BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka bertujuan untuk mempermudah memberikan gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, bisa mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini. Hal itu akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan. Kartiko (2009:119) menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses penelitian. Selain itu akan memberikan kontribusi yang sangat berharga terhadap hampir keseluruhan langkah dan tahap dalam penelitian. Studi tentang sastra lisan dalam penelitian ini terutama tentang cerita rakyat di Kota Ternate belum banyak dilakukan. Data kepustakan yang ada hanya membahas tentang beberapa jenis sastra lisan yang berasal dari Maluku Utara. Ada yang sudah dibukukan dan ada yang belum diterbitkan. Salah satu studi sastra lisan yang dilakukan sebelumnya adalah tesis Majid
pada program
Pascasarjana (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana dengan judul “Revitalisasi Tradisi Sastra Lisan Dola Bololo dalam Masyarakat Kesultanan Ternate: Sebuah Kajian Budaya” (2009).
10
11
Majid mengkaji eksistensi tradisi sastra lisan Dola Bololo dalam kaitannya dengan revitalisasi tradisi lisan yang sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang menjadi pijakan kehidupan bermasyarakat di Kesultanan Ternate Maluku Utara. Selanjutnya Majid memaparkan penghargaan terhadap warisan budaya lokal bermakna pada pengembangan identitas masyarakat lokal. Sastra lisan Dola Bololo berkaitan erat dengan nilai-nilai agama yang dapat dijadikan titik tolak untuk membentuk pribadi yang kuat. Dola Bololo memiliki makna spritual, hakikat, syariat, tarekat, dan ma’rifat merupakan wadah bagi penyaluran nilai-nilai agama yang dikonkretkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Majid, ketahanan budaya dapat dirumuskan sebagai rasa memiliki jatidiri dan kekuatan sendiri. Kesadaran budaya harus ditumbuhkan untuk memberikan apreasiasi terhadap budaya-budaya lokal, yang mengarah pada ketahanan budaya. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu membahas sastra lisan. Dalam hal ini cerita rakyat adalah termasuk sastra lisan yang berasal dari Ternate yang termasuk bagian daerah yang sama, yaitu Maluku Utara. Perbedaannya dalam penelitian sastra lisan Dola Bololo lebih fokus pada pemertahanannya di dalam masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada korelasi cerita rakyat dan kehidupan masyarakat Ternate Maluku Utara pada zaman sekarang. Tesis Rachman yang membahas persoalan kekerasan dalam tulisannya berjudul “Kekerasan Suami terhadap Istri dalam Rumah Tangga yang Memiliki Sumber Penghasilan Tetap di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara” (2010). Beberapa bentuk kekerasan yang ditemukan, yaitu kekerasan fisik, psikologis, dan kekerasan ekonomi. Beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri
12
yang memiliki penghasilan tetap di Kota Kendari, yaitu masih kentalnya budaya patriarki dalam masyarakat, adanya kekeliruan dalam menafsirkan ajaran agama, campur tangan pihak ketiga, dan suami merasa tersaingi. Apa yang dituliskan dalam penelitian ini juga memaparkan dampak dan makna yang ditemukan terkait dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam rumah tangga yang memiliki sumber penghasilan tetap di Kota Kendari. Dampaknya adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga, adanya gangguan psikologis terhadap istri, dan terganggunya hubungan sosial dalam masyarakat. Terdapat dua makna kekerasan dalam penelitian Rahman ini, yakni makna egois dan makna kebersamaan semu. Penelitian Rachman yang sangat informatif ini memiliki relevansi dengan penelitian ini. Hal itu terlihat pada bentuk dan faktor yang terjadi pada masalah kekerasan, walaupun objek korban kekerasannya berbeda. Tidak ada relevansi