BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Kajian ini khusus membicarakan tentang masalah pengembangan Ekowisata untuk menunjang pariwisata berkelanjutan di Desa Aik Berik Lombok Tengah. Selama ini ada beberapa tulisan yang pernah membicarakan tentang ekowisata atau penelitian lain yang terkait dengan permasalahan ekowisata yang dilakukan di daerah-daerah lain di Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa persepektif yang berbeda yang perlu diulas dalam penelitian ini sehingga memberikan hasil yang berbeda, masukan dan gambaran dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian Sucipta (2010) dalam Tesisnya, membahas tentang Strategi Pengembangan Ekowisata di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Penelitian ini menberikan gambaran mengenai pengembangan pariwisata pedesaan menuju pariwisata kerakyatan berkelanjutan yang dilakukan dengan memamfaatkan sumber daya alam dan sumber daya lokal. Masyarakat lokal berkerja sesuai dengan status dan peranya masing-masing sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara masyarakat lokal, wisatawan, sumber daya alam, industri pariwisata dan pemerintah. Berdasarkan strategi pengembangan produk wisata, pengembangan, promosi, pariwisata kerakyatan dan strategi pelestarian lingkungan melalui berbagai program yang ditawarkan.
7
8
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Sucipta adalah model penelitianya adalah deskriftif kualitatif, mengidentifikasi potensi yang ada di obyek penelitian, membuat strategi pengembangan obyek penelitian, obyek penelitianya sangat erat dengan pemandangan alam, pengembangan ekowisata yang berkelanjutan yang memamfaatkan sumberdaya lokal dengan cakupan trekking, cycling, dan agrowisata. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh sucipta adalah
pengembangan paket mengolah sawah secara tradisional (traditonal
farming), disamping juga menawarkan potensi wisata lainya seperti cycling, rafting dan canyoning. Perbedaan lain berada pada lokasi dan tahun penelitianya. Hal yang dapat diacu dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan ekowisata yang berkelanjutan yang erat kaitanya dengan masyarakat, analisis penelitian yang deskriftif kualitatif. Hal-hal yang dapat diacu dalam penelitian ini adalah model penelitianya deskriftif kualitatif, teori pengembangan ekowisata mengunakan teori pariwisata berkelanjutan. Penelitian Saskara (2012) dalam Tesisnya yang
membahas tentang
Strategi Pengembangan Daya Tarik Ekowisata Berbasis Kerakyatan di Desa Cau Belayu Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai potensi ekowisata, dan persepsi masyarakat mengenai pengembangan
daya
tarik
ekowisata.
Penelitian
menjelaskan
tentang
pemberdayaan masyarakat lokal, menggali potensi wisata alam dan budaya. Potensi alam seperti lahan perkerbunan, pertanian, sumber mata air, sungai dan perbukitan. Sosial budaya terkait dengan perajin, seniman, pengusaha, adat
9
istiadat, hukum masyarakat lokal atau kearifan lokal yang berupa awig-awig dan sosio religius masyarakat. Strategi pengembangan Desa Cau Belayu berdasarkan pada 4 A (Attraction, Accesibility, Amenity, dan Ancillary). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Saskara adalah: Model penelitian deskriftif kualitatif, mengidentifikasi potensi yang ada di obyek penelitian, obyek penelitianya sangat erat dengan pemandangan alam, pengembangan ekowisata yang berbasis pada masyarakat untuk mendukung pariwisata berkelanjutan. Disamping itu juga, pengembangan daya tarik wisata harus ditunjang dengan pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Saskara adalah penelitian ini menawarkan paket tinggal bersama masyarakat lokal (stay with local community), pengembangan paket mengolah sawah secara tradisional (traditional farming), disamping itu juga, pengembangan daya tarik wisata di Desa Aik Berik tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan sesaat akan tetapi, berpedoman pada pengembangan pariwisata berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Hal-hal yang dapat diacu dalam penelitian ini adalah strategi pengembangan ekowisata yang berdasarkan pada 4 A, konsep pengembangan daya tarik wista yang berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan daya tarik wisata. Jumail (2011) dalam Tesisnya yang meneliti tentang pencitraan kawasan wisata Kuta Lombok Tengah. Diketahui bahwa pencitraan merupakan kajian yang sangat penting dan tidak hanya untuk meningkatkan daya saing suatu akan tetapi untuk meningkatkan daya saing suatu destinasi wisata. Pencitraan kawasan
10
Kuta Lombok Tengah termasuk dalam penelitian deskriftif. Subjek penelitiannya adalah wisatawan dengan metode purposive sampling. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuisioner, studi pustaka dan diskusi kelompok terfokus. Pencitraan kawasan wisata Kuta sebelum, selama, sesudah kunjungan menunjukan ada
trend positif.
