Bab 3 Analisis Data
3.1. Analisis Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi Penyebab Perilaku Enjokosai Yang Tercermin Dari Tokoh Hiromi Dalam Film Love & Pop (1997) Berdasarkan teori penokohan menurut Nurgiyantoro (2002) yang telah penulis jabarkan di bab sebelumnya, untuk menemukan konformitas remaja dalam kelompok yang mengakibatkan tokoh Hiromi menjadi seorang pelaku enjokosai dalam film Love & Pop (1997), maka penulis akan melakukan analisis berdasarkan verbal dan non verbal.
3.1.1. Analisis Konformitas Remaja Dalam Kelompok Secara Verbal Dalam sub bab ini, penulis akan menjabarkan analisis konformitas remaja dalam kelompok yang akhirnya mengakibatkan Hiromi menjadi seorang pelaku enjokosai dalam film Love & Pop (1997) berdasarkan perkataannya dalam percakapan. Dalam analisis ini penulis membatasi ruang lingkupnya kedalam empat bagian yaitu: : 1 Kepercayaan diri yang lemah 2. Rasa takut terhadap celaan sosial 3. Kepercayaan terhadap kelompok 4. Kurangnya informasi
3.1.1.1 Analisis Kepercayaan Diri Yang Lemah Pada Tokoh Hiromi Episode 1 Menit
: 13:30
Situasi
: Hiromi dan Sachi dalam perjalanan pulang dari sekolah, tiba- tiba mereka
berdua dihampiri oleh seorang pria yang ingin mengajak mereka makan siang yang setelah itu akan diberi bayaran. Percakapan : 男
:
ね.....ね.....学校帰り? マンションであってそれで僕の作った料理を食べよ!
さち
:
マンション? ご飯だけでいいんですか?
ひろみ
:
..............................
男
:
そう!僕は作るだけあなたまた食べる 一人5000円?6000円にしょうか?7000円?
さち
:
7000円?(微笑む) じゃ、いこう!
ひろみ : .............................. (Love & Pop, 1997) Terjemahan : Lelaki
:
Sachi
:
Hiromi Lelaki
: :
Sachi
:
Hiromi
:
Hai,,pulang sekolah?? Aku punya manshion selanjutnya aku akan memasak makanan dan mari kita makan bersama. Manshion?? Hanya makan saja boleh? .......... Iya! saya hanya membuatkan dan kamu makan.. Satu orang 5000yen?? 6000 yen bagaimana? 7000 yen? 7000 yen? (tersenyum) Ayo pergi! ..........
Analisis
:
Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan diri yang lemah dapat terlihat dalam kutipan percakapan di atas. Remaja menurut Wirawan (2001:15) sangat mudah terpengaruh akan kelompoknya tercermin secara eksplisit dalam tokoh Hiromi yang mengikuti kehendak temannya Sachi, untuk mengikuti pria yang mengajak mereka makan siang. Hiromi tidak mengatakan apa-apa menanggapi pernyataan setuju yang dilakukan oleh Sachi temannya. Menurut analisis saya dilihat dari usia Hiromi yang masih remaja, dia merasa takut untuk menolak karena kepercayaan diri yang lemah. Sachi merupakan sosok yang mempunyai pengaruh besar pada Hiromi. Apapun yang diusulkan biasanya selalu disetujui oleh Hiromi dan anggota kelompoknya yang lain (Santrock, 2003:170). Hiromi belum mempunyai prinsip dalam berprilaku yang akhirnya membuat dia mengikuti saja apa yang dikehendaki Sachi tanpa berfikir panjang akan apa yang akan ia lakukan dan dampak bagi kehidupan selanjutnya. Hal tersebut tercemin dalam kutipan percakapan Sachi terhadap lelaki yang mengajak mereka makan siang bersama. Dalam percakapan tersebut Hiromi hanya diam saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia tidak berani untuk mengeluarkan argumen apa-apa karena ia merasa kurang percaya diri dalam menentukan keputusan yang akan diambil. Hiromi lebih memilih untuk diam dan menunggu keputusan Sachi. Akhirnya Sachi lah yang memutuskan untuk menerima ajakan pria tersebut. Hal itu tergambar jelas dalam percakapan terakhir
yakni:「7000円?(微笑む)じゃ、いこう!」dalam
hal
ini
Sachi
tidak
menanyakan pendapat Hiromi apakah Hiromi setuju atau tidak untuk menerima ajakan makan bersama itu. Karena setuju akan harga yang ditawarkan untuk menemani makan siang, maka Sachi menerimanya. Hiromi sebagai gadis lugu yang belum mengerti apa-apa mengikuti saja apa
yang dilakukan oleh Sachi. Ia berharap temannya itu akan dapat membawanya kearah yang lebih baik karena Hiromi tidak yakin dalam mengambil keputusan secara pribadi. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya (Wirawan, 2005).
