BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1 Kajian Pustaka Metode mind mapping dalam keterampilan menulis telah menjadi bahan kajian para penulis yang memiliki atensi perihal tersebut. Terkait dengan penelitian yang dilakukan, suatu kebetulan peneliti membahas perihal yang memiliki relevansi sehingga perlu dilakukan kajian dengan hasil kajian para penulis dimaksud. Untuk itu, pada bagian berikut ini dipaparkan beberapa hasil karya tulis para peneliti sebelumnya. Penelitian pertama dilakukan oleh Ayunda (2013) dengan judul “Keefektifan Penggunaan Teknik Mind-Mapping dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Bertolak dari Peristiwa yang Pernah Dialami Siswa Kelas IX SMP Negeri 18 Malang”. Penelitian ini merupakan eksperimen dengan desain penelitian control group pre-test - post-test. Relevansi penelitian ini terhadap penelitian yang dilakukan terdapat pada variabel yang menjadi sasaran perubahan, yaitu sama-sama meneliti kemampuan menulis walaupun jenis tulisan berbeda, yaitu cerpen dan report. Variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan model pembelajaran mind mapping. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen, bukan penelitian tindakan kelas. Keunggulan penelitian ini adalah penggunaan mind mapping yang ditunjukkan efektif digunakan dalam pembelajaran menulis cerpen berdasarkan
peristiwa yang pernah dialami siswa kelas IX SMP Negeri 18 Malang. Namun, tidak dipaparkannya rubrik penilaian sebagai pedoman penilaian dengan jelas dalam penelitian yang dilakukan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa dalam pembelajaran menulis cerpen pada aspek kemampuan menyampaikan menggunakan pembelajaran mind mapping lebih efektif dibandingkan dengan teknik pembelajaran konvensional. Penelitian kedua dilakukan oleh Jenny (2012) berjudul “Penggunaan Teknik Peta Pikiran (mind mapping) dalam Kemampuan Menulis Karya Ilmiah oleh Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Tebing Tinggi Tahun Pembelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian itu dibahas perubahan yang signifikan dari penggunaan teknik peta pikiran (mind mapping) dalam kemampuan menulis karya ilmiah. Masalah yang diangkat dalam penelitian itu adalah lemahnya kemampuan menulis siswa khususnya dalam menulis karya ilmiah. Penelitian itu menggunakan desain pengukuran, yang dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode eksperimen dengan model desain penelitian one group pre-test post-test yang hanya dilaksanakan pada satu kelas (kelompok). Keunggulan penelitian itu adalah kemampuan menulis siswa meningkat setelah diterapkannya metode mind mapping. Di samping itu, ada perubahan yang signifikan setelah mind mapping diterapkan dalam kemampuan menulis karya ilmiah khususnya artikel oleh siswa kelas XI SMA Negeri 4 Tebing Tinggi tahun pembelajaran 2012/2013. Namun, tidak dipaparkan secara spesifik kriteria penulisannya. Penelitian itu mengunakan metode eksperimen, berbeda dengan
penelitian yang dilakukan penulis yang menggunakan model penelitian tindakan kelas. Penelitian ketiga dilakukan oleh Nunik (2013) dalam tulisannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Deskripsi Melalui Metode Mind Mapping” penelitian itu berupa penelitian tindakan kelas yang membahas keterampilan menulis deskripsi siswa melalui metode mind mapping. Keunggulan penelitian itu adalah kemampuan menulis siswa meningkat setelah diterapkannya mind mapping. Namun, dalam penelitian itu juga ditemukan kendala, yaitu kurangnya wawasan guru terhadap mind mapping, walaupun dapat diatasi dengan memberikan wawasan yang luas kepada guru bersangkutan. Penelitian itu mengambil topik mengenai keterampilan menulis deskripsi dengan tujuan penelitian meningkatkan keterampilan menulis deskripsi melalui metode mind mapping pada siswa kelas IV SD Negeri Sine 01 Sragen. Bentuk penelitian itu adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri tiga siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian itu adalah penerapan metode mind mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas IV SD Negeri Sine 01 Sragen tahun ajaran 2012/2013. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya nilai keterampilan menulis deskripsi, yaitu pada prasiklus nilai rata-rata siswa adalah 65. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 74,5, pada siklus II nilai rata-rata siswa adalah 78,8, dan pada siklus III nilai rata-rata siswa sebesar 84,6. Ketuntasan nilai keterampilan menulis deskripsi pada prasiklus sebanyak 19 siswa atau 39%; pada siklus I siswa yang mendapatkan nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak 36
