PANDUAN PENGENALAN DAN ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE1 Onrizal Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Email:
[email protected];
[email protected]
Definisi Mangrove Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove (MacNae, 1968). Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk jenis pohon-pohon atau semak belukar yang tumbuh diantara pasang surut air laut, dan kata mangal digunakan bila berhubungan dengan komunitas hutan. Richards (1975) menggunakan kata mangrove untuk kelompok ekologi jenis tumbuhan yang mendiami lahan pasang surut dan untuk komunitas tumbuhan yang terdiri atas jenis tersebut. FAO (1982) merekomendasikan kata mangrove sebaiknya digunakan baik untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Adapun Aksornkoae (1993) menyatakan bahwa mangrove adalah tumbuhan halofit yang hidup di sepanjang areal pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Hutan mangrove menurut Snedaker (1978) adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Berdasarkan SK Direktorat Jenderal Kehutanan No. 60/Kpts/Dj/I/1978, yang dimaksud dengan hutan mangrove adalah tipe hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, yaitu tergenang air laut pada waktu pasang dan bebas dari genangan pada waktu surut. Dengan demikian secara ringkas hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, 1
Bahan kuliah bagi peserta Praktek Pengenalan dan Pengelolaan Hutan pada Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
laguna, muara sungai (Gambar 1) yang tergenang pasang dan bebas dari genangan pada saat surut (Gambar 2) yang komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Selanjutnya ekosistem mangrove merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau. Selain itu, oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya dengan rumpun bahasa Melayu, hutan magrove sering disebut dengan hutan bakau. Namun demikian, penggunaan istilah hutan bakau untuk sebutan hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Dengan demikian, penggunaan istilah hutan mangrove hanya tepat manakala hutan tersebut hanya disusun oleh jenis-jenis dari marga Rhizophora, sedangkan apabila hutan tersebut juga disusun bersamaan dengan jenis dari marga yang lain, maka istilah tersebut tidak tepat lagi untuk digunakan. Cakupan Sumberdaya Mangrove Sumberdaya mangrove secara keseluruhan mencakup ekosistem mangrove yang terdiri atas : (1) satu atau lebih jenis pohon dan semak belukar yang hidupnya terbatas di habitat mangrove (exclusive mangrove), dan secara alami tidak tumbuh di habitat selain mangrove
Gambar 1. Variasi kondisi pantai tempat tumbuh hutan mangrove
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
2
(a)
(b)
Gambar 2. Profil hutan mangrove yang (a) tergenang air saat pasang dan (b) terbebas dari genangan saat surut (Foto oleh Onrizal; hutan mangrove di Teluk Bintuni, Papua, November 1996) (2) jenis-jenis tumbuhan yang hidupnya di habitat mangrove, namun secara alami juga dapat hidup di habitat selain mangrove (non-exclusive mangrove), (3) biota yang berasosiasi dengan mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak, cendawan, ganggang, bakteri dan lain-lain) baik yang hidupnya menetap, sementara, sekali-sekali, biasa ditemukan, kebetulan maupun khusus hidup di habitat mangrove, (4) proses-proses alamiah yang berperan dalam mempertahankan ekosistem mangrove baik yang berada di daerah bervegatasi maupun di luarnya, (5) daratan terbuka atau hamparan lumpur yang berada antara batas hutan sebenarnya dengan laut, dan (6) masyarakat yang hidupnya bergantung dan bertempat tinggal pada lahan mangrove. Mengenal Flora Mangrove di Lapangan Secara umum, ada 4 (empat) cara dalam mengenal suatu jenis flora, yaitu (a) bertanya kepada orang yang ahli, (b) mencocokkan dengan herbarium yang telah diidentifikasi, (c) membandingkan dengan gambar dan deskripsi yang terdapat pada buku flora, dan (d) menggunakan kunci identifikasi. Karakter yang digunakan dalam pengenalan suatu jenis adalah karakter morfologi yang bersifat khas dan mantap. Oleh karena itu, setiap yang ingin mengenal jenis flora, termasuk mangrove, minimal memiliki pengetahuan tentang morfologi tumbuhan.
