Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
Analisis Vegetasi Hutan Pantai, Hutan Tropis Daratan Rendah Dan Ekosistem Mangrove Di Cagar Alam Pulau Sempu Vegetation Analysis Of Coastal Forests, Lowland Tropical Forests And Mangroves Ecosystem In Sempu Island Nature Reserve Agustin Sukistyanawati*1, Wiwin Sepiastini2, Sukro Makmun2, Sapto Andriyono3 1
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Timur. Jl. Raya Juanda Sedati, Sidoarjo. Email: Seksi Konservasi Wilayah VI Probolinggo, Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Timur. Jl. Mastrip No.88 Probolinggo, Jawa Timur. 3 Departemen Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga. Jl. Mulyorejo Surabaya 60115. Surabaya. *
[email protected] 2
Abstrak Analisis Vegetasi Pulau Sempu dilakukan untuk mengetahui kondisi terkini keanakaragaman hayati vegetasi yang ada di Kawasan CAPS. Terkait dengan pengelolaan kawasan konservasi, maka CAPS perlu dilakukan monitoring kenaekaragam hayatinya. Metode jalur berpetak dipilih sebagai metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian analisis vegetasi ini. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga ekosistem yang ada di kawasan konservasi ini yaitu hutan tropis dataran rendah, hutan pantai dan hutan mangrove. Hasil kajian pada tiga ekosistem tersebut mendapatkan jumlah species vegetasi yang berbeda. Pada ekosistem hutan pantai telah didapatkan 20 species tanaman dan tiga species paku dan anggrek. Pohon bulu rete (Ficus retusa) mendominasi pada ekosistem ini. Pada ekosistem hutan tropis dataran rendah mendapatkan jumlah yang lebih besar yaitu 77 species tanaman dan empat species paku dan anggrek. Pohon di ekosistem ini tidak menunjukkan dominasi yang signifikan, namun pada kelompok flora yang berbentuk pohon, Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi ditempati oleh Bendo (Artocarpus elasticus). Pada eksistem mangrove, tercatat hanya 8 species mangrove sejati dan empat species paku dan anggrek. Species bakau (Rhizophora apiculata) mendominasi pada kelompok pohon. Pada ekosistem hutan pantai ditemukan satu tanaman herba yaitu Chromolaena odorata (Copasanda) yang merupakan spesies invasif. Pada ekosistem hutan tropis dataran rendah, species Myristica teysmannii yang ditemukan tercatat berstatus endemik dan tanaman ini berlabel status kritis atas keberadaan tumbuhan ini, dimana tumbuhan ini termasuk dalam Red List of Endangered IUCN 2012. Kata kunci: hutan, pantai, mangrove, pulau, cagar alam Abstract Analysis of Vegetation Island Sempu conducted to determine the current condition of the biodiversity existing vegetation in the area of CAPS. Associated with the management of protected areas, it is necessary to CAPS biodiversity monitoring. The methods used in data collection is an analytical method of vegetation with terraced path method. Samples were taken at three ecosystems that exist in this conservation area is a lowland tropical forest, coastal forest and mangrove forests. The results of the study on three of these ecosystems get a number of different species of vegetation. In the coastal forest ecosystems has been found 20 species of plants and three species nails and orchids. The Chinese banyan (Ficus retusa) dominate this ecosystem. In the lowland tropical forest ecosystems obtained a larger amount, namely 77 plant species and four species nails and orchids. Trees in these ecosystems do not show significant dominance, but Monkey jack tree (Artocarpus elasticus) has the highest Important Value Index (IVI) in the tree category. In ecosystem mangrove, recorded only eight true mangrove species and four species nails and orchids. Species of mangroves (Rhizophora apiculata) dominates in the group of trees. In the coastal forest ecosystems found a herbaceous plant that is Chromolaena odorata (Copasanda) which an invasive species. In the lowland tropical forest ecosystems, species found Myristica teysmannii recorded endemic status and the status of the plant is labeled critical for the existence of this plant, besides the plants included in the Red List of Endangered IUCN, 2012. Keywords: forest, coastal, mangrove, island, nature reserve.
22 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
stakeholder terkait yang meliputi instansi
Pendahuluan Penetapan
kawasan
CAPS
terkait telah dilakukan.. Workshop yang
didasarkan pada sebuah Surat Keputusan
telah
No.
telah
bahwa CAPS akan tetap dilestarikan dan
ditandatangani 88 tahun yang lalu ketika
dipertahankan fungsinya sebagai cagar
Indonesia
kolonial
alam. BBKSDA Jawa Timur dengan
pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan
dukungan stakeholder terkait berupaya
surat tersebut telah ditetapkan sebuah
memperbaiki sistem pengelolaan CAPS.
cagar alam di kawasan Malang selatan
Kegiatan survei potensi yang dilakukan ini
yang sekarang kita kenal sebagai CAPS.
didasarkan pada tata cara yang telah
Dengan berstatus sebagai cagar alam,
ditetapkan oleh Kementerian Kehutanan
CAPS hanya dapat dimanfaatkan untuk
dalam bentuk Permen No.49/Menhut-
keperluan pendidikan dan penelitian. Sejak
II/2014. Dalam rangka mengakomodir
tahun 1980-an, Cagar Alam Pulau Sempu
evaluasi fungsi yang akan dilaksanakan
(CAPS)
yaitu
pada tahun 2016, sehingga maka pada
mendapatkan banyak kunjungan masya-
tahun 2015 ini dilaksanakan survei potensi
rakat untuk tujuan berwisata. Wisatawan
secara menyeluruh pada aspek bioekologi
yang berkunjung ke CAPS hampir se-
dan aspek sosi-ekonomi dan budaya
luruhnya menuju Segoro Anakan yang
masyarakat.
