BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka
Menurut Sanjaya (2013), kajian pustaka (literature review) adalah proses kegiatan menelaah dan membaca bahan-bahan pustaka seperti buku-buku dan dokumen-dokumen, mempelajari dan menilai prosedur dan hasil penelitian yang sejenis yang pernah dilakukan orang lain, serta mempelajari laporan-laporan hasil observasi dan hasil survei tentang masalah yang terkait dengan topik permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian lain yang berhubungan dengan topik masalah yang diteliti, antara lain: (1) Darmayanti (2013) dalam tulisan yang berjudul “Analisis Kontrastif Pelafalan Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Jepang pada Mahasiswa Computer Secretary dan Public Relations New Media”, (2) Suherman (2009) dalam makalahnya yang berjudul “Sebuah Paradigma Kajian Bahasa Kedua”, (3) Suprato, Djuria (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat Pasif Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris”. Darmayanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kontrastif Pelafalan bahasa Jepang dan bahasa Indonesia serta implikasinya terhadap Pembelajaran bahasa Jepang pada Mahasiswa Computer Secretary dan Public 7
8
Relations New Media” memiliki ruang lingkup pembahasan tesis yang bertujuan untuk menemukan dan memeriksa sistem pelafalan dalam bahasa Jepang yang sulit diidentifikasikan oleh pembelajar bahasa Indonesia dan menganalisa kendala-kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran, serta mengetahui implikasi yang terjadi dalam proses pembelajaran sekaligus menganalisis strategi yang tepat untuk mengetahui kesulitan siswa dalam mempelajari bahasa asing. Penelitian dimulai dengan mengumpulkan data melalui pretest dan post test. Pretest dilakukan untuk mengetahui problem di dalam pelafalan bunyi. Data dianalisis menggunakan teori analisis kontrastif untuk menemukan pelafalan bunyi yang sulit pada bahasa Jepang. Setelah memberikan pengajaran dengan metode drill kepada siswa, tes lain dilakukan dan hasil dari kedua pretest dan post test kemudian dibandingkan dan dianalisis untuk melihat apakah ada atau tidak ada peningkatan keterampilan pelafalan siswa sebelum dan sesudah dilakukan proses pengajaran. Berdasarkan topik bahasan, penelitian ini membahas topik yang berkaitan dengan analisis kontrastif sistem kala (tense) bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia yang hanya dikhususkan menganalisis kontrastif bentuk past tense bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Suherman (2009), dalam makalahnya yang berjudul “Sebuah Paradigma Kajian Bahasa Kedua” mengatakan bahwa manusia memiliki dua cara mengembangkan kompetensi berbahasa, yaitu Pemerolehan Bahasa (PB) dan Pembelajaran Bahasa (PmB). PmB merupakan proses bawah sadar seperti bagaimana cara anak-anak belajar bahasa, sedangkan PB adalah proses yang tidak secara sadar memperhatikan aturan-aturan tatabahasa sebuah bahasa, tetapi lebih sekedar mengembangkan
9
“perasaan” untuk melakukan koreksi. Dalam istilah nonteknisnya pemerolehan adalah “mengambil” (picking-up) bahasa. Pembelajaran bahasa merujuk pada “Pengetahuan sadar terhadap L2 (bahasa kedua)
dengan
mengetahui
aturan-aturan
kebahasaannya
dan
sadar
akan
keberadaannya, sadar dapat berbicara tentang bahasa”. Oleh karena itu, PmB dapat dibedakan dengan belajar tentang bahasa. Pembedaan hipotesis PB dan PmB mengklaim bahwa orang dewasa tidak kehilangan kemampuan (ability) memperoleh bahasa dibandingkan dengan cara anak kecil memeroleh bahasa. Penelitian tersebut hanya menunjukkan koreksi kesalahan yang memiliki efek yang kecil terhadap PB. Masalah yang diteliti oleh Suherman (2008) berbeda dengan penelitian ini. Dalam penelitian Suherman dibahas tentang paradigma proses pemerolehan bahasa kedua bagi pengguna bahasa yang dituntut menguasai kaidah-kaidah penggunaan bahasa (speech of code) dan mampu menggunakan bahasa itu dalam praktik penggunaannya (speech of act), sedangkan penelitian ini membahas tentang analisis kontrastif, khususnya sistem kala untuk membantu pembelajar bahasa target dalam penguasaan dan dalam praktik penggunaannya. Dengan demikian, kemampuan berbahasa tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi menuntut pula untuk memiliki kemampuan atau keterampilan di dalam penggunaanya. Keterampilan berbahasa secara umum dapat dikategorisasikan ke dalam empat komponen, yaitu keterampilan mendengar, membaca, berbicara dan menulis. Keterampilan mendengar dan membaca merupakan keterampilan yang
10
bersifat reseptif (receptive skills), yaitu keterampilan menerima bahasa, sedangkan keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan produktif (productive skills), yaitu keterampilan menghasilkan bahasa tersebut. Hal ini menegaskan bahwa dalam mempelajari bahasa yang berbeda diperlukan sebuah kajian analisis kontrastif untuk mendukung hasil analisis penelitian ini. Suprato (2012), dalam artikelnya yang berjudul “Analisis Kontrastif Kalimat Pasif Bahasa Indonesia dengan Bahasa Inggris”. mendeskripsikan tingkat perbandingan kalimat pasif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai acuan dalam pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan acuan pustaka dari sumber bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kalimat pasif dalam bahasa Indonesia jika dilihat dari strukturnya menggunakan di-, ter- ataupun ke-. Sementara, dalam bahasa Inggris hanya mengenal “to be+ past participle” yang tergantung pada waktu kejadiannya (sesuai tenses). Konteks kalimat harus diperhatikan sehingga makna yang terkandung di dalamnya benar-benar dapat dimengerti. Setelah dianalisis dan dicari padanan dan perbandingannya dalam kalimat pasif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, penulis menemukan persamaan dan perbedaan yang ada, baik persamaan maupun perbedaannya dapat dilihat, secara struktural maupun secara pragmatis. Penelitian ini sama dengan penelitian Suprato (2012), yaitu analisis kontrastif bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, Hanya saja keduanya memiliki fokus kajian yang berbeda yakni penelitian ini mengkaji sistem
11
kala (past tense) bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, sedangkan penelitian Suprato mengkaji tentang pengkontrasan bentuk pasif bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Berdasarkan ulasan di atas, di ketahui bahwa penelitian analisis kontrastif yang berkaitan dengan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia masih bisa dilaksanakan. Khususnya mengkontraskan sistem kala (past tense). Hasil penelitian ini akan digunakan untuk membantu para guru dalam membuat materi pelajaran yang membantu peserta didik dalam mengatasi kesulitan dan kesalahan yang diperbuat dalam penggunaan sistem kala (past tense).
