BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan suatu ekosistem kompleks terdiri atas flora dan fauna daerah pantai, yang terletak di antara batas air pasang dan air surut (Anwar dan Subiandono, 1997). Ekosistem ini berperan dalam melindungi pantai dari erosi, gelombang laut dan angin topan. Hutan mangrove berperan juga sebagai buffer (perisai alam) untuk menstabilkan tanah dan memerangkap bahan endapan dari darat yang terbawa arus sungai. Hutan mangrove tumbuh subur di aliran sungai yang besar dengan muara yang lebar. Pantai yang tidak ada sungainya, daerah mangrovenya sempit. Hutan mangrove mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam dan karenanya dapat berkembang di daratan yang bersalinitas tinggi di mana tanaman lainnya tidak dapat tumbuh (Sugiarto et al., 1996). Mann (1982) dalam Supriharyono (2000) menyatakan bahwa ekosistem mangrove mempunyai potensi yang sangat besar untuk menunjang produksi perikanan. Rata-rata produktivitas primer hutan mangrove dapat mencapai lebih dari 500 grC/m2/th. Nilai produktivitas primer ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan produktivitas primer di laut dangkal (sekitar 100 grC/ m2/th) atau di perairan dalam (sekitar 50 grC/m2/th) (Ryther, 1959 dalam Supriharyono, 2000). Karena produktivitas primernya yang sangat tinggi, maka daerah mangrove merupakan habitat yang baik bagi ikan-ikan, baik untuk pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery ground), maupun sebagai tempat mencari makan atau pembesaran (feeding ground) (Supriharyono, 2000). Kecenderungan manusia yang semakin meningkat untuk merubah ekosistem mangrove menjadi daerah pemukiman, industri atau pusat rekreasi, menyebabkan timbulnya konflik antar keperluan secara ekonomis dan secara ekologis (Bengen, 2002). Sebetulnya hutan mangrove, haruslah dikelola secara baik agar sumberdaya alam ini dapat memberi manfaat ganda yang optimal dan lestari terutama bagi kehidupan masyarakat. Kerusakan ekosistem daerah pesisir dan laut pada umumnya terjadi karena makin intensifnya pemanfaatan kekayaan alam yang diserta dengan perubahan tata guna ruang sehingga melampaui daya dukung lingkungannya. Intensifikasi pemanfaatan daerah pesisir dan laut Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 1
ditandai dengan mulai munculnya konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam pembangunan, menurunnya kualitas (degradasi) sumberdaya wilayah pesisir dan laut, serta rusaknya fungsi ekosistem pantai. Salah satu kendala utama dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut secara terpadu adalah kurang atau tidak tersedianya data serta informasi yang diperlukan, baik data tentang biofisik (lingkungan fisik) maupun sosial ekonomi dan budaya. Dalam konteks inilah kegiatan ini diadakan guna menginventarisasi dan menyusun data base mengenai kondisi mangrove di Kabupaten Alor, sehingga dapat dipakai dalam aras perencanaan pembangunanan dan pengambilan keputusan serta mendukung program Perluasan Kawasan Konservasi Daerah di Kabupaten Alor, dan pembentukan Kawasan Konservasi Laut di Solor – Alor (SOLAR). Dan secara umum data yang dihasilkan mendukung program Gerakan Masuk Laut (GEMALA) yang telah diluncurkan oleh Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir.
I.2. Permasalahan Salah satu permasalahan mendasar dalam perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di Kabupaten Alor pada khususnya, dan Propinsi Nusa Tenggara Timur pada umumnya adalah terjadinya degradasi lingkungan pesisir dan laut karena penebangan hutan mangrove secara tidak terkendali.
I.3. Tujuan Tujuan dari studi ini adalah untuk melakukan inventarisasi, analisis, dan penyajian informasi potensi dalam pemanfaatan sumberdaya mangrove di wilayah pesisir dan laut dalam memperkuat perencanaan pembangunan di daerah Nusa Tenggara Timur khususnya Kabupaten Alor.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem Mangrove Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau
muara
sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Seringkali disebut pula sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Untuk menghindari kekeliruan perlu dipertegas bahwa istilah bakau hendaklah digunakan hanya untuk jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas ini (Bengen, 2000). Hutan mangrove adalah vegetasi hutan yang hanya dapat tumbuh dan berkembang baik di daerah tropis, seperti Indonesia. Hutan mangrove tidak seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan orang, memiliki fungsi ekologis dan ekonomi yang sangat bermanfaat bagi umat manusia. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai daerah pemijahan dan daerah pembesaran berbagai jenis ikan, udanag, kerang-kerangan dan spesies laninya. Selain itu serasah mangrove (berupa daun, ranting, dan biomassa lainnya) yang jatuh di perairan menjdi sumber kpakan biota perairan dan unsur hara yang sangat menentukkan produktifitas perikanan perairan laut kedepan. Lebih jauh, hutan mangrove juga merupakan habitat (rumah) bagi berbagai jenis burung, reptilia, mamalia, dan jenis-jenis kehidupan lainnya, sehingga hutan mangrove menyediakan keanekaragaman hayati (biodiversity) dan plasma nutfah (genetik pool) yang tinggi serta berfungsi sebagai sistem penunjang kehidupan. Dengan sistem perakaran yang rapat serta kokoh, hutan mangrove juga berfungsi sebagai pelindung daratan dari gempuran gelombang, tsunami, angin topan, perembesan air laut, dan gaya-gaya kelautan yang ganas lainnya. Hutan bakau hanya ditemukan pada daerah tropik dan sub-tropik serta berkembang baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologis sebagai berikut: 1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang. 2. Lahannya tergenang air laut secara berkala setiap hari ataupun hanya tergenang pada saat pasang purnama, dimana frekwensi genangan ini akan membentuk komposisi vegetasi hutan mangrove itu sendiri.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 3
3. Menerima pasokan ait tawar yang cukup dari daratan (sungai atau mata air). Air tawar ini berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur. 4. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt.
2.2. Peranan Mangrove Dilihat dari segi ekosistem perairan, mangrove mempunyai arti yang sangat penting. Berbagai jenis hewan laut hidup di kawasan ini atau sangat bergantung pada ekosistem hutan mangrove. Perairan mangrove dikenal berfungsi sebagai tempat asuhan (nursery ground) bagi berbagai jenis hewan akuatik yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Sumbangan terpenting hutan mangrove terhadap ekosistem perairan pantai adalah lewat luruhan daunnya yang gugur berjatuhan ke dalam air. Luruhan daun mangrove ini merupakan sumber bahan organik yang penting dalam rantai makanan (food chain) di dalam lingkungan perairan yang bisa mencapai 7-8 ton/ha/tahun. Kesuburan perairan sekitar kawasan mangrove kuncinya terletak pada bahan organik yang berasal dari guguran daun ini. Fungsi lain dari hutan mangrove ialah melindungi garis pantai dari erosi. Akar-akarnya yang kokoh dapat meredam pengaruh gelombang. Selain itu akar-akar mangrove dapat pula menahan lumpur hingga lahan mangrove bisa semakin luas tumbuh ke luar. Mengingat berbagai fungsi penting hutan mangrove maka penebangan atau pengalihan fungsinya menjadi tambak, lahan pertanian atau pemukiman harus dilakukan dengan hati-hati dengan terlebih dahulu mempertimbangkan semasak-masaknya segala untung ruginya. Jangan hendaknya kita hanya terpukau pada keuntungan dalam jangka pendek tetapi akan merugi dalam jangka panjang (Nontji, 1997). Hutan mangrove menghasilkan bahan organik yang tinggi, tetapi kurang lebih 10 % dari produksinya yang langsung dimakan oleh herbivor. Sebagian produksi tersebut dimanfaatkan sebagai detritus atau bahan organik mati, seperti daun-daun mangrove yang gugur sepanjang tahun dan dengan aktivitas makan oleh mikroba, dekomposer serta hewan-hewan pemakan detritus diproses menjadi partilkel halus (Odum dan Heald, 1975; dalam Samson, 1999). Lingkungan mangrove menyediakan habitat yang baik bagi berbagai fauna yaitu adanya naungan, subtrat dasar yang lembab, pohon sebagai tempat menempel dan yang terpenting yaitu
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 4
kelimpahan detritus organic sebagai makanan (Berry,1972; Sasekumar dan Plaziat, 1974; Frit et al, 1976 dalam Samson).
2.3. Karakteristik Ekosistem Mangrove Hutan bakau hanya ditemukan pada daerah tropik dan sub-tropik di daerah intertidal yang masih dipengaruhi oleh pasang dan surut serta berkembang baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologis sebagai berikut: 1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang. 2. Tergenang air laut secara berkala setiap hari ataupun hanya tergenang pada saat pasang purnama, dimana frekuensi genangan ini akan membentuk komposisi vegetasi hutan mangrove itu sendiri. 3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari daratan (sungai dan mata air). Air tawar ini berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur. 4. Airnya payau dengan salinitas 2 – 22 ‰ atau asin dengan salinitas mencapai 38 ‰.
Tumbuhan pada ekosistem ini biasanya membentuk zonasi dari laut ke darat berturut-turut Rhizophora, Avicenia, Soneratia, Xylocarpus, Lumnitzera, Bruguiera dan Nypah fruticans., meskipun pada kenyataannya komposisi jenis tumbuhan penyusun ditentukan oleh beberapa faktor lingkungan seperti jenis tanah, genangan pasang surut dan salinitas (Bengen, 1997) karena setiap jenis pohon mempunyai kisaran ekologi khusus.
2.4. Komponen Penyusun Ekosistem Mangrove Sebagai bagian dari ekosistem pesisir yang produktivitas primernya lebih tinggi dibanding ekosistem lain maka ekosistem mangrove memberikan ruang yang baik bagi kehidupan berbagai macam fauna, baik akuatik maupun teresterial. Kelompok fauna teresterial terdiri dari insekta, ular, primata dan burung. Kelompok ini biasanya melewatkan sebagian besar hidupnya diluar jangkauan air laut dengan menempati bagian atas dari pohon-pohon mangrove karena mereka tidak memiliki kemampuan adaptasi khusus.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 5
Kelompok fauna akuatik terbagi lagi atas dua yakni 1) fauna yang hidup pada kolom air terutama berbagai jenis ikan dan udang dan 2) fauna yang hidup pada substrat yang keras (akar dan batang mangrove) maupun lunak seperti kepiting, kerang-kerangan (gastropoda dan bivalva) serta beberapa jenis avertebrata.
3.5.
Fungsi Ekologis Ekosistem Mangrove Secara ekologis ekosistem mangrove memiliki multi fungsi yakni :
1) Fungsi biologis : sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground) maupun daerah untuk mencari makan (feeding ground). 2) Fungsi fisik : selain menjaga kestabilan garis pantai juga sebagai perangkap terhadap bahanbahan organik yang berasal dari laut maupun darat. 3) Fungsi kimia : serasah mangrove berupa dahan, buah dan bunga mengandung nutrien (fosfat dan nitrat) juga Magnesium, Natrium, Kalsium dan Sulfur 4) Fungsi ekonomis : cukup banyak bagi kepentingan manusia diantaranya sebagai bahan bakar dan bangunan, makanan, obat-obatan serta tekstil. Daun bakau jenis Rhizophora spp pada awal pembusukannya mengandung kadar protein 3,1 % dan setelah satu tahun meningkat menjadi 21 %, sedangkan kadar N daun mangrove yang kering sekitar 0,55 % dan diperkirakan mencapai 47 kg dalam waktu satu tahun. Dengan demikian untuk satu hektar lahan hutan mangrove, serasahnya mencapai 7,1–8,8 ton per tahun (Sumarna, 1985). Bagi ekosistem lain seperti padang lamun (seagrass), rumput laut (seaweeds) dan terumbu karang (coral reef) kehadiran ekositem mangrove di wilayah pesisir sangat besar perannya, sebagai contoh limbah padat maupun cair serta sedimen yang berasal dari muara sungai dan terbawa melalui aliran sungai terlebih dahulu disaring di kawasan mangrove oleh akar-akarnya yang berfungsi sebagai perangkap sebelum masuk ke laut dimana terdapat ekositem-ekosistem tadi. Sistem perakaan Rhizophora spp., Bruguiera spp., Avicenia spp. serta substrat yang berlumpur sangat baik untuk tempat berlindung anak-anak udang, kepiting maupun ikan disamping terhindar dari pengaruh derasnya arus air maupun serangan hewan-hewan pemangsa.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 6
Snedaker (1978) menyatakan sekitar 90 % ikan-ikan daerah tropik menghabiskan masa hidupnya paling tidak satu fase dalam daur hidupnya di daerah pesisir berhutan mangrove. Beberapa jenis di antaranya, termasuk udang pada fase larva atau post larva biasanya memanfaatkan ekosistem ini sebagai daerah asuhan (nursery ground) ataupun untuk mencari makan. Ikan-ikan yang biasanya dijumpai di ekosistem mangrove antara lain dari famili Mugilidae (ikan belanak), Siganidae, Chanidae (Bandeng), Leiognathidae (Paperek) Lutjanidae, Clupeidae, Carangidae dll. 3.6.