Pencitraan yang terjadi pada kawasan Kuta
mengalami peningkatan untuk pencitraan positif dan penurunan untuk pencitraan negatif. Aspek yang menjadi prioritas untuk melakukan perbaikan pencitraan kawasan wisata Kuta adalah aksesibilitas, fasilitas pendukung, kebersihan pantai, dan prilaku pedagang asongan yang sangat agresif. Lingkungan yang baik merupakan salah satu pemicu pencitraan kawasan wisata sehingga menjaga lingkungan secara berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk memberikan citra lingkungan yang baik bagi wisatawan. Teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori persepsi dan teori fungsionalisme struktural. Persamaan penelitian ini adalah masih terkait dengan persepsi wisatawan mengenai kawasan wisata. Disamping itu juga, pengembangan kawasan wisata harus berdasarkan kepada
aspek pelesatarian lingkungan yang berkelanjutan,
keamanan, aksesibiltas dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Hal yang dapat diacu dalam penelitian ini adalah konsep pengembangan dan pencitraan kawasan wisata harus bertumpu pada pada konsep pariwisata berkelanjutan. Dengan demikian, penelitian tentang strategi pengembangan ekowisata untuk menunjang pariwisata berkerlanjutan di Desa Aik Berik dipandang untuk dikaji lebih mendalam.
11
2.2 Konsep Konsep atau pengertian pokok adalah definisi singkat dari kelompok atau gejala. Konsep dalam penelitian ini
adalah beberapa pengertian dasar yang
secara langsung terkait dengan topik penelitian. 2.2.1
Konsep Strategi Pengertian strategi yang diuraikan oleh beberapa ahli yaitu strategi
adalah suatu rencana permainan untuk mencapainya Kotler (2002 : 91). Kemudian, Poerwadarminta (2002) menjelaskan bahwa srategi adalah rencana yang cermat yang digunakan mengenai kegiatan untuk mencapai tujuan khusus. Menurut Alwi (2008 : 84), Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan dengan melibatkan semua faktor andalan dalam organisasi secara strategik. Sementara itu, ahli yang yang lain mejelaskan Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (Gitosudarmo: 2008). 2.2.2
Konsep Pengembangan Beberapa konsep dasar yang terkait dengan konsep pengembangan dalam
penelitian ini adalah : Siswanto (2010:12-13) menjelaskan pendekatan pengembangan pariwisata : Pertama, Pendekatan kemasyarakatan (Community based). Masyarakat lokal, intitusi-institusi lokal kemasyarakatan serta lembagalembaga non pemerintah, merupakan pelaku yang berperan dalam menentukan wilayah masing-masing sesuai dengan karakteristik pengembanganya menurut keriteria pengembangan pariwisata.
