Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor Laporan Akhir Disusun oleh: Khaifin, Jensi Sartin, Derta Prabuning, Riyan Heri P. Editor: M. Ridha Hakim, Anton Wijonarno, Toufik Alansar
10/24/2011
Monitoring kesehatan karang dilaksanakan untuk memberikan suatu penilaian kuantittif bagi efektivitas rencana zonasi di Kawasan Konservasi Perairan dalam upaya melindungi kesehatan dan keanekaragaman hayati komunitas bentik dan jenis perikanan penting di terumbu karang.
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor Laporan Akhir Disusun oleh: Khaifin, Jensi Sartin, Derta Prabuning, Riyan H. Pamungkas
Editor: M. Ridha Hakim, Anton Wijonarno, Toufik Alansar
Tim Survei: Toufik Alansar, Khaifin, Dwi Ariyogagautama (WWF-Indonesia) Solipin A. Lalang, Yupiter N.S. Kitarake, M. Ikram Panara, Yansen Sailana, Vidi B. Bethan, Musanif Umar (Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Alor) Hasyim R. Enga (Kepolisian Resor Alor) Mubarak (Satuan Polisi Pamong Praja Kab. Alor) Derta Prabuning, Riyan H. Pamungkas (Yayasan Reefcheck Indonesia) Husnan Azhar, Irvan A. Fikri, Lely F. Anggraini, Dian S. Maisaroh, Firdaus M. Hisyam, M. Tezar Rafandi (Marine Diving Club, Universitas Diponegoro)
Diselenggarakan bersama oleh:
Kontak: -
[email protected]. Mobile: +62 853 1119 7788
-
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor. Ph: +62 386 2222 767
2
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 DAFTAR ISI PRAKATA KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sasaran 2. METODOLOGI 2.1. Deliniasi Area Survey 2.2. Seleksi Lokasi 2.3. Pengambilan Data 2.3.1. Komunitas bentik 2.3.2. Komunitas ikan karang penting 2.4. Analisa Data 2.4.1. Komunitas bentik 2.4.2. Komunitas ikan karang penting 2.4.3. Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Data 3.2. Hasil Analisa Komunitas Bentik 3.2.1. Analisa Tutupan Karang Keras Hidup 3.2.2. Analisa Tutupan Karang Lunak 3.2.3. Analisa Bentuk Pertumbuhan Karang Keras Hidup 3.2.4. Analisa Komunitas Bentik Lainnya 3.2.5. Analisa Ketersediaan Substrat Penempelan 3.2.6. Analisa Stabilitas Substrat 3.3. Hasil Analisa Komunitas Ikan Karang Penting 3.3.1. Densitas dan Biomassa Ikan Karang Target Total 3.3.2. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora 3.3.3. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora 3.3.4. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi 3.3.5. Hasil Skoring Komunitas Ikan Karang Penting 3.4 Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor 3.4.1 Komunitas Bentik 3.4.2 Komunitas Ikan Karang Target 3.4.2.1 Ikan kecil (10-30 cm) dari metode transek sabuk 3.4.2.2 Ikan besar (>30 cm) dari metode sabuk transek 3.4.2.3 Ikan besar dari metode long swims 4. KESIMPULAN 5. SARAN DAN REKOMENDASI 6. REFERENSI 7. GLOSARIUM LAMPIRAN
3
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 15 pulau dengan luas wilayah daratan 2.864,64 km², perairan 10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km. Secara geografis daerah ini terletak pada 8º6’LS - 8º36’ LS dan 123º48’ BT 125º48’ BT. Karakteristik perairan di Kawasan Alor sangat unik, yaitu adanya peristiwa up welling yang terjadi setiap tahun dimana arus dingin dengan suhu mencapai titik beku dari dasar laut ke permukaan dan kekayaan sumberdaya alam yang tinggi. Beberapa ekosistem yang terdapat di Kabupaten Alor adalah terumbu karang (dengan luasan 3.329,94 Ha), Lamun (dengan luasan 1.781,87 Ha), hutan mangrove (dengan luasan 692,32 Ha) yang kondisinya relatif baik, sehingga menjadi aset pemerintah daerah. Selain itu, kawasan ini juga merupakan jalur migrasi mamalia laut, penyu, manta dan ikan-ikan pelagis. Di balik potensi yang menjanjikan tersebut, kawasan perairan Kabupaten Alor juga menyimpan potensi ancaman yang cukup serius. Praktek perikanan yang tidak ramah lingkungan terutama penggunaan bom masih sering terjadi. Pengelolaan sumberdaya laut terutama perikanan dipandang belum cukup efektif untuk menjamin kelestariannya. Hal ini diperparah dengan masih minimnya usaha pengelolaan dan pengawasan kawasan. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan untuk mempertahankan dan memperbaiki kekayaan keanekaragaman hayati di Kabupaten Alor yaitu dengan membangun kebijakan pembentukan Kawasan Konservasi Perairan (KKPD) dengan tujuan untuk kepentingan peningkatan sektor perikanan dan kelestarian lingkungan. Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Alor merupakan perkembangan dari Kawasan Konservasi Laut Selat Pantar seluas 4.000 Ha. KKPD Kabupaten Alor telah dideklarasikan untuk perluasannya menjadi 400.083 Ha dengan Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009. Dalam perkembangannya, saat ini Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Kelautan dan Perikanan sedang berupaya untuk menata zona di dalam KKPD. Beberapa kajian yang telah dilaksanakan dalam mendukung penataan zona antara lain: survey ekologi (2009) dan survey sosial budaya. Beberapa kajian masih dipandang perlu untuk terus dilaksanakan adalah: monitoring daerah pemijahan ikan, monitoring pemanfaatan sumberdaya, monitoring kesehatan karang, dan monitoring tambahan jalur migrasi mamalia laut. Data-data yang diperoleh dari kajian tersebut akan menjadi dasar ataupun data pendukung dalam penataan zona serta pengelolaan KKPD Kabupaten Alor. 1.2. Tujuan Secara khusus survei kesehatan terumbu karang ini bertujuan melakukan penilaian terhadap terumbu karang di Perairan Kabupaten Alor berdasarkan struktur bentik (karang, invertebrata lainnya dan alga), dan komunitas ikan karang target. Monitoring kesehatan karang dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan suatu penilaian kuantitatif bagi efektivitas rencana zonasi di Kawasan Konservasi Perairan dalam upaya melindungi kesehatan dan keanekaragaman hayati komunitas bentik dan jenis perikanan penting di terumbu karang. Data kesehatan terumbu karang ini menjadi data dasar yang sangat penting bagi penilaian kondisi kawasan dan lebih jauh lagi memberi gambaran dan rekomendasi bagi pengelolaan wilayah agar lebih
4
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 adaptif. Lebih lanjut, monitoring ini memberikan informasi mengenai efektivitas pengelolaan kawasan di masa yang akan datang. 1.3. Sasaran Sasaran utama pengguna informasi dari hasil kegiatan survei ini adalah pihak pengelola KKPD yaitu Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Kelautan dan Perikanan. Infomasi yang diperoleh diharapkan dapat membantu pihak pengelola untuk melakukan pengelolaan KKPD yang lebih adaptif. 2. METODOLOGI 2.1 Deliniasi Cakupan Area Survei Cakupan area survei secara keseluruhan berada di dalam Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Alor. 2.2 Seleksi Lokasi Seleksi lokasi dilakukan dengan cara membagi garis pantai KKPD Kabupaten Alor menjadi titik-titik dengan jarak masing-masing sejauh 3 Kilometer. Total titik yang dihasilkan kemudian diambil sebanyak 30% dan dipilih dengan metode stratified random sampling untuk dijadikan lokasi survei. Seleksi lokasi juga memperhatikan wilayah terumbu karang yang terbuka (exposed), atau terlindungi (sheltered). Pada titik yang sudah pernah dilakukan pendataan (Survei Ekologi, 2009) tidak dilakukan pendataan lagi. Jumlah titik yang terpilih menjadi lokasi survei adalah 33 titik. 2.3 Pengambilan Data Pengambilan data berdasarkan modifikasi dari Anton et al, 2007 dan Wilson and Green, 2009 dan disesuaikan dengan ketersedian sumberdaya manusia yang ada. Pengambilan data dilakukan oleh 1 tim yang terdiri dari 4 penyelam; 2 penyelam mengambil data komunitas karang, dan 2 penyelam mengambil data komunitas ikan karang. 2.3.1
Komunitas Bentik
Komunitas bentik dinilai menggunakan dua metode yaitu (1) time swim dengan snorkeling pada kedalaman terumbu karang 3-6 meter selama 4 menit dengan pengulangan 3 kali dengan kategori yang dicatat adalah Hard Coral Live (HCL), Hard Coral Dead (HCD), Hard Coral Bleach (HCB), Soft Coral (SC), Macro Algae (MA), dan Others (OT) dihitung dengan cara estimasi dengan satuan persen dan (2) Point Intercept Transect, di mana bentuk pertumbuhan (life form) karang dicatat setiap 0,5 m di sepanjang transek 3 x 50 m pada kedalaman + 10 m di setiap lokasi. Komunitas bentik dicatat dalam kategori sebagai berikut: Tabel 1. Pembagian kategori komunitas bentik dan kodenya. Kategori HCL Bentuk pertumbuhan HCL (Karang keras hidup)
5
ACB ACT ACS ACE CB
Keterangan Karang keras hidup Acropora bercabang Acropora Meja Acropora submasive Acropora merayap Karang non-acropora bercabang
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 CM CS CE CF CMR CTU CME CHL
CA HA TA SP
Karang non-acropora masive Karang non-acropora submasive Karang non-acropora merayap Karang non-acropora lembaran Karang non-acropora mushroom Karang tubipora Karang milleporidae Karang Helioporidae Karang keras memutih (khusus yang memutih karena kenaikan suhu air laut) karang keras mati Karang yang baru mati Karang yang sudah lama mati (umumnya sudah tidak jelas kerangkanya) Karang lunak lainnya Karang lunak Xenia Makro alga (hanya untuk alga yang memiliki panjang atau tinggi >3cm) Lainnya Coralline Algae Hallimeda Turf Algae Sponge
HY R Si S
Hydroid Patahan karang Lumpur Pasir
HCB HCD DC RCK SC
SC XN
MA OT
Abiotik
2.3.2
Komunitas Ikan Karang Penting
Time swim dengan penyelaman SCUBA di kedalaman mulai dari maksimum 30 meter selama 4 menit dengan pengulangan 5 kali dengan kedalaman berkurang secara bertahap hingga minimum 5 meter. Untuk ikan besar lebar luasan 20 meter dan ikan kecil 5 meter. Estimasi luasan area yang di survei masing-masing ulangan 1000 m2 untuk ikan besar (Total Length >30 cm) dan 250 m2 untuk ikan kecil (Total Length < 30 cm). Dilanjutkan dengan Long Swim selama 10 menit di kedalaman 5 meter untuk ikan besar, estimasi luasan area yang di sampling 4000 m2. Kategori yang dicatat adalah semua ikan target penting terdapat dalam lampiran data sheet. 2.4 Analisa Data 2.4.1
Komunitas Bentik
Keluaran dari pengolahan data yang diambil adalah data persentase (%) penutupan karang keras hidup, komposisi persentase (%) penutupan bentuk pertumbuhan karang keras hidup, komposisi dan
6
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 persentase (%) penutupan bentik lainnya, persentase komponen (%) ketersediaan substrat penempelan, persentase komponen (%) stabilitas substrat. Data persentase tutupan karang keras hidup dengan rumus sebagai berikut :
L= ∑ dimana, L =persentase tutupan; Li=Jumlah tutupan kategori i; N=Jumlah titik pengamatan per 100m
Data persentase karang keras hidup yang diperoleh dikategorikan berdasarkan Gomez dan Yap (1988), yaitu : Buruk Sedang Baik Memuaskan
: 0-24.9% : 25-49.9% : 50-74.5% : 75-100%
Untuk keperluan penentuan zonasi KKLD Alor, dalam hal ini memilih lokasi-lokasi yang terbaik, maka dilakukan klasifikasi kelas melibatkan semua lokasi pengamatan kesehatan karang KKLD Alor. Metode ini dapat menjadi opsi jika dari seluruh lokasi pengamatan tidak dijumpai tutupan karang memuaskan ataupun baik. Sehingga opsi bagi pengelola dan otoritas kawasan ialah memilih lokasi yang terbaik dari antara pilihan-pilihan yang ada. Keluarannya ialah pembagian lokasi-lokasi menjadi lokasi bernilai rendah, sedang, agak baik dan baik berdasarkan persentase karang keras hidup tertinggi dan terendah yang ada di KKLD Alor. Penentuannya sebagai berikut: dengan menghitung rata-rata persen tutupan karang hidup dan simpangan bakunya. Nilai rendah adalah nilai di bawah rata-rata dikurangi simpangan baku, nilai sedang adalah nilai pada rentang rata-rata dikurangi dan ditambah simpangan baku, dan nilai tinggi adalah nilai di atas rata-rata ditambah simpangan baku.. Indeks mortalitas (MI/ mortality index) merupakan nilai yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kematian di ekosistem terumbu karang. Dihitung menggunakan rumus berikut: MI = Dengan kisaran MI antara 0-1, maka penjelasannya sebagai berikut :
Semakin mendekati 0 nilai MI maka semakin kecil tingkat kematiannya dan kesehatan karang semakin baik, dan
semakin mendekati 1 MI maka tingkat kematian semakin besar dan kesehatan karang semakin buruk.