Dampak Kegiatan Manusia Terhadap Ekosistem Mangrove Bertambahnya jumlah penduduk, adanya tekanan ekonomi serta pemanfaatan ruang di
wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan seperti kegiatan industri, pertambangan, perluasan kawasan untuk budidaya ikan, udang dan tambak garam dengan menebang pohon mangrove maupun proyek reklamasi pantai semuanya berdampak pada berubahnya struktur komunitas mangrove maupun komposisi jenis biota yang terdapat di ekosistem tersebut. Pembuangan limbah cair atau padat yang berasal dari rumah tangga, restoran dan hotel, merupakan contoh kasus lain yang juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup biota di ekosistem mangrove. Beberapa hasil penelitian di Teluk Kupang dan sekitarnya menunjukan bahwa tingkat kerusakan hutan mangrove dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Hasil survey Coral Reef Information and Training Centre (CRITC) tahun 2002 di perairan Tujuh Belas Riung dan Teluk Maumere menunjukkan bahwa, kerusakan hutan mangrove dominan disebabkan karena adanya penebangan hutan untuk kayu bakar dan bahan bangunan. Konsekuensi hilangnya ekosistem mangrove karena kegiatan-kegiatan tersebut adalah hilang bahkan punahnya biota. Di bidang Perikanan, hilangnya ekosistem ini akan mengancam regenerasi stok ikan maupun udang karena hilangnya ruang untuk memijah, mencari makan maupun berlindung. De Sylva dan Michel (1975) dalam Kawaroe (2000) menyatakan bahwa hutan mangrove yang ditebang memperlihatkan sistem tropik yang jauh lebih sederhana dan tidak stabil. Mudiana (1998) menemukan adanya hubungan antara tingkat kerapatan mangrove dengan jumlah anak ikan yang tertangkap. Pada ekosistem mangrove yang padat, jumlah anak ikan yang tertangkap lebih besar dibanding ekosistem dengan vegetasi mangrove yang jarang atau tanpa vegetasi mangrove. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Martosubroto dan Naamin (1976) dalam Mustari (1990) bahwa, semakin luas kawasan hutan mangrove, semakin tinggi pula produksi udangnya. Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 7
3.7.
Peranan Ekosistem Mangrove Bagi Pembangunan Perikanan Di NTT
Pemanfaatan ekosistem mangrove untuk kegiatan budidaya ikan maupun udang sudah banyak dilakukan karena selain benihnya mudah diperoleh juga dekat dengan sumber air. Ironisnya kegiatan ini seringkali merusak karena banyaknya pohon mangrove yang ditebang untuk membangun tambak. Keadaan ini dapat diminimalisir dengan cara menanam mangrove dari jenis yang sama di sekitar tambak, karena selain mengokohkan konstruksi tambak, fungsi mangrove sebagai penyangga atau buffer maupun daerah pembesaran ikan-ikan yang berada diluar tambak tidak hilang Beberapa jenis ikan yang ditemukan di ekosistem mangrove pantai Oesapa Kecil dan Oebelo Kecil memperlihatkan komposisi jenis maupun jumlah individu yang relatif sedikit dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya di Kalimantan dan Papua (Anakotta, 2002). Fenomena ini merupakan sebuah konsekuensi logis dari tingkat kerapatan mangrove yang lebih rendah. Jenis-jenis ikan yang dominan tertangkap di sekitar ekosistem mangrove Pantai Oesapa dan Oebelo adalah Leiognathus bindus, L. fasciatus, Leiognathus rapsoni (paperek), Moolgarda delicates (kelompok belanak), Polydactylus sexfarius (hidung muda), Plotosus lineatus (ikan sembilang), Sardinella melanura (sardin) dan Ambassis urotaemia. Secara ekonomis, semakin baik kondisi ekosistem mangrove maka semakin tinggi pula nilai komersial ekosistem tersebut karena semakin banyak ikan maupun krustase yang tersedia. Dengan demikian upaya konservasi di beberapa tempat yang tingkat kerusakannya berat perlu ditangani dengan segera.
3.8.
Rencana Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berubahnya pola pemanfaatan sumberdaya dari darat ke laut yang tidak dibarengi dengan
rencana pengelolaan yang baik menyebabkan terjadi pengurasan terhadap sumberdaya secara besar-besaran. Dengan demikian rencana pengelolaan sumberdaya tidak sebatas mengatur bentuk-bentuk kegiatan, batas wilayah yang boleh dimanfaatkan maupun batas optimum sumberdaya yang bisa dieksploitasi tetapi juga sanksi yang mengikat jika terjadi pelanggaran. Sosialisasi rencana pengelolaan kepada masyarakat sebagai pengguna utama sangat menentukan berhasil tidaknya uapaya tersebut. Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 8
Konsep pemanfaatan sumberdaya secara berimbang harusnya diarahkan pada kesinambungan dan kelestarian ekosistem. Konsep ini memiliki makna bahwa jumlah sumberdaya yang digarap atau di ambil hendaknya sama dengan yang masuk. Dengan demikian apapun bentuk pemanfaatan ekosistem mangrove sedapat mungkin dampak ekologisnya dapat diminimalisir baik terhadap mangrovenya sendiri maupun biota yang berasosiasi di dalamnya. Dengan demikian ketersediaan stok dalam jangka waktu yang panjang dapat tercapai. Kegiatan-kegiatan yang bersifat merusak ekosistem mangrove seperti penebangan liar, pengalihan sumber-sumber air tawar untuk pembangunan irigasi dll perlu diminimalisir.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah metode survey yaitu pengamatan langsung terhadap vegetasi mangrove dan terhadap aktifitas masyarakat dalam pemanfaatan mangrove. Tujuan sampling aspek vegetasi pada ekosistem alami ataupun pada ekosistem yang sudah terganggu, pada umumnya adalah untuk melakukan identifiaksi jenis potensial atau untuk mengetahui besarnya tingkat kerusakan vegetasi dan perubahan komunitas yang terjadi di sekiitar lokasi pengamatan.
Penentuan Stasiun Pengamatan Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan plot yang diletakan pada transek-transek (garis dari arah laut ke arah darat yang tegak lurus dengan garis pantai) sepanjang zonasi mangrove dengan jarak antar garis transek 50 m. Di sepanjang garis transek dibuat petak (plot) yang berbentuk empat persegi panjang berukuran 10 m x 10 m dengan jarak antar plot 25 m.
Cara Pengukuran Lingkar Batang Adapun prosedur dalam pengukuran lingkar batang adalah sebagai berikut : a. Pengukuran lingkar batang pohon mangrove dilakukan pada setiap plot dengan menggunakan meteran. b. Lingkar batang setiap pohon mangrove diukur pada ketinggian sedada (sekitar 1,3 meter). Pengukuran lingkar batang pohon mangrove dikelompokkan berdasarkan kriteria pengelompokan pada tingkat pohon D > 4 cm, anakan (sampling) D < 4 cm, dan pada tingkat semai (seedling) T < 1 m. c. Kemudian dicatat berapa sentimeter masing-masing lingkar batang setiap jenis pohon mangrove yang ada dalam plot tersebut.
Teknik Pengambilan Data Untuk pengumpulan data vegetasi digunakan teknik kombinasi metode jalur dan garis berpetak (line intercept transect), kombinasi teknik model ini diharapkan mampu mendapatkan sampel Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 10
yang bisa mewakili area pengamatan terutama area yang belum diketahui luasannya secara pasti.teknik ini juga m 10x10 m
10x10 m
5x5 m
5x5 m
1x1 m
1x1 m
10x10 m
5x5 m
Arah Rintis
1x1 m
Analisa Data Data yang diperoleh diolah berdasarkan perhitungan-perhitungan dengan menggunakan rumus matematik (Bengen, 2002). a. Kerapatan jenis (Di) adalah jumlah tegakan jenis i dalam satu unit area :
Di = ni / A dimana : Di
= Kerapatan Jenis i
ni
= Jumlah total tegakan dari jenis i
A
=
Luas total areal pengambilan sampel (luas total petak contoh/plot)
b. Kerapatan relatif jenis (RDi) adalah perbandingan antara jumlah tegakan jenis i (ni)
dan
jumlah tegakan total seluruh jenis (∑n) :
RDi = ( ni / n) x 100 Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 11
dimana : RDi = Kerapatan relatif suatu Jenis i (%) ni
= jumlah total tegakan dari jenis i
∑n
= Jumlah total tegakan seluruh jenis
c. Frekuensi jenis (Fi) adalah peluang ditemukannya jenis dalam petak/contoh yang diamati: Fi = Pi / ∑p
dimana : Fi =
Frekuensi Jenis i
Pi =
Jumlah petak contoh/plot dimana ditemukan jenis i
∑p =
Jumlah total petak contoh/plot yang diamati
d. Frekuensi relatif
jenis (RFi) adalah perbandingan antara frekuensi jenis i (Fi) dan jumlah
frekuensi untuk seluruh jenis (F):
RFi = (Fi/∑p) x 100 dimana : RFi
= Frekuensi relatif Jenis i (%)
Fi
= Frekuensi jenis i
∑p
= Jumlah total frekuensi untuk seluruh jenis
e. Penutupan jenis (Ci) adalah luas penutupan jenis i dalam suatu unit area : Ci = ∑BA/A
dimana : Ci =
Luas penutupan Jenis i Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 12
π DBH2/4 (dalam cm), π (3,14) adalah suatu konstanta dan DBH adalah
BA =
diameter pohon dari jenis i, DBH = CBH/π (dalam cm) CBH adalah lingkaran pohon setinggi dada A =
Luas total areal pengambilan contoh/plot
g. Penutupan relatif jenis (RCi) adalah perbandingan antara luas area penutupan jenis I (Ci) dan luas total area penutupan untuk seluruh jenis (C): RCi = (Ci/∑C) x 100
dimana : RCi
=
Penutupan relatif Jenis (%)
Ci
=
Luas areal penutupan Jenis i
∑C
= Luas total areal penutupan untuk seluruh jenis
7. Nilai Penting jenis (INP) : INP = RDi + RFi + RCi
dimana : INP
= Indeks Nilai Penting (%)
RDi
= Kerapatan relatif jenis (%)
RFi
= Frekuensi relatif jenis (%)
RCi
= Penutupan relatif jenis (%)
Nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 – 300 %. Nilai penting jenis ini memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis tumbuhan mangrove dalam komunitas mangrove.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi Jenis Mangrove Kegiatan penelitian ekologi mangrove di Kabupaten Alor dilaksanakan di duapuluh lokasi yaitu: pertama: Desa Kabola Kecamatan Kabola (dibagi menjadi dua stasiun pengamatan); kedua: Desa Pante Deere Kecamatan Kabola (dibagi menjadi dua stasiun pengamatan); ketiga: Kelurahan Moru Kecamatan Alor Barat Daya; keempat: Desa Alila Induk Kecamatan Alor Barat Laut; kelima: Kelurahan Kokar Kecamatan Alor Barat Laut; keenam; Desa Alaang Kecamatan Alor Barat Laut (dibagi menjadi dua stasiun pengamatan); ketujuh; Desa Baolang Kecamatan Alor Barat Laut; kedelapan: Desa Maukuru Kecamatan Alor Timur Laut; kesembilan: Desa Alemba Kecamatan Lembur; kesepuluh: Desa Welai Barat Kecamatan Teluk Mutiara; kesebelas: Kelurahan Mutiara Kecamatan Teluk Mutiara; keduabelas: Desa Baranusa Kecamatan Pantar Barat; ketigabelas: Desa Illu Kecamatan Pantar Barat; keempatbelas: Desa Baraler Kecamatan Pantar Barat; kelimabelas: Desa Brangmerang Kecamatan Pantar Barat; keenambelas: Desa Bana Kecamatan Pantar; ketujuhbelas: Desa Piringsina-Pulau Kura Kecamatan Pantar; kedelapanbelas: Desa Bagang Kecamatan Pantar Tengah; kesembilanbelas: Desa Lewar Kecamatan Pantar Tengah; keduapuluh: Desa Pandaeng Kecamatan Pantar Timur. Dari keduapuluh lokasi yang dilakukan sampling vegetasi ditemukan 16 jenis mangrove dari 11 family. Data selengkapnya terbaca pada Tabel 1 (termasuk musim pembungaan dan pembuahan pohon mangrove).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 14
Tabel 1. Komposisi Jenis dan Musim Pembungaan/Pembuahan Lokasi
Jenis yg ditemukan
(4) Berbunga/Berbuah Berbuah Berbunga Berbuah
Musim Perkiraan Bulan Keterangan (5) (6) April Menyukai daerah terlindung Pebruari-Maret Puncak berbunga Pebruari Puncak berbunga,mulai berbuah Januari-Pebuari Puncak berbuah Pebruari Matang bunga (Maret berbuah)
(1) Kelurahan Kabola (Stasiun Pertama)
(2) Acrostichum speciosum Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba
Kelurahan Kabola (Stasiun Kedua)
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza Phemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba
Berbuah Bebunga Berbunga/Berbuah Berbuah Berbunga/Berbuah Berbuah Berbunga
Pebruari Pebaruari-Maret Pebruari-Maret Pebruari Pebruari Januari-Pebuari Januari-Pebuari
Puncak berbuah Sedikit bunga (Puncak Maret) Puncak berbunga Puncak berbuah Puncak berbunga,mulai berbuah Sedikit berbuah Matang bunga (Maret berbuah)
Desa Pante Deere (Stasiun Pertama)
Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba
Berbunga Berbunga Berbuah Berbunga/Berbuah Berbunga
Pebruari Pebruari Januari Januri-Pebruari Pebruari
Puncak (Matang) Bunga Puncak (Matang) Bunga Hampir selesai musim Sedikit buah (koleksi bebas) Puncak (Matang) Bunga
- Organisme: Gastopoda, kepiting kecil, ikan blodok, kerang darah - Subtrat: Pasir (sedikit pecahan karang) - Penambangan pasir dan batu laut - Aktivitas budidaya rumput laut - Penebangan Sentigi (Phemphis acidula) - Gagal reboisasi (Rhizophora)
Desa Pante Deere (Stasiun Kedua)
Acrostichum speciosum Aegiceras corniculatum Bruguiera gymnorrhiza Phemphis acidula Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Berbuah Berbunga Tdk ditemukan Berbunga
April Pebruari Pebruari Januari Pebruari
Menyukai daerah terlindung Puncak berbuah (koleksi bebas) Puncak berbunga Penebangan di semua titik stasiun Puncak berbunga