12
Kedua, Pedekatan Sektoral (Sectoral Based). Dinas pariwisata, Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah, dan Swasta. Bagian-bagian tersebut memberikan kontribusi terhadap program pengembagan daerah-daerah pariwisata sesuai dengan sektor masing-masing. Kebijakan sektoral yang dikeluarkan akan mengacu pada karakteristik dari masing-masing wilayah pengembangan. Ketiga, Pendekatan Keruangan/Kewilayahaan (Spatial Based). Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan atau
desa yang akan berperan sebagai fasilitator
secara keruangan. Koordinasi dalam ruang lingkup keruangan/kewilayahaan sekaligus merupakan penentu terciptanya keseimbangan pemamfaatan ruang antara usaha-usaha pembangunan dan pelestarian.
Pembangunan yang
disesuaikan dengan adat dan kebudayaan daerah setempat yang akan mampu melestarikan suatu daya tarik wisata. Dalam hal ini, diperlukan suatu kesepakatan tentang penentuan pemamfaatan ruang yang berdaya guna untuk dipatuhhi oleh semua pihak. Suwantoro (2002:88-89), menyebutkan bahwa pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Demikian juga, Suwantoro memaparkan prinsip-prinsip pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu : membantu proses prencanaan dan partisipasi masyarakat, memberikan kepastian, keseimbangan, adanya sasaran ekonomi, sosial buadaya dan masyarakat, kemudian, hubungan antara pariwisata, lingkungan dan budaya harus dikelola dengan baik, aktitifas pariwisata tidak boleh merusak dan menghasilkan dampak yang tidak diterima oleh masyarakat, lokasi pariwisata harus ada keharmonisan antara hubungan dengan wisatawan dengan masyarakat
13
setempat, dan pendidikan yang mengarah pada sosio kultural pada setiap tingkatan mayarakat yang berkaitan dengan aktifitas pariwisata, peraturan undang-undang yang secara pasti melindungi budaya, serta investor dan wisatawan harus dididik untuk menghormati kearifan lokal. Butler, dalam Suarka (2010 : 19-21) menjelaskan ada 7 tahapan pengembangan pariwisata berkelanjutan yang membawa implikasi serta dampak yang berbeda terhadap pariwisata pertumbuhan masyarakat
spontan lokal
dan
untuk
yaitu : Tahap exploration
penjajakan), mengebangakan
tahap
involvement
pariwata),
tahap
(explorasi, (keterlibatan development
(pengembangan dan pengembangan pariwisata), tahap consolidation (konsolidasi pengembangan pariwisata), tahap stagnation (ketidakstabilan pariwisata terjadi), dan tahap decline (penurunan kualitas pariwisata yang diakibatkan oleh penurunan kualitas wisata), serta rejuvenation (terjadi peremajaan kondisi wisata sehingga destinasi akan menjadi daya tarik wisata yang baru). Pengembangan ekowisata berkelanjutan dalam penelitian ini adalah pengembangan ekowisata yang berkelanjutan secara ekonomi, ekologi atau lingkungan dan sosial budaya masyarakat. 2.2.3
Konsep Potensi Wisata Potensi dalam kepariwisataan dapat diartikan sebagai modal atau aset yang
dimiliki suatu daerah tujuan wisata dan dieksploitasi untuk kepentingankepentingan ekonomi yang secara ideal terangkum didalamnya perhatian terhadap aspek-aspek budaya. Suarka (2010) menjelaskan bahawa potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat disuatu daerah yang dikembangkan menjadi daya
14
tarik wisata, potensi tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu potensi budaya yaitu potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat seperti adat istiadat, mata pencaharian dan kesenian dan potensi alamiah yaitu potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi fisik dan geografis alam.
