BAB 3 ANALISIS DATA
Dalam analisis data di bab tiga ini, saya menganalisis konsep kehidupan dan kematian di dalam bentuk simetri visual bonsai Jepang. menganalisis apakah semua tipe bonsai
Dalam bab ini, saya
dalam seni bonsai Jepang mengandung filosofi
simetri visual. Selanjutnya, saya juga menganalisis apakah bentuk simetri visual pada semua contoh tipe bonsai pada bab ini, mengandung konsep kehidupan dan kematian dalam agama Buddha. Dalam bab ini, saya menganalisis lima tipe bonsai dengan tiga contoh masingmasing pada setiap tipenya. Tipe bonsai yang saya analisis adalah: 1.
Bonsai Chokkan (Formal Atas)
2.
Bonsai Moyougi (Informal atas)
3.
Bonsai Yose Ue (Grup atau Hutan)
4.
Bonsai Kengai dan Hankengai (Air Terjun dan Semi Air Terjun)
5.
Bonsai Bunjingi (Literati Bebas)
3.1 Analisis Simetri Visual Kehidupan Dan Kematian Pada Bonsai Tipe Chokkan (Formal Atas) Tipe bonsai chokkan adalah tipe yang paling umum dan sangat menyerupai bentuk pohon pada umumnya, yakni batangnya yang tegak lurus.
26
Berdasarkan tipe chokkan,
saya menganalisis beberapa contoh bonsai tipe ini. Berikut adalah beberapa contoh tipe bonsai formal.
Gambar 3.1 Bonsai Matsu Surga
bumi
manusia
http://www.thebonsaiguide/bonsED99v.htm. Menurut analisis saya, pohon bonsai di atas menunjukkan simetri visual yang jelas mengenai letak surga dan bumi serta manusia. Karena bentuk pohonnya yang tegak lurus ke atas. Hal ini sesuai dengan pandangan Buddha Siddharta mengenai posisi surga. Pada saat Budha Sidharta baru keluar dari kandungan ibunya, Ia langsung menunjuk ke atas dengan tangan kanannya yang merupakan surga.
Sedangkan tangan kirinya
menunjuk ke bawah yaitu bumi. (Takada,1996). Sedangkan posisi manusia adalah berdiri di antara surga dan bumi. Sebagai bagian dari alam dunia ini, manusia adalah salah satu bagian yang tidak terpisah dari alam dunia ini. Manusia akan menjalani kelahiran kembali dan hidup kembali di dunia dalam identitas yang berbeda dari sebelumnya.(http://buddhism-wikipedia/heaven99.conv.htm. memiliki
bagian
cabang-cabang
yang
membentuk
Pohon di atas juga
kumpulan,
masing-masing
menggambarkan banyaknya tahap kehidupan yang dilalui oleh seorang manusia. Celah-
27
celah pada setiap cabang mengumpamakan proses kematian dan kelahiran kembali yang juga harus dijalani oleh manusia. Gambar 3.2 Bonsai Itosogi
http://www.thebonsaiguide.com/eba/imgten/ten_391.jpg Menurut analisis saya, bonsai yang kedua ini menunjukkan simetri visual surga, bumi dan manusia. Pohon ini bentuknya lebih simetris segitiga dengan melancip ke atas. Sebagaimana yang dikemukakan bahwa manusia hidup ibarat menaklukkan gunung himalaya.
Manusia akan melalui tahap-tahap dalam kehidupan dengan membawa
kebajikan dan akhirnya bisa mencapai surga (http://www.ksridhamananda.com). Pada gambar bonsai di atas, setiap cabang membentuk kumpulan daun-daun. Kumpulankumpulan ini dapat digambarkan sebagai rangkaian kehidupan manusia dengan segala amal kebajikan dan karma semasa hidup. Pada pohon tersebut juga terlihat adanya celah-celah.