siswa atau 74%; pada siklus II siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 42 siswa atau 86% dan siklus III siswa yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 46 siswa atau 94%. Namun, dalam penelitian tersebut tidak dijelaskan penggunaan teori menulis, serta tidak adanya rubrik penilaian yamg digunakan sebagai acuan dalam menentukan penilaian. Perbedaan penelitian itu dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian itu mengambil topik tentang menulis karangan deskripsi bukan report text. Penelitian keempat dilakukan oleh Sondang (2013) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Peta Pikiran (Mind Map) terhadap Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi oleh Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sidikalang Kab. Dairi Tahun Pembelajaran 2013/2014” dalam penelitian itu dibahas mind mapping terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi. Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan model pembelajaran Mind Mapping. Perbedaannya adalah penelitian itu menggunakan karangan deskripsi, sedangkan penelitian yang dilakukan ini menggunakan report text. Objeknya adalah siswa kelas XI di sekolah kejuruan dengan keterampilan menulis deskripsi. Tujuan penelitian itu adalah untuk mengetahui lebih jelas perubahan yang signifikan dari penggunaan model peta pikiran (mind map) terhadap kemampuan menulis karangan deskripsi. Metode yang digunakan dalam penelitian itu adalah metode eksperimen dengan model desain penelitian one group pre-test post-test design yang hanya dilaksanakan pada satu kelas (kelompok). Namun, tidak dipaparkan secara spesifik kriteria penulisannya baik prosedur skematis dalam penulisan laporan perjalanan yang dimaksud. Dari
penelitian tersebut terlihat bahwa penggunaan model mind mapping dalam pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, penelitian Kurnia (2012) yang berjudul “Penggunaan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi”. Dalam penelitian itu dibahas penggunaan model mind mapping untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan model mind mapping. Di samping itu, dalam keterampilan menulis puisi juga dapat digunakan model mind mapping yang mampu meningkatkan keterampilan menulis puisi dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan validitas isi. Namun, tidak dipaparkan secara jelas mengenai teori yang digunakan, serta tidak adanya rubrik sebagai acuan penilaian. Penelitian terakhir yaitu penelitian Darmayoga yang berjudul “Pengaruh Implementasi Metode Pembelajaran Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau dari Minat Belajar pada Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar Tahun Pelajaran 2012/2013”. Dalam penelitian tersebut dibahas tentang bagaimana pengaruh implementasi metode pembelajaran Mind Mapping terhadap hasil belajar IPS yang ditinjau dari minat belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian semu dengan desain the posttest-only control group design. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu tes hasil belajar IPS dan kuesioner minat
belajar. Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan Anacova. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa metode pembelajaran mind mapping mampu meningkatkan minat siswa untuk belajar IPS, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis. Selain itu terdapat kontribusi yang positif dan signifikan minat belajar terhadap hasil belajar IPS kelas IV SD Sathya Sai Denpasar.
Relevansinya dengan penelitian ini adalah sama–sama menggunakan
model mind mapping. Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa mind mapping sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa, baik dalam menulis karangan deskripsi, cerpen, karya ilmiah, puisi maupun dalam pembelajaran bidang studi IPS. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikembangkan penelitian-penelitian yang dapat meningkatkan kemampuan menulis report text siswa. Penelitian yang dilakukan berbeda dengan penelitian di atas. Adapun penelitian yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis report text. Semua penelitian terdahulu yang disebutkan di atas sangat membantu untuk menentukan tahap tahap yang harus dilakukan dalam penulisan penelitian ini serta dapat dibandingkan hasil yang diperoleh nantinya.
