BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dikembangkan formulasi pelet ekstrak air sambiloto (Andrographis paniculata) yang disalut dengan Eudragit E-100 untuk menutupi rasa pahit sehingga dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasi.
Hasil karakterisasi ekstrak kental adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Karakteristika Ekstrak Kental Sambiloto Parameter
Hasil
Organoleptik : Warna Bau Rasa Viskositas Bobot Jenis
Coklat kehitaman Menyengat tidak menyenangkan Sangat Pahit 1100 cps 1,4 gram/mL
Kadar air Kadar Andrografolida
59,5 ±1,5 % 588 ± 8 µg/gram (0,058%)
Kadar andrografolida yang diperoleh relatif kecil. Hal ini disebabkan kelarutan andrografolida sukar larut dalam air. Pelarut air digunakan karena adannya pustaka yang menyebutkan efek imunostimulan dari ekstrak air sambiloto.
Pada penelitian ini teknik penutupan rasa yang digunakan adalah metode penyalutan lapis tipis dengan polimer. Penyalutan lapis tipis dilakukan dengan menggunakan alat fluid bed dryer. Prinsip penggunaan alat fluidized bed dryer adalah suspensi udara, dicmana terdapat aliran udara yang mensuspensikan partikel, dan tekanan penyemprotan penyalut sehingga dapat menyaluti partikel. Titik kritis pada penyalutan dengan fluid bed dryer adalah bentuk dan ukuran partikel. Bentuk ukuran partikel yang terlalu kecil dan kurang sferis seperti granul akan cenderung untuk bergabung satu sama lain sehingga tidak terbentuk penyalutan. Oleh karena itu, ekstrak sambiloto dibentuk pelet agar menghasilkan proses salut yang baik.
Bentuk pelet yang dihasilkan dari metode ekstrusi-sferonasi bergantung pada kandungan lembab massa granul. Massa granul yang terlalu kering dapat membentuk ekstrudat yang
akan menghasilkan sejumlah besar serbuk pada saat sferonisasinya. Sementara massa granul yang terlalu basah menghasilkan ekstrudat yang akan berikatan satu sama lain dan membentuk aglomerat, meskipun ekstrudat tersebut dapat terpisahkan pada tahap ekstrusi tapi cenderung membentuk aglomerat saat sferonisasi sehingga pelet yang diperoleh berukuran besar. Oleh karena itu massa granul harus memiliki kekuatan mekanik yang cukup untuk membentuk ekstrudat yang berbentuk batang pada saat ekstrusi, tapi juga harus dapat dan mudah terpecah menjadi batang pendek yang seragam untuk membentuk pelet dengan distribusi ukuran yang sempit. Hasil optimasi perbandingan jumlah ekstrak dengan Avicel PH 101 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Optimasi Perbandingan Ekstrak dan Absorben. For mula
Ekstrak : Avicel
PVP (%)
P1
3:1
3
Kandungan lembab massa granul (%) 52,1
P2
2:1
3
42,4
P3
3:2
3
31,3
P4
1:1
3
26,4
Keterangan
Massa terlalu lengket, ekstrudat cenderung menggumpal kembali. Ekstrudat sangat basah, menghasilkan pelet yang membentuk aglomerat Ekstrudat basah dan menghasilkan pelet dengan distribusi ukuran yang sempit. Ekstrudat basah, namun pada saat sferonisasi banyak terbentuk serbuk sehingga rendemen sangat kecil.
Hasil optimasi pelet di atas memberikan hasil bahwa pelet formula P3 dengan perbandingan ekstrak : avicel = 3 : 2 memberikan hasil yang paling baik.
Pada proses penyalutan dengan Fluidized Bed Dryer, pelet akan mengalami tumbukan satu sama lain dan juga tekanan. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa pelet yang akan disalut tidak rapuh. Penambahan pengikat diharapkan dapat menyelesaikan masalah kerapuhan pelet karena dengan adanya pengikat akan terbentuk suatu jembatan padat yang lebih kuat mengikat antar partikel.
