Panduan Program Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Maluku Tenggara
© 2014
Disusun oleh: DKP Kab. Maluku Tenggara BP4K Kab. Maluku Tenggara
WWF-Indonesia
: Simon P. Silubun, Rita Lakesubun, L. Lermatan, Soleman Rery, Mufti Ali Ingratubun : Bernardina Rettob, Untung Slamet Rahakbauw, Agustina Reyaan, Maria M. Warayaan, Rosmawati Beruatwarin, dan Mey Lynn Efruan
DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...................................................................................................................................................4 1.1 Latar belakang .. ................................................................................................ 4 1.2 Tujuan dan Sasaran ............................................................................................ 5 1.3 Ruang Lingkup...................................................................................................5 1.4 Landasan Hukum ................................................................................................ 6 1.5 Batasan dan Pengertian ...................................................................................... 7 2. Metodologi.......................................................................................................................................................9 2.1 Pengumpulan Data................................................................................................................................9 2.2 Tim Monitoring........................................................................................................................................9 2.3 Kelengkapan Survei ..............................................................................................................................9 2.4 Estimasi luas area yang dicakup dalam survei lapang ......................................................... 10 2.5 Data yang Dikumpulkan ................................................................................................................... 11 3. Pemetaan...................................................................................................................................................... 12 4. Analisis Data................................................................................................................................................ 12 5. Biaya............................................................................................................................................................... 13 6. Pelaporan...................................................................................................................................................... 13 7. Penutup ......................................................................................................................................................... 15 Daftar Pustaka ................................................................................................................................................. 16
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar istilah yang digunakan dalam teks......................................................................... Lampiran 2. Formulir isian lapang yang digunakan dalam program monitoring pemanfaatan sumberdaya di Kabupaten Maluku Tenggara............................................................ 22 Lampiran 3. Format data entry yang digunakan dalam program monitoring pemanfaatan sumberdaya di Kabupaten Maluku Tenggara............................................................ 27
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Efektifitas pengelolaan Kawasan Konservasi Laut (KKL) dapat diukur melalui kegiatan pemantauan (monitoring). Kegiatan pemantauan sumberdaya alam termasuk kegiatan koleksi dan analisis terhadap hasil pengamatan atau pengukuran yang diambil secara berulang-ulang untuk mengevaluasi perubahan kondisi dan kemajuan ke arah pencapaian tujuan (Elzinga et al., 1998:1). Untuk menjamin bahwa perubahan-perubahan yang dideteksi oleh kegiatan pemantauan benar-benar terjadi di alam dan bukan karena akibat pengukuran yang diambil oleh orang-orang yang berbeda dengan cara yang sedikit berbeda, maka dibuatlah protokol pemantauan dan diimplementasikan pada tingkat lapangan serta menjadi bagian dari program pemantauan jangka panjang (Oakley, Thomas & Fancy 2003). Protokol pemantauan merupakan (1) komponen kunci yang menjamin kualitas program pemantauan untuk memastikan bahwa data memenuhi standar kualitas dengan selang kepercayaan tertentu, (2) sebuah kebutuhan bagi program yang transparan sehingga data bisa dikaji ulang oleh pihak eksternal, (3) kebutuhan untuk mendeteksi perubahan secara temporal maupun perubahan personil yang melakukan pemantauan, dan (4) sebuah kebutuhan untuk bisa membandingkan data dari berbagai tempat maupun diambil oleh berbagai institusi yang berbeda. Protokol pemantauan harus menjelaskan seluruh detail yang dilakukan dalam program kegiatan pemantauan. Pada intinya, protokol harus memberikan informasi yang lengkap kepada teknisi lapang yang trampil untuk melaksanakan program pemantauan tanpa penjelasan lebih lanjut, dan protokol pemantauan harus berfungsi sebagai petunjuk acuan selama kegiatan dilakuakn di lapangan. Protokol biasanya secara teratur direvisi dan oleh karena itu protokol harus bertanggal atau nomer versi untuk melacak revisi. Protokol harus mencakup spesimen formulir-formulir di lapangan. Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Maluku yang terletak di bagian tenggara Pulau Seram. Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 68 pulau, .... diantaranya merupakan pulau berpenghuni sedangkan .... lainnya tidak dihuni. Pulau yang berpenghuni adalah Kei Kecil, Kei Besar, Tanimbar Kei, Warbal, Ur Pulau. Maluku Tenggra memiliki luas .... Km2 terdiri dari 6 kecamatan dan 191 ohoi / ohoi soa. Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Maluku Tenggara telah dideklarasikan untuk dicadangkan sebagai kawasan konservasi perairan pada tanggal 5 Juli 2012 dengan SK Bupati Nomor 62 Tahun 2012. Luas kawasan yang dicadangkan adalah 150.000 hektar di pesisir Kei Kecil Bagian Barat. Pencadangan ini adalah momentum dari Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara yang memandang
Comment [CH2]: Lengkapi ya
perlunya suatu pengelolaan kawasan laut dan pesisir yang lebih baik dan lebih mensejahterahkan masyarakat pesisir kabupaten Maluku Tenggara. Untuk dapat memaksimalkan peranan pengelola kawasan konservasi perairan (KKP) Maluku Tenggara, maka pemantauan yang efektif harus didasarkan suatu panduan (protocol) yang baik dan benar. Panduan merupakan instrumen kunci dalam kegiatan pemantauan sumberdaya yang menjamin bahwa perubahan-perubahan yang dideteksi benar-benar terjadi di alam dan bukan karena akibat hasil pengukuran yang salah atau oleh orang-orang atau metode yang agak berbeda (Oakley, Thomas & Fancy 2003). Oleh karena itu, sebuah panduan sangatlah diperlukan untuk melakukan kegiatan pemanantauan pemanfaatan sumberdaya alam hayati di kawasan konservasi.