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
3
Dalam berbagai buku taksonomi, identifikasi didasarkan pada morfologi bunga dan buah, namun sulit diaplikasikan di lapangan, mengingat tidak setiap waktu dijumpai bagian bunga dan buah. Oleh karena itu, pengenalan berdasarkan karakter morfologi dari bagian vegetatif, seperti akar, batang, daun, dan getah banyak dikembangkan yang tidak bergantung pada keberadaan bagian generatif. Flora mangrove dapat dikenali berdasarkan karakteristik morfologi dari setiap bagian penyusunnya, seperti akar, batang, daun, bunga dan buah. Saat ini, pengenalan jenis flora mangrove juga dapat mengacu pada buku panduan atau publikasi terkait floristik mangrove yang telah tersedia, seperti Ding Hou (1958), Mabberley et al (1995), Tomlinson (1996), Kusmana et al. (1997, 2003), Kitamura et al. (1997), Noor et al. (1999), dan Onrizal et al. (2005). Dalam berbagai publikasi tersebut, karakter yang sering digunakan adalah perawakan (habitus), tipe akar, daun, bunga, dan buah. Berdasarkan perawakannya, flora mangrove dibagi ke dalam lima kategori, yaitu: pohon (tree), semak (shrub), liana (vine), paku/palem (fern/palm), dan herba/rumput (herb/grass). Flora mangrove memiliki sistem perakaran yang khas, sehingga bisa digunakan untuk pengenalan di lapangan. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan mangrove yang khas tersebut (Gambar 3) adalah sebagai berikut: a. Akar pasak (pneumatophore). Akar pasak berupa akar yang muncul dari sistem akar kabel dan memanjang keluar ke arah udara seperti pasak. Akar pasak ini terdapat pada Avicennia, Xylocarpus dan Sonneratia. b. Akar lutut (knee root). Akar lutut merupakan modifikasi dari akar kabel yang pada awalnya tumbuh ke arah permukaan substrat kemudian melengkung menuju ke substrat lagi. Akar lutut seperti ini terdapat pada Bruguiera spp. c. Akar tunjang (stilt root). Akar tunjang merupakan akar (cabang-cabang akar) yang keluar dari batang dan tumbuh ke dalam substrat. Akar ini terdapat pada Rhizophora spp. d. Akar papan (buttress root). Akar papan hampir sama dengan akar tunjang tetapi akar ini melebar menjadi bentuk lempeng, mirip struktur silet. Akar ini terdapat pada Heritiera. e. Akar gantung (aerial root). Akar gantung adalah akar yang tidak bercabang yang muncul dari batang atau cabang bagian bawah tetapi biasanya tidak mencapai substrat. Akar gantung terdapat pada Rhizophora, Avicennia dan Acanthus.
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
4
a
b
d
c
Gambar 3. Bentuk-bentuk perakaran tumbuhan yang sering dijumpai di hutan mangrove. (a) akar tunjang, (b) akar lutur, (c) akar pasak, (d) akar papan Pada umumnya marga pohon mangrove mempunyai satu atau lebih tipe akar (Tabel 1). Berbagai bentuk perakaran tersebut merupan salah satu cara adaptasi tumbuhan mangrove terhadap kondisi habitat yang sering tergenang air pasang, sehingga tanahnya bersifat anaerob. Tabel 1. Tipe akar pada beberapa marga pohon mangrove Marga Acanthus Aegialitis Aegiceras Avicennia Bruguiera Camptostemon Ceriops Cynometra Excoecaria Heritiera Lumnitzera Nypa Osbornia Rhizophora Schyphiphora Sonneratia Xylocarus
Akar kabel permukaan + + + + +? + +? +/+/-
Akar nafas + +/+ +/+/+/+
Akar lutut +/+ + + -
Akar tunjang + +/+ +/+ -
Akar papan +/+ + +/+ +/+
Akar gantung + + +/+ -
Keterangan : + = ada; +/- = ada pada beberapa jenis; +? = kadang-kadang ada; - = tidak ada.
Beberapa jenis mangrove memiliki morfologi buah yang sangat spesifik, sehingga dapat dijadikan alat identifikasi yang baik. Ada beberapa bentuk khas buah mangrove, yaitu : bulat memanjang (cylindrical), bola (ball), seperti kacang buncis (bean-like), dan sebagainya. Morfologi buah yang spesifik tersebut merupakan bentuk adaptasi, yakni antisipasi terhadap habitat yang tergenang dan substratnya yang berlumpur, dimana biji flora mangrove telah berkecambah selagi masih melekat pada pohon induknya. Fenomena ini disebut vivipari dan kriptovivipari (Gambar 4).
