1
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Hakikat Keterampilan 2.1.1 Definisi Keterampilan Pengertian keterampilan konteks pembelajaran mata pelajaran (dalam http://aksay.multiply.com/journal/item/20?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal% 2Fitem) Keterampilan di sekolah, adalah usaha untuk memperoleh kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran Keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku siswa menjadi cekat, cepat dan tepat melalui belajaran kerajinan dan teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Sementara itu, Menurut Dunnette (dalam Iverson, 2001:72) pengertian keterampilan adalah kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang didapat. Nadler (dalam Iverson, 2001:73) mengemukakan bahwa pengertian keterampilan (skill) adalah kegiatan yang memerlukan praktek atau dapat diartikan sebagai implikasi dari aktivitas. Iverson (2001:133) mengatakan bahwa selain training yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan, ketrampilan juga membutuhkan kemampuan dasar (basic ability) untuk melakukan pekerjaan secara mudah dan tepat.
7
2
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ketrampilan (skill) berarti kemampuan untuk mengoperasikan suatu pekerjaan secara mudah dan cermat yang membutuhkan kemampuan dasar (basic ability). 2.1.2 Jenis-Jenis Keterampilan Menurut Robbins (2000:494-495) pada dasarnya keterampilan dapat dikategorikan menjadi empat, yaitu: 1. Basic literacy skill Keahlian dasar merupakan keahlian seseorang yang pasti dan wajib dimiliki oleh kebanyakan orang, seperti membaca, menulis dan mendengar. 2. Technical skill Keahlian teknik merupakan keahlian seseorang dalam pengembangan teknik yang dimiliki, seperti menghitung secara tepat, mengoperasikan komputer. 3. Interpersonal skill Keahlian interpersonal merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk berinteraksi dengan orang lain maupun dengan rekan kerja, seperti pendengar yang baik, menyampaikan pendapat secara jelas dan bekerja dalam satu tim. 4. Problem solving Menyelesaikan masalah adalah proses aktivitas untuk menajamkan logika, beragumentasi dan penyelesaian masalah serta kemampuan untuk mengetahui penyebab,
mengembangkan
penyelesaian yang baik.
alternatif
dan
menganalisa
serta
memilih
3
2.2 Teknik Teknik Lari 100 Meter Atletik adalah aktifitas jasmani yang kompetitif atau dapat diadu berdasarkan gerak dasar manusia, yaitu seperti berjalan, berlari, melempar, dan melompat. Atletik seperti yang kita ketahui sekarang, dimulai sejak diadakan olympiade modern yang pertama kali diselenggarakan di kota Athena pada tahun 1896 dan sampai terbentuknya badan dunia federasi athletik amatir internasional tahun 1912. Atletik pertama kali diperkenalkan di Indonesia dengan sebutan Netherlands Indische Athletick Unie (NIBU) tanggal 12 Juli 1917 dan dalam perkembangannya terbentuk suatu organisasi yang bergerak dibidang atletik dengan nama Persatuan Sprint atau lari cepat merupakan salah satu nomor lomba dalam cabang olahraga atletik. Sprint atau lari cepat merupakan semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan maksimal sepanjang jarak yang ditempuh. Sampai dengan jarak 400 meter masih digolongkan dalam lari cepat atau print. Menurut Arma abdoellah (1981; 50) pada dasarnya gerakan lari itu untuk semua jenis sama. Namun dengan demikian dengan adanya perbedaan jarak tempuh, maka sekalipun sangat kecil terdapat pula beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Sedangkan yang dimaksud dengan perbedaan atau pembagian jarak dalam nomor lari adalah lari jarak pendek (100 – 400 meter), lari menengah (800 – 1500 meter), lari jauh (5000 meter atau lebih). Lari jarak pendek atau sprint adalah semua jenis lari yang sejak start ampai finish dilakukan dengan kecepatan maksimal. Beberapa faktor yang mutlak menentukan baik buruknya dalam sprint ada tiga hal yaitu start, gerakan sprint, dan finish.
