Panduan Program Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor
Versi 3.0 Agustus Tahun 2012
Kompilasi Oleh :
Toufik Alansar Sutio Ambao Khaifin Anton Wijanarno
(WWF – Indonesia) (DKP Kab.Alor) (WWF – Indonesia) (WWF – Indonesia)
DAFTAR ISI 1 Pendahuluan .............................................................. Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar belakang dan rasional .................................. Error! Bookmark not defined. 1.2 Tujuan ................................................................. Error! Bookmark not defined. 1.3 Ruang Lingkup ……………………………………………………………………………………………… 4 1.4 Landasan Hukum ................................................................................................. 5 1.5 Batasan dan Pengertian ....................................................................................... 6 2 Metode ...................................................................... Error! Bookmark not defined. 2.1 Definisi & metode ................................................. Error! Bookmark not defined. 2.2 Material dan kelengkapan survei ............................ Error! Bookmark not defined. 2.3 Anggota tim lapang (minimal) ............................... Error! Bookmark not defined. 2.4 Formulir, rute survei dan pencatatan data .............. Error! Bookmark not defined. 2.5 Estimasi luas area yang dicakup dalam survei lapangError! defined.
Bookmark
not
2.6 Penyimpanan dan penyebaran data ....................... Error! Bookmark not defined. 3 Memasukkan data, analisis data dan pelaporan ............ Error! Bookmark not defined. 3.1 Memasukkan data ................................................ Error! Bookmark not defined. 3.2 Analisis data ......................................................... Error! Bookmark not defined. 3.3 Penyajian data ..................................................... Error! Bookmark not defined. 3.4 Pelaporan ............................................................ Error! Bookmark not defined. 4 Prosedur operasional lapang .................................................................................... 16 4.1 Perlengkapan survei .......................................................................................... 16 4.2 Persiapan (satu atau beberapa hari sebelum berangkat) ...................................... 16 4.3 Sebelum berangkat: ............................................. Error! Bookmark not defined. 4.4 Selama kegiatan monitoring: .............................................................................. 17 4.5 Penanganan kasus aktifitas melanggar hukum .................................................... 17 4.6 Setelah survei (kembali ke kantor) ...................................................................... 18 4.7 Catatan untuk pemanfaatan sumberdaya tetap ................................................... 18 5 Biaya ......................................................................... Error! Bookmark not defined. 6 Rekomendasi lebih lanjut ............................................ Error! Bookmark not defined. 7 Bahan bacaan ............................................................ Error! Bookmark not defined. Lampiran 1. Daftar istilah yang digunakan dalam teks ..... Error! Bookmark not defined. Lampiran 2. Formulir isian lapang yang digunakan dalam program monitoring pemanfaatan sumberdaya di Kabupaten Alor .................................................................................... 19 Lampiran 3. Format data entry yang digunakan dalam program monitoring pemanfaatan sumberdaya di Kabupaten Alor .................................................................................... 25
1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Efektifitas pengelolaan Kawasan Konservasi Laut (KKL) dapat diukur melalui kegiatan pemantauan (monitoring). Kegiatan pemantauan sumberdaya alam termasuk kegiatan koleksi dan analisis terhadap hasil pengamatan atau pengukuran yang diambil secara berulang-ulang untuk mengevaluasi perubahan kondisi dan kemajuan ke arah pencapaian tujuan (Elzinga et al., 1998:1). Untuk menjamin bahwa perubahan-perubahan yang dideteksi oleh kegiatan pemantauan benarbenar terjadi di alam dan bukan karena akibat pengukuran yang diambil oleh orangorang yang berbeda dengan cara yang sedikit berbeda, maka dibuatlah protokol pemantauan dan diimplementasikan pada tingkat lapangan serta menjadi bagian dari program pemantauan jangka panjang (Oakley, Thomas & Fancy 2003). Protokol pemantauan merupakan (1) komponen kunci yang menjamin kualitas program pemantauan untuk memastikan bahwa data memenuhi standar kualitas dengan selang kepercayaan tertentu, (2) sebuah kebutuhan bagi program yang transparan sehingga data bisa dikaji ulang oleh pihak eksternal, (3) kebutuhan untuk mendeteksi perubahan secara temporal maupun perubahan personil yang melakukan pemantauan, dan (4) sebuah kebutuhan untuk bisa membandingkan data dari berbagai tempat maupun diambil oleh berbagai institusi yang berbeda. Protokol pemantauan harus menjelaskan seluruh detail yang dilakukan dalam program kegiatan pemantauan. Pada intinya, protokol harus memberikan informasi yang lengkap kepada teknisi lapang yang trampil untuk melaksanakan program pemantauan tanpa penjelasan lebih lanjut, dan protokol pemantauan harus berfungsi sebagai petunjuk acuan selama kegiatan dilakuakn di lapangan. Protokol biasanya secara teratur direvisi dan oleh karena itu protokol harus bertanggal atau nomer versi untuk melacak revisi. Protokol harus mencakup spesimen formulirformulir di lapangan. Kabupaten Alor merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di bagian timur laut. Kabupaten Alor terdiri dari 15 pulau, sembilan diantaranya merupakan pulau berpenghuni sedangkan enam lainnya tidak dihuni. Pulau yang dihuni paling banyak hingga paling sedikit adalah Alor, Pantar, Pura, Ternate, Tereweng, Kangge, Kepa dan Kura. Alor memiliki luas 2864.64 Km2 terdiri dari 17 kecamatan dan 175 desa/kelurahan. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor telah dideklarasikan untuk perluasannya seluas 400.083 ha yang diperkuat dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2009 adalah momentum dari Pemerintah Kabupaten Alor yang memandang perlunya suatu pengelolaan kawasan laut dan pesisir yang lebih baik dan lebih mensejahterahkan masyarakat pesisir kabupaten Alor. Untuk dapat memaksimalkan peranan pengelola kawasan konservasi perairan (KKPD) Alor, maka pemantauan yang efektif harus didasarkan suatu panduan (protocol) yang baik dan benar. Panduan merupakan instrumen kunci dalam kegiatan pemantauan sumberdaya yang menjamin bahwa perubahan-perubahan yang dideteksi benar-benar terjadi di alam dan bukan karena akibat hasil pengukuran yang salah atau oleh orang-orang atau metode yang agak berbeda (Oakley, Thomas & Fancy 2003). Oleh karena itu, sebuah panduan sangatlah
diperlukan untuk melakukan kegiatan pemanantauan pemanfaatan sumberdaya alam hayati di kawasan konservasi.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN Secara keseluruhan, tujuan utama dari monitoring pemanfaatan sumberdaya adalah untuk: - Memberikan informasi agar pengelolaan Kawasan Konservasi dapat secara adaptif, - Mengukur kinerja pengelolaan kawasan konservasi Perairan Kabupaten Alor. - Meningkatkan kehadiran pengelola dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan kabupaten Alor. Adapun tujuan khusus Kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya ini adalah : - mengumpulkan data pemanfaatan sumberdaya laut, terutama perikanan (pemanfaatan ekstraktif) dan pariwisata (pemanfaatan non-ekstraktif). - menyampaikan tipe-tipe dan pola spasial dan temporal pemanfatan sumberdaya laut kepada pengguna sumberdaya, melalui pemerintah lokal - meningkatkan interaksi dengan pengguna sumberdaya laut di Kabupaten Alor. - sebagai informasi bagi pengelola nantinya dalam menyusun perencanaan dan pengeloaan konservasi sumberdaya kelautan perairan Kabupaten Alor.
1.3. RUANG LINGKUP Ruang lingkup panduan ini meliputi pemantauan semua kegiatan pemanfaatan sumberdaya termasuk tipe-tipe pemanfaatan, waktu pemanfaatan, lokasi pemanfaatan, tujuan pemanfaatan, dan pengguna sumberdaya tersebut. Selanjutnya, pemanfaatan sumberdaya yang dimaksudkan dalam pedoman ini meliputi pemanfaatan sumberdaya laut yang dapat diperbarui (alam hayati), termasuk pemanfaatan ekstraktif (penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya) dan pemanfaatan non-ekstraktif (pariwisata, pendidikan, dan sebagainya). Pengguna sumberdaya dapat dibedakan berdasarkan kategori bergerak dan pengguna yang tetap. Yang tergolong pengguna bergerak adalah pemancing dan alat tangkap sejenisnya, sedangkan pengguna sumberdaya yang tetap seperti budidaya rumput laut, nelayan dengan alat tangkap sero, nelayan dengan rumah berlabuh (rumpon,bagan tancap,karamba, budidaya mutiara) dan sejenisnya.
1.4. LANDASAN HUKUM Pelaksanaan pengamatan monitoring sumberdaya di dalam kawasan KKPD merupakan usaha yang berdasarkan pada asas pembangun nasional Indonesia yang berlandaskan: 1. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. 4. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah 5. Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6.
Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
7.
Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8.
Undang-undang nomor 32 tahun Perlindungan Lingkungan Hidup;
9.
Undang-undang Perikanan 31 tentang Perikanan Perubahan UU 45 Thn 2010;
2009
tentang
Pengelolaan
dan
10. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 11. Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar; 12. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar; 13. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 tentang Konservasi sumberdaya Ikan; 14. Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2011 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Marga satwa, Taman Wisata Alam. 15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.16/MEN/2008 tentang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil.
1.5. BATASAN DAN PENGERTIAN 1. Kawasan konservasi perairan adalah perairan yang dilindungi dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan secara berkelanjutan. 2. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. 3. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuhan,hewan,organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,stabilitas dan produktifitas. 4. Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana suatu tim melakukan survei lapangan pada suatu daerah tertentu untuk mengetahui apa tipe-tipe pemanfaatan sumberdaya yang ada, kapan, dimana, dan oleh siapa. 5. Pemanfaatan Sumberdaya diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya laut yang dapat diperbarui (alam hayati), termasuk pemanfaatan ekstraktif (penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya) dan pemanfaatan non-ekstraktif (pariwisata, pendidikan, dan sebagainya). 6. Pemanfaatan Sumberdaya Ekstraktif adalah semua jenis pemanfaatan sumberdaya dimana obyek hidup maupun mati diambil dari daerah yang dipilih. Tipe pemanfaatan sumberdaya ekstraktif yang paling penting adalah penangkapan ikan; contoh lain adalah bio-prospecting, dan pengambilan terumbu karang. 7. Pemanfaatan Sumberdaya Non-Ekstraktif adalah semua jenis pemanfaatan sumberdaya yang tidak melibatkan pengambilan dari obyek hidup maupun mati, misalnya pariwisata. Budidaya ikan mempunyai dua aspek pemanfaatan sumberdaya ekstraktif dan yang non-ekstraktif. 