1.2. Tujuan dan Sasaran Secara keseluruhan, tujuan utama dari monitoring pemanfaatan sumberdaya adalah untuk: - Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penyusunan rencana pengelolaan KKP Kabupaten Maluku Tenggara agar pengelolaan Kawasan Konservasi dapat dilakukan secara adaptif. - Mengukur kinerja pengelolaan kawasan konservasi Perairan Kabupaten Maluku Tenggara. - Meningkatkan kehadiran pengelola dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan kabupaten Maluku Tenggara.
Adapun tujuan khusus Kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya ini adalah : - mengumpulkan data pemanfaatan sumberdaya laut, terutama (pemanfaatan ekstraktif) dan pariwisata (pemanfaatan non-ekstraktif).
perikanan
- menyampaikan tipe-tipe dan pola spasial dan temporal pemanfatan sumberdaya laut kepada pengguna sumberdaya, melalui pemerintah lokal - meningkatkan interaksi dengan pengguna sumberdaya laut di Kabupaten Maluku Tenggara. - sebagai informasi bagi pengelola nantinya dalam menyusun perencanaan dan pengeloaan konservasi sumberdaya kelautan perairan Kabupaten Maluku Tenggara.
1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup panduan ini meliputi pemantauan semua kegiatan pemanfaatan sumberdaya termasuk tipe-tipe pemanfaatan, waktu pemanfaatan, lokasi pemanfaatan,
tujuan pemanfaatan, dan pengguna sumberdaya tersebut. Selanjutnya, pemanfaatan sumberdaya yang dimaksudkan dalam pedoman ini meliputi pemanfaatan sumberdaya laut yang dapat diperbarui (alam hayati), termasuk pemanfaatan ekstraktif (penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya) dan pemanfaatan nonekstraktif (pariwisata, pendidikan, dan sebagainya). Pengguna sumberdaya dapat dibedakan berdasarkan kategori bergerak dan pengguna yang tetap. Yang tergolong pengguna bergerak adalah pemancing dan alat tangkap sejenisnya, sedangkan pengguna sumberdaya yang tetap seperti budidaya rumput laut, nelayan dengan alat tangkap sero, nelayan dengan rumah berlabuh (rumpon, karamba, budidaya mutiara) dan sejenisnya.
1.4. Landasan Hukum Pelaksanaan pengamatan monitoring sumberdaya di dalam kawasan KKPD merupakan usaha yang berdasarkan pada asas pembangun nasional Indonesia yang berlandaskan: 1. Undang-undang nomor 5 tahun 1990 tentang Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan; 3. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. 4. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah 5. Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 6.
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan Undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil;
7.
Undang-undang No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
8.
Undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup;
9.
Undang-undang Perikanan Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan UU Perikanan Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan;
10. Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 11. Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar; 12. Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar; 13. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 2007 tentang Konservasi sumberdaya Ikan; 14. Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2011 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Marga satwa, Taman Wisata Alam;
15. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.16/MEN/2008 tentang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau-pulau kecil; 16. SK Bupati Nomor...... Tahun.... tentang pelarangan penangkapan penyu; 17. SK Bupati Nomor..... Tahun ... tentang pelarangan penebangan bakau; 18. Perda Nomor 3 Tahun 2009 tentang Ratschap dan Ohoi.
1.5. Batasan dan Pengertian 1. Kawasan konservasi perairan adalah perairan yang dilindungi dikelola dengan sistem zonasi untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya dan lingkungan secara berkelanjutan. 2. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa tehnik pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir. 3. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuhan,hewan,organisme dan non organisme lain serta proses yang menghubungkannya dalam membentuk keseimbangan,stabilitas dan produktifitas. 4. Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya didefinisikan sebagai suatu kegiatan dimana suatu tim melakukan survei lapangan pada suatu daerah tertentu untuk mengetahui apa tipe-tipe pemanfaatan sumberdaya yang ada, kapan, dimana, dan oleh siapa. 5. Pemanfaatan Sumberdaya diartikan sebagai pemanfaatan sumberdaya laut yang dapat diperbarui (alam hayati), termasuk pemanfaatan ekstraktif (penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya) dan pemanfaatan non-ekstraktif (pariwisata, pendidikan, dan sebagainya). 6. Pemanfaatan Sumberdaya Ekstraktif adalah semua jenis pemanfaatan sumberdaya dimana obyek hidup maupun mati diambil dari daerah yang dipilih. Tipe pemanfaatan sumberdaya ekstraktif yang paling penting adalah penangkapan ikan; contoh lain adalah bio-prospecting, dan pengambilan terumbu karang. 7. Pemanfaatan Sumberdaya Non-Ekstraktif adalah semua jenis pemanfaatan sumberdaya yang tidak melibatkan pengambilan dari obyek hidup maupun mati, misalnya pariwisata. Budidaya ikan mempunyai dua aspek pemanfaatan sumberdaya ekstraktif dan yang non-ekstraktif. 8. Pengguna sumberdaya bisa dibedakan berdasarkan kategori bergerak dan pengguna yang tetap. Yang tergolong pengguna bergerak adalah pemancing dan alat tangkap sejenisnya, sedangkan pengguna yang tetap seperti budidaya rumput laut, nelayan dengan alat tangkap sero dan sejenisnya.