4
Penguasaan teknik merupakan kemampuan untuk memahami atau mengetahui suatu rangkaian spesifik gerakan atau bagian pergerakan olahraga dalam memecahkan tugas olahraga dan dapat menggunakan pengetahuan yang dimiliki tersebut. Penguasaan teknik sprint diartikan sebagai kemampuan atlet dalam mengetahui atau memahami teknik lari sprint dan dapat menggunakan teknik lari sprint dengan baik. Penguasaan teknik dipengaruhi beberapa dua faktor, yaitu: a. Pengetahuan Menurut Jujun S. Suriasumantri (dalam Feldman, 1999: 103) pengetahuan pada hakekatnya adalah merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek termasuk kedalamnya ilmu. Sedangkan menurut Sidi Gazalba dalam dalam Feldman, 1999:112) pengetahuan adalah apa yang kita ketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan proses dari usaha manusia untuk tahu. b. Aplikasi atau penerapan Aplikasi teknik merupakan penerapan penggunaan teknik lari sprint yang dilakukan oleh atlet didalam perlombaan. Didalam suatu perlombaan atlet akan berusaha untuk mengeluarkan semua kemampuan yang dimiliki untuk mencapai penampilan terbaik dan prestasi maksimal. Setiap atlet memiliki kemampuan yang berbeda dan cara yang berbeda pula dalam menerapkan atau mengaplikasikan teknik sprint dalam perlombaan. Seperti yang dikatakan Feldman, (1999: 115) kemampuan untuk melakukan suatu teknik yang sempurna adalah tidak sama
5
sebagai seorang pelaku yang penuh ketangkasan. Atlet yang tangkas memiliki teknik yang baik dan konsisten dan juga tahu kapan dan bagaimana menggunakan teknik guna menghasilkan prestasi yang baik. Kecepatan dalam lari sprint adalah hasil dari kontraksi yang kuat dan cepat dari otot-otot yang dirubah menjadi gerakan yang halus, lancar-efisien dibutuhkan bagi berlari dengan kecepatan tinggi. Kelangsungan gerak lari cepat atau sprint dapat dibagi menjadi tiga, yaitu; (A) Start, (B) gerakan lari cepat, (C) Gerakan finish. Tujuan utama lari sprint adalah untuk memaksimalkan kecepatan horizontal, yang dihasilkan dari dorongan badan kedepan. Kecepatan lari ditentukan oleh panjang-langkah dan frekuensi-langkah. untuk bisa berlari cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Tujuan teknik-sprint selama perlombaan adalah untuk mengerahkan jumlah optimum daya kepada tanah didalam waktu yang pendek. Teknik yang baik ditandai oleh mengecilnya daya pengereman, lengan lengan efektif, gerakan kaki dan badan dan suatu koordinasi tingkat tinggi dari gerakan tubuh keseluruhan (IAAF, 1993;22). Teknik lari sprint lari 100 m dapat dirinci menjadi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap reaksi dan dorongan 2. Tahap lari akselerasi 3. Tahap transisi/perubahan 4. Tahap kecepatan maksimum 5. Tahap pemeliharaan kecepatan
6
6. Finish Lomba lari 100 M yang lain mengikuti pola dasar yang sama, tetapi panjang dan pentingnya tahapan relatif bervariasi. Dalam aspek biomekanika kecepatan lari ditentukan oleh panjang langkah dan frekuensi langkah (jumlah langkah dalam per satuan waktu). Untuk bisa berlari lebih cepat seorang atlet harus meningkatkan satu atau kedua-duanya. Hubungan optimal antara panjang langkah dan frekuensi langkah bervariasi bagi tahap-tahap lomba yang berbedabeda. Dalam lari 100 m terdapat beberapa tahapan yaitu: 1. Start Menurut IAAF (2001;6) suatu start yang baik ditandai dengan sifat-sifat berikut; a. Konsentrasi penuh dan menghapus semua gangguan dari luar saat dalam posisi aba-aba “bersediaaaaa” b. Meng-adopsi sikap yang sesuai pada posisi saat aba-aba “siaaap” c. Suatu dorongan explosif oleh kedua kaki terhadap start-blok, dalam sudut start yang maksimal Teknik yang digunakan untuk start harus menjamin bahwa kemungkinan power yang terbesar dapat dibangkitkan oleh atlet sedekat mungkin dengan sudutstart optimum 450. setelah kemungkinan reaksi yang tercepat harus disusul dengan suatu gerak (lari) percepatan yang kencang dari titik-pusat gravitasi dan langkah-langkah pertama harus menjurus kemungkinan maksimum.