8. Pengguna sumberdaya bisa dibedakan berdasarkan kategori bergerak dan pengguna yang tetap. Yang tergolong pengguna bergerak adalah pemancing dan alat tangkap sejenisnya, sedangkan pengguna yang tetap seperti budidaya rumput laut, nelayan dengan alat tangkap sero, nelayan dengan rumah berlabuh dan sejenisnya. 9. Lokasi Target adalah lokasi yang mejadi target pemantauan yakni wilayah pantai sampai kedalaman 20 meter ditambah 500 meter ke arah laut, termasuk perairan diluarnya yang bisa dijangkau. 10. GPS (Global Positioning System) adalah suatu sistem penentu posisi atau letak global. Caranya dengan menggunakan konstelasi kurang lebih 24 satelit kelas menengah yang dapat memantulkan gelombang mikro, penerima GPS dapat menentukan lokasi mereka, kecepatan, arah dan waktu. 11. GIS (Geographic Information System) adalah suatu sistem untuk menangkap menyimpan, menganalisa, mengelola dan menampilkan data dan atribut – atribut kebumiannya. 12. Keberadaan Selektif atau Selective Availability (SA) maksudnya adalah GPS dapat memberikan data yang tepat dalam jangkauan beberapa meter. Terkait dengan masalah keamanan, signal suara ditambahkan yang mana hal ini bertujuan untuk mengurangi ketepatan GPS hingga sekitar 100 m. 13. Database adalah sistem digital atau analog untuk menyimpan dan mengambil data. Database dapat terdiri dari satu tabel data, atau dua maupun lebih tabel data yang
berhubungan antara satu dengan lainnya (database relational). Database yang relational atau berhubungan biasanya dianggap merupakan cara paling efisien untuk menyimpan data. 14. Tabel Data adalah tabel dengan data dimana setiap lajur mewakili data dan setiap kolom mewakili variabel. Setiap ‘record’ mengandung satu subyek data, misalnya, satu record mengandung data satu armada penangkapan yang diobservasi di lapangan (ukuran, kekuatan mesin, hasil tangkap, dsb.). Variabel mewakili data yang sama dari berbagai subyek, misalnya kekuatan mesin dari perahu nelayan yang diobservasi di lapangan. Satu datum (misalnya kekuatan mesin dari satu perahu nelayan yang diobservasi di lapangan) disimpan didalam sel, yang merupakan interaksi antara lajur dan kolom. 15. Penangkapan Ikan Merusak adalah cara penangkapan ikan yang merusak habitat, yang berdampak pada menurunnya jumlah dan keanekaragaman spesies yang menjadi target penangkapan dan merusak habitatnya. Contoh dari penangkapan ikan merusak adalah pengangkapan dengan bom dan kebanyakan pukat harimau (trawl) tipe dasar. 16. Pemanfaatan Berlebihan (Over-exploitation)adalah kejadian pemanfaatan sumber daya laut yang lebih tinggi daripada yang diinginkan dari sudut pandang ekologi dan/atau ekonomi melebihi kapasitas daya dukung suatu wilayah laut. 17. Database Relational adalah suatu tipe database dimana tabel yang berisi data dihubungkan antara satu dengan lainnya melalui beberapa kunci referensi. Tipe database ini lebih disukai karena dapat menyimpan data dengan replikasi minimum. 18. Program spreadsheet adalah suatu program seperti Microsoft Excel dimana data dimasukkan kedalam sel-sel dari worksheet dan dimana sel-sel ini mungkin berisi formula yang mengacu kepada sel-sel lainnya. 19. Sortie adalah satu periode perjalanan atau waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
satu pemantauan pemanfaatan sumberdaya, dihitung mulai dari meninggalkan hingga kembalinya. satu sortie memakan waktu 5 - 6 hari.
2. METODOLOGI A. PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan untuk pengumpulan data ini adalah pemantauan secara visual dan wawancara. Proses pengumpulan data diawali dengan membuat rencana rute perjalanan (sortie) yang akan dilalui (Contoh rute standar disajikan pada Lampiran 2 Formulir 4). Sebelum memulai perjalanan pemantauan anggota tim harus memenuhi keperluan peralatan dan kesiapan demi efisiensi dan keselamatan perjalanan (lihat Lampiran 1). Selanjutnya tim pemantau mengelilingi lokasi target sesuai rencana awal dengan menggunakan sebuah perahu kecil, speed boat, kapal kayu/kapal penumpang minimal kapasitas >20 GT
1. Tim Monitoring Tim monitoring pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Alor, dalam menyelesaikan satu Sortie_ID, paling tidak, terdiri dari 11 (Sebelas) orang: - Kapten kapal – bertanggung jawab dalam membawa kapal, mengikuti rute survei, bertanggungjawab dalam keselamatan penumpang selama survei di laut, mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan rute perjalanan (jika cuaca di laut tidak memungkinkan untuk dilalui) dan menentukan lokasi bermalam. Kapten kapal harus mempunyai kemampuan/kecakapan dalam kepalautan dalam pelayaran dan bersertifikat, kecakapan yang diharuskan untuk mengemudikan kapal. Dokumen kapal dan dokumen kepalautan yang asli harus selalu berada di atas kapal, setiap kali kapal dibawa oleh kapten yang bersangkutan. - ABK, bertugas untuk menyiapkan logistik, mengisi bahan bakar, menjaga kebersihan dan tambatan kapal. - Dua orang dari DKP – salah satu bertindak sebagai ketua tim dan bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan survey di lapangan, mengecek dan memastikan semua peralatan yang diperlukan, menentukan jalur perjalanan/trip melalui konsultasi dengan kapten kapal, memastikan anggota tim yang akan ikut dalam survei, mempersiapkan surat tugas (jika dibutuhkan), membagi tugas untuk masing-masing anggota tim, (mencatat posisi GPS, mengambil gambar, mengisi seluruh formulir survei) dan melakukan kontak radio dengan Kantor WWF di Lewoleba, Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Alor, maupun ke kantor Kepolisian Resor Alor di Larantuka. - Dua orang anggota dari Kepolisian – sebagai pemegang kewenangan dalam penegakan hukum. - Satu orang staff WWF Lesser-Sunda / Solor - Alor – sebagai anggota tim dan bertugas menyiapkan seluruh formulir lapang (P1, P2, P3, P4, P5), membantu menyiapkan semua peralatan survei (GPS tangan dengan batteri ekstra, kamera digital, teropong, dan sebagainya) serta mengatur dan menyiapkan logistik selama survei.
