BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsumsi garam beriodium. Konsumsi garam beriodium adalah menggunakan garam beriodium untuk kebutuhan sehari-hari sesuai dengan standar SNI 30-80 ppm. Kekurangan iodium dapat menimbulkan penyakit seperti gondok yang berpengaruh pada pertumbuhan anak tidak normal yang disebut dengan kretin atau kerdil. Pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi iodium dari makanan, atau kurangnya kebutuhan konsumsi garam beriodium yang diajurkan (Depkes, 2009). Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi yang dikutip Almatsier (2001), kebutuhan iodium untuk bayi dianjurkan setiap hari sebanyak 50-70 mg, balita dan anak sekolah 70-120 mg, remaja dan dewasa 150 mg, ibu hamil 175 mg, sedangkan ibu menyusui sebanyak 200 mg. Penderita hipertensi yang harus mengurangi konsumsi garam, tetap mengkonsumsi garam beriodium akan tetapi dengan jumlah yang sedikit dan tetap diajurkan mengkonsumsi makanan dari laut yang kaya akan iodium seperti udang, kerang dan ganggang laut (Depkes, 1999). Menurut Hoang yang dikutip oleh Aminah (2005), pola konsumsi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas
11
12
untuk suatu kelompok tertentu. Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan sosial. Konsumsi adalah kegiatan memakai atau memanfaatkan kegunaan suatu barang dan jasa (Kotler, 2002). Faktor yang mempengaruhi konsumsi barang dan jasa (Suhadi, 2007), yaitu : 1.
Faktor mikro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi barang dan jasa yang terdapat dalam diri pelaku konsumsi (konsumen) seperti usia, gaya hidup dan selera konsumen.
2.
Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi barang dan jasa yang berasal dari luar diri pelaku konsumsi (konsumen) seperti tingkat penghasilan, agama, tingkat pendidikan, tempat tinggal, adat istiadat, trend dan situasi ekonomi.
2.1.2 Distribusi garam beriodium. Indonesia secara nasional membutuhan garam sekitar 1,839 juta ton per tahun, dimana terdiri atas konsumsi 855.000 ton dan industri 984.000 ton. Industri yang membutuhkan garam tertinggi yaitu industri soda sebesar 76%, kedua industri pengeboran minyak sebesar 15% dan jenis industri lain seperti kulit, kosmetik, sabun dan es sebesar 9%. Konsumsi makanan membutuhkan garam sebesar 72%. Konsumsi garam perkapita adalah 3 kg per tahun per orang. Distribusi garam beriodium dari perusahan ke masyarakat, tergantung dari kemampuan produksi dan pemasaran dalam suasana pasar bebas. Perusahan yang
13
besar mampu melakukan distribusi antar pulau dan antar provinsi, sedangkan perusahan menengah dan kecil hanya mampu memasarkan produknya dalam satu provinsi atau satu kabupaten atau satu kota. Pemasaran akhir pada umumnya melalui pengecer formal (pasar bebas, supermarket, toko bahan pangan), sampai dengan pengecer kecil di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Saluran pemasaran adalah kelompok yang terkait dalam proses penyaluran barang atau jasa untuk dikonsumsi (Kotler, 2002). Kegiatan distribusi yang tidak lancar memberikan dampak buruk pada perekonomian masyarakat (Sihono, 2004), sebagai berikut : 1.
Persediaan barang berkurang, terutama dirasakan oleh konsumen karena
kiriman
barang
terlambat
datang,
akibatnya
untuk
mendapatkan barang, konsumen harus antri. 2.
Harga barang melambung tinggi. Persediaan barang sedikit sedangkan permintaan barang tinggi karena kelangkaan barang.
3.
Kelebihan produk di gudang produsen. Barang yang terus diproduksi, sedangkan barang lama atau produk lama belum didistribusikan ke konsumen sehingga persediaan barang di perusahaan menumpuk. Apabila situasi berkelanjutan maka proses produksi akan dihentikan karena stok barang sudah berlebih.
4.
Kebutuhan masyarakat tidak terpenuhi. Apabila kebutuhan tersebut bersifat pokok seperti makanan, minuman, dan obat-obatan maka akan fatal akibatnya karena dapat terjadi kelaparan dan kematian.
14
Sistem distribusi barang atau jasa ke konsumen ada tiga sistem (Sihono, 2004) yaitu : 1.
Distribusi langsung Kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen secara langsung tanpa perantara, misalnya petani sayur langsung menjual hasil panennya ke pasar, seorang guru yang mengajar les langsung datang ke rumah muridnya.
2.