Wisnawa (2011) menjelaskan bahwa potensi wisata adalah sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini,
potensi wisata dibagi menjadi tiga macam yaitu : potensi Alam adalah
keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dan lainya (keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya akan
menarik wisatawan untuk
berkunjung ke obyek tersebut. Potensi Kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monumen, dan lain-lain. Potensi Manusia adalah potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik wisata baik itu potensi yang langsung atau tidak langsung berdampak pada pengembangan ekowisata. 2.2.4 Konsep Ekowisata Ekowisata merupakan salah satu aspek yang sangat terkait dengan lingkungan, perkembanganya diharapkan mampu melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan (Sukma : 2009). Berbagai kajian sudah banyak dilakukan terkait dengan ekowisata yang sekaligus memberikan pandangan-pandangan yang sangat penting terhadap kelestarian lingkungan. Kajian-kajian yang sudah diteliti terkait
15
dengan ekowisata dilakukan oleh beberapa orang seperti : Sukma (2009: 18), Milazi (1996:35), Tuwo (2011: 61), Erwin (2009 : 56), Bharuna (2009:122), Wood (2002 : 9), dan Stronza (2010 : 60). Namun secara umumnya mereka sependapat bahwa ekowisata dalam pengembanganya sangat terkait dengan pelestarian lingkungan dan budaya yang berada pada suatu daerah. Kemudian, Zamrano, dkk (2010:63) menjelaskan bahwa ekowisata merupakan kegiatan pariwisata yang bertangung jawab secara lingkungan alam, memberikan kontribusi yang positif terhadap konservasi lingkungan, dan memperhatikan kesejateraan masyarakat lokal. Yoeti (1997:39) menyatakan bahwa
ada empat unsur yang dianggap
sanggat penting dalam ekowisata yaitu unsur proaktif, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan hidup, keterlibatan penduduk lokal, dan unsur pendidikan. Wood dalam Pitana (2005:49) menyebutkan bahwa ekowisata harus mengandung komponen yaitu : Memberikan kontribusi terhadap pelestarian biodiversitas, meningkatkan kesejahteraan masyarakat local, mengandung muatan interpretasi, pembelajaran dan pengalaman, adanya pelaku yang bertanggung jawab dari wisatawan dan industri pariwisata, lebih banyak ditunjukan kepada kelompokkelompok kecil, dan umumnya pada usaha sekala kecil, menuntut adanya femanfaatan yang serendah rendahnya pada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui dan
menekankan pada adanya partisipasi masyarakat lokal,
termasuk pemilikan dan pengelolaan, khusunya bagi masyarakat pedesaan. Kannan (2012) menjelaskan bahwa ekowisata merupakan pariwisata yang berbasis pada ekologi yang sangat terkait dengan sumber daya alam, sumber
16
budaya, dan infrastruktur alam untuk melestarikan lingkungan. Disamping itu juga, Wardhana (2004 : 11) menyebutkan bahwa ada beberapa komponen yang sangat terkait dengan keberlangsungan ekologi lingkungan
yaitu komponen
manusia (penduduk),
komponen ilmu
komponen daya dukung
alam,
pengetahuan dan tehnologi, dan komponen organisasi. Arida
(2009)
menjelaskan
bahwa
ada
beberapa
prinsip-prinsip
pengembagan ekowisata yang didasarkan kepada TIES (The International Ecotourism Standards) seperti : Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan budaya untuk tercapainya keseimbangan pemamfaatan lahan, pengunaan tehnologi ramah lingkungan, melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya dan memperhatikan keberadaan endemis . Memberikan interpretasi yang memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaan kepada alam seperti menyediakan pramuwisata yang profesional dan berlisensi, menyediakan fasilitas pendukung informasi yang memadai terkait dengan daya tarik ekowisata, melibatkan lembaga desa setempat. Memberikan kontribusi secara kontinyu kepada masyarakat setempat dan memberdayakan masyarakat setempat
seperti memprioritaskan pemanfaatan
tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlianya, memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional kegiatan ekowista.
