LAPORAN HASIL
SURVEY KESEHATAN TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKPD) KABUPATEN ALOR
Monitoring kesehatan karang dilaksanakan untuk memberikan suatu penilaian kuantittif bagi efektivitas pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah kabupaten Alor dalam upaya melindungi kesehatan dan keanekaragaman hayati komunitas bentik dan jenis perikanan penting di terumbu karang
KABUPATEN ALOR TAHUN 2013
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
LAPORAN HASIL SURVEY KESEHATAN DI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN ALOR
Penyusun Derta Prabuning – Reef Check Indonesia
Editor Toufik Alansar Muh.Ridha Hakim Khaifin
Dipersilahkan mengutip sebagian atau keseluruhan isi buku ini dengan menyebutkan sumber sitasi
2
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME karena atas kuasa-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Hasil Survey Kesehatan Karang di Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Alor. Hasil laporan ini diharapakan dapat menggambarkan dan menginformasikan kondisi terumbu karang di KKPD (Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Kabupaten Alor tahun 2013, agar dapat menjadi bahan acuan dalam pengelolaan KKPD Alor oleh badan pengelola dan pihak lainnya. Sangat dibutuhkan dukungan dan tindaklanjut dari hasil survei ini, kegiatan monitoring secara berkala dan teratur guna melengkapi dan memperbaharui data dan informasi yang akan bermanfaat dalam mendukung pengelolaan KKPD Alor secara efektif ke depan serta bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat pesisir kabupaten Alor Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada WWF Indonesia Solor Alor Project, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor, Tim PPKKLD Kabupaten Alor, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya survey ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
September 2013 Penyusun
3
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................. iii Daftar Isi ......................................................................................................... iv Daftar Tabel ...................................................................................................... v Daftar Gambar ................................................................................................. vi I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang … .............................................................................. 8 1.2. Tujuan ….......... ............................................................................... 9 1.3. Sasaran ………….. .............................................................................. 9 II. METODOLOGI 2.1. Deliniasi Cakupan Area Survei …....................................................... 10 2.2. Seleksi Lokasi Survey ……. ............................................................... 10 2.3. Pengambilan Data 2.3.1. Komunitas Bentik …….. ........................................................ 10 2.3.2. Komunitas Ikan Karang Penting ….. ...................................... 11 2.4. Analisa Data 2.4.1. Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor ….. ................................ 11 2.4.2. Komunitas Bentik …............................................................. 12 2.4.3. Komunitas Ikan Karang Penting ….. ...................................... 13 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Data …………….. ................................... 15 3.2. Pengelompokan Lokasi Pengamatan ……….. ...................................... 16 3.3. Kondisi Tutupan Karang Keras Hidup 3.3.1. Komunitas Bentik …………………………. ................................... 17 3.4. Komunitas Ikan Karang Target 3.4.1. Ikan kecil (10-20 cm) dari metode transek sabuk …. .............. 21 3.4.2. Ikan sedang (>30 cm) dari metode transek sabuk ….............. 23 3.4.3. Ikan besar dari metode long swims ….. ................................. 26 3.5. Hasil Analisa Komunitas Bentik 3.5.1. Analisa Tutupan Karang Keras Hidup …. ................................ 31 3.5.2. Analisa Tutupan Karang Lunak ….......................................... 34 3.5.3. Analisa Bentuk Pertumbuhan Karang Keras Hidup …. ............. 37 3.5.4. Analisa Komunitas Bentik Lainnya …… .................................. 39 3.5.5. Analisa Ketersediaan Substrat Penempelan ….. ...................... 41 3.5.6. Analisa Stabilitas Substrat ….. .............................................. 43 3.6. Hasil Analisa Komunitas Ikan Karang Target 3.6.1. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Target Total ……………. 45 3.6.2. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora …. ........................ 49 3.6.3. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karnivora … .......................... 55 3.6.4. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi ….......................... 57 IV. KESIMPULAN …………. .............................................................................. 61 V. SARAN DAN REKOMENDASI …… ............................................................ 62 VI. DAFTAR PUSTAKA ………………….. ............................................................. 63 VII. Lampiran ………………………………................................................................. 64
4
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pembagian kategori komunitas bentik dan kodenya; Hal 10 Tabel 2. Lokasi Pendataan Survei Kesehatan Karang di Solor Alor; Hal 16 Tabel 3. Pengelompokan Lokasi Survei Berdasarkan Pembagian Zona KKPD Kabupaten Alor; Hal 16 Tabel 4. Pengelompokan Lokasi Berdasarkan Zona dengan Rata-rata Tutupan Karang; Hal 17 Tabel 5. Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Kecil (Ukuran 10-20 cm); Hal 22 Tabel 6. Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Sedang (Ukuran 20-40 cm); Hal 24 Tabel 7. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar; Hal 26 Tabel 8. Kelimpahan dan biomassa ikan besar (metode longswims) berdasarkan pembagian zona; Hal 29 Tabel 9. Rentang kategori tutupan karang keras hidup di Solor Alor; Hal 34
5
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13.
Gambar Gambar Gambar Gambar
14. 15. 16. 17.
Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23.
6
Peta Zonasi KKPD Kabupaten Alor; Hal 12 Lokasi Survey Kesehatan Karang KKPD Kabupaten Alor; Hal 15 Rata-rata persentase tutupan karang di dalam dan di luar kawasan pengelolaan KKPD; Hal 20 Persentase kategori tutupan karang per zona; Hal 21 Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor; Hal 22-23 Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan sedangKelimpahan (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor; Hal 2526 Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor; Hal 27-28 Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar dari metode long swims (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor; Hal 2930 Peta kondisi tutupan karang keras hidup di 46 lokasi pendataan; Hal 31 Persentase tutupan karang keras hidup dan indeks mortalitas di 46 lokasi pendataan; Hal 33 Peta Kondisi Tutupan Karang Lunak di 46 Lokasi Survey; Hal 34 Persentase tutupan karang lunak di 46 lokasi pendataan di Alor; Hal 36 Bentuk Pertumbuhan Karang di Lokasi Pendataan Berdasarkan Klasifikasi Karang Keras Hidup (a) pada lokasi tutupan karang keras tertinggi dan (b) pada lokasi tutupan karang keras terendah; Hal 37-38 Kategori komunitas bentik lainnya di Lokasi Pendataan; Hal 40 Persentase tutupan Available Substrate di Lokasi Pendataan; Hal 42 Persentase tutupan Mobile Substrate di Lokasi Pendataan; Hal 44 Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survey; Hal 46 Grafik Kelimpahan Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survey; Hal 47 Grafik Biomassa Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survei; Hal 48 Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey; Hal 50 Grafik Kelimpahan Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey; Hal 51 Grafik Biomassa Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey; Hal 52 Densitas dan Biomassa Ikan Karnivora di 46 Lokasi Survey; Hal 54
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Gambar 24. Kelimpahan Ikan Karnivora di 46 Lokasi Survey; Hal 55 Gambar 25. Biomassa total ikan karnivora di 46 lokasi pendataan di Alor; Hal 56 Gambar 26. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey; Hal 58 Gambar 27. Grafik Kelimpahan Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey; Hal 59 Gambar 28. Grafik Biomassa Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey; Hal 60
7
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
I.
1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kabupaten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah pulau sebanyak 15 pulau dengan luas wilayah daratan 2.864,64 km², perairan 10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km. Secara geografis daerah ini terletak pada 8º6’LS - 8º36’ LS dan 123º48’ BT - 125º48’ BT. Karakteristik perairan di Kawasan Alor sangat unik, yaitu adanya peristiwa upwelling yang terjadi setiap tahun dimana arus dingin dengan suhu mencapai titik beku dari dasar laut ke permukaan dan kekayaan sumberdaya alam yang tinggi. Beberapa ekosistem yang terdapat di Kabupaten Alor adalah terumbu karang (dengan luasan 3.329,94 Ha), Lamun (dengan luasan 1.781,87 Ha), hutan mangrove (dengan luasan 692,32 Ha) yang kondisinya relatif baik, sehingga menjadi aset pemerintah daerah. Selain itu, kawasan ini juga merupakan jalur migrasi mamalia laut, penyu, manta dan ikan-ikan pelagis. Di balik potensi yang menjanjikan tersebut, kawasan perairan Kabupaten Alor juga menyimpan potensi ancaman yang cukup serius. Praktek perikanan yang tidak ramah lingkungan terutama penggunaan bom masih sering terjadi. Pengelolaan sumberdaya laut terutama perikanan dipandang belum cukup efektif untuk menjamin kelestariannya. Hal ini diperparah dengan masih minimnya usaha pengelolaan dan pengawasan kawasan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan dan memperbaiki kekayaan keanekaragaman hayati di Kabupaten Alor yaitu dengan membangun kebijakan pembentukan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) dengan tujuan untuk kepentingan peningkatan sektor perikanan dan kelestarian lingkungan. Hasil laporan pemantauan kondisi terumbu karang menggunakan metode Reef Health pada periode tahun 2011 menunjukkan bahwa kondisi tutupan karang keras KKPD Kabupaten Alor di Zona Pemanfaatan lebih tinggi dibandingkan Zona Larang Ambil. Sehingga dalam pengelolaannya lokasi yang diusulkan menjadi Zona Larang Ambil tersebut harus mendapatkan perhatian lebih mengingat kondisinya tidak lebih baik dari Zona Pemanfaatan. Calon Zona Larang Ambil sekiranya mempunyai sumberdaya untuk dapat mensuplai Zona Pemanfaatan. Kondisi perikanan di KKPD Kabupaten Alor juga menunjukkan tanda-tanda penangkapan berlebih dimana sedikitnya kelimpahan ikan berukuran besar (>30 cm). Pengambilan keputusan penetapan Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan tidak hanya didasarkan pada kondisi terumbu karang dan ikan karang saja. Banyak faktor yang mendasari pengambilan keputusan tersebut terutama faktor sosial budaya nelayan yang tersebar di KKPD Kabupaten Alor. KKPD Kabupaten Alor merupakan perkembangan dari Kawasan Konservasi Laut Selat Pantar seluas 4.000 Ha. KKPD Kabupaten Alor telah dideklarasikan untuk perluasannya menjadi 400.083 Ha dengan Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009. Dalam perkembangannya, saat ini Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Kelautan dan Perikanan sedang berupaya untuk menata zona di dalam KKPD. Beberapa kajian yang telah dilaksanakan dalam mendukung penataan zona antara lain: survey ekologi (2009), survey pemanfatan sumberdaya perairan, kondisi social ekonomi dan kondisi ekosistem terumbu karang dan Pemijahan Ikan dan baseline kajian EAFM Kabupaten Alor. Beberapa kajian masih dipandang perlu untuk terus dilaksanakan adalah: monitoring daerah pemijahan ikan, monitoring pemanfaatan sumberdaya, monitoring kesehatan
8
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR karang, dan monitoring tambahan jalur migrasi mamalia laut. Data-data yang diperoleh dari kajian tersebut akan menjadi dasar ataupun data pendukung dalam penataan zona serta pengelolaan KKPD Kabupaten Alor. Saat ini KKPD Kabupaten Alor telah disusun rencana pengelolaan kawasan dan sedang dalam proses penetapan di Kementrian Kelautan Perikanan (KKP) Republik Indonesia, sehingga melalui pemantauan kondisi terumbu karang dapat dilihat dan dibandingkan keefektifitasan KKPD Kabupaten Alor berdasarkan zonasi yang ada dan memastikan keberlanjutan pengelolaan KKPD Kabupaten Alor itu sendiri.
1.2.
1.3.
Tujuan
Secara khusus survei kesehatan terumbu karang ini bertujuan melakukan penilaian terhadap terumbu karang di Perairan Kabupaten Alor berdasarkan struktur bentik (karang, invertebrata lainnya dan alga), dan komunitas ikan karang target.
Monitoring kesehatan karang dilaksanakan dengan tujuan untuk memberikan suatu penilaian kuantitatif bagi efektivitas rencana zonasi di Kawasan Konservasi Perairan dalam upaya melindungi kesehatan dan keanekaragaman hayati komunitas bentik dan jenis perikanan penting di terumbu karang.
Data kesehatan terumbu karang ini menjadi data dasar yang sangat penting bagi penilaian kondisi kawasan dan lebih jauh lagi memberi gambaran dan rekomendasi bagi pengelolaan wilayah agar lebih adaptif. Lebih lanjut, monitoring ini memberikan informasi mengenai efektivitas pengelolaan kawasan di masa yang akan datang.
Sasaran Sasaran utama pengguna informasi dari hasil kegiatan survei ini adalah pihak pengelola KKPD yaitu Pemerintah Kabupaten Alor melalui Dinas Kelautan dan Perikanan. Infomasi yang diperoleh diharapkan dapat membantu pihak pengelola untuk melakukan pengelolaan KKPD yang lebih adaptif.
9
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
II. METODOLOGI
2.1 Deliniasi Cakupan Area Survei Lokasi pengamatan berada di seluruh lokasi di dalam dan diluar KKPD (Kawasan Konservasi Perairan Daerah) Kabupaten Alor. Pengambilan data tahun 2013 dilakukan di 46 lokasi terpilih yang berjumlah lebih banyak dibanding pengambilan data pada perioda sebelumnya, tahun 2011. Pengambilan data tahun 2011 dilakukan di 33 lokasi pengambilan data. Untuk memperkuat evaluasi pengelolaan lokasi pengambilan data diperbanyak. Namun, lokasi-lokasi tersebut tetap mewakili zona-zona KKPD Kabupaten yaitu Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Zona Perikanan Berkelanjutan.
2.2 Seleksi Lokasi Survey Seleksi lokasi dilakukan dengan cara membagi garis pantai KKPD Kabupaten Alor menjadi titik-titik dengan jarak konstan, masing-masing sejauh 3 kilometer. Total titik yang dihasilkan kemudian diambil sebanyak 30% dan dipilih dengan metode stratified random sampling untuk dijadikan lokasi survei. Seleksi lokasi juga memperhatikan wilayah terumbu karang yang terbuka (exposed), atau terlindungi (sheltered). Lokasi yang sudah didata (survei Ekologi tahun 2009) tidak didata lagi. Jumlah titik yang terpilih menjadi lokasi survei adalah 46 titik.