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
5
Gambar 4. Berbagai buah jenis pohon mangrove yang menunjukkan fenomena vivipari: (a) Rhizophora mucronata, (b) R. apiculata, (c) Bruguiera gymnorrhiza, (d) Ceriops tagal, (e) R. stylosa, (f) Aegiceras corniculatum; dan kriptovivipari: (g) Avicennia marina, (h) Sonneratia caseolaris, dan (i) S. alba. Vivipari adalah perkecambahan dimana embrio keluar dari perikarp selagi masih menempel pada ranting pohon, kadang-kadang berlangsung lama pada pohon induknya. Vivipari terjadi pada Bruguiera, Ceriops, Rhizophora, Kandelia dan Nypa. Kriptovivivari adalah perkecambahan dimana embrio berkembang dalam buah, tapi tidak mencukupi untuk keluar dari pericarp. Kriptovivipari terjadi pada Aegialitis, Acanthus, Avicennia, Laguncularia dan Pelliciera. Viviparitas ini merupakan mekanisme adaptasi terhadap beberapa aspek lingkungan, diantaranya bertujuan untuk mempercepat perakaran, pengaturan kadar garam, keseimbangan ion, perkembangan daya apung dan memperpanjang waktu memperoleh nutrisi dari induk.
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
6
Berdasarkan berbagai hasil pengamatan penulis di lapangan dan kajian terhadap berbagai publikasi terkait flora mangrove, pada Lampiran 1-8 disajikan matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan karakter morfologinya. Analisis Vegetasi Hutan Mangrove Analisis vegetasi hutan mangrove dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak (Gambar 5) dengan panjang jalur minimum adalah 300 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak (Onrizal & Kusmana, 2005). Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan mangrove adalah sebagai berikut: (a) Semai
: Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.
(b) Pancang
: Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.
(c) Pohon
: Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.
(e) Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak belukar.
Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut: (a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m. (b) Pancang
: 5 x 5 m.
(c) Pohon
: 10 x 10 m.
10 m
10 m
Arah rintis 2m 5m
Gambar 2. Desain kombinasi metoda jalur dan metoda garis berpetak
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
7
Seluruh
individu
tumbuhan
mangrove
pada
setiap
sub-petak
tingkat
pertumbuhan diidentifikasi, dihitung jumlahnya, dan khusus untuk tingkat pohon diukur diamater pohon, yakni diamater batang pada ketinggian 1,3 m dari atas permukaan tanah atau 10 cm di atas banir atau akar tunjang, apabila banir atau akar tunjang tertinggi terletak pada ketinggian 1,3 m atau lebih. Untuk keperluan identifikasi jenis, diambil material herbarium setiap jenis, berupa setangkai daun berbunga dan atau berbunga. Material herbarium tersebut selanjutnya diproses di kampus untuk identifikasi. Dalam hal ini, peserta P3H agar membaca teknik pembuatan herbarium (Onrizal, 2005) dengan tally sheet, seperti disajikan pada Lampiran 9, Perhitungan besarnya nilai kuantitif parameter vegetasi, khususnya dalam penentuan indeks nilai penting, dilakukan dengan formula berikut ini: a.
Kerapatan suatu jenis (K)
K=
∑ individu suatu
jenis
Luas petak contoh
b. Kerapatan relatif suatu jenis (KR)
KR = c.
K suatu jenis x 100% K seluruh jenis
Frekuensi suatu jenis (F) F =
∑ Sub − petak ditemukan suatu jenis ∑ Seluruh sub − petak contoh
d. Frekuensi relatif suatu jenis (FR)
FR = e.
F suatu jenis x 100 % F seluruh jenis
Dominansi suatu jenis (D). D hanya dihitung untuk tingkat pohon.
D= f.
