yang berkedudukan sebagai pelengkap dan tidak bisa menjadi kata kerja utama (main verb) di dalam sebuah kalimat. Nonfinite verb tidak dipengaruhi oleh tense dan subjek. Beberapa contoh nonfinite verb, yaitu sebagai berikut. 1. Gerund merupakan suatu kata kerja yang dibentuk dari verb dengan ditambahkan suffix –ing dan berfungsi sebagai noun. Penggunaan gerund sebagai berikut. a. Gerund as a subject Contoh : running maybe hard for some people. b. Gerund as direct object Contoh : I hate waiting c. Gerund as a subject complement Contoh : my favorite activity is shooping d. Gerund as an object of preposition Contoh : they discussed an article about telling the truth e. Gerund as appositive Contoh : my friends favorite activity, shooping, has made her spend much money
36
2.
To-infinitive merupakan bentuk kata kerja nonfinite yang tidak dapat dijadikan predikat dalam kalimat dan tidak mengalami perubahan bentuk tentang orang (person) dan jumlah (number). Infinitive biasanya dibentuk dengan meletakkan to sebelum kata kerja dasar sehingga disebut to infinitive, tetapi ada juga tidak didahului to sehingga disebut bare infinitive. Contoh: The peacocks like to dance.
2.3.3.2 Mekanisme Penulisan Mekanisme penulisan dalam penelitian ini meliputi ejaan (spelling), tanda baca (punctuation), dan penggunaan huruf kapital (capitalization) yang dapat dijabarkan sebagai berikut. 1.
Spelling (ejaan), yaitu menekankan pada ejaan dalam penulisan. Kesalahan spelling muncul karena dalam bahasa Inggris terdapat variasi spelling (sepeti American and British English) sehingga perlu lebih ditekankan spelling apa yang dipakai peserta didik. Dalam penulisan color atau colour disesuaikan dengan spelling yang digunakan (Harmer, 2001:256).
2.
Punctuation (tanda baca) merupakan tanda-tanda yang dipakai sesuai dengan ejaan yang berperan untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu penulisan, intonasi, dan jeda saat membaca (Langan, 2006:325--382). Berikut penjabaran jenis-jenis tanda baca: a. Tanda titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita atau untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka.
37
b. Tanda koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang disebutkan dalam kalimat serta untuk keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka. c. Tanda kurung ((…)) berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum banyak diketahui. d. Tanda kutip satu/apostrof (‘) berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah. e. Tanda petik (“…”) berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau percakapan dalam naskah drama. f. Tanda seru (!) berfungsi untuk menegaskan, memberikan peringatan bahwa kalimat yang bertanda seru tersebut perlu diperhatikan. g. Tanda tanya (?) berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya. h. Tanda hubung (…-…) berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata, kata ulang, dan rentang suatu nilai. i. Tanda titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat. 3.
Penggunaan huruf kapital (capital letter) harus disesuaikan dengan kaidahkaidah dalam penulisan sebuah teks yang benar. Penggunaan huruf kapital dijabarkan sebagai berikut. a. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama pada awal kalimat. Contoh: My brother is at home right now. b. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis pronoun ‘I’, baik berdiri sendiri maupun manakala disatukan dengan auxiliary. Contoh, I’ve never met such a wonderful person as you are.
38
c. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama proper noun (sebutan nama orang/tempat/benda). Contoh: Setiawan, Indonesia. d. Capital letter (huruf besar) digunakan untuk menulis huruf pertama nama hari, hari besar, dan bulan. Contoh, Sunday, January, Christmast. Selanjutnya, teori ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan karena dapat digunakan untuk membedah permasalahan pertama dan kedua, yaitu mengungkap tentang kemampuan peserta didik dalam menggunakan tata bahasa Inggris khususnya dalam penggunaan simple past tense dalam menulis sebuah recount text sebelum dan setelah diberikan tindakan secara kualitatif.