9. Lokasi Target adalah lokasi yang mejadi target pemantauan yakni wilayah pantai sampai kedalaman 20 meter ditambah 500 meter ke arah laut, termasuk perairan diluarnya yang bisa dijangkau. 10. GPS (Global Positioning System ) adalah suatu sistem penentu posisi atau letak global. Caranya dengan menggunakan konstelasi kurang lebih 24 satelit kelas menengah yang dapat memantulkan gelombang mikro, penerima GPS dapat menentukan lokasi mereka, kecepatan, arah dan waktu. 11. GIS (Geographic Information System) adalah suatu sistem untuk mengolah, menyimpan, menganalisa dan menampilkan data dan atribut – atribut kebumiannya. 12. Keberadaan Selektif atau Selective Availability (SA) maksudnya adalah GPS dapat memberikan data yang tepat dalam jangkauan beberapa meter. Terkait dengan masalah keamanan, signal suara ditambahkan yang mana hal ini bertujuan untuk mengurangi ketepatan GPS hingga sekitar 100 m. 13. Database adalah sistem digital atau analog untuk menyimpan dan mengambil data. Database dapat terdiri dari satu tabel data, atau dua maupun lebih tabel data yang berhubungan antara satu dengan lainnya (database relational). Database yang relational atau berhubungan biasanya dianggap merupakan cara paling efisien untuk menyimpan data. 14. Tabel Data adalah tabel dengan data dimana setiap lajur mewakili data dan setiap kolom mewakili variabel. Setiap ‘record’ mengandung satu subyek data, misalnya, satu record mengandung data satu armada penangkapan yang diobservasi di lapangan (ukuran, kekuatan mesin, hasil tangkap, dsb.). Variabel mewakili data yang sama dari berbagai subyek, misalnya kekuatan mesin dari perahu nelayan yang diobservasi di lapangan. Satu datum (misalnya kekuatan mesin dari satu perahu nelayan yang diobservasi di lapangan) disimpan didalam sel, yang merupakan interaksi antara lajur dan kolom. 15. Penangkapan ikan merusak adalah cara penangkapan ikan yang merusak habitat, yang berdampak pada menurunnya jumlah dan keanekaragaman spesies yang menjadi target penangkapan dan merusak habitatnya. Contoh dari penangkapan ikan merusak adalah pengangkapan dengan bom dan kebanyakan pukat harimau (trawl) tipe dasar. 16. Pemanfaatan berlebihan (Over-exploitation) adalah kejadian pemanfaatan sumber daya laut yang lebih tinggi daripada yang diinginkan dari sudut pandang ekologi dan/atau ekonomi melebihi kapasitas daya dukung suatu wilayah laut. 17. Database relational adalah suatu tipe database dimana tabel yang berisi data dihubungkan antara satu dengan lainnya melalui beberapa kunci referensi. Tipe database ini lebih disukai karena dapat menyimpan data dengan replikasi minimum. 18. Program spreadsheet adalah suatu program seperti Microsoft Excel dimana data dimasukkan kedalam sel-sel dari worksheet dan dimana sel-sel ini mungkin berisi formula yang mengacu kepada sel-sel lainnya.
19. Sortie adalah satu periode perjalanan atau waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan satu pemantauan pemanfaatan sumberdaya, dihitung mulai dari meninggalkan hingga kembalinya. Satu sortie memakan waktu 1-3 hari.
2. METODOLOGI 2.1. Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data ini adalah pemantauan secara visual dan wawancara. Proses pengumpulan data diawali dengan membuat rencana rute perjalanan (sortie) yang akan dilalui (Contoh rute standar disajikan pada Lampiran 2 Formulir 4). Sebelum memulai perjalanan pemantauan anggota tim harus memenuhi keperluan peralatan dan kesiapan demi efisiensi dan keselamatan perjalanan (lihat Lampiran 1). Selanjutnya tim pemantau mengelilingi lokasi target sesuai rencana awal dengan menggunakan sebuah perahu kecil, speed boat, kapal kayu/kapal penumpang minimal kapasitas >20 GT (pertimbangan keamanan dan keselamatan)
2.2. Tim Monitoring Tim monitoring pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Maluku Tenggara, dalam menyelesaikan satu Sortie_ID, paling tidak, terdiri dari 6 (enam) orang: - Kapten kapal – bertanggung jawab dalam membawa kapal, mengikuti rute survei, bertanggungjawab dalam keselamatan penumpang selama survei di laut, mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan rute perjalanan (jika cuaca di laut tidak memungkinkan untuk dilalui) dan menentukan lokasi bermalam. Kapten kapal harus mempunyai kemampuan/kecakapan dalam kepalautan dalam pelayaran dan bersertifikat, kecakapan yang diharuskan untuk mengemudikan kapal. Dokumen kapal dan dokumen kepalautan yang asli harus selalu berada di atas kapal, setiap kali kapal dibawa oleh kapten yang bersangkutan. -
Dua orang dari DKP dan dua orang dari BP4K – salah satu bertindak sebagai ketua tim dan bertugas untuk memimpin seluruh kegiatan survey di lapangan, mengecek dan memastikan semua peralatan yang diperlukan, menentukan jalur perjalanan/trip melalui konsultasi dengan kapten kapal, memastikan anggota tim yang akan ikut dalam survei, mempersiapkan surat tugas (jika dibutuhkan), membagi tugas untuk masing-masing anggota tim, (mencatat posisi GPS, mengambil gambar, mengisi seluruh formulir survei) dan melakukan kontak radio dengan Kantor WWF di Langgur, maupun ke kantor Kepolisian Resort Maluku Tenggara di Langgur.
-
Satu orang staff WWF-Indonesia Project Kei - Maluku Tenggara – sebagai anggota tim dan bertugas menyiapkan seluruh formulir lapang (P1, P2, P3, P4, P5), membantu menyiapkan semua peralatan survei (GPS tangan dengan batteri ekstra,
kamera digital, teropong, dan sebagainya) serta mengatur dan menyiapkan logistik selama survei.
