BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1
Visi Misi Sanitasi
Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 – 2016 sebagai berikut : V I S I : “Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian, untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan lebih sejahtera”. MISI : 1. Memantapkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan daerah; 2. Memantapkan pembangunan ekonomi dengan mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan di bidang pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata; 3. Memantapkan pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; 4. Memantapkan pembangunan di bidang pendidikan untuk mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar memiliki kecerdasan dan daya saing yang lebih baik; 5. Memantapkan upaya penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) berdasarkan demokratisasi, transparansi, penegakan hukum, berkeadilan dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat; dan 6. Memantapkan upaya pelestarian sumberdaya alam dan mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang mampu memenuhi kebutuhan dan pemerataan pembangunan guna meningkatkan perekonomian. Terkait dengan program PPSP sejalan dengan visi dan misi yang ada dalam RPJMD Kabupaten Grobogan. Secara spesifik dapat dilihat pada misi ke satu dan misi ke tiga Kabupaten Grobogan Tahun 2011 – 2016 yaitu 1) Memantapkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan daerah; dan 3) Memantapkan pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Misi ke satu dapat dicapai. Makna dari misi ke satu ini adalah membangun sarana dan prasarana ekonomi, pelayanan kesehatan, pembangunan pendidikan dan bidang pemerintahan. Sedangkan misi ke tiga mengandung makna peningkatan derajat kesehatan dan gizi masyarakat guna optimalisasi produktivitas masyarakat dalam bekerja. Permasalahan Sanitasi dan air minum akan diselesaikan melalui implementasi program/kegiatan terkait misi tersebut sehingga masyarakat dapat terlayani dalam kebutuhan air minum air bersih yang dibutuhkan,
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 1
penduduknya berperilaku sehat serta terbebas dari penyakit dan berbagai gangguan kesehatan berbasis lingkungan. Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota
Visi Kab/Kota Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian, untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan lebih sejahtera
Misi Kab/Kota 1. Memantapkan pembangunan infrastruktur yang mendukung pengembangan daerah; 2. Memantapkan pembangunan ekonomi dengan mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan di bidang pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata; 3. Memantapkan pembangunan di bidang kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat; 4. Memantapkan pembangunan di bidang pendidikan untuk mendorong peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar memiliki kecerdasan dan daya saing yang lebih baik; 5. Memantapkan upaya penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) berdasarkan demokratisasi, transparansi, penegakan hukum, berkeadilan dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat; dan 6. Memantapkan upaya pelestarian sumberdaya alam dan mewujudkan ruang wilayah kabupaten yang mampu memenuhi kebutuhan dan pemerataan pembangunan guna meningkatkan perekonomian.
Visi Sanitasi Kab/Kota Terwujudnya Sanitasi yang Mandiri, Berkeadilan & Berkelanjutan Menuju Masyarakat Grobogan Sehat dan Sejahtera Tahun 2017
Misi Sanitasi Kab/Kota Misi Air Limbah Domestik: a. Memantapkan pengelolaan air limbah domestik yang aman dan berkelanjutan; b. Mengembangkan cakupan pelayanan air limbah domestik; c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik. Misi Persampahan a. Meningkatkan pengembangan dan pengelolaan persampahan yang terpadu, handal serta berorientasi lingkungan; b. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta sebagai mitra pengelolaan persampahan didukung pengembangan kelembagaan. Misi Drainase Meningkatkan pengembangan dan pengelolaan sistem drainase secara menyeluruh dan terpadu dalam penanganan banjir.