2.4.2
Komunitas Ikan Karang Penting
Keluaran dari pengolahan data ikan karang penting meliputi nilai rata-rata kepadatan dan biomassa di setiap lokasi pengamatan. Nilai rata-rata kepadatan (per hektar atau ha) menggunakan rumus :
7
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Kepadatan Per Ha = Nilai biomassa dilakukan melalui perhitungan hubungan panjang-berat yang diketahui untuk setiap jenis ikan dengan menggunakan rumus: W = aLb
( Kulbicki et al, 2005).
Di mana: W = berat ikan dalam gram (g); L= panjang ikan (fork length) dalam cm; a dan b = nilai konstanta setiap jenis Nilai rata-rata biomassa dihitung untuk setiap metode menggunakan rumus: Kepadatan Per Ha = Dimana W1,2,3,n ialah biomassa/berat ikan target Untuk keperluan penentuan zonasi dilakukan perbandingan antar lokasi survey. Perbandingan ini menggunakan sistem penilaian (scoring) --sama dengan komunitas bentik--. Variabel yang digunakan yaitu densitas dan biomassa dari : 1. Ikan target total/ secara keseluruhan, meliputi semua ikan target yang didata. 2. Ikan herbivora, hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae. 3. Ikan karnivora hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Carangidae, Charcharinidae, Haemulidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Labridae (khusus ikan Napoleon), Rays (pari), Scombridae, dan Serranidae. 4. Ikan konsumsi hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Acanthuridae, Carangidae, Haemulidae, Labridae (khusus ikan Napoleon), Lethrinidae, Lutjanidae, Scombridae, Serranidae, dan Siganidae. Analisa menggunakan descriptive statistic kelimpahan dan biomassa ikan total, herbivore, karnivora dan konsumsi. 2.4.3
Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor
Pada bulan Januari 2012 Tim Zonasi KKPD Kabupaten Alor telah menyelesaikan penysunan rancangan Zonasi KKPD Kabupaten Alor. Dalam rancangan zonasi tersebut KKPD Kabupaten Alor dibagi dalam 5 zona, yaitu: zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan pariwisata, zona perikanan berkelanjutan nelayan lokal, dan zona perikanan berkelanjutan nelayan umum (gambar 2). Secara garis besar ke 5 zona tersebut dibedakan atas zona larang tangkap yaitu zona inti dan zona perlindungan, sedangkan sisanya adalah zona pemanfaatan (zona tangkap).
8
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 1. Peta Usulan Zonasi KKPD Kabupaten Alor Dalam analisa ini diharapkan dapat terlihat apakah rancangan zonasi tersebut diperkirakan sudah cukup efektif untuk mendukung keberhasilan pengelolaan KKPD Kabupaten Alor atau tidak. Analisa didasarkan pada perbandingan antara kondisi tutupan karang dan kondisi ikan karang di calon zona larang tangkap dengan kondisi di calon zona pemanfaatan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan di 33 lokasi pada 3 periode waktu yang berbeda, yaitu : 16-21 Mei 2011; 19-25 September 2011 dan 12-17 Oktober 2011. Berdasarkan tipe terumbu, lokasi-lokasi penelitian terdiri dari tipe slope, gentle slope, reef flat, dan wall. Tipe slope ditemukan antara lain di Teluk Kenari, Wolwal, desa Pura (Utara). Gentleslope ditemukan di desa Manatang, desa Kalondama Barat dan pulau Sika. Reef flat ditemukan di desa Halerman dan desa Tude. Tipe wall ditemukan di desa Alila Timur, Tanjung Soyang, . Letak terumbu terhadap paparan energy gelombang akan mempengaruhi kondisi, komposisi serta keberagaman terumbu. Berdasarkan tingkat paparan terhadap energy gelombang, lokasi penelitian terbagi menjadi tipe terlindung (sheltered) yang hanya ditemukan di 2 lokasi yaitu di Teluk Kenari dan Wolwal. Sedangkan sisanya, sebanyak 31 lokasi tergolong tipe terpapar (exposed).
9
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Tabel 2. Lokasi Pengamatan Survei Kesehatan Karang di Solor Alor. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama Lokasi P. Tereweng Utara Ds. Delaki Tj. Soyang P. Kambing Selatan P. Rusa Selatan P. Kangge Selatan Kel. Kabola (Mali) Ds. Teluk Kenari Ds. Wolwal P. Kepa Ds. Likwatang P. Sika Ds. Alila Timur Ds. Pura Ds. Bungabali Ds. Halerman Ds. Manatang
Bujur Lintang No Nama Lokasi 124.2823 -8.47018 18 Ds. Toang 124.0945 -8.54531 19 Ds. Tude 123.9186 -8.43277 20 Ds. Kalondama Barat 123.8832 -8.43967 21 P. Kambing Utara 123.8197 -84.1315 22 P. Rusa Utara 123.912 -8.38111 23 P. Pura Selatan 124.6063 -8.13025 24 Ds. Kiraman 124.4936 -8.23063 25 Wakapsir/Buraga 124.4648 -8.26059 26 P. Tereweng Selatan 124.3977 -8.27372 27 P. Kanggae Utara 124.6583 -8.16822 28 Ds. Kayang/Marisa 124.6182 -8.11693 29 Ds. Blangmerang 124.5368 -8.12803 30 P. Lapang Utara 124.3543 -8.27475 31 P. Lapang Timur 124.2753 -8.34382 32 P. Buaya Timur 124.3402 -8.40682 33 P. Ternate Utara 124.4178 -8.45958
Bujur Lintang 124.2116 -8.44967 124.0598 -8.48309 123.9758 -8.43309 123.8827 -8.42619 123.8364 -8.37688 124.3285 -8.32296 124.7379 -8.40176 124.5337 -8.42914 124.2858 -8.48258 123.929 -8.35382 123.9715 -8.34318 124.0899 -8.3556 124.0323 -8.21297 124.0564 -8.16992 124.3845 -8.17748 124.3745 -8.20395
Gambar 2. Lokasi Survey Kesehatan Karang KKPD Kabupaten Alor
10
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Prioritas pengelolaan dapat dilakukan dengan mengkombinasikan data reef health di atas dengan keterwakilan terhadap tipe komunitasnya. Beberapa kategori yang menjadi pertimbangan yaitu letaknya terhadap energi gelombang terlindung atau terpaparnya terumbu; terhadap pergerakan arus; letak terumbu di pulau besar atau pulau kecil. Secara sederhana wilayah survei terumbu karang di Alor dapat dibagi ke dalam 8 kelompok berdasarkan keterwakilan tipe komunitasnya. Pembagian keterwakilan berdasarkan faktor di atas di usulkan sebagai berikut (Gambar 3): Kelompok 1
: Mali, Ds Likwatang, Pulau Sika, Ds Alila Timur, P Kangge Utara, P Kayang/Marisa P Belang Merah dan Pulau Lapang utara-timur
Kelompok 2
: Pulau Buaya Timur dan Ternate Utara
Kelompok 3
: Teluk Kenari dan Wolwal
Kelompok 4
: Pulau Kepa, Ds Pura-Pura Selatan, Ds Bunga Bali,Ds Halerman
Kelompok 5
: Pulau Tereweng, Ds Toang dan Tereweng Selatan
Kelompok 6
: Ds Delaki, Ds Manatang, dan Ds Kiraman
Kelompok 7
:Tanjung Soyang, P Kambing, P Rusa-Rusa Utara, P Kangge, Kambing Utara.
Kelompok 8
: Desa Tude dan Kalondama Barat
Tentunya masih banyak faktor lain yang harus dimasukkan seperti lokasi pemijahan penting, penelitian detail mengenai peran fungsional dari tiap komponen ekosistem, pola persebaran anakan spesies-spesies penting (baik untuk perikanan maupun konservasi hayati), maupun aktifitas-aktifitas social ekonomi penting yang kemungkinan mempengaruhi terumbu karang (Skilbred et al, 2006) Secara ekologis, dengan adanya beberapa tipe habitat terumbu karang yang berbeda di kabupaten Alor, akan berpengaruh kepada dukungan kepada keanekaragaman spesies karang dan ikan di setiap tipe habitat tersebut. Lebih lanjut, pengelolaan berdasarkan keterwakilan komunitas di sini dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua ekosistem dan habitat yang ada mendapat prioritas pengelolaan dalam KKLD Alor.