2.2 Konsep
Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut (Kridalaksana, 2001:117). Ada beberapa konsep yang dijabarkan dalam penelitian ini, yaitu analisis kontrastif, sistem kala, keterampilan menulis, dan karangan narasi.
2.2.1 Analisis Kontrastif
Pengertian analisis kontrastif banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah Carl James. Carl James (1986) mengatakan bahwa: “CA is a linguistic enterprise aimed at producing inverted (contrastive, not comparative) two valued typologies (a CA is always concerned with a pair of languages), and founded on the assumption that languages can be compared”
12
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa analisis kontrastif merupakan suatu usaha ilmu bahasa yang bertujuan menghasilkan kebalikan (perbedaan bukan perbandingan) dua tipologi (Analisis kontrastif selalu berfokus terhadap sepasang bahasa), dan menemukan asumsi bahwa bahasa bisa dibandingkan.
2.2.2 Sistem Kala
Di dalam bahasa Inggris penanda memiliki sistem kala. Sistem kala dalam bahasa Inggris dikenal sebagai tense. Leech (2009) menyebutkan bahwa:
Since tense relates the meaning of the verb to a time scale, we must first give some attention to the different kinds of meaning a verb may have. Maksudnya adalah tenses berhubungan dengan arti verba dari skala waktu. Tenses adalah kata berasal dari bahasa Latin, tempus yang berarti waktu yang dalam bahasa Inggris adalah bentuk verba yang digunakan untuk mengindikasikan waktu atau menyelesaikan bentuk kegiatan pada saat pembicaraan. Jadi, tenses adalah metode yang digunakan dalam bahasa Inggris yang menggambarkan waktu past atau present.
2.3
Landasan Teori
Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teori analisis kontrastif, teori surface strategy taxonomy, teori sistem kala (tenses) bahasa Inggris,
13
teori analisis kontrastif past tense bahasa Inggris dan pengungkapannya dalam bahasa Indonesia, teori metode terjemahan tata bahasa, yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian ini.
2.3.1 Analisis Kontrastif Analisis kontrastif adalah kegiatan yang mencoba membandingkan struktur bahasa sasaran dan struktur bahasa target untuk mengidentifikasikan perbedaan kedua bahasa tersebut (Tarigan, 2009). Analisis kontrastif dalam linguistik terapan merupakan perbedaan struktural antara dua bahasa, yang bertujuan untuk mengidentifikasi sumber potensial kesulitan orang-orang dalam mempelajari bahasa asing (Weinreich, 1950). Pada dasarnya penganut ide behaviorisme mengatakan bahwa kebiasaan lama dapat berpengaruh pada saat mempelajari kebiasaan baru, penganut ide behaviorisme menyarankan bahwa pengetahuan bahasa pertama mungkin dapat memengaruhi pembelajaran bahasa kedua. Pengaruh tersebut dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan untuk pembelajar bahasa target dengan mengurangi produksi kesalahannya dan pengaruh-pengaruh tersebut meningkatkan level perbedaan antara dua bahasa. 2.3.1.1 Metodologi analisis kontrastif Analisis kontrastif memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan aspek psikologis. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu apa yang akan diperbandingkan dan bagaimana cara memperbandingkannya. Aspek psikologis analisis kontrastif
14
menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran dan cara menyampaikan bahan pelajaran. 2.3.1.2 Implikasi pedagogis analisis kontrastif Salah satu ahli yang mendukung bahwa analisis kontrastif memberikan sumbangan yang berarti bagi pengajaran bahasa target adalah Waldemar Marton (1985). Marton (1985) berpendapat bahwa analisis kontrastif mempunyai nilai pedagogis yang tinggi bagi pengajaran bahasa di kelas, sebagai teknik penyajian materi bahasa dan sebagai ciri utama pengajaran bahasa’. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah penyempurnaan teori atau landasan yang digunakan oleh analisis kontrastif. Implikasi analisis kontrastif dalam kelas pengajaran bahasa sasaran terlihat pada segi-segi seperti berikut: 1. Penyusunan materi pengajaran yang didasarkan kepada butir-butir yang berbeda antara bahasa sumber peserta didik dan bahasa sasaran yang sedang dipelajari. 2. Penyusunan tata bahasa pedagogis yang didasarkan pada teori linguistik yang digunakan. 3. Penataan kelas secara terpadu dengan bahasa sumber sebagai pembantu dalam pengajaran bahasa sasaran. 4. Penyajian materi pengajaran secara langsung: a) menunjukkan persamaan dan perbedaan kedua bahasa tersebut; b) menunjukkan butir-butir bahasa sumber yang mungkin mendatangkan kesalahan dalam bahasa sasaran; c) menganjurkan cara-cara mengatasi interfensi;
15
d) memberikan latihan intensif pada butir-butir yang berbeda.