2.3. Kelengkapan Survey Kelengkapan dasar yang dibutuhkan untuk melakukan survei monitoring pemanfaatan sumberdaya laut di Kabupaten Maluku Tenggara adalah kapal speed boat dan atau kapal kayu tradisional baik itu kapal transportasi umum, kapal pengangkut barang maupun pengangkut ikan. Diharapkan dapat memiliki perlengkapan seperti: GPS, live-jackets (10 unit), kompas, senter, lampu sorot dan peralatan P3K. GPS yang terpasang dalam Kapal berfungsi untuk mencatat setiap perjalanan kapal, panjang tempuh yang diselesaikan setiap melakukan perjalanan dan rata-rata kecepatan kapal. Lampu sorot dimaksudkan untuk memberikan tanda-tanda lambung ketika (dengan sangat terpaksa) kapal harus melakukan perjalanan pada malam hari. Lampu senter digunakan untuk memberikan penerangan haluan di depan kapal dalam melakukan perjalanan malam hari (jika ada kayu atau benda lainnya yang menghalangi haluan kapal). Kapal diharapkan dapat dilengkapi dengan 10 unit live-jacket (pelampung) yang menunjukkan jumlah penumpang maksimal bisa diakomodasi oleh kapal, termasuk kapten dan ABK. Kapal juga selalu dilengkapi dengan kotak P3K dengan beberapa obat dan peralatan pertolongan pertama. Kompas adalah peralatan yang juga terdapat di dalam kapal, berfungsi sebagai cadangan jika GPS tidak berfungsi. Peralatan standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan survei adalah GPS tangan, teropong (binokular), kamera digital, working-pad, pena, pensil dan penghapus, buku alat tangkap, identifikasi ikan, dan peraturan-peraturan yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya laut. GPS tangan berfungsi untuk mencatat posisi koordinat pengguna sumberdaya di dalam peta, ketika melakukan wawancara dengan mereka (formulir P3). Jika ditemukan ikan atau alat tangkap yang baru dan tidak terdapat dalam kategori yang ada di dalam formulir, bisa dilakukan dokumentasi dengan menggunakan kamera digital. Kamera digital dengan fasilitas audio-visual bisa bertidak sebagai bukti di lapangan, jika pengguna sumberdaya melakukan tindakan yang melanggar hukum, seperti menangkap ikan dengan menggunakan bom atau potasium, dan sebagainya. Alat teropong (binocular) berfungsi untuk mengidentifikasi pengguna sumberdaya secara lebih jelas, jika pengamatan dengan pandangan mata biasa tidak memungkinkan. Sebagai contoh, kapal pembeli dan pengumpul ikan sunu/kerapu hidup dari Hongkong, biasanya berlabuh sedikit di luar pantai. Teropong membantu dalam mengidentifikasi kapal tersebut, sebelum mengambil keputusan untuk mendekati kapal dan melakukan wawancara. Dalam kegiatan ini digunakan juga peralatan tambahan berupa 1 unit tablet android yang digunakan untuk membantu pencatatan pada formulir P3.
2.4. Estimasi luas area yang dicakup dalam survei lapang Cakupan area yang utama dalam kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya adalah garis pantai sampai kedalaman 20 m ditambah 500 m ke arah laut. Monitoring bisa mencapai area di luar batas tersebut, kalau melihat aktifitas di tempat tersebut. Untuk menduga area yang dicakup selama survei monitoring, area yang dibahas dibagi berdasarkan kawasan. Estimasi kasar dari area yang dicakup dalam survei dilakukan dengan memberikan skoring apakah kawasan tersebut dikunjungi atau tidak. Hal ini bisa dilihat dari rute perjalanan survei yang aktual atau sebenarnya. Selanjutnya dilakukan pendugaan yang lebih akurat terhadap persentase area pantai dari setiap kawasan yang dicakup dalam survei, dimana wilayah pantai didefinisikan sebagai wilayah dari garis pantai sampai 500 - 1000 m ke laut dari garis kedalaman 20 m. Persentase area yang disurvei ditulis pada formulir P2. Luas area per kawasan untuk perairan Kabupaten Maluku Tenggara adalah sebagai berikut:
Sektor 1 2 3
Luas (*), ha 16.396,08 7.596,48 15.822,59
Luas (**), ha Pantai, km 36.152,06 81,55 51.250,57 88,66 62.607,01 30,17
Keterangan: Luas (*) = Luas suatu Sektor, meliputi area dari pantai sampai kedalaman 20 m ditambah 1 km secara horizontal ke arah laut Luas (**) = Luas total laut dalam satu kawasan (lihat juga Gambar 1) Pantai = Panjang total (penjumlahan dari masing-masing pulau) garis pantai dalam satu kawasan
2.5. Data yang Dikumpulkan Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang meliputi tipetipe pemanfaatan sumberdaya yang ada, waktu kejadian, lokasi kejadian, dan pengguna sumberdaya (Mous, Wiadnya dan Pasya, 2004). Berdasarkan tipe pemanfaatan, data dapat dibedakan atas pemanfaatan ekstraktif dan pemanfaatan nonekstraktif. Yang tergolong pemanfaatan non-ekstraktif adalah penangkapan ikan, pengambilan batu karang, dan sebagainya. Sedangkan yang bisa digolongkan dalam kategori pemanfaatan extraktif adalah pariwisata, pendidikan, dan sebagainya. Pengguna sumberdaya juga bisa dibedakan berdasarkan kategori ‘bergerak’ seperti: pemancing dan alat tangkap sejenisnya maupun pengguna yang tetap seperti budidaya rumput laut, alat tangkap sero, karamba, rumpon, dan sejenisnya. Pemantauan pemanfaatan sumberdaya bisa dilakukan melalui analisis statistik (misalnya data dari tempat pelelangan ikan), akan tetapi pada pembahasan ini dapat
diartikan sebagai suatu aktivitas dimana kegiatan pemanfaatan sumberdaya itu diamati di tempat kejadian (in situ), misalnya di laut dimana peristiwa tersebut terjadi.