11
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 3. Pengelompokan lokasi pengamatan berdasarkan keterwakilan komunitas Keterwakilan pada skala habitat mengasumsikan bahwa dengan mewakili semua habitat, elemen keanekaragaman hayati (spesies, komunitas, faktor fisik, dll) mendapat porsi perlindungan yang seimbang, memastikan terlindunginya potensi keterkaitan antar kawasan, sehingga menurunkan resiko akibat adanya tekanan tertentu, khususnya yang berdampak besar (Holling,1973). 3.2 Hasil Analisa Komunitas Bentik 3.2.1
Analisa Tutupan Karang Keras Hidup
Persentase rata-rata penutupan karang keras hidup dari seluruh lokasi pengamatan sebesar 34% (simpangan baku = 11%). Berdasarkan kategori tutupan karang Gomez dan Yap (1998) tergolong kategori sedang. Lebih detail, dari 33 lokasi pengamatan tidak ada lokasi yang ada dalam kategori memuaskan (>75%), hanya ada 3 lokasi yang memiliki kategori baik, 50-74.9%, yaitu Kangge, Desa Kiraman dan Pulau Rusa. Ada 6 lokasi dengan kondisi buruk,<25%, yaitu Desa Toang, Ds Manatang, Pulau Lapang (timur), Wolwal, Alila (timur) dan Ds Pura (timur). Sedangkan 24 site sisanya berada dalam kondisi sedang (25-49.9%). Kondisi penutupan yang didominasi oleh kondisi sedang didukung oleh nilai indeks mortalitas. 17 lokasi memiliki nilai indeks yang menggambarkan tingkat kematian karang, berada di atas 0.5. Artinya, tingkat kematian cenderung tinggi dan kesehatan karang juga ada pada cenderung rendah. Adanya perbedaan tutupan karang keras hidup dipengaruhi oleh berbagai faktor utamanya karena instensitas dan frekuensi tekanan yang sangat tinggi atau minim/ gagalnya rekrutmen, lambatnya pemulihan setelah terjadi tekanan (Sommerfield et al, 2008). Untuk memudahkan prioritas pengelolaan dan penentuan zonasi, metode pengklasifikasian berdasarkan rangking bisa digunakan. Utamanya karena tidak adanya lokasi yang memiliki persentase memuaskan. Klasifikasi seluruh lokasi pengamatan di Alor ke dalam 3 kategori, sebagai berikut:
12
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Tabel 3. Rentang kategori tutupan karang keras hidup di Solor Alor Rentang Nilai Kategori (%)
Kategori ranking
> (34+11)
Tinggi
(34-11) s.d. (34+11)
Sedang
< (34-11)
Rendah
Karang Keras
Index Mortalitas 0,90 0,80 0,70
75
0,60 0,50 50
0,40 0,30 25
Index Mortalitas
Persentase penutupan karang keras hidup (%)
100
0,20 0,10 0,00
0
Lokasi Pengamatan
Ket:
HCL Tinggi
HCL Sedang
HCL Rendah
Gambar 4. Persentase tutupan karang keras hidup dan indeks mortalitas di 33 lokasi pengamatan
13
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 5. Peta Kondisi Tutupan Karang Keras Hidup di 33 Lokasi Survey Karang Hidup dengan kategori tinggi ada di 6 lokasi, kategori sedang 23 lokasi dan kategori rendah di 4 lokasi (Gambar 4 dan 5). Hasil pengkategorian ini dapat menjadi acuan awal bagi penentuan zonasi. Lokasi kategori tinggi dapat diprioritaskan untuk dilindungi atau dilestarikan lebih lanjut karena memiliki penutupan yang cukup tinggi yang dapat menjadi sumber anakan karang bagi lokasi lainnya. Lokasi kategori sedang dan rendah bisa menjadi pilihan untuk melakukan pemulihan ekosistem, seperti restoking atau rehabilitasi, maupun untuk prioritas untuk kegiatan pemanfaatan lainnya. 3.2.2
Analisa Tutupan Karang Lunak
Tutupan karang lunak ditemukan di seluruh lokasi pengamatan mulai dari 2-52%, dengan ratarata 17% (tingkat bias=10%). Tutupan tertinggi karang lunak dijumpai di Desa Manatang, Desa Kalondama Barat dan Pulau Pura (Selatan). Terkait penentuan zonasi, ketiga lokasi ini perlu dipertimbangkan untuk dilindungi, karena kemungkinan menyimpan potensi keanekaragaman karang lunak (Gambar 6). Tutupan makro alga hanya dijumpai di 18 lokasi pengamatan rata-rata dibawah 10% , kecuali di Desa Pura (19%) dan Bunga Bali (12%). Artinya tingkat kompetisi antara karang keras dengan alga yang menghambat pertumbuhan dan rekrutmen karang baru tidak terlalu tinggi. Secara umum, sebagian besar lokasi memiliki peluang yang besar untuk kembali pulih.
14
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 2 2 3
Ds. Pura (Utara) Ds. Teluk Kenari P. Kepa (Barat) P. Sika Kel. Kabola (Mali) Ds. Alila Timur Ds. Bungabali P. Lapang (Timur) P. Kambing (Utara) Ds. Marisa P. Rusa (Utara) Ds. Blangmerang Ds. Delaki Ds. Wakapsir P. Kambing (Timur) Ds. Toang P. Kangge (Selatan) P. Rusa (Selatan) P. Tereweng (Utara) P. Lapang (Utara) P. Buaya (Timur) P. Tereweng (Selatan) Tanjung Soyang P. Kangge (Utara) Ds. Halerman Ds. Likwatang Ds. Tude P. Ternate (Utara) Ds. Kiraman Ds. Wolwal P. Pura (Selatan) Ds. Kalondama Barat Ds. Manatang
4 7 9 10 10 10 10 11 12 12 12 13 14 14 15 15 17 17 19 21 23 24 24 25 25 25 28 28 35 52 0
10
20
30
40
50
Persen Tutupan Karang Lunak (%)
Ket:
Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 6. Persentase tutupan karang lunak di 33 lokasi pengamatan di Alor
15
60
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 7. Peta Kondisi Tutupan Karang Lunak di 33 Lokasi Survey 3.2.3
Analisa Bentuk Pertumbuhan Karang Keras Hidup
Di lokasi pengamatan dengan klasifikasi tutupan karang hidup tinggi hingga sedang, umumnya bentuk pertumbuhan yang dominan ialah Acropora branching dan Coral Encrusting. Kecuali di Pulau Rusa Utara yang didominasi Coral Mushroom. Coral Massive hanya ditemukan cukup tinggi di Pulau Kambing, Tereweng dan Teluk Kenari (Gambar 8.A). Pada lokasi pengamatan yang memiliki tutupan rendah, bentuk pertumbuhan dominan cenderung bervariasi mulai dari Acropora branching (di Pulau Sikka dan Mali), Acropora tabulate (Pulau Kambing Utara), serta di Coral Masive (Desa Likwatang dan Halerman) dan Coral Millepora (Desa Pura) (Gambar 8.B). Kangge, Pulau Rusa (Utara), Ds Bunga Bali, didominasi oleh karang perintis Acropora. Lokasilokasi ini cenderung rentan mengalami kerusakan, karena jenis-jenis karang Acropora cenderung rentan terhadap kenaikan suhu air laut (Marshall and Baidr, 2000). Meskipun demikian, lokasi-lokasi ini kemungkinan memiliki tingkat pemulihan kembali yang tinggi dan dapat menjadi lokasi peringatan dini bagi ada dan tingkat tekanan dari pemutihan karang. Pulau Rusa, Teluk Kenari, Tereweng,Tanjung Soyang dan Pulau Kambing memiliki keragaman bentuk pertumbuhan yang lebih baik. Keragaman yang baik juga terdapat di Ds Likwatang, Kepa, Halerman dan Kalondama juga dapat menjadi pilihan untuk konservasi, meskipun tutupan karang hidupnya sedang. Terumbu karang dibangun dengan proses yang sama tetapi secara geomorfologi dibentuk berdasarkan dimana mereka tumbuh dan sejarah permukaan laut. Ketika terumbu karang terbentuk,
16
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 mereka mulai membangun bentang terumbu keatas bersamaan dengan menaiknya permukaan air laut. Geomorfologi dari terumbu disebabkan oleh dua faktor utama: kenaikan permukaan air laut relatif dan bentuk substrat dasar. Faktor-faktor penentu pertumbuhan karang biasanya didominasi oleh karang-karang kecil yang umumya berbentuk masif dan sub-masif. Gelombang berpengaruh terhadap perubahan bentuk koloni karang yang hidup di daerah terlindung dari gelombang, namun secara umum ada 4 faktor yang dominan yang sangat mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang, yaitu cahaya, salinitas, suhu, dan tekanan dinamika laut. Kondisi ideal terumbu karang yang sehat adalah tingginya tutupan karang keras dengan bentuk pertumbuhan yang beraneka ragam. Jika terdapat lokasi dengan tutupan terumbu karang yang tinggi namun dengan keanekaragaman bentuk pertumbuhan yang rendah, dapat dikatakan bahwa kondisi terumbu karang di lokasi tersebut tidak sehat. Hal ini bisa saja terjadi karena adanya tekanan yang sangat berat pada lokasi tersebut dimasa lalu. Misalnya, di suatu lokasi yang tadinya merupakan tempat pemboman ikan, ketika lokasi tersebut mengalami pemulihan maka karang dari jenis yang paling cepat tumbuh (acropora branching dan coral foliose, misalnya) akan sangat mendominasi di lokasi tersebut. Namun demikian, jika dikelola dengan baik lokasi seperti ini bisa kembali sehat dan memiliki keanekaragaman bentuk pertumbuhan yang tinggi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa di lokasi P. Kangge (Selatan), Ds. Bungabali, P. Kambing (Selatan), Tanjung Soyang, P. Sika, dan Mali merupakan lokasi dengan dominasi bentuk pertumbuhan Acropora Branching yang sangat mencolok. Kuat dugaan bahwa lokasi tersebut saat ini dalam masa pemulihan. Perlu perhatian khusus pada lokasi tersebut untuk dikelola dengan baik agar proses pemulihan bisa lebih cepat.
17
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 ACB
ACE
ACS
ACT
CB
CE
CF
CM
CS
CMR
CTU
CME
CHL
60
Persentase (%)
50 40 30 20 10 0 Kangge
Pulau Rusa Pulau Rusa Desa Bunga Teluk Kenari Pulau Utara Bali Tereweng
A
Pulau Kambing
Tanjung Soyang
Site pengamatan HCL Tinggi ACB
ACE
ACS
ACT
CB
CE
CF
CM
CS
CMR
CTU
CME
CHL
Persentase (%)
40 30 20 10 0
Site Pengamatan HCL Sedang-Rendah
Gambar 8. Bentuk Pertumbuhan Karang di Lokasi Pengamatan Berdasarkan Klasifikasi Karang Keras Hidup (lihat tabel 1. untuk keterangan kode bentuk pertumbuhan) 3.2.4 Analisa Komunitas Bentik Lainnya Pada lokasi pengamatan klasifikasi HCL tinggi-agak tinggi, Sponge (Pulau Kambing, dan Tereweng), Xenia (di Kanggae) dan Coralline Alga di Desa Bunga Bali mendominasi kategori substrat lainnya. Turf algae (Ds Toang dan Tude) dan Sponge (Likwatang dan Kambing Utara) mendominasi kategori substrat lainnya di lokasi yang memiliki HCL sedang-rendah. Kecuali Xenia di Wolwal dan Mali (Gambar 9).
18
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 P. Sika P. Rusa (Utara) Ds. Alila Timur Ds. Halerman P. Rusa (Selatan) Ds. Teluk Kenari Ds. Delaki Tanjung Soyang P. Kambing (Utara) Ds. Manatang P. Kambing (Timur) P. Kepa (Barat) Kel. Kabola (Mali) P. Kangge (Selatan) Ds. Kalondama Barat Ds. Likwatang Ds. Wolwal P. Tereweng (Utara) Ds. Bungabali Ds. Pura (Utara) Ds. Tude Ds. Toang
XN SP HY OT CA HA MA TA BC
0
10
20
30
40
50
60
Persentase (%) Gambar 9. Kategori substrat lainnya di Lokasi Pengamatan Berdasarkan Klasifikasi Karang Keras Hidup (lihat tabel 1 untuk keterangan kode bentuk pertumbuhan) Kehadiran komunitas bentik selain karang keras hidup menunjukkan keanekaragaman dalam ekosistem terumbu karang. Namun demikian, jika komunitas bentik ini (kecuali alga berkapur/coralline algae) terlalu mendominasi akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan karang keras. Komunitas bentik terutama karang lunak, sponge, xenia , dan turf algae akan berkompetisi dengan karang keras hidup baik pada saat menemukan substrat penempelan ataupun saat pertumbuhan. Catatan tersendiri untuk xenia, salah satu jenis karang lunak ini mempunyai tentakel yang aktif mencari makan. Melimpahnya jenis karang lunak ini dikhawatirkan dapat menghambat perkembangbiakan karang keras hidup. Telur dan juvenile hasil reproduksi seksual karang keras dikhawatirkan banyak yang tertangkap oleh tentakel xenia sebelum menemukan substrat penempelan. Xenia yang biasanya banyak dijumpai pada lokasi yang sedang mengalami pemulihan menyebabkan semakin sulit dan lama suatu lokasi untuk pulih kembali. Ds. Toang, Ds. Tude, dan Ds. Pura merupakan lokasi dengan komunitas bentik lain diatas 30%. Lokasi tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menekan pertumbuhan komunitas bentik lain agar pertumbuhan karang keras hidup tidak terganggu.
19
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 3.2.5 Analisa Ketersediaan Substrat Penempelan Ketersediaan substrat penempelan/Available Substrate merupakan indikator potensi ketersedian ruang untuk penempelan anakan karang baru, yang meliputi Dead Coral dan Rock (Karang Mati), serta Alga Coralline. Lokasi-lokasi yang memiliki banyak tipe substrat ini, jika dikelola dengan baik dengan faktor-faktor lainnya, dimasa depan dapat kembali pulih karena memiliki ketersediaan substrat yang tinggi. Ketersedian substrat di lokasi pengamatan berada di atas 10%. Ketersedian substrat penempelan tertinggi ditemukan di Wolwal, Ds Alila Timur dan Pulau Sika. Lokasi Kanggae, Pulau Rusa dan Rusa Utara, Teluk Kenari dan Kambing juga dapat menjadi pilihan. Lokasi yang memiliki substrat terendah yaitu di 5 lokasi masing-masing Ds Tude, Ds Kalondama, Ds Toang dan Ds Manatang (Gambar 10).