46
Stbld
No.
masih
memiliki
menawarkan
69
yang
dibawah
permasalahan
landsekap
sangat
dilakukan
tersebut
merumuskan
indah.
Menginjak akhir dekade 2010-an dengan
Material Dan Metode
berkembangnya
angka
Lokasi Penelitian dilakukan di cagar alam
kunjungan ke CAPS justru semakin me-
Pulau Sempu yang secara administratif
ningkat. Hal ini menimbulkan dampak
berada berada di Kabupaten Malang pada
yang perlu dikhawatirkan yaitu menu-
bulan September –Nopember 2015. Secara
runnya kualitas ekosistem CAPS yang
geografik, koordinat lokasi CAPS adalah
ditandai dengan meningkatnya jumlah
112040’45”-112042’45”BT dan 8027’24”-
sampah dan adanya perubahan perilaku
8024’54”LS, sekitar 0,5 km dari garis
satwa liar yang menghuni kawasan ini.
pantai sebelah selatan Jawa Timur. Lokasi
media
sosial,
Dalam rangka tindak lanjut opti-
pengambilan sampel dari lokasi penelitian
malisasi pengelolaan CAPS maka pada
adalah 12 lokasi yang terbagi dalam 51
tahun 2014 Workshop Optimalisasi Pe-
plot (Tabel 1). Keseluruhan lokasi diha-
ngelolaan CAPS dengan mengundang
rapkan dapat mewakili tiga ekosistem 23 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
berbeda. Pantai Waru-waru sebagai lokasi
difikasi untuk mendapatkan data flora.
hutan pantai, tiga lokasi lain pada teluk
Metode jalur berpetak dipilih sebagai
semut yang merupakan perwakilan eko-
metode yang digunakan dalam pengum-
sistem mangrove. Pada ekosistem hutan
pulan data pada penelitian analisis vegetasi
tropis dataran rendah dilakukan sampling
ini. Jalur diarahkan memotong garis
di Telaga Lele, Telaga Sat, Telaga
topografi/ kontur dan sedapat mungkin
Panjang, Segoro Anakan, dan Baru-baru
mengikuti
(Gambar 1).
Setiap jalur terdiri dari 5 (lima) petak ukur, apabila
perubahan
kondisi
tipe
ekosistem.
lapangan
tidak
memungkinkan, jumlah petak ukur dapat disesuaikan. Jumlah unit petak ukur mengambil intensitas sampling sebesar 5% dari luas area yang dievaluasi seluas 40 hektar. Dengan demikian diperlukan 50 unit petak ukur pada survei ini. Data-data yang diambil untuk analisa vegetasi yaitu waktu pengambilan data, koordinat, lokasi, nomor transek dan petak ukur, nama jenis, jumlah, Gambar 1. Lokasi Transek untuk Identifikasi dan Inventarisasi Jenis Tumbuhan. Tabel 1. Transek dan Petak Ukur. Nomor Transek
Lokasi
1 Pantai Waru-waru 2 Barat laut Telaga Lele 3 Utara Telaga Lele 4 Timur Telaga Lele 5 Tenggara Telaga Lele 6 Telaga Panjang 7 Telaga Sat 8 Teluk Semut (muara) 9 Teluk Semut (tengah) Inventarisasi Jenis 10 TelukTumbuhan Semut (dalam) 11 Baru-baru Inventarisasi dialakukan berdasarkan 12 Segoro Anakan JUMLAH Sofiah dan Lestari (2009) yang dimo-
diameter
batang,
dan
tinggi
tegakan. Data-data tersebut kemudian
Jml. Petak Ukur 5 5 5 5 5 5 5 6 2 3 3 2 51
Tipe Ekosistem Hutan pantai Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah Hutan mangrove Hutan mangrove Hutan mangrove Hutan tropis dataran rendah Hutan tropis dataran rendah
24 Diterima/received: 2 Januari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
diolah untuk mendapatkan beberapa parameter yang akan menjadi acuan dalam penentuan
kondisi
lokasi.
Parameter-
tersebut meliputi data kerapatan, kerapatan relatif,
dominansi,
dominansi
untuk mengamati tingkat tiang adalah 10 x 10 m. d. Pohon adalah tegakan dewasa dengan 20 cm. Ukuran petak ukur untuk mengamati tingkat pohon adalah 20 x 20 m.
relatif,
frekuensi, frekuensi relatif, Indeks Nilai
Kerapatan (K) dan Kerapatan Relatif (KR) seluruh dalam satuan jenis/Ha dilakukan perhitungan dengan persamaan berikut ini: K=
Penting, dan luas pertajukan masingmasing jenis. Indeks Nilai Penting (INP) dilakukan perhitungan untuk mengetahui kedudukan suatu jenis vegetasi diban-
jumlah individu suatu jenis Luas petak contoh (Ha)
2007;
Trimanto,
2014).