penelitian ini, tetapi penelitian Abdul Rachman telah memberikan informasi yang terdapat di dalam penelitian ini, seperti beberapa defenisi tentang kekerasan dan gambaran tentang kekerasan. Sebuah jurnal yang berisi tentang kumpulan artikel penelitian tradisi lisan dari Aceh-Maluku. Jurnal tersebut berjudul Pengetahuan dan Komunikasi Peneliti dan Pemerhati Tradisi Lisan oleh Arybowo (2012). Jurnal itu membahas persoalan-persoalan sosial dan budaya, yang diutamakan pada pemertahanan kearifan lokal pada daerah penelitian masing-masing. Salah satu contoh dalam kumpulan artikel yang ditulis oleh Mina Erfina menampilkan tradisi Lisan Minangkabau yang berkaitan dengan representasi gender dalam “Kaba Cindo
13
Mato”. Argumen utama dalam analisis tersebut adalah karya sastra lisan tradisional Minangkabau Kaba Cindua Mato menghadirkan representasi peranperan gender (gender roles) yang sangat beragam dan kompleks. Artikel ini dan kedelapan artikel lain yang berada dalam kumpulan jurnal tersebut tidak sama sekali memiliki kesamaan. Akan tetapi, sedikit memberikan informasi, yaitu bagaimana cara mendekati masalah dengan menggunakan data yang diperoleh peneliti dalam bidang kajian tradisi lisan yang sama halnya yang dilakukan. Hutomo (1991) dalam bukunya Mutiara yang Terlupakan
sebuah
pengantar studi sastra lisan menyajikan teori-teori sastra lisan, kesejarahan penelitian yang pernah dikerjakan, baik oleh orang Barat maupun Indonesia terhadap sastra lisan di kawasan Nusantara, metode pengumpulan data di lapangan dan metode pengarsipan data dari lapangan. Hutomo memaparkan penelitian sastra lisan di Indonesia. Hutomo membagi tiga, yaitu penelitian sebelum kemerdekaan, penelitian sesudah kemerdakaan, dan penelitian bangsa asing sesudah kemerdekaan Melayu. Buku Hutomo ini memberikan masukan bagi peneliti, yaitu bagaimana memahami sastra lisan dalam penyajianya tentang fungsi sastra lisan dan pengetahuan untuk peneliti bagaimana cara melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan sastra lisan, walaupun semuanya tidak terlalu relevan dalam pembahasan yang ada dalam penelitian yang dilakukan ini. Dalam sebuah buku yang berjudul Metodologi Kajian Tradisi Lisan (2008) yang diterbitkan oleh Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), dituliskan dalam salah
14
satu bab yang membahas bagaimana memilah, memilih, dan memanfaatkan penelitian cerita rakyat anak dan remaja. Fokus pembahasan dikaitkan untuk kepentingan studi cerita rakyat Nusantara dengan pilihan materi cerita untuk anak dan remaja. Diungkapkan juga bahwa sebuah cerita rakyat biasanya mempunyai versi dan variannya, yang menarik dan penting untuk dikumpulkan, sehingga dapat diketahui suku bangsa mana saja yang mempunyai cerita yang semacam dengan yang sedang dikumpulkan. Dari buku ini didapatkan informasi tentang jenis cerita rakyat yang dianalisis apakah termasuk cerita untuk anak atau remaja. Kemudian cerita rakyat tersebut digunakan dalam sebuah penelitian. Berdasarkan pemaparan kajian pustaka di atas, diketahui bahwa penelitian sebelumnya memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan penelitian ini, yaitu terletak pada objek material penelitian. Akan tetapi, bermanfaat sebagai informasi secara lebih spesifik kajian ini menganalisis kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha. Dengan demikian, penelusuran pustaka yang telah diungkapkan peneliti sangat bermanfaat dan dapat membuktikan keaslian penelitian ini.
2.2. Konsep 2.2.1. Kekerasan Orang Tua terhadap Anak Douglas dan Chaput (2002:11) menyatakan bahwa istilah kekerasan sebenarnya digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) maupun tertutup (covert), baik yang bersifat menyerang (offensive) maupun yang bertahan (defensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.