Misi Perilaku Hidup Bersih Sehat Memantapkan Perilaku Hidup Bersih Sehat pada masyarakat dan lingkungan;
Sumber : Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Grobogan Tahun 2011 – 2016
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 2
2.1 Tahapan Pengembangan Sanitasi Pengembangan pengelolaan sanitasi Kabupaten Grobogan dilakukan melalui beberapa tahapan. Pentahapan tersebut dimaksudkan untuk mengalokasikan secara tepat dan akurat sumber daya yang terbatas jumlahnya, baik dari segi alokasi anggaran, waktu, maupun tenaga pelaksana. Dalam pengembangan pengelolaan sanitasi, pentahapan dibagi ke dalam tahap jangka pendek (1-2 tahun), menengah (5 tahun), jangka panjang (10-15 tahun), maupun kombinasi antara 2 tahapan. Penentuan tahapan dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama adalah kepadatan penduduk yang mendiami desa/kelurahan, yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai unit analisis terkecil dalam penetapan strategi sanitasi Kabupaten Grobogan. Kelurahan dengan kepadatan penduduk yang besar, terutama CBD membutuhkan penangan yang lebih cepat dibanding kelurahan dengan kepadatan rendah. Pertimbangan berikutnya dalam menentukan pentahapan adalah kondisi fisik lingkungan, terutama relief (kemiringan lereng) dan kondisi tanah. Sebagai contoh : kondisi tanah dengan relief terjal tidak dimungkinkan untuk dilakukan pembangunan saluran off-site maupun sanitasi on-site individual. Pertimbangan terhadap faktor fisik penting untuk dilakukan agar pembangunan sarana sanitasi yang dilakukan pemanfaatannya dapat optimal dalam jangka panjang. Pertimbangan selanjutnya adalah resiko sanitasi yang dimiliki oleh desa/kelurahan tersebut. desa/Kelurahan dengan resiko sanitasi terbesar akan mendapatkan prioritas penanganan terlebih dahulu. Pertimbangan terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah kesesuai dengan rencana RTRW Kota dan RPJMD Kabupaten Grobogan yang telah disusun. Indikator yang digunakan dalam tahapan cakupan pelayanan dalam dokumen strategi sanitasi ini adalah presentase penduduk terlayani. Diharapkan dalam jangka panjang, semua penduduk akan dapat terlayani oleh program dan kegiatan sanitasi yang dirumuskan dalam dokumen ini.
2.1.1 Tahapan Pengelolaan Air Limbah Domestik Berdasarkan hasil analisis terhadap instrumen SSK, tahapan dalam pengeloaan air limbah domestik Kabupaten Grobogan dibagi ke dalam 4 zona seperti yang termuat dalam Gambar 2.1a dan Gambar 2.1b. Zona tersebut antara lain : 1. Zona 1 : pengelolaan limbah domestik sistem setempat individual prioritas jangka pendek, 2. Zona 2 : penanganan limbah domestik sistem setempat komunal prioritas jangka pendek, 3. Zona 3 : pengelolaan limbah domestik sistem off site dengan prioritas jangka menengah, dan 4. Zona 4 : pengelolaan limbah domestik sistem off site dengan prioritas jangka panjang.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 3
Berdasarkan analisis yang dilakukan, zona tahapan pengelolaan limbah domestik Kabupaten Grobogan memiliki jumlah yang lebih besar untuk system onsite dibandingkan dengan sistem off site. Zona dengan penanganan limbah domestik dengan sistem on-site dapat dibagi ke dalam 2 (dua) metode penanganan, yaitu penanganan dengan sistem komunal dan individual. Dua sistem penanganan on-site tersebut ditargetkan untuk dilaksanakan dalam jangka pendek. Hal ini dilakukan untuk mendukung dan melanjutkan program pemerintah untuk membebaskan Kabupaten Grobogan dari buang air besar di sungai (BABS), yang sampai saat ini (laporan per bulan November desa yang telah mendeklarasikan bebas BABS telah mencapai 132 desa). Desa yang termasuk dalam zona penanganan on-site sebagian besar merupakan kecamatan yang memilki kepadatan penduduk kurang dari 25 jiwa/hektar dan bukan merupakan Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam CBD. Ketersedian lahan untuk dibangunnya unit pengolah limbah berupa septik tank masih cukup banyak, sehingga program pengelolaan limbah sistem on site dapat dilakukan. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona pengolahan limbah dengan sistem on site umumnya terletak di bagian Selatan dan Timur Kabupaten Grobogan seperti Kecamatan Kedungjati, Karangrayung, Geyer, Penawangan (sebagian desa bagian selatan), Pulokulon, Gabus, dan Ngaringan merupakan Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona pengolahan limbah sistem on-site individual. Desa/Kelurahan tersebut memiliki resiko kesehatan yang relative sedang dan tinggi sehingga fasilitas sarana/prasarana pengolahan limbah dibutuhkan oleh masing masing rumah tangga beresiko. Desa/Kelurahan dengan sistem pengolahan limbah sistem on-site komunal dapat dikembangkan di Desa/Kelurahan yang terletak di bagian barat, tengah, dan utara Kabupaten Grobogan. Desa/Kelurahan tersebut sudah cukup padat dan rencana kedepannya merupakan wilayah strategis Kabupaten Grobogan, sehingga sistem komunal lebih efektif diterapkan. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona ini antara lain di Kec. Gubug, Tanggungharjo, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Wirosari dan Kradenan. Lebih lengkapnya dapat diamati dalam Gambar 2.1a. Pengolahan limbah dengan sistem off-site dilakukan dengan menambah sambungan baru perpipaan pengolahan limbah menuju IPAL Ngembak, Kabupaten Grobogan. Kapasitas terpakai IPAL Ngembak yang masih rendah memungkinkan pengolahan limbah dengan sistem off-site untuk dilakukan. Umumnya Desa/Kelurahan dengan pengolahan limbah sistem off-site ini merupakan Desa/Kelurahan CBD ataupun Desa/Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk >250 jiwa. Karakteristik tanah yang mendukung juga membuat sistem off-site sesuai untuk diterapkan di Desa/Kelurahan tersebut. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam kawasan CBD terletak di Kecamatan Purwodadi antara lain di Kelurahan Kuripan, Kel. Danyang, Kel. Purwodadi, Kel. Kalongan, merupakan Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam sistem off site jangka menengah. Sedangkan Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam sistem off-site jangka panjang umumnya terletak di batas kota dan memiliki pusat ekonomi seperti sebagian desa Menduran, sebagian Ds. Getasrejo, sebagian Ds. Putat, sebagian Ds. Karanganyar. Ds. Cingkrong, Ds. Ngraji. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 4
Tabel 2.2: Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Grobogan
No
Sistem
(a)
(b)
A
Cakupan layanan eksisting* (%)
Target cakupan layanan* (%) Jangka pendek (c)
Jangka menengah (d)
Jangka panjang
68%
72%
80%
91,42%
0,40%
1%
2,50%
5,36%
(e)
2
Sistem On-site Individual (tangki septik) Komunal (MCK, MCK++)
B
Sistem Off-site
1
Skala Kota
-
1%
2,50%
3,21%
2
Skala Wilayah
-
-
-
-
1
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, penngelolaan limbah dalam jangka pendek difokuskan terhadap sistem on-site dengan target pelayanan mencapai 72% dari jumlah penduduk. Pelayanan sistem on-site diarahkan pada pengembangan fasilitas sanitasi individual, yang tersebar di semua wilayah pedesaan. Pengembangan sistem pengolahan limbah on-site diharapkan dapat mendukung gerakan Kabupaten Grobogan bebas BABS tahun 2015 mendatang. Dalam jangka menengah, pengolahan limbah domestik diarahkan menuju sistem onsite komunal dan off-site skala Kota dengan tetap mengoptimalkan cakupan pelayanan onon-site individual di pedesaan. Target cakupan layanan yang diharapkan dapat menjangkau 85,00% total penduduk. Dalam jangka panjang target tersebut ditambahkan sebesar 14,99 % sehingga total 100,00 % penduduk dapat dilayani. Lebih lengkapnya tentang target cakupan layanan dapat diamati dalam tabel 2.2.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 5