Perhitungan INP ini didasarkan pada
x 100%
Luas Bidang Dasar (LBDS) dilakukan pengukuran dengan persamaan sebagai berikut: LBDS = л(/2)
dingkan dengan jenis vegetasi lainnya (Fachrul,
KKR =
keterangan : = diameter batang pohon, л = 3,14
(Curtis and McIntosh, 1951; Cox, 1985, Kusmana,
1997).
Parameter INP ini
dihitung untuk mengetahui jenis pohon yang dominan di setiap plot sampel yang
Nilai Dominansi (D) Relatif
(DR)
dilakukan
perhitungan
dengan persamaan berikut ini: D=
diteliti. Selain itu juga dilakukan pengukuran diamter pohon yang disurvey untuk
dan Dominansi
Jumlah LBDS suatu jenis Luas petak contoh
Dominansi suatu jenis x 100% Dominansi total seluruh jenis
DR =
mengetahui luas bidang datarnya (LBDS).
Nilai Frekuensi (F) dan Frekuensi Relatif
Gambar 2. Pembuatan petak sampel dalam
(FR)
pengumpulan data penelitian
persamaan berikut ini:
Keterangan : a. Semai berupa anakan pohon mulai kecambah hingga tinggi 1,5 m. Ukuran petak ukur untuk tingkat semai adalah 2 x 2 m. b. Pancang berupa anakan pohon dengan tinggi 1,5 m dan diameter 7 cm. Ukuran petak ukur untuk tingkat pancang adalah 5 x 5 m. c. Tiang adalah pohon muda dengan diameter 7-20 cm. Ukuran petak ukur
dilakukan
F= FR =
perhitungan
dengan
Frekuensi suatu jenis x 100% Frekuensi total seluruh jenis
Indeks Nilai Penting (INP) dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan seluruh nilai : 25 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016 INP = KR + DR + FR
memiliki kekhasan flora, fauna,
dan
Luas Pertajukan (L) dilakukan perhitungan
ekosistem atau sebuah ekosistem tertentu
dengan persamaan berikut ini:
yang
perlu
bangannya Luas tajuk suatu jenis L= x 100% Jumlah luas tajuk seluruh jenis
dilindungi berlangsung
dan
perkem-
tanpa
adanya
campur tangan manusia dikenal sebagai istilah cagar alam. Berdasarkan definisi tersebut, maka evaluasi dan monitoring
Identifikasi Jenis Tanaman Spesimen tumbuhan yang telah diperoleh
tentang kawasan CAPS ini dilakukan. Survei
dari lapangan diidentifikasi secara langsung untuk mengetahui nama jenis tumbuhan. Identifikasi dilakukan dengan menyesuaikan data yang telah ada Kebun
yang
dilakukan
telah
dilakukan kali ini mengidentifikasi 294 spesies tumbuhan, 89 species dalam taksonomi hanya sampai pada tingkatan Genus, 20 spesies anggrek dan 20 species
Raya Purwodadi.
paku-pakuan. Transek pengamatan diambil
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan data yang dikumpulkan akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan spesimen tumbuhan (herbarium) yang telah diperoleh dari lapangan akan diidentifikasi untuk mengetahui nama jenis tumbuhan tersebut dan herbarium ini akan dilakukan dengan menyesuaikan koleksi di Balitbang Botani - Herbarium Kebun Raya
dengan mempertimbangkan keterwakilan ekosistem, yaitu ekosistem hutan pantai, ekosistem hutan tropis dataran rendah secara acak terpilih, dan ekosistem mangrove. Transek mengambil dua jalur pengamatan yaitu jalur pertama meng-ambil jalur tengah Pulau Sempu, meliputi Pantai Waru-waru–Telaga Lele– Telaga Panjang– Telaga
Sat.
Sedangkan
jalur
kedua
mengambil jalus di sisi barat Pulau Sempu, meliputi Teluk Semut– Blok Baru-baru–
Purwodadi.
Segoro Anakan (Gambar 1). Jumlah petak ukur yang diambil pada suatu transek
Hasil Dan Pembahasan Kawasan kawasan
lindung
merupakan
yang menjadi kawasan pe-
nyimpan keanekaragaman flora fauna dan seluruh proses yang terjadi di dalamnya. Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1990, kawasan lindung (konservasi) yang
tergantung pada pengamatan visual terhadap
variasi
komposisi
tumbuhan.
Pemilihan lokasi transek penga-matan dilakukan oleh pengenal jenis tumbuhan LIPI dengan mempertimbangkan komposisi tumbuhan secara visual. 26 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
2004).