3. PEMETAAN Data yang dikumpulkan dari kegiatan pemantauan pemanfaatan sumberdaya dapat dipetakan dalam beberapa bentuk, sesuai maksudnya sebagai berikut:
Pola pemanfaatan sumberdaya musiman dan tahunan berdasarkan tipe alat tangkap dan asal pengguna sumberdaya;
Pola pemanfaatan sumberdaya musiman dan tahunan, misalnya berdasarkan jumlah tangkapan dan atau tingkat kunjungan turis;
Komposisi agregat tahunan dari usaha pemanfaatan sumberdaya, misalnya, diagram lingkaran dari alat tangkap yang dipantau dan asal pengguna sumberdaya;
Komposisi agregat tahunan, misalnya dari komposisi tangkapan;
Apakah ikan yang ditangkap dalam kondisi memijah atau tidak;
Posisi dimana pemanfaatan sumberdaya dipantau, misalnya berdasarkan tipe alat tangkap, asal nelayan, musim, dan sebagainya.
4. ANALISIS DATA Tim monitoring bertanggung jawab untuk menyimpan data formulir monitoring pemanfaatan sumberdaya dalam file holder. Data yang terkumpul berupa catatan atas temuan-temuan di lapang, variabel dan pengamatan per individu dimasukkan kedalam lembar data Excel. Analisis data melibatkan pivotable dan penapilan hasil olahan data dalam bentuk tabel dan grafik dilakukan dengan pivotchart . Selanjutnya data dalam table Exel bisa di olah dengan menggunakan program GIS untuk menampilkan peta-peta seperti dijelaskan pada huruf C di atas. Untuk mendapatkan hasil Analisis monitoring pemanfaatan sumberdaya digunakan analisis data dengan memperkirakan total tingkat pemanfaatan sumberdaya, jumlah pengguna sumberdaya yang diobservasi selama lintasan survei harus dikalikan dengan satu faktor: total usaha pemanfaatan sumberdaya setiap tahun = total jumlah pengguna sumberdaya yang diobservasi * (365 / hari di lapangan) * (total daerah / daerah yang disurvei)
Formula ini diterapkan juga pada sub-kelompok dari pengguna sumberdaya (nelayan dari Kampung A, nelayan yang menggunakan alat tangkap B, operator wisata skala kecil, dsb.) sepanjang memungkinkan.
Untuk pemanfaatan sumberdaya ekstraktif, total output (misalnya, total tangkapan) dapat dihitung sebagai berikut: total tangkap per tahun = total usaha pemanfaatan sumberdaya per tahun * rata-rata hasil tangkap yang diobservasi per unit usaha * (1 / hari yang dihabiskan untuk melaksanakan observasi tangkapan)
Tangkapan per satuan usaha didefiniskan disini sebagai tangkapan yang dilakukan oleh satu unit usaha, biasanya dalam satu hari-perahu atau kelompok-hari bagi kelompok yang menangkap sumberdaya di terumbu karang (reef gleaners, bekarang, meting). Selanjutnya, data yang dikumpulkan selama tahun survei ditampilkan dalam tabel-tabel yang bisa diproduksi sebagai berikut: - Karakteristik survei (berapa hari di lapangan, waktu yang dipakai di lapangan, dan sebagainya), - Tabel dengan asal pengguna sumberdaya dengan total usaha dan total tangkapan, bberupa Kecenderungan-kecenderungan musiman dan tahunan dalam upaya pemanfaatan sumberdaya, dipisahkan oleh tipe (misalnya alat tangkap, asal pengguna sumberdaya), Kecenderungan-kecenderungan musiman dan tahunan dalam output pengguaan sumberdaya (tangkapan, tingkat kunjungan) - Tabel dengan tipe-tipe pemanfaatan sumberdaya (alat tangkap) dengan total usaha dan total tangkapan, berupa Komposisi agregat tahunan dari usaha pemanfaatan sumberdaya (misalnya, diagram pie dari alat tangkap yang di observasi, asal pengguna sumberdaya) - Tabulasi silang dari tipe pemanfaatan sumberdaya (alat tangkap) dengan asal pengguna sumberdaya, berupa Komposisi agregat tahunan dari output pemanfaatan sumberdaya (mis diagram pie dari komposisi tangkapan) - Peta-peta dengan posisi dimana pemanfaatan sumberdaya diobservasi (jika cocok dipisahkan oleh tipe alat tangkap, asal nelayan, musim, dsb.)
5. BIAYA Total hari lapang untuk kegiatan monitoring pemanfaatan sumberdaya laut dalam setahun adalah 72 hari, 3 sortie per minggu (1 sortie = 1 hari), 6 hari per bulan. Perhitungan 6 hari kerja lapangan per bulan sekitar Rp. 4.790.00 /hari,.
Rate - Rp-US$ Cost drivers (April 2014) Boat Rent Fuel consumption by genset Speed - 35 knots Distance (km) per field day Fuel costs Depreciation speedboat (10% of US$60,000 per year) Maintenance speedboat (10% of US$60,000 per year) Food and drinks for crew and monitoring staff (Rp 85,000 pp per day) Local Transport Total costs per field day Field days per year Total direct costs per year (excl. staff stime) Staff time Monitoring Coordinator (13 days field work, plus 12 days reporting) Monitoring Officer (13 days field work, plus 7 days data entry)
9.200 3.000.000 390.000 0 0 0 0 0
Rp/trip Rp/day km/hour km Rp/day Rp/day Rp/day
1.000.000 400.000 4.790.000 15 71.850.000
Rp/day Rp/day Rp days Rp
25 days 20 days
6. PELAPORAN Tipe-tipe laporan yang akan disusun sebagai berikut:
Laporan kegiatan (BTOR) yang menjelaskan: siapa yang bergabung dalam pemantauan, daerah mana yang dimonitor, detail tanggal dan jam, berapa jam di laut, dan sebagainya. Laporan kegiatan harus mempunyai narasi singkat terhadap hasil-hasil observasi yang penting atau kendala-kendala logistik, dan sebagainya;
Laporan insidentil jika tim mengamati sesuatu yang diluar kebiasaan, yang memerlukan tindak lanjut langsung (misalnya pemanfaatan sumberdaya tipe baru, pelanggaran serius peraturan pemanfaatan sumberdaya) atau sesuatu yang menarik (misalnya penampakan hewan-hewan yang tidak biasa). Observasi kegiatan-kegiatan illegal harus dilaporkan kepada pihak yang berwenang antara lain Kepala Dinas DKP Kabupaten Maluku Tenggara dan Polres Kab. Maluku Tenggara.