3.1.1.2 Analisis Rasa Takut Terhadap Celaan Sosial Pada Tokoh Hiromi Episode 2 Menit : 34:30 Situasi : Sepulang Hiromi dan Teman-temannya dari pusat perbelanjaan, Hiromi yang sangat menyukai cincin yang dilihatnya di etalase toko masih terus memikirkan cincin tersebut. Hiromi ingin sekali memilikinya namun, ia tidak punya cukup uang untuk membelinya. Hiromi bingung dan membicarakan hal tersebut dengan teman-temannya. Percakapan : なお
:
どうしたんですか?
さち
:
ひろみが..........
なお
:
何で?
さち
:
わかんない
さち
:
ほしいんですよ!この指輪。。 じゃ受け取ってよ!
ひろみ
:
だって..........
ちえ
:
だって何??
さち : どうしたの? (Love & Pop, 1997)
Terjemahan : Nao Sachi Nao Sachi
: : : :
Hiromi Chie Sachi
: : :
Ada apa? Hiromi.. Kenapa? Ngga tau ah Kamu ingin sekali cincin itu.. Dapatkan!! Gimana yah.. (wajah ragu-ragu) Kenapa? (bernada agak meninggi) Ada apa??
Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah rasa takut terhadap celaan sosial dapat terlihat dalam kutipan percakapan di atas. Hiromi yang sangat menginginkan untuk membeli cincin yang ia sukai didorong secara keras oleh teman-temannya untuk mendapatkannya. Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya (Wirawan, 2005). Remaja yang berada pada masa transisi pada dasarnya selalu ingin dapat selaras dalam pergaulan membuat mereka cenderung melakukan hal yang dapat diterima oleh kelompoknya. Mereka takut terkucilkan dan mendapat celaan karena tidak mengikuti kelompok maupun lingkungan sekitarnya. Hal tersebut tergambar dalam kata-kata Sachi terhadap Hiromi, yakni: 「ほしいんですよ!この指輪...じゃ、受け取ってよ!」. Dalam Percakapan ini Sachi memberi dorongan dan semangat kepada Hiromi untuk mendapatkan cincin itu. Timbul rasa keraguan yang tercermin dalam perkataan Hiromi, yakni: 「だって」. Menurut Haga (1996) 「だって」termasuk dalam ii shashi hyogen yang adalah keadaan dimana penutur
mengungkapkan suatu kalimat tidak secara lugas. penutur memutuskan kalimatnya ditengahtengah sehingga petutur harus bisa menyimpulkan sendiri maksud dari si penutur. Dalam percakapan diatas kata ini menggambarkan kebimbangan Hiromi yang masih ragu akan keputusannya. Selanjutnya ditegaskan oleh pernyataan Chie 「だって何?」yang dipertegas kembali oleh Sachi 「どうしたの?」. Karena dorongan dari teman-teman akhirnya Hiromi menghilangkan rasa keragu-raguannya dan berusaha mencari jalan untuk dapat membeli cincin tersebut. Jika Hiromi menyerah untuk mendapatkan cincin tersebut maka ia akan menerima ejekan dari teman-temannya yang merupakan bentuk dari celaan sosial.
3.1.1.3 Analisis Kepercayaan Terhadap Kelompok Pada Tokoh Hiromi Episode 3 Menit : 37:40 Situasi : Hiromi sedang berdiskusi dengan ketiga temannya mengenai cincin yang mereka lihat di pusat perbelanjaan. Mereka sedang memikirkan bagaimana cara cepat untuk mendapatkan uang, guna memberli cincin yang sangat diinginkan oleh Hiromi. Percakapan: ちえ
:
ひろみ、指輪すぐほしいんじゃないの? あの親父まだいるかな.......