Analisa Vegetasi Tipe Hutan Pantai Selain ekosistem mangrove yang
Hasil analisa vegetasi pohon pada
telah banyak dikenal, ekosistem hutan
eksosistem hutan pantai diketahui 23
pantai mampu tumbuh pada kawasan lahan
species yang ditemukan pada kelompok
kering yang berada di kawasan pesisir.
pohon, tiang, pancang dan semai. Jenis
Vegetasi
Waru laut (Hibiscus tiliaceus) dengan INP
pada
tipe
hutan
ini
telah
beradaptasi dengan kondisi pantai yang
terbesar
ada. Fungsi hutan pantai juga tidak kalah
pancang karena jenis ini merupakan paling
pentingnya
selain
mendominasi di kawasan hutan. Jenis ini
melindungi pantai dari abrasi, hutan pantai
memiliki distribusi yang luas di hutan
juga berfungsi dalam proteksi intrusi air
Pulau Sempu dan paling mudah dilakukan
laut dan sebagai habitat beragam fauna di
perkebangbiakan. Kawasan dengan eko-
kawasan tersebut (Onrizal dan Kusmana,
sistem hutan pantai berada di Transek 1
dengan
mangrove,
ditemukan
pada
kelompok
Tabel 2. INP pada Ekosistem Hutan Pantai. Kategori Pohon
Tiang
Pancang
Semai
Nama ilmiah Ficus retusa Lepisanthes rubiginosum Ficus callosa Lepisanthes rubiginosum Mallotus moluccana Kleinhofia hospita Hibiscus tiliaceus Guettarda speciosa Buchanania arborescens Derris elliptica Mallotus moluccana Allophylus cobbe
INP (%) 70,45 63,92 40,40 78,87 73,98 42,84 83,47 44,13 35,93 47,53 16,82 13,97
Nama lokal Bulu rete Klayu Kayu ilat-ilatan Klayu Walik angin Timoho Waru laut Klepuh sapi Pohpohan Ojo-onjo, jelun Walik angin Pecut kuda
Tabel 3. INP pada Ekosistem Tropis Dataran Rendah Tingkat Pohon
Tiang
Pancang
Semai
Nama ilmiah Artocarpus elasticus Pterospermum diversifolium Corypha utan Mitrepora polypyrena Strebus asper Mallotus peltatus Streblus asper Mallotus peltatus Mitrephora polypirena Mallotus moriitzianus Orophea eneandra Mallotus peltatus
INP 43,03% 38,48% 22,39% 48,21% 34,71% 33,08% 40,54% 28,95% 20,09% 42,94% 19,26% 14,30%
Nama lokal Bendo Walangan Gebang Kalak tiripan Serut Tutup Serut Tutup Kalak tiripan Kalak lombok Tutup
27 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
dengan 5 petak ukur yang merupakan Pan-
daerah yang terbuka pada ketinggian 50-
tai Waru-waru. Transek 1 juga merupakan
1000 m. Spesies ini bereproduksi secara
titik yang menyediakan akses
untuk
seksual maupun aseksual, maka species ini
mencapai bagian sisi timur dan tengah
secara efisien dapat menyebar dalam jarak
Pulau Sempu melalui jalur timur.
yang dekat atau jauh (Ye et al. 2004).
Selain Hibiscus
tiliaceus
yang
Selain faktor reproduksi, faktor lain yang
memiliki INP yang cukup tinggi adalah
menyebabkan C. odorata invasif yaitu
Klayu (Lepisanthes rubiginosum) dan
toleran terhadap api (Roder et al. 1995)
Walik angin (Mallotus moluccana) yang
dan mempunyai zat alelopati (Atagana et
berturut-turut
al. 2013). Di Indonesia, C. odorata telah
memiliki
INP
sebesar
78,87% dan 73,98 % yang seluruhnya pada
tersebar
di
semua
kelompom tiang. Selain jenis pohon, pada
BIOTROP, 2008).
pulau
(SEAMEO
ekosistem hutan pantai ini juga ditemukan
Species bule rete (Ficus retusa)
Chromolaena
dan Lepisanthes rubiginosum mempunyai
odorata (Copasanda) yang merupakan
tingkat dominansi yang tinggi diban-
spesies invasif, Oplimenus compositus
dingkan dengan jenis-jenis lainnya pad
Paspalum
kelompok pohon. Pada tingkat tiang,
3
spesies
(rumput
herba
yaitu
pedesaan),
dan
conjugatum (rumput tengger) (Tabel 2).
Lepisanthes
species
rubiginosum
dan
Chromolaena
Mallotus moluccana mempunyai tingkat
odorata juga ditemukan di Cagar Alam
dominansi lebih dibanding jenis-jenis lain.
Bojonglarang Jayanti Cianjur. Bahkan di
Pada tingkat pancang, Hibiscus tiliaceus
wilayah ini terdapat 18 species vegetasi
ditemukan sangat dominan. Sedangkan
invasif (Arifin, 2014). Vegetasi invasif ini
pada tingkat semai, tidak ada jenis yang
merupakan merupakan tanaman invasif
sangat mendominasi dari jenis-jenis lain
dari wilayah Tropis di benua Amerika.
pada hutan pantai Pulau Sempu.
Tanaman
invasif
Tanaman C. odorata termasuk dalam daftar 100 spesies asing invasif terburuk di
Analisa Vegetasi Hutan Tropis Dataran
dunia (Lowe et al. 2000) dan sangat
Rendah
mengancam bagi keberadaan spesies asli (Codilla dan Metillo 2011).