laporan tengah tahunan diterima paling lambat awal bulan Juni tahun berjalan, dengan format laporan yaitu ; a. Pendahuluan (penjelasan ringkas tentang daerah survei, tujuan-tujuan dari program pemantauan pemanfaatan sumberdaya, penjelasan singkat dari pendekatan pemantauan pemanfaatan sumberdaya)
Maksud dan Tujuan
Waktu pelaksanaan
b. Hasil Pengamatan c. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan
Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk memecahkan masalah/persoalan yang timbul
Rekomendasi yang mengarah pada usulan tindak lanjut atau aksi (pengelolaan adaptif)
Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan. Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).
Laporan teknis tahunan disetorkan di bulan Awal Desember dan Laporan teknis tahunan disajikan dalam bentuk buku dengan kerangka laporan sebagai berikut: Cover Kata Pengantar Rangkuman (merupakan ringkasan pokok-pokok laporan) Daftar Isi Pendahuluan (penjelasan ringkas tentang daerah survei, tujuan-tujuan dari program pemantauan pemanfaatan sumberdaya, penjelasan singkat dari pendekatan pemantauanpemanfaatan sumberdaya) - Maksud dan Tujuan - Ruang lingkup (permasalahan yang dilaporkan) - Waktu pelaksanaan (sejak dimulai sampai selesai kegiatan) - Metode atau teknik perolehan informasi (data primer dan sekunder) Hasil Pengamatan Kesimpulan dan Saran - Kesimpulan merupakan intisari dari isi pokok laporan - Saran merupakan alternative yang perlu diambil untuk memecahkan masalah/persoalan yang timbul - Rekomendasi yang mengarah pada usulan tindak lanjut atau aksi (pengelolaan adaptif) Daftar Pustaka (sumber acuan yang berasal dari buku, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Daftar pustaka disusun sesuai dengan abjad serta penulisannya mengikuti ketentuan yang berlaku dalam perpustakaan. Lampiran (berupa peta dan foto, serta data pendukung lainnya).
Hasil pemantauan pemanfaatan sumberdaya laut yang telah dilakukan dapat mengkoordinasikan dan memasukkan data tersebut kepada instansi terkait seperti:
Bappeda Kabupaten Maluku Tenggara
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara;
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Maluku Tenggara;
Dewan Adat Kabupaten Maluku Tenggara
Politeknik Perikanan Negeri Tual
WWF-Indonesia
7. PENUTUP Pedoman Pemantauan Pemanfaatan Sumberdaya merupakan suatu acuan yang bersifat umum, dapat digunakan oleh semua pihak yang aktif melakukan kegiatan pemantauan di perairan Indonesia.
Kontak person: 1. Simon Silubun – DKP Kabupaten Maluku Tenggara (....email/hp) 2. Untung Slamet Rahakbauw – BP4K Kabupaten Maluku Tenggara (085243649626) 3.
DAFTAR PUSTAKA Allen G.R. & R. Steene 1999. Indo-Pacific Coral Reef Field Guide. Tropical Reef Research, Singapore. 378 p. Jolly, GM & I. Hampton 1990. A stratified random transect design for acoustic surveys of fish stocks. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences 47: 1282-1291. 1990. McKenna S.A. , G.R. Allen and S. Suryadi (eds.) 2002. A marine rapid assessment of the Raja Ampat Islands, Papua Province, Indonesia. RAP Bulletin of Biological Assessment 22. Conservation International, Washington, DC. 190 p.
LAMPIRAN Lampiran 1. Perlengkapan, Persiapan dan Prosedur Kerja Lapang A. Perlengkapan survei Hal-hal berikut adalah daftar yang harus dipersiapkan sebelum melakukan Pemantauan pemanfaatan sumberdaya:
Formulir: P1, P2, P3, P4, dan P5 (Lampiran 2);
Kertas tulis, working-pad, pensil, penghapus, cutter untuk penajam pensil;
GPS tangan/portabel, batterai cadangan ;
Kompas;
Kamera digital, batterai ekstra;
Teropong/Binokular;
Tablet android
Material informasi tentang: UU No. 31/2004, UU No. 5/1990, dan peraturanperaturan lainnya;
Gambar alat tangkap dan buku identifikasi ikan;
Panduan pemantauan pemanfaatan sumberdaya;
Peralatan pribadi (topi, kacamata, sunblock);
Makanan dan air;
Termos air panas;
Formulir pengamatan insidentil – setasea, manta, duyung, karang memutih (skala luas) (coral bleaching).
Semua daftar tersebut di atas harus ada dan tersedia sebelum melakukan Sortie atau pemantauan pemanfaatan sumberdaya. Koordinator pemantau membuat daftar tersebut ketika melakukan pengecekan akhir.