さち
:
うん. 親父って 一生ににしゃぶしゃぶ食べるだけで二人 50000円ずつ払う。
(Love & Pop, 1997)
Terjemahan : Chie
:
Sachi
:
Hiromi, kamu betul-betul menginginkan cincin itu secepatnya kan? Ada nggak ya om itu Iya Om itu,, Makan shabu-shabu bersama 2 orang dibayar 50.000
yen.
Analisis: Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan terhadap kelompok dapat terlihat dalam kutipan percakapan di atas. Hiromi diberi saran oleh Sachi dan Chie cara mendapatkan uang dengan cepat dan mudah agar dapat membeli cincin yang diinginkannya. Menurut Wirawan (2005) semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. Hiromi mendengarkan saran kedua temannya itu dengan seksama dan memutuskan untuk melakukan anjuran tersebut. 「親父、て一生にしゃぶしゃぶ食べるだけで二人50000円ずつ払う!」 merupakan kutipan saran yang diberikan Sachi kepada Hiromi untuk menemani seorang lelaki makan shabushabu dan setelah itu akan mendapatkan uang. Karena kepercayaan yang besar terhadap kelompoknya dan berfikir bahwa anjuran dari teman-temannya itu adalah hal yang paling tepat maka, Hiromi mendengarkan saran teman-temannya. Hiromi berfikir bahwa saran temannya itu sangat dapat membantunya untuk memiliki uang dengan mudah dan cepat. Menurut Kiesler & Kiesler (2005) konformitas merupakan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari
kelompok baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Kelompok memberikan pengaruh yang besar akan terjadinya konformitas.
3.1.1.4 Analisis Kurangnya Informasi Pada Tokoh Hiromi Episode 4 Menit : 17:51 Situasi : Hiromi pertama kalinya melihat Nao meninggalkan pesan untuk mempromosikan dirinya dalam pesan suara di telepon genggamnya. Nao yang sudah terlebih dahulu menjadi pelaku enjokosai menawarkan Hiromi untuk ikut mempromosikan dirinya dalam telepon genggam tersebut. Percakapan : なお
:
16歳の高校生です。 今日ひまなんでいっしょうに これから遊んでくれ探します。 コールベクよろしくおねがいします。 この感じよね。 いいんじゃない? じゃ、次ひろみやってみて?
ひろみ
:
私?
なお : うん。 (Love & Pop, 1997)
Terjemahan : Nao
:
Hiromi
:
Saya pelajar SMU berusia 16 tahun. Sekarang saya sedang Senggang dan mencari partner untuk jalan-jalan. Tolong balas telepon. Yang seperti ini asik kan? Nah,sekarang Hiromi silahkan mencoba Aku??
Nao
:
ya!
Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kurangnya informasi dapat terlihat dalam kutipan percakapan di atas. Nao mengenalkan Hiromi pada tere-kura yang merupakan alat komunikasi pria dan wanita yang terlibat dalam suatu pembicaraan yang pada akhirnya mereka akan membuat perjanjian untuk bertemu di suatu tempat untuk melakukan enjokosai. (Morisson, 1998). Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka (Wirawan, 2005). Dalam hal ini Hiromi hanya mendapatkan informasi dari ketiga temannya yaitu Nao, Sachi, dan Chie. Sebagai gadis yang awam dan belum pernah mengetahui informasi tentang tere-kura yang merupakan langkah awal untuk mendaftarkan diri dan mencari pelanggan untuk melakukan enjokosai mengikuti saja apa yang dilakukan oleh Nao. Hal tersebut tercermin
dalam
kutipan
perkataan
:
「この感じよね....いいんじゃない?次ひろみやってみて?」Dalam kutipan percakapan tersebut Hiromi hanya memperoleh informasi dari Nao dan kedua temannya yang lain akan terekura dan enjokosai. Hiromi melihat ketiga temannya itu selalu senang menjadi pelaku enjokosai dan karena mereka menjadi anggota dalam tere-kura banyak sekali laki-laki yang memperhatikan mereka dan menjadi teman mereka. Melihat hal itu Hiromi pun mencoba meninggalkan pesan dan mendaftar dalam tere-kura. Ini adalah awal Hiromi menjadi pelaku enjokosai. Menurut Kuronuma dalam Warnasih (2001:27) mengenai merebaknya enjo kosai, tere-kura (klub telepon) memiliki peranan besar. Melalui tere-kura gadis-gadis pelaku enjokosai
menawarkan dirinya. Dapat dikatakan bahwa keberadaan dan merebaknya enjokosai seiring dengan menjamurnya tere-kura.