Hutan tropis dataran rendah merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang
C. odorata merupakan tanaman
ditemukan di CAPS. Hutan dataran rendah
yang memiliki pertumbuhan cepat dan
CAPS memiliki kekayaan hayati yang
dapat tumbuh dengan baik khususnya pada
cukup
tinggi,
seperti
halnya
keane-
28 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
karagaman hayati hutan dataran rendah di
Berdasarkan analisis vegetasi yang
Sumatera (Laumonier, 1997). Hutan tropis
dilakukan menunjukkan bahwa pada tipe
dataran rendah memiliki peranan penting
hutan ini tidak add tumbuhan yang men-
sebagai sumber kebutuhan masyarakat dan
dominansi (Tabel.3). Dominansi tiap jenis
memberikan jasa lingkungan cukup be-
tumbuhan ekosistem tropis dataran rendah
ragam seperti menyimpan karbon, peng-
Pulau Sempu berada pada komposisi
endali ilkim dan pencegah erosi bagi
setimbang. Diketahui Pulau Sempu saat ini
kawasan di sekitarnya (Sujarwo dan
menjadi habitat ter-akhir bagi keberadaan
Darma, 2011). Karena fungsi kawasan ini
Myristica teysmannii atau yang dalam
cukup banyak, maka sangat rawan dan
nama lokal lebih dikenal sebagai pala
sangat berpotensi mengalami kerusakan
hutan atau ken-darahan karena getahnya
akibat manusia. Hal ini menunjukkan
yang berwarna cokelat kemerahan seperti
bahwa tipe hutan tropis dataran rendah
darah. Keberadaan Myristica teysmannii di
merupakan tipe yang paling rentan di-
tempat lain diketahui di lereng Gunung
bandingan
Wilis pada tahun 2007, namun pada tahun
dengan tipe hutan lainnya
(FWI/GWI, 2001).
2015 Myristica teysmannii tidak dite-
Analisa vegetasi ekosistem hutan
mukan lagi di lereng Gunung Wilis
tropis dataran rendah mengambil delapan
sehingga tercatat Pulau Sempu adalah
transek dengan total petak ukur berjumlah
habitat terakhir Myristica teysmannii yang
36 plot. Hasil analisa vegetasi pohon pada
merupakan
eksosistem hutan tropis dataran rendah
Jawa.
didapatkan 77 species vegetasi dan empat
tumbuhan
Tegakan
endemik
Myristica
Pulau
teysmannii
species tanaman paku dan anggrek yang
terkonsentrasi di bagian barat yaitu hampir
tersebar dalam 36 plot tersebut. Dari kajian
di sepanjang jalur patrol dari Teluk Semut
ini diketahui bahwa jenis Waru laut
menuju Segoro Anakan, dan bagian selatan
(Mitrepora polypyrena) dengan INP ter-
Pulau antara Telaga Sat dan Pantai Pasir
besar pada kelompok tiang pada ekosistem
Panjang. Dominansi Myristica teysmannii
ini. Vegetasi tingkat pohon ekosistem
cukup besar dengan Indeks Nilai Penting
hutan dataran rendah memiliki tingkat
(INP) 11,85%, menempati urutan ke-7 dari
dominansi berturut-turut Artocarpus elas-
44 spesies di tingkat pohon, cukup tinggi
ticus (43,03%), Pterospermum diversi-
pula
folium (38,48%), Corypha utan (22,39%).
dengan
apabila
dibandingkan
dominansi
tumbuhan
tertinggi
yaitu
Artocarpus elasticus (INP 43,03%). 29 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
Myristica teysmannii ditemukan
dikawasn ini dikategorikan dalam kua-
berkelompok karena agen penyebaranny
lifikasi unik. Namun demikian flora di
secara dominan dibantu oleh manusia
kawasan ini memiliki potensi kepunahan
(antropochori), atau dengan bantuan air
dan endemisitas tinggi. Perlindungan flora
(hidrochori). Status endemik Myristica
endemik di CAPS maka perlu dilakukan
teysmannii merupakan label status kritis
dengan perencanaan yang sangat matang
atas keberadaan tumbuhan ini, dimana
melalui penataan kawasan, pengelolalan
tumbuhan ini termasuk dalam Red List of
keanekaragaman flora dan fauna endemik,
Endangeres IUCN 2012, sehingga aspek
serta memperhatikan upaya pemberdayaan
konservasinya perlu menjadi fokus per-
masyarakat di kawasan penyangga kawa-
hatian. Terlebih tumbuhan ini terkon-
san ini. Selai itu, koordinasi dengan
sentrasi lebih tinggi di bagian barat dan
instansi terkait yang membentuk jejaringan
selatan pulau di sepanjang jalur patroli
komunitas yang memiliki visi sama me-
Teluk Semut menuju Segoro Anakan
nuju keberhasilan pengelolaan CAPS.
dimana aktivitas ilegal untuk mengunjungi
Hasil analisis korelasi kelimpahan
Segoro Anakan merupakan ancaman besar
M.teijsmannii menunjukkan korelasi kuat
bagi kelestarian tumbuhan endemik Jawa
pada wilayah yang memiliki kandungan
Tabel 4. INP pada Ekosistem Hutan Mangrove. Tingkat Pohon
Tiang
Pancang
Semai
Nama ilmiah Rhizophora apiculata Xylocarpus granatum Exoecaria agallocha Ceriops decandra Exoecaria agallocha Xylocarpus granatum Ceriops decandra Rhizophora apiculata Xylocarpus granatum Ceriops decandra Rhizophora apiculata Xylocarpus granatum
Timur ini.