7
Ada tiga variasi dalam start-jongkok yang ditentukan oleh penempatan start-blok relatif terhadap garis start: a. Start-pendek (bunch-start), b. Startmedium (medium-start), c. Start-panjang (elongated-start). Start medium adalah umumnya yang disarankan, ejak ini memberi peluang kepada para atlet untuk menerapkan daya dalam waktu yang lebih lama daripada start-panjang (menghasilkan kecepatan lebih tinggi), tetapi tidak menuntut banyak kekuatan seperti pada start-pendek (bunch-start). Suatu pengkajian terhadap teknik startjongkok karenanya dapat dimulai dengan start medium. Ada tiga bagian dalam gerakan start, yaitu: a. Posisi “bersedia” Pada posisi ini sprinter mengambil sikap awal atau posisi “bersediaaa”, kaki yang paling cepat/tangkas ditempatkan pada permukaan sisi miring blok yang paling depan. Tangan diletakkan dibelakang garis start dan menopang badan. Kaki belakang ditempatkan pada permukaan blok belakang, mata memandang tanah kedepan, leher rileks, kepala segaris dengan tubuh. Menurut IAAF (2001;8) posisi “siaaap” ini adalah kepentingan dasar bahwa seorang atlet menerima suatu posstur dalam posisi start “siaaap” yang menjamin suatu sudut optimum dari tiap kaki untuk mendorongnya, suatu posisi yang sesuai dari pusat gravitasi ketika kaki diluruskan dan pegangan awal otototot diperlukan bagi suatu kontraksi explosif dari otot-otot kaki. Tanda-tanda utama suatu posisi “siaaap” yang optimum daya adalah; 1. Berat badan dibagikan seimbang 2. Poros pinggul lebih tinggi daripada poros bahu
8
3. Titik pusat gravitasi kedepan 4. Sudut lutut 900 pada kaki depa, 5. Sudut lutut 1200 pada kaki belakang 6. kaki diluruskan menekan start blok b. Posisi (aba-aba) “ya” Daya dorong tungkai dan kaki dalam start dapat dianalisa dengan menggunakan papan-pengalas daya dibangun pada start blok. Bila kaki-kaki menekan pada papan itu pada pada saat start, impuls dapat disalurkan ke dan ditampilkan pada suatu dinamo-meter. Kekuatan impuls arah dan lamanya, juga timing dari dorongan dari tiap kaki dapat dicatat. Ciri kunci yang untuk diperhatikan adalah: 1. kaki belakang bergerak lebih dahulu. Pola daya kekuatan menunjukkan bahwa daya kekuatan yang puncaknya sangat tinggi dikenakan mengawali gerak akselerasi dari titik-pusat gravitasi atlet dengan cepat menurun. 2. Penerapan daya kekuatan dari kaki depan dimulai sedikit lambat yang memungkinkan gerak akselerasi titik-pusat gravitasi untuk berlanjut setelah dorongan kaki belakang menghilang, dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama. Kenyataannya, daya kekuatan daya kekuatan digunakan oleh kaki-depan kira-kira dua kali lipat dari daya kaki-belakang. Dalam penguasaan teknik sprint terdapat faktor-faktor yang sangat mendukung demi tecapainya penguasaan teknik yang baik. Thomson (dalam Feldman, 1999: 68) ada 5 (lima) kemampuan biomotor dasar yang merupakan
9
unsur-unsur kesegaran atau komponen-komponen fitnes yaitu kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan, dan koordinasi. a. Kekuatan. Adalah kemampuan badan dalam menggunakan daya. Kekuatan dapat dirinci menjadi tiga tipe atau bentuk, yaitu: 1. kekuatan maksimum, yaitu daya atau tenaga terbesar yang dihasilkan oleh otot yang berkontraksi. Kekuatan maksimum tidak memerlukan betapa cepat suatu gerakan dilakukan atau berapa lama gerakan itu dapat diteruskan 2. Kekuatan elastis, yaitu kekuatan yang diperlukan sehingga sebuah otot dapat bergerak cepat terhadap suatu tahanan. Kombinasi dari kecepatan kontraksi dan kecepatan gerak kadang-kadang disebut sebagai “power = daya”. Kekuatan ini sangat penting bagi even eksplosip dalam lari, lompat, dan lempar. 