Peta 2.1.a Peta Tahapan Pengelolaan Air Limbah On-Site Kabupaten Grobogan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 6
Peta 2.1.b Peta Tahapan Pengelolaan Air Limbah Off-Site Kabupaten Grobogan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 7
2.2.2 Tahapan Pengelolaan Persampahan Berdasarkan analisis menggunakan instrumen zonasi SSK, Kabupaten Grobogan dapat dikelompokkan ke dalam 3 zona tahapan pengelolaan persampahan. Zona tersebut tersebut yaitu antara lain : Zona I (satu) pelayanan penuh termasuk penyapuan jalan penanganan jangka pendek, Zona 2 (dua) pelayanan tidak langsung > 70% dengan penanganan jangka menengah, dan Zona 3 (tiga) adalah zona cakupan secukupnya. Penentuan zona pentahapan pengelolaan sampah dilakukan berdasarkan kriteria CBD dan kepadatan penduduk. Semakin padat suatu wilayah baik karena permukiman ataupun karena kegiatan komersial (CBD), maka produksi sampah yang dihasilkan akan semakin besar. Wilayah dengan kepadatan tinggi tersebut membutuhkan prioritas yang lebih cepat dibanding dengan wilayah yang memiliki kepadatan sedang. Zona I (satu) adalah zona layanan penuh dan penyapuan jalan dengan penanganan jangka menengah terdapat di daerah yang tergolong ke dalam tempat publik seperti CBD dan juga pasar. Desa/Kelurahan di Kabupaten Grobogan yang masuk dalam zona layanan penuh – penanganan jangka pendek adalah kelurahan yang masuk didalam wilayah administrasi Kota Purwodadi. Kepadatan bersih penduduk yang melebihi 100 jiwa/hektar membuat hampir sebagian besar Desa/Kelurahan di Kota Purwodadi masuk ke dalam zona ini. Zona 2 (dua) adalah zona pelayanan tidak langsung > 70%. Pengelolaan sampah di zona ini dilakukan dengan sistem tidak langsung. Sistem tidak langsung yang diterapkan yaitu pengangkutan harian dari TPS/Kontainer yang sebelumnya telah dilakukan pemilahan sampah kering dan basah.. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona ini antara lain : Desa yang masuk di dalam wilayah IKK Gubug, IKK Godong, IKK Grobogan, IKK Wirosari, IKK Kradenan. Zona terakhir (Zona III) adalah zona cakupan secukupnya dengan pelayanan jangka panjang. Sebagian besar daerah tersebut memiliki kepadatan penduduk bersih yang relative kecil (<25 jiwa/hektar), sehingga penanganannya dapat dilakukan dalam jangka panjang. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona ini antara lain semua wilayah desa yang tidak masuk dalam Zona I dan Zona II. Lebih lengkapnya dapat diperhatikan dalam Gambar 2.2. Tabel 2.3: Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Grobogan
No (a) A 1 B
Sistem (b) Penanganan langsung (Direct) Layanan Penuh
1
Penanganan tidak langsung (indirect) Layanan > 70%
2
Cakupan Secukupnya
Cakupan layanan eksisting* (%) (c)
Cakupan layanan* (%) Jangka Jangka pendek menengah Jangka panjang (d) (e) (f) (c)
(d)
(e)
1,43%
2%
2,75%
3,21%
1,79%
2,75%
4%
5,36%
-
20%
70%
91,43%
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 8