Distribusi semi langsung Kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen melalui perantara. Perantara yang dimaksud adalah bagian atau milik produsen itu sendiri, misalnya pengusaha tahu dan tempe menjual tahu dan tempenya di tokonya sendiri.
3.
Distribusi tidak langsung Kegiatan distribusi barang dan jasa melalui perantara (grosir, retailer, toko, makelar dan lain-lain) yang bukan milik produsen, misalnya petani buah menjual hasil panennya (buah) melalui toko-toko penjual buah.
Kelancaran barang atau produk suatu perusahan sampai ke konsumen tidak terlepas dari lembaga distribusi. Lembaga distribusi berfungsi untuk mempertemukan produsen dengan konsumen sehingga penyaluran barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan lancar.
15
Jenis-jenis lembaga distribusi dibagi menjadi tiga (Sihono, 2004) yaitu : 1.
Pedagang adalah orang atau lembaga yang membeli barang dari produsen dan dijual kembali ke konsumen. Pedagang mempunyai tempat penyimpanan sendiri (gudang) untuk menyimpan barang dagangannya dan kios atau toko sebagai tempat penjualan barang dagangannya. Golongan pedagang yaitu pedagang besar (grosir), pedagang kecil (pengecer).
2.
Perantara khusus adalah perantara yang membantu menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Perbedaan antara perantara khusus dengan pedagang terletak pada kepemilikan barang. Barang atau produk yang dijual oleh pedagang adalah hak milik pedagang karena sudah dibeli secara sah. Sedangkan perantara khusus barang atau produk bukan milik pribadi, misalnya agen (agent middleman), makelar (broker), komisioner.
3.
Eksportir dan Importir Eksportir dan importir merupakan perantara perdagangan yang jangkauan pemasarannya bersifat internasional atau lintas negara. Contohnya eksportir mebel, eksportir minyak dan lain-lainnya.
Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian konsumsi dan distribusi garam beriodium sebagai berikut : Penelitian Devita (2007) berjudul studi implementasi kebijakan pengadaan garam beriodium di Kecamatan Batangan Kabupaten Pati. Tujuan penelitian ini adalah melakukan kajian implementasi dari Keppres No.69 Tahun 1994 tentang
16
pengadaan garam beriodium. Hasil penelitian tersebut adalah pertama setelah berlakukanya Keppres No. 69 Tahun 1994 Pemerintah Daerah Kabupaten Pati belum maksimal dalam pengadaan garam beriodium karena tampak pada target yang belum memenuhi harapan. Kedua faktor pendorong dan penghambat adalah komunikasi yang tidak berjalan baik atau optimal, penguasaan informasi dan cara komunikasi petugas masih kurang dan tidak efektif, adanya perbedaan dalam pemahaman isi Keppres No.69 Tahun 1994 pada produsen garam dan petugas karena upaya sosialisasi yang masih kurang optimal dan usaha pemerintah yang tidak maksimal dalam peningkatan pengadaan garam beriodium, masih lemahnya penegakkan hukum pada produsen garam yang tidak menaati aturan dan pemalsuan merek garam. Penelitian Ali (2008) dengan judul hubungan pengetahuan dengan ketersediaan garam beriodium pada tingkat rumah tangga di Desa Krajan Kecamatan Tembarak Kabupaten Temanggung dengna hasil yaitu pengetahuan ibu rumah tangga dikegorikan sedang dan baik. Hasil uji garam sebesar 62,5% dengan kadar iodium kurang dari 30 ppm dan sebesar 37,5% dengan kadar iodium 30 ppm atau lebih, akan tetapi masih ditemukannya mutu dan konsumsi garam beriodium masih rendah. Distribusi garam beriodium yang belum merata sehingga garam yang beredar belum cukup mengandung iodium. Dilihat dari segi harga, perbedaan harga garam beriodium yang cenderung lebih mahal dua sampai tiga kali lipat menyebabkan rendahnya konsumsi garam beriodium. Penelitian yang dilakukan oleh Setiarini (2010) dengan judul tingkat pengetahuan GAKI dengan penanganan garam beriodium oleh ibu rumah tangga
17
di Desa Belah, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan bahwa masih banyak ibu rumah tangga yang menunjukkan proses pemasakan yang salah (73,2%) dikarenakan pengetahuan yang kurang tentang cara penggunan garam beriodium. Penelitian Hartati (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu rumah tangga tentang akibat kekurangan garam beriodium dengan perilaku ibu rumah tangga terhadap penggunaaan garam beriodium di Desa Belova Kabupaten Luwu. Penelitian Prawini (2013) berjudul gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu rumah tangga terhadap garam beriodium di Desa Lodtunduh Ubud Gianyar. Hasilnya adalah masih banyak ibu rumah tangga yang kurang memahami pentingnya konsumsi garam