3.1.2 Analisis Konformitas Dalam Kelompok Secara Non Verbal Dalam sub bab ini, penulis akan menjabarkan analisis konformitas remaja dalam kelompok yang menjadi penyebab perilaku enjokosai yang tercermin dalam tokoh Hiromi dalam film Love & Pop berdasarkan tindakannya dalam percakapan. Dalam analisis ini penulis membatasi ruang lingkupnya kedalam empat bagian yaitu: : 1 Kepercayaan diri yang lemah 2.Rasa takut terhadap celaan sosial 3.Kepercayaan terhadap kelompok 4. Kurangnya informasi
3.1.1.1 Analisis Kepercayaan Diri Yang Lemah Pada Tokoh Hiromi Episode 1 Menit
: 22:25
Situasi
: Dalam sebuah klub malam dimana Hiromi dan teman-temannya sedang
bersenang-senang menari bersama menghabiskan malam. Sachi, Chie, dan Nao telah sering mengabiskan malam disana. Tindakan
: Hiromi yang awalnya bingung mencoba mengikuti gaya hidup ketiga temannya
itu. Hiromi pun menikmati keberadaannya disana dengan ikut menari dan tertawa.
Gambar 3.1 Hiromi Sedang Menari Bersama Teman-Temannya Dalam Sebuah Klub Malam
Sumber: Love & Pop, 1997 Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan diri yang lemah dapat terlihat dalam tindakan yang dilakukan Hiromi pada gambar diatas. Tokoh Hiromi yang mencerminkan remaja yang dalam masa transisi mudah sekali terpengaruh akan orang lain dan lingkungan membuat mereka mudah sekali terjerumus dalam pergaulan yang kurang baik. Semakin lemah kepercayaan seseorang akan penilaiannya sendiri, semakin tinggi tingkat konformitasnya (Wirawan, 2005). klub malam adalah tempat yang digunakan orang baik muda maupun tua untuk melepas penat dengan menari dan tertawa. Disana mereka dapat melakukan apa saja tanpa ada orang yang terganggu. klub malam identik dengan perilaku menyimpang kehidupan malam seperti tindak prostitusi dan obatobatan terlarang (Saputra, 2007) Banyak anggapan masyarakat bahwa orang sering pergi ke klub
malam memiliki sisi negatif. Namun, sebagian orang yang selalu haus akan perubahan dan pengetahuan baru menganggap klub malam sebagai ajang bersosialisasi bertemu teman baru dan menikmati kehidupan malam. Jika ia bisa mengikutinya maka dianggap seorang yang dapat bergaul dan dapat berkenalan dengan banyak teman lewat kehidupan malam tersebut. Hiromi menganggap semua itu sebagai hal yang baru dan menyenangkan. Ia dapat menikmati semua itu tanpa tahu akan dampak bagi kehidupannya selanjutnya. Dalam hal ini Hiromi tidak mempunyai prinsip dan memiliki rasa kepercayaan diri yang lemah yang mengakibatkan ia selalu mengikuti apa yang dilakukan oleh ketiga temannya itu tanpa berani menolak maupun menghindar. Menurut Asfriyati (2003) Remaja lebih mendengarkan perkataan teman sebayanya dibandingkan keluarganya karena pada masa ini remaja lebih senang bersosialisasi dan berbagi dengan teman seumurnya. . Episode 2 Menit
: 32:26
Situasi
: Di sebuah pusat perbelanjaan, Hiromi, Nao, Chie, dan Sachi sedang berjalan-
jalan sambil melihat barang yang bagus untuk berbelanja. Tindakan
: Hiromi bersama ketiga temannya itu berencana untuk berbelanja. Mereka
berempat berkeliling mencari barang-barang yang bagus.