B. Persiapan sebelum pemantauan Tim pemantauan harus sudah menyelesaikan seluruh persiapan sebelum melakukan survei di lapangan. Persiapan tersebut, termasuk:
Rencana rute perjalanan yang dibuat berdasarkan peta yang tersedia untuk menyesuaikan waktu kerja, tenaga tim pemantau, dan persediaan logistik yang ada;
Koordinator Pemantauan menyampaikan rencana pemantauan kepada Pejabat Kelautan dan Perikanan atau pejabat berwenang. Jika memungkinkan, pemerintah Kecamatan memberikan semacam surat penugasan kegiatan pemantauan kepada tim yang berasal dari masyarakat. Catatan: Pengelola Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kabupaten Maluku Tenggara sebaiknya mempunyai kerjasama dengan Pemerintah Kecamatan dan memberikan surat rekomendasi bagi anggota masyarakat yang terlibat dalam pengamanan. Hal ini dimaksudkan agar memudahkan mereka melakukan antisipasi jika ada permintaan bantuan dari tim kepada pemerintah lokal;
Formulir P1 diisi dan ditandatangani oleh seluruh peserta/petugas. Satu salinan formulir P1 diberikan kepada petugas radio di darat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui catatan seluruh peserta yang ada di dalam speedboat. Jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di laut, petugas radio bisa mendapat kejelasan peserta survei dan hal ini akan memudahkan petugas radio dalam membuat laporan tindak lanjut;
Petugas radio komunikasi harus diberitahu pada pusat kontrol informasi. Sambil mencatat jam berangkat pada formulir P2, ketua tim atau kapten speedboat melapor kepada petugas radio di darat bahwa tim segera melakukan survei.
C. Prosedur pemantauan di lapang Tim melakukan observasi terhadap semua kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang bergerak dan tetap. Kegiatan tersebut termasuk:
Wawancara harus didahului dengan penjelasan singkat: salam, penjelasan singkat tentang maksud wawancara dan (jika disetujui) melakukan pertanyaan tentang: asal pengguna, jenis alat dan hasil tangkap.
Melakukan wawancara terhadap seluruh perahu nelayan dan pariwisata yang ditemui selama survei. Berdasarkan pengujian lapang sebelumnya, wawancara berlangsung tidak lebih dari 5 menit (menghindari nelayan merasa terganggu dalam melakukan aktifitas). Wawancara dilakukan dalam seluruh aktifitas nelayan dan pengguna sumberdaya bergerak lainnya, baik ketika melakukan istirahat, melintas atau ketika sedang melakukan kegiatan. Wawancara dilakukan untuk mengisi Formulir P3;
Rumah berlabuh, rumah kebun, karamba, atau budidaya rumput laut dicatat dengan menggunakan Formulir P4 dan P5;
Catat rute perjalanan pada Formulir P2 (pengisian sektor dan rute pada peta);
E. Penanganan kasus aktifitas melanggar hukum Ketika sedang melakukan kegiatan pemantauan, tim bisa saja menemukan pengguna sumberdaya yang melanggar hukum. Jika hal itu terjadi, tim disarankan untuk melakukan koordinasi penanganan kasus sebagai berikut (yang memungkinkan):
Selalu melapor melalui mobile phone / telpon selular dan atau radio komunikasi lainnya ;
Mengambil gambar dengan kamera digital (audio-visual), jika ada delik yang membutuhkan tindak lanjut penanganan hukum;
Jika kecendrungan akan terjadi kekerasan, pertahankan jarak yang aman, gunakan radio untuk minta pertolongan kepada tim pengamanan. Pertahankan kontak visual dengan pelaku/tersangka sampai tim penegakan hukum datang;
Selalu membuat file laporan tertulis kepada polisi setelah sampai di darat.
F. Setelah sorti pemantauan Hal-hal yang harus diselesaikan sebagai berikut:
Ketua tim melengkapi Formulir P2 sebelum diarsip dalam file folder;
Semua Formulir di salin, satu set disimpan di DKP dan BP4K Kabupaten Maluku Tenggara
Masukkan data dalam Excel spreadsheet, paling lambat dua hari setelah menyelesaikan satu Sortie_ID. Jika ada kesalahan dalam mengisi formulir lapangan, ketua tim masih bisa mengingat seluruh peristiwa sehubungan dengan pencatatan data tersebut.
G. Catatan untuk pemanfaatan sumberdaya tetap Pemanfaatan sumberdaya yang tetap adalah termasuk setiap tipe pemanfaatan yang cenderung tetap selama periode 3 - 4 bulan atau lebih, tidak termasuk struktur permanent seperti pelabuhan, resort di pantai, dan lain-lain. Beberapa contoh pemanfaatan sumberdaya yang tetap, termasuk:
rumpon atau Fish Aggregating Devices (FADs);
karamba ikan (terutama ikan sunu yang digunakan untuk menampung ikan hasil tangkapan kompresor);
petak-petak budidaya rumput laut;
lokasi budidaya kerang mutiara;
bagan tancap (perikanan menggunakan jaring);
pelampung tambatan perahu (mooring buoys) untuk armada pariwisata.
lampu dari lokasi yang tetap
dengan
Prinsip dasar pemantauan pemanfaatan sumberdaya tetap adalah bahwa tim pemantauan membawa peta sketsa (Formulir P4) untuk periode 3 bulan dimana seluruh pemanfaatan sumberdaya dimasukkan pada awal mereka ditemukan. Hal
ini berarti bahwa tim harus membawa peta yang sama pada setiap sortie/trip. Pemanfaatan sumberdaya tetap yang hilang selama dalam periode pemantauan tiga bulan (misalkan, sebuah budidaya karamba yang sudah pindah atau tidak ada lagi) tidak boleh dihilangkan dari peta sketsa. Asumsinya adalah bahwa selama periode tiga bulan, seluruh area yang dibahas sudah dicakup (dikunjungi), paling tidak satu kali. Setelah periode tiga bulan, peta sketsa di file dan diambil lagi peta sketsa yang baru. Anggota tim survei harus mengerti pengisian Formulir P4 dan P5.