beriodium dan cara penggunaan garam beriodium yang benar sehingga mempengaruhi sikap ibu rumah tangga yang secara umum menunjukkan sikap negatif terhadap garam beriodium karena rasa garam beriodium yang pahit pada masakan. Pemahaman yang kurang dan sikap negatif terhadap garam beriodium mempengaruhi sebagian besar perilaku ibu rumah tangga di Desa Lodtunduh sehingga tidak mengkonsumsi garam beriodium. Penelitian yang dilakukan oleh Uken dkk (1985), berjudul beberapa faktor yang dapat menurunkan kadar iodium dalam garam beriodium menunjukkan bahwa kadar iodium dalam garam dipengaruhi oleh waktu penyimpanan, kondisi penyimpanan, jenis garamnya sedangkan bahan pembungkus tidak berpengaruh pada penurunan kadar iodium. Hasil produksi tiap pabrik menghasilkan kadar iodium, tanggal kadaluarsa yang berbeda dan tidak memenuhi ketentuan
18
perundangan yang berlaku. Penyimpanan lebih dari 6 bulan mengakibatkan kadar iodium menyusut atau berkurang sebesar 21% untuk itu tanggal produksi dan kadaluarsa sangat penting untuk dicantumkan pada pembungkus garam beriodium. Menurut Rusidah dkk (2010), penelitian yang berjudul status defisiensi iodium dan penggunaan garam beriodium di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan setengah penduduk Venenzula di Malaysia endemis penyakit tiroid dengan proporsi yang besar yaitu dari pemeriksaan kadar iodium dalam urin adalah <100 µg/L. Menurut Oni dkk (2010), penelitian yang berjudul kemauan membeli garam beriodium untuk dikonsumsi di Ogun Negeria. Dari penelitian ini menunjukan hasil signifikan bahwa responden akan membeli garam berlabel garam beriodium dengan alasan memiliki pengetahuan yang tergolong baik terhadap garam beriodium.
2.1.3 Berbagai hal tentang garam beriodium 1.
Pengertian Garam Beriodium Garam beriodium merupakan garam biasa ditambahkan (difortifikasi)
iodium. Iodium ditambahkan pada garam yang berfungsi sebagai zat aditif atau suplemen dalam bentuk kalium yodat yang berupa larutan pada lapisan tipis garam sehingga diperoleh campuran yang merata. Garam beriodium adalah garam yang mengandung iodium dengan standar nasional Indonesia (SNI) 30-80 ppm yang berguna bagi pertumbuhan dan kecerdasan (Depkes, 2009).
19
2.
Jenis Garam Beriodium Di masyarakat ada beberapa jenis garam yang dijual, yaitu garam halus
adalah garam yang kristalnya sangat halus menyerupai gula pasir dengan kemasan plastik berlabel lengkap. Garam curai atau garam biasa (krasak) adalah garam yang kristalnya kasar dikemas dalam karung dan dijual kiloan dan garam briket berbentuk bata (Depkes, 2001). Persyaratan garam sehat adalah sebagai berikut (Depkes, 2001) : a) Garam yang sudah difortifikasi dengan iodium dengan kadar 30-40 ppm dengan kandungan air ≤ 5%. b) Tiap orang mengkonsumsi garam iodium sebanyak 10 gr/hari dan kebutuhan ion iodium 150-200 µgr/hari. c) Garam beriodium dikonsumsi oleh masyarakat baik di daerah endemik maupun bukan daerah endemik. 3.
Cara Pengetesan Iodium Dalam Garam Garam mengandung iodium atau tidak mengandung iodium dilakukan
dengan Test Kit atau Iodina Kit yang dijual bebas di apotik atau toko obat. Cara menggunakan Test Kit dengan menetesi garam dapur dengan cairan iodina sehingga diketahui garam dapur yang mengandung iodium akan berwarna ungu tua. Semakin tua warnanya semakin tinggi mutu iodiumnya (Depkes, 1999). Prosedur pengetesan iodium dengan Test Kit yaitu : a) Ambil ½ sendok teh garam yang akan diuji, letakkan di tempat yang datar dengan alas berwarna putih kemudian ratakan
20
permukaannya. Bila garam berbentuk biket, haluskan terlebih dahulu. b) Teteskan larutan Iodina Kit 2-3 tetes pada garam tersebut. c) Amati perubahan warna yang terjadi : Bila tidak berwarna berarti garam tidak mengandung iodium. Bila berwarna biru-ungu berarti garam mengandung iodium. d) Test Kit garam beriodium dikocok terlebih dahulu sebelum digunakan, kemudian teteskan 2-3 tetes ke permukaan garam. Tes Kit yang sudah dibuka, hanya dapat digunakan dalam kurun waktu 6 bulan. Apabila tidak ada Test kit, pengetesan bisa dilakukan dengan singkong segar yang diparut. Cara pengetesan iodium dengan menggunakan singkong (Depkes, 1999) yaitu: a) Kupas singkong yang masih segar, kemudian diparut. b) Tuangkan 1 sendok perasan singkong parut tanpa ditambah air ke dalam tempat yang bersih. c) Tambahkan 4-6 sendok teh garam yang akan diperiksa. d) Tambahkan 2 sendok teh cuka, aduk sampai rata, biarkan beberapa menit. e) Bila timbul warna biru keunguan, berarti garam tersebut mengandung iodium.