2.3 Pengambilan Data Metode pengambilan data dimodifikasi dari Anton et al, 2007 dan Wilson and Green, 2009. Tim pengambilanan data terdiri dari 4 penyelam; 2 penyelam mengambil data komunitas bentik dan 2 penyelam mengambil data komunitas ikan karang. Adapun metode pengambilan data sebagai berikut :
2.3.1 Komunitas Bentik Komunitas bentik dinilai menggunakan metode PIT (Point Intercept Transect) di mana bentuk pertumbuhan (life form) karang dicatat disetiap 0,5 m di sepanjang transek 3 x 50 m pada kedalaman + 10 m di setiap lokasi. Komunitas bentik dicatat dalam kategori sebagai berikut : Tabel 1. Pembagian kategori komunitas bentik dan kodenya Kategori HCL
Bentuk pertumbuhan HCL (Karang keras hidup)
10
ACB ACT ACS ACE CB CM CS CE CF
Keterangan Karang keras hidup Acropora bercabang Acropora meja Acropora submasive Acropora merayap Karang non-acropora Karang non-acropora Karang non-acropora Karang non-acropora Karang non-acropora
bercabang masive submasive merayap lembaran
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
CMR CTU CME CHL
CA HA TA SP
Karang non-acropora mushroom Karang tubipora Karang milleporidae Karang Helioporidae Karang keras memutih (khusus yang memutih karena kenaikan suhu air laut) karang keras mati Karang yang baru mati Karang yang sudah lama mati (umumnya sudah tidak jelas kerangkanya) Karang lunak lainnya Karang lunak Xenia Makro alga (hanya untuk alga yang memiliki panjang atau tinggi >3cm) Lainnya Coralline Algae Hallimeda Turf Algae Sponge
HY R Si S
Hydroid Patahan karang Lumpur Pasir
HCB HCD DC RCK SC
SC XN
MA OT
Abiotik
2.3.2 Komunitas Ikan Karang Penting Data komunitas ikan karang diambil dengan metode time swim menggunankan SCUBA di kedalaman mulai dari maksimum 30 meter selama 4 menit dengan pengulangan 5 kali dengan kedalaman berkurang secara bertahap hingga minimum 5 meter. Transek untuk ikan besar dengan lebar 20 meter dan ikan kecil 5 meter. Estimasi luasan area yang di survei masing-masing ulangan 1000 m2 untuk ikan besar (Total Length >30 cm) dan 250 m2 untuk ikan kecil (Total Length <30 cm). Dilanjutkan dengan Long Swim selama 10 menit di kedalaman 5 meter untuk ikan besar, estimasi luasan area yang di sampling 4000 m2. Kategori yang dicatat adalah semua ikan target penting terdapat dalam lampiran data sheet.
2.4 Analisa Data 2.4.1 Analisa Efektivitas Zonasi KKPD Alor Pada bulan Januari 2012 Tim Zonasi KKPD Kabupaten Alor telah menyelesaikan penyusunan rancangan Zonasi KKPD Kabupaten Alor. Dalam rancangan zonasi tersebut KKPD Kabupaten Alor dibagi dalam 4 zona, yaitu: Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Pariwisata dan Zona Perikanan Berkelanjutan (gambar 1). Secara garis besar ke 4 zona tersebut dibedakan atas Zona Larang Ambil yaitu Zona Inti dan Zona Perlindungan, sedangkan sisanya adalah Zona Pemanfaatan yaitu Zona Pariwisata Perairan dan Zona Perikanan Berkelanjutan.
11
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Gambar 1. Peta Zonasi KKPD Kabupaten Alor Analisa diarahkan untuk mengevaluasi efektifitas rancangan zonasi dalam mendukung keberhasilan pengelolaan KKPD Kabupaten Alor. Analisa didasarkan pada perbandingan antara kondisi tutupan karang dan kondisi ikan karang pada zona Larang Ambil serta zona Pemanfaatan.
2.4.2 Komunitas Bentik Keluaran data komunitas bentik terdiri atas: persentase (%) tutupan karang keras hidup; persentase (%) dan komposisi tutupan bentuk pertumbuhan karang keras hidup; persentase (%) dan komposisi penutupan bentik lainnya; persentase (%) ketersediaan substrat penempelan; persentase (%) stabilitas substrat. Data persentase tutupan karang keras hidup dengan rumus sebagai berikut:
L= ∑
dimana,
L =persentase tutupan; Li=Jumlah tutupan kategori i; N=Jumlah titik pendataa per 100m
Tutupan karang keras hidup yang diperoleh dikategorikan berdasarkan Gomez dan Yap (1988), yaitu:
12
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Buruk Sedang
: 0-24.9% : 25-49.9%
Baik Memuaskan
: 50-74.5% : 75-100%
Untuk keperluan pemantauan kondisi kesehatan terumbu karang sebuah kawasan, maka dilakukan klasifikasi kelas melibatkan semua lokasi pendataan kesehatan karang KKPD Kabupaten Alor. Metode ini dapat menjadi opsi jika dari seluruh lokasi pendataan tidak dijumpai tutupan karang memuaskan ataupun baik. Sehingga opsi bagi pengelola dan otoritas kawasan ialah memilih lokasi yang terbaik dari antara pilihan-pilihan yang ada. Keluarannya berupa klasifikasi lokasi bernilai rendah, sedang, agak baik dan baik berdasarkan persentase karang keras hidup tertinggi dan terendah yang ada di semua lokasi pemantauan. Penentuan klasifikasi dilakukan dengan menghitung rata-rata persen tutupan karang hidup dan simpangan bakunya. Nilai rendah adalah nilai di bawah rata-rata dikurangi simpangan baku, nilai sedang adalah nilai pada rentang rata-rata dikurangi dan ditambah simpangan baku, dan nilai tinggi adalah nilai di atas ratarata ditambah simpangan baku. Indeks mortalitas (MI/ mortality index) merupakan nilai yang digunakan untuk menggambarkan tingkat kematian di ekosistem terumbu karang. Dihitung menggunakan rumus berikut :
MI =
Dengan kisaran MI antara 0-1, maka penjelasannya sebagai berikut:
Semakin mendekati 0 nilai MI maka semakin kecil tingkat kematiannya dan kesehatan karang semakin baik, dan
Semakin mendekati 1 MI maka tingkat kematian semakin besar dan kesehatan karang semakin buruk.
2.4.3 Komunitas Ikan Karang Penting Keluaran dari pengolahan data ikan karang penting meliputi nilai rata-rata kepadatan dan biomassa di setiap lokasi pendataan. Nilai rata-rata kepadatan (per hektar atau ha) menggunakan rumus : Kepadatan Per Ha =
Nilai biomassa dilakukan melalui perhitungan hubungan panjang-berat yang diketahui untuk setiap jenis ikan dengan menggunakan rumus: W = aLb
( Kulbicki et al, 2005).
Di mana: W = berat ikan dalam gram (g); L= panjang ikan (fork length) dalam cm; a dan b = nilai konstanta setiap jenis
13
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Nilai rata-rata biomassa dihitung untuk setiap metode menggunakan rumus: Kepadatan Per Ha = Dimana W1,2,3,n ialah biomassa/berat ikan target Untuk keperluan penentuan zonasi dilakukan perbandingan antar lokasi survey. Perbandingan ini menggunakan sistem penilaian (scoring) sama dengan komunitas bentik, Variabel yang digunakan yaitu densitas dan biomassa dari : 1. Ikan target total/ secara keseluruhan, meliputi semua ikan target yang didata. 2. Ikan herbivora, hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Acanthuridae, Scaridae, dan Siganidae. 3. Ikan karnivora hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Carangidae, Charcharinidae, Haemulidae, Lethrinidae, Lutjanidae, Labridae (khusus ikan Napoleon), Rays (pari), Scombridae, dan Serranidae. 4. Ikan konsumsi hanya meliputi ikan-ikan yang berasal dari famili Acanthuridae, Carangidae, Haemulidae, Labridae (khusus ikan Napoleon), Lethrinidae, Lutjanidae, Scombridae, Serranidae, dan Siganidae. Analisa menggunakan descriptive statistic kelimpahan dan biomassa ikan total, herbivore, karnivora dan konsumsi.
14
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
III. 3.1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Lokasi Pengambilan Data Pengambilan data dilakukan pada 46 lokasi pada 1 (satu) kali periode waktu, yaitu 23 April – 9 Mei 2013. Berdasarkan tipe terumbu, lokasi-lokasi penelitian terdiri dari tipe slope, gentle slope, reef flat, dan wall. Berdasarkan penelitian di 46 lokasi yang dapat diambil, hanya ditemukan dua tipe terumbu, slope dan wall. Tipe slope ditemukan antara hampir semua lokasi penelitian, antara lain di sedangkan tipe wall hanya ditemukan di Desa (Ds). Kalondama (Barat), Ds. Merica (Timur) dan Ds. Pandai. Letak terumbu terhadap paparan energi gelombang mempengaruhi kondisi, komposisi serta keanekaragaman terumbu. Berdasarkan tingkat paparan terhadap energi gelombang, lokasi penelitian terbagi menjadi tipe sedikit terpapar (semi-exposed) yang ditemukan di 8 lokasi yaitu Ds. Batu, Ds. Pura (Utara), Ds. Munasali, Ds. Tamakh, Ds. Kayang, Ds. Wolwal Selatan, Ds. Probur, Ds. Probur Utara; tipe terlindung (sheltered) yang hanya ditemukan di 4 lokasi yaitu di Ds. Wolwal Barat, Kel. Wetabua, Kel. Moru, Ds. Wolwal. Sisanya sebanyak 34 lokasi tergolong tipe terpapar (exposed).
Gambar 2. Lokasi Survey Kesehatan Karang KKPD Kabupaten Alor
15
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Tabel 2. Lokasi Pendataan Survei Kesehatan Karang di Solor Alor. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Nama Lokasi Ds. Wolwal Barat Ds. Batu Ds. Pura (Utara) Ds. Munasali Ds. Mawar Ds. Tamakh Ds. Mauta Ds. Tude Ds. Kalondama (Barat) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Kayang P. Kambing Ds. Alumang Ds. Merica (Timur) Ds. Merica (Barat) Ds. Lamma Gosong
P. Lapang
Bujur -8.2903 -8.2367 -8.2797 -8.2122 -8.3056 -8.4342 -8.5264 -8.4369 -8.4422
Lintang 124.4278 124.3208 124.3314 124.33 124.3089 124.2069 124.1478 124.0344 123.9633
No 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Nama Lokasi Ds. Ternate Kel. Wetabua Kel. Moru Ds. Wolwal Ds. Alor Kecil Ds. Pulau Buaya Ds. Aimoli Ds. Alila Timur P. Sika
Bujur -8.1989 -8.2181 -8.2522 -8.2722 -8.2789 -8.1669 -8.1681 -8.1269 -8.1164
Lintang 124.3689 124.5328 124.4919 124.4447 124.4078 124.3733 124.4386 124.5109 124.6208
-8.4347
123.9147
33
Ds. Mali
-8.1336
124.6094
-8.3903 -8.4456 -8.4086 -8.3628 -8.3827 -8.3239 -8.1719 -8.2136
123.9397 123.8772 123.81 123.8978 123.9358 124.0119 124.0506 124.0533
34 35 36 37 38 39 40 41
-8.1611 -8.1477 -8.1481 -8.2356 -8.3292 -8.3489 -8.3864 -8.3964
124.6686 124.9337 125.1044 125.1408 125.1328 125.0777 124.829 124.6486
124.0761 124.0889 124.1303
42 43 44
-8.4357 -8.4419 -8.4031
124.5365 124.4575 124.3394
124.1722 124.245
45 46
Ds. Likuwatang Ds. Maukuru Ds. Mausamang Kel. Kolana Utara Ds. Maritaing Ds. Elok Ds. Mataru Barat Ds. Mataru Selatan Ds. Wakapsir Ds. Manatang Ds. Wolwal Selatan Ds. Probur Ds. Probur Utara
-8.3814 -8.3633
124.3511 124.3692
19 20 21
Ds. Blang Merang Ds. Piring Sina Ds. Muriabang
-8.3003 -8.3469 -8.3425
22 23
Ds. Baolang Ds. Pandai
-8.2856 -8.1917
3.2
Pengelompokan Lokasi Pengamatan Lokasi survei dikelompokkan berdasarkan zona dan kawasan (dalam KKPD dan luar KKPD) yang telah dirumuskan oleh Tim Zonasi KKPD Kabupaten Alor (Tabel 2).
