BAB 4
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Kadar air simplisia Kadar air dalam simplisia berada dalam rentang 8,85% – 10,98%. Kadar air dalam simplisia ini dijadikan faktor koreksi terhadap nilai rendemen ekstrak, kandungan senyawa kuinon, dan zat warna merah. Tabel 4 Susut Pengeringan Simplisia NO.
Sampel
Susut Pengeringan
1
Parutan – Fermentasi - Matahari
2
Parutan – Non Fermentasi - Matahari
3
Parutan – Fermentasi – Lampu
4
Parutan – Non Fermentasi - Lampu
5
Parutan – Fermentasi – Udara Kering
6
Parutan – Non Fermentasi – Udara Kering
7
Parutan – Non Fermentasi – Oven
8
Parutan – Fermentasi - Oven
9
Rajangan – Fermentasi - Matahari
10
Rajangan – Non Fermentasi - Matahari
11
Rajangan – Fermentasi - Lampu
12
Rajangan – Non Fermentasi - Lampu
13
Rajangan – Fermentasi – Udara Kering
14
Rajangan – Non Fermentasi – Udara Kering
15
Rajangan – Fermentasi - Oven
16
Rajangan – Non Fermentasi - Oven
10,14 10,78 10,73 10,48 9,99 9,96 8,85 8,92 10,60 10,29 10,35 10,90 9,83 10,98 10,27 10,95
4.2 Rendemen ekstrak n-heksan Pengamatan rendemen ekstrak n-heksan dilakukan dengan membandingkan antara parutan dan rajangan, fermentasi dan non fermentasi, dan antar metode pengeringan. Metode pemarutan dan perajangan tidak menghasilkan rendemen ekstrak berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pemarutan dan perajangan tidak
19
20 mempengaruhi rendemen ekstrak dalam ekstrak n-heksan. Metode fermentasi dan tanpa fermentasi menghasilkan rendemen ekstrak yang tidak berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses fermentasi tidak memberi pengaruh signifikan terhadap nilai rendemen ekstrak (Gambar 4.1 dan Gambar 4.2).
% rendemen ekstrak 6 5 4
Gambar 4.13 Rendemen ekstrak n-heksan dari kelompok sampel parutan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven). 2 1 % rendemen ekstrak
Non Fermentasi Fermentasi
0 M
L
U
O
5 metode pengeringan 4 3
Gambar 4.2 Rendemen ekstrak n-heksan dari kelompok sampel rajangan 2(M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven). 1
Sampel rajangan yang tidak difermentasi danNondikeringkan dengan udara kering Fermentasi 0
M Fermentasi dengan sampel parutan yang menunjukkan perbedaan yang besar jika dibandingkan L U
O
difermentasi dan dikeringkan dengan udara kering (Gambar 4.2). Metode pengeringan metode pengeringan matahari dan udara kering memberikan pengaruh signifikan terhadap rendemen ekstrak n-heksan. Sampel yang dikeringkan dengan matahari memberikan nilai rendemen ekstrak yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan sampel yang dikeringkan dengan udara kering (Gambar 4.3).
21 % Rendemen Ekstrak 6 5 4 3 2 1 udara kering
0 PF
RF
matahari P
Jenis Sampel
R
Gambar 4.3 Pembandingan rendemen ekstrak sampel yang dikeringkan dengan matahari dan dengan udara kering (PF=parutan-Fermentasi; RF=Rajangan Fermentasi; P=Parutan-tanpa fermentasi; R=Rajangantanpa fermentasi). 4.3 Kandungan senyawa kuinon dalam ekstrak n-heksan Pengamatan kandungan senyawa kuinon dalam ekstrak n-heksan dilakukan dengan membandingkan antara parutan dan rajangan, fermentasi dan non fermentasi, dan antar metode pengeringan. Metode pemarutan dan perajangan tidak menghasilkan kandungan senyawa kuinon yang berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pemarutan dan perajangan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kandungan senyawa kuinon dalam ekstrak n-heksan. Metode fermentasi dan tanpa fermentasi menghasilkan kandungan senyawa kuinon yang berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses fermentasi memberi pengaruh signifikan terhadap kandungan senyawa kuinon. Sampel yang mengalami fermentasi memiliki kandungan senyawa kuinon yang lebih besar dari sampel yang tidak mengalami fermentasi. Kekecualian diamati pada sampel rajangan-non fermentasi-pengeringan oven yang menunjukkan kandungan senyawa kuinon lebih besar dibandingkan sampel fermentasi (Gambar 4.4 dan Gambar 4.5).