2.3.1.3 Langkah-langkah analisis kontrastif Analisis kontrastif lahir dalam situasi pengajaran bahasa sasaran yang kurang mengembirakan. Analisis kontrastif diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah pengajaran bahasa sasaran, contohnya dalam penyusunan bahan pengajaran, perencanaan pengajaran bahasa, penyusunan tata bahasa pedagogis, metodologi pengajaran dan penataan kelas bahasa sasaran. Harapan itu tidaklah berlebihan dan masih relevan dengan langkah-langkah anakon seperti berikut. 1. membandingkan bahasa sumber siswa dengan bahasa sasaran yang dipelajarinya; 2. memprediksi butir-butir bahasa penyebab kesulitan dan kesalahan siswa; 3. member perhatian khusus dalam pengajaran bahasa terhadap kesulitan dan kesalahan siswa; 4. menyampaikan bahan pengajaran dengan teknik yang tepat dan intensif (misalnya pengulangan, latihan runtun, penekanan) kepada peserta didik agar mereka dapat mengalahkan kebiasaan dalam berbahasa ibu atau berbahasa sumber. (Littlewood 1986: 18) 2.3.1.4 Analisis gramatikal kontrastif Gramatikal analisis kontrastif diambil dari perbandingan dari dua bahasa yang diteliti. Terdapat beberapa langkah algoritme (Levelt, 1970). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut
16
1) mengumpulkan data dan menampilkan sistem-sistem yang berhubungan pada setiap bahasa; 2) menentukan realisasi dari setiap kategori gramatikal analisis kontrasif pada masing-masing bahasa; 3) menambahkan data; 4) memformulasikan perbedaan yang telah diidentifikasikan pada analisis langkah 2 dan 3. Nemser (1985) berpendapat bahwa analisis kontrastif dapat menjelaskan kesalahn berbahasa inggris siswa yang terjadi secara actual, terutama kesalahan yang timbul karena interferensi bahasa sumber siswa. Oleh karena itu, prediksi dan penjelasan mengenai kesalahan berbahasa menjadi tujuan analisis kontrastif. Howard Jakson (1985) mencoba membuktikan pernyataan tersebut dengan mengetengahkan kasus pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa kedua di Punjabi, India. Menurut Howard terdapat paling sedikit empat sistem bahasa Punjabi yang menginterferensi pemakaian bahasa Inggris pada siswa, yaitu sistem posesif, bentuk kalimat tanya, sistem kala (tense), kata ganti. Hal serupa juga terjadi dalam pengajaran bahasaInggris sebagai bahasa sasaran di Indonesia. Berikut merupakan contoh yang diberikan. a. Fonem /g/ dan /x/ diakhir kata Pada umumnya, siswa di Indonesia melafalkan bunyi [g] dan [ks] di akhir kata, sedangkan dalam bahasa Inggris bunyi tersebut sangat sangat produktif di akhir kata. Hal tersebut menyebabkan banyak siswa membuat kesalahan seperti: [bik] [taeek] yang seharusnya [big] untuk kata big dan [taeeks] untuk kata tax.
17
b. Susunan kata Susunan kata dalam bahasa Indonesia mengikuti hukum DM, sedangkan bahasa Inggris mengikuti MD. Oleh sebab itu banyak siswa di Indonesia membuat kesalahan sepert: house big yang seharusnya big house. c. Predikat kalimat Predikat dalam kalimat bahasa Indonesia dapat berupa nomina, verba, adjective, sedangkan predikat bahasa Inggris biasanya berupa verba atau ditambahkan kata kerja bantu “to be”. Siswa di Indonesia sering membuat kesalahn seperti: He rich yang seharusnya He is rich. Perbedaan lain yaitu kata kerja berfungsi sebagai predikat dalam bahasa Inggris untuk orang ketiga tunggal selalu dibubuhi –s, sedangkan dalam bahasa Indonesiakata kerja tersebut sama saja untuk setiap kata ganti. Akibat perbedaan tersebut, contoh kesalahan yang sering dibuat oleh siswa seperti: He read Kompas every morning yang seharusnya He reads Kompas every morning. d. Sistem kala atau tense Bahasa Indonesia tidak mengenal tense seperti yang terdapat dalam bahasa Inggris. Perbedaan ini sering menyulitkan para siswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris. Kesalahan yang sering dibuat, antara lain seperti: Amin watch tv last night yang seharusnya Amin watched tv last night. e. Kalimat Tanya Kalimat tanya dalam bahasa Indonesia memiliki banyak perbedaan dengan kalimat tanya dalam bahasa Inggris. Hal tersebut menyebabkan sering terjadinya kesalahan
18
yang dibuat oleh siswa, seperti: When she come? yang seharusnya When did she come?. Dengan kelima jenis kesalahan yang dibuat oleh siswa Indonesia pada contoh diatas menunjukkan bahwa analisis kontrastif dapat memprediksi kesalahan berbahasa
dan
menunjukkan
butir-butir
perbedaan
bahasa
yang
potensial
mendatangkan interferensi bahasa sumber dengan bahasa sasaran . analisis kontrastif juga mampu menjelaskan hal yang membuat kesalahn tersebut terjadi serta dapat mengoreksi atau meremedinya secara efektif dan efisien. (Tarigan, 1988) Penelitian ini membahas salah satu jenis kesalahan yang sering dialami siswa Indonesia yang belajar bahasa Inggris karena pengaruh interferensi bahasa sumbernya yaitu tentang tense khususnya tense jenis past tense.
2.3.2 Surface Strategy Taxonomy Salah satu cara untuk mendapatkan penjelasan mengenai analisis kesalahan ialah dengan menggunakan surface strategy taxonomy. Dulay et al. (1981:150) menjelaskan bahwa “A surface strategy taxonomy highlights the ways surface structures are altered: learners may omit necessary items or add unnecesary ones, they may misform items or misorder them.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa surface strategy taxonomy dapat memberikan gambaran tentang kesalahan gramatikal yang dibuat oleh seseorang. Kesalahan gramatkal dapat berupa seseorang yang menghilangkan atau
19
menambahkan elemen yang tidak perlu dan tidak sesuai dengan gramatikal, atau terjadi kesalahan dalam penempatan elemen serta salah dalam penyusunan elemen yang berdasarkan aturan gramatikal. Dengan adanya penjelasan kesalahan yang diperoleh melalui surface strategy taxonomy, akan dengan mudah diketahui sejauh mana kemampuan seorang siswa dalam memahami gramatikal bahasa yang sedang dipelajari. Selain itu, dengan adanya deskripsi penjelasan kesalahan yang didapat dari surface strategy taxonomy, para pengajar akan dengan sendirinya mengetahui solusi atas kesalahan yang dibuat siswa yaitu dengan cara memberikan latihan tambahan yang ditekankan pada penguasaan pemahaman. Jadi, surface strategy taxonomy dibutuhkan oleh pengajar bahasa kedua untuk mengetahui letak kesalahan siswa. Berdasarkan letak kesalahannya, surface strategy taxonomy menganalisis omission, addition, selection, dan misordering. 1. Omission (penghilangan) Salah satu analisis Surface Strategy Taxonomy adalah bentuk omission. Dulay, Burt, et al (1981:154) berpendapat bahwa “Omission is a type of errors which are characterized by the absence of an item that must appear in a well-formed utterance” Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan error of omission adalah penghilangan elemen yang seharusnya muncul dalam sebuah tuturan. Siswa sering kali melakukan kesalahan tersebut. Berikut adalah kesalahankesalahan yang sering kali terjadi pada karangan narasi siswa.
20
a. Penghilangan “to be /copular verb” Kesalahan penghilangan “to be” sangat sering terjadi bahkan hampir setiap siswa yang belajar bahasa Inggris pasti melakukan kesalahan ini. Hal ini sangat wajar terjadi pada pembelajar bahasa Inggris, yang merupakan penutur bahasa Indonesia. Kesalahan ini disebabkan oleh tidak adanya “to be / copular verb” dalam pola kalimat bahasa Indonesia. Misalnya: I a student last year. (Kalimat ini salah seharusnya I was a student last year.)
b. Penghilangan artikel Pada kasus penghilangan artikel, para pembelajar biasanya tidak mengenal bentuk singular pada sebuah nomina. Kesalahan ini biasanya dipengaruhi oleh struktur bahasa Indonesia yang tidak terlalu mempermasalahkan bentuk singular atau plural pada sebuah nomina dalam sebuah kalimat. Kesalahan bentuk ini terjadi biasanya siswa menghilangkan article a/an sebagai pemarkah singular pada sebuah kalimat yang memiliki bentuk nomina singular. Misalnya: I read book. (seharusnya I read a book) c. Penghilangan - s sebagai plural marker Pada kasus penghilangan - s biasanya, para siswa belum memahami apabila plural countable noun setelahnya harus diletakkan fonem –s yang berfungsi sebagai plural marker. Misalnya: There were many car. ( seharusnya There were many cars) d. Penghilangan -s sebagai possessive
21
Para siswa menghilangkan morfem
-s sebagai penanda possessive
(kepemilikan). Ini sangat wajar terjadi terutama di kalangan siswa yang memiliki bahasa pertama yaitu Bahasa Indonesia. Dalam struktur gramatikal bahasa Indonesia tidak ditemukan adanya morfem tertentu untuk menyatakan possessive (kepemilikan). Dengan kata lain, dalam sintaksis bahasa Indonesia tidak dikenal adanya morfem -‘s sebagai penanda possessive (kepemilikan). Misalnya: Andy house was very big. (Seharusnya Andy’s house was very big)
2. Addition (penambahan) Bentuk error of addition merupakan kesalahan yang menambahkan suatu item yang seharusnya tidak ada pada sebuah ujaran. Dulay et al. (1981:156) menjelaskan bahwa “Addition is a type of errors which are characterized by the presence of item which must not appear in a well-formed utterance.” Kesalahan penambahan merupakan tahapan yang lebih tinggi levelnya dibandingkan dengan kesalahan penghilangan dalam pemerolehan bahasa kedua. Pada tataran level ini, para pembelajar telah mendapatkan aturan gramatikal bahasa kedua, tetapi mereka seringkali salah memahaminya sehingga mereka melakukan kesalahan tersebut. Terdapat tiga jenis kesalhan penambahan: pemarkahan ganda, regularisasi, dan penambahan sederhana. a. Pemarkahan Ganda
22
Pemarkahan ganda sering terjadi karena kesalahan dalam menghapus item tertentu yang sebenarnya dibutuhkan dalam konstruksi linguistic, tetapi tidak untuk kasus yang lain. Misalnya dalam kalimat, “They didn’t went here”. Pada kalimat tujuan sudah benar tetapi kurang tepat. Pada kalimat tersebut kata bantu untuk menegasikan kata kerja past adalah sudah benar dengan menambahkan didn’t. Namun kesalahannya terletak pada went yang merupakan penanda kata kerja past, seharusnya go saja karena sudah terwakili oleh didn’t. Kesalahan dari contoh kalimat seperti di atas disebut pemarkahan ganda.
b. Regularisasi Dulay et al (1981:157) menjelaskan regularization yaitu “A type of errors in which a marker that is typically added to a linguistic item is erroneously added to exceptional items of given class that do not take a marker.” Kesalahan dari regularisasi adalah perubahan suatu item dengan cara menyamakan aturan yang irregular ke dalam yang regular. Misalnya bentuk jamak dari nomina „mouse‟ menjadi „mouses‟ padahal sharusnya „mice‟ dan pada bentuk irregular verb „write‟ menjadi „writed‟ dalam past tense padahal seharusnya wrote. Selinker menyatakan regularisasi dengan istilah overgeneralisasi. c. Simple addition Simple addition ditandai dengan kesalahan penambahan yang berbeda dengan pemarkahan ganda dan regularisasi. Misalnya pada kalimat “The fishes didn‟t live in
23
the water.” Letak kesalahan kalimat tersebut adalah dengan menambahkan fonem –es pada fish.
3. Misformation (Formasi Yang Keliru) Dulay et al. (1981:157) menjelaskan misformation seperti dibawah ini: “Misformation errors are those characterized by the use of the wrong form of the morpheme or structure.” Dengan demikian, formasi yang keliru adalah kesalahan penggunaan bentuk yang salah pada morfem atau struktur. Formasi yang keliru terbagi ke dalam tiga bentuk: regularisasi, archi-forms, dan bentuk alternatif. a. Regularisasi Regularisasi merupakan penanda yang menyatakan regular yang ditempatkan pada bentuk irregular, seperti dalam goed untuk went, mousses untuk mice, childs untuk children. b. Archi-forms Dulay et al. (1982:160) menyatakan bahwa “Archi-forms errors are those of selection of one member of a class of forms to represent others in the class.” Hal tersebut menyatakan bahwa archi-forms errors merupakan kesalahan dalam pemilihan sebuah bentuk untuk menyatakan sesuatu yang lainnya. Misalnya kesalahan pemilihan determiners (this, that, these, those) dalam sebuah kalimat. Contohnya “That dogs were barking” yang seharusnya “Those dogs were barking”. c. Alternating forms (Bentuk Alternatif)
24
Kesalahan ini ditandai dengan kesalahan dalam pemilihan kata yang tepat. Kesalahan ini terjadi pada saat pembelajar bahasa kedua berada pada level vocabulary and grammar grow (tahap pemula). Misalnya meletakkan subjek “I” pada posisi objek yang seharusnya diganti dengan “me”.
4. Misordering (Kesalahan Penyusunan) Dulay et al. (1982:162) menjelaskan bahwa “Misordering is characterized by the incorrect placement of a morpheme or group of morpheme in an utterance”. Misordering merupakan kesalahan dalam penyusunan morfem atau kelompok morfem dalam kalimat. Misalnya kesalahan dalam embedded questions seperti dalam “I didn‟t know who was she” seharusnya “I didn‟t know who she was”.
2.3.3 Tense dalam Bahasa Inggris Menurut Huddlestone (1991), terdapat dua tipe tense yaitu present tense dan past tense. The present dan past tense dianggap memiliki hubungan ke dalam aspek progressive dan perfective. Kisarannya dapat dilihat dalam kerangka kalimat berikut: ‘I____ with a special pen’, isi dari bagian yang kosong dengan sebuah frasa yang memiliki verba dasar write:
25
SIMPLE Present
write
past
wrote
COMPLEX progressive am writing was writing perfective have written had written perfect progressive have been writing had been writing
present past (present) perfect past (or plu-)perfect (present) perfect past (or plu-) perfect (Quirk et al, 1986)
1.
Present
Menurut Quirk (1986), terdapat tiga tipe dasar dari present tense: 1. Timeless, diekspresikan dengan bentuk the simple present: I (always) write with a special pen (when I sign my name) Sama seperti mengekspresikan kegiatan rutin di atas, the timeless present juga digunakan untuk pernyatan-pernyatan umum seperti berikut. The sun sets in the west Spiders have eight legs 2. Limited, diekspresikan dengan the present progressive I am writing (pada kesempatan ini) with a special pen. Normally he lives in London but at present he is living in Boston. Dalam mengidentifikasinya tindakan dilihat sebagai proses dan berdurasi terbatas, the progressive dapat mengekpresikan ketidaklengkapan. Bahkan, pada kata seperti stop yang tindakannya dalam realitas tidak memiliki durasi. Jadi, the
26
bus is stopping itu menandakan bahwa bus tersebut melaju pelan, tetapi belum berhenti. The progressive (biasanya dengan adverb yang berfrekuensi tinggi) juga dapat digunakan untuk kegiatan rutinitas, menyampaikan suatu warna emosional seperti kejengkelan. He’s always writing with a special pen- just because he likes to be different. 3. Instantaneous, diekspresikan dengan the simple (khususnya dalam seri) atau dengan bentuk progressive: Watch carefully now: first, I write with my ordinary pen; now, I write with a special pen. As you see, I am dropping the stone into the water. The simple present juga biasanya digunakan pada komentar-komentar di radio seperti tentang olahraga (Moore passes to Charlton), dan pada deklarasi performatif tertentu.(‘I name this ship Snaefell’) hal ini bersifat wajib. (Quirk et al, 1976)
Dalam simple present tense, kata kerja atau verba mengalami penambahan -s, ies, -es ketika bersubjek tunggal, sedangkan kata kerja ‘belajar’ dalam bahasa Indonesia tidak mengalami penambahan. Kata benda jamak ditambahkan -s, -ies dan kata benda jamak dalam bahasa Indonesia dengan mengulang kata itu sendiri. Kalimat negatif simple present tense dalam bahasa Inggris ditambahkan auxiliaries ‘do’ dan ‘not’ yang melekat pada Subjek Jamak dan ‘does’ dan ‘not’ pada subjek tunggal. Dalam bahasa Indonesia hanya dengan menambahkan kata ‘tidak’ pada subjek jamak maupun tunggal. Kalimat tanya simple present tense dalam bahasa
27
Inggris meletakkan auxiliaries ‘do’ dan ‘does’ di depan subjek. Dalam bahasa Indonesia hanya menambahkan kata ‘apakah’ di awal kalimat. Pronomina atau kata ganti orang ketiga tunggal sangat jelas disebutkan dalam bahasa Inggris yaitu ‘she’ untuk perempuan dan ‘he’ untuk laki-laki, dalam bahasa Indonesia hanya disebutkan ‘dia’ untuk laki-laki dan perempuan. 2.
Past
Suatu tindakan pada waktu lampau dapat dikatakan 1) terjadi pada titik waktu tertentu; atau 2) selama satu periode; jika kemudian, dianggap sebagai a) berlangsung sampai sekarang, atau b) berhubungan dengan waktu lampau, jika yang terakhir telah i.
selesai, atau
ii.
belum selesai.
Past 1)
x
present
Future
v
2a)
v
2bi)
v
2bii)
v (Quirk et al, 1986)
Berikut contoh-contoh yang memiliki aspek perfektif dan progresif dalam kalimat simple past yang sederhana:
28
(1) I wrote my letter of 16 June 1972 with a special pen (2a) I have written with a special pen since 1972 (2bi) I wrote with a special pen from 1969 to 1972 (2bii) I was writing poetry with a special pen Kegiatan rutin juga dapat dinyatakan dengan simple past (‘He always wrote with a special pen’), tetapi karena tidak seperti simple present, hal ini tidak tersirat tanpa adverb yang sesuai. Sehingga used to atau kata would (kurang umum) mungkin diperlukan untuk menunjukkan arti dibawah ini. He
used to write with a special pen Would
The past dan the perfective Dalam kaitannya dengan (2a), ini bukanlah waktu yang ditentukan dalam kalimat tetapi periode yang relevan dengan waktu yang ditentukan yang harus diperpanjang hingga saat ini. Coba dibedakan antara kalimat 1) Jhon lived in Paris for ten years 2) John has lived in Paris for ten years Kedua kalimat tersebut tampak sama, akan tetapi jika diamati kalimat pertama merupakan kalimat yang mensyaratkan bahwa periode dari waktu tinggal telah berakhir dan kemungkinan bahwa John sudah meninggal sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa John masih hidup tapi mungkin tinggal di Paris sampai saat ini (interpretasi biasa) atau beberapa waktu yang tidak ditentukan pada masa lampau. Kita bandingkan juga kalimat 3 dan 4 berikut.
29
3) For generation, Nepal has produced brilliant mountaineers 4) For generation, Sparta produced fearless warriors was producing Klaim kalimat 3 bahwa Nepal masih dalam posisi menghasilkan lebih banyak pendaki gunung, bahkan jika pada waktu yang lama yang mungkin telah berlalu sejak terakhir dihasilkan. Kalimat keempat, di sisi lain, adalah tidak terikat apakah prajurit selanjutnya dapat diproduksi lagi oleh Sparta. Pilihan aspek perfektif dikaitkan dengan orientasi waktu dan akibatnya juga dengan berbagai indikator waktu (lately, since, so far, etc). Berikut adalah beberapa contoh:
ADVERBIALS WITH SIMPLE PAST (refer to a period now past)
I worked
ADVERBIALS WITH PRESENT PERFECT (refer to a period beginning in the past and stretching up to the present)
yesterday (evening) throughout January On Tuesday
I have worked
since last January up to now lately already
ADVERBIAL WITH EITHER SIMPLE PAST OR PRESENT PERFECT
I
worked have worked
today this month for an hour
Past Perfect Berlaku untuk past perfect, dengan komplikasi yang titik relevansi saat ini yang membentang pada masa lalu merupakan titik di masa lalu:
30
Past
Present Vrelevant point
Future
V
Jadi: (I say now [sekarang] that) When I met him [titik relevansi pada waktu lampau] John had lived in Paris for ten years Dalam beberapa konteks, the simple past dan the past perfect dapat ditukar;contoh: I ate my lunch after my wife came had come
home from her shopping
dari contoh di atas, kata sambung after menjadi syarat yang cukup untuk mengidentifikasi bahwa kedatangan dari kegiatan berbelanja telah terjadi sebelum makan sehingga indikator waktu tambahan dengan cara the past perfect menjadi berlebihan.
Past Tense dan Progressive Tense Sama seperti present tense, progressive tense saat digunakan dengan past tense, menentukan batasan durasi suatu kegiatan. I was writing with a special pen for a period last night but my hand grew tired konsekuensinya, progressive tense merupakan perangkat yang mudah digunakan untuk menunjukkan rentang waktu dengan peristiwa lain (diindikasi oleh simple past tense) dapat di lihat sebagai peristiwa yang sedang berlangsung pada waktu lampau. While I was writing, the phone rang
31
Kemampuan untuk mengekspresikan kegiataan tidak lengkap dengan progressive tense diilustrasikan melalui contrasting pair: He read a book that evening (mengimplikasikan bahwa he telah menyelesaikannya) He was reading a book that evening (mengimplikasikan bahwa he belum menyelesaikannya) dan yang lebih mencolok: The girl was drowning in the lake (akan diperbolehkan’ tetapi seseorang menyelam dan menyelamatkannya’) The girl drowned in the lake Kegiatan rutin akan diekspresikan oleh progressive tense yang menyatakan jelas bahwa kegiatan tersebut hanya bersifat sementara seperti kalimat At that time, we were bathing every day dan tidak hanya sporadic seperti kalimat *We were sometimes walking to the office.
Perfect Progressive Tense Perfect progressive tense mengekspresikan suatu tindakan berdurasi terbatas (atau ketidaklengkapan) bersaman dengan relevansi Bandingkan: He has eaten my chocolates He was eating my chocolates He has been eating my chocolates
(semua coklat telah habis) (tapi saya menghentikkannya) (tapi masih ada yang tersisa)
Perfect progressive tense sering kali menunjukkan suatu kegiatan yang baru saja terjadi, efeknya jelas dan biasanya adverb just menyertai penggunaannya. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut:
32
It has rained a great deal since you were here Oh look! It has just been raining Future Tense Menurut Quirk (1986), tidak ada future tense yang jelas dalam bahasa Inggris yang berkoresponden dengan waktu atau hubungan tense untuk present dan past. Sebaliknya terdapat beberapa kemungkinan yang menunjukkan waktu di masa depan. Futurity, modality, dan aspect berkaitan erat, waktu yang akan datang (future) diterjemahkan melalui modal auxiliaries atau semi-auxiliaries, atau bentuk simple present maupun progressive.
2.3.4 Pengungkapan Sistem Kala dalam Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kala (tenses) seperti yang terdapat dalam bahasa Inggris. Sneddon (2000), berpendapat The temporals and modals convey concepts such as tense and aspect, which are in part marked on the verb in English. Pemarkah Temporal Menurut Sneddon (2000), pemarkah temporal mengindikasi bahwa suatu kegiatan atau peristiwa telah berlangsung, sedang berlangsung atau belum berlangsung. Jenis pemarkah temporal dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1. sudah kata sudah mengindikasi bahwa suatu kegiatan telah berlangsung atau telah terjadi. Contoh:
Saya sudah makan. (I've eaten)
33
Dia sudah duduk. (She has sat down) Kata telah memiliki makna yang sama dengan kata sudah tapi memiliki sifat yang lebih formal. 2. sedang Kata sedang mengindikasi bahwa suatu kegiatan sedang berlangsung (in progress). 3. pernah Kata pernah mengindikasi bahwa suatu kegiatan sudah berlangsung atau pernah terjadi diwaktu lampau. 4. akan Kata akan mengindikasi bahwa suatu kegiatan akan berlangsung atau terjadi di waktu yang akan datang. 5. masih Kata masih mengindikasi bahwa suatu kegiatan masih berlangsung (still occuring).
Modalitas Modal mengacu pada beberapa konsep seperti kemungkinan (possibility), kemampuan (ability), keperluan (necessity). Jenis modal yang sering digunakan adalah ‘dapat’, ‘bisa’, ‘boleh’, ‘harus’. Semua kata tersebut di terjemahkan berbeda menurut sistem kala pada bahasa Inggris (past, present atau future). Contohnya:
34
Saya harus pergi.
I have to go.
Kemarin saya harus pergi.
Yesterday I had to go.
Besok saya harus pergi.
Tomorrow I’ll have to go (Sneddon, 2000)
2.3.5 Analisis Kontrastif Past Tense Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia Simple Past Tense Hartanto (2003) berpendapat bahwa Simple past tense (waktu lampau sederhana) menerangkan peristiwa yang terjadi, atau tindakan kegiatan, perbuatan atau pekerjaan yang dilakukan pada waktu lampau dalam bentuk sederhana dan diketahui pula waktu terjadinya peristiwa atau kegiatan tersebut. RUMUS I/we/you/they +PAST TENSE He/she/it Perbedaan contoh kalimat simple past tense bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
I saw a good film last week
Saya menonton film yang baik minggu lalu
I did not see a good film last week
Saya tidak menonton film yang baik minggu lalu
Did I see a good film last week?
Apakah saya menonton film yang baik minggu lalu?
35
Past Continuous tense Past Continuous tense (waktu berlangsung lampau) menyatakan peristiwa atau perbuatan yang sedang berlangsung pada waktu lampau pada saat peristiwa lain terjadi atau kegiatan yang lain dilakukan. RUMUS I/ he/she/it We/you/they
WAS+PRESENT PARTICIPLE WERE+PRESENT PARTICIPLE
a. Menyatakan perbuatan yang sudah dimulai dan masih berlangsung ketika perbuatan lain menyusul pada waktu lampau Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
While I was bathing in the river I heard a fearful cry
Ketika saya sedang mandi di sungai itu, saya mendengar jeritan yang menakutkan
b. Menyatakan perbuatan yang sedang terjadi pada waktu lampau. Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
He was watching television all afternoon yesterday
Dia sedang menonton televisi sepanjang sore kemarin
Past perfect tense Past perfect tense (Waktu selesai lampau) menerangkan suatu perbuatan yang sudah selesai dilakukan pada waktu lampau, atau menjelaskan dua peristiwa yang telah terjadi, tetapi menegaskan peristiwa mana yang terlebih dulu terjadi.
36
RUMUS HAD +PAST PARTICIPLE Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
The train had left before I arrived
Kereta api telah berangkat sebelum saya tiba
Past perfect continuous tense Past perfect continuous tense (waktu sedang berlangsung selesai lampau) menyatakan perbuatan yang sudah dimulai dan masih berlangsung pada waktu lampau. RUMUS HAD + BEEN + PRESENT PARTICIPLE Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
When I came to Surabaya in 1980, he had already been living there about five years
Saat saya datang ke Surabaya pada tahun 1980, ia telah tinggal disana kira-kira lima tahun. (Hartanto, 2003)
2.3.6
Metode Terjemahan Tatabahasa
Metode terjemahan tata bahasa ini bertujuan untuk melatih siswa dalam hal penguasaan tatabahasa dengan mengembangkan kosakata melalui hafalan. Pengajaran terjemahan tatabahasa ini terdiri atas serangkaian proses pembelajaran dan pelatihan dengan penekanan pada kaidah-kaidah dan fakta-fakta kebahasaan sehingga peserta didik dapat dengan cepat melakukan analisa kebahasaan.
37
Menurut Tarigan (1988), metode terjemahan tata bahasa pada hakekatnya mencakup dua komponen, yaitu: a). telaah eksplisit kaidah-kaidah tata bahasa dan kosakata, dan b). penggunaan terjemahan Lebih lanjut Tarigan (1988) mengemukakan bahwa ada beberapa ciri-ciri utama TTB adalah sebagi berikut: a) pertama siswa mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa dan daftar kosakata yang diarahkan pada bacaan pelajaran yang bersangkutan; b) berikutnya, siswa diberikan penjelasan tentang aturan-aturan dalam latihan penerjemahan yang merupakan kelanjutan penjelasan tata bahasa; c) pemahaman terhadap kaidah-kaidah dan bacaan-bacaan diuji melalui terjemahan dari bahasa sasaran ke bahasa asli dan sebaliknya; d) bahasa asli (bahasa ibu) dan bahasa sasaran terus menerus dibandingkan; e) sangat sedikit kesempatan bagi kegiatan praktek atau latihan menyimak dan berbicara; (Tarigan, 1986) 2.4
Model Penelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan,
seperti pada gambar berikut.
38
Penerapan Analisis Kontrastif dalam Pengajaran Past Tense pada Siswa Kelas X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR
Metode Penelitian
Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif
Landasan Teori
Teori Tata Bahasa Inggris (Past Tense) dan Bahasa Indonesia
Teori Analisis Kontrastif
Teori Surface Strategy Taxonomy
Teori Pengajaran Bahasa
Mendeskripsi kan tata bahasa Inggris khususnya past tense dan penggunaanny a dalam bahasa Indonesia
Mengkontras kan tata bahasa Inggris khususnya past tense dan penggunaan nya dalam bahasa Indonesia
Memprediksi kesalahan gramatikal yang dilakukan siswa dalam penggunaan past tense
Mendeskripsik an tentang langkahlangkah dalam penyusunan rencana pembelajaran yang akan diberikan.
Analisis Data: hasil kerja siswa dalam penulisan karangan Narasi
Hasil Penelitian
39
Model penelitian diatas merupakan langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitiannya. Tujuan dari hal tersebut adalah untuk menjawab permasalahan pada penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas teori analisis kontrastif, teori tata bahasa Inggris (past tense) dan teori pengajaran bahasa. Teori tata bahasa Inggris digunakan untuk mendeskripsikan tata bahasa Inggris khususnya dalam penelitian ini adalah penggunaan past tense. Teori analisis kontrastif digunakan untuk mengkontraskan teori past tense dalam bahasa Inggris dan penggunaannya dalam bahasa Indonesia. Hasil kerja siswa pada tes awal berfungsi sebagai data penelitian yang dianalisis untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami menggunakan teori surface strategi taxonomy untuk memprediksi kesalahan gramatikal yang dilakukan siswa dalam penggunaan past tense yang diharapkan mampu membantu dalam penyusunan rencana pembelajaran. Teori pengajaran bahasa digunakan untuk memberikan deskripsi
tentang langkah-langkah dalam penyusunan rencana
pembelajaran yang akan diberikan. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan data dengan tampilan kalimat deskriptif. Hasil dari analisis data yang berupa angka atau diagram akan dipresentasikan dengan metode kuantitatif. Akhir penelitian akan menghasilkan suatu penemuan yang dapat menjawab masalah dari penelitian ini.