3. Daya tahan kekuatan, yaitu kemampuan otot-otot untuk terus-menerus menggunakan daya dalam menghadapi meningkatnya kelelahan. Daya tahan kekuatan adalah kombinasi antara kekuatan dan lamanya gerakan. Menurut Djoko P. Irianto (2002; 80) penguasaan teknik dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; a. Kualitas fisik yang relevan b. Kualitas psikologis atau kematangan bertanding c. Metode latihan yang tepat d. Kecerdasan atlet memilih teknik yang tepat dalam situasi tertentu.
10
Menurut Josef Nossek (dalam Feldman, 1999:70), terdapat tiga tahapan dalam proses belajar teknik: a. Pengembangan koordinasi kasar. Bentuk-bentuk gerakan kasar dapat dikarakteristikkan sebagai penguasaan teknik-teknik kasar dan terbatas yang berkenaan dengan kualitas gerakan-gerakan yang diperlukan, seperti: 1. Pengaruh kekuatan yang tidak memadai, pemborosan energi, kram otot (koordinasi otot yang rendah) dengan konsekuensi kelelahan yang cepat. 2. Unsur-unsur gerakan tunggal yang tidak digabungkan dengan lancar, karena kurangnya koordinasi. 3. Gerakan-gerakan belum cukup tepat. 4. kekurangan keharmonisan dan ritme gerakan-gerakan yang diamati. b. Pengembangan koordinasi halus. Bentuk gerakan-gerakan halus dicapai melalui pengulangn-pengulangan lebih lanjut yang mengambangkan kualitas gerakangerakan. Tempo tersebut meningkat sampai pada kecepatan yang kompetitif. Bagian-bagian gerakan tungggal untuk teknik-teknik yang lebih kompleks dikembangkan secara terpisah dan dikombinasikan bersama. Aspek-aspek dalam tahap ini bercirikan: 1. Teknik-teknik dilakukan hampir tanpa kesalahan. 2. gerakan-gerakan distabilkan. 3. Gerakan-gerakan lebih berguna dan hemat, tidak ada pemborosan energi. 4. Beberapa gerakan-gerakan tidak benar yang terjadi dalam tahap pertama tidak tampak lagi.
11
5. Urutan gerakan-gerakan menjadi lancar dan harmonis. 6. Gerakan-gerakan tersebut tepat. Namun demikian dalam tahap belajar ini, teknik-teknik tersebut tidak dilakukan secara otomatis. Atlet tersebut masih harus mengkonsentrasikan pada bagian-bagian yang berbeda dari gerakan-gerakan dan oleh karena itu penerapan taktis hanya dimungkinkan sebagian. c. Tahap stabilisasi dan otomatisasi. Tahap stabilisasi; pertama-tama hendaknya membawa atlet kedalam posisi dimana ia dapat menerapakan teknik-teknik dalam situasi kompetitif yang sulit. Atlet tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi yang sulit dan berubah-ubah dari suatu kompetisi. Penguasaan teknik yang sempurna dalam kondisi ini hanya dicapai melalui praktek dalam banyak kompetisi. Karena tingkat otomatisasi yang tinggi, para atlet dapat memberikan perhatian pada tugas-tugas taktis dalam kompetisi. Pengaruh dari kapasitas kondisioning adalah jelas tanpa rintangan dalam penampilan. Prestasi merupakan akumulasi dari kualitas fisik, teknik, taktik dan kematangan mental atau psikis, sehingga aspek tersebut perlu dipersiapkan secara menyeluruh, sebab satu aspek dengan aspek lain akan menentukan aspek lain. Fisik merupakan pondasi bagi olahragawan, sebab teknik, taktik dan mental akan dapat dikembangkan dengan baik jika olahragawan memiliki kualitas fisik yang baik. Jadi teknik dapat dikembangkan dan dikuasai jika atlet memiliki kualitas fisik yang baik.