Tabel 3. Pengelompokan Lokasi Survei Berdasarkan Pembagian Zona KKPD Kabupaten Alor Luar KKPD ZONA LARANG AMBIL (13) ZONA PEMANFAATAN (27) (6) PERIKANAN BERKELNJUTAN PERLINDUN PEMANFAATAN INTI (5) (NELAYAN GAN (8) PARIWISATA (9) LOKAL DAN UMUM) (18) Desa Kalondama Desa Kalondama Desa (Timur) Desa Munasali Desa Wolwal Barat (Barat) Maukuru Desa Pulau Kambing Desa Tude Desa Batu Desa Tamakh Mausamang
16
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Gosong Pulau Sika Desa Wolwal Selatan
Desa Alumang Desa Merica (Timur)
Desa Pura (Utara)
Desa Mauta
Desa Ternate
Desa Lamma
Desa Wolwal
Desa Kayang Desa Merica (Barat)
Desa Muriabang Desa Pandai Desa Mali
Desa Desa Desa Desa
Alor Kecil Pulau Buaya Aimoli Mawar
Pulau Lapang Desa Blangmerah Desa Piring Sina Desa Baolang Kel. Wetabua Kel. Moru Desa Alika Timur Desa Likuwatang Desa Mataru Selatan Desa Wakapasir Desa Manatang Desa Probur Desa Probur Utara
Desa Kolana Utara Desa Maritang Desa Elok Desa Mataru Barat
3.3. Kondisi Tutupan Karang Keras Hidup 3.3.1.1 Komunitas Bentik Rata-rata persentase tutupan karang keras hidup (HCL) di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan berada dikisaran nilai yang sama (33%). Nilai ini sangat berbeda signifikan dengan persentase tutupan di luar kawasan KKPD kabupaten Alor yaitu sebesar 22%. Presentase karang mati tertinggi juga terdapat di kawasan luar KKPD kabupaten Alor yaitu mencapai 53% (Tabel 3). Tabel 4. Pengelompokan Lokasi Berdasarkan Zona dengan Rata-rata Tutupan Karang No
LOKASI
KAWASAN PENGELOLAAN KKPD I. TIPE ZONA LARANG AMBIL a. Zona Inti Desa Kalondama 1 (Timur)
RATA-RATA PERSENTASE TUTUPAN (%) HCL
SC
MA
OT
HCD
HCB
Total
33.88% 17.82% 0.58%
4.48% 43.20% 0.03%
100.00%
33.78% 15.75% 0.24%
3.47% 46.77% 0.00%
100.00%
31.80% 14.87% 0.07%
2.60% 50.67% 0.00%
100.00%
40.00%
26.00%
0.33%
1.00%
32.67%
0.00%
100.00%
2 Pulau Kambing
35.00%
8.00%
0.00%
9.67%
47.33%
0.00%
100.00%
3 Gosong
58.00%
1.00%
0.00%
1.33%
39.67%
0.00%
100.00%
4 Pulau Sika
11.00%
3.67%
0.00%
1.00%
84.33%
0.00%
100.00%
5 Desa Wolwal
15.00%
35.67%
0.00%
0.00%
49.33%
0.00%
100.00%
17
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Selatan b. Zona Perlindungan
35.75% 16.63% 0.42%
4.33% 42.88% 0.00% 100.00%
1 Desa Munasali
14.33%
48.33%
0.00%
2.00%
35.33%
0.00%
100.00%
2 Desa Tude
52.33%
13.00%
0.33%
7.67%
26.67%
0.00%
100.00%
3 Desa Alumang Desa Merica 4 (Timur)
28.00%
18.00%
0.00% 14.33%
39.67%
0.00%
100.00%
35.00%
11.33%
3.00%
0.33%
50.33%
0.00%
100.00%
5 Desa Lamma
84.67%
1.33%
0.00%
0.67%
13.33%
0.00%
100.00%
6 Desa Muriabang
23.00%
9.00%
0.00%
0.33%
67.67%
0.00%
100.00%
7 Desa Pandai
25.00%
20.00%
0.00%
2.00%
53.00%
0.00%
100.00%
23.67%
12.00%
0.00%
7.33%
57.00%
0.00%
100.00%
33.99% 19.90% 0.93%
5.50% 39.63% 0.06%
100.00%
32.11% 25.63% 1.26%
6.89% 34.07% 0.04%
100.00%
8 Desa Mali II. TIPE ZONA PEMANFAATAN a. Zona Pemanfaatan Pariwisata 1 Desa Wolwal Barat
22.33%
52.00%
0.00%
3.67%
22.00%
0.00%
100.00%
2 Desa Batu
19.33%
22.00%
7.00% 11.67%
40.00%
0.00%
100.00%
3 Desa Pura (Utara)
19.33%
10.33%
4.33%
6.33%
59.67%
0.00%
100.00%
4 Desa Ternate
61.00%
10.67%
0.00%
5.00%
23.00%
0.33%
100.00%
5 Desa Wolwal
2.00%
68.00%
0.00%
0.33%
29.67%
0.00%
100.00%
6 Desa Alor Kecil
35.67%
38.33%
0.00% 12.00%
14.00%
0.00%
100.00%
7 Desa Pulau Buaya
36.67%
8.67%
0.00% 14.00%
40.67%
0.00%
100.00%
8 Desa Aimoli
50.00%
7.33%
0.00%
8.00%
34.67%
0.00%
100.00%
9 Desa Mawar b. Zona Perikanan Berkelanjutan
42.67%
13.33%
0.00%
1.00%
43.00%
0.00%
100.00%
4.11% 45.19% 0.07%
100.00%
35.87% 14.17% 0.59%
1 Desa Tamakh
41.67%
12.33%
0.00%
9.67%
36.33%
0.00%
100.00%
2 Desa Mauta
19.00%
44.00%
3.00%
1.33%
32.67%
0.00%
100.00%
3 Desa Kayang
100.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%
4 Pulau Kambing
35.00%
8.00%
0.00%
9.67%
47.33%
0.00%
100.00%
5 Desa Merica (Barat)
45.67%
30.00%
0.00%
1.67%
21.33%
1.33%
100.00%
6 Pulau Lapang
42.33%
8.67%
0.33%
9.00%
39.67%
0.00%
100.00%
7 Desa Blangmerah
57.00%
3.00%
0.00%
0.67%
39.33%
0.00%
100.00%
8 Desa Piring Sina
34.67%
4.33%
0.00%
4.00%
57.00%
0.00%
100.00%
9 Desa Baolang
28.00%
12.33%
2.00%
1.33%
56.33%
0.00%
100.00%
10 Kel. Wetabua
53.67%
0.00%
0.00%
0.67%
45.67%
0.00%
100.00%
11 Kel. Moru
20.00%
2.00%
0.00%
3.00%
75.00%
0.00%
100.00%
12 Desa Alila Timur
22.33%
7.00%
0.00%
3.00%
67.67%
0.00%
100.00%
13 Desa Likuwatang Desa Mataru 14 Selatan
13.67%
26.00%
0.00%
0.67%
59.67%
0.00%
100.00%
9.33%
21.33%
0.00%
2.33%
67.00%
0.00%
100.00%
15 Desa Wakapasir
30.00%
18.33%
0.00%
1.00%
50.67%
0.00%
100.00%
18
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
16 Desa Manatang
15.33%
16.00%
0.00%
0.33%
68.33%
0.00%
100.00%
17 Desa Probur
47.00%
11.00%
5.33% 16.33%
20.33%
0.00%
100.00%
31.00%
30.67%
0.00%
29.00%
0.00%
100.00%
0.72% 52.78% 0.00%
100.00%
18 Desa Probur Utara LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD 1 Desa Maukuru
22.28% 24.17% 0.06%
9.33%
12.67%
1.33%
0.00%
1.00%
85.00%
0.00%
100.00%
2 Desa Mausamang 3 Kel. Kolana Utara
43.67%
22.67%
0.00%
2.00%
31.67%
0.00%
100.00%
6.67%
8.67%
0.00%
1.33%
83.33%
0.00%
100.00%
4 Desa Maritaing 5 Desa Elok
30.67%
35.67%
0.00%
0.00%
33.67%
0.00%
100.00%
22.33%
50.67%
0.00%
0.00%
27.00%
0.00%
100.00%
6 Desa Mataru Barat
17.67%
26.00%
0.33%
0.00%
56.00%
0.00%
100.00%
Adanya kecenderungan rata-rata nilai tutupan karang keras di Zona Larang Ambil dan Zona Pemanfaatan berada pada kisaran nilai yang sama (Gambar 3), dengan kecenderungan tertinggi pada Zona Pemanfaatan. Kecendrungan ini dapat terlihat juga dengan aktivitas masyarakat nelayan dalam pemfaatan perikanan. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pengelola KKPD Kabupaten Alor agar kedepannya dapat focus dalam melakukan peningkatan dan rehabilitas kondisi terumbu karang dalam zona larang ambil dan meningkatkan kondisi terumbu dalam zona pemanfaatan agar sumberdaya atau ekosistem terumbu karang tetap lestari dalam zona tersebut dan masyarakat mendapakan dampak dari zonasi yang ada. Tantangan lainnya pengelola KKPD Alor lebih mengusahakan adanya program-program pengelolaan utamanya pengawasan partisipatif untuk meningkatkan kondisi dan persentase tutupan karang di lokasi-lokasi tersebut. jika dibandingkan per lokasi survey berdasarkan Zona dengan Rata-rata Tutupan Karang, terlihat cukup banyak lokasi yang mempunyai tutupan karang keras tinggi yang tidak masuk dalam Zona Larang Ambil. Pada Zona Larang Ambil persentase rata-rata tutupan karang keras tertinggi dijumpai pada Zona Perlindungan (84.67%) yaitu di Ds Lamma. Sedangkan pada Zona Pemanfaatan, persentase tutupan karang keras tertinggi dijumpai pada Zona Pemanfaatan Perikanan (100%) yaitu di Ds Kayang.
19
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
60%
ZONA LARANG AMBIL
ZONA PEMANFAATAN
50% 40% 30% 20% 10% 0% HCL
SC
MA
OT
HCD
HCB
Gambar 3. Rata-rata persentase tutupan karang di zona Larang Ambil dan zona pemanfaatan
ZONA KKPD
LUAR ZONA KKPD
70% 60% 50%
40% 30% 20% 10% 0% HCL
SC
MA
OT
HCD
HCB
Gambar 3. Rata-rata persentase tutupan karang di dalam dan di luar kawasan pengelolaan KKPD Perbandingan kawasan di dalam pengelolaan dan di luar KKPD kabupaten Alor terdapat perbedaan, yaitu terutama pada tutupan karang keras hidup; 33.88% pada kawasan KKPD Alor dan 22.28% di luar kawasan kelola (Gambar 4). Namun, tidak ada ditemukan perbedaan yang signifikan (lihat nilai SD kedua kawasan). Kecenderungan serupa terjadi pada tutupan tipe bentik lainnya. Kembali ke upaya pengelolaan yang efektif, disini peranan pengelola KKPD Alor dan Pemerintah Kabupaten Alor dalam melakukan upaya menjaga kondisi ekosistem terumbu karang dalam bentuk membangun pengawasan partisipatif dan upaya sosialisasi dan pengaturan pemanfaatan sumberdaya agar kondisi terumbu karang dalam kawasan tersebut semakin meningkat.
20
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
60.00%
Zona Inti
50.00% Zona Perlindungan
40.00%
Zona Pariwisata
30.00%
Zona Perikanan Berkelanjutan LUAR ZONA KKPD
20.00% 10.00% 0.00% HCL
SC
MA
OT
HCD
HCB
Gambar 4. Persentase kategori tutupan karang per zona
3.4.
Komunitas Ikan Karang Target
Ikan karang mempunyai hubungan yang erat dengan terumbu karang sebagai habitatnya. Peranan komunitas ikan karang sangatlah besar utamanya dari sisi ekonomi karena ikan karang merupakan sumber makanan sekaligus pendapatan yang penting bagi masyarakat pesisir dan menjadi salah satu indicator dalam pembangunan sebuah kawasan dan dari sisi ekologi berperan penting dalam menggerakan energi melalui ekosistem terumbu karang. Dalam upaya pengelolaan kawasan dan utamanya dalam mendukung pengelolaan KKPD Alor, maka kondisi ikan karang target adalah bagian penting dalam mengevaluasi kesehatan terumbu karang.
3.4.1.
Ikan kecil (10-20 cm) dari metode transek sabuk Kelimpahan rata-rata untuk ikan ukuran kecil (ukuran 10-20 cm) di dalam kawasan kelola KKPD Alor lebih tinggi dibandingkan pada di luar kawasan (Gambar 6) atau rata-rata sebesar 71.11 kg/ha dibandingkan luar kawasan sebesar 49.11 kg/ha. Sedangkan untuk Biomassa ikan terlihat kawasan KKPD Alor masih jauh lebih besar dibandingkan dengan kawasan tidak terkelola (di luar kawasan KKPD Alor) atau hanya sebesar 1010.33 fish/ha. Berdasarkan zonasi KKPD Alor, Zona larang ambil memiliki kelimpahan rata-rata lebih tinggi dibandingkan pada zona pemanfaatan. Tetapi biomass rata-ratanya, pada zona larang ambil lebih rendah dibandingkan pada zona pemanfaatan (Tabel 4). Jika diihat berdasarkan kelimpahan, beberapa lokasi di luar KKPD kabupaten Alor ditemukan kelimpahan cukup tinggi.
21
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Tabel 5. Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Kecil (Ukuran 10-20 cm) Kelimpahan LOKASI Biomass (kg/ha) (fish/ha) A. KAWASAN PENGELOLAAN KKPD 71.11 1197.17 1. TIPE ZONA LARANG AMBIL 59.63 1209.68 a. Zona Inti 57.33 1169.60 b. Zona Perlindungan 61.93 1249.75 2. TIPE ZONA PEMANFAATAN 82.59 1184.67 a. Zona Pemanfaatan Pariwisata 43.64 955.56 b. Zona Perikanan Berkelanjutan 121.55 1413.78 B. LUAR KAWASAN KKPD 49.11 1011.33 Berdasarkan hal tersebut diatas, Pengelola KKPD Alor perlu memastikan pengawasan dan penegakan aturan di zona perikanan berkelanjutan agar penangkapan ikan benar-benar mengikuti peraturan yang ada dan tidak menggunakan praktek yang merusak. Denga harapan kelimpahan dan biomass ikan karang sebagai rantai makanan yang menunjang perikanan berkelanjutan di kabupaten alor terus meningkat. Zona larang ambil meskipun memiliki biomassa dan kelimpahan yang lebih rendah akan mengalami peningkatan jika dalam waktu yang cukup dan benar-benar dikelola dan dijaga secara efektif. 1600
Kelimpahan (fish/ha)
Biomass (kg/ha)
80
1400
70
1200
60
1000
50
800
40
600
30
400
20
200
10
0
0 KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
22
LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
1600
Kelimpahan (fish/ha)
100
Biomass (kg/ha)
90
1400
80 1200 70 1000
60
800
50 40
600
30 400 20 200
10
0
0 TIPE ZONA LARANG AMBIL
2000
Kelimpahan (fish/ha)
TIPE ZONA PEMANFAATAN 140
Biomass (kg/ha)
1800
120
1600 100
1400 1200
80
1000 60
800 600
40
400 20
200 0
0 Zona Inti
Gambar 5.
3.4.2.