- Organisme: Gastopoda, kepiting kecil, - Subtrat: Pasir (sedikit pecahan karang dan lumpur) - Penebangan Sentigi (Phemphis acidula) secara besar-besaran. Potongan batang Sentigi ditanam kembali untuk dikembangkan tapi mengalami kematian
Periodik
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Organisme Penyusun, Tipe Substrat, dan Aktivitas lainnya (7) - Organisme: Gastopoda, ikan kecil, kerang putih - Subtrat: Pasir (sedikit pecahan karang) - Penebangan mangrove (landasan pacu bandara Mali) - Organisme: Gastopoda, kepiting merah (dominan), ikan blodok, kerang darah - Subtrat: Berlumpur berpasir (sedikit pecahan karang) - Penebangan mangrove (landasan pacu bandara Mali) - Penambangan batu karang
Nomor | 15
Tabel 1. Lanjutan (1) Kelurahan Moru
(2) Aegiceras corniculatum Avicennia alba Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Heritiera globosa Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba
Desa Alila Induk Acanthus ilicifolius Bruguiera gymnorrhiza Nypa fruticans Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Kelurahan Kokar
Desa Alaang (Stasiun Pertama)
Aegiceras corniculatum Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Sonneratia alba
Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Rhizophora apiculata Sonneratia alba
(4)
Berbuah Berbuah Berbuah berbunga Berbunga Berbuah Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga
(5) Pebruari Januari-Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Januari-Pebruari Januari-Pebruari Pebruari
(6)
Puncak berbuah Buah sedikit Buah sedikit Sedikit ditemukan Diserang hama Dikembangkan di daerah darat Buah sedkit Banyak bunga dari buah Puncak berbunga (sangat banyak)
Berbuah Berbuah Berbuah
Agustus Pebruari Pebruari Pebruari
Puncak buah Puncak berbuah Puncak berbuah Puncak berbuah
Berbuah Berbunga Berbunga Berbunga
Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari
Puncak berbuah (sangat banyak) Puncak berbunga (awal pembuahan) Sedikit berbunga Puncak berbunga (awal pembuahan – koleksi bebas)
Berbuah Berbunga Berbunga Berbunga
Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari
Puncak berbuah (sangat banyak) Sedikit berbunga Puncak berbunga (awal pembuahan) Puncak berbunga (awal pembuahan)
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
(7) - Organisme: Gastopoda, kepiting kecil, - Subtrat: Pasir (sedikit pecahan karang dan lumpur) - Penebangan pohon-pohon muda (Avicennia) dalam jumlah yg banyak - Daerah bekas tambak ikan (bandeng) - Hama menyerang jenis Aegialitis annulata(beberapa gastropoda melekat dan melubangi daun) - Organisme: Gastopoda, kepiting merah (dominan), ikan blodok - Subtrat: Pasir berlumpur (lumpur tipis dominan) - Banyak pohon tua dari jenis Sonneratia alba - Penebangan dahan pohon - Penambangan pasir (besar-besaran) - Organisme: Gastopoda, kepiting merah (dominan), ikan blodok - Subtrat: Lumpur berpasir - Komunitas vegetasi dalam bentuk spot - Aktivitas nelayan tradisional - Penambangan pasir - Pemotongan pohon daratan - Organisme: Gastopoda - Subtrat: Berasir (sedkiti pecahan karang) - Banyak pohon tua dari jenis Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza - Penebangan dahan pohon mangrove - Penambangan pasir (besar-besaran)
Nomor | 16
Tabel 1. Lanjutan (1) Desa Alaang (Stasiun Kedua)
Desa Baolang
Desa Maukuru
Desa Alemba
(2) Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Rhizophora apiculata Sonneratia alba
(4)
Berbuah Berbunga Berbunga Berbunga
(5) Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari
(6) Puncak berbuah (sangat banyak) Sedikit berbunga Puncak berbunga (awal pembuahan) Puncak berbunga (awal pembuahan)
Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Excoecaria agallocha Lumnitzera racemosa Nypa fruticans Phemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Lumnitzera racemosa
Berbuah berbunga Berbunga Berbunga/berbuah berbunga Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga
Pebruari Pebruari Pebruari-Maret Pebruari Pebruari Januari-Pebruari Pebruari Pebruari
Awal pembuahan Puncak berbunga Bunga jantan dominan Puncak berbunga (awal pembuahan) Dalam jumlah kecil (koleksi bebas) Penebangan seluruh pohon Sentigi Ditemukan dalam jumlah sedikit Puncak bunga (awal buah) Puncak berbunga (awal pembuahan) Puncak berbunga (mulai berbuah)
Lumnitzera racemosa Rhizophora apiculata
Berbunga Tidak ditemukan
Pebruari Pebruari
Puncak Berbunga (mulai berbuah) -
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
(7) - Organisme: Gastopoda - Subtrat: Berasir (sedkiti pecahan karang) - Banyak pohon tua dari jenis Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza - Penebangan dahan pohon mangrove - Penambangan pasir (besar-besaran) - Organisme: Gastopoda, kepiting merah (dominan), ikan blodok - Subtrat: StasiunI: lumpur tebal bagian daerah bekas tambak dan Stasiun II: pasir berbatu dilapisi lumpur tipis) - Penambangan pasir - Pemotongan Sentigi (Phemphis acidula) - Bekas daerah pembukaan tambak (penebangan mangrove besar-besaran) - Organisme: Gastopoda - Subtrat: Pasir berlumpur. - Mangrove hanya ditemukan di dekat muara sungai (debit kecil) - Lebih dominan mangrove ikutan (Terminalia catappa, Pongamia pinnata, Ipomoea pescaprae) - Penebangan dahan pohon - Penambangan pasir (besar-besaran) - Organisme: tidak ditemukan - Subtrat: Pasir berlumpur. - Mangrove hanya ditemukan di dekat muara sungai (debit kecil) - Lebih dominan mangrove ikutan (Terminalia catappa, Pongamia pinnata, Ipomoea pescaprae) - Penebangan pohon besar-besaran - Kematian mangrove secara alami (hempasan pasir menimbulkan kenaikan salinitas yg ekstrim) - Penambangan pasir (besar-besaran) - Pemotongan Sentigi (Phemphis acidula) Nomor | 17
Tabel 1. Lanjutan (1) Desa Welai Barat
Kelurahan Mutiara
Desa Baranusa
Desa Illu
(2) Avicennia alba Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Lumnitzera racemosa Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Avicennia alba Avicennia marina Bruguiera gymnorrhiza Aegialitis annulata Lumnitzera racemosa Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Sonneratia alba Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
(4) Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbuah Berbunga Berbunga/berbuah Berbuah Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga Berbunga/berbuah Berbuah Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Pebruari Mei-Juni Mei-Juni
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Avicennia marina
Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga Berbunga/berbuah Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni
Desa Baraler Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza
(5)
(6) Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Puncak berbunga Puncak berbunga Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Puncak bunga (mulai berbuah) Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Puncak bunga Puncak berbunga Puncak berbunga (mulai berbuah) Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Puncak bunga (mulai berbuah) Puncak berbuah Puncak bunga
Puncak berbuah (sangat banyak) Puncak bunga Berbuah/berbunga (sedikit) Puncak berbuah (sangat banyak) Ditemukan sedikit buah Puncak berbuah (sedikit) Puncak berbuah Puncak bunga (sangat banyak)
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
(7)
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Lumpur berpasir - Penebangan pohon besar-besaran (pembukaan tambak ikan DKP Alor) - Daerah menetap buaya (disarankan dibuatkan penangkaran buaya) - Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Lumpur berpasir - Penebangan pohon besar-besaran (pembukaan tambak ikan milik masyarakat) - Daerah menetap buaya (disarankan dibuatkan penangkaran buaya) - Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Lumpur berpasir - Daerah pelabuhan rakyat (di sekitar pelabuhan tergenang tumpahan minyak dan oli dalam jumlah yang kecil) - Penambangan pasi - Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Dominan lumpur tebal - Penambangan pasir - Daerah bekas tambak udang - Aktivitas nelayan - Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Lumpur - Penebangan pohon besar-besaran oleh aparat desa untuk pembangunan rumah dan kebutuhan bahan bakar (sensor pohon yang berdiameter > 70 cm, jenis Bruguiera gymnorrhiza) - Daerah menetap kadal (disarankan dibuatkan penangkaran kadal) - Terdapat sumur air tawar yang telah dibuat parmanen oleh masyarakat di areal hutan mangrove
Nomor | 18
Tabel 1. Lanjutan (1) Desa Brangmerang
(2) Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Phemphis acidula
(4) Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
(5) Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni Mei-Juni
(6) Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah Puncak berbunga Puncak berbuah Puncak berbunga (mulai berbuah)
(7) - Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: Lumpur berpasir - Pengambilan pohon Sentigi besarbesaran (untuk bonsai), Sentigi di daerah ini terancam hampir punah. - Daerah menetap kadal (disarankan dibuatkan penangkaran kadal) - Penambangan pasir - Oleh warga setempat dibangun sebuah rumah jaga ukuran sedang ditengah hutan mangrove (penebangan pohon)
Desa Bana
Rhizophora apiculata Avicennia marina
Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni
Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: berpasir - Aktivitas budidaya rumput laut
Pulau Kura Desa Piringsina
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni
Ditemukan sangat sedikit buah Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: batu karang
Desa Bagang
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni
Ditemukan sangat sedikit buah Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: berpasir (sedikit pecahan karang)
Desa Lewar
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni
Ditemukan sangat sedikit buah Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: berpasir
Desa Pandaeng
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
Berbuah Berbunga/berbuah Berbunga/berbuah
Mei-Juni Mei-Juni
Ditemukan sangat sedikit buah Ditemukan sedikit buah Ditemukan sedikit buah
- Organisme: gastropoda, ikan kecil - Subtrat: berpasir
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 19
Hasil penelitian tentang struktur dan komposisi jenis untuk tingkat semai, anakan, dan pohon di Kabupaten Alor adalah sebagai berikut :
4.2. Vegetasi Mangrove 4.2.1. Vegetasi Mangrove Pada Stasiun Pertama Kelurahan Kabola Kecamatan Kabola Daerah sampling di Kelurahan Kabola cukup luas sehingga kami membaginya menjadi dua stasiun pengamatan, stasiun pertama di bagian Utara Bandara Mali dan stasiun kedua di bagian barat Bandara Mali. Luas area berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan untuk kedua stasiun adalah 10,74 Ha (Stasiun pertama 0,31 Ha dan stasiun kedua 10,43 Ha). Dalam pengamatan dan penelitian di stasiun pertama Kelurahan Kabola, ditemukan enam jenis mangrove, yaitu jenis Acrostichum speciosum, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba. Dari data pada Gambar 1 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Sonneratia alba yaitu sebesar 80,34%, sementara nilai INP terendah pada jenis Acrostichum speciosum dengan nilai 14,01%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora mucronata) cukup tersedia di stasiun pertama Kelurahan Kabola. Menurut Noor (1999), Rhizophora mucronata adalah jenis yang tahan dan mampu beradaptasi dengan tipe substrat yang lebih keras dan berpasir. Tipe substrat berpasir mendominasi stasiun pertama di Desa Kabola, sangat memungkinkan terjadinya proses adaptasi habitat sehigga ketersedian permudaan di Kelurahan Kabola sangat bagus. Sementara Acrostichum speciosum adalah jenis tumbuhan mangrove yang tumbuh pada areal mangrove yang tergenang oleh pasang surut, biasanya menyukai areal yang terlindung (Noor (1999). Nilai INP Acrostichum speciosum yang terendah di stasiun pertama Kelurahan Kabola, disebabkan karena jenis ini tidak cocok dengan kondisi habitat di area sampling karena tidak terjadinya penggenangan oleh aktivitas pasang surut dan merupakan daerah terbuka. Konversi lahan mangrove dalam upaya memperluas Bandara Mali menjadi salah satu penyebab berkurangnya jenis Acrostichum speciosum, karena ruang yang tergenang oleh aktivitas pasang surut menjadi punah.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 20
Gambar 1. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun pertama Kelurahan Kabola (Bandara Mali) Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Kelurahan Kabola pada stasiun pertama dapat dilihat pada Tabel 2. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di stasiun pertama Kelurahan Kabola untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Acrostichum speciosum: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,05 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,53 individu/m2).