15
Sudarti (2000:11-12) menyatakan bahwa kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang, terutama anak yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologis, seksual, finansial dan spritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah dimensi mencakup fisik, yaitu memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak dan melukai dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, membunuh. Psikologis, yaitu berteriak meyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, menguntit dan memata-matai, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk diarahkan kepada orang-orang dekat korban (misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat,dll). Wikipedia Indonesia (2006) memberikan pengertian bahwa kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Bertitik tolak dari pengertian yang dipaparkan di atas kekerasan dapat dimengerti sebagai sebuah perilaku yang menggunakan kekuatan yang mengakibatkan kesengsaraan, penderitaan, atau menyakiti orang lain secara fisik, psikis, psikologis, dan lainnya yang diarahkan kepada seseorang atau orang-orang terdekat dalam hal ini anak atau anggota keluarga lain sebagai suatu perbuatan yang merusak. Menurut Gunarsa (1976:27) kehidupan keluarga orang tua mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga. Orang tua sebagai
16
pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian sikap, dan cara hidup orang tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke pribadi anak yang tumbuh. Gunarsa juga menambahkan bahwa orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari atas ayah dan ibu merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Internet dalam Suparyanto, 2011). Orang tua merupakan komponen utama yang terdiri atas seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka yang memiliki kewajiban penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa. Atau dengan kata lain orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya. Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Menurut Sumadi (2000:11) anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Hal itu penting karena anak lahir dengan segala kelemahan
17
sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Kekerasan orang tua terhadap anak termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Candrakirana (2005:4) mengemukakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaraan. Disamping itu, juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga. Jadi, kekerasan terhadap anak adalah perilaku yang bersifat menyerang yang dilakukan orang tua kemudian mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan terhadap anak yang termasuk makhluk sosial. Dalam penelitian ada kekerasan orang tua terhadap anak dengan mengaitkan antara teks dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dan konteks kekerasan orang tua terhadap anak yang terjadi di Ternate, Maluku Utara. Cerita rakyat ini mengangkat kebiadaban orang tua terhadap anaknya, yang melahirkan norma-norma yang tak bermoral dan dianggap tabu dalam masyarakat. Kekerasan yang ada pada cerita Tolire Gam Jaha tidak seperti pada umumnya dipahami seperti kebanyakan orang, tetapi kekerasan yang bersifat struktural. Kekerasan struktural adalah kekerasan sistemik yang tidak tampak, tetapi secara destruktif melahirkan kemiskinan, kematian, dan penderitaan luar biasa, luas, dan berjangka panjang terhadap anak. Kekerasan struktural terhadap anak, yang sering disebut system abuse, dapat berupa praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), kontrol represif, praktik ekonomi monopolistik dan eksploitatif yang merugikan negara. Hal tersebut dan pada gilirannya menciptakan kondisi
18
sosial ekonomi yang melahirkan dan menyuburkan akar kemiskinan dan kekerasan sosial terhadap anak (Huraerah, 2012:22). Konsep kekerasan yang berkaitan dengan
Tolire Gam Jaha bukan
kekerasan terhadap anak yang sering kali diidentikkan dengan kekerasan secara kasat mata, seperti yang telah dijelaskan pada konsep kekerasan, yaitu kekerasan fisikal dan seksual. Akan tetapi, kekerasan yang bersifat psikis dan sosial juga membawa dampak buruk dan permanen terhadap anak yang berdimensi kekerasan struktural.