- Seorang anggota masyarakat lokal – anggota tim dari masyarakat ini harus bisa berbahasa lokal dan mengerti tata krama di lokal. Dia bertugas untuk memandu tim dan bertanggung jawab untuk: melakukan wawancara dengan pengguna sumberdaya terutama yang tidak dapat berbahasa Indonesia, memberikan informasi nama lokasi yang sering dipakai oleh masyarakat, memberikan saran tempat menginap dan memberikan saran atas tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menemukan kegiatan yang melanggar hukum. - Dua orang staff dari instansi terkait – dalam pemberitahuan rencana dan pelaksanaan survei kepada pemerintah, dua orang petugas pemerintah ikut sebagai anggota tim. Petugas ini bertugas dan bertanggung jawab: melakukan wawancara ke pengguna sumber daya terutama yang berhubungan dengan perijinan, menyampaikan aturan pemanfaatan sumberdaya di laut dan bertindak sebagai aparat pemerintah dalam kewenangan melakukan survei monitoring.
2. Kelengkapan Survey Kelengkapan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan survei monitoring pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Alor adalah Kapal Speed Boot dan atau Kapal kayu tradisional baik itu kapal transportasi umum, kapal pengangkut barang maupun pengangkut ikan. Diharapkan dapat memiliki perlengkapan seperti: Dinghy, GPS, live-jackets (20 unit), kompas, senter, lampu sorot dan peralatan P3K. GPS yang terpasang dalam Kapal berfungsi untuk mencatat setiap perjalanan kapal, panjang tempuh yang diselesaikan setiap melakukan perjalanan dan rata-rata kecepatan kapal. Lampu sorot dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda lambung ketika (dengan sangat terpaksa) kapal harus melakukan perjalanan pada malam hari. Lampu senter digunakan untuk memberikan penerangan haluan di depan kapal dalam melakukan perjalanan malam hari (jika ada kayu atau benda lainnya yang menghalangi haluan kapal). Kapal diharapkan dapat dilengkapi dengan 20 unit live-jacket (pelampung) yang menunjukkan jumlah penumpang maksimal bisa diakomodasi oleh kapal, termasuk kapten dan ABK. Kapal juga selalu dilengkapi dengan kotak P3K dengan beberapa obat dan peralatan pertolongan pertama. Kompas adalah peralatan yang juga terdapat di dalam kapal, berfungsi sebagai cadangan jika GPS tidak berfungsi. Peralatan standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan survei adalah GPS tangan, teropong (binokular), kamera digital, working-pad, pena, pensil dan penghapus, buku alat tangkap dan identifikasi ikan, dan peraturan-peraturan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya laut. GPS tangan berfungsi untuk mencatat posisi koordinat pengguna sumberdaya di dalam peta, ketika melakukan wawancara dengan mereka (formulir P3). Jika ditemukan ikan atau alat tangkap yang baru dan tidak terdapat dalam kategori yang ada di dalam formulir, bisa dilakukan dokumentasi dengan menggunakan kamera digital. Kamera digital dengan fasilitas audio-visual bisa bertidak sebagai bukti di lapangan, jika pengguna sumberdaya melakukan tindakan yang melanggar hukum, seperti menangkap ikan dengan menggunakan bom atau potasium, dan sebagainya. Alat teropong (binocular) berfungsi untuk mengidentifikasi pengguna sumberdaya secara lebih jelas, jika pengamatan dengan pandangan mata biasa tidak memungkinkan. Sebagai contoh, kapal pembeli dan pengumpul ikan sunu/kerapu hidup dari Hongkong, biasanya berlabuh sedikit di luar pantai. Teropong membantu dalam mengidentifikasi kapal tersebut, sebelum mengambil keputusan untuk mendekati kapal dan melakukan wawancara.
3. Estimasi luas area yang dicakup dalam survei lapang Cakupan area yang utama dalam kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya adalah garis pantai sampai kedalaman 20 m ditambah 500 m ke arah laut. Monitoring bisa mencapai area di luar batas tersebut, kalau melihat aktifitas di tempat tersebut. Untuk menduga area yang dicakup selama survei monitoring, area yang dibahas dibagi berdasarkan kawasan. Estimasi kasar dari area yang dicakup dalam survei dilakukan dengan memberikan skoring apakah kawasan tersebut dikunjungi atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari rute perjalanan survei yang aktual atau sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pendugaan yang lebih akurat terhadap persentase area pantai dari setiap kawasan yang dicakup dalam survei, dimana wilayah pantai didefinisikan sebagai wilayah dari garis pantai sampai 500 - 1000 m ke laut dari garis kedalaman 20 m. Persentase area yang disurvei ditulis pada formulir P2. Luas area per kawasan untuk perairan Kabupaten Alor adalah sebagai berikut: Sektor 1 2 3 4 5
Luas (*), ha 111.406.15 106.820.96 33.543.37 90.647.32 57.665.20
Luas (**), ha Pantai, km 141.063.15 157.44 8.739.59 98,58 8.513.38 100.43 7.256.36 66.55 9.094.25 87.74
Keterangan: Luas (*) = Luas suatu Sektor, meliputi area dari pantai sampai kedalaman 20 m ditambah 500 secara horizontal ke arah laut Luas (**) = Luas total laut dalam satu kawasan (lihat juga Gambar 1) Pantai = Panjang total (penjumlahan dari masing-masing pulau) garis pantai dalam satu kawasan
4. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang meliputi tipe-tipe pemanfaatan sumberdaya yang ada, waktu kejadian, lokasi kejadian, dan pengguna sumberdaya (Mous, Wiadnya dan Pasya, 2004). Berdasarkan tipe pemanfaatan, data dapat dibedakan atas pemanfaatan ekstraktif dan pemanfaatan non-ekstraktif. Yang tergolong pemanfaatan non-ekstraktif adalah penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya. Sedangkan yang bisa digolongkan dalam kategori pemanfaatan extraktif adalah pariwisata, pendidikan, dan sebagainya. Pengguna sumberdaya juga bisa dibedakan berdasarkan kategori ‘bergerak’ seperti: pemancing dan alat tangkap sejenisnya maupun pengguna yang tetap seperti budidaya rumput laut, alat tangkap sero, karamba, Rumpon, rumah berlabuh dan sejenisnya. Pemantauan pemanfaatan sumberdaya bisa dilakukan melalui analisis statistik (misalnya data dari tempat pelelangan ikan), akan tetapi pada pembahasan ini dapat diartikan sebagai suatu aktivitas dimana kegiatan pemanfaatan sumberdaya itu diamati di tempat kejadian (in situ), misalnya di laut dimana peristiwa tersebut terjadi.