Celah-celah tersebut
menggambarkan kehidupan manusia yang terputus karena adanya kematian dan menjalani proses untuk dilahirkan kembali dalam 49 hari proses penghakiman. Dalam masa tersebut, manusia akan mengalami tujuh kali penghakiman dan pada hari terakhir yaitu hari ke 49, akan diputuskan ke mana hidup seseorang akan dibawa. Dengan
28
demikian manusia hanya dapat memperbaiki kualitas hidupnya sebaik mungkin di dunia agar pada kehidupan berikutnya menjadi lebih baik. (Takada, 1996)
Gambar 3.3 Bonsai Kuromatsu
http://www.thebonsaiguide.com/bonsED99v.htm. Utara
barat
timur
selatan Pada gambar bonsai 3.3 di atas juga digambarkan adanya semacam tingkatan dan meruncing ke atas. Bagian paling atas adalah surga yang ingin dicapai oleh manusia. Dalam agama Budha, diajarkan bahwa manusia akan melalui tingkatan-tingkatan untuk menghadapi hari-hari penghakiman. Jika manusia berhasil melampaui semua tahap tingkatan ini, manusia akan memasuki surga (Takada,1996). Menurut analisis saya, pohon yang ketiga ini terdapat adanya simetri visual segitiga pada bonsai kuromatsu tipe chokkan, yakni memiliki makna bahwa konsep kehidupan dan kematian tidak pernah putus dalam garis hidup manusia. Untuk mengetahui filosofi 29
simetri visual kehidupan dan kematian paling mudah diketahui dari tipe chokkan ini. Hal ini karena bentuknya yang meruncing ke atas. Garis paling atas menunjukkan letak surga di mana manusia berusaha mencapai tempat tersebut. Kehidupan manusia tidak akan terhenti, karena setelah kematian akan ada kelahiran. Ada dua jalan yang bisa ditempuh manusia untuk menghindari penderitaan.
Jalan pertama adalah melalui
reinkarnasi dan jalan kedua adalah dengan mempraktekkan ajaran Buddha, mencapai pencerahan dan menjadi Buddha (Takada,1996). Selain itu, pada saat Buddha Siddharta keluar dari kerajaannya untuk memulai perjalanan spiritualnya, Ia melihat di arah utara kerajaannya, ada beberapa pendeta yang sedang mengamalkan kebaikan. Apa yang Ia lihat ini berbeda dengan apa yang Ia temukan di arah selatan, barat, dan timur yang menggambarkan penderitaan yagn dialami manusia. Buddha Sidharta menyimpulkan bahwa arah utara memang terbaik untuk menunjukkan kebaikan (Takada,1996). Berdasarkan inilah, saya menganalisis gambar bonsai yang dilihat dari depan menunjukkan arah atas ke utara. Menurut analisis saya, tipe bonsai chokkan yang bagian pohonnya meruncing ke atas atau bagian utara, mendeskripsikan kebaikan.
Gambar 3.4 Bonsai Bechura
http://www.bonsaiguide.com/imgbpg/cl._carp.jpg
30
Menurut analisis saya, bonsai 3.4 mengambarkan batang yang tegak lurus dan bentuk simetris visual yang jelas. Batang pohon tersebut menunjukkan warnanya yang masih hijau dan agak mengkilap. Batang seperti ini menunjukkan usia pohon yang masih muda, berbeda dengan batang yang meliuk-liuk dan kasar (Fujii, 1998). Cabangcabang yang membentuk kumpulan-kumpulan seperti alam kehidupan manusia. Manusia hidup dalam banyak alam kehidupan karena proses kelahiran kembali yang berulang-ulang kali dialami. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Takada (1996) bahwa manusia akan selalu mengalami kelahiran kembali.
Dan ini akan
berlangsung terus menerus sehingga manusia mampu mencapai pencerahan setelah mati.
3.2
Analisis Simetri Visual Kehidupan dan Kematian pada Bonsai Tipe Moyougi (Informal Atas)
Gambar 3.5 Bonsai Akakaede
http://www.thebonsaiguide.com/bpg/imght/ht_bm251.jpg Bonsai ini memiliki batang yang tidak tegak lurus dan tampak seperti meliuk-liuk biasa. Bonsai ini juga menggambarkan daun-daunnya yang jarang tapi membentuk langkah-langkah menuju ke atas. Gambaran ini juga menunjukkan tingkatan-tingkatan 31
hidup manusia yang senantiasa terus berubah karena adanya kelahiran kembali sebagai proses
kehidupan
dan
kematian
yang
tidak
terlepas
dari
manusia
(http://www.ksridhammananda.com). Menurut analisis saya, pada gambar bonsai 3.5 di atas menggambarkan kondisi manusia yang senantiasa dilahirkan kembali setelah kematian dan melakukan proses perbaikan menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Takada (1996), bahwa jika perbaikan diri sudah dilakukan, manusia dapat masuk ke surga.