21
4.
Cara Menyimpan Garam Beriodium Masyarakat pada umumnya, masih banyak yang tidak mengerti atau
paham tentang cara yang benar menyimpan garam beriodium sehingga berdampak kandungan iodium dalam garam berkurang. Cara yang benar menyimpan garam beriodium yaitu : a) Disimpan dalam wadah yang kering dan tertutup b) Letakkan ditempat yang sejuk, sebaiknya jauhkan dari panas api dan hindari sinar matahari langsung. c) Gunakan sendok yang kering untuk mengambil garam. d) Tutup kembali wadah dengan baik setiap kali pengambilan garam.
2.1.4 Gangguan Akibat Kekurangan Garam Beriodium (GAKI) 1.
Pengertian GAKI GAKI merupakan tanda atau gejala yang muncul dalam tubuh manusia
dikarenakan kekurangan iodium yang memberikan dampak negatif pada kesehatan manusia seperti pada ibu hamil bisa mengalami keguguran, janin kemungkinan lahir mati, cacat bawaan, kretin, kelainan fungsi psikomotor, pada neonatus akan berdampak gondok neonatus, hipotiroid, peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir dan penurunan IQ, pada anak akan berdampak gangguan pertumbuhan fungsi fisik dan mental dan peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir, orang dewasa berdampak pada hipotiroid, gangguan fungsi mental, Iodine Induced Hipotiroidisme (IIH), peningkatan kerentanan terhadap radiasi nuklir.
22
Pada tingkat ringan menyebabkan menurunnya produktifitas, libido, kesuburan dan immunitas. 2.
Cara Pencegahan dan Penanggulangan GAKI Pemerintah dalam penanggulangan GAKI secara nasional sejak tahun
1974, dengan melakukan upaya jangka panjang dan upaya jangka pendek. Upaya jangka panjang yaitu : a)
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) : usaha pemberdayaan masyarakat dan unsur-unsur yang terkait untuk memiliki visi dan misi dalam penanggulangan GAKI. Kegiatannya meliputi advokasi, pendidikan
atau
penyuluhan
dan
kegiatan
pemasyarakatan
informasi tentang dampak GAKI pada kualitas sumber daya manusia. Kegiatan ini terkait dengan pentingnya konsumsi garam beriodium, law enforcement dan social enforcement, hak mendapatkan kapsul beriodium bagi daerah endemik dan penganekaragaman konsumsi pangan (Depkes, 2004). b)
Surveillans adalah pemantauan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus pada beberapa indikator dengan tujuan agar dapat dilakukan deteksi dini apabila ada masalah yang mungkin akan timbul sehingga dapat dilakukan pencegahan lebih awal. Fungsi surveillans untuk mengetahui situasi terakhir di daerah yang dipantau sehingga apabila terjadi masalah (ringan maupun berat) terpantau,
mengetahui
daerah
yang
harus
diprioritaskan,
23
memperkirakan kebutuhan sumber daya yang diperlukan untuk intervensi lebih lanjut dan mengevaluasi keberhasilan program. Pemantauan garam beriodium di masyarakat melalui pengetesan garam beriodium yang di sekolah dasar dan rumah tangga. Pada sekolah dasar, siswa membawa sampel garam yang digunakan dirumah. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan dibantu oleh puskesmas masing-masing wilayah kerja. Tujuan umum kegiatan ini adalah terlaksananya pemantauan untuk memperoleh gambaran berkala tentang cakupan konsumsi garam beriodium yang memenuhi syarat di masyarakat. Tujuan khusus yaitu untuk mendapatkan informasi tentang kandungan iodium pada garam yang diperiksa di tingkat desa dengan pengujian garam, informasi tentang kategori desa, informasi tentang bentuk garam yang digunakan masyarakat dan informasi ada atau tidak merek dagang produk garam yang dikonsumsi di masyarakat. c)
Iodisasi garam adalah penambahan garam dengan Kalium Iodat (KOI3). Tujuannya agar seluruh masyarakat mengkonsumsi garam yang mengandung iodium minimal 30 ppm, yang mana sangat berdampak positif untuk kesehatan. Adapun target program iodisasi ini yaitu 90% masyarakat mengkonsumsi garam beriodium.