Memiliki kepekaan dan
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi masyarakat setempat yaitu pembangunan dan operasional harus disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal, keberadaan dan kegiatan ekowisata tidak menggangu
17
aktifitas masyarakat. Menaati perundang-undangan yang berlaku, menaati undang-undang dan peraturan yang berlaku,menaati awing-awig desa yang berlaku. Pengembagan harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan masyarakat setempat seperti pembangunan perlu mendapatkan persetujuan masyarakat dan lembaga desa setempat, menjalin komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat dan lembaga setempat dalam pengembangan ekowisata. Memiliki sikap konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen
yaitu
menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima kepada wistawan, menyediakan media untuk memperoleh umpak balik dari konsumen. Melakukan pemasaran dan promosi dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan wisatawan seperti melakukan pemasaran dengan materi yang akurat, jelas dan berkualitas, melakukan pemasaran dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan. Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang dengan konsep Tri Hita Karana yaitu
memperhatikan
memperhatikan
kesselarasaran
keselarasan
hubungan
antara antara
manusia manusia
dengan dengan
tuhan, manusia,
memperhatikan keselarasan antara manusia dengan lingkungan 2.2.5
Konsep Pariwisata Alternatif Dampak perkembangan pariwisata massal atau konvesional seperti krisis
sumber daya alam, kerusakan ligkungan bahkan degradasi budaya, menimbulkan kesadaran secara serentak di beberapa daerah untuk tidak merusak dan meningkatkan perhatian terhadap lingkungan secara berkelanjutan. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan wisatawan akan pentingya pelestarian lingkungan dan
18
budaya lokal di dearah tujuan wisata menimbulkan perubahan-perubahan kearah pariwisata berkelanjutan. Produk pariwisata diminati lebih cenderung pada produk yang bersekala kecil, berdasarkan kearifan budaya lokal dan berorientasi pada kelestarian alam dan lingkungan. Budiarti (2005: 21) menjelaskan bahwa pariwisata alternatif
adalah
pariwisata yang muncul guna meminimalisir dampak negatif dari perkembangan pariwisata masal yang terjadi hingga saat ini. Dampak negatif dari pariwisata masal atau
pariwisata
berskala besar adalah ancaman terhadap kelestarian
budaya dimana budaya lebih dikomersialisasikan dibandingkan dijaga keaslian dan kelestariannya. Selain itu, dampak negatif yang dapat berbahaya adalah perusakan sumber daya alam dimana sumber daya alam habis dieksploitasi besarbesaran. Pada kesempatan yang sama
Budiarti (2005 : 25) memberikan
penjelasan bahwa ada beberapa hal yang harus dimiliki pada pariwisata alternatif yaitu: menyediakan sarana dan fasilitas kesehatan, keselamatan dan kemananan. Memperkerjakan pramuwisata atau tenaga ahli yang memiliki keterampilan yang dibutuhkan. Menjaga kelestarian objek dan daya tarik wisata serta lingkunganya. 2.3 Landasan Teori Dalam
menganalisis
pengembangan
ekowisata
untuk
menunjang
pariwisata berkelanjutan, ada beberapa pendekatan yang digunakan antara lain : 2.3.1 Teori Perencanaan Perencannaan (planning) adalah sebuah proses pengambilan keputusan yang menyagkut massa depan dari suatu destinasi (Satria : 2009 : 42). Proses prencanaan menggambarkan lingkungan yang meliputi elemen-elemen : politik,
19
fisik, sosial, dan ekonomi sebagai komponen atau elemen yang saling berhubungan dan saling tergantung serta memerlukan pertimbangan. Sedangkan. (Cascante, dkk 2010 : 654) menjelaskan bahwa perencanaan adaalah suatu proses penyusunan tindakan-tindakan yang mana tindakan tersebut digambarkan dalam satu tujuan (jangka pendek maupun jangka panjang) yang didasarkan kemampuan-kemampuan ekonomi, sosial dan tenaga yang terbatas. Siswanto (2010 : 39) menjelaskan bahwa perencanaan sebagai suatu alat atau cara harus memiliki 3 kemampuan (the three brains) yaitu : kemampuan melihat kedepan, kemampuan menganalisis, dan kemampuan melihat interaksiinteraksi atau masalah. Siswanto (2010 : 40-41), menjelaskan ada perencanaan itu diperlukan
beberapa alasan mengapa
yaitu memberikan pengarahan terhadap adanya
perencanan dalam suatu organisasi atau tim kerja maka akan diketahui kehendak bersama dan arah yang akan dituju. Membimbing kerjasama dan membimbing para petugas berkerja tidak menurut kemaua masing-masing.