Gambar 3.6 Bonsai Mitsusa Kaede
http;//www.bonsaisite.com/techniq1.html Bonsai ini memiliki batang pohon yang tidak tegak lurus ke atas.
Selain itu,
batangnya juga sedikit meliuk. Jenis bonsai yang meliuk menggambarkan karakter pohon yang usianya sudah tua.
Pohon ini juga tidak memiliki daun sama sekali.
Meskipun tidak memiliki daun seperti pada kebanyakan bonsai lainnya, pohon ini merepresentasikan sebuah miniatur pohon dari alam. Bonsai ini memiliki batang pohon yang cabang-cabangnya meruncing ke atas. Dari gambar ini dapat diketahui adanya simetri visual.
Pohon ini juga menunjukkan adanya bentuk lekukan pada batang
32
pohonnya. Ini menunjukkan usia tua pada pohon tersebut. Inilah salah satu tahap yang harus dilalui dalam kehidupannya. Manusia tidak akan bisa lepas dari masa ini kecuali kematian telah datang terlebih dahulu. Seperti yang dikemukakan oleh Takada (1996), bahwa manusia dalam hidupnya akan melewati empat masa yaitu kelahiran, usia tua, sakit dan kematian. Hal ini tidak akan lepas dari manusia dan merupakan sesuatu yang fundamentil.
Gambar 3.7 Bonsai Matsu
http://www.thebonsaiguide.com/bonsED99v.htm. Analisis pada bonsai tipe moyougi ini serupa dengan tipe bonsai chokkan. Bentuknya yang meruncing ke atas tetapi batangnya tidak tegak lurus seperti bonsai tipe chokkan. Bentuk simetri visualnya pun tidak seperti pada bonsai chokkan. Pada gambar bonsai 3.7 di atas, batang meliuk-liuk yang menandai bahwa usia yang sudah tua. Dalam ajaran Budha, manusia tidak akan bisa lepas dari masa tua, sakit, hingga akhirnya meninggal (Takada,1996). Menurut analisis saya, bentuk simetri visual seperti ini tetap mendukung konsep kelahiran dan kematian yang tidak pernah terhenti dalam proses menjadi seorang manusia. Salah satu tahap yang harus dilalui seorang manusia pada kehidupan dan sebelum adanya kematian, manusia akan menjalani masa tua seperti yang terdapat pada
33
bentuk bonsai di atas. Selain itu, dalam bonsai ini juga menggambarkan kehidupan manusia yang tidak pernah berjalan mulus.
Karena manusia akan menghadapi
kesusahan dan banyak rintangan. (http://www.fukubonsai.con.5a2.html) Gambar 3.8 Bonsai Goyomatsu
http://www.city.takamatsu.kagawa.jp/english/tokusanhin/B3.html. Menurut analisis saya, gambar bonsai tersebut menggambarkan bentuk simetri visual dilihat dari bentuk cabang-cabangnya yang semakin menanjak ke atas meskipun sedikit miring. Bonsai tersebut menggambarkan kehidupan manusia yang berusaha mencapai kebahagiaan dalam liku-liku kehidupan. Kehidupan ini akan terus terjadi hingga menjelang kematian. Manusia tidak akan lepas dari penderitaan, masalah, dan cobaan.