Gambar 3.2 Hiromi Bersama Ketiga Temannya Sedang Berada Dalam Pusat Perbelanjaan
Sumber: Love & Pop, 1997 Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan diri yang lemah dapat terlihat dalam tindakan yang dilakukan Hiromi pada gambar diatas. Remaja yang biasa dengan kehidupan berkelompok cenderung lebih nyaman menghabiskan waktu bersama kelompoknnya. Menurut Asfriyati (2003) Remaja lebih mendengarkan perkataan teman sebayanya dibandingkan keluarganya karena pada masa ini remaja lebih senang bersosialisasi dan berbagi dengan teman seumurnya. Hiromi, Sachi, Chie, dan Nao adalah gambaran remaja yang melakukan segala hal bersama. Di saat berbelanja,
mereka cenderung saling meminta pendapat dan masukan akan suatu barang yang akan dibelinya. Mereka kurang yakin jika harus memilih sendiri apakah itu bagus atau tidak. Mereka akan lebih percaya diri jika dalam membeli ataupun memilih suatu barang meminta pendapat teman-temannya, jika teman-temannya berpendapat bahwa barang tersebut bagus maka akan lebih nyaman dan percaya diri dalam memakainya. Remaja sebagaimana manusia lain adalah makhluk monodualis, yang berarti selain sebagai makhluk individu mereka juga makhluk sosial yang mau tak mau membutuhkan orang lain dan dipengaruhi oleh keadaan sosial yang ada disekelilingnya, karena hal ini usia remaja sangat rentan terhadap lingkungan sosialnya. Biasanya mereka mudah sekali terbawa arus pergaulan (Wirawan, 2001:47). Semakin lemah kepercayaan
seseorang
akan
penilaiannya
sendiri,
semakin
tinggi
tingkat
konformitasnya.(Wirawan, 2005).
3.1.1.2 Analisis Rasa Takut Terhadap Celaan Sosial Pada Tokoh Hiromi Episode 3 Menit
: 35:30
Situasi
: Nao, Sachi, Chie, dan Hiromi berada dalam sebuah tempat karaoke, dimana
mereka sedang menemani seorang lelaki paruh baya yang ingin berkaraoke dan makan siang setelah itu mereka akan diberi bayaran. Tindakan
: Hiromi berkaraoke bersama dan makan siang bersama seorang pria yang
mengajak mereka.
Gambar 3.3 Hiromi Berkaraoke dan Menemani Makan Siang Bersama Ketiga Temannya dan Seorang Pria
Sumber: Love & Pop, 1997 Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah rasa takut terhadap celaan sosial dapat terlihat dalam cuplikan tindakan Hiromi pada gambar di atas. Hiromi selalu mengikuti akan apa yang dilakukan oleh Sachi, Chie, dan Nao karena takut akan menerima ejekan. Dianggap kurang bisa bergaul dan menyesuaikan diri. Pada dasarnya tidak ada seorangpun yang mau dianggap terbelakang oleh kelompoknya. Setiap
orang cenderung ingin selalu menyesuaikan diri terhadap lingakungan sosial serta teman-teman dalam kelompoknya. Hal tersebut membuat Hiromi tidak pernah berfikir panjang dalam melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh teman-temannya. Pergi ke karaoke sambil menemani makan siang bersama seorang lelaki sebenarnya masih awam bagi Hiromi, namun karena ajakan teman-temannya dan takut akan ejekan ia mencoba menikmatinya. Menurut Wirawan (2005) Celaan sosial memberikan efek yang signifikan terhadap sikap individu karena pada dasarnya setiap manusia cenderung mengusahakan pesetujuan dan menghindari celaan kelompok dalam setiap tindakannya
3.1.1.3 Analisis Kepercayaan Terhadap Kelompok Pada Tokoh Hiromi Episode 4 Menit
: 30:41
Situasi
: Mereka berempat sedang berbagi cerita di sebuah kafe.
Tindakan
: Hiromi dan teman-temannya berkumpul dan berbagi cerita antara satu dan yang
lainnya.
Gambar 3.4 Hiromi Berkumpul Bersama Teman-temannya dan Saling Berbagi Cerita
Sumber: Love & Pop, 1997
Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan terhadap kelompok dapat terlihat dalam cuplikan gambar adegan di atas. Hiromi yang seringkali berkumpul untuk berbagi cerita dengan ketiga temannya lama kelamaan mulai terbiasa dan dapat masuk dalam dunia ketiga temannya itu. Dalam kelompok diperlukan penyesuaian diri dari individu kepada norma setiap kelompok yang akan ditemuinya ketika ia sudah menjadi anggota dalam kelompok tersebut (Baron, 2005:172). Semakin sering
berbincang dan berbagi cerita antara satu sama lain dalam suatu kelompok akan dapat mempererat tali persahabatan dalam kelompok dan juga menambahkan rasa percaya terhadap kelompok. Apapun yang dikatakan oleh ketiga sahabatnya itu memberikan pengaruh yang amat besar bagi kehidupan Hiromi. Apapun yang akan ia lakukan selalu didiskusikan bersama untuk menemukan jalan keluar dan penyelesaian dari setiap masalah yang terjadi. Tekanan dari kelompok sangat besar pengaruhnya dalam menetapkan penilaian atau pembuatan keputusan individu dalam kelompok.(Wirawan, 2005:183). Kesepakatan yang diambil dari setiap perbincangan dalam kelompok untuk menemukan jalan keluar dari suatu masalah merupakan hal yang tidak dapat diganggu gugat. Menurut Kiesler & Kiesler (2005) konformitas merupakan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Dalam hal ini Hiromi menjadi tergantung akan kelompoknya. Ia lebih percaya akan saran dari ketiga sahabatnya itu dan yakin bahwa ketiga sahabatnya itu selalu memberikan solusi terbaik bagi setiap permasalahan yang ia hadapi.