Menciptakan
koordinasi dalam satu organisasi atu kelompok masing-masing berjalan secara terpisah kemungkiinan besar akan terjadi tidak sinkronisasi yang akan menjadikan kegagalan. Menjamin tercapainya kemajuan sehingga perencannaan umumnya mengariskan suatu program yang hendak dilakukan meliputi tugas dan tanggung jawab setiap individu dalam proyek yang dikerjakan. Memperkecil resiko yaitu perencanaan mencakup pengumpulan data yang relevan (baik yang tersedia maupun tidak tersedia) dan secara hati-hati menelaah segala kemungkinan yang terjadi sebelum diambi suatu keputusan. Keputusan
20
yang diambil atas dasar intuisi, kerjakan ini dan itu tampa dasar suatu penelitian pasar atau tampa dasar perhitungan rates of return on investment, sangat dikhawatirkan akan menghadapi resiko besar. Perencanaan lebih memperkecil resiko yang timbul berlebihan. Mendorong dalam pelaksanaan sehingga suatu organisasi dapat memperoleh kemajuan secara sisitematis dalam mencapai hasil yang diinginkan melalui inisiatif sendiri. Oleh sebab itu, mencapai suatu hasil diperlukan tindakan, namun demikian, melakukan tindakan dibutuhkan suatu perencanaan dan program. 2.3.2
Teori Pariwisata Berkelanjutan Berbagai kajian tentang pariwisata berkelanjutan telah dilakukan seperti:
Milazi (1996: 31), Jumail (2011:20), Dodds and Butler (2010 : 38-39), Cascante, dkk (2010: 738), Farsari (2005:4), Wen Wu (2009 : 10), dan Sukma (2009: 16). Dari bebrapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata harus ramah lingkungan dan dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang. Menurut Hall and Ricards dalam Jumail (2011 : 20) menyebutkan bahwa ada 4 (empat) kemungkinan pendekatan perencanaan pariwisata berkelanjutan yakni : Pembangunan yang berkelanjutan melalui yang harus dipatuhi dalam pariwisata. Pembangunan berkelanjutan melalui kontrol produk pariwisata. Pembangunan berkelanjutan melalui pariwisata yang berwawasan lingkungan, dan Pembangunan berkelanjutan melalui konsep-konsep pariwisata yang baru. Sunaryo (2013) menjelaskan bahwa beberapa prinsif pengembangan pariwisata berkelanjutan yaitu :
21
1. Mampu berlanjut secara lingkungan (enviromentally sustainable). 2. Dapat diterima oleh lingkungan sosial dan budaya setempat (socially and culturally acceptable). 3. Layak dan menguntungkan secara ekonomi (economically viable). 4. Memamfaatkan teknologi yang layak dan pantas untuk diterapkan diwilayah lingkungan tersebut (technologically appropriate). 2.3.3
Teori Persepsi Pariwisata ada karena adanya wisatawan (Pitana dan Gayatri, 2005; 53),
wisatawan pada intinya adalah orang sedang tidak bekerja, atau sedang berlibur, dan secara sukarela mengunjungi daerah lain untuk mendapatkan sesuatu yang “lain” (Smith, 1977). Case (2002) mendefinisikan wisatawan (tourist) sebagai berikut: “A tourist is defined as a person who travels away from his or her home for whatever reason, be it for holiday, to do business, to represent his country in sport, to attend a religious function or to attend a conference.” Menurut Cooper (1996: 16) seorang wisatawan melakukan perjalanan sendiri dengan tujuan luar rumah tempat tinggal dan tempat biasa kerja. Di sisi lain Tourism White Paper (DEAT, 1996; 3) mendeskripsikan wisatawan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan yang jauh dari rumah dan tinggal setidaknya selama satu malam. Wisatawan domestik yang tinggal di Bali datang ke Lombok serta tinggal di sebuah hotel atau sejenisnya salama satu malam atau lebih serta wisatawan yang tinggal di Australia datang dan menginap di Lombok dalam jangka waktu lebih dari 24 jam. Berdasarkan pendefinisian konsep
22