Site Pengamatan
Ketersediaan substrat penempelan ini berpengaruh pada siklus reproduksi karang dimana setelah telur dan atau spema dilepaskan ke kolom air kemudian terjadi fertilisasi dan berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air (Timotius S, 2003). Pada siklus ini juga dipengaruhi pergerakan air/arus yang kemudian juga ditentukan oleh substrat dasar yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar. David C. Hayward, et. al. 2011, menjelaskan keberhasilan metamorfosis karang dari fase planktonik larva hingga fase penempelan polip dipengaruhi oleh kondisi yang cocok untuk pertumbuhan karang. Hal tersebut merupakan sebuah syarat penting bagi keberlangsungan hidup karang. Jika planula menemukan substrat yang cocok dan stabil maka planula akan akan tumbuh menjadi polip, terjadi klasifikasi dan membentuk koloni karang.
Ds. Tude Ds. Kalondama Barat Ds. Manatang Ds. Toang Tanjung Soyang Kel. Kabola (Mali) Ds. Pura (Utara) Ds. Likwatang Ds. Halerman P. Tereweng (Utara) P. Kangge (Selatan) P. Kepa (Barat) Ds. Delaki Ds. Bungabali P. Rusa (Selatan) P. Kambing (Timur) P. Kambing (Utara) Ds. Teluk Kenari P. Rusa (Utara) P. Sika Ds. Wolwal Ds. Alila Timur
CA RCK DC
0
10
20
30
40
50
60
Persentase Tutupan Substrat Penempelan (%) Gambar 10. Persentase tutupan Available Substrate di Lokasi Pengamatan Ket: CA (Alga Coraline), RCK (Karang yang sudah lama mati), DC (karang yang baru mati)
20
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 3.2.6 Analisa Stabilitas Substrat Mobile Substrate merupakan indikator stabilitas substrat dasar perairan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase dari Silt (lumpur), Sand (Pasir) dan Rubble (Pecahan Karang mati). Mobile substrate tidak cocok untuk penempelan planula (anakan) karang, karena tidak stabil. Semakin tinggi persentase mobile substrate, semakin tidak stabil lokasi tersebut. Lokasi yang memiliki substrat yang paling stabil, terdapat di Kanggae, Pulau Rusa dan Rusa Utara, Ds Tude, Ds Bunga Bali, Ds Toang, Pulau Tereweng dan Wolwal. Sedangkan, terdapat 8 lokasi yang memiliki persentase substrat tidak stabil di atas 20% yaitu di Mali, Pulau Kepa, Ds Halerman, Ds Delaki, Ds Pura, Tanjung Soyang, Ds Alila Timur dan Pulau Kambing Utara. Kedelapan lokasi ini dapat menjadi prioritas untuk dilakukan penstabilan substrat (Gambar 11).
Site Pengamatan
Meskipun memungkinkan untuk terjadi penempelan pada rubble, namun planula tidak mampu tumbuh dengan maksimal karena ketidakstabilan substrat tersebut. Bahkan dalam berbagai kasus, rubble bersama dengan pasir maupun lumpur mengakibatkan rekrutmen karang baru mengalami kematian, baik karena tertutup, tertimbun, patah dan pada akhirnya menjadi faktor penghambat pertumbuhan karang (Clark and Edwards, 1999) Ds. Tude Ds. Bungabali Ds. Wolwal P. Tereweng (Utara) P. Rusa (Utara) P. Kangge (Selatan) Ds. Toang P. Rusa (Selatan) Ds. Manatang P. Kambing (Timur) Ds. Likwatang P. Sika Ds. Kalondama Barat Ds. Alila Timur Ds. Teluk Kenari P. Kambing (Utara) Ds. Pura (Utara) Tanjung Soyang Ds. Delaki Ds. Halerman P. Kepa (Barat) Kel. Kabola (Mali)
R S SI
0
10
20
30
40
50
60
Persentase Substrat Tidak Stabil (%) Gambar 11. Persentase tutupan Mobile Substrate di Lokasi Pengamatan. Ket: R (patahan karang), S (pasir), Si (lumpur)
21
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 3.3 Hasil Analisa Komunitas Ikan Karang Target 3.3.1
Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Target Total Kelimpahan Ikan Karang Target Total
Site Pengamatan
Nilai kelimpahan terbesar adalah 12960 individu/ha, sedangkan nilai terkecil adalah 136 ind/ha. Ada 3 lokasi dengan densitas tinggi yaitu di Pulau Buaya (Timur), P. Kepa, dan Pulau Lapang (Timur), 13 lokasi densitas sedang yaitu di Pulau Lapang (utara), Desa Mali, PulauTereweng (selatan), Desa Marisa, Pulau Ternate (utara), Pulau Kangge (utara), Desa Alila Timur, Tanjung Soyang, P. Rusa (Utara), P. Kambing (Utara), P. Sika, P. Tereweng (Utara), dan Desa Blangmerang. Sedangkan sisanya densitas rendah (Gambar 13).
Biomassa (kg/ha) Kelimpahan (ind/ha)
Ds. Halerman Ds. Tude Ds. Manatang Ds. Pura (Utara) Ds. Bungabali Ds. Toang Ds. Wolwal Ds. Teluk Kenari P. Kangge (Selatan) Ds. Kiraman Ds. Wakapsir P. Kambing (Timur) Ds. Delaki Ds. Kalondama Barat P. Rusa (Selatan) Ds. Likwatang P. Pura (Selatan) Ds. Blangmerang P. Tereweng (Utara) P. Sika P. Kambing (Utara) P. Rusa (Utara) Tanjung Soyang Ds. Alila Timur P. Kangge (Utara) P. Ternate (Utara) Ds. Marisa P. Tereweng (Selatan) Kel. Kabola (Mali) P. Lapang (Utara) P. Kepa (Barat) P. Lapang (Timur) P. Buaya (Timur)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Gambar 12. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Total di 33 Lokasi Survey
22
Kelimpahan Ikan Karang Total (ind/ha) x 1000
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 14 12 10 8 6 4 2 0
Site Pengamatan
Ket:
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 13. Grafik Kelimpahan Ikan Karang Total di 33 Lokasi Survey
Gambar 14. Peta Kondisi Kelimpahan Ikan Karang Total di 33 Lokasi Survey
23
Biomassa Ikan Karang Total (kg/ha) x 1000
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 C
6 5 4 3 2 1 0
Site Pengamatan
Ket:
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 15. Grafik Biomassa Ikan Karang Total di 33 Lokasi Survey
Gambar 16. Peta Kondisi Biomassa Ikan Karang Target di 33 Lokasi Survey
24
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Biomassa Ikan Karang Target Total
Bioamassa terbesar adalah 5190 kg/ha, dan biomassa terkecil adalah 90 kg/ha. Biomassa tinggi dijumpai di 3 lokasi yaitu Pulau Kepa, Pulau Lapang (utara), dan Pulau Buaya (timur). Biomass agak tinggi 5 lokasi yaitu Pulau Tereweng (selatan), Pulau Kangge (utara), Desa Marisa, dan Pulau Kangge (selatan) dan biomassa sedang di 3 lokasi yaitu Pulau Lapang (timur), Pulau Pura (selatan), dan Desa Mali. Sedangkan sisanya memiliki biomassa rendah (Gambar 10.C). 3.3.2
Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora Kelimpahan Ikan Herbivora
Kelimpahan tertinggi adalah 12467 individu/ha, sedangkan densitas terendah adalah 124 individu/ha. Berdasarkan pada Kelimpahan ikan herbivora, lokasi yang mempunyai mempunyai densitas tinggi ada 3 lokasi yaitu di Pulau Buaya (timur), Pulau Kepa, dan Pulau Lapang (timur) dan 13 lokasi dengan densitas sedang yaitu Pulau Lapang (utara), Desa Mali, Pulau Tereweng (selatan), Pulau Ternate (utara), Tanjung Soyang, P. Kambing (Utara), Desa Alila Timur, P. Kangge (Utara), P. Rusa (Utara), P. Sika, P. Tereweng (Utara), Desa Marisa, dan P. Pura (Selatan). Sedangkan sisanya memiliki densitas ikan herbivora yang rendah (Gambar 11.B). Biomassa Ikan Herbivora Biomassa ikan herbivora tertinggi adalah 4487 kg/ha, sedangkan yang terendah adalah 25 kg/ha. Pengelompokan lokasi berdasarkan pada biomassa ikan herbivora menunjukkan bahwa 3 lokasi memiliki biomassa tinggi yaitu Pulau Kepa, Pulau Lapang (utara), dan Pulau Buaya (timur), 7 lokasi biomassa sedang yaitu Pulau Tereweng (selatan), Pulau Kangge (selatan), Pulau Kangge (utara), Pulau Pura (selatan), Pulau Lapang (timur), Desa Marisa, dan Desa Mali. Sisanya memiliki biomassa rendah (Gambar 18). Tingginya densitas dan biomassa ikan herbivora ini, akan memungkinkan ketersediaan substrat untuk penempelan karang yang lebih tinggi. Ikan herbivora juga mengontrol jumlah alga yang menghambat pertumbuhan karang. P. Kepa, P. Buaya Timur dan P. Lapang Utara memiliki densitas dan biomassa ikan herbivora yang terbaik dibanding lokasi lainnya. Ketiga lokasi ini dapat menjadi prioritas untuk dilindungi.
25
x 1000
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 14,00
Densitas Rata-rata (ind/ha) Biomassa Rata-rata (kg/ha)
12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00
Site Pengamatan
Kelimpahan Ikan Herbivora (Ind/ha) x 1000
Gambar 17. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora di 33 Lokasi Survey 14 12 10 8 6 4 2 0
Site Pengamatan
Ket:
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Gambar 18. Grafik Kelimpahan Ikan Herbivora di 33 Lokasi Survey
26
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Biomassa Ikan Herbivora (kg/ha) x 1000
Gambar 19. Peta Kondisi Kelimpahan Ikan Herbivora di 33 Lokasi Survey
6
C
5 4 3 2 1 0
Site Pengamatan
Ket:
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Gambar 20. Grafik Biomassa Ikan Herbivora di 33 Lokasi Survey
27
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 21. Peta Kondisi Ikan Herbivora di 33 Lokasi Survey 3.3.3
Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karnivora Kelimpahan Ikan Karnivora
Kelimpahan ikan karnivora tertinggi yaitu 2500 individu/ha, sedangkan kelimpahan ikan karnivora terendah yaitu 12 individu/ha. Lokasi yang mempunyai densitas ikan karnivora tinggi yaitu Pulau Lapang (timur) dan Desa Marisa dan 10 lokasi dengan kelimpahan sedang yaitu Pulau Lapang (utara), Pulau Kangge (utara), Desa Delaki, Desa Blangmerang, P. Tereweng (Selatan), Desa Kalondama Barat, P. Ternate (Utara), Desa Alila Timur, P. Buaya (Timur), dan P. Rusa (Utara). Sedangkan 21 lokasi sisanya kelimpahan rendah (Gambar 13). Biomassa Ikan Karnivora Biomassa ikan karnivora tertinggi yaitu 1222 kg/ha dan biomassa ikan karnivora terendah yaitu 12 kg/ha. Berdasarkan biomassa ikan karnivora, biomassa tinggi dijumpai di 5 lokasi yaitu Desa Marisa, Pulau Lapang (utara), Pulau Kangge (utara), Pulang Lapang (timur), dan Pulau Tereweng (selatan). Ada 8 lokasi dengan kategori biomassa sedang, yaitu Desa Blangmerang, P. Buaya (Timur), Desa Delaki, P. Kepa, Desa Likwatang, Desa Wakapsir, P. Ternate (Utara), dan Desa Kalondama Barat. Sedangkan sisanya biomassa rendah (Gambar 14).