b.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 1,76 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 3,43 individu/m2).
c.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya kurang baik pada kategori anakan (0,55 individu/m2), namun kondisinya baik untuk kategori semai (kerapatan semai sebesar 1,79 individu/m2).
d.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan dan semai sebesar masing-masing dengan nilai 0,02 individu/m2 dan 0,15 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 21
Tabel 2. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kelurahan Kabola Stasiun Pertama Nama Famili Kategori Pohon
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Pteridaceae
Acrostichum speciosum
0.13
1.42
12.50
0.09
14.01
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
1.57
17.20
22.50
19.98
59.68
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
2.72
29.79
22.50
15.00
67.29
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
2.40
26.29
22.50
29.89
78.68
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
2.31
25.30
20.00
35.04
80.34
Pteridaceae
Acrostichum speciosum
0.05
2.10
6.25
0.07
8.42
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
1.76
73.95
50.00
91.03
214.98
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.55
23.11
31.25
8.89
63.25
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0,00
-
-
-
-
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.02
0.84
12.50
0.01
13.35
Pteridaceae
Acrostichum speciosum
0.53
8.98
20.00
0.00
28.98
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
3.43
58.14
40.00
0.00
98.14
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
1.79
30.34
25.00
0.00
55.34
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0,00
-
-
-
-
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.15
2.54
15.00
0.00
17.54
Kategori Anakan
Kategori Semai
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 22
4.2.2. Vegetasi Mangrove Pada Stasiun Kedua Kelurahan Kabola Kecamatan Kabola Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan untuk stasiun kedua di Kelurahan Kabola adalah seluas 10,43 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di stasiun kedua Kelurahan Kabola, ditemukan tujuh jenis mangrove, yaitu jenis Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, dan Phemphis acidula. Dari data pada Gambar 2 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Bruguiera gymnorrhiza yaitu sebesar 127,76%, sementara nilai INP terendah pada jenis Acrostichum speciosum dengan nilai 10,32%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Bruguiera gymnorrhiza) terkategori sangat baik di stasiun kedua Kelurahan Kabola. Jenis Bruguiera gymnorrhiza adalah jenis yang dapat tumbuh subur di lokasi yang kering, pada tanah yang dialiri air tawar, tetapi dapat tumbuh pula di tanah lumpur. Noor (1999), mengatakan bahwa jenis Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis dominan di hutan mangrove dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Jenis ini juga toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh di tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak dan sungaisungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Hal yang sama juga dialami oleh jenis Acrostichum speciosum, nilai INP Acrostichum speciosum yang terendah di stasiun kedua Kelurahan Kabola, disebabkan karena jenis ini tidak cocok dengan kondisi habitat di daerah sampling karena tidak terjadinya penggenangan oleh aktivitas pasang surut dan merupakan daerah terbuka. Konversi lahan mangrove dalam upaya memperluas Bandara Mali menjadi salah satu penyebab berkurangnya jenis Acrostichum speciosum, karena ruang yang tergenang oleh aktivitas pasang surut menjadi punah.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 23
Gambar 2. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun kedua Kelurahan Kabola (Bandara Mali) Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Kelurahan Kabola stasiun kedua dapat dilihat pada Tabel 3. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di stasiun kedua Kelurahan Kabola untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Aegiceras corniculatum kondisi permudaannya kurang baik untuk kategori anakan (kerapatan anakan 0,55 individu/m2), sementara untuk kategori semai tidak baik karena tidak ditemukan dalam sampling di stasiun kedua Desa Kabola (kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
b.
Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 0,87 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,68 individu/m2).
c.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik pada kategori anakan (2,59 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 3,08 individu/m2).
d.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik untuk kategori anakan dengan nilai kerapatan sebesar 1,79 individu/m2, sementara untuk kategori semai kondisi permudaannya baik dengan nilai kerapatan sebesar 0,99 individu/m2.
e.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 4,49 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 4,81 individu/m2).
f.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,06 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2). Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 24
g.
Phemphis acidula: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Tabel 3. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kelurahan Kabola Stasiun Kedua Nama Famili
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Kategori Pohon Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
0.24
2.13
9.43
0.07
11.64
Avicenniaceae
Avicennia marina
2.14
19.01
16.98
9.98
45.96
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
2.96
26.29
18.87
19.09
64.24
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.40
3.55
13.21
0.78
17.54
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
4.50
39.96
18.87
68.93
127.76
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.93
8.26
13.21
1.06
22.53
Lythraceae
Phemphis acidula
0.09
0.80
9.43
0.09
10.32
Kategori Anakan Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
0.55
5.31
3.33
0.97
9.62
Avicenniaceae
Avicennia marina
0.87
8.41
16.67
2.43
27.50
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
2.59
25.02
26.67
21.54
73.24
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
1.79
17.29
20.00
10.29
47.59
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
4.49
43.38
26.67
64.75
134.80
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.06
0.58
6.67
0.01
7.26
Lythraceae
Phemphis acidula
0,00
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kategori Semai Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
Avicenniaceae
Avicennia marina
0.68
7.11
12.50
0.00
19.61
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
3.08
32.22
33.33
0.00
65.55
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.99
10.36
12.50
0.00
22.86
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
4.81
50.31
41.67
0.00
91.98
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
-
-
-
-
Lythraceae
Phemphis acidula
0,00 0,00
-
-
-
-
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 25
4.2.3. Vegetasi Mangrove Pada Stasiun Pertama Desa Pante Deere Kecamatan Kabola Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan untuk stasiun pertama di Desa Pante Deere adalah seluas 0,81 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di stasiun pertama Desa Pante Deere, ditemukan lima jenis mangrove, yaitu jenis Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia alba Dari data pada Gambar 3 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Sonneratia alba yaitu sebesar 195,97%, sementara nilai INP terendah berturut-turut terdapat pada jenis Avicennia marina dan Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai masing-masing 39,21%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Sonneratia alba) sangat baik di stasiun pertama Desa Pante Deere. Tingginya nilai INP dari jenis Sonneratia alba, dikarenakan jenis ini adalah jenis pionir dan tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama dan menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang juga di bebatuan dan karang (atau pecahan karang). Di lokasi dimana jenis lain ditebang, maka jenis ini mampu membentuk tegakan yang padat contohnya ditemukan di stasiun pertama Desa Pante Deere Karena telah terjadinya dominansi jenis oleh jenis Sonneratia alba, maka jenis Bruguiera gymnorrhiza tidak secara baik dapat beradaptasi di area ini karena tidak adanya endapan air tawar yang menghasilkan substrat berlumpur.
Gambar 3. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun pertama Desa Pante Deere Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 26
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Pante Deere stasiun pertama dapat dilihat pada Tabel 4. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di stasiun pertama Desa Pante Deere untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Avicennia marina kondisi permudaannya baik untuk kategori anakan dengan nilai kerapatan sebesar 1,79 individu/m2, sementara untuk kategori semai kondisi permudaannya sangat tidak baik dengan nilai kerapatan sebesar 0,00 individu/m2.
b.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,01 individu/m2).
c.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 0,78 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,59 individu/m2).
d.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya cukup baik untuk kategori anakan dengan nilai kerapatan sebesar 0,88 individu/m2, sementara untuk kategori semai kondisi permudaannya tidak baik dengan nilai kerapatan sebesar 0,00 individu/m2.
e.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,04 individu/m2), sementara untuk kategori semai kondisi permudaannya baik dengan nilai kerapatan sebesar 1,64 individu/m2.
Tabel 4. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Pante Deere Stasiun Pertama Nama Famili
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
-
-
-
-
-
-
-
-
Kategori Pohon Avicenniaceae
Avicennia marina
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0,00 0,00
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.39
23.35
37.50
3.96
64.82
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.26
15.57
18.75
4.89
39.21
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
1.02
61.08
43.75
91.14
195.97
Avicenniaceae
Avicennia marina
1.35
44.26
18.18
56.83
119.27
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.78
25.57
36.36
18.97
80.91
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.88
28.85
27.27
24.15
80.27
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.04
1.31
18.18
0.05
19.54
Kategori Anakan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 27
Kategori Semai Avicenniaceae
Avicennia marina
0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0.01
0.45
6.25
0.00
6.70
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.59
26.34
37.50
0.00
63.84
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0,00
-
-
-
-
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
1.64
73.21
56.25
0.00
129.46
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.4. Vegetasi Mangrove Pada Stasiun Kedua Desa Pante Deere Kecamatan Kabola Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan untuk stasiun kedua di Desa Pante Deere adalah seluas 0,27 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di stasiun kedua Desa Pante Deere, ditemukan lima jenis mangrove, yaitu jenis Acrostichum speciosum, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, dan Phemphis acidula Dari data pada Gambar 4 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 121,60%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Acrostichum speciosum dengan nilai 1,39%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik di stasiun kedua Desa Pante Deere. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%, tetapi hasil perhitungan indeks dominasi relative di stasiun pertama Desa Pante Deere mendapatkan angka 44,59%, hal ini berarti bahwa kondisi substrat di stasiun kedua Desa Pante Deere belum maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis Rhizophora apiculata. Acrostichum speciosum memiliki nilai INP terendah, disebabkan karena jenis ini tidak cocok dengan kondisi habitat di area sampling, juga dikarenakan tidak terjadinya penggenangan oleh aktivitas pasang surut dan merupakan daerah terbuka. Hasil pengamatan kami sepanjang melakukan penelitian khususnya di stasiun kedua Desa Pante Deere, bahwa masyarakat di Desa Pante Deere telah melakukan penebangan Sentigi (Phemphis acidula) dalam jumlah yang sangat besar (daerah ini kaya akan jenis Sentigi dibanding daerah lain di Kabupaten Alor). Penebangan jenis Sentigi ini dalam rangka Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 28
menjualnya kepada penggemar bunga bonsai (bunga kerdil yang indah), bahkan sangat kreatifnya masyarakat yang menebang jenis Sentigi lalu menanamkan potongan batang Sentigi dalam rangka membudidayakannya, padahal penanaman sentigi dengan cara stek/vegetative sangat tidak mungkin karena kebanyak Pempis memperbanyak dirinya dengan reproduksi generative (pembuahan).
Gambar 4. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun kedua Desa Pante Deere
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Pante Deere stasiun kedua dapat dilihat pada Tabel 5. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di stasiun kedua Desa Pante Deere untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Acrostichum speciosum : kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
b.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,24 individu/m2).
c.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,24
individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,12 individu/m2). d.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00
individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2). Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 29
e.
Phemphis acidula kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,16 individu/m2).
Tabel 5. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Pante Deere Stasiun Kedua Nama Famili
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Kategori Pohon Pteridaceae
Acrostichum speciosum
0.03
1.39
0.00
0.00
1.39
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
1.10
50.93
26.09
44.59
121.60
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.26
12.04
26.09
9.96
48.09
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.41
18.98
26.09
29.98
75.05
Lythraceae
Phemphis acidula
0.36
16.67
21.74
15.47
53.88
Pteridaceae
Acrostichum speciosum
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0,00 0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.24
100.00
100.00
100.00
300.00
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
-
-
-
-
Lythraceae
Phemphis acidula
0,00 0,00
-
-
-
-
Myrsinaceae
Acrostichum speciosum
0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.24
46.15
14.29
0.00
60.44
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.12
23.08
14.29
0.00
37.36
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0,00
-
-
-
-
Lythraceae
Phemphis acidula
0.16
30.77
71.43
0.00
102.20
Kategori Anakan
Kategori Semai
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.5. Vegetasi Mangrove di Kelurahan Moru Kecamatan Alor Barat Daya Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Kelurahan Moru adalah seluas 2,69 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Kelurahan Moru, ditemukan sembilan jenis mangrove, yaitu jenis Aegiceras corniculatum, Avicennia marina, Avicennia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Aegialitis annulata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, dan Heritiera globosa. Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 30
Dari data pada Gambar 5 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Avicennia alba yaitu sebesar 136,62%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Heritiera globosa dengan nilai 7,45%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Avicennia alba) sangat baik di Kelurahan Moru. Menurut Noor (1999), Avicennia alba adalah jenis yang merupakan pionir pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanajang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan daratan. Heritiera globosa dengan nilai INP sebesar 7,45% adalah merupakan nilai INP terendah dari Sembilan jenis mangrove yang ditemukan di Kelurahan Moru. Penyebab rendahnya nilai INP ini disebabkan tidak terdapatnya sungai air tawar yang dipengaruhi oleh pasang surut di Kelurahan Moru, bahkan jenis Heritiera globosa hanya ditemukan di Kelurahan Moru ketika kami melakukan penelitian dan pengamatan vegetasi mangrove di Kabupaten Alor.