24
2.1.5 Komponen Yang Mempengaruhi Konsumsi Garam Beriodium Pada Konsumen. 1.
Produk Produk merupakan sesuatu yang berupa barang atau jasa yang bisa
ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian atau konsumsi untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan (Kotler, 2002). Perkembangan pasar saat ini sangat dinamis dan penuh persaingan, cepat atau lambat produk yang ada dipasaran akan hilang digantikan oleh produkproduk baru. Penemuan produk (product invention) mencakup penciptaan sesuatu yang baru. Kegiatan terdiri dari dua bentuk yaitu penemuan mundur (backward invention) adalah memperkenalkan kembali bentuk-bentuk produk sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan suatu negara. Penemuan maju (forward invention) adalah menciptakan produk baru untuk memenuhi kebutuhan suatu negara (Kotler, 2002). Strategi-strategi pengembangan produk, yaitu : a) Menentukan logo dan motto Logo dan motto suatu produk sangat penting untuk pemasaran karena akan lebih diingat. Logo merupakan ciri khas suatu produk sedangkan motto berisi tentang visi dan misi suatu perusahan. Logo dan motto suatu produk harus dirancang dengan baik dan benar karena harus memiliki arti, bisa menarik perhatian dan mudah diingat.
25
b) Menciptakan merek Di masyarakat, merek sering diartikan sebagai nama, istilah dan disain suatu produk. Merek merupakan hal penting bagi konsumen untuk mengenal produk yang berupa barang maupun jasa yang dijual. c) Menciptakan kemasan Kemasan suatu produk sangat mempengaruhi dan penting untuk pemasaran. Alasan konsumen memilih suatu produk adalah kemasan yang unik dan menarik. Kemasan yang bagus, unik dan menarik akan memberikan kesan bagi konsumen sehingga konsumen akan lebih loyal terhadap produk yang dijual. d) Menciptakan label Label adalah identitas suatu produk. Label dilekatkan pada produk yang dijual dan label merupakan bagian dari kemasan. Di dalam label berisi tentang nama perusahan yang membuat produk, alamat perusahan, tanggal dibuat produk, tanggal kadaluarsa produk, cara penggunaan produk dan berbagai informasi terkait dengan produk tersebut. Menurut Sihono (2004), barang atau produk konsumsi adalah barang yang secara langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produk konsumsi sering disebut barang jadi (final goods), yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
26
a) Barang tahan lama (Durable Goods) Barang tahan lama adalah barang konsumsi yang tidak habis sekali pakai atau bisa dipergunakan beberapa kali. Misalkan sepatu, TV, kulkas, buku, perabotan rumah tangga, dan lain-lain. b) Barang tidak tahan lama (Nondurable Goods) Barang tidak tahan lama adalah barang konsumsi yang habis sekali pakai, misalnya makanan, minuman, bahan bakar minyak, obat-obatan, garam, buah-buahan dan lain-lain. 2. Harga (price) 1. Pengertian harga Harga adalah satu dari empat bauran pemasaran (marketing mix) yaitu 4P (product, price, place, promotion). Harga bagian penting dalam pemasaran, harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu elemen bauran pemasaran yang fleksibel artinya harga dapat diubah dengan cepat, tidak seperti ciri khas produk dan perjanjian distribusi (Kotler, 2002). Suatu perusahaan akan menetapkan harga untuk pertama kali ketika perusahaan tersebut mengembangkan produk baru, ketika perusahaan memperkenalkan produk reguler ke saluran distribusi atau daerah baru, dan ketika perusahaan akan mengikuti lelang atas kontrak kerja baru. Harga akan mempengaruhi pilihan konsumen untuk membeli atau tidak suatu barang. Harga merupakan suatu tolak ukur bagi konsumen, sebagai
27
contoh konsumen akan membeli harga yang lebih tinggi karena berkeyakinan bahwa barang mahal berarti kualitas bagus. Menetapkan harga terlalu tinggi menyebabkan penjualan menurun dan jika menetapkan harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan perusahaan (Kotler, 2002). 2. Tujuan Penetapan Harga Suatu perusahan sebelum menetapkan harga akan memutuskan dimana akan memposisikan tawaran pasar. Semakin jelas tujuan perusahaan semakin mudah menetapkan harga. Tujuan penentapan harga ada lima (Kotler, 2002) yaitu : a) Kelangsungan hidup Tujuan utama suatu perusahan adalah mempertahankan perusahan. Apabila terjadi kelebihan produksi, persaingan dengan perusahan lain dan keinginan konsumen yang tidak menentu maka perusahaan akan mempertahankan kelangsungan suatu perusahaan dengan menurunkan harga. Akan tetapi kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjangnya adalah perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan nilai jika tidak perusahan akan punah. (1) Laba maksimum Perusahaan akan menetapkan harga untuk memaksimumkan laba sekarang. Perusahaan memperkirakan permintaan dan biaya yang berkaitan dengan berbagai alternatif harga dan memilih harga yang akan menghasilkan laba sekarang, arus kas, atau tingkat pengembalian investasi yang maksimum.