Zona Perlindungan
Zona Pemanfaatan Pariwisata
Zona Perikanan Berkelanjutan
Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan kecil (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
Ikan sedang (20-40 cm) dari metode transek sabuk Dari hasil pengamatan tercatat bahwa Kawasan zona larang ambil memiliki ratarata biomassa ikan sedang ukuran 20 - 40 cm sebesar 115.61 kg/ha dan kelimpahan sebesar 179.70 fish/ha atau lebih kecil dibandingkan zona pemanfaatan dan kawasan luar KKPD sebesar 155.78 kg/ha dengan kelimpahan sebesar 230.67 fish/ha (Tabel 5).
23
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Tabel 6. Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Sedang (Ukuran 20-40 cm) LOKASI A. KAWASAN PENGELOLAAN KKPD 1. TIPE ZONA LARANG AMBIL a. Zona Inti b. Zona Perlindungan 2. TIPE ZONA PEMANFAATAN a. Zona Pemanfaatan Pariwisata b. Zona Perikanan Berkelanjutan B. LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
Ikan Sedang Biomass (kg/ha) Kelimpahan (fish/ha) 239.49 196.57 115.61 179.70 127.57 190.40 103.66 169.00 363.36 213.44 105.17 138.67 621.55 288.22 155.78 230.67
Secara umum, kawasan pengelolaan KKPD Alor juga memiliki kelimpahan lebih kecil dibandingkan pada di luar kawasan, begitu pula dengan hasil kelimpahan tiap lokasi (Tabel 5). Namun biomassa ikan ukuran sedang di luar kawasan pengelolaan relative lebih kecil dibanding di kawasan KKPD. Ikan ukuran sedang di luar kawasan KKPD Alor umumnya berukuran lebih kecil dibandingkan ukuran sedang yang ada di KKPD. Zona perikanan berkelanjutan memiliki kelimpahan ikan berukuran sedang lebih tinggi dari pada zona lainnya. Hal ini terkait dengan penentuan zona yang mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi masyarakat pesisir kabupaten alor yang sebagian besar hidup dan memanfaatkan zona pemanfaatan perikanan, dimana lokasi-lokasi tersebut sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan ikan. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tantangan kedepan bagi pengelola KKPD Alor adalah bagaimana Kelimpahan dan Biomas Rata-rata Ikan Sedang (Ukuran 20-40 cm) ini kembali meningkat dan menunjang bagi perikanan karang dikabupaten Alor. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalan bagaiman pola pemanfaatan perikanan karang menggunakan alat tangkat yang selektif agar dapat memberikan waktu bagi pulihnya perikanan karang
24
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
300
Kelimpahan (fish/ha)
Biomass (kg/ha)
300
250
250
200
200
150
150
100
100
50
50
0
0 KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
350
Kelimpahan (fish/ha)
LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD Biomass (kg/ha)
450
400
300
350 250 300 200
250
150
200 150
100 100 50
50
0
0 TIPE ZONA LARANG AMBIL
25
TIPE ZONA PEMANFAATAN
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
450
Kelimpahan (fish/ha)
700
Biomass (kg/ha)
400
600
350 500 300 250
400
200
300
150 200 100 100
50 0
0 Zona Inti
Zona Perlindungan
Zona Pemanfaatan Pariwisata
Zona Perikanan Berkelanjutan
Gambar 6. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan sedangKelimpahan (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
3.4.3.
Ikan besar (>30 cm) dari metode sabuk transek Kawasan KKPD Alor memiliki biomassa dan kelimpahan ikan ukuran besar (>30 cm) yang relative jauh lebih besar atau rata-rata biomass sebesar 602.99 kg/ha dibanding diluar KKPD Alor yang hanya sebesar 229.49 kg/ha (Tabel 6). Kondisi sedikitnya jumlah ikan berukuran besar di luar zona KKPD Alor mengindikasikan telah terjadi tangkapan berlebih (overfishing) dan juga rata-rata kelimpahan ikan yang mencapai ukuran maksimal atau ikan telah banyak ditangkap sebelum mencapai ukuran maksimal. Tabel 7. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar LOKASI
A. KAWASAN PENGELOLAAN KKPD 1. TIPE ZONA LARANG AMBIL a. Zona Inti b. Zona Perlindungan 2. TIPE ZONA PEMANFAATAN a. Zona Pemanfaatan Pariwisata b. Zona Perikanan Berkelanjutan B. LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
26
Biomass (kg/ha) 602.99 591.70 798.32 385.08 614.29 715.01 513.56 229.49
Ikan Besar Kelimpahan (fish/ha) 351.18 358.70 466.40 251.00 343.67 390.89 296.44 152.17
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Berdasarkan Analisis kelimpahan dan biomass, terlihat berdasarkan Kelimpahan rata-rata tertinggi ditemukan di zona inti sebesar 466.40 fish/kg dan pemanfaatan pariwisata 390 fish/kg, Terlihat juga bahwa standar deviasi pada keempat zona yang ada, kelimpahan dan biomass rata-rata tinggi dan rendah (Gambar 8) dimana zona perlindungan merupakan zona yang memiliki kelimpahan dan biomas terendah. Ikan ukuran besar (>30 cm) merupakan ikan yang dianggap paling bernilai ekonomis tinggi dan paling banyak menjadi target dalam pemanfaatan perikanan karang oleh nelayan kabupaten Alor. Walaupun kelimpahan dan biomass ikan karang ukuran besar masih cukup baik berkembang biak didalam zonasi KKPD Alor, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola KKPD Alor kedepan, agar Kelimpahan dan Biomas dapat terus meningkat dan menunjang bagi perikanan karang dikabupaten Alor. Upaya pengelolaan berupa selektivitas alat tangkat, pengawasan terhadapt alat tangkap serta sosialisasi akan perikanan berkelanjutan mutlak dilakukan.
450
Kelimpahan (fish/ha)
Biomass (kg/ha)
400
700
600
350 500 300
250
400
200
300
150 200 100 100
50 0
0 KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
27
LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
500
Kelimpahan (fish/ha)
660
Biomass (kg/ha)
450
640
400 620
350 300
600
250 580
200 150
560
100 540
50 0
520 TIPE ZONA LARANG AMBIL
800
Kelimpahan (fish/ha)
TIPE ZONA PEMANFAATAN 900
Biomass (kg/ha)
800
700
700
600
600 500 500 400 400 300 300 200
200
100
100
0
0 Zona Inti
Gambar 7.
28
Zona Perlindungan
Zona Pemanfaatan Pariwisata
Zona Perikanan Berkelanjutan
Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.4.3.1. Ikan besar dari metode long swims Dari total 46 lokasi survei kesehatan karang, hanya 23 lokasi yang dipilih untuk pendataan ikan besar dengan metode long swim. Dari hasil pengamatan dengan menggunakan metode long swims, tercatat bahwa Kelimpahan rata-rata ikan di KKPD Alor lebih tinggi dibanding di luar kawasan KKPD Alor (Tabel 7). Zona pemanfaatan memiliki kelimpahan dan biomassa ikan besar lebih tinggi dibandingkan di zona larang ambil. Biomassa dan kelimpahan tertingg ditemukan pada zona pemanfaatan pariwisata. Tabel 8. Kelimpahan dan biomassa ikan besar (metode longswims) berdasarkan pembagian zona
LOKASI A. KAWASAN PENGELOLAAN KKPD 1. TIPE ZONA LARANG AMBIL a. Zona Inti b. Zona Perlindungan 2. TIPE ZONA PEMANFAATAN a. Zona Pemanfaatan Pariwisata b. Zona Perikanan Berkelanjutan B. LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
1200
Kelimpahan (fish/ha)
Biomass (kg/ha) 1644.22 903.48 792.64 1014.32 2384.96 2177.62 2592.31 203.15
Longswim Kelimpahan (fish/ha) 817.81 548.13 490.00 606.25 1087.50 1572.22 602.78 158.33
Biomass (kg/ha)
2000 1800
1000
1600 1400
800
1200 600
1000 800
400
600 400
200
200 0
0 KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
29
LUAR KAWASAN PENGELOLAAN KKPD
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
1600
Kelimpahan (fish/ha)
3000
Biomass (kg/ha)
1400 2500 1200 2000 1000 800
1500
600 1000 400 500 200
0
0 TIPE ZONA LARANG AMBIL
2500
Kelimpahan (fish/ha)
TIPE ZONA PEMANFAATAN 3000
Biomass (kg/ha)
2500
2000
2000 1500 1500 1000 1000 500
500
0
0 Zona Inti
Zona Perlindungan
Zona Pemanfaatan Pariwisata
Zona Perikanan Berkelanjutan
Gambar 8. Kelimpahan dan biomassa rata-rata ikan besar dari metode long swims (a) perbandingan kawasan di dalam dan di luar pengelolaan KKPD, (b) perbandingan zona larang ambil dan zona pemanfaatan, dan (c) perbandingan tiap zona di dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
30
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Berdasarkan Analisis kelimpahan dan biomass berdasarkan perbandingan tiap zona dalam kawasan KKPD Alor, tercatat biomass zona perikanan berkelanjutan cukup besar yaitu 2384.96 kg/ha dan terendah pada zona inti yaitu hanya sebesar 792.64 kg/ha. Dan kelimpahan ikan karang tertinggi terdapat di zona pemanfaatan yaitu sebesar 1572.22 fish/ha dan terendah berada di zona inti sebesar 490.00 fish/ha. Ikan ukuran besar (>30 cm) merupakan ikan yang dianggap paling bernilai ekonomis tinggi dan paling banyak menjadi target dalam pemanfaatan perikanan karang oleh nelayan kabupaten Alor. Walaupun kelimpahan dan biomass ikan karang ukuran besar masih cukup baik berkembang biak didalam zonasi KKPD Alor, namun hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pengelola KKPD Alor kedepan, agar Kelimpahan dan Biomas dapat terus meningkat dan menunjang bagi perikanan karang dikabupaten Alor. Upaya pengelolaan berupa selektivitas alat tangkat, pengawasan terhadapt alat tangkap serta sosialisasi akan perikanan berkelanjutan mutlak dilakukan.
3.5.
Hasil Analisa Komunitas Bentik
3.5.1. Analisa Tutupan Karang Keras Hidup Hasil Pengamatan tercatat bahwa Persentase rata-rata penutupan karang keras hidup dari seluruh lokasi pendataan sebesar 33.53% (simpangan baku = 20%). Berdasarkan kategori tutupan karang Gomez dan Yap (1998), rata-rata penutupan karang keras hidup tersebut tergolong ke dalam kategori Sedang. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi karang KKPD Kabupaten Alor, ditinjau dari tutupan karang keras hidup dan berdasarkan kategori Gomez dan Yap (1998), dalam keadaan Sedang.
Gambar 9. Peta kondisi tutupan karang keras hidup di 46 lokasi pendataan
31
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Dibandingkan data kesehatan karang tahun 2011, rata-rata tutupan karang keras hidup di KKPD Alor mengalami penurunan sekitar 0.47%. Persentase rata-rata tutupan karang keras hidup dari seluruh lokasi pengamatan kesehatan karang tahun 2011 sebesar 34% (simpangan baku ±11%). Kondisi ini menjadi masukan ke dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor terutama dalam efektifitas pengawasan maupun penentuan lokasi Zona Larang Ambil yang diharapkan dapat menjadi sumber suplai benih ke lokasi/zona lainnya. Dari 46 lokasi pengamatan hanya 2 (dua) lokasi yang masuk ke dalam kategori memuaskan atau cukup baik (>75%), yaitu desa Kayang dan desa Lamma. 7 (tujuh) lokasi memiliki kategori baik, 50-74.9%, yaitu desa Kalondama (Barat), desa Ternate, Gosong, desa Blang Merang, Kel. Wetabua, desa Tude dan desa Aimoli. 5 (lima) lokasi dengan kondisi buruk (0-24.5%), yaitu desa Maukuru, P. Sika, desa Mataru Selatan, Kel. Kolana Utara dan desa Wolwal. Sisanya 32 (tiga puluh dua) lokasi berada dalam kondisi sedang (25-49.9%). Kondisi tutupan karang keras juga dipengaruhi oleh tingginya nilai indeks mortalitas, dimana hampir bernilai 1 (IM: 0,9) dengan mayoritas indeks mortalitas bernilai lebih dari 0,5. Indeks mortalitas adalah suatu kemungkinan hewan karang untuk mengalami kematian yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada. Artinya tingkat kematian karang keras hidup cenderung tinggi, sehingga hal ini harus menjadi peringatan dan perlu terus dilakukan pengamatan dan upaya pencegahan yang serius dalam pengelolaan dan penyelamatan ekosistem terumbu karang. Masih tingginya tingkat kematian karang keras hidup merupakan ancaman yang serius terhadap pengelolaan terumbu karang dalam KKPD Kabupaten Alor. Ancaman tingginya tingkat kematian karang keras hidup diperkirakan muncul akibat dari berbagai aktivitas utamanya pemanfaatan sumberdaya perikanan oleh nelayan local dan luar Kabupaten Alor, jalur pelayaran local dan predasi maupun factor alam lainnya (contoh global warming) dan efek dari pembangunan pesisir seperti pengambilan pasir laut, pelabuhan laut dan penebangan mangrove. Diperlukannya penelitian yang lebih spesifik sehingga dapat diketahui ancaman utama dan prosedur mitigasi penanganan ancaman tersebut dapat dilakukan. Adanya perbedaan tutupan karang keras hidup juga dipengaruhi oleh berbagai faktor utamanya karena intensitas dan frekuensi tekanan serta kesukses-hidupan anakan karang rekrutmen, serta lambatnya pemulihan setelah terjadi tekanan (Sommerfield et al, 2008). Pengelolaan dan evaluasi efektifitas KKPD Kabupaten Alor dapat mengacu kepada penilaian faktor intensitas dan frekuensi tekanan yang ada. Kawasan pemanfaatan sumberdaya yang tinggi tentunya akan membutuhkan banyak sumberdaya untuk mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang tersebut. Hal ini dapat menjadi prioritas dalam proses pengelolaan nantinya, sehingga KKPD Kabupaten Alor dapat secara berjalan secara efektif dan efisien.