12
2.3 Tinjauan Metode Demonstrasi Untuk mengajarkan materi pelajaran sering kali tidak cukup kalau guru hanya menjelaskan secara lisan saja, terutama dalam mengajarkan penguasaan keterampilan anak lebih mudah mempelajarinya dengan cara menirukan seperti apa yang dilakukan oleh gurunya. dalam hal ini, metode demonstrasi merupakan salah satu solusi yang tepat dalam menjawab semua itu. Secara umum metode demonstrasi dikenal sebagai metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Djamarah dan Zain (2010:90) mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses,situasi atau benda yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Roestiyah (2012:82) memandang bahwa dengan demonstrasi, proses penerimaan akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, juga siswa dapat mengamati dan memperhatikan pada apa yang diperlhatkan guru selama pelajaran berlangsung. Peutuah (2012:1) dalam sebuah situs menjelaskan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain.
13
Aminuddin Rasyad (2012:1) dalam sebuah situs mengemukakan bahwa metode
demonstrasi
adalah
cara
pembelajaran
dengan
meragakan,
mempertunjukkan atau memperlihatkan sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas. Dari uraian dan definisi di atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru memperagakan langsung suatu hal yang kemudian
diikuti
oleh
murid
sehingga
ilmu
atau
keterampilan
yang
didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan masing-masing siswa Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang lebih menekankan pada pengaplikasian secara langsung materi yang diajarkan sehingga proses pembelajaran akan terasa lebih hidup dan para peserta didik akan lebih memahami materi yang diajarkan. 2.4. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi Djamarah dan Zain (2010:91) mengemukakan bahwa metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya, sebagai berikut 1) Kelebihan metode demonstrasi: a. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari c. Proses pengajaran lebih menarik d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukannya sendiri.
14
2) Kekurangan metode demonstrasi: a. Fasilitas seperti peralatan, tempat, biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik b. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan matang 2.5. Manfaat dan Tujuan Metode Demonstrasi Manfaat metode demonstrasi dalam sebuah situs yaitu dapat dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi : a. Dapat dipergunakan untuk memberikan ilustrasi dalam menjelaskan informasi kepada anak. Dalam artian bahwa anak supaya dapat melihat bagaimana peristiwa berlangsung, lebih menarik, dan merangsang perhatian, serta lebih menantang, dari pada hanya mengdengarkan penjelasan dari guru. b. Metode demontrasi ini dapat dilakukan untuk meningkatkan daya pikir anak, terutama dalam peningkatan kemampuan mengenal, mengingat, berfikir konvergen, dan berfikir evaluatif. Sesuai dengan manfaat penggunaan metode demontrasi bagi anak SMP yang telah dikemukakan di atas bahwa metode demontrasi merupakan salah satu wahana untuk memberikan pengalaman belajar anak dapat menguasai materi pelajaran dengan lebih baik. Melalui kegiatan demontrasi anak dibimbing untuk menggunakan mata dan telinganya secara terpadu, sehingga hasil pengamatan kedua indranya dapat menambah penguasaan materi pelajaran yang diberikan. Jadi, tujuan metode demontrasi adalah peniruan terhadap model yang dapat dilakukan.
15
2.6. Penerapan Metode Demonstrasi Pada Keterampilan Teknik Lari 100 Meter Pada dasarnya penggunaan suatu metode semata-mata membantu kinerja seorang guru bidang studi. Untuk mengkaji permasalahan ini yaitu alangkah baiknya kita menelaah kembali mekanisme serta prosedur pelaksanaannya. Djamarah dan Zain (2010:95) adalah sebagai berikut ini : a.