28
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 P. Kambing (Utara) Ds. Halerman P. Pura (Selatan) Ds. Kiraman Ds. Tude Ds. Teluk Kenari P. Rusa (Selatan) Ds. Manatang Ds. Pura (Utara) Ds. Toang P. Kangge (Selatan) Ds. Bungabali Ds. Wolwal Ds. Wakapsir Kel. Kabola (Mali) P. Tereweng (Utara) Ds. Likwatang P. Sika Tanjung Soyang P. Kepa (Barat) P. Kambing (Timur) P. Rusa (Utara) P. Buaya (Timur) Ds. Alila Timur P. Ternate (Utara) Ds. Kalondama Barat P. Tereweng (Selatan) Ds. Blangmerang Ds. Delaki P. Kangge (Utara) P. Lapang (Utara) Ds. Marisa P. Lapang (Timur)
Biomassa (kg/ha) Kelimpahan (ind/ha)
0
500
1000
1500
2000
2500
Gambar 22. Densitas dan Biomassa Ikan Karnivora di 33 Lokasi Survey
29
3000
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 P. Kambing (Utara) Ds. Halerman P. Pura (Selatan) Ds. Kiraman Ds. Tude Ds. Teluk Kenari P. Rusa (Selatan) Ds. Manatang Ds. Pura (Utara) Ds. Toang P. Kangge (Selatan) Ds. Bungabali Ds. Wolwal Ds. Wakapsir Kel. Kabola (Mali) P. Tereweng (Utara) Ds. Likwatang P. Sika Tanjung Soyang P. Kepa (Barat) P. Kambing (Timur) P. Rusa (Utara) P. Buaya (Timur) Ds. Alila Timur P. Ternate (Utara) Ds. Kalondama Barat P. Tereweng (Selatan) Ds. Blangmerang Ds. Delaki P. Kangge (Utara) P. Lapang (Utara) Ds. Marisa P. Lapang (Timur)
0
500
1000
1500
2000
2500
Kelimpahan Ikan Karnivora (ind/ha)
Ket:
Tinggi
Sedang
Rendah
Gambar 23. Kelimpahan Ikan Karnivora di 33 Lokasi Survey
Gambar 24. Peta Kondisi Kelimpahan Ikan Karnivora di 33 Lokasi Survey
30
3000
Bi0massa Ikan Karnivora (kg/ha) x 1000
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
Lokasi
Ket:
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Gambar 25. Biomassa total ikan karnivora di 33 lokasi pengamatan di Alor.
Gambar 26. Peta Kondisi Biomassa Ikan Karnivora di 33 Lokasi Survey
31
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 3.3.4
Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi Kelimpahan Ikan Konsumsi
Kelimpahan jenis ikan konsumsi yang tertinggi adalah 12480 individu/ha, dan yang terendah adalah 52 individu/ha. Dari kelimpahan jenis ikan konsumsi, lokasi kategori kelimpahan tinggi yaitu P. Buaya (Timua), P. Lapang (timur), dan P. Kepa dan 10 lokasi dengan densitas sedang yaitu P. Lapang (Utara), Desa Marisa, Mali, P. Kangge (utara), Desa Alila Timur, P. Ternate (Utara), P. Rusa (Utara), P. Tereweng (Selatan), P. Kambing (Utara), dan P. Tereweng (Utara). Sisanya memiliki densitas ikan konsumsi yang rendah (Gambar 28). Biomassa Ikan Konsumsi
Site Pengamatan
Biomassa jenis ikan konsumsi tertinggi adalah 4817 kg/ha, sedangkan yang terkecil adalah 58 kg/ha. Dari pengelompokan berdasarkan biomassa ikan konsumsi, terdapat 9 lokasi dengan biomassa tinggi yaitu Pulau Lapang (utara), P. Buaya (Timur), Pulau Kepa, Pulau Kangge (utara), P. Kangge (Selatan), Desa Marisa, P. Tereweng (Selatan), P. Lapang (Timur), dan P. Pura (Selatan). 9 lokasi biomassa sedang yaitu Mali, Desa Alila Timur, P. Tereweng (Utara), Desa Wakapsir, Desa Delaki, Tanjung Soyang, Desa Likwatang, P. Rusa (Utara), dan P. Rusa (Selatan). Sisanya memiliki biomassa ikan konsumsi rendah (Gambar 15.C). Ds. Halerman Ds. Manatang Ds. Tude Ds. Pura (Utara) Ds. Bungabali Ds. Toang Ds. Kiraman Ds. Wolwal Ds. Teluk Kenari P. Kangge (Selatan) Ds. Wakapsir Ds. Likwatang P. Sika P. Kambing (Timur) Ds. Delaki Ds. Kalondama Barat P. Rusa (Selatan) Tanjung Soyang P. Pura (Selatan) Ds. Blangmerang P. Tereweng (Utara) P. Kambing (Utara) P. Tereweng (Selatan) P. Rusa (Utara) P. Ternate (Utara) Ds. Alila Timur P. Kangge (Utara) Kel. Kabola (Mali) Ds. Marisa P. Lapang (Utara) P. Kepa (Barat) P. Lapang (Timur) P. Buaya (Timur)
Biomassa (kg/ha) Kelimpahan (ind/ha)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
Gambar 27. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi di 33 Lokasi Survey
32
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Ds. Halerman Ds. Manatang Ds. Tude Ds. Pura (Utara) Ds. Bungabali Ds. Toang Ds. Kiraman Ds. Wolwal Ds. Teluk Kenari P. Kangge (Selatan) Ds. Wakapsir Ds. Likwatang P. Sika P. Kambing (Timur) Ds. Delaki Ds. Kalondama Barat P. Rusa (Selatan) Tanjung Soyang P. Pura (Selatan) Ds. Blangmerang P. Tereweng (Utara) P. Kambing (Utara) P. Tereweng (Selatan) P. Rusa (Utara) P. Ternate (Utara) Ds. Alila Timur P. Kangge (Utara) Kel. Kabola (Mali) Ds. Marisa P. Lapang (Utara) P. Kepa (Barat) P. Lapang (Timur) P. Buaya (Timur)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
Kelimpahan Ikan Konsumsi (ind/ha)
Ket:
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Gambar 28. Grafik Kelimpahan Ikan Konsumsi di 33 Lokasi Survey
Gambar 29. Peta Kondisi Kelimpahan Ikan Konsumsi di 33 Lokasi Survey
33
14000
Site Pengamatan
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Ds. Halerman Ds. Manatang Ds. Wolwal Ds. Tude Ds. Pura (Utara) Ds. Bungabali Ds. Toang Ds. Kiraman Ds. Teluk Kenari Ds. Blangmerang P. Ternate (Utara) P. Kambing (Timur) P. Sika Ds. Kalondama Barat P. Kambing (Utara) P. Rusa (Selatan) P. Rusa (Utara) Ds. Likwatang Tanjung Soyang Ds. Delaki Ds. Wakapsir P. Tereweng (Utara) Ds. Alila Timur Kel. Kabola (Mali) P. Pura (Selatan) P. Lapang (Timur) P. Tereweng (Selatan) Ds. Marisa P. Kangge (Selatan) P. Kangge (Utara) P. Kepa (Barat) P. Buaya (Timur) P. Lapang (Utara)
0
1000
2000
3000
4000
5000
Biomassa Ikan Konsumsi (kg/ha)
Ket:
Tinggi = 3
Sedang = 2
Rendah = 1
Gambar 30. Grafik Biomassa Ikan Konsumsi di 33 Lokasi Survey
Gambar 31. Peta Kondisi Biomassa Ikan Konsumsi di 33 Lokasi Survey
34
6000
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Dari data ikan karnivora dapat dilihat dengan jelas bahwa jumlah lokasi yang memiliki kelimpahan dan biomassa rendah lebih tinggi dibanding kategori lain. Kemungkinan terbesar ialah tinnginya tingkat penangkapan di hampir seluruh lokasi pengamatan. Selain penataan zonasi, pengaturan tata kelola perikanan tampaknya memegang peranan yang lebih besar untuk melestarikan terumbu karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Alor. 3.3.5
Hasil Skoring Komunitas Ikan Karang Penting
Dari hasil skoring terhadap semua lokasi pengamatan dan terkait penentuan zonasi KKPD, beberapa rekomendasi yaitu :
1. 8 lokasi yaitu Pulau Lapang (utara), Pulau Kepa, Desa Marisa, Pulau Lapang (timur), Pulau Buaya (timur), Pulau Kangge dan Pulau Tereweng (selatan) dapat dipertimbangkan atau mendapat prioritas khusus untuk di dilindungi atau dikonservasi 2. Dari antara 8 site terbaik, Pulau Kepa, Pulau Buaya (timur), Pulau Kangge (utara) dan Pulau Tereweng (selatan) memiliki ikan konsumsi dan karnivora lebih rendah. Pengelolaan perikanan tangkap yang spesifik terhadap ikan-ikan tersebut di 4 lokasi ini sangat direkomendasikan, sehingga mampu memulihkan perikanan karang secara total. 3. Dari antara 8 site terbaik, Pulau Kepa, Pulau Kanggae (utara dan selatan) memiliki densitas ikan herbivore yang rendah. Pengelolaan perikanan tangkap yang spesifik terhadap ikan-ikan herbivore di 3 lokasi ini sangat direkomendasikan. Tabel 4. Skor dari Klasifikasi Ikan target berdasarkan densitas dan biomassa di lokasi pengamatan kelompok 2 Site
Ikan Total
Ikan Herbivora
Ikan Karnivora
Ikan Konsumsi
Kelimpahan
Biomassa
Kelimpahan
Biomassa
Kelimpahan
Biomassa
Kelimpahan
Biomassa
P. Buaya (Timur) P. Lapang (Timur)
3
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
P. Kepa (Barat) P. Lapang (Utara) Kel. Kabola (Mali) P. Tereweng (Selatan)
3
3
3
3
1
2
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
2
2
2
1
1
2
2
2
3
2
2
2
3
2
3
Ds. Marisa P. Ternate (Utara) P. Kangge (Utara)
2
3
2
2
3
3
2
3
2
1
2
1
2
2
2
1
2
3
2
2
2
3
2
3
Ds. Alila Timur
2
2
2
1
2
1
2
2
Tanjung Soyang
2
2
2
1
1
1
1
2
P. Rusa (Utara) P. Kambing (Utara)
2
2
2
1
2
1
2
2
2
1
2
1
1
1
2
1
P. Sika P. Tereweng (Utara) Ds. Blangmerang P. Pura (Selatan)
2
1
2
1
1
1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
3
1
2
1
1
1
3
35
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Ds. Likwatang P. Rusa (Selatan) Ds. Kalondama Barat
1
2
1
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
Ds. Delaki P. Kambing (Timur)
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Wakapsir
1
2
1
1
1
2
1
2
Ds. Kiraman P. Kangge (Selatan)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
3
1
1
1
3
Ds. Teluk Kenari
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Wolwal
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Toang
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Bungabali
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Pura (Utara)
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Manatang
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Tude
1
1
1
1
1
1
1
1
Ds. Halerman
1
1
1
1
1
1
1
1
3.4 Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor Berdasarkan pembagian zona yang telah dirumuskan oleh Tim Zonasi KKPD Kabupaten Alor, maka lokasi survei dikelompokkan berdasarkan zona pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Pengelompokan Lokasi Survei Berdasarkan Pembagian Zona KKPD Kabupaten Alor ZONA LARANG AMBIL (12) ZONA INTI (7)
ZONA PERLINDUNGAN (5)
ZONA PEMANFAATAN (21) ZONA PEMANFAATAN PARIWISATA (6)
ZONA PERIKANAN BERKELNJUTAN (NELAYAN LOKAL DAN UMUM) (15)
P. Lapang (Timur)
P. Rusa (Selatan)
P. Kepa (Barat)
P. Tereweng (Utara)
Tj. Soyang
P. Rusa (Utara)
Ds. Pura (Utara)
P. Tereweng (Selatan)
P. Kambing (Selatan)
P. Kangge (Selatan)
P. Pura (Selatan)
Ds. Delaki
P. Kambing (Utara)
P. Kangge (Utara)
P. Buaya (Timur)
Ds. Teluk Kenari
Ds. Halerman
Mali
P. Ternate (Utara)
Ds. Wolwal
Ds. Bungabali
Ds. Likwatang
Ds. Manatang P. Sika
Ds. Alila Timur Ds. Toang Ds. Tude Ds. Kalondama Barat Ds. Kiraman/Kelabana Ds. Wakapsir/Buraga
36
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Ds. Kayang/Marisa Ds. Blangmerang P. Lapang (Utara) 3.4.1 Komunitas Bentik Rata-rata persentase tutupan karang keras (HCL) di zona larang ambil lebih tinggi (38%) dibandingkan pada zona pemanfaatan (33%), namun perbedaanya tidak terlalu signifikan. Rata-rata persentase tutupan karang lunak di zona larang ambil juga lebih tinggi (17%) dibandingkan pada zona pemanfaatan (16%). Selanjutnya, lebih detail lagi bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 6. Pengelompokan Lokasi Berdasarkan Zona dengan Rata-rata Tutupan Karang No
LOKASI
I. TIPE ZONA LARANG AMBIL a. Zona Inti 1 Ds. Halerman 2 Ds. Manatang 3 P. Kambing (Timur) 4 P. Kambing (Utara) 5 P. Lapang (Timur) 6 P. Sika 7 Tanjung Soyang b. Zona Perlindungan 1 Kel. Kabola (Mali) 2 P. Kangge (Selatan) 3 P. Kangge (Utara) 4 P. Rusa (Selatan) 5 P. Rusa (Utara) II. TIPE ZONA PEMANFAATAN a. Zona Pemanfaatan Pariwisata 1 Ds. Bungabali 2 Ds. Pura (Utara) 3 P. Buaya (Timur) 4 P. Kepa (Barat) 5 P. Pura (Selatan) 6 P. Ternate (Utara) b. Zona Perikanan Berkelanjutan 1 Ds. Kiraman 2 Ds. Alila Timur 3 Ds. Blangmerang 4 Ds. Delaki