3.
PEMETAAN Data yang dikumpulkan dari kegiatan pemantauan pemanfaatan sumberdaya dapat dipetakan dalam beberapa bentuk, sesuai maksudnya sebagai berikut:
4.
Pola pemanfaatan sumberdaya musiman dan tahunan berdasarkan tipe alat tangkap dan asal pengguna sumberdaya;
Pola pemanfaatan sumberdaya musiman dan tahunan, misalnya berdasarkan jumlah tangkapan dan atau tingkat kunjungan turis;
Komposisi agregat tahunan dari usaha pemanfaatan sumberdaya, misalnya, diagram lingkaran dari alat tangkap yang dipantau dan asal pengguna sumberdaya;
Komposisi agregat tahunan, misalnya dari komposisi tangkapan;
Apakah ikan yang ditangkap dalam kondisi memijah atau tidak;
Posisi dimana pemanfaatan sumberdaya dipantau, misalnya berdasarkan tipe alat tangkap, asal nelayan, musim, dan sebagainya.
ANALISIS DATA Tim monitoring bertanggung jawab untuk menyimpan data formulir monitoring pemanfaatan sumberdaya dalam file holder. Data yang terkumpul berupa catatan atas temuan-temuan di lapang, variabel dan pengamatan per individu dimasukkan kedalam lembar data Excel. Analisis data melibatkan pivotable dan penapilan hasil olahan data dalam bentuk tabel dan grafik dilakukan dengan pivotchart. Selanjutnya data dalam table Exel bisa di tumpang susun dengan menggunakan program dalam program GIS untuk menampilkan peta-peta seperti dijelaskan pada huruf C di atas. Untuk mendapatkan hasil Analisis monitoring pemanfaatan sumberdaya digunakan analisis data dengan memperkirakan total tingkat pemanfaatan sumberdaya, jumlah pengguna sumberdaya yang diobservasi selama lintasan survei harus dikalikan dengan satu faktor: total usaha pemanfaatan sumberdaya setiap tahun = total jumlah pengguna sumberdaya yang diobservasi * (365 / hari di lapangan) * (total daerah / daerah yang disurvei) Formula ini diterapkan juga pada sub-kelompok dari pengguna sumberdaya (nelayan dari Kampung A, nelayan yang menggunakan alat tangkap B, operator wisata skala kecil, dsb.) sepanjang memungkinkan. Untuk pemanfaatan sumberdaya ekstraktif, total output (misalnya, total tangkapan) dapat dihitung sebagai berikut: total tangkap per tahun = total usaha pemanfaatan sumberdaya per tahun * rata-rata hasil tangkap yang diobservasi per unit usaha * (1 / hari yang dihabiskan untuk melaksanakan observasi tangkapan) Tangkapan per satuan usaha didefiniskan disini sebagai tangkapan yang dilakukan oleh satu unit usaha, biasanya dalam satu hari-perahu atau kelompok-hari bagi kelompok yang menangkap sumberdaya di terumbu karang (reef gleaners, bekarang, meting).
Selanjutnya, data yang dikumpulkan selama tahun survei ditampilkan dalam tabeltabel yang bisa diproduksi sebagai berikut: - Karakteristik survei (berapa hari di lapangan, waktu yang dipakai di lapangan, dan sebagainya), - Tabel dengan asal pengguna sumberdaya dengan total usaha dan total tangkapan, bberupa Kecenderungan-kecenderungan musiman dan tahunan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya, dipisahkan oleh tipe (misalnya alat tangkap, asal pengguna sumberdaya), Kecenderungan-kecenderungan musiman dan tahunan dalam output pengguaan sumberdaya (tangkapan, tingkat kunjungan) - Tabel dengan tipe-tipe pemanfaatan sumberdaya (alat tangkap) dengan total usaha dan total tangkapan, berupa Komposisi agregat tahunan dari usaha pemanfaatan sumberdaya (misalnya, diagram pie dari alat tangkap yang di observasi, asal pengguna sumberdaya) - Tabulasi silang dari tipe pemanfaatan sumberdaya (alat tangkap) dengan asal pengguna sumberdaya, berupa Komposisi agregat tahunan dari output pemanfaatan sumberdaya (mis diagram pie dari komposisi tangkapan) - Peta-peta dengan posisi dimana pemanfaatan sumberdaya diobservasi (jika cocok dipisahkan oleh tipe alat tangkap, asal nelayan, musim, dsb.)
5.