Berdasarkan hasil perhitungan berdasarkan instrumen SSK, dalam jangka pendek pengelolaan persampahan Kabupaten Grobogan difokuskan kepada layanan penuh dengan penyapuan jalan. Target cakupan layanan yang ingin dicapai adalah sebesar 2 % dari jumlah penduduk. Sedangkan dalam jangka menegah, pengelolaan sampah difokuskan untuk meningkatkan sistem layanan penuh dan layanan > 60% dengan sistem tidak langsung. Proporsi target cakupan layanan yang ingin dicapai yaitu sebesar 2,75% untuk layanan penuh, dan sebesar 4,0 % untuk layanan >70 % dengan sistem tidak langsung. Lebih lengkapnya tentang tahapan cakupan layanan dapat diamati dalam tabel 2.3.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 9
Peta 2.2. Peta Tahapan Pengelolaan Persampahan Kabupaten Grobogan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 10
2.2.3 Tahapan Pengelolaan Drainase Hasil perhitungan menggunakan instrumen SSK menghasilkan pembagian tahapan pengelolaan drainase Kabupaten Grobogan ke dalam 4 zona (lihat Gambar 2.3). Zona tersebut antara lain zona penanganan jangka pendek, zona pelayanan jangka menengah, dan zona pelayanan jangka panjang terhadap genangan. Satu zona lainnya yang terdapat di Kabupaten Grobogan adalah zona no action. Kriteria yang digunakan dalam penentuan tahapan pengelolaan drainase hampir sama seperti yang digunakan pada pengelolaan limbah domestik dan persampahan, yaitu kepadatan penduduk dan CBD/tempat publik. Satu kriteria khusus yang digunakan dalam pengelolaan drainase adalah keberadaan genangan air di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Terdapatnya genangan air menujukkan indikasi terhambatnya aliran air menuju saluran drainase, baik karena tumpukan sampah, kapasitas tampung yang sudah tidak mencukupi, ataupun dikarenakan adanya kerusakan dalam saluran drainase eksisting. Pengukuran menunjukkan zona penanganan jangka pendek (Zona 1) dalam pengelolaan drainase Kabupaten Grobogan dilakukan pada daerah yang mempunyai kepadatan penduduk yang relative tinggi melebihi 25 jiwa / ha. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona ini umunya terletak Kota Purwodadi yang merupakan ibu kota Kabupaten Grobogan. Desa/Kelurahan yang termasuk ke dalam zona ini meliputi Kel. Danyang, Kel. Kuripan, Kel. Purwodadi, Kel. Kalongan. Tutupan lahan terbangun yang medominasi Kabupaten Grobogan menyebabkan ketika terjadi hujan, limpasan permukaan tidak mampu lagi ditampung ke dalam saluran drainase sehingga menimbulkan genangan di permukaan, terutama jalan dan kawasan permukiman. Kondisi tersebut diperparah dengan lokasi Kota Purwodadi yang dilalui Sungai Lusi sehingga rawan terjadi banjir karena adanya limpasan maupun back water dari Sungai Lusi. Zona 2 (dua) adalah zona penangan jangka menengah terdapat di bagian barat dan tengah Kabupaten Grobogan, yang tersebar di 76 desa/kelurahan meliputi Desa/Kelurahan di Kecamatan Kedungjati, Tegowanu, Godong, Karangrayung, Grobogan. Desa/Kelurahan tersebut memilik genangan tahunan yang lebih besar dari 30 cm per tahun dengan durasi lebih dari 2 jam. Zona 3 (tiga) merupakan zona penanganan jangka panjang yang meliputi 90 Desa/Kelurahan yang tersebar di semua wilayah administrasi Kab. Grobogan. Desa/Kelurahan tersebut memilki kepadatan penduduk yang kurang dari 25 jiwa/ha, dan potensi genangan yang kecil sehingga penanganannya dapat dilakukan dalam jangka panjang. Zona 4 (empat) adalah zona tanpa penanganan (no-action). Desa/Kelurahan yang masuk dalam zona ini sebanyak 110 desa yang tersebar di semua wilayah administrasi Kab. Grobogan. Hal tersebut dikarenakan Desa/Kelurahan tersebut tidak memilki potensi genangan yang berpotensi mengganggu kesehatan lingkungan dan masyarakat. Kondisi eksisting drainase di Kabupaten Grobogan tahun 2012 mengidentifikasi 30% panjang drainase yang berada dalam kondisi rusak. Data cakupan pelayanan sistem drainase yang terdapat dalam buku putih sanitasi Kabupaten Grobogan tahun 2012, saat ini sistem drainase langsung yang mengalir ke Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 11