2.2.2 Cerita Rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara Cerita rakyat adalah bagian dari hasil kebudayaan masyarakat pendukung suatu kebudayaan. Masyarakat atau kolektif mewariskan cerita rakyat secara turun-temurun, secara tradisional, ada yang secara lisan sehingga cerita tersebut dapat menjadi versi-versi cerita yang berbeda menurut pembacanya (Danandjaja, 2002:1-2). Hutomo (1991:3) merumuskan beberapa ciri dari cerita rakyat, yaitu adalah penyebarannya melalui mulut, lahir dalam masyarakat yang masih bercorak desa atau masyarakat di luar kota, menggambarkan ciri-ciri budaya sesuatu masyarakat, tidak diketahui siapa pengarangnya sehingga itu menjadi milik masyarakat. Kedua konsep cerita rakyat di atas dapat memberikan suatu gambaran bahwa cerita rakyat adalah suatu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang masih hidup, yang diwarisi secara turun temurun secara lisan. Dengan kata lain
19
penyebaran cerita rakyat adalah ekspresi budaya yang disebarkan dalam kehidupan sehari-hari melalui mulut/lisan dan menjadi milik masyarakat. Tolire Gam Jaha adalah cerita rakyat yang berasal dari masyarakat Ternate Maluku Utara. Tolire adalah nama kampung yang terletak di kaki Gunung Gamalama Kota Ternate. Gam artinya kampung dan jaha artinya tenggelam. Jadi diartikan sebagai Tolire kampung yang tenggelam pada masyarakat Ternate Maluku Utara. Tolire Gam Jaha dipercayai oleh masyarakat sebagai kutukan dari Tuhan akibat perzinahan yang dilakukan ayah kandung terhadap anak gadisnya sendiri. Kutukan yang dalam wujud dua danau itu oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah Tolire Lamo (Tolire Besar) yang menggambarkan sang ayah dan Tolire Ici (Tolire Kecil) yang menggambarkan sang anak. Kedua danau Tolire terletak tepat di kaki gunung api tertinggi di Maluku Utara itu. Danau yang terletak sekitar sepuluh kilometer dari Kota Ternate di bagian utara itu seperti loyang raksasa, airnya berwarna hijau tua dengan kedalaman sekitar seratus meter sampai ke permukaan air. 2.3 Landasan Teori Pada dasarnya teori adalah seperangkat gagasan atau konsep dan defenisi yang berhubungan satu sama lainnya dan menunjukkan fenomena-fenomena sistematis dengan menetapkan hubungan atau variabel-variabel yang bertujuan meramalkan variabel-variabel tersebut. Teori di sini juga bertujuan untuk difungsikan sebagai penunjuk jalan terhadap peneliti dalam penelitian yang didapatkan di lapangan.
20
2.3.1 Teori Psikologi Sosial Psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi sosial dari rangsangan-rangsangan sosial. Yang dimaksud dengan rangsangan-rangsangan sosial adalah manusia dan seluruh karya manusia yang ada di sekitar individu. Termasuk dalam karya-karya manusia, antara lain norma-norma, kelompok sosial, dan produk-produk sosial lainnya. Menurut Sarwono (2011:4) studi psikologi sosial dapat dibedakan menjadi tiga wilayah; (1) studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, dan sifat; (2) studi tentang prosesproses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya; (3) studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, peran sosial, dan sebagainya Psikologi sosial fokus pada perilaku manusia, yaitu bagaimana orang memandang dan mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas. Psikologi sosial kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Teori psikologi sosial digunakan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena kekerasan orang tua terhadap anak yang hampir tiap saat terjadi. Dengan mengerti fenomena, peneliti dapat dibuat peramalan tentang kapan akan
21
terjadinya fenomena kekerasan terhadap anak dan bagaimana hal itu terjadi. Kemudian dapat dijawab permasalahan yang pertama dalam rumusan masalah penelitian.
2.3.2 Teori Resepsi Teori resepsi mengalokasikan pembaca ke dalam posisi sentral. Pembaca adalah mediator. Tanpa pembaca karya sastra seolah-olah tidak memiliki arti. Secara umum teori resepsi diartikan sebagai penerimaan, penyambutan, tanggapan, reaksi, dan sikap pembaca terhadap suatu karya sastra. Menurut Ratna, (2005: 208-209) Teori resepsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) resepsi secara sinkronis, penelitian dalam kaitannya dengan pembaca sezaman dan (b) resepsi diakronis, penelitian dalam kaitannya dengan pembaca sepanjang sejarahnya. Pada penelitian resepsi sinkronis, umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam memahami karya sastra. Akan tetapi dengan adanya perbedaan horizon harapan pada setiap pembaca, maka pembaca akan menanggapi sebuah karya sastra dengan cara yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, bahkan ideologi dari pembaca itu sendiri (Pradopo, 2007:211). Dalam penelitian ini model resepsi diakronis yang dipakai. Alasan yang dikemukakan Ratna (2005:209) seperti di dalam kaitannya dengan studi kultural. Pertama adalah perubahan pandangan terhadap karya sebagai akibat perubahan horizon harapan, paradigma, dan sudut pandangan. Kedua, pergeseran penilaian ini merupakan tolok ukur untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat telah
22
berubah. Dalam proses perubahan inilah dapat diketahui tokoh dan kekuatan yang berdiri di belakangnya. Penelitian ini dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam hal ini pembaca adalah masyarakat Ternate Maluku Utara pada beberapa periode atau dari teks-teks yang muncul setelah karya sastra atau cerita rakyat Tolire Gam Jaha. Teori ini yang dipakai untuk menjawab permasalahan kedua dalam rumusan masalah, yaitu melihat bagaimana resepsi masyarakat Ternate Maluku Utara terhadap cerita rakyat Tolire Gam Jaha.