wisatawan yang dikemukakan, bahwa wisatawan yang berkunjung akan memberikan interpretasi terhadap destinasi wisata yang dikunjungi. Farsari (2005) memberikan penjelasan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indra mereka untuk memberikan makna terahadap lingkunanannya. Faktor-faktor berikut menjelaskan bahwa pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam objeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam konteks situasi di mana persepsi itu dilakukan akan dapat mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi. Irianto (2011) menjelaskan persepsi yaitu bila seorang individu memandang pada satu obyek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari pribadi ke perilaku persepsi individu itu. Di antara karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (expectation). Target dan obyek yaitu karakteristik dari target yang akan diamati dapat dipengaruhi apa yang dipersepsikan gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita memandangnya. Karena target tidak dipandang dalam keadaan tersolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi,
seperti
kecenderungan
kita
untuk
mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau mirip (Jumail:2011). Situasi yaitu penting dilihat konteks daya tarik pariwisata. Unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi. Waktu adalah dimana suatu obyek atau peristiwa itu dilihat agar dapat mempengaruhi perhatian, seperti juga lokasi,
23
cahaya, panas, atau setiap jumlah faktor situasional. Mengemukakan persepsi sebagai
proses
yang
digunakan
seorang
individu
untuk
memilih,
mengorganisasikan, dan menginterprstasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan (Ramadhan (2009:7). Berdasarkan definisi persepsi yang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan tindakan yang diberikan seseorang terahadap sesuatu yang berada di sekitar lingkungannya baik persepsi yang diberikan positif ataupun negatif. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep positioning karena manusia menafsirkan suatu kejadian. Proses persepsi merupakan serangkaian kegiatan yang melalui beberapa tahapan terlebih dahulu.
2.4 Model Penelitian Penelitian ini diawali dengan melihat perkembangan pariwisata
di
Kabupaten Lombok Tengah. Perkembangan pariwisata Lombok Tengah saat ini yaitu masih bertumpu pada pariwisata massal dan pariwisata alternatif. Ada beberapa kawasan pariwisata yang perkembanganya
sudah mengalami
peningkatan yaitu kawasan Kuta, Gerupuk, Mawun & Selong Belanak, sedangkan bagian utara masih belum dikenal wisatawan. Pada dasarnya, Lombok Tengah memiliki banyak potensi wisata untuk dikembangkan pada daerah yang lainya baik di Lombok Tengah Bagian Selatan maupun Lombok Tengah Bagian Utara. Pengembangan pariwisata ini tentunya dengan konsep yang baru yang berorientasi pada
pemberdayaan
masyarakat
lokal
dan
konservasi
sesuai
dengan
24
perkembangan pariwisata saat ini yang sudah jenuh dengan pariwisata massal. Lombok Tengah sebagai gerbang pariwisata Nusa semenjak
Bandara
Internasional
Lombok
Tenggara Barat (NTB)
dioperasikan.
Pulau
Lombok
dikhawatirkan akan mengalami kerusakan apabila tidak dikembangkan dengan sistem yang pariwisata berkelanjutan yang baik. Pengembangan destinasi wisata yang tidak sesauai dengan pengembangan pariwisata berkelanjutan akan membuat kawasan tersebut rusak sehingga akan memberikan dampak negatif
kepada
generasi yang akan datang. Pada dasarnya ada beberapa desa di Lombok Tengah sudah dikenal oleh wisatawan sebagai Desa Ekowisata akan tetapi tidak dikelola dan dikembangakan dengan baik, sehingga masyarakat dan pemerintah tidak mendapatkan hasil yang maksimal dari perkembangan daya tarik wisata yang ada di Lombok Tengah. Desa Aik Berik merupakan salah satu desa yang memiliki potensi daya tarik ekowisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Desa ini berada di Kecamatan Batu Keliang Utara dengan jarak sekitaar 25 km dari Kota Praya Lombok Tengah. Desa ini sangat terkenal dengan panorama alam yan indah, desa ini juga memiliki 2 air terjun yang sangat menarik bagi wisatawan yaitu Benang Stokel dan Benang Kelambu.