Episode 5 Menit
: 45:02
Situasi
: Di jalan raya yang ramai ketika Hiromi diajarkan untuk menjadi seorang pelaku
enjokosai oleh ketiga temannya. Tindakan
: Hiromi mengawali menjadi seorang pelaku enjokosai karena dorongan ketiga
temannya agar dapat mendapatkan uang. Teman-temannya memberi tips kepada Hiromi.
Gambar 3.5 Pertama Kalinya Hiromi Diperkenalkan Akan Enjokosai Oleh Sachi, Chie, dan Nao
Sumber: Love & Pop, 1997
Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kepercayaan terhadap kelompok dapat terlihat dalam cuplikan gambar adegan di atas. Hiromi yang selalu bercerita akan keluh kesahnya kepada Sachi, Chie, dan Nao akhirnya mengambil keputusan untuk menjadi seorang pelaku enjokosai. Pada awalnya Hiromi yang sangat menginginkan untuk membeli sebuah cincin yang dilihatnya saat ia pergi ke sebuah pusat
perbelanjaan menceritakan seberapa besar keinginannya untuk mendapatkan cincin tersebut. Teman-temannya memberikan saran kepada Hiromi untuk melakukan enjokosai agar dapat mendapatkan uang untuk membeli cincin dengan cepat dan mudah. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi (Wirawan, 2005). Hiromi yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Sachi, Chie ,dan Nao memberikan rasa kepercayaan dan pengaruh yang besar dari dalam dirinya terhadap ketiga temannya tersebut. Menurut Kiesler & Kiesler (2005) konformitas merupakan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja. Tekanan dari kelompok sangat besar pengaruhnya dalam menetapkan penilaian atau pembuatan keputusan individu dalam kelompok (Wirawan, 2005:183). Dalam hal ini Hiromi yang meminta saran kepada teman-temannya akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pelaku enjokosai. Ketiga temannya itupun membantu Hiromi ketika pertama kali menjadi pelaku enjokosai.
3.1.1.4 Analisis Kurangnya Informasi Pada Tokoh Hiromi Episode 6 Menit
: Film seri ke 2 menit 26:23
Situasi
: Dalam love hotel, Hiromi menerima ajakan kencan ke love hotel agar dapat
dengan cepat mendapatkan uang yang banyak. Tindakan hotel.
: Hiromi menemani kliennya seorang lelaki yang mengajaknya berkencan di love
Gambar 3.6 Hiromi dan Seorang Pria Yang Mengajaknya Berkencan Dalam Love Hotel
Sumber: Love & Pop, 1997
Analisis : Berdasarkan teori konformitas yang telah penulis jabarkan di landasan teori dimana salah satunya adalah kurangnya informasi dapat terlihat dalam cuplikan adegan pada gambar diatas.
Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Seringkali mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui; dengan melakukan apa yang mereka lakukan, kita akan memperoleh manfaat dari pengetahuan mereka (Wirawan, 2005). Hiromi yang akhirnya menjadi seorang pelaku enjokosai hanya melihat dari sisi positif akan enjokosai. Dapat membeli barang-barang yang diinginkan dengan mudah dan mendapatkan uang yang banyak hanyalah sedikit kesenangan yang didapatkan karena melakukan enjokosai. Enjokosai adalah sebutan lain untuk istilah prostitusi atau pelacuran. Dengan menggunakan istilah ini sebagai pengganti kata pelacuran membuat terdengar lebih halus seolah-olah merupakan suatu bentuk kerja keras yang dilakukan oleh para pelakunya (Takaori, 1997). Banyak sekali hal buruk yang akan didapat yaitu berupa celaan dari masyarakat sekitar jan juga penyakit menular seksual yang diakibatkan oleh perilaku seks bebas dan dapat terjangkitnya virus HIV. Hiromi hanya mendengarkan informasi tentang enjokosai dari Nao, Chie, dan Sachi saja tanpa tahu lebih lanjut akan dampak negatif akan hal tersebut. Kurangnya informasi merupakan salah satu hal yang memicu adanya konformitas Hiromi terhadap kelompoknya yang akhirnya berdampak dirinya menjadi pelaku enjokosai. Menurut Enkohakusho (2007) Enjokosai (enkou) lebih mudah disebut sebagai istilah jual beli, zaman sekarang istilah tersebut mengalami perubahan. Dahulu, tere-kura, mail box yang menjadi alat sebagai perantara anak remaja wanita untuk melakukan enjokosai. Ini menjadi permasalahan dalam masyarakat. Secara singkat arti dari enjokosai adalah dibayar dengan uang (melakukan tindakan enjokosai) secara nyata dan adanya hubungan intim. Diungkapkan oleh Hayao dalam Warnasih (2001:37) Enjokosai adalah pelacuran remaja puteri, dan merupakan sesuatu yang harus dihentikan.
Tabel 3.1 Analisis Konformitas yang Tercermin Dari Tokoh Hiromi Dalam Film Love & Pop (1997) Non Verbal
Verbal Kepercayaan diri yang lemah
Kepercayaan diri yang lemah
Menit : 13:30 さち
Menit : 22:25 Tindakan : Hiromi yang awalnya bingung mencoba mengikuti gaya hidup ketiga temannya itu. Hiromi pun menikmati keberadaannya disana dengan ikut menari dan tertawa.
:「7000円?(微笑むじゃ、いこ う!) Sachi :7000 yen? (tersenyum)Ayo pergi! Rasa takut terhadap celaan sosial Menit : 34:30 さち :「ほしいんですよ!この指輪。。じゃ、受 け取ってよ!」 Sachi : Kamu ingin sekali cincin itu..dapatkan!! Kepercayaan terhadap kelompok Menit : 37:40 さち :「「親父、て一生にしゃぶしゃぶ食
Menit : 32:26 Tindakan : Hiromi bersama ketiga temannya itu berencana untuk berbelanja. Mereka berempat berkeliling mencari barang-barang yang bagus. Rasa takut terhadap celaan sosial Menit : 35:30 Tindakan : Hiromi berkaraoke bersama sambil menemani seorang pria makan siang bersama ketiga temannya. Kepercayaan terhadap kelompok
べるだけで二人50000円ずつ払う!」 Menit : 30:41 sachi : Om itu,, makan shabu-shabu bersama 2 Tindakan : orang dibayar 50.000yen. Hiromi dan teman-temannya berkumpul dan Ini pasti sebuah lelucon kan?! berbagi cerita antara satu dan yang lainnya. Kurangnya informasi Menit : 17:51 なお : 「この感じよね。。いいんじゃない?次ひろ
Menit : 45:02 Tindakan : Hiromi mengawali menjadi seorang pelaku enjokosai karena dorongan ketiga temannya agar dapat mendapatkan uang. Temantemannya memberi tips kepada Hiromi.
みやってみて?」 Nao : Yang seperti ini asik kan? nah,sekarang Kurangnya informasi Hiromi silahkan mencoba .. Menit
: film seri ke 2 menit 26:23
Tindakan : Hiromi menemani kliennya seorang pria yang mengajaknya berkencan di love hotel.
Konformitas sebagai penyebab Enjokosai
Dari bagan di atas dapat dilihat secara eksplisit bahwa latar belakang Hiromi menjadi pelaku enjokosai adalah karena konformitas dalam kelompok. Sachi, Chie, dan Nao memberi pengaruh yang sangat besar dalam tindakan Hiromi hingga ia menjadi seorang pelaku enjokosai. Kepercayaan diri yang lemah, rasa takut pada celaan sosial, kepercayaan terhadap kelompok, dan kurangnya informasi merupakan empat faktor pemicu konformitas yang dipakai penulis dalam menganalisis adegan-adegan dalam film Love & Pop (1997) sebagai penyebab Hiromi melakukan enjokosai.