Kadar senyawa Kuinon (µg) 12 10 8 6 4
22 Gambar 4.4 Kandungan kuinon ekstrak n-heksan dari kelompok sampel parutan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven).
Kadar senyawa Kuinon (µg) 12 10 8 6 4 2 0 M
L
Non Fermentasi Fermentasi U
O
Metode Pengeringan
Gambar 4.5 Kandungan kuinon ekstrak n-heksan dari kelompok sampel rajangan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven). Peningkatan senyawa kuinon ini kemungkinan merupakan hasil dari reaksi hidrolisis glikosida kuinon oleh enzim glikosidase, sehingga terjadi peningkatan jumlah senyawa kuinon bebas yang dapat dideteksi. Metode pengeringan tidak menghasilkan kandungan senyawa kuinon yang berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pengeringan tidak memberi pengaru signifikan terhadap kandungan senyawa kuinon dalam ekstrak metanol.
4.4 Rendemen ekstrak metanol Pengamatan terhadap rendemen ekstrak metanol dilakukan dengan membandingkan antara parutan dan rajangan, fermentasi dan non fermentasi, dan antar metode pengeringan. Metode pemarutan dan perajangan tidak menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pemarutan dan perajangan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kandungan zat warna merah dalam ekstrak metanol. Metode fermentasi dan tanpa fermentasi menghasilkan rendemen ekstrak yang tidak berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses fermentasi tidak memberi pengaruh signifikan terhadap nilai rendemen ekstrak metanol (Gambar 4.6 dan Gambar 4.7).
23
%rendemen ekstrak 8 6 4 2 Non Fermentasi Fermentasi
0 M
L
U
Metode Pengeringan
O
Gambar 4.6 Rendemen ekstrak metanol dari kelompok sampel parutan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven).
%rendemen ekstrak
8 6 4 2 0 M
L
Non Fermentasi Fermentasi U
O
metode pengeringan Gambar 4.7 Rendemen ekstrak metanol dari kelompok sampel rajangan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven). Metode pengeringan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap rendemen ekstrak metanol dari sampel. Sampel yang dikeringkan dengan matahari, lampu, udara kering, dan oven tidak menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda bermakna.
4.5 Kandungan zat warna merah dalam ekstrak metanol Pengamatan kandungan zat warna merah dalam ekstrak metanol dilakukan dengan membandingkan antara parutan dan rajangan, fermentasi dan non fermentasi, dan antar
24 metode pengeringan. Metode pemarutan dan perajangan tidak menghasilkan kandungan zat warna merah yang berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses pemarutan dan perajangan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kandungan zat warna merah dalam ekstrak metanol. Metode fermentasi dan tanpa fermentasi menghasilkan kandungan zat warna merah yang tidak berbeda bermakna, sehingga dapat dikatakan bahwa proses fermentasi tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kandungan zat warna merah. Perbandingan kandungan zat warna merah diamati dari nilai absorbansi pada pengamatan secara spektrofotometri ultraviolet (Gambar 4.8 dan Gambar 4.9). Berdasarkan kandungan zat warna merah yang tidak berbeda bermakna, maka kemungkinan tidak terjadi reaksi enzimatis terhadap zat warna merah. Zat warna merah diduga merupakan senyawa golongan tanin.
Kadar zat merah (Absorbansi) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 Non Fermentasi Fermentasi
0 M
L
U
O
Metode Pengeringan
Gambar 4.8 Kandungan zat merah ekstrak metanol dari kelompok sampel parutan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven).
25
Kadar zat merah (Absorbansi) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 Non Fermentasi Fermentasi
0 M
L
U
O
Metode Pengeringan
Gambar 4.9 Kandungan zat merah ekstrak metanol dari kelompok sampel rajangan (M=matahari, L=udara kering, U=udara kering, O=oven). Metode Pengeringan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kandungan zat warna merah dari sampel. Sampel yang dikeringkan dengan matahari, lampu, udara kering, dan oven tidak menghasilkan kandungan zat warna merah yang berbeda.