Tahap Persiapan 1) Menetapkan rancangan tujuan dan tema kegiatan demontrasi 2) Menetapkan rancangan bentuk demontrasi yang dipilih 3) Menetapkan rancangan langkah kegiatan demontrasi 4) Menetapkan rancangan bahan dan alat yang diperlakukan untuk demontrasi 5) Menetapkan rancangan penilaian kegiatan demontrasi
b.
Langkah- Langkah Pelaksanaan 1) Kegiatan pra- Pengembangan Kegiatan pra-pengembangan merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum memulai kegiatan demontrasi, yaitu terdiri dari : a. Kegiatan penyiapan bahan dan alat yang akan digunakan untuk menunjukkan, mengerjakan, menjelaskan secara terpadu dalam demontrasi sesuai dengan tujuan dan tema yang sudah di tetapkan dan sesuai dengan urutan langkah- langkah demontrasi yang telah ditetapkan. b. Kegiatan menyiapkan bahan dan alat untuk menirukan pekerjaan seperti yang dicontohkan guru dalam demontrasi.
16
c. Kegiatan penyiapan siswa dalam mengikuti kegiatan demontrasi dan di ikuti peniruan contoh pekerjaan sesudah demontrasi. 2) Kegiatan Pengembangan Untuk langkah awal, guru mengajak siswa untuk memperhatikan apa yang akan dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa yang mengikuti demontrasi. Misalnya dengan pertanyaan retoris. Pertanyaan retoris mengandung arti pertanyaan itu tidak memerlukan jawaban dari siswa. c.
Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup dapat dipergunakan guru untuk memotivasi siswa
yang berhasil untuk menunjukkan kinerja yang baik maupun kepada siswa yang kurang berhasil. Kepada siswa yang berhasil guru mendorong siswa untuk berusaha menciptakan bentuk- bentuk rumah yang lain yang lebih bagus sesuai dengan kreativitas yang ingin di wujudkan. Sedangkan kepada siswa yang kurang berhasil dapat di berikan layanan khusus untuk memperoleh keterampilan yang lebih baik atau menjadikan anak yang berprestasi menjadi tutor sebayanya. 2.7. Kerangka Berpikir Penerapan metode demonstrasi merupakan faktor ekstrinsik yang berpengaruh pada peningkatan keterampilan teknik lari 100 meter siswa. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung belajar di sekolah adalah faktor utama dalam proses belajar mengajar. Namun yang menjadi pengaruh dalam pencapaian peningkatan keterampilan teknik lari 100 meter siswa adalah partisipasi siswa dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk menunjang
17
belajarnya. Siswa yang lebih banyak bertanya dan menyampaikan pendapat pada seputar bidang pelajaran yang ditekuninya akan terlibat lebih siap dalam mengelola bentuk-bentuk evaluasi belajar. Adanya penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran akan lebih mendayagunakan peran guru dalam menyampaikan materi, sehingga siswa dan guru dapat memusatkan belajar sesuai dengan apa yang diperoleh dan diberikan sewaktu berlangsungnya pembelajaran terutama yang terjadi di lingkungan pendidikan formal atau sekolah. Peningkatan keterampilan teknik lari 100 meter siswa dapat dijadikan sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Dengan demikian jelaslah bahwa, penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan khususnya pada keterampilan teknik lari 100 meter dapat memberikan dampak positif peningkatan keterampilan siswa. 2.8. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu jika dalam materi teknik lari 100 meter, guru menggunakan metode demostrasi maka keterampilan siswa di kelas VII SMP Negeri 6 SATAP Bongomeme Kabupaten Gorontalo pada materi tersebut akan meningkat.
18
2.9. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk hasil belajar siswa minimal 75% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 75 ke atas pada materi sajian. 2. Untuk hasil belajar seluruh siswa di kelas diperoleh daya serap mencapai 75%.