37
HCL 38 30 26 24 38 30 20 34 36 45 28 58 42 50 48 33 35 44 12 35 31 37 48 32 52 14 33 29
RATA-RATA PERSENTASE TUTUPAN (%) SC MA OT HCD HCB 17 2 6 38 0.00 19 2 7 43 0 24 0 2 48 0 52 9 1 15 0 13 0 13 36 0 10 1 9 50 0 10 2 23 45 0 4 0 0 62 0 21 0 2 41 0 14 3 4 34 0 7 1 2 62 0 14 6 0 21 0 23 5 13 17 0 15 1 4 31 0 11 0 1 39 0 16 10 11 30 1 14 11 11 29 1 10 15 6 25 0 2 28 16 42 0 17 8 17 23 0 3 7 5 54 0 28 5 10 17 3 25 4 9 13 0 17 8 11 30 1 25 5 12 7 0 9 1 1 75 0 12 5 12 38 0 12 2 7 51 0
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Ds. Kalondama Barat Ds. Likwatang Ds. Marisa Ds. Teluk Kenari Ds. Toang Ds. Tude Ds. Wakapsir Ds. Wolwal P. Lapang (Utara) P. Tereweng (Selatan) P. Tereweng (Utara)
25 31 48 40 24 25 35 15 28 42 39
35 24 10 2 14 25 12 28 17 19 15
12 4 5 1 37 32 5 1 5 8 4
8 16 20 4 13 14 17 4 12 12 21
21 25 17 52 12 3 27 52 38 17 21
0 0 0 0 0 0 4 0 0 2 0
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Persentase Kategori Tutupan Karang di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan Persentase Tutupan (%)
45 40 35 30
Zona Larang Ambil
25
Zona Pemanfaatan
20 15 10 5 0 HCL
HCD
SC
OT
MA
HCB
Kategori Tutupan Gambar 32. Rata-rata persentase tutupan karang di zona larang tangkap dan zona tangkap Pada zona larang tangkap, persentase rata-rata tutupan karang keras tertinggi dijumpai pada zona perlindungan (45,33%) dengan lokasi tertinggi rata-rata tutupan karang keras yaitu di Pulau Kangge bagian Selatan (58,33%, termasuk dalam zona perlindungan). Sedangkan persentase tutupan karang keras tertinggi pada zona pemanfaatan dijumpai pada zona pemanfaatan pariwisata (34,56%) dan lokasi tertinggi rata-rata tutupan karang keras yaitu di Desa Kiraman (50%, termasuk dalam zona perikanan berkelanjutan nelayan lokal).
38
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Persentase Kategori Tutupan Per Zona Persentase Tutupan (%)
50,00 45,00 40,00 35,00 30,00
Inti
25,00
Perlindungan
20,00 15,00
Pemanfaatan Pariwisata
10,00
Perikanan Berkelanjutan
5,00 0,00 HCL
HCD
SC
OT
MA
HCB
Kategori Tutupan Gambar 33. Persentase kategori tutupan karang per zona Jika dilihat secara umum, rata-rata tutupan karang keras di zona larang tangkap lebih tinggi dibandingkan di zona pemanfaatan walaupun tidak terlalu signifikan. Dengan demikian diharapkan target pembentukan KKPD Kabupaten Alor dengan mempertimbangkan kondisi tutupan karangnya bisa tercapai secara efektif. Namun demikian, jika dilihat per lokasi survei, memang tidak banyak lokasi yang mempunyai nilai rata-rata tutupan karang keras tinggi tidak masuk dalam zona larang tangkap. Hal ini perlu dimaklumi karena dalam penentuan zona larang tangkap (zona inti dan zona perlindungan) juga mempertimbangkan banyak faktor, termasuk faktor sosial ekonomi masyarakat pesisir. 3.4.2 Komunitas Ikan Karang Target 3.4.2.1 Ikan kecil (10-30 cm) dari metode transek sabuk Kelimpahan rata-rata untuk ikan ukuran kecil (ukuran 10-30 cm), pada zona larang ambil lebih rendah dibandingkan pada zona pemanfaatan. Tetapi biomass rata-ratanya, pada zona larang ambil sedikit lebih tinggi dibandingkan pada zona pemanfaatan (Tabel 7 dan Gambar 34). Tabel 7. Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Kecil (Ukuran 10-30 cm) Tipe Zona Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
39
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 2.654 2.981
Biomass Rata-rata (kg/ha) 1.151 1.064
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Kelimpahan dan Biomassa Rata-rata 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
1.000
Biomass Rata-rata (kg/ha)
500 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Gambar 34. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil Berdasarkan pengelompokan kelas ukuran ikan, pada zona larang ambil kelas 20-30 cm mempunyai kelimpahan lebih tinggi dibandingkan pada zona pemanfaatan. Sedangkan untuk kelas ukuran 10-20 cm, rata-rata kelimpahan di zona pemanfaatan sedikit lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil. Untuk biomassa sendiri, kelompok kelas ukuran 20-30 cm di zona larang ambil merupakan penyumbang tertinggi, sangat jauh berbeda dengan kelimpahan di kelompok ukuran 10-20 cm (Tabel 8 dan Gambar 35). Tabel 8. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil dan sedang untuk tiap kelas ukuran Tipe Zona Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
40
Kelas Ukuran 10-20 20-30 10-20 20-30
Kelimpahan Ratarata (ind/ha) 1632 2203 1969 1381
Biomass Rata-rata (kg/ha) 141 1297 234 872
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 35. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil dan sedang untuk tiap kelas ukuran Untuk pembagian ikan berdasarkan tipe makanan, jenis ikan herbivore sangat mendominasi di masingmasing tipe zonasi dengan kepadatan rata-rata jauh lebih tinggi dibandingkan jenis ikan karnivora. Kepadatan ikan herbivore di zona pemanfaatan lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil. Kebalikan dengan ikan herbivore, jenis ikan karnivora di zona larang ambil sedikit lebih tinggi dibandingkan dii zona pemanfaatan (Gambar 36 dan Tabel 9).
41
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Gambar 36. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil berdasarkan tipe makanan Berbanding lurus dengan kelimpahan rata-rata, biomassa rata-rata ikan jenis herbivore juga jauh lebih tinggi dibandingkan jenis ikan karnivora di masing-masing tipe zonasi. Berbeda dengan kelimpahan rata-rata, biomassa rata-rata jenis ikan herbivore di zona larang ambil sedikit lebih tinggi dibandingkan di zona pemanfaatan. Begitu pula jengan jenis ikan karnivora, akan tetapi dengan rentang yang sangat tipis. Kehadiran ikan herbivore sendiri sangat penting dalam sebuah ekosistem terumbu karang. Ikan herbivore membantu menyediakan substrat penempelan bagi juvenile (anakan) karang, yaitu dengan memakan alga yang menempel pada substrat penempelan. Untuk ikan jenis karnivora penting dalam mendukung kegiatan perikanan tangkap bagi nelayan. Tabel 9. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil berdasarkan tipe makanan Tipe Zonasi Zona Larang Ambil
42
Tipe Ikan Herbivora
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 2292
Biomassa Rata-rata (kg/ha) 1092
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Zona Pemanfaatan
Karnivora Herbivora Karnivora
401 2731 292
64 1010 62
Berdasarkan pembagian Famili, jenis ikan herbivore dari family Acanthuridae (Ikan Kulit Pasir) sangat mendominasi di masing-masing zona dengan kelimpahan lebih tinggi di zona pemanfaatan, diikuti ikan dari Famili Scaridae (Ikan Kakatua) dan Siganidae (Ikan Baronang). Jika dicermati lagi, ikan dari Famili Siganidae mempunyai biomassa mendekati biomassa ikan Famili Acanthuridae walaupun dengan jumlah kelimpahan yang sangat berbeda (Tabel 10 dan Gambar 37). Hal ini disebabkan karena penghitungan biomassa didasarkan pada perkalian kontsanta berat dengan panjang total ikan, yang berarti bahwa konstanta berat ikan dari Famili Siganidae jauh lebih tinggi dibandingkan kontanta berat dari ikan Famili Acanthuridae. Tabel 10. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan herbivora dari kelompok ikan kecil Tipe Zonasi Larang Ambil
Pemanfaatan
43
Ikan herbivora Acanthuridae Scaridae Siganidae Acanthuridae Scaridae Siganidae
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 22.171 4.707 736 37.777 5.430 1.656
Biomass Rata-rata (kg/ha) 6.755 964 4.553 9.236 1.099 8.044
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Kecil di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
40.000 35.000 30.000
Zona Larang Ambil
25.000
Zona Pemanfaatan
20.000 15.000 10.000 5.000 0 Acanthuridae
Scaridae
Siganidae
Famili Ikan Karnivora
Biomassa Rata-rata (ind/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Kecil di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 10.000 8.000
Zona Larang Ambil
6.000
Zona Pemanfaatan
4.000 2.000 0 Acanthuridae
Scaridae
Siganidae
Famili Ikan Karnivora
Gambar 37. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan herbivore di zona larang ambil dan zona pemanfaatan Untuk ikan dari jenis karnivora, ikan-ikan dari Famili Lethrinidae (Ketambak) merupakan penyumbang tertinggi di zona larang ambil diikuti dari Famili Lutjanidae (Kakap), Serranidae (Kerapu), Carangidae (Gergahing), dan Haemulidae (Tanunung/Bibir Tebal). Pada zona pemanfaatan, penyumbang tertinggi adalah ikan-ikan dari Famili Lutjanidae diikuti Famili Serranidae, Lethrinidae, Haemulidae, Carangidae, dan Ray (Ikan Pari). Secara umum, komposisi Famili di zona pemanfaatan lebih tinggi (6 famili) dibandingkan di zona larang ambil (5 famili). Tabel 11. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan karnivora dari kelompok ikan kecil Tipe Zonasi Larang Ambil
44
Ikan karnivora Carangidae Haemulidae
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 523 184
Biomass Rata-rata (kg/ha) 94 46
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Lethrinidae Lutjanidae Serranidae Carangidae Haemulidae Lethrinidae Lutjanidae Ray Serranidae
Pemanfaatan
1587 1293 968 24 728 883 2315 13 1787
169 230 185 7 157 270 494 6 344
Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Kecil di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
2.500 2.000 1.500
Zona Larang Ambil
1.000
Zona Pemanfaatan
500 0
Famili Ikan Karnivora
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Kecil di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 2.500 2.000 1.500
Zona Larang Ambil
1.000
Zona Pemanfaatan
500 0
Famili Ikan Karnivora
Gambar 38. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan Karnivora di zona larang ambil dan zona pemanfaatan 3.4.2.2 Ikan besar (>30 cm) dari metode sabuk transek Hasil penghitungan data ikan besar jauh berbeda dengan ikan kecil baik kelimpahan rata-rata maupun biomassa rata-rata, dimana jumlahnya jauh lebih rendah (Tabel 12 dan Gambar 39). Pada zona larang
45
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 ambil baik kelimpahan maupun biomassa rata-ratanya lebih rendah dibandingkan pada zona pemanfaatan. Tabel 12. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar Tipe Zona I. Zona Larang Ambil a. Inti b. Perlindungan II. Zona Pemanfaatan a. Pemanfaatan Pariwisata b. Perikanan Berkelanjutan
Kelimpahan Rata-rata Biomassa Rata-rata (ind/ha) (kg/ha) 140 225 69 97 211 352 434 729 515 924 354 533
Kondisi sedikitnya jumlah ikan berukuran besar mengindikasikan terjadinya tangkapan berlebih (overfishing). Asumsinya adalah tidak banyak dijumpai ikan yang mencapai ukuran maksimal atau ikan telah banyak ditangkap sebelum mencapai ukuran maksimal.