Manusia akan terus belajar bagaimana menghadapi kehidupan termasuk
menjaga perbuatan dan luput dari karma. Inilah yang diajarkan oleh agama Buddha, termasuk ajaran berperilaku dalam delapan jalan kemuliaan (Takada,1996). Jadi dengan menjaga perbuatan dan menghindari hal jahat, manusia telah mengamalkan salah satu ajaran agama Buddha. Manusia dapat mengamalkan ajaran cinta kasih terhadap sesama termasuk alam. Bonsai adalah salah satu seni alam yang memerlukan perawatan dari manusia. Dengan merawat dan menjaga kualitas bonsai menjadi bonsai bermutu dan bernilai, apalagi dengan mempraktekkan filosofi kehidupan dan kematian dalam agama
34
Buddha, manusia telah mempraktekkan sikap welas asih terhadap sesama makhluk hidup.
3.3 Analisis Simetri Visual Kehidupan dan Kematian pada Bonsai Tipe Group Atau Hutan ( Yose Ue) Gambar 3.9 Bonsai Oyakosoukan
http://www.thebonsaiguide.com/bonsED99v.htm. Gambar di atas merupakan salah satu contoh bonsai tipe Yose Ue. Pohon ini sebenarnya hanya ada satu pohon tetapi pohon ini memiliki pohon kecil lain yang menyatu dengan pohon utama.
Menurut analisis saya, contoh bonsai seperti ini
menggambarkan hubungan seorang ibu dan anaknya. Dalam kehidupan, manusia akan melalui banyak tahap kelahiran dan kematian.
Setelah meninggal, manusia akan
berganti identitas. Setiap manusia lahir dari kandungan seorang ibu. Tetapi tidaklah berarti pada kehidupan selanjutnya, orang itu akan menjadi anak dari ibu atau anak dari kehidupan sebelumnya.
Karena setelah kematian, manusia akan berganti identitas
menjadi bukan dirinya seperti pada kehidupan sebelumnya. Pada bonsai Oyakosukan di
35
atas, saya menganalisis bahwa hubungan seperti ini adalah salah satu hubungan yang bias terjadi dalam satu kehidupan dua orang manusia.
Gambar 3. 10 Bonsai Cendrawasih
http://www.thebonsaiguide.com/bonsED99v.htm.
Gambar di atas menunjukkan banyaknya jumlah pohon dalam satu pot yang menyatu dan tidak terpisah. Pohon-pohonnya ada yang tegak lurus dan ada yang cabang pada pohon lainnya miring ke sebelah kiri atau kanan. Bonsai tipe ini menggambarkan hubungan
orang
tua
dengan
anak-anaknya.
http://www.users.uswest.net/^rjbphx/pphilosophy.html. Tampak ada satu batang yang paling menonjol ukurannya. Sesuai dengan konsep grup planting bonsai bahwa dalam bonsai tipe yose ue, terdapat batang utama yang lebih tinggi dan menonjol untuk menunjukkan
adanya
batang
utama
(http://www.bonsai4me.com/advtech/ATgroups.htm). Sedangkan batang-batang yang lebih kecil menggambarkan anak-anaknya hidup dalam satu kesatuan keluarga. Pot di sini menggambarkan rumah bagi keluarga tersebut. Sama seperti contoh bonsai
36
oyakosoukan, bonsai cendrawasih ini menggambarkan hubungan seorang manusia dengan manusia lainnya yang tercipta sebagai keluarga.
Gambar 3.9 Bonsai Himarayasugi
http://thebonsaiguide.com/imgbpg/cco_003.jpg Menurut analisis saya, bonsai ini menggambarkan visualisasi pemandangan hutan yang diwakili oleh beberapa pohon di dalam satu pot. Menciptakan bonsai seperti ini sangat tepat untuk melihat sebuah miniatur hutan yang berukuran mini tetapi indah. Bonsai ini menjelaskan bahwa dalam seni bonsai, pada dasarnya mencerminkan apresiasi dan pemahaman tentang hidup dan mati seperti yang diajarkan dalam ajaran Buddha.
Selain itu dalam ajaran Buddha juga diajarkan bahwa manusia perlu
mengembangkan pandangan yang benar tentang kehidupan. Seni bonsai adalah seni yang mengutamakan nilai estetika, karenanya sama seperti dalam ajaran Buddha yang mengatakan bahwa manusia akan terus diberikan kesempatan untuk belajar dalam menjadi lebih baik. (Stambaugh, 1990) Konsep inilah yang juga tergambar dalam seni bonsai. Menurut analisis saya, bentuk simetri visual yang tidak tergambar pada bonsai tersebut mencerminkan kehidupan manusia dalam mencari kesempurnaan. Jika manusia
37
tidak belajar untuk memperbaiki diri, maka tidak akan menemukan kesempurnaan itu. Karena selain menemukan simetri visual, seni bonsai bertujuan mencapai nilai estetika dari suatu keindahan alam yang dibuat miniatur, seperti pada bonsai di atas yang merupakan miniatur dari hutan.