28
(2) Pangsa pasar maksimum Perusahaan meyakini apabila tingkat penjualan meningkat maka biaya barang akan murah, sedangkan perusahan akan diuntungkan karena laba akan meningkat sehingga pangsa pasar akan meningkat pula. (3) Berdasarkan citra Dalam
menciptakan
pencitraan,
perusahaan
bisa
menetapkan harga tinggi untuk mempertahankan citra prestisius perusahan tersebut dan menetapkan harga rendah untuk daerah tertentu. (4) Stabilisasi harga Perusahan dalam stabilisasi harga untuk menyeimbangkan harga suatu perusahaan dengan harga pemimpin industri. 3.
Fungsi harga Fungsi harga bagi perusahaan dan konsumen, yaitu : a) Mengendalikan permintaan dan penawaran. b) Sumber laba suatu perusahaan. c) Mempengaruhi perilaku konsumsi konsumen.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga Dalam menentukan harga, dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, yaitu : a) Faktor internal meliputi organisasi (struktur, skala dan tipe), strategi pemasaran mix, tujuan pemasaran suatu perusahan.
29
b) Faktor eksternal meliputi lingkungan makro dan mikro, faktor permintaan, harga pesaing dan reaksi pesaing. 5.
Batas penentu harga Harga dalam pemasaran memiliki batasan-batasan tertentu. Penentu
harga dibatasi oleh permintaan suatu produk, biaya dan persaingan. 3.
Distribusi Saluran pemasaran adalah kelompok yang terkait dalam proses penyaluran barang atau jasa untuk dikonsumsi (Kotler, 2002).
4.
Promosi Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran yang tidak kalah pentingnya dengan produk, harga dan distribusi karena tanpa promosi barang atau produk tidak akan dikenal oleh konsumen. Menurut Kotler (2002), alat-alat promosi yaitu : 1. Periklanan Periklanan berfungsi sebagai pencitraan suatu produk dengan tujuan meningkatkan penjualan. Dilihat dari segi waktu dan biaya, periklanan sangat efisien karena mampu menjangkau konsumen yang tersebar secara geografis secara cepat dengan anggaran kecil untuk mempromosikan suatu produk (iklan televisi). Periklanan memiliki pengaruh atas penjualan suatu produk tetapi juga memupuk kepercayaan konsumen bahwa merek yang diiklankan pasti menawarkan “nilai yang baik”.
30
Ada tiga media iklan yang relatif baru yaitu adventorial adalah iklan cetak yang menawarkan isi editorial, dimana rancangannya mirip dengan isi surat kabar atau majalah sehingga sulit untuk dibedakan. Infomercial adalah iklan TV yang tampak seperti acara televisi selama 30 menit yang mendemonstrasikan suatu produk. Konsumen dapat menelepon dan memesan barang atau produk, oleh karena itu hasilnya langsung dapat diukur. Banner adalah tanda kecil pada halaman web yang mengiklankan suatu tawaran atau perusahan yang dapat dicapai dengan meng-klik banner tersebut. Sifat-sifat periklanan, sebagai berikut : a) Presentasi umum : memperkenalkan suatu barang dimana barang yang diiklankan terstandarisasi sehingga pesan yang ingin disampaikan diterima dan konsumen mengerti apa yang akan dibeli. b) Tersebar luas : artinya mempunyai ukuran daya yang tersebar luas sehingga memberikan nilai positif tentang ukuran, kekuatan dan keberhasilan penjualan. c) Ekspresi yang lebih kuat : promosi produk melalui cetakan, suara, dan warna yang penuh seni bertujuan untuk mendramatisasi perusahan. d) Tidak bersifat pribadi artinya konsumen tidak diharuskan atau diwajibkan untuk memperhatikan, menanggapi karena sifatnya hanya monolog, bukan dialog.