Lampiran 2. Formulir isian lapang yang digunakan dalam program pemantauan pemanfaatan sumberdaya di Kawasan Konservasi Perairan (KKPD) Kab.Maluku Tenggara Formulir P1. Pernyataan yang harus ditandatangani oleh seluruh peserta sebelum melakukan Sortie
Tanggal Berangkat : Tanggal Tiba : Speedboat: Sortie_ID.: Nama
Organisasi
Tanda Tangan Ketua Tim
Formulir isian ini disimpan bersama data pemantauan
Fungsi
Tandatangan
Formulir P2.
Sortie ID
Tgl/Bln/Thn jam:menit
jam:menit
Tanggal Berangkat
Jam Berangkat
Jam Tiba
Tanggal Tiba
Jam Berangkat
Jam Tiba
Tempat Bermalam
Persentase masing-masing seksi yang dilewati pada Sortie ini:
This is very specific to Maluku Tenggara districs
o
. . . ., . . . .
'
. . (derajat menit desimal)
o
. . . ., . . . .
(derajat menit desimal)
Nama lokasi
Asal Nelayan/ Pemanfaat
'
Posisi
Kabupaten Maluku Tenggara
DalamKawasanKKP
Nomor Tanggal Waktu (Tgl/Bln/Thn (jam:menit) ) Lintang S . . . .
Bujur E . . . . . ..
1. Nelayan
Luar KawasanKKPdalamKab. Malra
Pemanfaatan
2. Wisata selam
3. Wisata mancing
Luar Kab. MalradalamProv.
Formulir P3. Pengamatan pemanfaatan sumberdaya bergerak (nelayan & wisatawan)
1. Ohoidertawun Bawah 2. Ohoililir 3. Ngilngof 4. Namar 5. Selayar 6. Lairngangas 7. Debut 8. Rumadian 9. Dian Darat 10. Dian Pulau 11. Tetoat 12. Ngursit 13. Wirin 14. Madwat 15. Wab Ohoibadar 16. Wab Ngufar 17. Wab Watngil 18. Wab Arso 19. Ohoira 20. Ohoiren 21. Somlain 22. Madwaer 23. Ohoidertutu 24. Ohoidertom
25. Warbal 26. Ur Pulau 27. Tanimbar Kei 28. Ohoidertawun Atas 29. Dunwahan 30. Sitniohoi 31. Letman 32. Rumaat 33. Sathean 34. Ngursoin 35. Ibra 36. Mastur 37. Pulau Ut 38. Fair 39. Kota Tual 40. Dullah Laut 41. Labetawi 42. Ngadi
4. Kapal Pesiar / Wisata Daratan
1. Kerja
Kegiatan
2. Jalan
Keterangan :
Nama Kapal
Jenis alat tangkap:
3. Istirahat
Nama Kapten Jumlah Awak Kapal
Jumlah Wisatawan / Penumpang
1. Tanpa Kapal
Jenis hasil 2. Tanpa Mesin
3. Ketinting Jenis kapal
4. Motor Tempel
Jumlah hasil
5. Kapal Motor
Sortie_ID (lihat for
43. Tamedan 44. Sulawesi 45. Luar Negeri 1. Pancing Tonda 2. Pancing Ulur 3. Pancing Rawai 4. Jaring Hiu 5. Jaring Hanyut 6. Jaring Dasar 7. Jaring Bobo (Purse Seine) 8. Bagan Perahu 9. Panah (Speargun) 10. Tombak 11. Bubu 12. Bom 13. Potas / Bius 14. Akar Tuba 15. Sero 0. Belum ada hasil 1. Ikan Pelagis Besar 2. Ikan Pelagis Kecil 3. Ikan Dasar 4. Ikan Karang Lain 5. Hiu 6. Teripang 7. Kima 8. Penyu 9. Udang 10. Lobster 11. Ebi 12. Siput
13. Kerang 14. Gurita 14. Cumi-cumi 15. Sontong 16. Bulu Babi 17. Lat 18. Rumput Laut 19. Kepiting Rajungan 20. Kepiting Bakau 21. Lola 22. Lauor 23. Kerapu 24. Kakap 25. Morea Berat basah (kg) Berat kering (kg)
25
Formulir P4 Contoh rute sortie Form P3 is also specific Sortie_ID (lihat formulir P1): Tanggal/bulan/tahun:
26
Formulir P5.
Pemanfaatan sumberdaya tetap selama periode:
Sumberdaya tetap
SortieID FeatureID FeatureType Deskrisi sumberdaya tetap
(bawa beberapa lembar formulir jika dibutuhkan) Catatan: Feature type: titik, garis, polygon SortieID: SortieID pengamatan selama 3 bulan
Contoh 1. Lembar judul untuk database pemantauan pemanfaatan sumberdaya.
Contoh-contoh pemasukan data pemantauan pemfaatan sumberdaya pada tabel database
Lampiran 3.
27
Contoh 2. Tabel ‘P1’ informasi yang rinci tentang masing-masing sorties.
28
Contoh 3. Tabel ‘P2’ bagian kiri dalam database mencakup sebuah sektor diberi indeks ya/tidak.
29
Contoh 4. Bagian kanan dari tabel ‘P2’ dalam database termasuk persentase wilayah pantai setiap sektor yang dicakup dalam survei
30
Contoh 5. Bagian kanan dari table ‘P3’ dalam database mengandung informasi masing-masing pemanfaatan sumberdaya yang diamati.
31
Contoh 6. Tabel ‘P4-5’ dalam database mengandung informasi detail masing-masing atribut.
32
Contoh 7. Luas cakupan area untuk masing-masing sektor
33
Contoh 8. Daftar variabel dalam database.
34