2.2 Konsep 2.2.1 Kemampuan Menulis Menurut Robbin (http://idtesis.com/pengertian-kemampuan/), kemampuan merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh tiap-tiap individu untuk
melaksanakan tugasnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan
merupakan
kecakapan
setiap
individu
untuk
menyelesaikan
pekerjaannya atau menguasai hal-hal yang ingin dikerjakan dalam suatu pekerjaan. Selain itu, kemampuan juga dapat dilihat dari tindakan tiap-tiap individu. Kemampuan terbagi menjadi beberapa kelompok, antara lain seperti berikut. 1) Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan kemampuan berpikir 2) Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut tenaga atau stamina berupa keterampilan, kekuatan, atau karakteristik serupa. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan dan keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh pembelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan. Hal itu disebabkan oleh kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa (Iskandarwassid, 2013:248). Merujuk dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa, kemampuan menulis dapat diartikan sebagai kapasitas seseorang dalam menulis yang tidak dapat dilepaskan dari kemampuan intelektual seseorang. Mengingat kemampuan menulis memerlukan kemampuan berpikir yang ditunjang dengan kemampuan seseorang dalam penguasaan berbagai unsur kebahasaan maupun unsur di luar bahasa.
2.2.2 Report text Salah satu teks yang diajarkan di SMA adalah report text. Di dalam report text juga terdapat description text, yang juga menggambarkan suatu hal yang terdapat dalam report text. Kata ‘report’ berasal dari bahasa Inggris, artinya ‘menyampaikan’, mengacu kepada sesuatu yang sudah terbukti kevalidannya setelah melalui berbagai proses penyelidikan (observasi). Report text merupakan genre teks yang khusus untuk melaporkan
hasil
observasi
(penelitian)
secara
sistematik.
Karena
berupa
laporan, report text harus ditulis dalam keadaan selugas-lugasnya tanpa ada sesuatu, sekecil apa pun yang dilebih-lebihkan. Griffith (2000: 37), menyimpulkan bahwa Report is a text which presents information about something, as it is. It is as a result of systematic observation and analysis (report text adalah teks yang menginformasikan sesuatu apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan, sebagai hasil dari proses penelitian dan analisis sistematik) (diunggah dari BeritaRemaja.com). Report text mempunyai ciri kebahasaan seperti menggunakan general nouns, menggunakan relating verbs untuk menjelaskan ciri, action verbs dalam menjelaskan perilaku, menggunakan present tense untuk menyatakan suatu yang umum, menggunakan paragraph dengan topic sentence untuk menyusun sejumlah informasi. Report text memiliki dua struktur umum (generic structure), yaitu general classification (pernyataan umum yang menerangkan subjek laporan, keterangan dan klasifikasinya), dan description (penjabaran dari klasifikasi yang disajikan dengan ilmiah).
Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa report text adalah untuk menyampaikan informasi hasil pengamatan dan analisa yang sistematis. Informasi yang dijelaskan dalam report text bersifat umum. Secara bahasa report text adalah teks yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang suatu peristiwa atau situasi, setelah diadakannya investigasi dan melalui berbagai pertimbangan.
2.2.3 Mind Mapping Mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan “memetakan” pikiran-pikiran kita (Buzan, 2011: 4). Mind mapping bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah mind mapping sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpenting; jalan-jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabang-cabang sekunder merupakan pikiran sekunder (Buzan, 2011: 4). Peta pikiran yang ditemukan oleh Tony Buzan ini didasarkan pada cara kerja otak menyimpan informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi, tetapi dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang. Apabila dilihat sekilas sel-sel saraf tersebut akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Jika informasi disimpan seperti cara kerja otak, maka informasi akan tersimpan makin baik dan hasil akhirnya
membuat proses belajar semakin mudah. Artinya, mind mapping merupakan salah satu keterampilan paling efektif dalam proses berpikir kreatif. Selanjutnya, Sugiarto (2004:75) berpendapat sebagai berikut. Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang perlu dipelajari dan memproyeksikan masalah yang dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik sehingga lebih mudah dipahami. Sebagai latihan, kegiatan ini dapat mengoptimalkan fungsi otak kiri dan kanan. Kemudian dalam aplikasinya sangat banyak membantu untuk memahami masalah dengan cepat karena telah terpetakan. Secara tidak langsung, peta pikiran (mind mapping) dapat membantu untuk menjabarkan gagasan ataupun ide menjadi suatu tulisan yang baik. Poin – poin yang sudah dijabarkan dapat dikembangkan menjadi suatu tulisan yang lebih baik. Berdasarkan konsep yang dipaparkan di atas merujuk dari teori Buzan, mind mapping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung di atas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi di dalam otak.