32
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Tutupan Karang Keras Hidup - A
Ds. Merica (Timur)
P. Kambing
Ds. Piring Sina
Ds. Probur Utara
Ds. Maritaing
Ds. Maukuru
P. Sika
Ds. Mataru Selatan
Kel. Kolana Utara
Ds. Wolwal
Ds. Alor Kecil
Ds. Pulau Buaya
Ds. Kalondama…
Ds. Tamakh
P. Lapang
Ds. Mawar
Ds. Mausamang
Index Mortalitas
Ds. Merica (Barat)
Ds. Probur
Ds. Aimoli
Ds. Tude
Kel. Wetabua
Ds. Blang Merang
Gosong
Ds. Ternate
Ds. Lamma
Ds. Kayang
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Ds. Kalondama…
Karang Keras
Tutupan Karang Keras Hidup - B Karang Keras
Index Mortalitas
Ket:
Tinggi
Sedang
Ds. Likuwatang
Ds. Munasali
Ds. Wolwal Selatan
Ds. Manatang
Ds. Mataru Barat
Ds. Mauta
Ds. Pura (Utara)
Ds. Batu
Kel. Moru
Ds. Wolwal Barat
Ds. Elok
Ds. Alila Timur
Ds. Muriabang
Ds. Mali
Ds. Pandai
Ds. Baolang
Ds. Alumang
Ds. Wakapsir
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Rendah
Gambar 10. Persentase tutupan karang keras hidup dan indeks mortalitas di 46 lokasi pendataan Kondisi geografis KKPD Kabupaten Alor yang “kaya” akan pergerakan air laut sangat memungkinkan adanya konektifitas antar lokasi. Konektifitas antar lokasi dapat juga menjadi prioritas pengelolaan, dimana lokasi yang teridentifikasi sebagai daerah sumber benih dipastikan lestari hingga dapat terus mensuplai benih ke lokasi pemanfaatan lainnya. Untuk memudahkan prioritas pengelolaan dan penentuan zonasi, metode pengklasifikasian berdasarkan rangking bisa digunakan. Klasifikasi seluruh lokasi pengamatan di Alor ke dalam 3 kategori, sebagai berikut:
33
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR Dengan melakukan perhitungan rata-rata, kategori tutupan karang dibagi ke dalam 3 (empat) kategori rangking. Tabel 9. Rentang kategori tutupan karang keras hidup di Solor Alor Rentang Nilai Kategori (%)
Kategori ranking
> (34+20)
Tinggi
(34-20) s.d. (34+20)
Warna
Sedang
< (34-20)
Rendah
Kondisi tutupan karang keras juga dipengaruhi oleh tingginya nilai indeks mortalitas, dimana hampir bernilai 1 (IM: 0,9) dengan mayoritas indeks mortalitas bernilai lebih dari 0,5. Artinya tingkat kematian karang keras hidup cenderung tinggi. Adanya perbedaan tutupan karang keras hidup juga dipengaruhi oleh berbagai faktor utamanya karena instensitas dan frekuensi tekanan dan kesukses-hidupan anakan karang/rekrutmen, serta lambatnya pemulihan pasca terjadi tekanan (Sommerfield et al, 2008).
3.5.2. Analisa Tutupan Karang Lunak Tutupan karang lunak ditemukan di seluruh lokasi pendataan dengan tutupan 2% hingga 52%, dengan rata-rata 18,3% (simpangan baku = 16). Tutupan tertinggi karang lunak dijumpai di desa Wolwal, desa Wolwal Barat dan desa Elok. Terkait pengelolaan, ketiga lokasi ini perlu juga diprioritaskan untuk dikelola, karena kemungkinan menyimpan potensi keanekaragaman. Ket:
Rendah
Sedang
Tinggi
Gambar 11. Peta Kondisi Tutupan Karang Lunak di 46 Lokasi Survey
34
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Tutupan makro alga hanya dijumpai di 46 lokasi pendataan rata-rata dibawah 0,2% dengan tertinggi hanya 5% yaitu di desa Probur. Artinya tingkat kompetisi ruang antara karang keras hidup dengan alga tidak terlalu tinggi. Karang lunak (soft coral) berperan penting dalam ekologi, terutama dalam menjaga keanekaragaman KKPD Kabupaten Alor. Karang lunak juga mempunyai potensi keindahan, melalui bentuk dan warna-warni-nya, untuk wisata. Namun di sisi lain, karang lunak dapat menjadi competitor karang keras hidup. Karang lunak cepat tumbuh di daerah yang memiliki unsure hara dan nutrient tinggi, dan dapat dengan mudah melumpuhkan hewan-hewan disekitarnya yang terutama karang keras dalam berkompetisi mempertahankan ruang. Karang lunak mempunyai sifat khusus yaitu allelopatik yang menguntungkan bagi hewan tersebut tetapi merugikan bagi hewan di sekitarnya karena dapat menghambat pertumbuhan atau bahkan dapat mematikan bagi karang batu. Mekanisme mematikan dilakukan dengan cara mengeluarkan zat beracun yang terdiri dari senyawa terpen. Belakangan senyawa ini dapat digunakan dalam bidang farmasi sebagai antibiotik, anti jamur, dan senyawa anti tumor, sedang bagi karang lunak itu sendiri sebagi penangkal serangan predator, dan berperan dalam proses reproduksi (Mannuputty 1986). Dalam upaya pengelolaan KKPD Alor yang lebih menekankan peningkatan sumberdaya perikanan baik itu demersal dan pelagis, walaupun dari hasil pengamatan tingkat kompetisi ruang antar karang keras dan karang hidup tidak terlalu tinggi, namun harus terus dilakukan upaya untuk menjaga dan merehabilitasi karang keras hidup hidup, maka pengelolaan terumbu karang direkomendasi dilakukan oleh pengelola KKPD Alor.
35
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Tutupan Karang Lunak (%) Ds. Kayang Ds. Maukuru Kel. Moru P. Sika Ds. Alila Timur P. Kambing Kel. Kolana Utara Ds. Muriabang
Ds. Ternate Ds. Merica (Timur) Ds. Tamakh Ds. Tude Ds. Kalondama (Barat) Ds. Alumang Ds. Pandai Ds. Batu Ds. Mataru Barat Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Ds. Maritaing
Ds. Mauta Ds. Elok Ds. Wolwal 0%
25%
50%
Gambar 12. Persentase tutupan karang lunak di 46 lokasi pendataan di Alor
36
75%
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.5.3. Analisa Bentuk Pertumbuhan Karang Keras Hidup Di lokasi pendataan dengan klasifikasi tutupan karang hidup tinggi hingga sedang, umumnya bentuk pertumbuhan yang dominan ialah Acropora branching dan Coral Massive. Kecuali di Ds Kayang yang 100% didominasi oleh Acropora branching. Dari hasil pengamatan bentuk pertumbuhan karang keras hidup KKPD Alor tercatat memiliki tutupan karang keras hidup rendah, bentuk pertumbuhan dominan cenderung bervariasi mulai dari Acropora branching, Acropora tabulate, Coral Masive dan Coral Folliose. Dari seluruh titik pengamatan hanya Desa Kayang merupakan satu-satunya lokasi yang tutupan karang keras hidup didominasi Acropora branching sebesar 100%. Pengelola KKPD Alor kedepannya dapat memperhatikan lokasi dengan tutupan karang keras hidup berbentuk pertumbuhan acropora branching. Acropora branching merupakan jenis pertumbuhan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Pengamatan secara intensif dapat dilakukan mengingat terdapat lokasi (desa Kayang) dengan tutupan Acropora branching 100%. Di sisi lain, desa Kayang dijadikan sumber larva “khusus” untuk Acropora branching, mengingat jenis ini lebih cepat tumbuh dibanding jenis bentuk pertumbuhan lainnya. Selain desa Kayang, desa Lamma dan desa Kalondama (Barat). Lokasi desa yang memiliki bentuk pertumbuhan karang acropora branching perlu mendapatkan perhatian dalam monitoring kondisi terumbu karang selanjutnya yang dilakukan oleh pengelola KKPD Alor, Acropora branching cenderung rentan mengalami kerusakan, karena jenis-jenis karang Acropora cenderung rentan terhadap kenaikan suhu air laut (Marshall and Baidr, 2000). Desa Kayang, desa Lamma dan desa Kalondama (Barat) sebagai lokasi dengan tutupan karang keras hidup tertinggi, didominasi oleh karang perintis Acropora (bercabang, tabulate dan encrusting) dan Coral Folliose (karang berbentuk lembaran). Meskipun demikian, lokasi-lokasi ini kemungkinan memiliki tingkat pemulihan kembali yang tinggi dan dapat menjadi lokasi peringatan dini bagi ada dan tingkat tekanan dari pemutihan karang. Untuk tingkat keragaman bentuk pertumbuhan, Desa Lamma, desa Kalondama (Barat), desa Ternate,Gosong dan desa Blang Merang memiliki keragaman bentuk pertumbuhan yang lebih baik. Keragaman yang baik juga terdapat di Kel. Wetabua, desa Tude, desa Aimoli, desa Probur dan desa Merica (Barat) juga dapat menjadi pilihan untuk konservasi, meskipun tutupan karang hidupnya dalam kategori sedang.
37
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
ACB
ACE
ACS
ACT
CB
CE
CF
CM
CS
CMR
CTU
CME
CHL
100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10%
0% Ds. Kayang
Ds. Lamma Ds. Kalondama Ds. Ternate (Barat)
100%
ACB
85%
ACE
64%
ACS
ACT
CB
Gosong
Ds. Blang Merang
Kel. Wetabua
58%
57%
54%
61%
CE
CF
CM
CS
CMR
CTU
CME
CHL
20%
10%
Ds. Mataru Barat
Ds. Manatang
Ds. Wolwal Selatan
Ds. Munasali
Ds. Likuwatang
Ds. Maukuru
P. Sika
Ds. Mataru Selatan
Kel. Kolana Utara
Ds. Wolwal
0%
18%
15%
15%
14%
14%
13%
11%
9%
7%
2%
Gambar 13. Bentuk Pertumbuhan Karang di Lokasi Pendataan Berdasarkan Klasifikasi Karang Keras Hidup (a) pada lokasi tutupan karang keras tertinggi dan (b) pada lokasi tutupan karang keras terendah – Lihat Tabel 1 untuk keterangan kode bentuk pertumbuhan.
38
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.5.4. Analisa Komunitas Bentik Lainnya Karang lunak atau Soft Coral lebih mendominasi tutupan komunitas bentik lain. Pada lokasi pendataan di desa Wolwal, desa Probur Utara, desa Wolwal Barat, desa Munasali dan desa Elok; tutupan Soft Coral/Karang Lunak berada di lebih dari 50%. Sedangkan pada lokasi pendataan dengan rangking Karang Keras Hidup tertinggi, yaitu pada desa Kayang, desa Lamma, desa Kalondama (Barat), desa Ternate dan Gosong, tutupan komunitas bentik lainnya berkisar kurang dari 20% dan hanya didominasi oleh Soft Coral/Karang Lunak. Kehadiran komunitas bentik selain karang keras hidup menunjukkan keanekaragaman dalam ekosistem terumbu karang. Namun demikian, jika komunitas bentik ini (kecuali alga berkapur/coralline algae) terlalu mendominasi akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan karang keras. Komunitas bentik terutama karang lunak, sponge, xenia, dan turf algae akan berkompetisi dengan karang keras hidup baik pada saat menemukan substrat penempelan ataupun saat pertumbuhan. Terdapat sebelas lokasi pendataan, yaitu desa Wolwal, desa Probur Utara, desa Wolwal Barat, desa Munasali, desa Elok, desa Mauta, desa Alor Kecil, desa Wolwal Selatan, desa Kalondama (Timur), desa Maritaing, desa Merica (Barat) dan desa Alumang, yang merupakan lokasi dengan komunitas bentik lain diatas 30%. Lokasi tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menekan pertumbuhan komunitas bentik lain agar pertumbuhan karang keras hidup tidak terganggu. Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor perlu memperhatikan kehadiran komunitas bentik tersebut. Program pengelolaan KKPD berperan dalam menjaga kualitas air dimana komunitas bentik lainnya dapat tumbuh subur dilokasi dengan nilai nutrient di atas ambang batas. Di lain hal, menjaga stok ikan herbivore juga merupakan salah satu cara untuk menjaga jumlah dan kehadiran komunitas bentik lainnya. Catatan tersendiri untuk karang lunak xenia; jenis karang lunak ini mempunyai tentakel yang aktif mencari makan. Melimpahnya jenis karang lunak ini dikhawatirkan dapat menghambat perkembangbiakan karang keras hidup. Telur dan juvenile hasil reproduksi seksual karang keras dikhawatirkan banyak yang tertangkap oleh tentakel xenia sebelum menemukan substrat penempelan. Xenia yang biasanya banyak dijumpai pada lokasi yang sedang mengalami pemulihan menyebabkan semakin sulit dan lama suatu lokasi untuk pulih kembali. Berdasarkan hasil survei, Xenia tidak ditemukan dominan di lokasi pengamatan.