31
2. Promosi Penjualan adalah penawaran suatu produk dengan efektivitas waktu yang singkat. Misalnya kupon belanja, pajangan-pajangan di toko, diskon. 3. Hubungan Masyarakat dan Publisitas Suatu perusahan cenderung kurang menggunakan hubungan masyarakat, tetapi program hubungan masyarakat yang direncanakan dengan baik dan dikoordinasikan dengan elemen bauran promosi yang lain dapat menjadi efektif . Daya tarik hubungan masyarakat dan publisitas, didasari oleh tiga sifat khusus yaitu : a) Kredibilitas yang tinggi : berupa gambar dan cerita dimana berita yang disampaikan lebih otentik dan dipercaya oleh pembaca dibandingkan iklan. b) Kemampuan
mendapatkan
konsumen
yang
tidak
dibidik
sebelumnya : hubungan masyarakat dapat menjangkau banyak calon pembeli atau konsumen yang biasanya selalu menghindari wiraniaga dan iklan. c) Dramatisasi : hubungan masyarakat yang memiliki kemampuan mendramatisasi suatu produk atau perusahaan. 4. Penjualan Personal Penjualan personal adalah alat promosi yang paling efektif biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, dengan tujuan untuk membangun preferensi, keyakinan dan tindakan pembelian.
32
Tiga ciri khusus dari penjualan personal yaitu konfrontasi personal, mempererat dan tanggapan. 5. Pemasaran Langsung Pemasaran langsung memiliki empat karakteristik, sebagai berikut : a). Nonpublik
: pesan ditujukan kepada orang tertentu.
b). Disesuaikan
: pesan disiapkan untuk menarik orang dituju.
c). Terbaru
: pesan dapat disiapkan dengan sangat cepat.
d). Interaktif
: pesan dapat diubah tergantung pada tanggapan
orang tersebut.
2.2 Konsep Penelitian 2.2.1
Konsep konsumsi garam beriodium di rumah tangga Konsumsi garam beriodium adalah menggunakkan garam beriodium pada setiap makanan yang dimasak dirumah dengan kuantitas banyak atau sedikit dan di konsumsi setiap hari oleh seluruh anggota keluarga.
2.2.2 Konsep penyimpanan garam beriodium di rumah tangga Suatu bentuk cara yang dipakai untuk menyimpoan garam beriodium di rumah tangga baik dengan dimasukkan di dalam toples kaca atau masih dalam kemasan plastik. 2.2.3 Konsep ketersediaan dan distribusi garam beriodium Ketersediaan artinya tersedianya. Distribusi artinya proses penyaluran. Ketersedian garam beriodium adalah tersedianya garam beriodium baik itu
33
di warung, pasar, rumah tangga maupun perusahan. Ketersediaan garam beriodium yang dipengaruhi oleh aksesibilitas (terjangkau tempat) dan faktor affordabilitas (terjangkau harga). Kemampuan membeli ibu rumah tangga berkaitan dengan empat aspek pemasaran yaitu : 1. Produk adalah garam beriodium yang ada dirumah tangga, warung, pasar baik dalam kemasan besar atau kecil. 2. Harga adalah nilai suatu barang. Harga garam iodium merupakan nilai dari produk atau barang (garam iodium dalam kemasan). 3. Distribusi yaitu memasarkan atau menyalurkan. Distribusi garam beriodium adalah pemasaran garam beriodium disuatu tempat seperti warung, mini market, supermarket, pasar. 4. Promosi yaitu memperkenalkan suatu produk atau barang. Promosi garam beriodium adalah memperkenalkan garam beriodium, baik manfaat, cara penyimpanan dan keunggulan garam beriodium dibandingkan dengan garam rakyat (garam kiloan). 2.2.4
Konsep Peran dan Keterlibatan faktor pendorong garam beriodium di rumah tangga 1. Petugas kesehatan adalah petugas yang bekerja di puskesmas dan Dinas Kesehatan meliputi petugas gizi di Dinkes atau petugas gizi dimasing-masing wilayah kerja Puskesmas, perawat, bidan dan dokter. Peran dari petugas kesehatan kesehatan yaitu memberikan informasi tentang garam beriodium baik manfat dan dampak ke masyarakat khususnya ibu rumah tangga.