2.4 Model Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan class action research (penelitian tindakan kelas) yang berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text Melalui Metode Pembelajaran PPP (Presentation, Practice, and Production) Peserta Didik Kelas VIII SMP PGRI 4 Denpasar Tahun Pelajaran 2014/2015”. Penelitian ini mengkaji dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek terapannya (pembelajaran). Aspek kebahasaan yang dianalisis adalah kemampuan menulis recount text peserta didik yang lebih menekankan unsur tata bahasa, struktur teks, pengembangan ide, dan tata tulisnya. Di pihak lain dalam aspek terapan (pembelajaran), yang lebih diutamakan adalah penerapan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production) untuk meningkatkan hasil belajar menulis peserta didik dalam pembelajaran recount text. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada diagram model penelitian berikut. Kemampuan Menulis Recount Text Melalui Metode Pembelajaran PPP
39
(Presentation, Practice, and Production) Peserta Didik Kelas VIII SMP PGRI 4 Denpasar
Siklus PTK yang dilakukan secara berulang dalam proses pembelajaran melalui empat tahapan menurut Arikunto
Metode ceramah Sumber : Silabus dan RPP
Teori Behavioristik
Metode PPP (Presentation, Practice, and Production) oleh Harmer (2007)
Hasil evaluasi sebelum penerapan metode PPP
Hasil evaluasi setelah penerapan metode PPP
Faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi
Data: Recount Text
Deskriptif Kuantitatif
Deskriptif Kualitatif
Tabel dan persentase yang disajikan secara deskriptif
Deskriptif Interpretatif
Linguistik Terapan
Linguistik
Penerapan tata bahasa
Peningkatan kemampuan menulis
Hasil Penelitian Gambar 2.2 Diagram Model Penelitian
40
Dalam penelitian yang berjudul “Kemampuan Menulis Recount Text Melalui Metode Pembelajaran PPP (Presentation, Practice, and Production) pada Peserta didik Kelas VIII SMP PGRI 4 Denpasar” digunakan teori behavioristik sebagai landasan dasar atau teori utama dalam proses pembelajaran di kelas. Teori behavioristik memandang adanya perubahan tingkah laku, karakter, dan pengetahuan peserta didik melalui praktik yang dilakukan secara berulang-ulang. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di kelas peneliti mengajar peserta didik menggunakan pendekatan behavioristik dengan memberikan latihan yang terbimbing, terkontrol, dan berulang-ulang sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, khususnya kemampuan menulis recount text. Pada setiap akhir siklus tindakan pembelajaran, peneliti memberikan penugasan berupa menulis sebuah karangan recount yang dikoreksi berdasarkan teori menulis dan teori tata bahasa. Teori tata bahasa Inggris yang dikemukakan oleh Yule (2010) digunakan untuk melihat, mengkoreksi, dan menilai hasil tulisan peserta didik dalam membuat sebuah recount text. Di samping itu, terdapat teori menulis yang dikemukakan oleh Harmer (2007) digunakan untuk melihat, mengoreksi, dan menilai hasil tulisan peserta didik yang dilihat dari pengembangan ide, kosakata, ejaa, dan tanda baca. Untuk menjawab rumusan masalah pertama, yaitu hasil evaluasi sebelum diterapkan metode pembelajaran PPP (presentation, practice, and production), digunakan metode konvensional dengan teknik ceramah dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum dan silabus yang dipakai di sekolah bersangkutan. Untuk menjawab rumusan masalah kedua, yaitu hasil
41
evaluasi setelah penerapan metode pembelajaran PPP, digunakan teori tata bahasa Inggris oleh Yule (2010) yang didukung dengan penerapan metode pembelajaran PPP, teori behaviorstik, dan teori menulis. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi hasil evaluasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi setiap pembelajaran berlangsung melalui teori pembelajaran
behavioristik
yang
didukung
dengan
penerapan
metode
pembelajaran PPP dan hasil analisis kuesioner peserta didik. Hasil data yang diharapkan berupa karangan recount yang didapatkan dengan pengaplikasian tahapan-tahapan menulis. Hasil data tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan membuat tabel dan persentase tingkat pemahaman peseta didik dalam membuat sebuah recount text yang disajikan secara deskriptif. Kemampuan yang dianalisis adalah penerapan tata bahasa yang tepat, pengembangan ide, organisasi teks, dan mekanisme teks tersebut. Hasil data tersebut juga dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menyajikannya dalam bentuk deskriptif interpretatif. Dalam hal ini dijelaskan peningkatan kemampuan menulis peserta didik dari sebelum penerapan metode pembelajaran PPP dan setelah penerapan metode pembelajaran PPP serta faktorfaktor yang memengaruhi hasil belajar menulis peserta didik sehingga dari hasil analisis tersebut didapatkan hasil penelitian yang konkret.