Kelimpahan dan Biomassa Rata-rata 800 700 600 500 Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
400 300
Biomass Rata-rata (kg/ha)
200 100 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Gambar 39. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar Kelompok ikan ukuran 30-50 cm memiliki jumlah yang paling tinggi baik kelimpahan maupun biomassa rata-rata di masing zona. Kelimpahan dan biomassa rata-rata di zona pemanfaatan lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil (Tabel 13 dan Gambar 40). Tabel 13. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar berdasarkan kelas ukuran Tipe Zona Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
46
Kelas Ukuran 30-50 50-70 >70 30-50 50-70
Kelimpahan Ratarata (ind/ha) 164 5 0 425 15
Biomass Rata-rata (kg/ha) 257 23 0 696 55
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 >70
3.33
13
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Sebaran Ukuran Ikan Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
30-50 50-70 >70
Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan Tipe Zonasi
Biomassa Rata-rata (ind/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Sebaran Ukuran Ikan Kecil di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 800 700 600 500 400
30-50
300
50-70
200
>70
100 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan Tipe Zonasi
Gambar 40. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar untuk tiap kelas ukuran Berdasarkan pembagian tipe makanan, kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan karnivora jauh lebih tinggi dibandingkan ikan herbivore, terutama pada zona pemanfaatan. Pada zona pemanfaatan nilai kelimpahan dan biomassa rata-rata lebih tinggi dibandingkan pada zona larang ambil (Tabel 14 dan Gambar 41). Tabel 14. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar (>30 cm) Tipe Zona Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
47
Tipe Makanan Herbivora Karnivora Herbivora
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 474 295 2797
Biomassa Rata-rata (kg/ha) 841 380 4947
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Karnivora
1401
1823
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Jenis Makanan Ikan Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 1.600 1.400 1.200 1.000 800
Herbivora
600
Karnivora
400 200 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Biomassa Rata-rata (ind/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Jenis Makanan Ikan Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 2.000 1.500 1.000
Herbivora Karnivora
500 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Gambar 41. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar berdasarkan tipe makanan Untuk pengelompokan ikan besar berdasarkan famili, hanya dijumpai 2 famili saja yaitu famili Acanthuridae dan Scaridae. Sedangkan untuk famili Siganidae, tidak dijumpai pada kelompok ikan besar. Hal ini disebabkan karena ikan-ikan dari famili Siganidae jarang yang berukuran melebihi 30 cm. ikan dari Famili Acanthuridae sangat mendominasi dengan kelimpahan dan biomassa yang sangat berbeda dengan ikan dari famili Scaridae (Tabel 15 dan Gambar 42). Tabel 15. Kelimpahan dan biomassa ikan herbivora dari kelompok ikan besar (>30 cm) Tipe Zona Zona Larang Ambil
48
Famili Acanthuridae Scaridae
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 721 227
Biomass Rata-rata (kg/ha) 1377 305
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Zona Pemanfaatan
Acanthuridae Scaridae
4237 1360
8086 1809
Kelimpahana Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Ikan Herbivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500 0
Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
Acanthuridae
Scaridae Famili
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Biomassa Rata-rata Ikan Herbivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
Acanthuridae
Scaridae Famili
Gambar 42. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan Herbivora besar di zona larang ambil dan zona pemanfaatan Untuk kelompok ikan karnivora, ikan-ikan dari famili Lutjanidae sangat mendominasi. Kelimpahan dan biomassa rata-ratanya cukup jauh berbeda dibandingkan dari famili lainnya (Tabel 16 dan Gambar 43). Tabel 16. Kelimpahan dan biomassa ikan karnivora dari kelompok ikan besar (>30 cm) Tipe Zona Zona Larang Ambil
49
Famili Carangidae Haemulidae Lethrinidae Lutjanidae
Kelimpahan Ratarata (ind/ha) 57 81 11 307
Biomass Ratarata (kg/ha) 135 77 12 411
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Zona Pemanfaatan
Scombridae Serranidae Carangidae Carcharhinidae Haemulidae Labridae Lethrinidae Lutjanidae Ray Scombridae Serranidae
53 81 123 7 535 33 247 1543 4 12 300
41 84 173 25 719 40 325 2004 9 26 324
Kelimpahana Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Ikan Karnivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 1.800 1.600 1.400 1.200 1.000 800 600 400 200 0
Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
Famili
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Biomassa Rata-rata Ikan Karnivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 2.500 2.000
Zona Larang Ambil
1.500
Zona Pemanfaatan
1.000 500 0
Famili
Gambar 43. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan karnivora besar di zona larang ambil dan zona pemanfaatan
50
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 3.4.2.3 Ikan besar dari metode long swims Dari total 33 lokasi survei kesehatan karang, hanya 14 lokasi saja yang diambil datanya untuk ikan besar dengan metode long swims. Hasil penghitungan data menunjukkan bahwa kelimpahan rata-rata ikan di zona pemanfaatan lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil dengan perbedaan yang tidak terlau signifikan. Hasil penghitunga biomassa rata-rata ikan sangat mencolok perbedaannya dengan biomassa di zona pemanfaatan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di zona larang ambil (Tabel 17 dan Gambar 44). Tabel 17. Kelimpahan dan biomassa ikan besar dari metode longswims berdasarkan pembagian zona No
Tipe Zona/Lokasi
I. Zona Larang Ambil a. Inti 1 Ds. Halerman 2 Ds. Manatang 3 P. Sika b. Perlindungan 1 P. Rusa (Utara) II. Zona Pemanfaatan a. Pemanfaatan Pariwisata 1 Ds. Bungabali 2 Ds. Pura (Utara) 3 P. Kepa (Barat) b. Perikanan Berkelanjutan 1 Ds. Alila Timur 2 Ds. Kalondama Barat 3 Ds. Likwatang 4 Ds. Teluk Kenari 5 Ds. Toang 6 Ds. Tude 7 Ds. Wolwal
51
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 375 300 100 300 500 450 450 455 767 50 450 1800 143 100 200 150 0 150 300 100
Biomassa Rata-rata (kg/ha) 518 448 118 347 880 587 587 2432 3544 95 652 2796 1319 105 226 173 0 153 415 247
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Kelimpahan dan Biomass Rata-rata 4.000 3.500 3.000 2.500 Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
2.000 1.500
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
1.000 500 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Gambar 44. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar dari metode long swims Berdasarkan pembagian kelas ukuran ikan, kelas ukuran 30-50 cm sangat mendominasi dengan jumlah yang cukup signifikan berbeda dengan kelas ukuran lain. Hasil pencatatan menunjukkan tidak dijumpainya ikan ukuran >70 cm. bahkan di zona larang ambil hanya dijumpai ikan kelompok ukuran 3050 cm saja (Tabel 18 dan Gambar 45). Tabel 18. Kelimpahan dan biomassa ikan besar untuk tiap kelas ukuran Tipe Zona Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
52
Kelas Ukuran 30-50 50-70 >70 30-50 50-70 >70
Kelimpahan Ratarata (ind/ha) 375.00 0.00 0.00 462.50 25.00 0.00
Biomassa Rata-rata (kg/ha) 517.72 0.00 0.00 685.43 91.04 0.00
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
Sebaran Ukuran di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 500 400 300 30-50 200
50-70
100
>70
0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan Tipe Zonasi
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Sebaran Ukuran di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 800 700 600 500 400 300 200 100 0
30-50 50-70 >70
Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan Tipe Zonasi
Gambar 45. Kelimpahan dan biomassa ikan besar berdasarkan kelas ukuran Pembagian ikan berdasarkan tipe makanan, jenis ikan herbivore cukup mendominasi baik di zona larang ambil maupun dizona pemanfaatan. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan pada zona pemanfaatan sedikit lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil (Tabel 19 dan Gambar 46). Tabel 19. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar berdasarkan tipe makanan Tipe Zonasi Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
53
Jenis Makanan Herbivora Karnivora Herbivora Karnivora
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha) 291.67 100.00 322.92 220.83
Biomassa Rata-rata (kg/ha) 433.88 100.79 531.09 263.67
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Kelimpahan Rata-rata (kg/ha)
Tipe Ikan di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 350 300 250 200 150
Herbivora
100
Karnivora
50 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Tipe Ikan di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 600 500 400 300
Herbivora
200
Karnivora
100 0 Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
Tipe Zonasi
Gambar 46. Kelimpahan dan biomassa ikan besar berdasarkan tipe makanan Hasil penghitungan data menunjukkan bahwa ikan herbivora dari famili Scaridae lebih tinggi pada zona larang ambil. Sedangkan pada zona pemanfaatan ikan herbivora dari famili Acanthuridae lebih tinggi dari pada iksn famili Scaridae (Tabel 20 da Gambar 47). Tabel 20. Kelimpahan dan biomassa ikan herbivora dari kelompok ikan besar
Tipe Zona Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
54
Herbivora Acanthuridae Scaridae Acanthuridae Scaridae
Kelimpahan Ratarata (ind/ha) 450.00 600.00 1100.00 950.00
Biomassa Ratarata (kg/ha) 859.21 769.51 2100.30 1240.71
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Herbivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 1.200 1.000 Zona Larang Ambil
800
Zona Pemanfaatan
600 400 200 0 Acanthuridae
Scaridae
Famili Ikan Karnivora
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Herbivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 2.500 2.000 Zona Larang Ambil 1.500
Zona Pemanfaatan
1.000 500 0 Acanthuridae
Scaridae
Famili Ikan Karnivora
Gambar 47. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan herbivora besar berdasarkan famili di zona larang ambil dan zona pemanfaatan Untuk jenis ikan karnivora, penyumbang tertinggi di zona larang ambil adalah ikan dari famili Serranidae diikuti oleh ikan dari famili Haemulidae dan Carangidae. Pada zona pemanfaatan penyumbang tertinggi adalah ikan dari famili Serranidae diikuti oleh ikan dari famili Haemulidae, Lutjanidae, Lethrinidae, dan Carangidae (Tabel 21 dan Gambar 48). Tabel 21. Kelimpahan dan biomassa ikan karnivora dari kelompok ikan besar Tipe Zona Zona Larang Ambil
Zona Pemanfaatan
55
Karnivora Carangidae Haemulidae Serranidae Carangidae Haemulidae
Kelimpahan RataBiomassa Rata-rata rata (ind/ha) (kg/ha) 50 55.33462 100 95.33 150 152.5716 50 55.33462 300 298.5828
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Lethrinidae Lutjanidae Serranidae
150 300 450
188.0357 368.5405 611.6156
Kelimpahan Rata-rata (ind/ha)
Kelimpahan Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 500 400 300
Zona Larang Ambil
200
Zona Pemanfaatan
100 0
Famili Ikan Karnivora
Biomassa Rata-rata (kg/ha)
Biomassa Rata-rata Berdasarkan Famili Jenis Ikan Karnivora Besar di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan 700 600 500 400 300 200 100 0
Zona Larang Ambil Zona Pemanfaatan
Famili Ikan Karnivora
Gambar 48. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan karnivora besar berdasarkan famili di zona larang ambil dan zona pemanfaatan
4. KESIMPULAN Dengan membandingkan kondisi tutupan karang keras hidup di calon zona larang ambil dan calon zona pemanfaatan, tutupan karang keras hidup di zona pemanfaatan sedikit lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil. Secara umum kondisi perikanan di Kabupaten Alor menunjukkan tanda-tanda penangkapan berlebih. Hal ini disimpulkan berdasarkan fakta lebih sedikitnya kelimpahan ikan dari kelompok ikan berukuran besar (>30 cm).