2.2 Landasan Teori Berdasarkan rumusan permasalahan yang dipaparkan di depan, dibutuhkan beberapa teori untuk dimanfaatkan sebagai kerangka analisis dalam memecahkan
permasalahan tersebut. Teori-teori yang dimaksud, yaitu teori menulis, terutama tentang bagaimana aturan ataupun tata cara dalam menulis sebuah karangan. Teori ini digunakan untuk memecahkan permasalahan keterampilan menulis siswa report text kelas XI IPA7 SMAN 8 Denpasar sebelum menggunakan metode mind mapping. Teori tata bahasa, yaitu tentang aturan dalam tata bahasa Inggris. Teori ini digunakan untuk memecahkan permasalahan tentang kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam menulis. Kemudian teori konstruktivisme, yaitu teori tentang perkembangan intelektual siswa digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam keterampilan menulis report text siswa kelas XI IPA 7 SMAN 8 Denpasar sesudah diterapkannya metode mind mapping.
2.3.1 Teori Keterampilan Menulis Dalman (2014:101) menyebutkan bahwa dalam menulis harus dipenuhi tiga syarat, yaitu sebagai berikut. a. Kesatuan Kesatuan dalam pargraf adalah semua kalimat yang membina paragraf harus secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu. b. Kepaduan Yang dimaksud dengan kepaduan adalah kekompakkan hubungan antara kalimat yang satu dan yang lain dalam membentuk paragraf.
c. Perkembangan Yang dimaksud dengan perkembangan karangan adalah penyusunan atau perincian ide yang membina karangan. Selanjutnya dijelaskan bahwa menulis merupakan proses perubahan bentuk pikiran atau angan-angan atau perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang atau tanda atau tulisan yang bermakna. Sebagai proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis merupakan sebuah proses kreatif untuk menuangkan gagasan dalam bahasa tulis. Menulis tidaklah mudah karena dalam menulis juga harus diimbangi dengan membaca. Membaca sebagai awal dari pengetahuan untuk isi atau gagasan dari tulisan itu sendiri. Selain menjelaskan menulis, Dalman (2014:48) juga menjelaskan tentang
persyaratan
paragraf yang mencakup: 1) persyaratan kesatuan dan keutuhan 2) persyaratan pengembangan 3) persyaratan kepaduan atau koherensi 4) persyaratan kekompakan atau kohesi Menurut Suparno dan Yunus (2008:13), menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Tarigan (2008:233) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menghasilkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis itu. Perlu diketahui bahwa tulisan yang baik akan menghasilkan paragraf yang baik. Menurut Fuad dkk. (2009: 117--130) dalam Dalman (2005: 55), syarat paragraf yang baik harus memiliki unsur. Pertama, kepaduan bentuk gramatikal (cohesion in form), seperti penggunaan kata transisi, penggunaan pronominal, penggunaan repetisi, penggunaan sinonimi, penggunaan elipsasi. Kedua, yaitu kepaduan makna (coherence in meaning), seperti kekokohan kalimat penjelas, kelogisan urutan peristiwa, waktu, ruang, dan proses. Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan tersebut terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu lambang/tanda/tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana/karangan yang utuh dan bermakna. Selain itu, sebuah paragraf dikatakan baik bilamana memenuhi syarat kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koheren). Kesatuan berarti bahwa dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu gagasan utama atau kalimat utama, sedangkan kepaduan adalah sebuah paragraf hendaknya memperlihatkan hubungan antarkalimat yang mendukung kalimat utama atau gagasan pokok.
2.3.2 Teori Tata Bahasa Bahasa merupakan sekumpulan tanda, aturan, struktur, dan pola yang terbentuk dalam satu kesatuan yang utuh. Dalam pembelajaran bahasa tentu tidak akan terlepas dari tata bahasa yang dalam bahasa Inggris biasa disebut grammar. Tata bahasa atau grammar adalah suatu aturan dalam membentuk dan mengombinasikan kata menjadi suatu kalimat (Hornoby, 1989: 542). Upaya mempelajari tata bahasa akan mempertinggi kepandaian menggunakan bahasa. Selanjutnya Chaer (2012: 367) menjelaskan bahwa tata bahasa setiap bahasa terdiri atas tiga komponen, yaitu (1) komponen sintaksis, (2) komponen semantik, dan (3) komponen fonologi. Menurut Yule (2010: 83), tata bahasa adalah proses menggambarkan struktur frasa dan kalimat sedemikian rupa sehingga mencakup semua unsur dalam suatu bahasa dan mengatur urutan nontata bahasa yang terkandung di dalamnya. Sementara itu, Richards (dalam Nunan, 2005:2) menyatakan bahwa tata bahasa adalah gambaran sebuah bahasa dan cara penyampaian suatu bentuk, seperti kata dan frasa yang dipadukan sehingga menghasilkan kalimat dalam bahasa tertentu. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tata bahasa merupakan tonggak acuan dalam mempelajari bahasa karena dalam tata bahasa digambarkan semua unsur dalam kalimat. Terkait dengan hal tersebut, dalam mempelajari karangan report text juga digunakan tata bahasa. Dalam bahasa Inggris, penggunaan tata bahasa mengerucut pada penggunaan ciri kebahasaan yang salah satunya adalah simple present tense.