39
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Ds. Lamma Kel. Wetabua Ds. Maukuru Ds. Aimoli Kel. Kolana Utara Ds. Mali Ds. Merica (Timur) Ds. Alila Timur Ds. Mawar
SC XN
Ds. Tude
SP Ds. Pandai
HY
Ds. Mataru Selatan
OT CA
Ds. Tamakh
HA Ds. Mausamang
MA TA
Ds. Batu Ds. Baolang Ds. Wakapsir Ds. Merica (Barat) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Alor Kecil Ds. Elok Ds. Wolwal Barat Ds. Wolwal 0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
Gambar 14. Kategori komunitas bentik lainnya di Lokasi Pendataan
40
70%
80%
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.5.5. Analisa Ketersediaan Substrat Penempelan Ketersediaan substrat penempelan/Available Substrate merupakan indikator potensi ketersedian ruang untuk penempelan anakan karang baru, yang meliputi Dead Coral dan Rock (Karang Mati), serta CA (Alga Coralline). Lokasi-lokasi yang memiliki banyak tipe substrat ini, jika dikelola dengan baik dengan faktor-faktor lainnya, dimasa depan dapat kembali pulih karena memiliki ketersediaan substrat yang tinggi. Ketersedian substrat di lokasi pendataan berada di atas rata-rata 10,36%. Ketersedian substrat penempelan tinggi berturut-turut ditemukan di Kel. Moru, desa Maukuru, desa Mali, desa Tamakh, desa Alila Timur dan desa Likuwatang, dimana berkisar di antara 50-20% ketersedian substrat penempelan. Dengan asumsi ketersediaan sumber benih karang, ketiga lokasi tersebut memiliki potensi sangat besar recovery. Untuk efisiensi, pengelolaan yang perlu diperhatikan hanyalah mengurangi stress lokal dan menjaga stok ikan herbivore. Ikan herbivore akan membantu menyediakan substrat penempelan dengan membersihkan substrat dari alga/lumut yang menghalangi terjadinya penempelan anakan karang. Ketersediaan substrat penempelan ini berpengaruh pada siklus reproduksi karang dimana setelah telur dan atau spema dilepaskan ke kolom air kemudian terjadi fertilisasi dan berkembang menjadi larva planula yang kemudian mengikuti pergerakan air (Timotius S, 2003). Pada siklus ini juga dipengaruhi pergerakan air/arus yang kemudian juga ditentukan oleh substrat dasar yang sesuai, maka planula akan menempel di dasar. David C. Hayward, et. al. 2011, menjelaskan keberhasilan metamorfosis karang dari fase planktonik larva hingga fase penempelan polip dipengaruhi oleh kondisi yang cocok untuk pertumbuhan karang. Hal tersebut merupakan sebuah syarat penting bagi keberlangsungan hidup karang. Jika planula menemukan substrat yang cocok dan stabil maka planula akan akan tumbuh menjadi polip, terjadi klasifikasi dan membentuk koloni karang. Ket: CA (Alga Coraline), RCK (Karang yang sudah lama mati), DC (karang yang baru mati)
41
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Ds. Wolwal Selatan Ds. Probur Utara
Ds. Merica (Barat) Ds. Maritaing Ds. Kalondama (Timur) Ds. Elok Ds. Mataru Selatan Ds. Kalondama (Barat) Gosong Ds. Manatang Kel. Kolana Utara
RCK DC
Kel. Wetabua
CA
Ds. Pulau Buaya Ds. Baolang Ds. Batu Ds. Pura (Utara) Ds. Ternate Ds. Blang Merang Ds. Pandai
Ds. Wolwal Ds. Alila Timur Ds. Mali Kel. Moru 0%
10%
20%
30%
40%
Gambar 15. Persentase tutupan Available Substrate di Lokasi Pendataan
42
50%
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.5.6. Analisa Stabilitas Substrat Mobile Substrate merupakan indikator stabilitas substrat dasar perairan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase dari Silt (lumpur), Sand (Pasir) dan Rubble (Pecahan Karang mati). Mobile substrate tidak cocok untuk penempelan planula (anakan) karang, karena tidak stabil. Semakin tinggi persentase mobile substrate, semakin tidak stabil lokasi tersebut.
Intervensi pengelolaan adalah dalam menstabilkan substrat. Dengan ketersediaan sumber benih karang, rehabilitasi yang efektif dapat dilakukan dengan terumbu karang buatan dari struktur yang kongkrit dan stabil. Beberapa daerah dilakukan dengan menurunkan substrat beton, namun terdapat juga pembelajaran rehabilitasi dimana merangkai mobile substrate dengan sebuah media sehingga menjadi stabil. Lokasi yang memiliki substrat yang paling stabil, terdapat di Ds. Merica (Barat), Ds. Probur, Ds. Tamakh, Ds. Lamma, Ds. Wolwal, Ds. Ternate, Ds. Alor Kecil, Ds. Kalondama (Barat), Ds. Wolwal Barat dan Ds. Kayang; sedangkan lokasi sisanya yaitu memiliki persentase substrat tidak stabil di atas 20% . Kesepuluh lokasi ini dapat menjadi prioritas untuk dilakukan penstabilan substrat (Gambar 17). Meskipun memungkinkan untuk terjadi penempelan anakan karang pada rubble, namun planula tidak mampu tumbuh dengan maksimal karena ketidakstabilan substrat tersebut. Bahkan dalam berbagai kasus, rubble bersama dengan pasir maupun lumpur mengakibatkan rekrutmen karang baru mengalami kematian, baik karena tertutup, tertimbun, patah dan pada akhirnya menjadi faktor penghambat pertumbuhan karang (Clark and Edwards, 1999). Ket: R (patahan karang), S (pasir), Si (lumpur)
43
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Ds. Kayang Ds. Wolwal Barat Ds. Kalondama (Barat) Ds. Alor Kecil Ds. Ternate Ds. Wolwal Ds. Lamma Ds. Tamakh Ds. Probur Ds. Merica (Barat) Ds. Mauta Ds. Tude Ds. Elok Ds. Mali Ds. Munasali Kel. Moru Ds. Blang Merang Ds. Mausamang Ds. Probur Utara Ds. Batu Ds. Mawar Ds. Kalondama (Timur) Ds. Maritaing Ds. Pulau Buaya Ds. Aimoli Gosong P. Lapang P. Kambing Ds. Wakapsir Kel. Wetabua Ds. Alumang Ds. Pandai Ds. Likuwatang Ds. Merica (Timur) Ds. Baolang Ds. Alila Timur Ds. Pura (Utara) Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Barat Ds. Piring Sina Ds. Maukuru Ds. Manatang Ds. Mataru Selatan Ds. Muriabang P. Sika Kel. Kolana Utara
S R SI
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Gambar 16. Persentase tutupan Mobile Substrate di Lokasi Pendataan.
44
80%
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
3.6.
Hasil Analisa Komunitas Ikan Karang Target Ikan karang merupakan ikan yang hidup di ekosistem terumbu karang, baik ketika juvenil maupun dewasa. interaksi yang kuat antara ikan karang dan terumbu karang sebagai habitat tidak hanya dijelaskan dari konteks fisik namun juga melalui perilaku makan ikan. Ikan harus makan untuk dapat bertahan hidup, dan apa yang dimakan oleh ikan karang merupakan informasi yang penting dalam sebuah rantai makan dalam ekosistem terumbu karang, ikan karang sendiri dibagi 3 (tiga) berdasarkan perilaku makannya yaitu ikan herbivore, karnivora dan pecilovora. Perilaku makan ikan karang itu sendiri akan memberi pengaruh terhadap keseluruhan ekosistem terumbu karang dan juga bagi kondisi ikan karang.
3.6.1. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Target Total Kelimpahan Ikan Karang Target Total Nilai kelimpahan terbesar adalah 11,682 individu/ha, sedangkan nilai terkecil adalah 24 ind/ha. Pulau Lapang memiliki kelimpahan tertinggi, jauh dari lokasi lainya, dan diikuti 3 lokasi dengan kelimpahan tinggi lainnya yaitu di desa Ternate, desa Alila Timur dan desa Mauta. Sedangkan sisanya memiliki kelimpahan kurang dari 5,000 individu ikan/ha rendah (Gambar 19). Biomassa Ikan Karang Target Total Biomassa terbesar adalah 42.157 kg/ha, dan biomassa terkecil adalah 2 kg/ha. Biomassa tinggi dijumpai di 3 lokasi yaitu desa Alila Timur, pulau Lapang dan desa Ternate yang bernilai lebih dari 7.000 kg/ha. Terdapat 18 lokasi dengan biomassa lebih dari 1.000 kg/ha, yaitu di desa Mawar, desa Aimoli, P. Sika, desa Lamma, desa Pandai, desa Likuwatang, desa Pura (Utara), desa Pulau Buaya, desa Merica (Timur), desa Mali, desa Elok, desa Kayang, desa Kalondama (Barat), desa Wolwal Selatan, desa Mataru Selatan, desa Piring Sina, desa Probur, dan desa Wolwal. Sedangkan sisanya memiliki biomassa rendah yaitu kurang dari 1.000 kg/ha (Gambar 20). Melihat kembali hasil survei perioda sebelumnya, tahun 2011, terjadi penurunan kelimpahan. Pada pengamatan tahun 2011, kelimpahan terbesar terdapat pada nilai 12,960 individu/ha, sedangkan nilai terkecil adalah 136 ind/ha. Catatan; pada pengamatan tahun 2011, tertinggi terdapat di Pulau Buaya (Timur), P. Kepa, dan Pulau Lapang (Timur). Penurunan pada kelimpahan tidak terjadi pada biomassa. Biomassa ikan target total mengalami peningkatan secara drastis. Pada survey perioda sebelumnya, bioamassa terbesar pada nilai 5190 kg/ha. Perlunya dilakukan langkah-langkah efektif dalam mengelola KKPD kabupaten Alor, terjadi peningkatan nilai biomassa ikan karang target dibanding perioda sebelumnya, perlu dilakukan upaya untuk dapat diimbangi kestabilan kondisi ikan target dengan ikan lainnya, setidaknya kestabilan nilai kelimpahan ikan karang itu sendiri dalam rantai makanan, keseimbangan dalam rantai makanan utamnya dalam kestabilan perikanan ikan karang dalam ekosistem terumbu karang dikabupaten Alor tetap terjaga, namun tetap dapat menjamin dari sisi nilai ekonomi, masyarakat pesisir utamnya nelayan lokal mendapatkan manfaat ekonomi sehingga perikanan berkelanjutan dapat tercapai..
45
Biomass (kg/ha) 50
16 42000 40
12 30
8 20
4
10
0
0
Gambar 17. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survey
Thousands
Thousands
Kelimpahan (ind/ha)
P. Lapang Ds. Ternate Ds. Alila Timur Ds. Mauta Ds. Mawar P. Sika Ds. Aimoli Ds. Elok Ds. Probur Ds. Pura (Utara) Ds. Merica (Timur) Ds. Lamma Ds. Mali Ds. Pulau Buaya Ds. Kayang Ds. Manatang Ds. Pandai Ds. Kalondama (Timur) Ds. Blang Merang Ds. Mataru Selatan Ds. Likuwatang Ds. Munasali Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Barat Ds. Batu Gosong Ds. Alumang Ds. Tamakh Ds. Muriabang P. Kambing Ds. Maritaing Ds. Wakapsir Ds. Merica (Barat) Ds. Probur Utara Ds. Piring Sina Ds. Alor Kecil Ds. Tude Ds. Wolwal Barat Kel. Kolana Utara Ds. Maukuru Ds. Mausamang Ds. Kalondama (Barat) Ds. Wolwal Kel. Moru Ds. Baolang Kel. Wetabua
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Kelimpahan (ind/ha)
47 16
14
12
10
8
6
4
2
0
Gambar 18. Grafik Kelimpahan Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survey
P. Lapang Ds. Ternate Ds. Alila Timur Ds. Mauta Ds. Mawar P. Sika Ds. Aimoli Ds. Elok Ds. Probur Ds. Pura (Utara) Ds. Merica (Timur) Ds. Lamma Ds. Mali Ds. Pulau Buaya Ds. Kayang Ds. Manatang Ds. Pandai Ds. Kalondama (Timur) Ds. Blang Merang Ds. Mataru Selatan Ds. Likuwatang Ds. Munasali Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Barat Ds. Batu Gosong Ds. Alumang Ds. Tamakh Ds. Muriabang P. Kambing Ds. Maritaing Ds. Wakapsir Ds. Merica (Barat) Ds. Probur Utara Ds. Piring Sina Ds. Alor Kecil Ds. Tude Ds. Wolwal Barat Kel. Kolana Utara Ds. Maukuru Ds. Mausamang Ds. Kalondama (Barat) Ds. Wolwal Kel. Moru Ds. Baolang Kel. Wetabua
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Biomass (kg/ha)
48 50
45 42000
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Gambar 19. Grafik Biomassa Ikan Karang Total di 46 Lokasi Survei
3.6.2. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora Kelimpahan Ikan Herbivora Kelimpahan tertinggi adalah 8254 individu/ha, sedangkan densitas terendah adalah 24 individu/ha. Berdasarkan pada Kelimpahan ikan herbivora, lokasi yang mempunyai mempunyai densitas tinggi ada 3 lokasi yaitu di P. Lapang, desa Mauta dan desa Alila Timur. Terdapat 31 lokasi memiliki kelimpahan ikan herbivore dengan kisaran kelimpahan dari 1.000-5000 ind/ha. Sedangkan sisanya, 12 lokasi, yaitu Ds. Piring Sina desa Tude, desa Kalondama (Barat), desa Mausamang, Kel. Kolana Utara, desa Alor Kecil, desa Maukuru, desa Wolwal, desa Wolwal Barat, Kel. Moru, desa Baolang dan Kel. Wetabua memiliki kelimpahan kurang dari 1.000 ind/ha.. Biomassa Ikan Herbivora Biomassa ikan herbivora tertinggi adalah 36.306 kg/ha, sedangkan yang terendah adalah 1 kg/ha. Pengelompokan lokasi berdasarkan pada biomassa ikan herbivora menunjukkan bahwa 3 lokasi memiliki biomassa tinggi yaitu desa Alila Timur, P. Lapang dan desa Aimoli. Dua belas lokasi lainnya memiliki biomassa lebih dari 1.000 kg/ha, yaitu desa Mawar, desa Lamma, P. Sika, desa Pura (Utara), desa Merica (Timur), desa Kayang, desa Ternate, desa Kalondama (Barat), desa Wolwal Selatan, desa Mali, desa Pulau Buaya, dan desa Likuwatang. Sisanya sebanyak 31 lokasi, memiliki biomassa rendah yaitu kurang dari 1.000 kg/ha (Gambar 15). Tingginya densitas dan biomassa ikan herbivora ini, akan memungkinkan ketersediaan substrat untuk penempelan karang yang lebih tinggi. Ikan herbivora juga mengontrol jumlah alga yang menghambat pertumbuhan karang. P. Lapang, desa Mauta dan desa Alila Timur memiliki densitas dan biomassa ikan herbivora yang terbaik dibanding lokasi lainnya. Ketiga lokasi ini dapat menjadi prioritas untuk dilindungi. Nilai kelimpahan ikan herbivore mengalami penurunan yang drastis dibanding dengan pengamatan tahun 2011. Pada tahun 2011, kelimpahan tertinggi adalah 12467 individu/ha, sedangkan densitas terendah adalah 124 individu/ha, pada ada 3 lokasi yaitu di Pulau Buaya (timur), Pulau Kepa, dan Pulau Lapang (timur). Namun, terjadi peningkatan di biomassa ikan herbivore. Biomassa ikan herbivore tertinggi pada tahun 2011 adalah 4487 kg/ha Terjadinya penurunan nilai kelimpahan dengan peningkatan nilai biomassa ikan herbivora merupakan hal ini cukup unik untuk dievaluasi dan dikaji kembali. Catatan penting bagi pengelola KKPD Alor bahwa Pemanfaatan ikan herbivora yang tinggi dapat merubah struktur komunitas ikan pada ekosistem terumbu karang. Pentingnya fungsi ikan herbivora selain dapat menjadi penyelamat terumbu karang tertentu dari agresivitas makroalga (alga merupakan competitor pertumbuhan karang), juga menjamin keberlangsungan siklus atau rantai makanan dalam komunitas ikan karang itu sendiri.