Masyarakat desa
Aik Berik
mendukung
pengembangan ekowisata walaupun tidak memahami secara mendalam tentang ekowisata. Budaya masyarakat juga sangat ramah dan menerima wisatawan dengan baik. Penelitian ini di awali dengan 3 masalah, yang mana penelitian ini diawali dengan mencari potensi-potensi ekowisata yang dimiliki Desa Aik Berik, bagaimana
persepsi masyarakat dan wisatawan dalam mengembangkan
25
ekowisata ini serta bagaimana strategi pengembangan ekowisata
yang akan
menunjang pariwisata berkelanjutan di Desa Aik Berik. Potensi
yang
telah
teridentifikasi
selanjutnya
dipadukan
dengan
permasalahan yang kedua yaitu bagaimana persepsi mayarakat dan wisatawan terhadap pengambangan ekowisata di Desa Aik Berik. Dengan penyebaran angket/kuisioner untuk mengetahui persepsi masyarakat, sedangkan untuk mendapatkan persepsi wisatawan akan dilakukan dengan penyebaran angket dan wawancara mendalam (in-depth interview). Setelah persepsi wisatawan dan masyarakat mengenai pengembangan ekowisata didapatkan maka selanjutnya akan menjawab pertanyaan yang ketiga bagaimana program pengembangan ekowisata untuk menunjang pariwisata berkelanjutan di Desa Aik Berik. Beberapa pendekatan teori dan konsep dipakai untuk menggambarkan serta membahas fenomena masalah yang terjadi. Beberapa konsep tersebut seperti konsep pariwisata alternatif, ekowista, serta pengembangan pariwisata merupakan konsep yang perlu diterapkan. Berdasarkan pada konsep diatas dan dukungan oleh teori perencanaan dan pengembangan, teori pariwisata berkelanjutan serta kombinasi dengan metode analisis deskriftif kualitatif. Hasil yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan analisis SWOT dengan menganalisis lingkungan eksternal dan internal Desa Aik Berik, sehingga hasil anlisis SWOT ini merupakan hasil penelitian yang akan membantu di dalam upaya mencari berbagai alternatif strategi pengembangan ekowisata yang akan diuraikan dalam bentuk program-program pengembangan ekowisata di Desa Aik Berik. Pengembangan ekowisata untuk menunjang pariwisata
26
berkelanjutan di Desa Aik Berik akan mewujudkan hasil dari penelitian yang baik sehingga dapat digunakan sebagai rekomendasi kepada Kepala Desa Aik Berik, Kecamatan Batu Keliang Utara dan Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Tengah. Adapun model penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Pariwisata Lombok Tengah Potensi Pariwisata Massal
Potensi Alternatif/Ekowisata
Pengembangan Ekowisata untuk menunjang Pariwisata berkelanjutan di Desa Aik Berik
Perkembangan destinasi wisata Desa Aik Berik
Persepsi masyarakat & wisatawan terhadap pengembangan ekowisata
-
Konsep : Strategi Pengembangan Potensi Wisata Par. Alternatif Ekowisata
Toeri : - Teori Perencanaan - Teori Par. Berkelanjutan - Teori Persepsi
Strategi pengembangan Ekowisata / Analisis SWOT Hasil Penelitian
Rekomendasi
Gambar 2.1 Model Penelitan
Program Pengembangan Ekowisata di Desa Aik Berik
Metode pendekatan Analisis deskriptif kualitatif