BIAYA Total hari lapang untuk kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya laut dalam setahun adalah 48 hari, 1 sortie per bulan, 5 - 6 hari per sortie. Perhitungan 5 hari kerja lapangan per bulan sekitar Rp. 4.790.00 /hari,. Cost drivers (Aug2012) Boat Rent Fuel consumption by genset Speed - 35 knots Distance (km) per field day Fuel costs Depreciation speedboat (10% of US$60,000 per year) Maintenance speedboat (10% of US$60,000 per year) Food and drinks for crew and monitoring staff (Rp 85,000 pp per day) Local Transport Total costs per field day Field days per year Total direct costs per year (excl. staff stime) Staff time Monitoring Coordinator (13 days field work, plus 12 days reporting) Monitoring Officer (13 days field work, plus 7 days data entry)
3,000,000 390,000 0 0 0 0 0
Rp/trip Rp/day km/hour km Rp/day Rp/day Rp/day
1,000,000 400,000 4,790,000 15 71,850,000
Rp/day Rp/day Rp days Rp
25 days 20 days
VI. PELAPORAN Tip-tipe laporan yang akan disusun sebagai berikut:
Laporan kegiatan (BTOR) yang menjelaskan: siapa yang bergabung dalam pemantauan, daerah mana yang dimonitor, detail tanggal dan jam, berapa jam di laut, dan sebagainya. Laporan kegiatan harus mempunyai narasi singkat terhadap hasil-hasil observasi yang penting atau kendala-kendala logistik, dan sebagainya;
Laporan insidentil jika tim mengamati sesuatu yang diluar kebiasaan, yang memerlukan tindak lanjut langsung (misalnya pemanfaatan sumberdaya tipe baru, pelanggaran serius peraturan pemanfaatan sumberdaya) atau sesuatu yang menarik (misalnya penampakan hewan-hewan yang tidak biasa). Observasi kegiatan-kegiatan illegal harus dilaporkan kepada pihak yang berwenang antara lain Badan Pengelola, Kepala Dinas DKP Kab.Alor dan Polres Kab. Alor melalui Kepala Seksi dan atau Ketua Tim pengawas terpadu.
laporan tengah tahunan diterima paling lambat awal bulan Desember, dengan format laporan yaitu ; I. Pendahuluan (penjelasan ringkas tentang daerah survei, tujuantujuan dari program pemantauan pemanfaatan sumberdaya, penjelasan singkat dari pendekatan pemantauan pemanfaatan sumberdaya)
Maksud dan Tujuan
Waktu pelaksanaan
II. Hasil Pengamatan III. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan
Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk memecahkan masalah/persoalan yang timbul
Rekomendasi yang mengarah pada usulan tindak lanjut atau aksi (pengelolaan adaptif)
Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan. Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).
Laporan teknis tahunan disetorkan di bulan Awal Juni dan Laporan teknis tahunan disajikan dalam bentuk buku dengan kerangka laporan sebagai berikut: Cover Kata Pengantar Rangkuman (merupakan ringkasan pokok-pokok laporan) Daftar Isi IV. Pendahuluan (penjelasan ringkas tentang daerah survei, tujuantujuan dari program pemantauan pemanfaatan sumberdaya, penjelasan singkat dari pendekatan pemantauanpemanfaatan sumberdaya) Maksud dan Tujuan Ruang lingkup (permasalahan yang dilaporkan) Waktu pelaksanaan (sejak dimulai sampai selesai kegiatan) Metode atau teknik perolehan informasi (data primer dan sekunder) V. Hasil Pengamatan VI. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk memecahkan masalah/persoalan yang timbul Rekomendasi yang mengarah pada usulan tindak lanjut atau aksi (pengelolaan adaptif) Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan. Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).
Hasil pemantauan pemanfaatan sumberdaya laut yang telah dilakukan dapat mengkoordinasikan dan memasukkan data tersebut kepada instansi terkait seperti:
Bappeda/Bappeda (Kabupaten dan Propinsi) Nusa Tenggara Timur;
Dinas Kelautan dan Perikanan (Kabupaten dan Provinsi) Nusa Tenggara Timur;
BKKPN Kupang Nusa Tenggara Timur;
BKSDA NTT II;
BLHD (Kabupaten dan Provinsi) Nusa Tenggara Timur;
Badan Pengelola KKPD Alor;
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur;
Forum Masyarakat;
LSM lokal Nusa Tenggara Timur;
Pihak Universitas di Nusa Tenggara Timur.
WWF Indonesia
VII. PENUTUP Pedoman Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya merupakan suatu acuan yang bersifat umum, artinya dapat dilakukan oleh semua pihak yang aktif melakukan kegiatan pemantauan di perairan Indonesia dalam rangka pengelolaan Kawasan perairan.
DAFTAR PUSTAKA Allen G.R. & R. Steene 1999. Indo-Pacific Coral Reef Field Guide. Tropical Reef Research, Singapore. 378 p. Jolly, GM & I. Hampton 1990. A stratified random transect design for acoustic surveys of fish stocks. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 47: 1282-1291. 1990. McKenna S.A. , G.R. Allen and S. Suryadi (eds.) 2002. A marine rapid assessment of the Raja Ampat Islands, Papua Province, Indonesia. RAP Bulletin of Biological Assessment 22. Conservation International, Washington, DC. 190 p.
LAMPIRAN Lampiran 1. Perlengkapan, Persiapan dan Prosedur Kerja Lapang A. Perlengkapan survei Hal-hal berikut adalah daftar yang harus dipersiapkan sebelum melakukan Pemantauan pemanfaatan sumberdaya:
Formulir: P1, P2, P3, P4, dan P5 (Lampiran 2);
Kertas tulis, working-pad, pensil, penghapus, cutter untuk penajam pensil;
GPS tangan/portabel, batterai cadangan ;
Kompas;
Kamera digital, batterai ekstra;
Teropong/Binokular;
Material informasi tentang: UU No. 31/2004, UU No. 5/1990, dan peraturanperaturan lainnya;
Gambar alat tangkap, gambar ikan;
Panduan pemantauan pemanfaatan sumberdaya;
Peralatan pribadi (topi, kacamata, sunblock);
Makanan dan air;
Termos air panas;
Formulir pengamatan insidentil – setasea, manta, duyung, karang memutih (skala luas) (coral bleaching).