2.3.3 Teori Semiotik Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda dan kode-kodenya serta penggunaanya dalam masyarakat (Piliang, 2004:19). Dalam penelitian tidak bisa dipisahkan antara teks dan masyarakat sebagai pembaca atau penyimak teks. Dalam penelitian ini digunakan suatu metode yang disebut dalam Piliang (2003:276) adalah etnosemiotika, yaitu satu metode yang menghubungkan pembacaan teks dengan kehidupan sehari-hari yang bersifat mikro. Artinya menyangkut pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berhadapan dengan teks tersebut. Bagian-bagian (unsur-unsur) karya sastra itu mempunyai makna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya. Alasannya adalah karya sastra itu merupakan stuktur tanda-tanda yang bermakna. Tanda memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Oleh karena itu, strukturnya harus dianalisis dan bagian-bagiannya yang merupakan tanda-tanda yang bermakna di
23
dalamnya harus dijelaskan. Dalam penelitian ini dianalisis kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara. Teori ini dipakai untuk membantu menjawab dan mengungkap permasalahan yang ketiga dalam penelitian ini.
2.3.4 Teori Hegemoni Gramsci menyatakan bahwa hegemoni berarti situasi di mana suatu “blok historis’ faksi kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas subordinat melalui kombinasi antara kekuatan dan persetujuan (Barker, 2011:62). Hegemoni oleh Gramsi juga disebutkan sebagai sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan. Di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat, baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsipprinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral (dalam sebuah artikel Teori Hegemoni Gramsci di internet). Hal ini menimbulkan mekanisme penguasaan pada masyarakat dominan dan dapat dijelaskan bahwa kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan. Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi, baik atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya
24
berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya di mana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa bahwa hal itu yang seharusnya terjadi. Hal yang sama terjadi dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate ini yang akan peneliti analisis, bahwa dominasi orang tua yang mengasuh anak dengan tindak kekerasan merupakan hal yang sudah biasa terjadi. Seorang anak menyadari hal tersebut. Teori ini digunakan sebagai teori pendukung untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
25
2.4 Model Penelitian Sastra Lisan
Orang Tua
Kekuasaan
Bentuk kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara
Cerita Rakyat Tolire Gam Jaha di Ternate
Kekerasan Orang Tua terhadap Anak
Resepsi masyarakat \ mengenai fenomena kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara
Anak
Undang-Undang Perlindungan Anak
Dampak dan makna Kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara
Keterangan Model : : Hubungan satu arah : Hubungan sebab akibat Model penelitian ini berangkat dari sastra lisan yang merupakan produk budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam hal ini adalah cerita rakyat Tolire Gam Jaha yang berasal dari masyarakat Ternate Maluku Utara. Dari cerita rakyat tersebut digambarkan adanya kekuasaan dari orang tua terhadap anak. Di sini orang tua merasa memiliki hak atas otoritas dalam keluarga dan anak sebagai insan yang wajib tunduk atas otoritas orang tua . Sebaliknya pada era sekarang telah ada undang-undang perlindungan anak yang menjadi pijakan untuk
26
melindungi anak dari kekerasan. Akan tetapi, pada kenyataannya walaupun sudah ada undang-undang yang melindungi, kerap sekali terjadi kekerasan yang ada pada masyarakat terutama pada masyarakat Ternate Maluku Utara. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan jawaban dari rumusan masalah satu,dua dan tiga, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang mengupayakan untuk mengilustrasikan fenomena yang ada di masyarakat dan bisa menangkap makna yang terkandung dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara secara lengkap.