Gambar 3.12 Bonsai Chugoku Seiyoubakushin
http://www.bonsaiguide.com/bpg/bs_a0122.htm Menurut analisis saya, bonsai 3.12 di atas menunjukkan bentuk simetri visual dengan batang utama yang menonjol di puncak. Pohon-pohon tersebut membentuk kesatuan dalam satu area.
Gambar ini menggambarkan kesatuan kelompok atau
komunitas yang saling bersosialisasi dan membutuhkan satu sama lain. Sesuai dengan pendapat Fujii (1998), bahwa dalam seni bonsai, kelompok bonsai yose ue menunjukkan hubungan ini, yaitu hubungan orang tua dan anak, keluarga atau masyarakat. Menurut analisis saya, sosialisasi sangat diperlukan. Hal ini sesuai ajaran agama Buddha bahwa hidup adalah perjalanan manusia untuk memperbaiki karma (Stambaugh,1990). Oleh karena itu, menghindari karma yang buruk dapat dilakukan dengan berbuat baik dengan sesama. Dengan perbuatan baik, pada saat kematian datang, manusia akan mengurangi karma yang buruk.
38
3.4 Analisis Simetri Visual Kehidupan dan Kematian Pada Bonsai Tipe Air Terjun Dan Semi Air Terjun (Kengai/Han kengai) Gambar 3.13 Bonsai Kuromatsu
Http://www.wafu.com/dictionary/bs_hankengai.htm Menurut analisis saya, bonsai kengai ini menunjukkan simetri visual.
Bentuk
pohon ini merunduk ke bawah mengumpamakan seseorang yang sedang menundukkan badan. Seperti yang diungkapkan oleh Fujii (2006) yaitu “Dari penyatuan mengenai kebijakan dan rasa kasih Amida Buddha, kita diajarkan untuk menundukkan kepala saat berbagi kesedihan atas kehilangan sahabat atau guru. Menunduk juga menggambarkan saat manusia menyadari kebahagiaan yang datang pada mereka. Selain itu, agama Buddha juga mengajarkan agar kita harus menghormati orang lain dengan menundukkan kepala ketika menyapa orang lain.
Mahasthavira (2006), seorang Bhiksu Buddha
39
mengatakan bahwa merenung dan menundukkan kepala juga merupakan salah satu wujud representasi dalam mengingat ajaran sang Buddha.
Gambar 3.14 Bonsai seiyoubakushin
http://www.bonsaiguide.com/bonsED99v.htm Menurut analisis saya, pohon ini menggambarkan simetri visual. Sesuai dengan namanya yaitu, bonsai tipe air terjun, gambar bonsai 3.14 di atas menggambarkan bentuk yang condong ke bawah seperti aliran air terjun. Dalam kehidupan, manusia hidup seperti air terjun yang mengalir tanpa tahu akan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Hal ini sesuai dengan pendapat Buddha Siddharta tentang sebuah kayu yang terapung di sebuah hilir. Kayu itu terbawa arus air dan Ia menjelaskan kepada muridmuridnya bahwa seperti itulah kehidupan manusia. Manusia tidak akan tahu apa yang akan
terjadi
pada
hidupnya
di
masa
yang
akan
datang(http://www.ksridhammananda.com). Sesuai dengan pandangan tersebut, saya menganalisis bahwa gambar bonsai 3.14 ini menggambarkan alur kehidupan yang misteri, kehidupan yang manusia tidak akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
40
Gambar 3.15 Bonsai Azarea
http://www.thebonsaiguide.com/bonsED99/htm. Pada gambar bonsai 3.15 ini, saya menganalisis bahwa bonsai ini juga mengesankan seseorang yang sedang membungkukkan badan. Bonsai ini merunduk 90 derajat. Bonsai ini juga menunjukkan adanya simetris visual. Untuk mencapai simetri visual yang tajam antara surga, bumi dan manusia, manusia perlu mencari kesempurnaan atau perubahan lebih baik dalam hidupnya. Hal ini seperti yang terdapat dalam ajaran agama Budha yang mengatakan bahwa “Hidup dan mati terpotong dari sebelum dan berikutnya Hidup dan mati saling saling memiliki sebelum dan berikutnya Hidup mengemansipasi Hidup Kematian mengemansipasi kematian” (Stambaugh,1990)
41
Dari pemahaman tersebut ajaran Budha mengajarkan kehidupan dan kematian tidak pernah putus.