INP 43,03% 38,48% 22,39% 48,21% 34,71% 33,08% 40,54% 28,95% 20,09% 42,94% 19,26% 14,30%
Nama lokal Pohon bakau Kenti Kibuta Tengar, tinggi Kibuta Kenti Tengar, tinggi Pohon bakau Kenti Tengar, tinggi Pohon bakau Kenti
pasir tinggi sehingga hal ini menguatkan
Penelitian yang telah dilakukan
wilayah Pantai Waru-waru menjadi habitat
oleh Sulustyowati (2008) mendapatkan
yang tepat jenis ini. Sedangkan pada tahap
bahwa nilai kualifikasinya keseluruhan
sapihan, kondisi nutrien tanah menjadi
jenis-jenis flora yang ditemukan di CAPS
parameter penting karena kesuburan tanah
sebagian besar menunjukkan bahwa flora
(perbandingan C dan N) menjadi penentu 30 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
Tabel 5. Keanekaragaman Hayati vegetasi di CAPS pada 3 eksositem berbeda Ekosistem Hutan Pantai
Hutan Tropis Daratan Rendah
Hutan Tropis Daratan Rendah
1
Alectrion serratus
22
Corypha utan Lamk
69
Sumbaviopsis albican
2
Allophylus cobbe
23
Dehaasia caesia
70
Syzygium polyanthum
3
Buchanania arborescens
24
Derris elliptica
71
Syzygium racemosum
4
Callophyllum inophyllum
25
Diospyros malabarica
72
Terminalia bellirica
5
Desmodium umbelatum
26
Diospyros cauliflora
73
Terminalia subspathulata
6
Derris elliptica
27
Diospyros ferrea
74
Tetracera scandens
7
Ficus callosa
28
Diospyros pilosanthera Blanco
75
Uvaria concava
8
Ficus callophylla
29
Drypetes ovalis
76
Vitex glabrata
9
Ficus retusa
30
Dracontomelon Dao
77
Ziziphus oenopolia (L.) Mill.
10
Guettarda speciosa
31
Dysoxylum acutangulum
Tanaman Paku dan Angrrek
11
Hibiscus tiliaceus
32
Erantemum nervosum
1
Dendrobium subulatum
12
Kleinhofia hospita
33
Ficus retusa
2
Hoya
13
Lepisanthes rubiginosum
34
Ficus callophylla Bl.
3
Pyrrosia numulatifolia
14
Mallotus moluccana
35
Ficus variegata
4
Taenophyllum javanicum
15
Mischocarpus pentapetalus
36
Ficus retusa
Species Vegetasi Mangrove
16
Peltophorum pterocarpum
37
Ficus racemosa
1
Ceriops decandra
17
Pongamia pinnata
38
Flacourtia zippelii
2
Desmodium umbelatum
18
Pterospermum diversifolium
39
Garcinia celebica L
3
Excoecaria agallocha
19
Stachytarpheta jamaicensis
40
Garcinia parviflora Miq
4
Heritiera littoralis
20
Terminalia catappa
41
5
Heritiera javanica
Tanaman Paku dan Angrrek
42
Glochidion obscurum (Roxb. Ex Wild.) Blume Gonocaryum calleryanum
6
Rhyzophora apiculata
21
Chromolaena odorata
43
Harpulia arborea
7
Sophora tomentosa
22
Oplismenus compositus
44
Ixora smeruensis
8
Xylocarpus granatum
23
Paspalum conjugatum
45
Jasminum multiflorum
Tanaman Paku dan Angrrek
46
Lepisanthes rubiginosa
1
Dendrobium subulatum
1
Species Vegetasi Ekosistem Hutan Tropis Daratan Rendah Acmena acuminatissima
47
Lea angulata
2
Hoya
2
Aglaia sp.
48
Lygodium circinatum
3
Pyrrosia numulatifolia
3
Aglaia lawii
49
Mallotus moluccana
4
Taenophyllum javanicum
4
Aglaia tomentosa
50
Mallotus moritzianus
5
Aglaia teysmannii
51
Mallotus peltatus
6
Acronychia pedunculata
52
Maranthes corymbosa Blume
7
Antidesma bunius (L) Spreng.
53
Microcos tomentosa
8
Alpanamicis grandiflora
54
Memexcylon floribundum
9
Artocarpus elasticus Reinw. ex Bl.
55
Mitrephora polypyrena
10
Artocarpus elasticus
56
Myristica teysmannii Miq.
11
Ardisia sp.
57
Neonauclea calycina
12
Ardisia humilis
58
Orophea enneandra
13
Buchanania arborescens
59
Orophea hexandra
14
Canarium hirsutum
60
Peltophorum pterocarpum
15
Calamus univarius
61
Polyalthia littoralis
16
Cantium glabrum
62
Polyalthia lateriflora
17
Celtis australis
63
Pteris biaurita L
18
Chydenanthus exelsus
64
Pterospermum diversifolium
19
Carapicea itecacuanha
65
Pterospermum javanicum
20
Casearia grewiifolia
66
Sandoricum koetjape
21
Cinnamomum iners
67
Stenochlaena palustris
22
Cleistanthus myrianthus Kurz
68
Streblus asper
31 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
dalam hal seedling recruitment dan
dengan dua petak ukur. Vegetasi tingkat
seed-ling establisment dari tahap sapihan
pohon di ekosistem mangrove memiliki
menuju tahap yang lebih besar. Kondisi
tingkat dominansi berturut-turut Rhizo-
parameter fisik kualitas tanah yang terukur
phora apiculata (INP 111,70%), Xylo-
di CAPS meliputi pH,
suhu tanah,
carpus granatum (INP 70,87%), dan
kelembaban tanah, dan kelembaban udara
Exoecaria agallocha (63,45%). Dominansi
berturut-turut pada nilai pH netral (6-7),
vegetasi
24-26oC,
Ceriops decandra (INP 62,43%), Exo-
45-86%, dan 53-92% (Risna,
tingkat
tiang
berturut-turut
ecaria agallocha (INP 51,75%), dan
2009).