8
1 5
0 0
P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Elok Ds. Pura (Utara) P. Sika Ds. Merica (Timur) Ds. Aimoli Ds. Mawar Ds. Probur Ds. Lamma Ds. Mali Ds. Ternate Ds. Kayang Ds. Manatang Ds. Kalondama… Ds. Blang Merang Ds. Pulau Buaya Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Selatan Ds. Munasali Ds. Batu Gosong Ds. Likuwatang Ds. Mataru Barat Ds. Alumang Ds. Muriabang Ds. Tamakh Ds. Wakapsir P. Kambing Ds. Pandai Ds. Merica (Barat) Ds. Maritaing Ds. Probur Utara Ds. Piring Sina Ds. Tude Ds. Kalondama… Kel. Kolana Utara Ds. Mausamang Ds. Alor Kecil Ds. Maukuru Ds. Wolwal Ds. Wolwal Barat Kel. Moru Ds. Baolang Kel. Wetabua
Thousands 9 40
36.0000 35
7 30
6 25
5 20
4
3
15
2 10
Gambar 20. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey
Thousands
Kelimpahan (Ind/ha) Biomass (kg/ha)
P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Elok Ds. Pura (Utara) P. Sika Ds. Merica (Timur) Ds. Aimoli Ds. Mawar Ds. Probur Ds. Lamma Ds. Mali Ds. Ternate Ds. Kayang Ds. Manatang Ds. Kalondama (Timur) Ds. Blang Merang Ds. Pulau Buaya Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Selatan Ds. Munasali Ds. Batu Gosong Ds. Likuwatang Ds. Mataru Barat Ds. Alumang Ds. Muriabang Ds. Tamakh Ds. Wakapsir P. Kambing Ds. Pandai Ds. Merica (Barat) Ds. Maritaing Ds. Probur Utara Ds. Piring Sina Ds. Tude Ds. Kalondama (Barat) Kel. Kolana Utara Ds. Mausamang Ds. Alor Kecil Ds. Maukuru Ds. Wolwal Ds. Wolwal Barat Kel. Moru Ds. Baolang Kel. Wetabua
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Kelimpahan Ikan Herbivora(Ind/ha)
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Gambar 21. Grafik Kelimpahan Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey
51
P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Elok Ds. Pura (Utara) P. Sika Ds. Merica (Timur) Ds. Aimoli Ds. Mawar Ds. Probur Ds. Lamma Ds. Mali Ds. Ternate Ds. Kayang Ds. Manatang Ds. Kalondama (Timur) Ds. Blang Merang Ds. Pulau Buaya Ds. Wolwal Selatan Ds. Mataru Selatan Ds. Munasali Ds. Batu Gosong Ds. Likuwatang Ds. Mataru Barat Ds. Alumang Ds. Muriabang Ds. Tamakh Ds. Wakapsir P. Kambing Ds. Pandai Ds. Merica (Barat) Ds. Maritaing Ds. Probur Utara Ds. Piring Sina Ds. Tude Ds. Kalondama (Barat) Kel. Kolana Utara Ds. Mausamang Ds. Alor Kecil Ds. Maukuru Ds. Wolwal Ds. Wolwal Barat Kel. Moru Ds. Baolang Kel. Wetabua
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Biomass Ikan Herbivora (kg/ha)
40
52 36000
35
30
25
20
15
10
5
0
Gambar 22. Grafik Biomassa Ikan Herbivora di 46 Lokasi Survey
3.6.3. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Karnivora Kelimpahan Ikan Karnivora Kelimpahan ikan karnivora tertinggi yaitu 6148 individu/ha, sedangkan kelimpahan ikan karnivora terendah yaitu 12 individu/ha. Lokasi yang mempunyai kelimpahan ikan karnivora tinggi yaitu desa Ternate, desa Mauta, P. Lapang dan desa Probur. Sembilan lokasi dengan kelimpahan lebih dari 1000ind/ha yaitu desa Mawar, desa Pandai, P. Sika, desa Pulau Buaya, desa Mataru Selatan, desa Alila Timur, desa Mataru Barat, desa Elok dan desa Aimoli. Sedangkan 31 lokasi sisanya kelimpahan rendah yaitu kurang dari 1000 ind/ha. Biomassa Ikan Karnivora Biomassa ikan karnivora tertinggi yaitu 808,7 kg/ha dan biomassa ikan karnivora terendah yaitu 3,7 kg/ha. Berdasarkan biomassa ikan karnivora, biomassa tinggi dijumpai di 3 lokasi yaitu P. Lapang, desa Ternate, desa Likuwatang dan desa Pandai. Sedangkan sisanya 40 lokasi memiliki biomassa rendah, kurang dari 500kg/ha. Nilai kelimpahan ikan karnivora mengalami penurunan dibanding pengamatan sebelumnya. Pada tahun 2011 kelimpahan ikan karnivora tertinggi yaitu pada nilai 2500 individu/ha. Nilai biomassa ikan karnivora justru mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. Biomassa ikan karnivora tertinggi pada tahun 2011 adalah pada kisaran nilai 1222 kg/ha. Terjadinya penurunan nilai kelimpahan dengan peningkatan nilai biomassa ikan karnivora merupakan hal ini cukup unik untuk cermati. Pentingnya fungsi ikan karnivora dalam menjaga rantai makanan di ekosistem tetap seimbang pertumbuhan membuat pengelolaan ikan jenis ini sangat perlu diperhatikan. Pengelolaan kawasan konservasi dapat dikatakan efektif, bila kelimpahan karnivora akan terjaga dari penangkapan ikan. Tingginya kelimpahan ikan karnivora dikhawatirkan akan mengurangi kelimpahan ikan herbivora sehingga berpengaruh pada penurunan herbivora. Berkurangnya kelimpahan ikan karnivora mengindikasikan ketidak seimbangan rantai makanan di ekosistem dan akan menimbulkan dampak dalam ekosistem itu sendiri.
Ds. Ternate Ds. Mauta P. Lapang Ds. Probur Ds. Mawar Ds. Pandai P. Sika Ds. Pulau Buaya Ds. Mataru Selatan Ds. Alila Timur Ds. Mataru Barat Ds. Elok Ds. Aimoli Ds. Lamma Ds. Likuwatang Ds. Batu Ds. Manatang Ds. Mali Ds. Tude Ds. Munasali Ds. Wolwal Barat Ds. Alor Kecil Ds. Maritaing Ds. Blang Merang Ds. Kayang Ds. Wakapsir Ds. Wolwal Ds. Maukuru Ds. Alumang Gosong Kel. Kolana Utara Ds. Piring Sina Ds. Pura (Utara) Ds. Mausamang Ds. Tamakh P. Kambing Ds. Merica (Barat) Ds. Wolwal Selatan Ds. Merica (Timur) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Kel. Moru Ds. Kalondama (Barat) Ds. Muriabang
Thousands 7 1
6 1
1
5 1
4 1
3 0
2 0
0
1
0
0 0
Gambar 23. Densitas dan Biomassa Ikan Karnivora di 46 Lokasi Survey
Thousands
Kelimpahan (Ind/ha) Biomass (kg/ha)
Ds. Ternate Ds. Mauta P. Lapang Ds. Probur Ds. Mawar Ds. Pandai P. Sika Ds. Pulau Buaya Ds. Mataru Selatan Ds. Alila Timur Ds. Mataru Barat Ds. Elok Ds. Aimoli Ds. Lamma Ds. Likuwatang Ds. Batu Ds. Manatang Ds. Mali Ds. Tude Ds. Munasali Ds. Wolwal Barat Ds. Alor Kecil Ds. Maritaing Ds. Blang Merang Ds. Kayang Ds. Wakapsir Ds. Wolwal Ds. Maukuru Ds. Alumang Gosong Kel. Kolana Utara Ds. Piring Sina Ds. Pura (Utara) Ds. Mausamang Ds. Tamakh P. Kambing Ds. Merica (Barat) Ds. Wolwal Selatan Ds. Merica (Timur) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Kel. Moru Ds. Kalondama (Barat) Ds. Muriabang
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Kelimpahan Ikan Karnivora (Ind/ha)
7
6
5
4
3
2
1
0
Gambar 24. Kelimpahan Ikan Karnivora di 46 Lokasi Survey
55
56 Gambar 25. Biomassa total ikan karnivora di 46 lokasi pendataan di Alor. Ds. Muriabang
Ds. Kalondama (Barat)
Kel. Moru
Ds. Probur Utara
Ds. Kalondama (Timur)
Ds. Merica (Timur)
Ds. Wolwal Selatan
Ds. Merica (Barat)
P. Kambing
Ds. Tamakh
Ds. Mausamang
Ds. Pura (Utara)
Ds. Piring Sina
Kel. Kolana Utara
Gosong
Ds. Alumang
Ds. Maukuru
Ds. Wolwal
Ds. Wakapsir
Ds. Kayang
Ds. Blang Merang
Ds. Maritaing
Ds. Alor Kecil
Ds. Wolwal Barat
Ds. Munasali
Ds. Tude
Ds. Mali
Ds. Manatang
Ds. Batu
Ds. Likuwatang
Ds. Lamma
Ds. Aimoli
Ds. Elok
Ds. Mataru Barat
Ds. Alila Timur
Ds. Mataru Selatan
Ds. Pulau Buaya
P. Sika
Ds. Pandai
Ds. Mawar
Ds. Probur
P. Lapang
Ds. Mauta
Ds. Ternate
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Biomass Ikan Karnivora (kg/ha)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
3.6.4. Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi Kelimpahan Ikan Konsumsi Kelimpahan jenis ikan konsumsi yang tertinggi adalah 5994 individu/ha, dan yang terendah adalah 8 individu/ha. Dari kelimpahan jenis ikan konsumsi, lokasi kategori kelimpahan tinggi yaitu desa Ternate, P. Lapang dan desa Mauta. Sepuluh lokasi dengan kelimpahan lebih dari 1000 ind/ha yaitu desa Alila Timur, desa Probur, desa Mawar, desa Pandai, desa Pulau Buaya, desa Mataru Selatan, P. Sika, desa Mataru Barat, desa Elok dan desa Aimoli. Sisanya, 31 lokasi, memiliki densitas ikan konsumsi yang rendah yaitu kurang dari 1000 ind/ha. Biomassa Ikan Konsumsi Biomassa jenis ikan konsumsi tertinggi adalah 40480.01 kg/ha, sedangkan yang terkecil adalah 0.3 kg/ha. Dari pengelompokan berdasarkan biomassa ikan konsumsi, terdapat 3 lokasi dengan biomassa tinggi yaitu desa Alila Timur, P. Lapang dan desa Ternate. Empat lokasi, yaitu desa Pandai, desa Mawar, desa Aimoli dan desa Kalondama (Barat) memiliki biomassa lebih dari 1000 kg/ha. Sedangkan sisanya, 37 lokasi memiliki biomassa kurang dari 1000kg/ha. Kelimpahan jenis ikan konsumsi mengalami penurunan drastis dibandingkan tahun 2011. Data hasil pengamatan 2011 tercatat bahwa jenis ikan konsumsi yang tertinggi adalah sebesar 12,480 individu/ha. Sedangkan untuk biomassa jenis ikan konsumsi tidak terjadi penurunan, Biomass jenis ikan konsumsi mengalami peningkatan drastis dibanding tahun 2011 dimana biomassa jenis ikan konsumsi tertinggi pada tahun 2011 hanya 4,817 kg/ha, sedangkan hasil pengamatan terbaru adalah sebesar 40,480.01 kg/ha. Ikan konsumsi sendiri merupakan ikan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi target pemanfaatan oleh nelayan. Beberapa jenis ikan konsumsi yang menjadi target di dalam kawasan KKPD Kab. Alor dan menjadi indicator pemijahan dan kesehatan karang yaitu Variola Louti, Cephalopolis miniata, Cephalopolis
urodeta, Nasohexacanthus, Macolor macularis, Lutjanus bohar, Plectorhinchus polytaenia, Plotorhincus lineatus, Epinephulus fuscoguttatus, Epinephelus polyphekadion, Plectropomus areolatus, Gnathodentex aurolineatus, Epinephelus fuscoguttatus, E. Plectropomus areolatus, Plectropomus areolatus dan Lutjanus bohar.