Semua daftar tersebut di atas harus ada dan tersedia sebelum melakukan Sortie atau pemantauan pemanfaatan sumberdaya. Koordinator pemantau membuat daftar tersebut ketika melakukan pengecekan akhir. B. Persiapan sebelum pemantauan Tim pemantauan harus sudah menyelesaikan seluruh persiapan sebelum melakukan survei di lapangan. Persiapan tersebut, termasuk:
Rencana rute perjalanan yang dibuat berdasarkan Peta/map yang tersedia untuk mensinkronkan waktu kerja, tenaga tim pemantau, dan persediaan logistik yang ada;
Koordinator Pemantauan menyampaikan rencana pemantauan kepada Pejabat Kelautan dan Perikanan atau pejabat berwenang. Jika memungkinkan, pemerintah Kecamatan memberikan semacam surat penugasan kegiatan pemantauan kepada tim yang berasal dari masyarakat. Catatan: Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Alor sebaiknya mempunyai kerjasama dengan Pemerintah Kecamatan dan memberikan surat rekomendasi bagi anggota masyarakat yang terlibat dalam pengamanan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan mereka melakukan antisipasi jika ada permintaan bantuan dari tim kepada pemerintah lokal;
Formulir P1 diisi dan ditandatangani oleh seluruh peserta/petugas. Satu salinan formulir P1 diberikan kepada petugas radio di darat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui catatan seluruh peserta yang ada di dalam speedboat. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di laut, petugas radio bisa mendapat kejelasan peserta survei dan hal ini akan memudahkan petugas radio dalam membuat laporan tindak lanjut;
Petugas radio komunikasi harus diberitahu pada pusat kontrol informasi. Sambil mencatat jam berangkat pada formulir P2, ketua tim atau kapten speedboat melapor kepada petugas radio di darat bahwa tim segera melakukan survei.
C. Prosedur pemantauan di lapang Tim melakukan observasi terhadap semua kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang bergerak dan tetap. Kegiatan tersebut termasuk:
Wawancara harus didahului dengan penjelasan singkat: salam, penjelasan singkat tentang maksud wawancara dan (jika disetujui) melakukan pertanyaan tentang: asal pengguna, jenis alat dan hasil tangkap.
Melakukan wawancara terhadap seluruh perahu nelayan dan pariwisata yang ditemui selama survei. Berdasarkan pengujian lapang sebelumnya, wawancara berlangsung tidak lebih dari 5 menit (menghindari nelayan merasa terganggu dalam melakukan aktifitas). Wawancara dilakukan dalam seluruh aktifitas nelayan dan pengguna sumberdaya bergerak lainnya, baik ketika melakukan istirahat, melintas atau ketika sedang melakukan kegiatan. Wawancara dilakukan untuk mengisi Formulir P3;
Rumah berlabuh, rumah kebun, karamba, atau budidaya rumput laut dicatat dengan menggunakan Formulir P4 dan P5;
Catat rute perjalanan pada Formulir P2 (pengisian sektor dan rute pada peta);
E. Penanganan kasus aktifitas melanggar hukum Ketika sedang melakukan kegiatan pemantauan, tim bisa saja menemukan pengguna sumberdaya yang melanggar hukum. Jika hal itu terjadi, tim disarankan untuk melakukan kombinasi penanganan kasus sebagai berikut (yang memungkinkan):
Selalu melapor melalui mobile phone / telpon selular dan atau radio komunikasi lainnya ;
Mengambil gambar dengan kamera digital (audio-visual), jika ada delik yang membutuhkan tindak lanjut penanganan hukum;
Jika kecendrungan akan terjadi kekerasan, pertahankan jarak yang aman, gunakan radio untuk minta pertolongan kepada tim pengamanan. Pertahankan kontak visual dengan pelaku/tersangka sampai tim penegakan hukum datang;
Selalu membuat file laporan tertulis kepada polisi setelah sampai di darat.
F. Setelah sorti pemantauan Hal-hal yang harus diselesaikan sebagai berikut:
Ketua tim melengkapi Formulir P2 sebelum diarsip dalam file folder;
Semua Formulir di salin, satu set disimpan di DKP Kab.Alor, Polres Kab Alor Cq. Pol-Air;
Masukkan data dalam Excel spreadsheet, paling lambat dua hari setelah menyelesaikan satu Sortie_ID. Jika ada kesalahan dalam mengisi formulir lapangan, ketua tim masih bisa mengingat seluruh peristiwa sehubungan dengan pencatatan data tersebut.
G. Catatan untuk pemanfaatan sumberdaya tetap Pemanfaatan sumberdaya yang tetap adalah termasuk setiap tipe pemanfaatan yang cenderung tetap selama periode 3 - 4 bulan atau lebih, tidak termasuk struktur permanent seperti pelabuhan, resort di pantai, dan lain-lain. Beberapa contoh pemanfaatan sumberdaya yang tetap, termasuk:
rumpon atau Fish Aggregating Devices (FADs);
karamba ikan (terutama ikan sunu yang digunakan untuk menampung ikan hasil tangkapan kompresor);
petak-petak budidaya rumput laut;
lokasi budidaya kerang mutiara;
bagan tancap (perikanan lampu dari lokasi yang tetap dengan menggunakan jaring);
rumah berlabuh;
pelampung tambatan perahu (mooring buoys) untuk armada pariwisata.
Prinsip dasar pemantauan pemanfaatan sumberdaya tetap adalah bahwa tim pemantauan membawa peta sketsa (Formulir P4) untuk periode 3 bulan dimana seluruh pemanfaatan sumberdaya dimasukkan pada awal mereka ditemukan. Hal ini berarti bahwa tim harus membawa peta yang sama pada setiap sortie/trip. Pemanfaatan sumberdaya tetap yang hilang selama dalam periode pemantauan tiga bulan (misalkan, sebuah budidaya karamba yang sudah pindah atau tidak ada lagi) tidak boleh dihilangkan dari peta sketsa. Asumsinya adalah bahwa selama periode tiga bulan, seluruh area yang dibahas sudah dicakup (dikunjungi), paling tidak satu kali. Setelah periode tiga bulan, peta sketsa di file dan diambil lagi peta sketsa yang baru. Anggota tim survei harus mengerti pengisian Formulir P4 dan P5.