Gambar 5. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Kelurahan Moru Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Kelurahan Moru stasiun kedua dapat dilihat pada Tabel 6. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Kelurahan Moru untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 31
a.
Aegiceras corniculatum: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,33 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,61 individu/m2).
b.
Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
c.
Avicennia alba: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 0,47 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,10 individu/m2).
d.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,34 individu/m2).
e.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,01 individu/m2).
f.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 2,45 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 3,03 individu/m2).
g.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
h.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,21 individu/m2).
i.
Heritiera globosa: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Tabel 6. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kelurahan Moru Nama Famili
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Kategori Pohon Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
2.82
37.20
21.21
8.03
66.44
Avicenniaceae
Avicennia marina
0.17
2.24
9.09
0.08
11.41
Avicenniaceae
Avicennia alba
2.33
30.74
18.18
87.70
136.62
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.39
5.15
6.06
0.66
11.86
Plumbaginaceae
Aegialitis annulata
1.21
15.96
12.12
2.63
30.71
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0.40
5.28
9.09
0.65
15.01
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.16
2.11
18.18
0.18
20.48
Sterculiaceae
Heritiera globosa
0.10
1.32
6.06
0.07
7.45
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 32
Kategori Anakan Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
0.33
10.15
18.18
1.72
30.06
Avicenniaceae
Avicennia marina
0,00
-
-
-
-
Avicenniaceae
Avicennia alba
0.47
14.46
18.18
3.49
36.13
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0,00 0,00
-
-
-
-
Plumbaginaceae
Aegialitis annulata
2.45
75.38
63.64
94.79
233.81
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
-
-
-
-
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
-
-
-
-
Sterculiaceae
Heritiera globosa
0,00 0,00 0,00
-
-
-
-
Myrsinaceae
Aegiceras corniculatum
0.61
11.51
16.00
0.00
27.51
Avicenniaceae
Avicennia marina
0,00
-
-
-
-
Avicenniaceae
Avicennia alba
1.10
20.75
20.00
0.00
40.75
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0.34
6.42
12.00
0.00
18.42
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.01
0.19
4.00
0.00
4.19
Plumbaginaceae
Aegialitis annulata
3.03
57.17
36.00
0.00
93.17
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
0,00
-
-
-
-
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.21
3.96
12.00
0.00
15.96
Sterculiaceae
Heritiera globosa
0,00
-
-
-
-
Kategori Semai
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.6. Vegetasi Mangrove di Desa Alila Induk Kecamatan Alor Barat Laut Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Desa Alila Induk adalah seluas 9,24 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Alila Induk, ditemukan enam jenis mangrove, yaitu jenis Acanthus ilicifolius, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Nypa fruticans, Sonneratia alba, dan Bruguiera gymnorrhiza. Dari data pada Gambar 6 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 151,03%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Acanthus ilicifolius dengan nilai 8,46%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik di Desa Alila Induk. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 33
tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%, dan hasil perhitungan indeks dominasi relative di Desa Alila Induk mendapatkan angka 69,07%, hal ini berarti bahwa kondisi substrat di Desa Alila Induk sudah cukup maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis Rhizophora apiculata. Rendahnya nilai INP jenis Acanthus ilicifolius (INP 8,46%) lebih disebabkan karena tidak tersedianya tipe habitat yang memungkinan untuk perkembangan dan pertumbuhan. Jenis ini adalah tipe herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara vegetative karena perakarannya berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk bagian yang besar dan kukuh.
Gambar 6. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Alila Induk Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Alila Induk dapat dilihat pada Tabel 7. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Alila Induk untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Acanthus ilicifolius: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 34
b.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
c.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,86 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,94 individu/m2).
d.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 1,93 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 2,86 individu/m2).
e.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,11 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,14 individu/m2).
f.
Nypa fruticans: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,01 individu/m2).
Tabel 7. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Alila Induk Nama Famili
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Acanthus ilicifolius Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.07 0,00 4.06 4.87 0.16 0.17
0.77 43.49 52.22 1.68 1.84
7.69 38.46 30.77 15.38 7.69
0.01 69.07 30.73 0.06 0.12
8.46 151.03 113.72 17.13 9.65
Acanthaceae
Acanthus ilicifolius
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0,00 0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
1.86
47.62
37.50
48.03
133.15
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
1.93
49.45
37.50
51.79
138.74
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.11
2.93
25.00
0.18
28.11
Arecaceae
Nypa fruticans
0,00
-
-
-
-
Acanthaceae
Acanthus ilicifolius
Rhizophoraceae
Rhizophora mucronata
0,00 0,00
-
-
-
-
Rhizophoraceae
Rhizophora apiculata
0.94
23.91
40.00
0.00
63.91
Rhizophoraceae
Bruguiera gymnorrhiza
2.86
72.46
60.00
0.00
132.46
Sonneratiaceae
Sonneratia alba
0.14
3.62
0.00
0.00
3.62
Arecaceae
Nypa fruticans
0,00
-
-
-
-
Kategori Pohon
Acanthaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Anakan
Kategori Semai
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 35
4.2.7. Vegetasi Mangrove di Kelurahan Kokar Kecamatan Alor Barat Laut Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Desa Kokar adalah seluas 5,11 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Kelurahan Kokar, ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu jenis Aegiceras corniculatum, Aegialitis annulata, dan Bruguiera gymnorrhiza. Dari data pada Gambar 7 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Aegialitis annulata yaitu sebesar 246,68%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai 24,35%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Aegialitis annulata) sangat baik di Kelurahan Kokar. Menurut Noor (1999), Aegialitis annulata merupakan jenis yang mampu tumbuh pada zonasi mangrove terbuka atau tumbuh sebagai individu yang terpisah dan dalam kelompok kecil, juga tumbuh pada daerah yang lebih berpasir dan berkarang serta tergenang oleh air dengan salinitas sama dengan air laut (pada akhir musim kering). Bahkan untuk jenis ini di Kelurahan Kokar nilai dominansi relatifnya mencapai angka 99,12%, hal ini menunjukkan bahwa jenis ini mampu membentuk komunitas yang dominan sebagai komunitas Aegialitis annulata di daerah hutan mangrove Kelurahan Kokar. Jenis ini juga memiliki system perakaran yang menjalar pada permukaan tanah, dan ranting dengan goresan berbentuk cincin (di Kelurahan Kokar lebih banyak akar tunjang), batang bagian bawah membengkak seiring bertambah umur menjadikan jenis ini mempu meredam kekuatan gelombang. Rendahnya nilai INP jenis Bruguiera gymnorrhiza disebabkan jenis ini tidak mampu beradaptasi di area ini karena tidak adanya endapan air tawar yang menghasilkan substrat berlumpur. Jenis ini lebih mampu untuk tumbuh di tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak dan sungai-sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya.
Gambar 7. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Kelurahan Kokar Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 36
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Kelurahan Kokar dapat dilihat pada Tabel 8. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Kelurahan Kokar untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Aegiceras corniculatum: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,02 individu/m2).
b.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 2,43 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,38 individu/m2).
c.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,20 individu/m2).
Tabel 8. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kelurahan Kokar Nama Famili
Kategori Pohon Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae KategoriAnakan Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.20 3.07 0.07 -
6.00 92.00 2.00 -
22.22 55.56 22.22 -
0.75 99.12 0.13 -
28.97 246.68 24.35 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.43 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00 100.00 100.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 300.00 0.00 0.00 0.00
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 37
Kategori Semai Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.02 0.00 0.00 0.00 0.00 1.38 0.20 0.00 0.00
1.04 0.00 0.00 0.00 0.00 86.46 12.50 0.00 0.00
14.29 0.00 0.00 0.00 0.00 71.43 14.29 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
15.33 0.00 0.00 0.00 0.00 157.89 26.79 0.00 0.00
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.8. Vegetasi Mangrove pada Stasiun Pertama di Desa Alaang Kecamatan Alor Barat Laut Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan pada stasiun pertama di Desa Alaang adalah seluas 7,94 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian pada stasiun pertama di Desa Alaang, di temukan empat jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, Aegialitis annulata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia alba Dari data pada Gambar 8 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Sonneratia alba yaitu sebesar 162,60%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai 16,23%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Sonneratia alba) sangat baik pada stasiun pertama di Desa Alaang. Menurut Noor (1999), Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Sonneratia alba) sangat baik di stasiun pertama Desa Alaang. Tingginya nilai INP dari jenis Sonneratia alba, dikarenakan jenis ini adalah jenis pionir dan tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama dan menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang juga di bebatuan dan karang (atau pecahan karang). Hal-hal tersebut di atas juga yang menyebabkan jenis ini mencapai nilai dominansi relative yang sangat besar dengan angka 93,94%, itu berarti jenis Sonneratia alba menjadi sangat dominan di eksosistem mangrove pada stasiun pertama di Desa Alaang, hal lain yang mendukung kecilnya nilai dominansi jenis oleh karena di Desa Alaang baik stasiun pertama dan kedua didominasi oleh Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 38
substrat pasir berlumpur tipis dan sebagian area sampling merupakan daerah pasir bercampur pecahan karang. Rendahnya nilai INP jenis Bruguiera gymnorrhiza disebabkan jenis ini tidak mampu beradaptasi di area ini karena tidak adanya endapan air tawar yang menghasilkan substrat berlumpur. Jenis ini lebih mampu untuk tumbuh di tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak dan sungai-sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya.
Gambar 8. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun pertama di Desa Alaang Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting pada stasiun pertama di Desa Alaang dapat dilihat pada Tabel 9. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai pada stasiun pertama di Desa Alaang untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 2,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,98 individu/m2).
b.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,42 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,43 individu/m2).
c.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,12 individu/m2).
d.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,37 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,13 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 39
Tabel 9. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove pada stasiun pertama di Desa Alaang Nama Famili
Kategori Pohon Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Anakan Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Semai Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
1.78 3.45 0.58 3.67 -
18.80 36.38 6.15 38.66 -
30.00 30.00 10.00 30.00 -
0.78 5.20 0.08 93.94 -
49.59 71.58 16.23 162.60 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
2.00 1.42 0.00 0.37 -
52.86 37.44 0.00 9.69 -
33.33 55.56 0.00 11.11 -
4.29 95.57 0.00 0.14 -
90.48 188.57 0.00 20.95 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
1.98 1.43 0.12 0.13 -
54.09 39.09 3.18 3.64 -
44.44 33.33 11.11 11.11 -
0.00 0.00 0.00 0.00 -
98.54 72.42 14.29 14.75 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 40
4.2.9. Vegetasi Mangrove pada Stasiun Kedua di Desa Alaang Kecamatan Alor Barat Laut Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan pada stasiun kedua di Desa Alaang adalah seluas 2,24 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian pada stasiun kedua di Desa Alaang, di temukan empat jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, Aegialitis annulata, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia alba Dari data pada Gambar 9 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 128,79%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Aegialitis annulata dengan nilai 17,19%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik pada stasiun kedua di Desa Alaang. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%, tetapi hasil perhitungan indeks dominasi relative di stasiun kedua Desa Alaang mendapatkan angka 58,55%, hal ini berarti bahwa kondisi substrat di stasiun kedua Desa Alaang belum maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis Rhizophora apiculata, hal lain yang mendukung kecilnya nilai dominansi jenis oleh karena di Desa Alaang baik stasiun pertama dan kedua didominasi oleh substrat pasir berlumpur tipis dan sebagian area sampling merupakan daerah pasir bercampur pecahan karang.
Gambar 9. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun kedua di Desa Alaang
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 41
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting pada stasiun kedua di Desa Alaang dapat dilihat pada Tabel 10. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai pada stasiun kedua di Desa Alaang untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 5,78 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 4,82 individu/m2).
b.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,50 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,92 individu/m2).
c.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,62 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,67 individu/m2).
d.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,50 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,43 individu/m2).