56
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan di calon zona larang ambil jauh lebih rendah dibandingkan di calon zona pemanfaatan. Pengambilan keputusan penetapan zona larang ambil dan zona pemanfaatan tidak hanya didasarkan pada kondisi terumbu karang dan ikan karang saja. Banyak faktor yang mendasari pengambilan keputusan tersebut terutama faktor sosial budaya nelayan yang tersebar di KKPD Kabupaten Alor. Hal ini yang menyebabkan analisa kondisi terumbu karang dan ikan karang di zona larang ambil lebih rendah nilainya dibandingkan dengan di zona pemanfaatan.
5. SARAN DAN REKOMENDASI Hasil kegiatan monitoring kesehatan karang bisa dijadikan oleh pengelola sebagai data awal dalam mengukur efektivitas pengelolaan KKPD Kabupaten Alor. kondisi terumbu karang dan ikan karang yang cenderung mengalami degradasi perlu mendapatkan perhatian serius guna mencapai target pengelolaan. Lokasi yang diusulkan menjadi zona larang ambil harus mendapatkan perhatian lebih mengingat kondisinya tidak lebih baik dari pemanfaatan karena calon zona larang ambil nantinya harus mensuplai sumberdaya ke zona pemanfaatan. Untuk monitoring lanjutan, perbandingan jumlah titik harus seimbang antara di zona larang ambil dan zona pemanfaatan agar hasilnya bisa dibandingkan secara setara. Pelaksanaan aturan-aturan di masing-masing zona jika sudah ditetapkan harus dipatuhi dan diawasi semua pihak agar target pengelolaan KKPD dapat tercapai.
57
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 6. REFERENSI Anton W, Purwanto, Gede R Wiadnyana, Barmawi, Peter J Mous.2006. Monitoring Kesehatan Karang Taman Nasional Wakatobi. Versi 2.0. TNC-WWF Program Bersama Wakatobi. Cheal AJ, Coleman G, Delean S, Miller I, Osborne K. 2002. Responses of coral and fish assemblages to a severe but short-lived tropical cyclone on the Great Barrier Reef, Australia.Coral Reefs.2002; 21:131–142. Clark, S. &Edwards, A.J. 1999.An evaluation of artificial reef structures as tools for marine rehabilitation in the Maldives.Aquatic Conservation: Marine Freshwater Ecosystems, 9 : 5-21 Hayward DC, Hetherington S, Behm CA, Grasso LC, Forêt S, et al. 2011 Differential Gene Expression at Coral Settlement and Metamorphosis - A Subtractive Hybridization Study. PLoS ONE 6(10): e26411. doi:10.1371/journal.pone.0026411 Holling, C. S. 1973. Resilience and stability of ecological systems.Annual Review of Ecology and Systematics 4:1-23. Nyström, M., and Folke, C. 2001.Spatial resilience of coral reefs.Ecosystems 4: 406–417. http://www.reefresilience.org/Toolkit_Coral/C5a0_Representation.html#top Kulbicki. M & Guillemot.N. 2005. A General Approach to Llength-Weight Relationship for New Caledonian Lagoon Fishes. Cybium, 29(3): 235-252 Marshall, PA and Baird, AH (2000). Bleaching of corals on the great barrier reef: Differential susceptibilities among taxa. Coral Reefs 19(2): 155-163. Obura David, Marshall Paul, Setiasih Naneng, Grimsditch Gabriel. 2008. Draft Manual IUCN CCCR Resilience assessment methodology: Resilience Assessment of coral reefs. IUCN – Climate Change and Coral Reefs. Jennifer Skilbred, Colleen Corrigan, Jeanine Almany, Elizabeth McLeod, Al Lombana, andHelen Fox.2006. A Literature Review of Current Knowledge on the Biophysical Aspects of Marine Protected Area Network Design and Implementation. Marine Learning Partnership, Global Conservation Program Somerfield P, Jaap W, Clarke K, Callahan M, Hackett K. 2008. Changes in coral reef communities among the Florida Keys, 1996–2003.Coral Reefs.2008 ;27:951–965. Timotius S. 2003. Biologi Terumbu Karang. Makalah Trining Course: Karekteristik Biologi Karang. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) Wilson J.R & Green.A. 2009. Metode Pemantauan Biologi untuk Menilai Kesehatan Terumbu Karang dan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia (terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia Marine Program No 1/09. 46 hal
58
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 7. GLOSARIUM Available Substrate
: Substrat yang dapat menjadi ruang untuk penempelan anakan karang baru, yang meliputi Dead Coral Alga, Dead Coral dan Rock (Karang Mati), serta Coralline Alga
Biomassa
: Jumlah keseluruhan individu dalam proporsi berat dalam satuan luas unit sampling
Densitas
: Jumlah kepadatan individu dalam satuan luas unit sampling
Exposed
: Terpapar, tidak tersembunyi. Terumbu yang terbuka dan terpapar, dimana tipe komunitas terumbu yang biasanya komunitas langsung berhadapan dengan laut
Planula
: Larva bebas dari hewan karang yg sangat muda, biasanya berbentuk bulat telur, pipih, atau lonjong
Gentle slope
: Landai/lereng cenderung datar. Tipe terumbu yang melandai yang cenderung ke datar/flat
Herbivora
: Hewan pemakan tumbuh-tumbuhan
Karnivora
: Hewan pemakan daging
Mobile Substrate
: Tipe substrat yang selalu mengalami pergerakan dan indikator stabilitas substrat dasar perairan. Mengacu pada persentase dari Silt (lumpur), Sand (Pasir) dan Rubble (Pecahan Karang mati. Substrat ini tidak cocok untuk penempelan planula
Reef flat
: Terumbu datar. Tipe terumbu yang mendatar/flat
Sheltered
: Terlindung. Tipe komunitas terumbu yang terlindungi, biasanya di dalam teluk.
Slope
: Lereng terumbu. Tipe terumbu yang membentuk sudut/kemiringan
Time swim
: Metode sampling menggunakan unit waktu. Biasanya dilakukan dengan cara berenang selama menit waktu tertentu. Disebut juga Long swim
Wall
: Mendinding. Tipe terumbu yang berbentuk dinding vertical
Metamorfosis Karang
: Perubahan bentuk karang dari telur menjadi larva kemudian fase awal menempel di substrat dan akhirnya menjadi karang dewasa
Fase Planktonik
: Fase mahluk hidup di permukaan atau kolom perairan pada saat berukuran mikroskopik (bisa berupa telur atau larva)
59
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Lampiran 1 Daftar Ikan Target Survei
FISH TRANSECT Lokasi Observer Latitude Longitude Habibat
: : : : Slope
Transek ke Tanggal Jam Masuk Jam Keluar Kedalaman
Wall
: : : : : Fish Size
Family
Species
Common name 30-50 cm
Sweetlips (Haemulidae)
Snapper (Lutjanidae)
Emperors (Lethrinidae) Groupers (Serranidae)
Wrasse (Labridae) Parrotfish (Scaridae) Surgeonfish (Acanthuridae) Rabbitfish (Siganidae)
Trevally (Carangidae)
Mackeral (Scombridae)
Sharks (Carcharinidae)
Rays
Barracuda (Sphyraenidae)
60
Diagramma melanacrum Plectorhinchus albovittatus Plectorhinchus chaetodonoides Plectorhinchus lessonii Plectorhinchus lineatus Plectorhinchus picus Plectorhinchus polytaenia Plectorhinchus vittatus All other Sweetlips Aprion virescsen Lutjanus argentimaculatus Lutjanus biguttatus Lutjanus bohar Lutjanus decussatus Lutjanus fulviflamma Lutjanus rivulatus Macolor macularis Macolor niger All other Snapper Gnathodentex aureolineatus Lethrinus olivaceus All other Emperors Cephalopholis argus Cephalopholis cyanostigma Cephalopholis miniata Cephalopholis urodeta Cromileptes altivelis Ephinephelus polyphekadion Epinephelus fuscoguttatus Epinephelus fasciatus Epinephelus malabaricus Plectropomus areolatus Plectropomus laevis Plectropomus leopardus Plectropomus oligacanthus Gracila albomarginata Variola albimarginata Variola louti All other groupers
black-foot sweetlips giant sweetlips many-spotted sweetlips striped sweetlips diagonal-banded sweetlips dotted sweetlips ribbon sweetlips oriental sweetlips
Cheilinus undulatus
Napoleon wrasse
Bolbometopon muricatum all other Scarids Naso lituratus all other surgeonfish Siganus doliatus Siganus guttatus Siganus vulpinus all other rabbitfish Caranx melampygus Caranx sexfasciatus Elagatis bipinnulatus Gnathanodon speciosus Caranx ignobilis All other Trevally Gymnosarda unicolor Rastrelliger kanagurta Scomberomorus commerson All other Mackerel Carcharhinus amblyrhynchos Carcharhinus melanopterus Triaenodon obesus All other Sharks Himantura granulata Taeniura meyeni Mobula tarapacana Aetobatus narinari All other rays Sphyraena barracuda All other baracuda
bumphead parrotfish
green jobfish mangrove jack two-spot snapper red bass checkered snapper black-spot seaperch Maori seaperch midnight snapper black and white snapper striped large-eye bream longface emperor peacock grouper blue-spotted rockcod coral grouper flagtail grouper mouse grouper camouflage grouper flowery cod Blacktip Grouper Malabar grouper polkadot cod Chinese footballer coral trout highfin coral trout Masked Grouper white-margined trout coronation trout
orangespine unicornfish barred rabbitfish golden rabbitfish foxface rabbitfish bluefin trevally bigeye trevally rainbow runner golden trevally giant trevally dogtooth tuna long-jawed mackerel Spanish mackerel grey reef shark blacktip reef shark whitetip reef shark whip tail rays marbled rays devil ray eagle ray barracuda
Besar 50-70 cm
Kecil >70 cm
10-20 cm
20-30 cm
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Substrat di Lokasi Survey Kesehatan Karang Solor Alor
Tutupan karang keras hidup
Tutupan karang lunak
Pertumbuhan macroalga
Terumbu karang di lokasi P. kambing
Kondisi karang pada substrat yang tidak stabil
61
Survey Kesehatan Karang Kabupaten Alor 2011 Lampiran 2 Ikan Targetdi Lokasi Survey Kesehatan Karang Solor Alor
Gambar . Bolbometopon muricatum atau Bumphead parrotfish. (Dokumentasi survey)
Gambar . Juvenil dari Plectorhinchus chaetodonoides. (dokumentasi survey)
62
Gambar . Diagramma melanacrum, jenis ikan famili Haemullidae. (dokumentasi survey)
Gambar . Sekumpulan ikan Plectorhinchus polytaenia. (dokumentasi survey)