sungai melayani 10 % penduduk Kabupaten Grobogan. Sementara itu cakupan pelayanan drainase tidak langsung mencapai 33,4%, selebihnya tidak memiliki SPAL sebesar 56,6%. Besarnya ketergantungan pelayanan drainase terhadap sistem drainase mikro disebabkan karena kerapatan bangunan yang cukup tinggi sehingga memerlukan saluran drainase untuk mengalirkan limpasan permukaan air hujan menuju saluran utama, yaitu sungai. Tabel 2.4: Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Grobogan No
Sistem
Cakupan layanan eksisting* (%) (c)
Cakupan layanan* (%) Jangka pendek (d)
Jangka menengah (e)
Jangka panjang (f)
(a)
(b)
1
Langsung
10,00%
11%
13%
15%
2
Tidak Langsung
33,40%
45%
65%
85%
3
Pengurangan Genangan
-
5%
15%
26,1%
Berdasarkan hasil analisis menggunakan instrumen SSK, penanganan drainase lingkungan Kabupaten Grobogan difokuskan ke dalam penanganan jangka pendek. Target cakupan pelayanan yang akan dilaksanakan mencakup 56,0% dari jumlah penduduk Kabupaten Grobogan. Dalam jangka menengah, target cakupan layanan ditingkatkan sebesar 22,00 % sehingga dapat melayani 68,00 % dari total penduduk. Sementara itu dalam jangka panjang, target cakupan pelayanan yang ingin dicapai adalah sebesar 100 % dari total jumlah penduduk Kabupaten Grobogan.
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 12
Peta 2.3. Peta Tahapan Pengelolaan Drainase Kabupaten Grobogan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 13
2.3
Perkiraan Pendanaan Pengembangan Sanitasi Pendanaan sanitasi yang meliputi tiga sub sektor yaitu pengelolaan limbah, sampah dan drainase di Kabupaten Grobogan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Rata-rata pertumbuhan belanja sanitasi ini sebesar 43% setiap tahunnya untuk masing-masing sub sektor sanitasi. Tetapi jika melihat secara keseluruhan dana alokasi khusus untuk sanitasi, lingkungan hidup dan perumahan permukiman, setiap tahunnya mengalami kenaikan 49%. Jika dilihat dari DAK sanitasi maka belanja sanitasi lebih tinggi dari DAK sanitasi. Berikut ini disajikan tabel 2.5 perhitungan pendanaan APBD Kabupaten Grobogan. Tabel 2.5: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kabupaten Grobogan untuk Sanitasi Ratarata Pertumb uhan
Belanja Sanitasi (Rp.) No
1
Uraian Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
1.1
Air Limbah Domestik
1.2
Sampah rumah tangga
1.3
Drainase lingkungan
1.4
PHBS 2
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )
2.1
DAK Sanitasi
2.2
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan 2.3 Permukiman Pinjaman/Hibah untuk 3 Sanitasi Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung
2009
2010
2011
2012
43,06
7.506.970.900
6.125.700.000
4.807.942.000
15.008.256.000
1.568.055.000
1.577.200.000
2.202.910.000
2.866.731.000
4.847.515.900
2.321.000.000
1.727.466.000
9.638.075.000
369.400.000
1.129.500.000
284.566.000
1.292.450.000
722.000.000
1.098.000.000
593.000.000
1.211.000.000
1.770.000.000
805.800.000
2.423.199.908
2.427.500.000
49
1.019.000.000
-
1.373.400.000
1.332.310.000
(3)
751.000.000
805.800.000
1.049.799.908
1.095.190.000
14
5.736.970.900 258.149.064.414
5.319.900.000 259.722.699.159
2.384.742.092 426.167.940.290
12.580.756.000 490.734.045.000
122
17,60 95,06 121,29 27,58
27 2,22
2,05
0,56
2,56
Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung ataupun penetapan nilai absolut)
Sumber : APBD Kabupaten Grobogan tahun 2009 - 2012