Tabel 10. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove pada stasiun kedua di Desa Alaang Nama Famili
Kategori Pohon Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Anakan Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
3.00 0.67 2.77 1.17 -
39.47 8.77 36.40 15.35 -
30.77 7.69 46.15 15.38 -
58.55 0.72 34.58 6.15 -
128.79 17.19 117.14 36.88 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza
5.78 0.50 0.62
78.15 6.76 8.33
45.45 9.09 36.36
97.44 0.73 1.11
221.04 16.58 45.80
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 42
Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Semai Myrsinaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Sonneratia alba Nypa fruticans
0.50 -
6.76 -
9.09 -
0.73 -
16.58 -
Aegiceras corniculatum Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
4.82 0.92 0.67 0.43 -
70.49 13.41 9.76 6.34 -
44.44 22.22 11.11 22.22 -
0.00 0.00 0.00 0.00 -
114.93 35.64 20.87 28.56 -
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.10. Vegetasi Mangrove di Desa Baolang Kecamatan Alor Barat Laut Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Desa Baolang adalah seluas 11,41 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Baolang, di temukan delapan jenis mangrove, yaitu jenis Lumnitzera racemosa, Excoecaria agallocha, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Aegialitis annulata, Bruguiera gymnorrhiza, Sonneratia alba, dan Phemphis acidula Dari data pada Gambar 10 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Aegialitis annulatayaitu sebesar 86,50%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Bruguiera gymnorrhiza dengan nilai 6,05%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Aegialitis annulata) cukup baik di Desa Baolang. Menurut Noor (1999), Aegialitis annulata merupakan jenis yang mampu tumbuh pada zonasi mangrove terbuka atau tumbuh sebagai individu yang terpisah dan dalam kelompok kecil, juga tumbuh pada daerah yang lebih berpasir dan berkarang serta tergenang oleh air dengan salinitas sama dengan air laut (pada akhir musim kering). Namun hasil perhitungan dominasi relative menunjukkan angka yang kecil yaitu 34,27%, hal ini menunjukkan bahwa jenis ini belum mampu membentuk komunitas yang dominan sebagai komunitas Aegialitis annulata di daerah hutan mangrove Kelurahan Baolang, walaupun memiliki Indeks Nilai Penting terbesar melebihi nilai INP dari ketujuh jenis lainnya. Walaupun INP hanya mencapai angka 86,50%, namun jenis ini telah membentuk spot-spot kecil di Kelurahan Baolang sebagai zona Aegialitis Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 43
annulata yang memiliki system perakaran yang menjalar pada permukaan tanah, dan ranting dengan goresan berbentuk cincin, batang bagian bawah membengkak seiring bertambah umur menjadikan jenis ini mempu meredam kekuatan gelombang.
Gambar 10. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Baolang Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Baolang dapat dilihat pada Tabel 11. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Baolang untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a.
Lumnitzera racemosa: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,46 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,62 individu/m2).
b.
Excoecaria agallocha: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,36 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,15 individu/m2).
c.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,15 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,10 individu/m2).
d.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,36 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,34 individu/m2).
e.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,70 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,59 individu/m2).
f.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2). Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 44
g.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,32 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,22 individu/m2).
h.
Phemphis acidula: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Tabel 11. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Baolang Nama Famili
Kategori Pohon Combretaceae Euphorbiaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Lythraceae Kategori Anakan Combretaceae Euphorbiaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Lythraceae Kategori Semai Combretaceae Euphorbiaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Lythraceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Lumnitzera racemosa Excoecaria agallocha Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Phemphis acidula
0.67 0.12 0.05 0.81 1.06 0.02 0.62 0.05
19.71 3.53 1.47 23.82 31.18 0.59 18.24 1.47
15.79 5.26 5.26 21.05 21.05 5.26 21.05 5.26
30.81 1.76 0.02 20.01 34.27 0.20 11.72 1.22
66.30 10.55 6.75 64.89 86.50 6.05 51.01 7.95
Lumnitzera racemosa Excoecaria agallocha Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Phemphis acidula
0.46 0.36 0.15 0.36 1.70 0.00 0.32 0.00
13.73 10.75 4.48 10.75 50.75 0.00 9.55 0.00
13.33 6.67 6.67 20.00 40.00 0.00 13.33 0.00
6.07 3.72 0.65 3.72 82.91 0.00 2.94 0.00
33.14 21.13 11.79 34.46 173.66 0.00 25.82 0.00
Lumnitzera racemosa Excoecaria agallocha Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Phemphis acidula
0.62 0.15 0.10 0.34 0.59 0.00 0.22 0.00
30.69 7.43 4.95 16.83 29.21 0.00 10.89 0.00
13.33 6.67 6.67 26.67 33.33 0.00 13.33 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
44.03 14.09 11.62 43.50 62.54 0.00 24.22 0.00
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 45
4.2.11. Vegetasi Mangrove di Desa Maukuru Kecamatan Alor Timur Laut Di Desa Maukuru kami tidak melakukan sampling are dengan tracking GPS karena luasan area mangrove sangat sedikit, diperkirakan seluas ± 5 M2, dan hanya ditemukan vegetasi mangrove pada satu titik. Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Maukuru, di temukan hanya satu jenis mangrove, yaitu jenis Lumnitzera racemosa Dari data pada Gambar 11 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Lumnitzera racemosa sebesar 300,00%. Dengan nilai INP tersebut tidak menjadikan kondisi permudaan dari jenis Lumnitzera racemosa sangat baik di Desa Maukuru, namun sebaliknya karena sangat kecil ketersediaan permudaan dari jenis ini. Jenis ini adalah satu-satunya jenis mangrove yang ditemukan di Desa Maukuru, hal ini disebabkan karena jenis ini mampu tumbuh di sepanjang tepi vegetasi mangrove dan menyukai substrat berlumpur padat. Jenis ini juga terdapat disepanjang jalur air yang dipengaruhi oleh air tawar Noor (1999). Dalam kegiatan penelitian vegetasi mangrove di Desa Maukuru, kami menemukan jenis Lumnitzera racemosa di area tergenang (membentuk rawa) di aliran air tawar dari daratan dengan debit air yang sangat kecil.
Gambar 11. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Maukuru Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Maukuru dapat dilihat pada Tabel 12. Ketersediaan anakan dan semai di Desa Maukuru terkategori kurang baik kondisi permudaannya, yaitu dari jenis Lumnitzera racemosa dengan kerapatan anakan 0,50 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,50 individu/m2. Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 46
Tabel 12. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Maukuru Nama Famili
Kategori Pohon Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Anakan Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Semai Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.53 -
100.00 -
100.00 100.00 -
300.00 -
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.50 -
100.00 -
100.00 100.00 -
300.00 -
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
1.50 -
100.00 -
100.00 -
200.00 -
0.00 -
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 47
4.2.12. Vegetasi Mangrove di Desa Alemba Kecamatan Lembur Di Desa Alemba kami tidak melakukan sampling are dengan tracking GPS karena luasan area mangrove sangat sedikit, diperkirakan seluas ± 20 M2, dan hanya ditemukan vegetasi mangrove pada satu titik. Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Alemba, di temukan hanya satu jenis mangrove, yaitu jenis Lumnitzera racemosa Dari data pada Gambar 12 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Lumnitzera racemosa sebesar 300,00%. Dengan nilai INP tersebut tidak menjadikan kondisi permudaan dari jenis Lumnitzera racemosa sangat baik di Desa Alemba, namun sebaliknya karena sangat kecil ketersediaan permudaan dari jenis ini. Jenis ini adalah satu-satunya jenis mangrove yang ditemukan di Desa Alemba, hal ini disebabkan karena jenis ini mampu tumbuh di sepanjang tepi vegetasi mangrove dan menyukai substrat berlumpur padat. Jenis ini juga terdapat disepanjang jalur air yang dipengaruhi oleh air tawar Noor (1999). Dalam kegiatan penelitian vegetasi mangrove di Desa Alemba, kami menemukan jenis Lumnitzera racemosa di area tergenang (membentuk rawa) di aliran air tawar dari daratan dengan debit air yang sedang. Pada pengamatan kami di area ditemukanya jenis Lumnitzera racemosa juga ditemukan semai jenis Rhizophora apiculata dalam jumlah yang cukup banyak. Di daerah ini juga telah terjadi pemotongan pohon muda mangrove secara besar-besaran yang menyebabkan hampir punahnya vegetasi mangrove di sepanjang pantai, telah terjadi abrasi pantai karena hilangnya penghalang/buffer alami (mangrove) juga karena pengambilan pasir oleh masyarakat secara besar-besaran (bahkan kami mendapatkan mobil truk milik dinas PU berplat merah yang mengangkut pasir-pasir hasil tambang masyarakat).
Gambar 12. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Alemba Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 48
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Alemba dapat dilihat pada Tabel 13. Ketersediaan anakan dan semai di Desa Alemba kurang baik kondisi permudaannya, yaitu dari jenis Lumnitzera racemosa dengan kerapatan anakan 0,60 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,10 individu/m2. Dan ditemukan juga jenis Rhizophora apiculata pada kategori semai dengan nilai kerapatan semai sebesar 1,00 individu/m2, dengan nilai kerapatan jenis semai tersebut menunjukkan ada peluang Rhizophora apiculata bisa berkembang karena daerah ditemukan Rhizophora
apiculata
mempunyai
tipe substrat
pasir berlumpur dengan
penggenangan air tawardari aliran sungai dengan debit air yang kecil. Tabel 13. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Alemba Nama Famili
Kategori Pohon Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae Kategori Anakan Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
1.80 -
100.00 -
100.00 100.00 -
300.00 -
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.60 -
100.00 -
100.00 100.00 -
300.00 -
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 49
Kategori Semai Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Arecaceae
Lumnitzera racemosa Avicennia marina Avicennia alba Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Nypa fruticans
0.10 1.00 -
9.09 90.91 -
50.00 50.00 -
0.00 0.00 -
59.09 140.91 -
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
4.2.13. Vegetasi Mangrove di Desa Welai Barat Kecamatan Mutiara Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Desa Welai Barat adalah seluas 10,33 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Welai Barat, di temukan enam jenis mangrove, yaitu jenis Lumnitzera racemosa, Avicennia alba, Avicennia marina, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba Dari data pada Gambar 13 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 138,20%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Avicennia marina dengan nilai 11,64%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik di Desa Welai Barat. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%, tetapi hasil perhitungan indeks dominasi relative di Desa Welai Barat mendapatkan angka 44,59%, hal ini berarti bahwa kondisi substrat di Desa Welai Barat belum maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis Rhizophora apiculata.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 50
Gambar 13. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Welai Barat Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Welai Barat dapat dilihat pada Tabel 14. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Welai Barat untuk masingmasing jenis adalah sebagai berikut : a.
Lumnitzera racemosa: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,06 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
b.
Avicennia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
c.
Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,66 individu/m2).
d.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 0,62 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,50 individu/m2).
e.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 2,20 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,09 individu/m2).
f.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,38 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
g.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,55 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
h.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 51
Tabel 14. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Welai Barat Nama Famili
Kategori Pohon Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Anakan Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Semai Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Rhizophoraceae Sonneratiaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba
0.24 1.09 0.28 1.35 3.89 0.00 0.00 0.24
3.39 15.37 3.95 19.04 54.87 0.00 0.00 3.39
13.64 20.45 6.82 20.45 22.73 0.00 0.00 15.91
0.23 8.46 0.87 29.20 60.60 0.00 0.00 0.64
17.25 44.29 11.64 68.69 138.20 0.00 0.00 19.93
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba
0.06 0.00 0.00 0.62 2.20 0.38 0.55 0.00
1.57 0.00 0.00 16.27 57.74 9.97 14.44 0.00
19.23 0.00 0.00 11.54 38.46 11.54 19.23 0.00
0.06 0.00 0.00 6.77 85.29 2.54 5.33 0.00
20.87 0.00 0.00 34.59 181.49 24.06 39.00 0.00
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba
0.00 0.00 0.66 1.50 1.09 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 20.31 46.15 33.54 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 25.00 37.50 37.50 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
0.00 0.00 45.31 83.65 71.04 0.00 0.00 0.00
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 52
4.2.14. Vegetasi Mangrove di Kelurahan Mutiara Kecamatan Mutiara Luas area sampling berdasarkan tracking GPS yang kami lakukan di Kelurahan Mutiara adalah seluas 6,69 Ha. Dalam pengamatan dan penelitian di Kelurahan Mutiara, di temukan tujuh jenis mangrove, yaitu jenis Lumnitzera racemosa, Avicennia alba, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Aegialitis annulata, dan Avicennia marina. Dari data pada Gambar 14 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora mucronata yaitu sebesar 189,10%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Lumnitzera racemosa dengan nilai 6,78%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora mucronata) sangat baik di Kelurahan Mutiara. Rhizophora mucronata adalah jenis yang tahan dan mampu beradaptasi dengan tipe substrat yang lebih keras dan berpasir (Noor, 1999). Dengan model adaptasi yang baik membuat Rhizophora mucronata mampu berkembang dan mendominasi di area pengambilan sampel di Kelurahan Mutiara. Hilangnya sebagian vegetasi hutan mangrove di Kelurahan Mutiara (pembukaan tambak ikan oleh masyarakat) disebabkan karena belum adanya kesadaran dari masyarakat mengenai fungsi dan manfaat hutan mangrove bagi kelestarian sumberdaya perikanan khususnya, dan sebagai pelindung wilayah-wilayah pesisir dari bahaya abrasi atau pengikisan pantai oleh gempuran ombak. Hal ini juga akan membahayakan bagi pemukiman masyarakat di daerah itu, serta menimbulkan kesulitan bagi masyarakat nelayan untuk mencari ikan. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Lumnitzera racemosa merupakan yang terkecil dari enam jenis yang lain di Kelurahan Teluk Mutiara (6,78%), walaupun memiliki nilai INP terkecil namun ketersediaan permudaan berupa anakan dan semai cukup banyak, hal ini disebabkan karena jenis Lumnitzera racemosa adalah jenis mangrove yang mampu berkembang di daerah-daerah pasca dampak kerusakan baik secara alami maupun campur tangan manusia, jenis ini akan mampu beradaptasi karena aktivitas pengrusakan/konversi menimbulkan genangan-genangan air (tercampur air tawar) membentuk rawa pasang-surut. Perkiraan kami dengan ketersediaan permudaan (anakan dan semai) yang cukup banyak, suatu waktu daerah ini akan membentuk sebuah zonasi baru yang didominasi oleh jenis Lumnitzera racemosa.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 53
Gambar 14. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Kelurahan Mutiara Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Kelurahan Mutiara dapat dilihat pada Tabel 15. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Kelurahan Mutiara untuk masingmasing jenis adalah sebagai berikut : a.