Tabel 4.3 : Tabel Evaluasi Pelet Ekstrak Sambiloto Parameter P3.3 Kandungan lembab (%) 1,19 57,32 Rendemen (%) Friksibilitas (%) 0,81 Friabilitas (%) 0,187
PVP 3.2 1,73 51,76 4,46 3,54
Gambar 4.1 : Grafik distribusi ukuran pelet
Dari data evaluasi terlihat bahwa rendemen pelet sangat rendah yaitu 57 dan 51%. Hal ini disebabkan berkurangnya massa air dalam ekstrak kental selama proses pengeringan selain itu juga kehilangan massa yang cukup besar pada saat sferonisasi.
Pada penggunaan PVP dengan konsentrasi 3% diperoleh pelet yang sangat kuat, dilihat dari data friksibilitas dan friabilitas yang dibawah 1%. Hal ini dapat disebabkan adanya pengaruh ekstrak kental yang juga berfungsi sebagai pengikat sehingga meningkatkan ikatan antar partikel. Selain itu konsentrasi 3% terhitung dari jumlah avicel dan jumlah ekstrak kental, ekstrak kental mengandung air 59%, sehingga ketika air menguap selama proses pengeringan maka konsentrasi PVP dalam pelet akan meningkat.
Tabel 4.4. Hasil Penetapan Kadar Andrografolida dalam Pelet Formula P3.3
Kadar andrografolida (µg/g) 504,55 ± 25,72
Persentase perolehan kembali (%) 85,8
P3.2
525,6 ± 10,72
89,38
Kadar andrografolida dalam pelet dibandingkan dengan kadar andrografolida dalam ekstrak kental yang dinilai sebagai kadar awal 100% sehingga diperoleh persentase perolehan kembali andrografolida dalam pelet. Hasil persentase perolehan kembali relatif kecil namun masih dalam rentang perolehan kembali yang diperbolehkan untuk ekstrak yaitu 80-120%.
Tabel 4.5. Hasil Optimasi Konsentrasi Larutan Eudragit E-100 Jumlah Pelet (g) 50
Jumlah Eudragit E-100(g) 10
Konsentrasi dalam etanol 95% (b/v) 1%
Waktu Penyalutan (jam) 15
Berat akhir (g) 53,4
Efisiensi penyalutan (%) 34
Rasa Akhir
50
10
2%
6
53,1
31
Tidak pahit
50
10
5%
2
50,5
5
Pahit
Tidak pahit
Dari hasil optimasi kondisi penyalutan, diketahui bahwa konsentrasi larutan penyalut yang rendah yaitu 1 dan 2% lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi 5%. Konsentrasi yang lebih rendah menyebabkan adsorpsi partikel penyalut pada permukaan pelet lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi tinggi.
1
2
3
Gambar 4.2: Hasil pengamatan morfologi mikroskopik pelet salut Keterangan: 1 : Muka pelet, perbesaran 80x 2 : Penampang pelet, perbesaran 80x 3 : Penampang pelet, perbesaran 1000 X.
Dari pengamatan morfologi mikroskopik pelet salut menunjukkan adanya lapisan tipis pada permukaan pelet dengan ketebalan ±10 µm. Lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga tidak mempengaruhi distibusi ukuran. Terlihat dari gambar perbandingan distribusi ukuran pelet di bawah, penambahan jumlah distribusi ukuran tidak menunjukkan perubahan berarti.
Gambar 4.3: Grafik perbandingan distribusi ukuran pelet salut dan pelet tidak salut.
Dari hasil penetapan kadar andrografolida pada pelet salut, diperoleh kadar andrografolida pada PS3.3 adalah 494±22.07 µg/g dan pada PS3.2 521.7±13.96 µg/g. Dengan demikian perolehan kembali masing-masing terhitung dari kadar pelet sebelum salut adalah 98.01% untuk PS3.3 dan 99.25% untuk PS3.2.
Uji rasa dilakukan untuk melihat keberhasilan proses penyalutan dalam menutupi rasa pahit dari pelet sambiloto. Hasil statistika uji rasa menggunakan metode student t berpasangan dengan Confidence Interval 95% menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara rasa pelet yang setelah disalut dengan pelet yang sebelum disalut dan tidak terdapat perbedaan bermakna antara penelis laki-laki dan wanita. Akan tetapi sebagian besar panelis merasakan after taste pahit setelah menelan pelet. After taste ini dapat terjadi akibat larutnya penyalut sehingga menyebabkan rasa pahit dari dalam pelet keluar. Dengan demikian jumlah penyalut perlu ditingkatkan agar ketebalan salut meningkat.