Luas bidang dasar suatu jenis Luas petak contoh
Dominansi relatif suatu jenis (DR)
DR =
D suatu jenis x 100 % D seluruh jenis
g. Indeks Nilai Penting (INP) g.1. Untuk tingkat pohon adalah INP = KR + FR + DR g.2. Untuk tingkat semai, pancang dan tumbuhan bawah adalah INP = KR + FR
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
8
Selanjutnya, indeks keanekaragaman Shannon (Shannon’s index) (Ludwig & Reynold, 1988) digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis di setiap tingkat pertumbuhan dengan rumus sebagai berikut: H ’ = – ∑ (pi ln pi); dengan pi = (ni / n) dimana H ’ adalah indeks keanekaragaman Shannon, ni adalah jumlah individu suatu jenis ke–i dalam petak ukur (PU), dan n adalah total jumlah individu dalam PU. Barbour et al. (1987) menyatakan bahwa nilai H’ berkisar antara 0 – 7 dengan kriteria (a) 0 – 2 tergolong rendah, (b) 2 – 3 tergolong sedang, dan (c) 3 atau lebih yang tergolong tinggi. Untuk mengetahui nilai kekayaan digunakan indeks kekayaan jenis Menhinick (Menhinick’s index) (Ludwig & Reynold, 1988) dengan rumus sebagai berikut: R=S/√n dimana R adalah indeks kekayaan Menhinick, S adalah jumlah jenis dalam PU, dan n adalah total individu seluruh jenis dalam PU. Untuk mengetahui kemerataan jenis, marga atau suku pohon, indeks kemerataan (evenness index) (Ludwig & Reynold, 1988) dapat digunakan dengan rumus sebagai berikut: E = H ‘ / ln (S) dimana E adalah indeks kemerataan untuk jenis, marga atau suku, dan S adalah jumlah jenis, marga atau suku yang dijumpai dalam PU. Dalam rangka untuk mengetahui gambaran struktur hutan di lokasi penelitian, dibuat distribusi pohon secara horizontal (sebaran horizontal) dan secara vertikal (statifikasi) yang secara berturut–turut didasarkan klas diamater (selang 5 cm) dan klas tinggi pohon (selang 1 m). Kegiatan Praktek di Lapangan Pada ekosistem hutan mangrove, kegiatan P3H minimum mencakup: 1. Mencari tahu, melalui wawancara dengan masyarakat lokal, tentang nama yang diberikan terhadap hutan mangrove, beserta batasannya. 2. Identifikasi setiap jenis flora mangrove yang dijumpai di lokasi P3H yang disertai dengan pembuatan herbarium beserta dokumentasi berupa foto (lebih baik menggunakan kamera digital). 3. Melakukan analisis vegetasi mengikuti metode seperti diuraikan di atas dengan panjang jalur minimum untuk setiap regu adalah 300 m.
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove
9
4. Mencatat jenis satwa yang dijumpai, baik yang hidup di dalam substrat, di permukaan, maupun di atas substrat yang disertai dokumentasi berupa foto (lebih baik menggunakan kamera digital). Daftar Pustaka Barbour, G.M., J.K. Burk, & J.K. Pitts. 1987. Terresrtrial plant ecology. New York: The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc. Ding Hou. 1958. Rhizophoraceae. Flora Malesiana 1, 5 (4): 452-453 Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, S. Baba. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia. Bali dan Lombok. Ministry of Forestry Indonesia and Japan International Cooperation Agency. Jakarta. Kusmana, C., Onrizal, & Sudarmadji. 2003. Jenis-jenis pohon mangrove di Teluk Bintuni, Papua. Fakultas Kehutanan, IPB – Bogor dan PT BUMWI – Jakarta. Ludwig, J.A., and J.F. Reynold. 1988. Statistical Ecology: a Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley & Sons. Mabberley, D.J., C.M. Pannel, A.M. Sing. 1995. Meliaceae. Flora Malesiana 1, 12 (1): 376 Macnae, W. 1968. A General Account of the Fauna of the Mangrove Swamps of Inhaca Island, Mozambique. J. Ecol. 50: 93 – 128 Noor, Y.S., M. Khazali, & I.N.N. Suryadiputera. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA Departemen Kehutanan dan Wetlands International Indonesia Programme. Bogor. Onrizal, & C. Kusmana. 2005. Ekologi hutan Indonesia [buku ajar]. Departemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan. Onrizal, Rugayah, & Suhardjono. 2005. Flora mangrove berhabitus pohon di Hutan Lindung Angke-Kapuk. Biodiversitas 6 (1): 34-39 Onrizal. 2005. Teknik pembuatan herbarium. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan Tomlinson, P.B. 1996. The botany of mangrove. Cambridge University Press. UK.
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 10
Lampiran 1. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan perawakan Perawakan No.
Nama Jenis Pohon
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Semak • •
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Liana
Pakis/Palem •
Herba/Rumput
• •
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 11
Lampiran 2. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan tipe akar Akar permukaan No.
Tanpa akar permukaan
Nama Jenis Tunjang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Pasak
Lutut
Papan
Banir • • •
• • • •
• • • •
• • • • • •
• • • •
• • • •
•
• • •
•
•
• •
•
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 12
Lampiran 3. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan komposisi dan susunan daun Komposisi Daun No.