Manusia hidup di dunia dan selanjutnya akan meninggal.
Namun
manusia akan terlahir lagi membawa amal dan kebajikan semasa kehidupan terdahulu. Jika manusia tidak membenarkan perilaku dalam kehidupan berikutnya, manusia akan terus hidup dalam ketidak sempurnaan personalitasnya. Ajaran Budha memandang hidup sebagai sebuah proses manusia untuk menjadi lebih baik pada kehidupankehidupan berikutnya ( Stambaugh, 1990) Gambar 3.16 Bonsai Satsuki Azarea
http://www.bonsaiguidecom/imgbpg3/pgr_01l.jpg Menurut analisis saya, bonsai 3.16 di atas menunjukkan bentuk simetri visual dengan bentuk pohon yang menurun ke bawah. Bonsai ini memiliki dua batang pokok batang yang satu, berdiri tegak dan batang lainnya menunduk ke bawah. Dua batang ini menggambarkan kehidupan manusia yang tak menentu. Manusia kadang berusaha tegak namun kadang harus mengalami kegagalan dan kesusahan. Hidup adalah perjuangan tanpa henti. Hal ini sesuai dengan ungkapan ”Lebah dengan giat mengumpulkan madu, namun
semuanya
akan
menjadi
sia-sia
karena
kematian”.(http://web.singnet.com.sg/-cswoon/purpose.html).
usia
Dengan
tua
dan
mengamalkan
ajaran Buddha, manusia akan belajar menghindari penderitaan dan karma yang buruk. 42
Karena, untuk menghindari penderitaan, manusia harus melepaskan diri dari nafsu dan keinginan yang rendah. Bonsai merupakan salah satu pencerminan hidup yang sabar, mampu bertahan dan menjalani hidup dengan benar.
Hal ini sependapat dengan
Matsusaki (1968) bahwa bonsai menyampaikan sesuatu tentang kehidupan manusia. Bonsai selalu bertahan untuk kuat dan sabar. Kehidupan manusia tidak selalu mulus. Pada bonsai juga tergambar hal tersebut. Dari pemahaman inilah diharapkan manusia dapat belajar dan mengerti tentang makna kehidupan. 3.5 Analisis Simetri Visual Kehidupan dan Kematian Pada Bonsai Tipe Bunjingi (Bebas) Gambar 3.17 Bonsai Carpinus
http;//www.thebonsaiguide.com/bonsED99v.htm. Gambar di atas menunjukkan ada dua batang utama yang mengarah ke atas dan memiliki cabang kecil di bagian bawah kiri. Pohon ini memiliki daun yang jarang dan cabang-cabang yang pendek. Serta yang lainnya menyamping ke kanan. Bentuk bonsai ini menggambarkan simetri visual.
Menurut analisis saya, gambar bonsai di atas
menggambarkan tiga unsur simetri visual yaitu surga, manusia, dan bumi. Surga yang mengarah ke atas, manusia berdiri diantara surga dan bumi. Sedangkan bumi berada di bawah yaitu pot dan tanah yang ada di dalam pot tersebut. Bonsai ini menggambarkan
43
bahwa manusia bisa berada di surga atau di bumi. Inilah yang bermakna kehidupan. Setelah meninggal, manusia akan mengikuti tahap-tahap menjelang kelahiran kembali sehingga diputuskan akan kemana manusia itu akan berada selanjutnya. Pada setiap kelahiran kembali, manusia tidak akan pernah tahu akan menjadi apa pada kehidupan selanjutnya. Bahkan seorang pendeta yang hidup di surga akan mati dan tidak akan tahu dalam wujud apa dan akan ke mana ia akan hidup selanjutnya. Bahkan surga yang penuh kebahagian tidaklah abadi (Rinpoche, 2005) Gambar 3.18 Bonsai Marumero.