Simple present tense adalah bentuk tenses yang menyatakan kegiatan yang menjadi rutinitas sehari-hari ataupun tentang suatu fakta. Pola kalimat pada simple prsent tense secara umum adalah S + V1 + O atau untuk orang ketiga tunggal menggunakan pola S + V1 (s/es) + O pada kalimat positif, S + do not + V1 + O atau S + does not + V1 + O (untuk orang ketiga tunggal) pada kalimat negatif dan do + S + V1 + O atau does + S + V1 + O (untuk orang ketiga tunggal) pada kalimat pertanyaan. Kata keterangan waktu yang digunakan dalam simple present tense adalah kata, seperti every day, every week, in the morning, on Monday, etc. Di pihak lain, kata keterangan waktu yang menunjukkan tingkat frekuensi, seperti always, seldom, generally, etc. Sebagai contoh Earth moves around the sun (Masmedia, 2014 : 52--54).
2.3.3 Teori Konstruktivisme Konstruktivisme perspektif Simmel dan Weber (dalam Maliki 2012: 254) mengatakan bahwa perilaku manusia secara fundamental berbeda dengan perilaku objek alam. Manusia selalu bertindak sebagai agen dalam bertindak mengonstruk realitas kehidupan sosial. Cara yang dilakukan bergantung pada cara memahami atau memberikan makna terhadap perilaku mereka sendiri. Di lain pihak dikatakan bahwa perilaku manusia adalah generative (bersifat diwariskan). Dengan demikian, perilaku tersebut juga merupakan pengalaman, baik sebagai kepemilikan peribadi maupun diwariskan kepada generasi yang lain. Skinner (dalam Koswara, 1991:75) menegaskan bahwa perilaku tidak muncul tanpa sebab. Namun, keberadaannya
ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dibawa ke dalam kontrol lingkungan atau bisa dikendalikan. Hal ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti di bawah ini. 1) Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada. 2) Dalam
konteks
pembelajaran,
pelajar
seharusnya
membina
sendiri
pengetahuan mereka. 3) Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dan pembelajaran terbaru. 4) Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada. 5) Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau tidak sesuai dengan pengetahuan ilmiah 6) Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar. Salah satu teori atau pandangan yang terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual. Teori belajar tersebut berkenaan dengan
kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan. Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama yang menegaskan bahwa manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam proses belajar terjadi dua proses, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo:2013: 37). Proses organisasi adalah proses ketika manusia menghubungkan informasi yang diterimanya dengan struktur- struktur pengetahuan yang sudah disimpan atau sudah ada sebelumnya dalam otak. Di pihak lain proses adaptasi adalah proses yang berisi dua kegiatan. Pertama, menghubungkan atau mengintergrasikan pengetahuan yang diterima manusia atau disebut asimilasi. Kedua, mengubah struktur pengetahuan baru sehingga akan terjadi kesinambungan (ekuilibrium). Berdasarkan teori-teori tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengontruksi arti, wacana, dialog, dan pengalaman fisik. Dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari. Prinsip dalam pembelajaran teori kontruktivisme adalah sebagai berikut. 1) Pertanyaan dan konstruksi jawaban peserta didik adalah penting.
2) Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta didik. 3) Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator. 4) Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik. 5) Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, kooperatif, dan kolaboratif. Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut. 1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. 2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar. 3) Murid aktif mengonstruksi secara terus-menerus sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah. 4) Guru sekadar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi berjalan lancar. 5) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. 6) Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. 7) Mencari dan menilai pendapat siswa. 8) Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa. Model pembelajaran kooperatif mind mapping dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa Inggris sebagai langkah awal dalam kegiatan menulis karangan.