34
2. Tokoh Masyarakat orang yang memiliki kedudukan atau posisi penting di Desa seperti Kepala Desa, Kelian Adat. Tokoh masyarakat yang ada di provinsi Bali berada didalam suatu lingkungan yang disebut Desa Pakraman. Desa Pakraman di Bali memiliki sebuah aturan adat atau lebih dikenal dengan sebutan awigawig berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat adat dalam wilayah desa pakraman diluar kehidupan desa dinas yang berpedoman pada hukum nasional atau negara. 3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan bertindak sebagai pengatur, memonitoring terjadinya distribusi barang atau produk yang beredar di pasaran. Selain sebagai pengatur, Dinas Perindustrian dan Perdagangan bertugas sebagai pembina UKM (usaha kecil dan menengah) di Kabupaten. 4. Pedagang bertujuan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melihat manfaat untuk kesehatan pembeli. Keterlibatan pedagang disini dimaksudkan adalah sikap pedagang atau persepsi pedagang dalam memfasilitasi atau menjual garam yang mengandung iodium. 2.2.5
Konsep Triangulasi Sumber merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengecek tentang kebenaran informasi atau data. Triangulasi sumber merupakan salah satu dari triangulasi dimana pengecekan kebenaran data langsung ke sumber informasi.
35
2.2 Landasan Teori 2.3.1
Teori Lawrence Green Menurut Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor dasar yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong (Notoatmodjo, 2003). 1. Faktor predisposisi adalah faktor pencetus atau faktor yang membuat keadaan lebih rentan. Adapun faktor predisposisi perilaku yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, kemampuan, minat dan lain-lain. 2. Faktor pendukung terwujud dengan dukungan dari lingkungan seperti ketersediaan sarana prasarana. 3. Faktor pendorong artinya faktor–faktor yang menjadi referensi karena yang menjadi faktor pendorong biasanya petugas kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh agama.
2.3.2
Teori Kurt Lewin Teori Lewin tentang perilaku manusia. Lewin menjelaskan tentang perilaku manusia dimana suatu perilaku dipengaruhi oleh kekuatan pendorong dan kekuatan penahan yang saling mempengaruhi dan seimbang (Notoatmodjo, 2003). Kekuatan pendorong dan kekuatan penahan bisa berubah apabila ada suatu rangsangan atau pengaruh dari luar yang akan mempengaruhi keseimbangan perilaku seseorang dampaknya akan ada perubahan
36
perilaku seseorang. Dampak ketidak seimbangan kedua kekuatan tersebut akan ada tiga kemungkinan yang terjadi yaitu : 1. Kekuatan pendorong meningkat Meningkatnya kekuatan pendorong ini karena adanya rangsangan atau stimulus dari luar seperti penyuluhan, informasi dari media baik cetak maupun media elektronik. Contohnya masyarakat masih banyak yang mengkonsumsi garam tanpa mengandung iodium. Adanya penyuluhan garam beriodium tentang dampak atau akibat tidak mengkonsumsi iodium sehingga masyarakat sadar betapa pentingnya iodium itu. Dengan kesadaran pentingnya garam beriodium maka masyarakat akan mengganti garam biasa dengan garam yang mengandung iodium. 2. Kekuatan penahan menurun Menurunnnya kekuatan penahan karena stimulus seperti penyuluhan dan berbagai informasi. Misalkan dengan adanya penyuluhan garam beriodium, membuat kekuatan penahannya melemah atau menurun (adanya perubahan perilaku). Dengan mengetahui dampak tidak mengkonsumsi garam beriodium sangat fatal untuk kesehatan dan kecerdasan sehingga masyarakat dari tidak mengkonsumsi menjadi mengkonsumsi garam beriodium (perubahan perilaku). 3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun artinya dengan adanya stimulus atau rangsangan maka akan ada perubahan perilaku.
37
2.4 Model Penelitian Faktor Predisposisi : - Sikap ibu rumah tangga ( konsumsi, penyimpanan) - Persepsi - Pengetahuan
Faktor Pendukung : - Ketersediaan garam beriodium
Konsumsi Garam Beriodium
- Distribusi garam beriodium
Faktor Pendorong : -
Petugas kesehatan
-
Tokoh masyarakat
-
Petugas Disperindag
-
Pedagang
Keterangan : : diteliti : tidak diteliti
Gambar 2.1 Model penelitian tentang konsumsi dan distribusi garam beriodium di Desa Subamia Kabupaten Tabanan.
38
Model penelitian ini mengaplikasikan teori Lawrence Green untuk mengetahui konsumsi dan distribusi garam beriodium di Desa Subamia. Sikap ibu rumah tangga yang aktif dan tidak aktif sebagai kader merupakan faktor internal yang diteliti. Faktor eksternal yang diteliti ada dua faktor yaitu faktor pendukung seperti ketersediaan dan distribusi garam beriodium dan faktor pendorong seperti keterlibatan petugas kesehatan, tokoh masyarakat, petugas Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan pedagang.