Xylocarpus Analisa Vegetasi Ekosistem Mangrove Ekosistem
mangrove
di
Pulau
granatum
(INP
47,14%).
Untuk tingkat pancang, dominansi berturut-turut
Cerips
decandra
(INP
Sempu dapat dijumpai di Teluk Raas,
155,32%), Rhizophora apiculata (INP
Teluk Air Tawar, dan Teluk Semut (Tabel
47,70%), dan Xylocarpus granatum (INP
4). Dari ketiga lokasi tersebut, Teluk Se-
36,78%). Untuk tingkat semai, dominansi
mut memiliki ketebalan paling tinggi
berturut-turut Ceriops decandra (94,23%),
dengan komposisi tegakan mangrove pa-
Rhizophora
ling kompleks dibandingkan kedua lokasi
Xylocarpus granatum (32,69%).
apiculata
(73,08%),
dan
lain. Kondisi tersebut menjadi pertim-
Segmentasi sebaran jenis tegakan
bangan analisa vegetasi untuk ekosistem
mengrove tampak dengan sangat jelas.
mangrove mengambel petak ukur di Teluk
Zona terdepan terdekat dari garis pantai
Semut. Hasil kajian menemukan 7 species
didominasi tegakan Rhizophora apiculata.
mangrove yaitu Ceriops decandra, Des-
Zona peralihan menuju mangrove bagian
modium umbelatum, Excoecaria agallo-
dalam
cha, Heritiera javanica, Sophora tomen-
Sedangkan zona mangrove dalam dengan
tosa, Rhyzophora apiculata, dan Xylo-
tingkat genangan paling rendah didominasi
carpus granatum.
oleh Xylocarpus granatum. Zonasi yang
didominasi
Ceriops
decandra.
Pada Transek 8 dan 9 mengambil
jelas menunjukkan kualitas ekosistem
lokasi perwakilan ekosistem mangrove di
mangrove yang baik, tidak ada intervensi
Teluk Semut. Transek 8 mengambil lokasi
yang mengacaukan sistem zonasi. Adapun
terdepan (berhadapan dengan laut) dengan
sedikitnya jenis mangrove disebabkan
enam petak ukur, sedangkan transek sem-
kondisi substrat di Pulau Sempu berupa
bilan mengambil lokasi lebih ke daratan
tanah berpasir yang tidak mendukung se32 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
cara optimal sebagian besar jenis mang-
mendapatkan perhatian serius dari kegiatan
rove sejati, namun untuk beberapa jenis
yang memungkinkan terganggu, dan me-
mampu hidup dengan baik pada tipe tanah
nurunkan keanekaragaman hayi di kawa-
ini. Berbeda degan tipe ekosistem man-
san ini.
grove di daerah lain dengan tipe substrat yang berlumpur akan memiliki jenis mang-
Kesimpulan
rove yang berbeda. Kondisi substrat yang
Dari hasil kajian yang dilakukan,
berlumpur dan lumpur berpasir meru-
secara
pakan kondisi ideal pada ekosistem mang-
tumbuhan di Pulau sempu (89 jenis dian-
rove. Dengan jenis substrat mangrove yang
taranya masih sp.), 20 jenis anggrek dan
berupa lumpur tebal dapat tumbuh jenis
20 jenis paku (Tabel 5). Komposisi flora
mangrove Rhizophora mucronata, Rhizo-
pada ketiga tipe hutan di CAPS cukup
phora apiculata, Avicennia marina, dan
beragam.
Bruguiera gymnorrhiza dapat tumbuh baik (Sukardjo, 1984).
kumulatif
terdapat
383
jenis
Vegetasi pada tiga tipe hutan di CAPS memiliki INP cukup beragam. Dari
Studi yang dilakukan di Pulau
hasil kajian ini pula diketahui keberadaan
Dudepo, Gorontalo Utama menemukan
vegetasi pala hutan/kendarahan (Myristica
lima jenis mangrove yaitu Avicennia
teysmannii) yang merupakan tumbuhan
lanata, Bruguiera gymnorrhiza, Bruguiera
endemik Jawa. Tanaman tersebut saat ini
parviflora, Rhizophora apiculata, dan Rhi-
hanya ditemukan di Pulau Sempu. Kebe-
zophora mucronata. Kajian yang dila-
radaan Myristica teysmannii banyak dite-
kukan mendapatkan nilai INP yang tinggi
mukan secara berkelompok di jalur Teluk
diatas nilai 100% yang menunjukkan
Semut–Segoro Anakan dan Telaga Sat–
bahwa kawasan ini snagat rendah men-
Pantai Pasir Panjang.
dapatkan tekanan dari aktivitas manusia (Usman dkk, 2013). Jika dibandingkan dengan nilai INP yang didapatkan dari kajian vegetasi mangrove di Pulau Sempu, kondisi substrat berbeda menghasilkan jenis mangrove yang berbeda pula. Dengan melihat jumlah keseluruhan flora di CAPS dan nilai INP yang cukup tinggi dapat disimpulkan bahwa kawasan tersebut perlu
Daftar Pustaka Arifian, M.A.A. 2014. Keanekaragaman Dan
Pola
Sebaran
Spesies
Tumbuhan Asing Invasif Di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti Cianjur. Skripsi.