Lumnitzera racemosa: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 1,22 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,68 individu/m2).
b.
Avicennia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,04 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
c.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,02 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,66 individu/m2).
d.
Rhizophora mucronata: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,89 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,25 individu/m2).
e.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,13 individu/m2).
f.
Aegialitis annulata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,46 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
g.
Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,41 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 54
Tabel 14. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Kelurahan Mutiara Nama Famili
Kategori Pohon Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Sonneratiaceae Kategori Anakan Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Sonneratiaceae Kategori Semai Combretaceae Avicenniaceae Avicenniaceae Rhizophoraceae Rhizophoraceae Plumbaginaceae
Sonneratiaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Sonneratia alba
0.15 1.02 0.00 3.22 0.00 0.00 0.93
2.82 19.17 0.00 60.53 0.00 0.00 17.48
3.85 26.92 0.00 38.46 0.00 0.00 30.77
0.11 2.26 0.00 90.11 0.00 0.00 7.52
6.78 48.36 0.00 189.10 0.00 0.00 55.77
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Sonneratia alba
1.22 0.04 0.00 1.89 0.00 0.46 0.02
33.61 1.10 0.00 52.07 0.00 12.67 0.55
27.27 13.64 0.00 31.82 0.00 18.18 9.09
28.22 0.03 0.00 67.73 0.00 4.01 0.01
89.10 14.77 0.00 151.61 0.00 34.87 9.65
Lumnitzera racemosa Avicennia alba Avicennia marina Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Aegialitis annulata Sonneratia alba
0.68 0.00 0.41 1.25 0.13 0.00 0.00
27.53 0.00 16.60 50.61 5.26 0.00 0.00
9.09 0.00 4.55 10.61 75.76 0.00 0.00
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
36.62 0.00 21.14 61.21 81.02 0.00 0.00
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 55
4.2.15. Vegetasi Mangrove di Desa Baranusa Kecamatan Pantar Barat Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Baranusa, ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba. Dari data pada Gambar 15 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 211,89%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Sonneratia alba dengan nilai 31,11%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik di Desa Baranusa. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%. Demikian halnya yang ditemukan di Desa Baranusa, tipe substrat yang memungkinkan sehingga dominansi dari jenis Rhizophora apiculata mencapai angkap 93,77%, angka prosentrasi ini merupakan angka yang besar bagi suatu jenis yang menempati suatu ekosistem tertentu. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Sonneratia alba merupakan yang terkecil dari dua jenis yang lain di Kelurahan Teluk Mutiara (31,11 %), dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Sonneratia alba) masih cukup baik di Desa Baranusa. Rendahnya nilai INP dari jenis Sonneratia alba, dikarenakan Rhizophora apiculata mendominasi di ekosistem mangrove Desa Baranusa sehingga jenis yang lain (Sonneratia alba dan Rhizophora stylosa) menjadi kecil karena telah terjadi suksesi/perubahan/pergantian jenis mangrove yang mendominasi daerah tersebut.
Idris, 2004, menyatakan bahwa dominansi jenis disebabkan
karena kondisi lingkungan (substrat, salinitas, genangan pasang surut, kadar keasaman/pH tanah dan air) memungkinkan terjadinya dominasi jenis tertentu (Rhizophora apiculata)
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 56
Gambar 15. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Baranusa Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Baranusa dapat dilihat pada Tabel 16. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Baranusa untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a. Rhizophora stylosa: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,35 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,41 individu/m2). b. Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 0,90 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,47 individu/m2). c. Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,14 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,601individu/m2).
Tabel 15. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Baranusa Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Anakan Rhizophoraceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
1.33 7.80 0.49
13.83 81.08 5.09
37.04 37.04 25.93
6.13 93.77 0.09
Rhizophora stylosa
0.35
25.18
36.84
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
12.87
INP (%) 57.00 211.89 31.11 74.89 Nomor | 57
Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Semai Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae
Rhizophora apiculata Sonneratia alba
0.90
64.75
47.37
85.08
197.19
0.14
10.07
15.79
2.06
27.92
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
0.41
46.07
50.00
0.00
96.07
0.47
52.81
38.89
0.00
91.70
0.01
1.12
11.11
0.00
12.23
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 58
4.2.16. Vegetasi Mangrove di Desa Illu Kecamatan Pantar Barat Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Illu, ditemukan enam jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera racemosa, dan Avicennia marina. Dari data pada Gambar 16 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Bruguire gymnorrhiza yaitu sebesar 129,68%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Rhizophora stylosa dengan nilai 4,91%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Bruguire gymnorrhiza) sangat baik di Desa Illu. Jenis Bruguiera gymnorrhiza adalah jenis yang dapat tumbuh subur di lokasi yang kering, pada tanah yang dialiri air tawar, tetapi dapat tumbuh pula di tanah lumpur. Noor (1999), mengatakan bahwa jenis Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis dominan di hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Jenis ini juga toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh di tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak dan sungai-sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Rhizophora stylosa merupakan yang terkecil dari lima jenis yang lain di Kelurahan Teluk Mutiara (4,91%), dimana jenis ini kurang mampu beradaptasi dengan tipe zonasi eksosistem mangrove yang ada di Desa Illu. Secara visual terlihat dari zonasi yang terbentuk di ekosistem ini adalah zonasi tahap akhir hutan pantai yang mulai terbentuk sempurna.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 59
Gambar 16. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Illu Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Illu dapat dilihat pada Tabel 17. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Illu untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a. Rhizophora stylosa: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,00 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2). b. Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,52 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,31 individu/m2). c. Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,12 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,09 individu/m2). d. Bruguira gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,10 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,57 individu/m2). e. Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,09 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 60
Tabel 16. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Illu Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Avicenniaceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Avicenniaceae Kategori Semai Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Avicenniaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Avicennia marina
0.05 2.81 0.69 4.80 5.07 0.33
0.36 20.44 5.02 34.91 36.87 2.40
4.55 22.73 20.45 22.73 22.73 6.82
0.00 6.17 1.49
49.34
72.05
129.68
20.10
79.70
0.19
9.41
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Avicennia marina
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.52
25.24
28.57
17.38
71.19
0.12
5.83
14.29
0.93
21.04
1.10
53.40
28.57
77.77
159.74
0.23
11.17
20.00
3.40
34.57
0.09
4.37
8.57
0.52
13.46
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Avicennia marina
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.31
28.18
33.33
0.00
61.52
0.09
8.18
12.50
0.00
20.68
0.57
51.82
25.00
0.00
76.82
0.12
10.91
25.00
0.00
35.91
0.01
0.91
4.17
0.00
5.08
4.91 26.96
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 61
4.2.17. Vegetasi Mangrove di Desa Baraler Kecamatan Pantar Barat Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Baraler, ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, Sonneratia alba¸ dan Bruguiera gymnorrhiza. Dari data pada Gambar 15 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Bruguiera gymnorrhiza yaitu sebesar 239,58%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Sonneratia alba dengan nilai 26,82%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Bruguiera gymnorrhiza) sangat baik di Desa Baraler. Sependapat dengan Noor (1999), menunjukkan bahwa Bruguiera gymnorrhiza mampu mendominasi di Desa Baraler karena kemampuan jenis dalam kaitan dengan substart khususnya sangat memungkinkan Bruguiera gymnorrhiza berkembang dengan baik dan menuju fase atau tahapan pembentukan hutan pantai. Jenis ini juga toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Sonneratia alba merupakan yang terkecil dari dua jenis yang lain di Desa Baraler (26,82%), hal ini disebabkan karena jenis Sonneratia alba biasanya mendominasi substrat berpasir di zona depan datangnya arus/gerakan air, sehingga mangrove jenis ini kurang mampu berkembang di Desa Baraler dengan tipe substart berlumpur dan di daerah ini ekosistem mangrove mendapat masukan air tawar yang cukup banyak dari daerah daratan (terdapat 5 buah sumur air tawar dengan debit air yang besar dan 3 sumur dengan debit kecil yang dibuat masyarakat secara parmanen sekitar di pinggiran hutan mangrove di desa ini).
Gambar 17. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Baraler Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 62
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Baraler dapat dilihat pada Tabel 18. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Baranusa untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a. Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,30 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,08 individu/m2). b. Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,14 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,05 individu/m2). c. Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,42 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,72 individu/m2).
Tabel 17. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Baraler Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Kategori Semai Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza
0.47
5.00
28.57
0.02
33.60
0.28
2.98
23.81
0.03
26.82
8.65
92.02
47.62
99.94
239.58
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza
0.30
16.13
33.33
4.23
53.70
0.14
7.53
19.05
0.92
27.50
1.42
76.34
47.62
94.84
218.81
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza
0.08
9.41
25.00
0.00
34.41
0.05
5.88
12.50
0.00
18.38
0.72
84.71
62.50
0.00
147.21
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 63
4.2.18. Vegetasi Mangrove di Desa Brangmerang Kecamatan Pantar Barat Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Brangmerang, ditemukan lima jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Lumnitzera, dan Pemphis acidula. Dari data pada Gambar 18 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Bruguiera gymnorrhiza yaitu sebesar 200,76%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Sonneratia alba dengan nilai 20,97 %. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Bruguiera gymnorrhiza) sangat baik di Desa Brangmerang. Jenis Bruguiera gymnorrhiza adalah jenis yang dapat tumbuh subur di lokasi yang kering, pada tanah yang dialiri air tawar, tetapi dapat tumbuh pula di tanah lumpur. Noor (1999), mengatakan bahwa jenis Bruguiera gymnorrhiza merupakan jenis dominan di hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Jenis ini juga toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh di tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak dan sungai-sungai pasang surut dan payau. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Sonneratia alba merupakan yang terkecil dari empat jenis yang lain di Kelurahan Teluk Mutiara (20,97%), hal ini disebabkan karena jenis Sonneratia alba biasanya mendominasi substrat berpasir di zona depan datangnya arus/gerakan air, sehingga mangrove jenis ini kurang mampu berkembang di Desa Brangmerang dengan tipe substart berlumpur dan di daerah ini ekosistem mangrove mendapat masukan air tawar yang cukup banyak dari daerah daratan (terdapat 1 buah sumur air tawar dengan debit air yang besar dan 1 sumur dengan debit kecil yang dibuat masyarakat secara parmanen sekitar di pinggiran hutan mangrove di desa ini).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 64
Gambar 18. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Brangmerang Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Brangmerang dapat dilihat pada Tabel 19. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Brangmerang untuk masingmasing jenis adalah sebagai berikut : h.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,15 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,03 individu/m2).
i.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,01 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
j.
Bruguiera gymnorrhiza: kondisi permudaannya terkategori sangat baik (kerapatan anakan 3,34 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 1,03 individu/m2).
k.
Lumnitzera racemosa: kondisi permudaannya baik untuk kategori anakan (kerapatan anakan 1,45 individu/m2), tetapi tidak baik untuk kategori semai (kerapatan semai sebesar 0,09 individu/m2).
l.