Pembuatan mind mapping terlebih dahulu akan membantu siswa menyusun informasi, melancarkan aliran pikiran, dan mengurangi hambatan dalam kegiatan menulis karangan. Dalam membuat mind mapping, Buzan memberikan beberapa langkah untuk mempermudah dalam menggunakan mind mapping. Adapun langkah dalam membuat mind map menurut Buzan (2011: 15) adalah sebagai berikut. 1) Dimulai dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar (landscape). 2) Menggunakan warna yang menarik karena bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran (mind mapping) lebih hidup, menambah energi pada pemikiran yang kreatif, dan menyenangkan. 3) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat, hubungkan cabangcabang tingkat dua dan tingkat tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini dilakukan karena otak senang mengaitkan dua (atau tiga atau empat) hal sekaligus. Apabila cabang-cabang dihubungkan, akan lebih mudah dimengerti dan diingat. 4) Membuat garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus dan gambar.
Gambar 1. Model Mind Mapping
2.3 Model Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian dianalisis menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk memaparkan penjelasan tiap-tiap masalah. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis kemampuan menulis siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran tersebut dalam bentuk angka. Analisis data menggunakan teknik statistika. Penyajian hasil analisis dibantu dengan tabel sederhana dan grafik. Secara garis besar, model penelitian dapat digambarkan sebagai berikut.
Siswa
Kemampuan siswa kelas XI IPA 7 dalam menulis report text
Kemampuan siswa sebelum tindakan
Kemampuan siswa setelah tindakan
Teori Konstruktivisme
Diterapkan PTK melalui Mind Mapping
Kendala yang muncul dalam tindakan
Teori Menulis
Teori Tata Bahasa
Analisis Data
Catatan: Menunjukkan hambatan Menunjukkan keterkaitan Menunjukkan saling keterkaitan
HASIL Data Gambar 2 Model Penelitian
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Evaluasi
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II Pengamatan
Pelaksanaan
Gambar 3 Model PTK Model penelitian di atas menunjukkan keefektifan mind mapping dengan penelitian tindakan kelas dalam memecahkan permasalahan menulis report text di kelas XI IPA 7 SMAN 8 Denpasar. Selain itu, juga diterapkan beberapa teori yang berkaitan dengan penelitian ini, seperti teori tata bahasa, teori menulis, dan teori konstruktivisme. Dalam model penelitian di atas menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai hambatan dalam kemampuan menulis, khususnya menulis report text. Kemampuan siswa dalam menulis mempunyai keterkaitan dengan tiga masalah yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu kemampuan siswa dalam menulis report text sebelum diterapkannya mind mapping, kemampuan siswa dalam menulis report text setelah
diterapkannya mind mapping, dan kendala yang dihadapi siswa dalam tindakan yang diberikan. Kemampuan siswa sebelum tindakan diberikan mempunyai keterkaitan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Teori konstruktivisme digunakan untuk menentukan model pembelajarannya. Teori ini searah dengan model pembelajaran mind mapping, yaitu belajar sebagai hasil dari konstruksi mental. Siswa dapat belajar dengan baik jika mampu mengaktifkan konstruk pemahaman mereka sendiri. Jadi antara teori konstruktivisme dan mind mapping menunjukkan saling keterkaitan. Selanjutnya, teori tata bahasa diaplikasikan untuk acuan dalam membuat rubrik penilaian tata bahasa. Demikian juga dengan teori menulis yang diaplikasikan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam membuat rubrik penilaian yang berkaitan dengan rubrik isi, organisasi dan mekanik penulisan karangan. Teori-teori tersebut juga sebagai acuan dalam menganalisis data. Teori menulis juga diaplikasikan untuk memecahkan kendala yang dihadapi siswa. Kemampuan menulis report text juga dihadapi dengan kendala yang muncul ketika tindakan dilakukan. Kendala yang muncul berkaitan dengan penerapan mind mapping untuk mengatasinya. Kemampuan siswa setelah tindakan sangat berkaitan dengan penerapan mind mapping. Kemampuan siswa setelah tindakan diterapkan melalui mind mapping dengan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dari tindakan yang dilakukan, dianalisis dengan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif.