BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1
Kajian Pustaka Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-
teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Agensi, Teori Sinyal, Pengertian Pasar Modal, Faktor-Faktor Keberhasilan Pasar Modal, Saham Bonus, dan Nilai Perusahaan. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis.
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan (agency teory) merupakan pendekatan yang digunakan dalam pembahasan konsep saham bonus, manajemen laba maupun perataan laba. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:569) teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki asumsi bahwa tiap tiap individu semata mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Teori keagenan dalam konteks perusahaan, yang dimaksud dengan principal adalah pemegang saham, sedangkan agent adalah manejemen yang mengelola perusahaan (Budiasih, 2009). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agent diasumsikan akan menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
11
menarik dan jam kerja yang fleksibel, sedangkan principal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut.
2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory) Teori Sinyal (signaling theory) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai kinerja baik akan mempublikasikan keadaan perusahaannya dalam bentuk sinyal informasi yang nantinya pasar diharapkan mampu membedakan perusahaan yang berkinerja baik dan berkinerja buruk. Signaling theory menyatakan bahwa setiap aksi korporasi yang dilakukan sebuah perusahaan memiliki potensi kandungan informasi sebagai suatu sinyal (Pratama dan Mertha, 2014). Asumsi dari signalling theory adalah bahwa pihak manajemen perusahaan mempunyai akses informasi yang lengkap dan benar tentang nilai dari perusahaan yang tidak dimiliki oleh investor luar. Manajer perusahaan akan memberikan sinyal kepada pasar dengan harapan pasar bereaksi terhadap pengumuman tersebut (Muharam, 2006). Signaling theory menjelaskan bahwa perusahaan melakukan kebijakan saham bonus jika manajer perusahaan yakin dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Hal yang melatarbelakangi signaling theory ini adalah bahwa pihak manajemen berkeyakinan harga saham setelah saham bonus akan mengalami kenaikan kembali atau paling tidak harga saham tidak mengalami penurunan (Shirur, 2008). Jika pihak manajemen pesimis harga saham akan naik maka keputusan saham bonus tidak dilakukan, karena dengan harga saham yang relatif rendah tetap akan dikenakan biaya transaksi perdagangan yang harus dibayarkan
12
(Ardiansyah, 2013). Jika kandungan informasi dari saham bonus dinilai tidak kredibel maka pasar tidak akan bereaksi terhadap informasi yang masuk ke pasar.
2.1.3 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek (stock exchange). Definisi pasar modal menurut kamus besar pasar uang dan modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Umumnya yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan asuransi, dan pensiun, bank-bank tabungan, sedangkan yang termasuk peminat adalah pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham), dengan demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of capital tidak lagi minimal, tentu saja tidak berarti bahwa perusahaan akan selalu menerbitkan saham dengan adanya pasar modal, tidak berarti juga bahwa saham, karena tidak mengharuskan perusahaan membayar bunga, lantas ditafsir sebagai dana murah, dalam teori keuangan dijelaskan bahwa setiap sumber dana, baik hutang maupun modal sendiri mempunyai biaya dana (cost of capital) hanya untuk modal sendiri
13
biaya tersebut bersifat implisit atau opportunity, sedangkan untuk hutang bersifat eksplisit karena memang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan dalam bentuk pembayaran bunga. Ada beberapa daya tarik pasar modal sekaligus mempunyai fungsi antara lain: 1) Sebagai sumber penghimpun dana. Sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan salah satunya adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan adanya legal lending limit atau batas maksimal pemberian kredit (BMPK), sehingga bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut, oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan besarnya dana. 2) Sebagai sarana investasi. Perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke pasar modal pada umumnya adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku diperjualbelikan di bursa, sementara pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang
14
notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relatif kecil, dengan adanya surat berharga yang mudah diperjualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya, oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya. 3) Pemerataan pendapatan. Perusahaan tidak melakukan go public pada dasarnya, pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan, dengan go public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut, dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat yang artinya akan ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat. 4) Sebagai pendorong investasi. Kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan perekonomian negaranya.
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi dan
memajukan
pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau
15
melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal, semakin baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya ke Indonesia melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
2.1.4 Faktor-Faktor Keberhasilan Pasar Modal Faktor – faktor yang mempengaruhi secara rinci keberhasilan pasar modal antara lain adalah (Husnan, 2005:8): 1) Supply sekuritas Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah apakah terdapat jumlah perusahaan yang cukup banyak di suatu negara yang memerlukan dana yang bisa diinvestasikan dengan menguntungkan dan apakah
mereka
bersedia
memenuhi
persyaratan
full
disclosure
(mengungkapkan kondisi perusahaan) yang dituntut oleh pasar modal. 2) Demand akan sekuritas Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk digunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. 3) Kondisi politik dan ekonomi Faktor ini yang akan mempengaruhi supply dan demand sekuritas. Kondisi
16
stabilitas politik ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand sekuritas. 4) Masalah hukum dan peraturan Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi-informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar akan menyesatkan mutlak diperlukan. 5) Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
2.1.5 Saham Bonus Saham bonus adalah saham yang dibagikan perusahaan kepada pemegang saham yang merupakan kapitalisasi dari agio saham (Basir dan Fakhrudin, 2005:139). Saham bonus merupakan kapitalisasi agio saham, oleh karenanya pemegang saham tidak menyetor kas atau aktiva lainnya kepada perusahaan untuk mendapatkan saham bonus tersebut. Emiten tidak menerima kas sehingga secara riil tidak ada perubahan nilai investasi yang dimiliki pemegang saham tersebut (Bharath dan Shankar, 2012). Hal ini karena, walaupun jumlah saham yang dimiliki pemegang saham tersebut bertambah, namun nilai buku per sahamnya lebih kecil dibandingkan jika perusahaan tidak membagikan saham bonus, sehingga nilai total investasi sebelum pembagian saham bonus sama dengan total nilai investasi setelah diterimanya saham bonus. Menurut Shirur (2008) kebijakan saham bonus dilakukan oleh perusahaan ketika investor mulai menilai bahwa kinerja perusahaan tidak sesuai dengan
17
harapan. Pada umumnya, emiten melakukan kebijakan membagi saham bonus jika harga saham emiten di pasar dinilai terlalu tinggi dan disisi lain perusahaan masih menyimpan agio saham yang cukup besar. Harga saham yang tinggi menyebabkan saham tersebut kurang terjangkau investor sehingga likuiditas rendah. Perusahaan dengan membagikan saham bonus diharapkan harga akan turun karena mengalami penyesuaian dan likuiditas di pasar naik kembali. Saham bonus bersumber dari kapitalisasi agio, untuk itu perusahaan melakukan kebijakan saham bonus agar likuiditas saham perusahaan meningkat, sehingga investor dapat lebih nyaman berinvestasi pada saham perusahaan ini karena saham mudah diperjualbelikan. Saham bonus adalah penerbitan saham yang dibagikan kepada para pemegang saham lama. Pembagian saham tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan harga saham yang bersangkutan (Sunariyah, 2003 dalam Mahrina, 2014). Keuntungan yang diperoleh emiten dan investor pada kebijakan saham bonus adalah: 1) Dapat meningkatkan jumlah modal yang disetor secara relatif mudah tanpa harus melalui prosedur yang lebih rumit seperti dalam right issue. 2) Dapat
meningkatkan jumlah saham yang beredar sehingga dapat
berpengaruh terhadap likuiditas perdagangan saham dan harga saham. 3) Sedangkan keuntungan bagi investor adalah walaupun secara riil tidak memberikan peningkatan dalam nilai investasinya, dalam jangka panjang investor dapat memperoleh potensi keuntungan dari kenaikan harga saham akibat lebih likuidnya perdagangan saham dengan harga yang relatif murah.
18
Pembagian saham bonus yang akan dilakukan oleh perusahaan didasarkan pada beberapa persyaratan sebagai berikut. 1) Masih cukupnya jumlah modal dasar dan jumlah saham. 2) Memiliki saldo agio. 3) Di setujui oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). 4) Harga teoritis setelah penerbitan saham bonus tidak boleh lebih rendah dari Rp 100 (Harga teoritis adalah perkiraan harga suatu saham pada saat pembukaan saat ex-date sesudah saham bonus dibagikan). 5) Ketentuan lain yang berkaitan dengan pelaksanaan pembagian saham bonus adalah peraturan BAPEPAM No IX.D.5. Peraturan Saham Bonus dari BAPEPAM No IX.D.5: a. Berlaku untuk emiten yg telah melakukan penawaran umum. b. Pembagian saham bonus harus proporsional. c. Pelaksanaan pembagian saham bonus harus selesai dilakukan selambat – lambatnya 45 hari. d. Emiten atau perusahaan publik wajib menyampaikan kepada BAPEPAM. e. Saham bonus berasal dari kapitalisasi agio saham. f. Saham bonus merupakan deviden saham, berasal dari kapitalisasi agio saham dan atau unsur ekuitas lainya. Tujuan membagikan saham bonus adalah untuk meningkatkan likuiditas saham di pasar, menambah jumlah saham yang beredar, harga saham dapat turun, dapat terjangkaunya harga saham oleh investor.
19
2.1.6
Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore, 2005 dalam Kontesa, 2015). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Menurut Husnan (2005:5) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Keown et al. (2004:470) juga menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik (Ball dan Brown, 1968). Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
20
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan prospeknya di masa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah satunya Tobin’s Q. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004). Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004).
2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Nilai Perusahaan Sebelum dan Sesudah Pembagian Saham Bonus Pembagian saham bonus akan memberikan informasi kepada pasar dan membuat pasar bereaksi terhadap kejadian tersebut. Pembagian saham bonus akan menambah jumlah saham yang beredar dan meningkatkan likuiditas saham di pasar modal. Pada umumnya pasar bereaksi positif terhadap pembagian saham
21
bonus. Reaksi pasar yang positif terhadap pembagian saham bonus merupakan signaling hypothesis, yang menyatakan bahwa pembagian saham bonus merupakan sinyal positif karena perusahaan dianggap memiliki prospek yang baik di masa mendatang (Natasya dan Suganda, 2013). Sejumlah penelitian empiris telah dilakukan untuk mengukur reaksi pasar terhadap informasi mengenai peristiwa yang berkaitan dengan corporate action. Febri,dkk. (2013) telah melakukan penelitian untuk menganalisis kandungan informasi pengumuman saham bonus terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan rata-rata return saham sebelum dan setelah pengumuman saham bonus. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Amuthan dan Ayyappan (2011), dimana terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman saham bonus. Hal sejalan juga dilakukan oleh Adiati (2006) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh pengumuman saham bonus terhadap pergerakan harga saham, dimana hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata return saham sebelum dan setelah pengumuman saham bonus. Dalam penelitian tersebut, rata-rata return saham dengan nilai abnormal return diproksikan dengan harga saham. Harga saham tergantung pada permintaan dan penawaran akan saham. Harga saham juga mencerminkan nilai perusahaan. Jika suatu perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham tersebut akan diminati oleh investor. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pokok permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan
22
teori-teori yang mendukung maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H1: Terdapat perbedaan nilai perusahaan sebelum dan sesudah pembagian saham bonus.
2.2.2 Pengaruh Jumlah Saham Bonus yang Dibagikan pada Nilai Perusahaan Sesudah Pembagian Saham Bonus Pada umumnya, emiten melakukan kebijakan membagi saham bonus jika harga saham emiten di pasar dinilai terlalu tinggi dan di sisi lain perusahaan masih menyimpan agio saham yang cukup besar. Harga saham yang tinggi menyebabkan saham tersebut kurang terjangkau investor sehingga likuiditas rendah. Dengan membagikan saham bonus diharapkan harga akan turun karena mengalami penyesuaian dan likuiditas di pasar naik kembali. Saham bonus yang dibagikan bersumber dari agio. Jadi, meskipun di satu sisi ada tambahan jumlah saham beredar, tapi tidak ada perubahan nilai ekuitas. Namun, karena jumlah saham disetornya semakin besar, maka nilai buku per saham menjadi semakin kecil, laba per saham juga semakin kecil (Rekha, 2011). Alasan yang paling sering digunakan dalam membuat kebijakan menerbitkan saham bonus biasanya adalah perihal likuiditas saham di pasar. Jadi, jika jumlah saham bertambah dan harga menurun, maka daya jangkau investor untuk membeli saham tersebut semakin besar. Ini yang diharapkan bisa menggenjot likuiditas saham di pasar. Balanchandran dan Tanner (2001), Adaoglu dan Lasfer (2003), Barnes dan Ma (2002), Dhar, S. dan Chhaochharia, S. (2008), dan Mishra (2005) menemukan
23
bahwa terdapat reaksi pasar yang positif signifikan terhadap pengumuman saham bonus. Penelitian lain juga dilakukan oleh Na’im & Finn (2000) mengenai saham bonus dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengumuman saham bonus dianggap sebagai pengumuman yang bagus bagi para pelaku pasar di Singapore Stock Exchange. Hasilnya terdapat hasil yang positif antara reaksi harga terhadap pengumuman saham bonus. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan saham dan penawaran saham adalah tingkat harga saham tersebut. Apabila harga saham dinilai terlalu tinggi oleh pasar, maka jumlah permintaan akan berkurang. Sebaliknya, bila pasar menilai terlalu rendah, jumlah permintaan akan meningkat. Tingginya harga saham akan mengurangi kemampuan investor untuk membeli saham tersebut, sehingga harga saham yang tinggi tersebut akan menurun sampai tercipta posisi keseimbangan yang baru. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2: Jumlah saham bonus yang dibagikan berpengaruh positif pada nilai perusahaan sesudah pembagian saham bonus.
24