Lampiran 2. Formulir isian lapang yang digunakan dalam program pemantauan pemanfaatan sumberdaya di Kawasan Konservasi Perairan (KKPD) Kab.Alor Formulir P1. Pernyataan yang harus ditandatangani oleh seluruh peserta sebelum melakukan Sortie
Tanggal Berangkat : Tanggal Tiba : Speedboat: Sortie_ID.: Nama
Organisasi
Fungsi
1. DKP 1 Alor
Pimpinan Survey
2
DKP Alor
Anggota survey
3
Pol Air Alor
Anggota survey
4
Pol Air Alor
Anggota survey
5
Dinas Pariwisata Alor
Anggota survey
6
Pol PP
Anggota survey
7 8 9 10 11 12
Tanda Tangan Ketua Tim
Formulir isian ini disimpan bersama data pemantauan
Tandatangan
Formulir P2.
Sortie ID
Tgl/Bln/Thn jam:menit Tanggal Berangkat Tanggal Tiba
jam:menit
Jam Berangkat Jam Berangkat
Jam Tiba
Jam Tiba
Tempat Bermalam
Persentase masing-masing seksi yang dilewati pada Sortie ini:
This is very specific to Alor districs
efektifitas zonasi dimasukan dalam form isian Berat kering (kg)
Jenis hasil
Berat basah (kg)
7. Tanpa kapal
6. Tanpa mesin
5. Mesin tempel ketinting/0,5 GT
4. Bodi Batang/1-2 GT
3. Jolor/Bodi Susun/2-3 GT
2. Kapal Lampara/5-7 GT
1. > 7 GT
Jumlah Wisatawan / Penumpang
Jumlah Awak Kapal
Kegiatan
16. Lainnya
15. Ikan karang lain
14. Kakap
13. Kerapu
12. Lola
11. Lobster
10. Pelagis Kecil
Nama Kapten
9. Pelagis Besar
8. Cucut/Hiu
Jenis alat tangkap :
7. Pari/Pari Manta
6. Teripang
5. Rajungan/Kepiting
3. Istirahat
2. Jalan
Nama Kapal
4. Gurita
3. Cumi-cumi
2. Ikan hidup
1. Nener
0. Belum ada hasil
0. Alat lain
11. Bubu
10. Speargun
9. Long Line
8. Pole end Line/Huhate
1. Kerja
4. Kapal Pesiar / Wisata Daratan
3. Wisata mancing
2. Wisata selam
1. Nelayan
'
Pemanfaatan
7. Purse Seine
6. Lampara/Mini Purse Seine
5. Gillnet/Pukat Hanyut
Asal
4. Gilnet/Pukat dasar
. . . ., . . . . . .
'
Posisi
3. Pancing Tonda dan Layang
o
(derajat menit desimal)
Bujur E . . . . .
Nama lokasi
2. Pancing Dasar
1. Bagan
24. Luar negeri
23. Daerah lain, Nasional
22. Sulawesi
21. Maluku
20. Daerah NTT Lain
19. Flores Timur
18. Lembata
17. Teluk Mutiara
16. Pureman
15. Pulau Pura
14. Pantar Timur
Lintang S . . . . o . . . ., . . . . . . (derajat menit detik)
Waktu (jam:menit)
13. Pantar Tengah
12. Pantar Barat Laut
11. Pantar Barat
10. Pantar
9. Mataru
Tanggal (Tgl/Bln/Thn)
8. Lembur
7. Kabola
6. Alor Timur Laut
5. Alor Timur
Nomor
4. Alor Tengah Utara
3. Alor Selatan
2. Alor Barat Laut
1. Alor Barat Daya
Formulir P3. Pengamatan pemanfaatan sumberdaya bergerak (nelayan & wisatawan) Sortie_ID (lihat formulir P1): Jenis kapal
Jumlah hasil
22
Formulir P4 Contoh rute sortie Form P3 is also specific Sortie_ID (lihat formulir P1): Tanggal/bulan/tahun:
23
Formulir P5.
Pemanfaatan sumberdaya tetap selama periode:
Sumberdaya tetap
SortieID
FeatureID
FeatureType
Deskrisi sumberdaya tetap
HasilSero,budiday tetap,huma,polygon,rumpon,karamba
(bawa beberapa lembar formulir jika dibutuhkan) Catatan: Feature type: titik, garis, polygon
24
SortieID: SortieID pengamatan selama 3 bulan
25
Lampiran 3. Contoh-contoh pemasukan data pemantauan pemfaatan sumberdaya pada tabel database Contoh 1. Lembar judul untuk database pemantauan pemanfaatan sumberdaya.
26
Contoh 2. Tabel ‘P1’ informasi yang rinci tentang masing-masing sorties.
27
Contoh 3. Tabel ‘P2’ bagian kiri dalam database mencakup sebuah sektor diberi indeks ya/tidak.
28
Contoh 4. Bagian kanan dari tabel ‘P2’ dalam database termasuk persentase wilayah pantai setiap sektor yang dicakup dalam survei
29
Contoh 5. Bagian kanan dari table ‘P3’ dalam database mengandung informasi masing-masing pemanfaatan sumberdaya yang diamati.
30
Contoh 6. Tabel ‘P4-5’ dalam database mengandung informasi detail masing-masing atribut.
31
Contoh 7. Luas cakupan area untuk masing-masing sektor
32
Contoh 8. Daftar variabel dalam database.