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 33 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
Atagana, H.I, R.O. Anyasi, N. Nogemane. 2013.
Root
of
Timur. Prosiding Seminar Nasional
Chomolaena odorata Stem Cuttings
Masyarakat Biodiversitas Indonesia.
Enhanced by Indole Butyric Acid.
Volume 1, Nomor 5, Agustus 2015.
Pak. J. Bot 45(4):1363-1368.
Hal:1019-1026
BBKSDA
Development
asal Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa
Jatim.
2011.
Rencana
Pengelolaan Jangka Panjang Cagar Alam Pulau Sempu Periode tahun 2011-2030
Kabupaten
Kusmana,
C.
1997.
Metode
Survey
Vegetasi. IPB Press. Bogor. Lowe, S., M.Browne, S. Boudjelas, M.
Malang
De-Poorter. 2000. 100 of the World's
Propinsi Jawa Timur. Balai Besar
Worst Invasive Alien Species a
Konservasi
Selection from the Global Invasive
Sumber Daya
Alam
(BBKSDA) Jawa Timur. Surabaya. Codilla, L.T. and E.B. Metillo. 2011. Distribution and Abudance of The
Species Database. Auckland (NZ): The
Invasive
Species
Specialist
Group (ISSG).
Invasive Plant Species Chromolaena
Onrizal dan C. Kusmana. 2004. Kajian
odorata L. in The Zamboanga
Ekologi Hutan Pantai di Suaka
Peninsula, Philippines. International
Margasatwa Pulau rambut, Teluk
Journal of Enviromental Science and
Jakarta. Jurnal Komunikasi Pene-
Development 2(5): 406-410.
litian Volume 16 (6).
Cox, G.W. 1985. Laboratory Manual of General
Ecology.
5th
Edision.
Brown, Dubuque.
Purwanto, A., Imaculata M., Kristiyanto S., Suyitno, Fajar H.F. 2002. Buku Informasi
Kawasan
Konservasi
Curtism J.T and R.P. McIntosh. 1951. An
BKSDA Jatim II. Balai Konservasi
Upland Forest Continuum in The
Sumber Daya Alam Jawa Timur II.
Praire Forest Border Region of
Jember.
Wisconsin. Ecololy 32(3):476-496. FWI/GFW. 2001. Keadaan hutan Indo-
Risna, R. A. 2009. Autekologi dan Studi Populasi Myristcia teijsmannii Miq.
nesia. Forest Watch Indonesia dan
(Myristicaceae)
Washington D.C.
Pulau Sempu, Jawa Timur. Thesis.
Global Forest
Watch. Bogor, Indonesia. Irawanto,
R.,
A.
Rahadiantoro,
di
Cagar
Alam
Sekolah Pascasarjana Institut PerD.
tanian Bogor.
Mudiana. 2015. Keberadaan koleksi
Sofiah, S dan D.A. Lestari. 2009. Studi
tumbuhan Kebun Raya Purwodadi
Ekologi Habitus Pohon Di Sebagian 34 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016
Journal of Marine and Coastal Science, Vol. 5 No.1, Maret 2016
Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu
Ilmiah
Kecamatan Sumbermanjing Wetan
Volume 1, Nomor 1, Juni 2013
Kabupaten Malang. Prosiding Se-
Ye WH, Mu HP, Cao HL, Ge XJ. 2004.
minar Nasional Basic Science VI.
2008.
(SEAMEO Invasive
BIOTROP).
Alien
dan Kelautan.
Genetic Structure of The Invasive
Southeast Asian Regional for Tropical Biology
Perikanan
Chromolaena odorata in China. Weed Research 44: 129-135.
Species
Database. Diakses dan diunduh pada 24 Sep 2015. Tersedia pada : http://www.biotrop.org/database. Sujarwo, W. dan I.D.P. Darma. 2011. Analisis Vegetasi dan Pendugaan Karbon Tersimpan Pada Pohon di Kawasan Sekitar Gunung dan Danau Batur Kintamani Bali. Jurnal Bumi Lestari 11 (1), 85-92. Sulistyowati , H. 2008. Analisis Status Flora Cagar Alam Pulau Sempu, Kabupaten Malang. Jurnal ILMU DASAR, Vol. 9 No. 1, Januari 2008 : 78-81 Trimanto. 2014. Analisis Vegetasi dan Estimasi Biomassa Stok Karbon Pohon Pada Tujuh Hutan Gunung, Suaka Alam Pulau Bawean Jawa Timur.
Berita
Biologi
13(3)
-
Desember 2014 Usman,
L.,
Syamsuddin,
dan
S.N.
Hamzah. 2013. Analisis Vegetasi Mangrove
di
Kecamatan
Anggrek
Gorontalo Utara.
Pulau
Dudepo Kabupaten
Nikè: Jurnal
35 Diterima/received: 2 Januari 2016 Disetujui/accepted: 26 Februari 2016