Proyeksi besaran belanja langsung Kabupaten Grobogan diproyeksikan meningkat dari tahun ke tahun dengan peningkatan sebesar 10% untuk setiap tahunnya. Selama 5 tahun kedepan dari tahun 2013 hingga tahun 2017 total pendanaan untuk belanja langsung Kabupaten Grobogan mencapai Rp. 2.865.911.060.645,-. Sedangkan total untuk proyeksi APBD murni untuk pendanaan sanitasi sebesar RP. 148.280.331.676,. Berikut disajikan tabel 2.6 perkiraan besaran pendanaan APBD Kabupaten Grobogan ke depan. Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 14
1,85
Tabel 2.6: Perkiraan Besaran Pendanaan Sanitasi Ke Depan Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.) No
Uraian
2013
2014
2015
2016
2017
Total Pendanaan
1
Perkiraan Belanja Langsung
539.807.449.500
556.001.672.985
572.681.723.175
589.862.174.870
607.558.040.116
2.865.911.060.645
2
Perkiraan APBD Murni untuk Sanitasi
27.929.278.320
28.767.156.670
29.630.171.370
30.519.076.511
31.434.648.806
148.280.331.676
3
Perkiraan Komitmen Pendanaan Sanitasi
10.000.000.000
12.000.000.000
14.400.000.000
17.280.000.000
20.736.000.000
74.416.000.000
Perkiraan besarnya pendanaan APBD Kabupaten Grobogan untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi di Kabupaten Grobogan diperkirakan meningkat. Pada tahun 2013, biaya operasional mencapai Rp. 2.294.500.000,- dan untuk tahun 2017 meningkat menjadi Rp. 3.487.372.450,-. Peningkatan biaya operasional untuk pengelolaan air limbah diharapkan meningkatkan jangkauan cakupan pelayanan air limbah dan juga meningkatkan jumlah IPAL Komunal. Dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah dalam pengelolaan limbah tetapi juga peran aktif masyarakat dalam pengelolaan limbah komunal sangat diperlukan. Demikian halnya dengan pengelolaan operasioanal sampah dan juga drainase. Untuk operasional pengelolaan sampah pada tahun 2013 diproyeksikan mencapai Rp. 1.831.500.000,- dan untuk 2017 mencapai Rp. 2.681.499.150,-. Sedangkan untuk operasional pengelolaan drainase pada tahun 2013 mencapai Rp. 253.000.000,- dan pada tahun 2017 meningkat menjadi Rp. 370.417.300,-. Berikut disajikan tabel 2.8 terkait dengan perkiraan besaran pendanaan APBD Kabupaten Grobogan untuk kebutuhan operasional/pemeliharaan aset sanitasi terbangun. Tabel 2.7: Perhitungan Pertumbuhan Pendanaan APBD Kab/Kota untuk Operasional/Pemeliharaan dan Investasi Sanitasi Pertumbu han ratarata
Belanja Sanitasi (Rp.) No
Uraian 2009
1
Belanja Sanitasi
1.1
Air Limbah Domestik
1.1.1
Biaya operasional / pemeliharaan (justified)
1.2
Sampah rumah tangga
1.2.1
Biaya operasional/pemeliharaan (justified)
1.3
Drainase lingkungan
1.3.1
Biaya operasional/pemeliharaan (justified)
2010
2011
125.000.000
150.000.000
155.000.000
1.562.659.500
1.570.000.000
1.575.000.000
240.000.000
250.000.000
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
150.000.000
2012
175.000.000
1.665.000.000
230.000.000
2- 15
12%
2%
6%
Tabel 2.8: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten Grobogan untuk Kebutuhan Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2017 Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.) No
Uraian
1
2013
2014
2015
2016
2017
Total Pendanaan
210.000.000
252.000.000
302.400.000
362.880.000
435.456.000
1.562.736.000
1.831.500.000
2.014.650.000
2.216.115.000
2.437.726.500
2.681.499.150
11.181.490.650
253.000.000
278.300.000
306.130.000
336.743.000
370.417.300
1.544.590.300
Belanja Sanitasi
1.1
Air Limbah Domestik
1.1.1
Biaya operasional / pemeliharaan (justified)
1.2
Sampah rumah tangga
1.2.1
Biaya operasional/pemeliharaan (justified)
1.3
Drainase lingkungan
1.3.1
Biaya operasional/pemeliharaan (justified)
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan
2- 16