Pemphis acidula: kondisi permudaannya t terkategori idak baik (kerapatan anakan 0,401 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,00 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 65
Tabel 18. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Brangmerang Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Lythraceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Lythraceae Kategori Semai Rhizophoraceae Sonneratiaceae Rhizophoraceae Combretaceae Lythraceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Phemphis acidula
0.56
4.86
28.00
0.13
32.99
0.11
0.95
20.00
0.01
20.97
7.55
65.48
40.00
95.28
200.76
3.31
28.71
12.00
4.58
45.29
0.38
3.30
40.00
0.06
43.36
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Phemphis acidula
0.15
3.03
22.22
0.17
25.42
0.01
0.20
3.70
0.00
3.91
3.34
67.47
37.04
84.00
188.51
1.45
29.29
37.04
15.83
82.16
0.01
0.20
3.70
0.00
3.91
Rhizophora apiculata Sonneratia alba Bruguiera gymnorrhiza Lumnitzera racemosa Phemphis acidula
0.03
2.61
16.67
0.00
19.28
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.03
89.57
55.56
0.00
145.12
0.09
7.83
27.78
0.00
35.60
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 66
4.2.19. Vegetasi Mangrove di Desa Bana Kecamatan Pantar Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Bana, ditemukan dua jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata, dan Avicennia marina. Dari data pada Gambar 19 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Avicennia marina yaitu sebesar 184,93%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 115,07%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Avicennia marina dan Rhizophora mucronata) sangat baik di Desa Bana. Dimana kedua jenis ini mampu tumbuh dengan baik dan membentuk zonasi dengan hanya dua jenis mangrove
Gambar 19. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Bana Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Baranusa dapat dilihat pada Tabel 20. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Bana untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a. Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,67 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,08 individu/m2). b. Avicennia marina: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,59 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,03 individu/m2).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 67
Tabel 19. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Bana Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Avicenniaceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Avicenniaceae Kategori Semai Rhizophoraceae Avicenniaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora apiculata Avicennia marina
3.04
43.80
50.00
21.26
115.07
3.90
56.20
50.00
78.74
184.93
Rhizophora apiculata Avicennia marina
0.67
53.17
50.00
56.32
159.50
0.59
46.83
50.00
43.68
140.50
Rhizophora apiculata Avicennia marina
0.08
72.73
50.00
0.00
122.73
0.03
27.27
50.00
0.00
77.27
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 68
4.2.20. Vegetasi Mangrove di Pulau Kura Desa Piringsina Kecamatan Pantar Dalam pengamatan dan penelitian di Pulau Kura Desa Piringsina, ditemukan tiga jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, dan Sonneratia alba. Dari data pada Gambar 20 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora stylosa yaitu sebesar 210,06%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Rhizophora apiculata dengan nilai 36,01 %. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora stylosa) sangat baik di Pulau Kura Desa Piringsina. Noor, 1999 menyatakan bahwa, jenis ini mampu tumbuh pada habitat beragam daerah pasang surut (seperti lumpur, pasir, dan batu). Satu jenis relung yang khas bisa ditempati jenis ini adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Pernyataan tersebut sejalan dengan kondisi rill dimana Pulau Kura merupakan sebuag pulau kecil dengan karang sebagai pembentuknya. Batu karang mendominasi pulau tersebut. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Rhizophora apiculata merupakan yang terkecil dari dua jenis yang lain di Pulau Kura Desa Piringsina (36,01%), dimana jenis ini kurang mampu hidup dengan kondisi ekosistem dengan tipe substrat pembentuk/dasar dari batu karang yang mendominasi pulau ini.
Gambar 20. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Pulau Kura Desa Piringsina Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Pulau Kura Desa Piringsina dapat dilihat pada Tabel 21.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 69
Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Pulau Kura Desa Piringsina untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : a. Rhizophora stylosa: kondisi permudaannya terkategori baik (kerapatan anakan 1,45 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,60 individu/m2). b. Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,09 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,03 individu/m2). c. Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori kurang baik (kerapatan anakan 0,40 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,11 individu/m2).
Tabel 20. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Pulau Kura Desa Piringsina Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Semai Rhizophoraceae Rhizophoraceae Sonneratiaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
5.87
67.70
47.62
94.74
210.06
0.96
11.07
23.81
1.13
36.01
1.84
21.22
28.57
4.14
53.93
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
1.45
74.74
52.63
92.60
219.97
0.09
4.64
21.05
0.36
26.05
0.40
20.62
26.32
7.05
53.98
Rhizophora stylosa Rhizophora apiculata Sonneratia alba
0.60
81.08
61.54
0.00
142.62
0.03
4.05
23.08
0.00
27.13
0.11
14.86
15.38
0.00
30.25
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 70
4.2.21. Vegetasi Mangrove di Desa Bagang Kecamatan Pantar Tengah Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Bagang, ditemukan dua jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba. Dari data pada Gambar 21 terlihat Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi kategori pohon dengan nilai tertinggi pada jenis Rhizophora apiculata yaitu sebesar 246,81%, sementara nilai INP terendah terdapat pada jenis Sonneratia alba dengan nilai 53,19%. Dengan nilai INP tersebut terlihat bahwa kondisi permudaan (Rhizophora apiculata) sangat baik di Desa Bagang. Menurut Noor (1999), Rhizophora apiculata adalah jenis yang tumbuh pada tanah lumpur, halus, dalam, dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Bila tipe substratnya baik maka tingkat dominansinya lebih dari 90%, dan hasil perhitungan indeks dominasi relative di Desa Bagang mendapatkan angka 97,96%, hal ini berarti bahwa kondisi substrat di Desa Bagang sudah sangat maksimal untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis Rhizophora apiculata. Nilai Indeks Nilai Penting untuk jenis Sonneratia alba merupakan yang terkecil dari dua jenis yang lain di Desa Bagang (53,19%). Rendahnya nilai INP dari jenis Sonneratia alba, dikarenakan jenis karena tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Jenis ini biasanya menyukai tanah yang bercampur lumpur dan pasir, kadang juga di bebatuan dan karang (atau pecahan karang), namun tipe substratum semacam ini dijumpai sangat sedikit diekosistem mangrove di Desa Bagang.
Gambar 21. Indeks Nilai Penting vegetasi mangrove kategori pohon di Desa Bagang Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 71
Hasil perhitungan nilai kerapatan, kerapatan relative, frekuensi relative, dominansi relative, dan indeks nilai penting di Desa Baranusa dapat dilihat pada Tabel 22. Kondisi permudaannya ketersediaan anakan dan semai di Desa Bagang untuk masing-masing jenis adalah sebagai berikut : m.
Rhizophora apiculata: kondisi permudaannya terkategori cukup baik (kerapatan anakan 0,69 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,06 individu/m2).
n.
Sonneratia alba: kondisi permudaannya terkategori tidak baik (kerapatan anakan 0,29 individu/m2 dan kerapatan semai sebesar 0,08 individu/m2).
Tabel 21. Komposisi Jenis, Kerapatan dan Indeks Nilai Penting Vegetasi Mangrove di Desa Bagang Nama Famili
Kategori Pohon Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Anakan Rhizophoraceae Sonneratiaceae Kategori Semai Rhizophoraceae Sonneratiaceae
Nama Jenis
Kerapatan (Ind/M2)
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Rhizophora apiculata Sonneratia alba
4.20
82.19
66.67
97.96
246.81
0.91
17.81
33.33
2.04
53.19
Rhizophora apiculata Sonneratia alba
0.69
70.41
71.43
84.99
226.82
0.29
29.59
28.57
15.01
73.18
Rhizophora apiculata Sonneratia alba
0.06 0.08
42.86 57.14
62.50 37.50
0.00
105.36
0.00
94.64
Keterangan: KR= Kerapatan Relatif, FR= Frekuensi Relatif, DR= Dominasi Relatif, INP= Indeks Nilai Penting, (-) = Tidak ditemukan
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 72
4.2.22. Vegetasi Mangrove di Desa Lewar Kecamatan Pantar Tengah Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Lewar, ditemukan dua jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba yang diamati pada dua spot mangrove. Untuk Desa Lewar kami tidak melakukan pengukuran secara langsung, selain karena kondisi oceaografi laut yang tidak memungkinkan juga ekosistem mangrove di desa ini hanya berupa spot-spot kecil. Dan sepanjang garis pantai yang kami sisir hanya ditemukan dua spot mangrove dengan dominansi oleh jenis Rhizophora apiculata. Seperti halnya Desa Bagang, maka dominansi jenis Rhizophora apiculata adalah karena tipikal dari substratnya adalah tanah lumpur halus dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras seperti pecahan karang ataupun batu karang.
. 4.2.23. Vegetasi Mangrove di Desa Pandaeng Kecamatan Pantar Timur Dalam pengamatan dan penelitian di Desa Lewar, ditemukan dua jenis mangrove, yaitu jenis Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba yang diamati pada empat spot mangrove (satunya spot besar dan tiga sisanya berupa spot-spot kecil). Untuk Desa Pandaeng kami tidak melakukan pengukuran secara langsung, selain karena kondisi oceaografi laut yang tidak memungkinkan juga ekosistem mangrove di desa ini hanya berupa spot-spot kecil. Dan sepanjang garis pantai yang kami sisir hanya ditemukan empat spot mangrove dengan dominansi oleh jenis Rhizophora apiculata. Seperti halnya Desa Lewar, maka di Desa Pandaeng juga didominansi oleh jenis Rhizophora apiculata adalah karena tipikal dari substratnya adalah tanah lumpur halus dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras seperti pecahan karang ataupun batu karang (persis seperti Desa Lewar).
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 73
4. 3. Aktivitas Lainnya yang Berhubungan dengan Keberadaan Hutan Mangrove Kabupaten Alor
di
Dalam kurun waktu 10 hari kami melakukan penelitian dan survey terhadap keberadaan vegetasi mangrove di Kebupaten Alor, selain laporan tentang keberadaan vegetasi mangrove yang telah kami tuangkan dalam bentuk data dan interpretasi ilmiah, kami juga ingin menyampaikan beberapa hal penting yang kami temui selama melakukan penelitian dan survey. Hal-hal tersebut menurut kami sangat penting kami sampaikan karena berhubungan langsung dengan keberadaan dan perkembangan hutan mangrove di Kabupaten Alor. 1. Pemotongan Sentigi (Berlokasi di Desa Pante Deere stasiun I dan II, Desa Baolang, Desa Alemba, dan Desa Brangmerang) Hasil pengamatan kami sepanjang melakukan penelitian khususnya di stasiun kedua Desa Pante Deere, bahwa masyarakat di Desa Pante Deere telah melakukan penebangan Sentigi (Phemphis acidula) dalam jumlah yang sangat besar (daerah ini kaya akan jenis Sentigi dibanding daerah lain di Kabupaten Alor). Penebangan jenis Sentigi ini dalam rangka menjualnya kepada penggemar bunga bonsai (bunga kerdil yang indah), bahkan sangat kreatifnya masyarakat yang menebang jenis Sentigi lalu menanamkan potongan batang Sentigi dalam rangka membudidayakannya. 2. Penambangan pasir (Desa Alila Induk, Kokar, Alaang Stasiun I dan II, Maukuru, Alemba, Brangmerang, Illu, dan Baranusa). 3. Konversi lahan dalam rangka memperpanjang landasan pacu pesawat di Bandara Mali dan pembukaan tambak (ikan) di Kelurahan Welai Barat dan Kelurahan Mutiara. 4. Penebangan pohon mangrove secara besar-besaran terjadi di Desa Baraler, dan ditebang dari jenis Bruguiera gymnorrhiza yang telah berdiameter lebih dari 70 cm, dimana penebangan dilakukan sepanajang ± 200 meter dengan lebar ± 50 meter. Informasi yang dihimpun dari masyarakat bahwa penebangan tersebut dilakukan oleh aparat desa setempat untuk kepentingan membangun rumah dan sisanya untuk kebutuhan bahan bakar.
Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 74
DAFTAR PUSTAKA Aninymous, 1997 Pengamanan dan Pengembangan Hutan Bakau di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Makalah. 20 hal. _________, 2008 Wetlands International Indonesia Programme, http/it. Wikipedia.org.com. Internet Bengen, D.G. 1997. Ekosistem dan Sumberdaya alam Wilayah Pesisir. Thesis. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 70 hal. _________,2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosisitem Mangrove, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bessie, D.,2006. Adaptasi Mangrove Terhadap Aktivitas Fisik Musim Pancaroba ke I terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Mangrove di Area Penanaman Mangrove Kelurahan Oesapa. 60 hal. Dahuri, Ginting, Rais dan sitepu, 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan secara terpadu. Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 305 hal. Idris, 2004. Pedoman Pngelolaan Ekosistem Mangrove. Direktorat Bina Pesisir. Jakarta. Murdyanto, 2003 Ekosistem bakau (mengenal, memelihara dan melestarikan). Jakarta. 82 hal. Ndauk, S.D.,2007. Perferensi Subtrat Beberapa Jenis Mangrove Di Pantai Oesapa Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Skripsi. Fakultas Perikanan. UKAW. Kupang.73 hal. Nontji, A., 1997. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta. 255 hal.s Noor, R. Y, Khazali, M dan Suryadiputra, N. N.I; Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PKA/WI-IP. Bogor. 201 hal. Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 445 hal. Odum, E. P. 1971, fundamentals of Ecology.3th Ed. Topan Company Ltd., Tokyo. 574 pp. Pieris, John.,2001. Pengembangan Suimberdaya Kelautan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 167 hal. Romimohtarto, K. dan Juwana, S., 2001. Biologi Laut (Ilmu Pengetahuan tentang Biologi Laut). Penerbit Djambatan. 484 hal. Samson, S. A. 1999. Keanekaragaman dan Assosiasi Gastropoda pada kawasan mangrove Wanawisata payau Tritih Cilacap jawa Tengah. Thesis Program Pasca Sarjana. Institute Pertanian Bogor. 70 hal. Laporan Survey Vegetasi Mangrove Alor
Nomor | 75