Oleh karena itu, peran penting pengelola KKPD Alor dalam mengelola secara efektif sehingga perikanan karang dikabupaten Alor dapat terus ada dan tetap memberi dampak ekonomis bagi masyarakat pesisir. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan mengatur pola pemanfaatan perikanan karang dengan menggunakan alat tangkat yang selektif agar dapat memberikan waktu bagi pulihnya perikanan karang dan pengawasan berdasarkan zonasi yang telah ada
Ds. Ternate P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Probur Ds. Mawar Ds. Pandai Ds. Pulau Buaya Ds. Mataru Selatan P. Sika Ds. Mataru Barat Ds. Elok Ds. Aimoli Ds. Lamma Ds. Batu Ds. Likuwatang Ds. Manatang Ds. Mali Ds. Tude Ds. Munasali Ds. Wolwal Barat Ds. Maritaing Ds. Alor Kecil Ds. Blang Merang Ds. Kayang Ds. Wolwal Ds. Wakapsir Ds. Piring Sina Ds. Maukuru Ds. Alumang Gosong Kel. Kolana Utara Ds. Pura (Utara) Ds. Kalondama (Barat) Ds. Mausamang Ds. Tamakh P. Kambing Ds. Merica (Barat) Ds. Wolwal Selatan Ds. Merica (Timur) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Kel. Moru Ds. Muriabang
Thousands 7 Kelimpahan (Ind/ha) Biomass (kg/ha)
6
1
0
Gambar 26. Grafik Overlay Kelimpahan dan Biomassa Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey
40
35
5 30
4 25
3 20
2 15
10
5
0
Thousands
45
Ds. Ternate P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Probur Ds. Mawar Ds. Pandai Ds. Pulau Buaya Ds. Mataru Selatan P. Sika Ds. Mataru Barat Ds. Elok Ds. Aimoli Ds. Lamma Ds. Batu Ds. Likuwatang Ds. Manatang Ds. Mali Ds. Tude Ds. Munasali Ds. Wolwal Barat Ds. Maritaing Ds. Alor Kecil Ds. Blang Merang Ds. Kayang Ds. Wolwal Ds. Wakapsir Ds. Piring Sina Ds. Maukuru Ds. Alumang Gosong Kel. Kolana Utara Ds. Pura (Utara) Ds. Kalondama (Barat) Ds. Mausamang Ds. Tamakh P. Kambing Ds. Merica (Barat) Ds. Wolwal Selatan Ds. Merica (Timur) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Kel. Moru Ds. Muriabang
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Kelimpahan Ikan Konsumsi (Ind/ha)
7
6
5
4
3
2
1
0
Gambar 27. Grafik Kelimpahan Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey
59
Ds. Ternate P. Lapang Ds. Mauta Ds. Alila Timur Ds. Probur Ds. Mawar Ds. Pandai Ds. Pulau Buaya Ds. Mataru Selatan P. Sika Ds. Mataru Barat Ds. Elok Ds. Aimoli Ds. Lamma Ds. Batu Ds. Likuwatang Ds. Manatang Ds. Mali Ds. Tude Ds. Munasali Ds. Wolwal Barat Ds. Maritaing Ds. Alor Kecil Ds. Blang Merang Ds. Kayang Ds. Wolwal Ds. Wakapsir Ds. Piring Sina Ds. Maukuru Ds. Alumang Gosong Kel. Kolana Utara Ds. Pura (Utara) Ds. Kalondama (Barat) Ds. Mausamang Ds. Tamakh P. Kambing Ds. Merica (Barat) Ds. Wolwal Selatan Ds. Merica (Timur) Ds. Kalondama (Timur) Ds. Probur Utara Kel. Moru Ds. Muriabang
Thousands
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Biomass Ikan Konsumsi (kg/ha)
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Gambar 28. Grafik Biomassa Ikan Konsumsi di 46 Lokasi Survey
60
IV.
KESIMPULAN
1. Kondisi ekosistem terumbu karang di KKPD Kabupaten Alor, mengalami penurunan sebesar 0.47% bila dibandingkan kondisi kesehatan karang tahun 2011, namun tetap dalam kategori “Sedang” dengan nilai rata-rata tutupan karang keras hidup sebesar 33.53% (simpangan baku = 20%). 2. Berdasarkan perbandingan kondisi tutupan karang keras hidup di dalam dan luar kawasan KKPD Alor, rata-rata tutupan karang keras hidup KKPD Alor sebesar 33.88%, nilai ini lebih tinggi dibandingkan tutupan karang keras hidup di luar KKPD Alor yang hanya sebesar 22.28% dengan Presentase tingkat karang mati mencapai 53%. 3. Dari 46 lokasi pengamatan hanya 2 (dua) lokasi yang masuk ke dalam kategori tutupan karang keras dalam kondisi cukup baik (>75%), yaitu desa Kayang dan desa Lamma. 7 (tujuh) lokasi memiliki kategori baik, 50-74.9%, yaitu desa Kalondama (Barat), desa Ternate, Gosong, desa Blang Merang, Kel. Wetabua, desa Tude dan desa Aimoli. 5 (lima) lokasi dengan kondisi buruk (0-24.5%), yaitu desa Maukuru, P. Sika, desa Mataru Selatan, Kel. Kolana Utara dan desa Wolwal. Sisanya 32 (tiga puluh dua) lokasi berada dalam kondisi sedang (25-49.9%). Adapun bentuk pertumbuhan yang dominan umumnya Acropora branching dan Coral Massive. Kecuali di Ds Kayang yang 100% didominasi oleh Acropora branching. 4. Ketersediaan substrat penempelan/Available Substrate berada di atas rata-rata 10,36%. Ketersedian substrat penempelan tinggi berturut-turut ditemukan di Kel. Moru, desa Maukuru, desa Mali, desa Tamakh, desa Alila Timur dan desa Likuwatang, dimana berkisar di antara 50-20% ketersedian substrat penempelan, Ketersediaan substrat penempelan merupakan indikator potensi ketersedian ruang untuk penempelan anakan karang baru menunjang recoveri dan pertumbuhan terumbu karang baru dalam KKPD Alor. 5. Masih tingginya tingkat kematian karang keras hidup merupakan ancaman yang serius terhadap pengelolaan terumbu karang dalam KKPD Kabupaten Alor, diperkirakan tingkat kematian karang keras hidup muncul akibat dari berbagai aktivitas pemanfaatan sumberdaya perikanan oleh nelayan lokal dan luar Kabupaten Alor, pembuangan limbah domestic, predasi maupun faktor alam lainnya (contoh global warming) dan efek dari pembangunan pesisir seperti pelabuhan laut, akibata pengambilan pasir laut untuk bangunan rumah , dan penebangan dan konversi lahan mangrove. Diperlukannya penelitian yang lebih spesifik sehingga dapat diketahui ancaman utama dan prosedur mitigasi penanganan ancaman tersebut dapat dilakukan. 6. Secara umum kondisi perikanan karang di Kabupaten Alor menunjukkan telah terjadi tanda-tanda pemanfaatan berlebih (overfishing). Hal ini dapat dilihat dari analisa kelimpahan Ikan sedang (20-40 cm) hanya sebesar 179.70 fish/ha dan kelimpahan ikan ukuran besar (>30 cm) hanya sebesar 351.18 fish/ha dan pengamatan ikan telah banyak ditangkap sebelum mencapai ukuran maksimal. 7. Data jenis ikan herbivore, karnivora dan konsumsi terjadi penurunan dalam kelimpahannya namun terjadi peningkatan pada nilai biomassa-nya. Kemungkinan besar ialah masih tingginya tingkat penangkapan di hampir seluruh zona.
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
V.
SARAN DAN REKOMENDASI
1. Tutupan Karang karang keras hidup yang baik dan tertinggi berada pada zona pemanfaatan perikanan berkelanjutan dibandingkan pada zona perlindungan Zona Larang Ambil harus mendapatkan perhatian lebih mengingat kondisinya tidak lebih baik dari zona pemanfaatan, karena Zona Larang Ambil diharapkan dapat mensuplai sumber larva ke zona lainnya. 2. Hasil kegiatan monitoring kesehatan karang bisa dijadikan oleh pengelola sebagai data acuan dalam mengelolan KKPD Kabupaten Alor secara efektif. 3. Bentuk Kampanye dan sosialisasi berbagai bentuk serta memberikan ruang masyarakat pesisir utamanya nelayan, tokoh adat berperan dalam kegiatan pengelolaan KKPD kabupaten Alor dipandang perlu dalam menunjang efektifitas pengelolaan KKPD kabupaten Alor. 4. Pelaksanaan pengawasan yang lebih intensif dan efektif serta ketegasan penerapan aturan-aturan di masing-masing zona dalam KKPD Alor agar harus dilakukan agar target pengelolaan KKPD kabupaten Alor dapat tercapai dengan baik. 5. Butuh kajian lebih mendalam untuk melihat dapatkan dari zonasi KKPD Alor terhadap perikanan karang dan social masyarakat.
62
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
DAFTAR PUSTAKA Anton W, Purwanto, Gede R Wiadnyana, Barmawi, Peter J Mous.2006. Monitoring Kesehatan Karang Taman Nasional Wakatobi. Versi 2.0. TNC-WWF Program Bersama Wakatobi. Wilson J.R & Green.A. 2009. Metode Pemantauan Biologi untuk Menilai Kesehatan Terumbu Karang dan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut di Indonesia (terjemahan). Versi 1.0. Laporan TNC Indonesia Marine Program No 1/09. 46 hal Kulbicki. M & Guillemot.N. 2005. A General Approach to Llength-Weight Relationship for New Caledonian Lagoon Fishes. Cybium, 29(3): 235-252 http://www.reefresilience.org/Toolkit_Coral/C5a0_Representation.html#top Timotius S. 2003. Biologi Terumbu Karang. Makalah Trining Course: Karekteristik Biologi Karang. Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi) Obura David, Marshall Paul, Setiasih Naneng, Grimsditch Gabriel. 2008. Draft Manual IUCN CCCR Resilience assessment methodology: Resilience Assessment of coral reefs. IUCN – Climate Change and Coral Reefs. Hayward DC, Hetherington S, Behm CA, Grasso LC, Forêt S, et al. 2011 Differential Gene Expression at Coral Settlement and Metamorphosis - A Subtractive Hybridization Study. PLoS ONE 6(10): e26411. doi:10.1371/journal.pone.0026411
63
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Lampiran Lampiran 1. Dokumentasi Jenis Substrat yang ditemukan
Keanekaragaman di perairan KKPD Kabupaten Alor
Dominansi jenis karang bercabang di suatu lokasi
Tutupan karang yang tinggi di suatu lokasi
Jenis karang yang rentan terhadap perubahan iklim
Alat tangkap ikan tradisional
64
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Jenis biota kharismatik yang ditemukan
Spesies penyu yang ditemukan di KKPD kabupaten Alor.
Komunitas ikan yang ditemukan
65
SURVEY KESEHATAN KARANG KKPD KABUPATEN ALOR
Lampiran 2. Lokasi Pengambilan Data Survei Terumbu Karang tahun 2013 LOKASI LAT LONG Ds. Aimoli -8.16806 124.43861 Ds. Alila Timur -8.12686 124.51087 Ds. Alor Kecil -8.27889 124.40778 Ds. Alumang -8.40861 123.81 Ds. Baolang -8.28556 124.17222 Ds. Batu -8.23667 124.32083 Ds. Blang Merang -8.30028 124.07611 Ds. Elok -8.34888 125.07769 Ds. Kalondama (Barat -8.44222 123.96333 Ds. Kalondama (Timur -8.43472 123.91472 Ds. Kayang -8.39028 123.93972 Ds. Lamma -8.32389 124.01194 Ds. Likuwatang -8.16111 124.66861 Ds. Mali -8.13361 124.60944 Ds. Manatang -8.44194 124.4575 Ds. Maritaing -8.32917 125.13278 Ds. Mataru Barat -8.3864 124.82902 Ds. Mataru Selatan -8.39639 124.64861 Ds. Maukuru -8.14775 124.93369 Ds. Mausamang -8.14806 125.10444 Ds. Mauta -8.52639 124.14778 Ds. Mawar -8.30556 124.30889 Ds. Merica (Barat) -8.38269 123.93583 Ds. Merica (Timur) -8.36278 123.89778 Ds. Munasali -8.21222 124.33 Ds. Muriabang -8.3425 124.13028 Ds. Pandai -8.19167 124.245 Ds. Piring Sina -8.34694 124.08889 Ds. Probur -8.38139 124.35111 Ds. Probur Utara -8.36333 124.36917 Ds. Pulau Buaya -8.16694 124.37333 Ds. Pura (Utara) -8.27972 124.33139 Ds. Tamakh -8.43417 124.20694 Ds. Ternate -8.19889 124.36889 Ds. Tude -8.43694 124.03444 Ds. Wakapsir -8.43575 124.53647 Ds. Wolwal -8.27222 124.44472 Ds. Wolwal Barat -8.29028 124.4278 Ds. Wolwal Selatan -8.40306 124.33944 Gosong -8.17194 124.05056 Kel. Kolana Utara -8.23556 125.14083 Kel. Moru -8.25222 124.49194 Kel. Wetabua -8.21809 124.53281 P. Kambing -8.44556 123.87722 P. Lapang -8.21361 124.05333 P. Sika -8.11639 124.62083
66
Survei Terumbu Karang tahun 2011 LOKASI LAT LONG Ds. Alila Timur -8.12803 124.5368 Ds. Blangmerang -8.3556 124.0899 Ds. Bungabali -8.34382 124.2753 Ds. Delaki -8.54531 124.0945 Ds. Halerman -8.40682 124.3402 Ds. Kalondama Barat -8.43309 123.9758 Ds. Kayang/Marisa -8.34318 123.9715 Ds. Kiraman -8.40176 124.7379 Ds. Likwatang -8.16822 124.6583 Ds. Manatang -8.45958 124.4178 Ds. Pura -8.27475 124.3543 Ds. Teluk Kenari -8.23063 124.4936 Ds. Toang -8.44967 124.2116 Ds. Tude -8.48309 124.0598 Ds. Wolwal -8.26059 124.4648 Kel. Kabola (Mali) -8.13025 124.6063 P. Buaya Timur -8.17748 124.3845 P. Kambing Selatan -8.43967 123.8832 P. Kambing Utara -8.42619 123.8827 P. Kanggae Utara -8.35382 123.929 P. Kangge Selatan -8.38111 123.912 P. Kepa -8.27372 124.3977 P. Lapang Timur -8.16992 124.0564 P. Lapang Utara -8.21297 124.0323 P. Pura Selatan -8.32296 124.3285 P. Rusa Selatan -84.1315 123.8197 P. Rusa Utara -8.37688 123.8364 P. Sika -8.11693 124.6182 P. Tereweng Selatan -8.48258 124.2858 P. Tereweng Utara -8.47018 124.2823 P. Ternate Utara -8.20395 124.3745 Tj. Soyang -8.43277 123.9186 Wakapsir/Buraga -8.42914 124.5337