Nama Jenis Tunggal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Susunan Daun
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
• • • • • • • • • • • • • • • •
Majemuk
Opposite
Alternate • •
• • • • • • • • • •
•
• • • • • • • • •
• • • • •
• • • • • • • • • • • •
• • •
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 13
Lampiran 4. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan tipe akar Bentuk Helaian Daun No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Nama Jenis
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Lanset • •
Elips
Oval
Obovate
Cordate
• • • • •
• • • •
• •
• •
• •
•
• •
• • • • • •
• • • •
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 14
Lampiran 5. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan bentuk ujung daun Ujung Daun No.
Nama Jenis Acute/ Acuminate
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Aristate/ Acuminate
Rounded (Bundar)
Emarginate (Berlekuk)
• • • • • •
• • • •
• •
• •
• •
• • • • •
• •
•
• •
• •
•
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 15
Lampiran 6. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan bentuk ujung daun Posisi bunga No.
Warna Bunga
Nama Jenis Terminal
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
• • • • • •
•
• •
Axillary
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Tunggal
• •
Petal putih Petal putih Petal kuning-oranye Petal kuning-oranye Petal kuning-oranye Petal kuning Calyx hijau kekuningan Calyx merah Calyx hijau kekuningan Calyx kuning kehijauan Petal putih-cokelat Petal putih-cokelat Petal hijau & putih Petal ungu & mrh bata Petal merah Petal putih Kuning – cokelat Calyx hijau kemerahan Calyx putih – hijau Calyx hijau kekuningan Calyx hijau kekuningan Calyx putih-hijau Calyx hijau kekuningan Petal putih Calyx hijau Calyx hijau Petal putih kehijauan Petal putih kehijauan Petal putih kehijauan
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 16
Lampiran 7. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan bentuk ujung daun Inflorescence (Bunga Majemuk) No.
Nama Jenis Cyme
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Malai
Bulir
Tandan
Catkin
Payung •
• • • • •
• • • •
•
• • •
•
• • • • • • • • • • • •
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 17
Lampiran 8. Matriks pengenalan flora mangrove berdasarkan bentuk ujung daun Bentuk Buah No.
Nama Jenis
Lainnya Bulat Panjang
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Acrostichum aureum Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Avicennia alba Avicennia lanata Avicennia marina Avicennia officinalis Bruguiera cylindrica Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera parvifolia Bruguiera sexangula Ceriops decandra Ceriops tagal Excoecaria agallocha Heritiera littoralis Lumnitzera littorea Lumnitzera racemosa Nypa fruticans (palm) Osbornia octodonta Pemphis acidula Rhizophora apiculata Rhizophora lamarckii Rhizophora mucronata Rhizophora stylosa Scyphiphora hydrophyllacea Sonneratia alba Sonneratia caseolari Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Xylocarpus rumphii
Bola
Kacang Buncis -
• • • • • •
• • • • • •
• • •
• • • •
• • • • • • • •
•
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 18
Lampiran 9. Tally Sheet / Blanko Isiian Data Tumbuhan Mangrove di Lapangan
No Koleksi : .............................. Nama Kolektor : ....................................... Tanggal koleksi : .............................. Nama lokal : ............................................. Nama ilmiah : ....................................................................................................... (suku, marga, jenis) Lokasi (meliputi batas floristik, administrasi, koordinat, ketinggian) : ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... Habitat : ....................................................................................................... (tipe substrat: lumpur, pasir, coral, dsb; letak: muara sungai (estuari), delta, dsb). Ekologi : ....................................................................................................... (frekuensi ditemukan/peyebaran, asosiasi dengan tumbuhan disekitarnya) Habitus/perawakan : ....................................................................................................... (bentuk perwakan: pohon, liana, terna, perdu, epifit, parasit; dengan ukuran tinggi dan diameternya) Deskripsi (sifat/karakter: pangkal pohon/tumbuhan, batang, kulit, percabangan, ranting, dan daun, beserta bunga dan buah jika ada; bau, rasa, warna: getah) : ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... ....................................................................................................... Kegunaan : ....................................................................................................... (pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal) Identifikator : ....................................................................................................... (nama orang yang mengidentifikasi) Tanggal identifikasi : ....................................................................................................... (tanggal koleksi diidentifikasi)
Onrizal. 2008. Panduan Pengenalan dan Analisis Vegetasi Hutan Mangrove 19