http://www.bonsisite.com/mini2.html Menurut analisis saya, bonsai di atas menunjukkan batang-batang yang cabangcabangnya membentuk miring dan bagian atas kuncup bunganya mencoba lebih tegak ke atas. Jika dilihat dari bentuknya, bonsai ini termasuk bonsai mame yang berukuran sangat kecil. Bunga ini berwarna putih yang melambangkan warna kematian. Bunga berwarna putih diletakkan di atas altar Buddha. Menurut kisah waktu Buddha Sidharta meninggal, daun-daun bunga sala grove (sejenis rumpun jeruk) berubah warna menjadi putih. Sejak saat itu, di setiap altar Buddha selalu diletakkan bunga berwarna putih (Takada, 1996)
44
Menurut analisis saya, bunga pada bonsai tersebut juga dapat menggambarkan kehidupan yang indah, segar dan optimistis. Sesuai dengan yang dikemukakan bahwa bila kita memandang dunia dalam perspektif posistif, semuanya terlihat indah. Bungabunga bermekaran, nyanyian burung, semua tumbuhan dan rumput.
Tetapi jika
memandang dari perspektif negative, kita melihat ikan besar memakan ikan kecil, serangga besar memakan serangga kecil dan sebagainya. Dalam mempraktekkan agama Buddha, mulai dari membangun nasib hingga melatih pencerahan, ada dua hal yang harus dipegang. Dua hal tersebut adalah ‘pemahaman dan praktek’. Dari sinilah kita mengetahui kesinambungan kehidupan dan kematian (http://web.singnet.com.sg/cswoon/purpose.html)
Gambar 3.19 Bonsai Zakuro
http;//www.bonsaisite.com/m23.html. Pada gambar di atas, bonsai yang bentuknya miring ke kiri dan volume daundaunnya justru lebih banyak ke atas sehingga cabang-cabangnya menjadi lebih meruncing ke bawah. Bonsai ini memiliki simetri visual dengan sudut utama di bagian bawah. Menurut analisis saya, gambar bonsai di atas menunjukkan kehidupan manusia yagn tidak pernah lepas dari impian dan hasrat keinginan duniawi. Posisi manusia
45
berada di bawah rimbunan daun-daun di atas. Rimbunan daun di atas menggambarkan hasrat manusia yang tidak pernah puas dengan apa yang telah dimiliki. Keinginan manusia tidak pernah ada habisnya. Ibarat seekor kuda yang sedang berlari cepat. Kedua kaki yang di depan pastilah yang akan terlebih dahulu menginjak tanah. Tidak semua hal bisa dicapai dalam waktu bersamaan
(http://web.singnet.com.sg/-
cswoon/purpose.html). Sebelum kematian, pikiran manusia akan selalu diliputi dengan banyaknya hasrat keinginan. Buddha mengajarkan agar manusia mampu menghapuskan nafsu dan keinginan rendah (Takada,1996) Gambar 3.20 Bonsai Chugoku Heza
http://www.bonsaiguide.com/bpg/bs_A0063.htm Menurut analisis saya, bonsai 3.20 di atas menunjukkan bentuk simetri visual. Kumpulan bunga pada pohon tersebut bentuknya kecil dan banyak sekali. Batang pada pohonnya juga meliuk-liuk dan miring. Menurut analisis saya bunga-bunga di atas menggambarkan jumlah karma yang diperbuat oleh seorang manusia dalam hidupnya. Batang yang terlihat sudah tua menunjukkan karma-karma yang telah diperbuat dari waktu lahir sampai tua. Manusia hidup di dalam satu kehidupan dengan perbuatan yang baik dan jahat.
Semua perbuatan ini akan dicatat dan dibawa dalam 49 hari
46
penghakiman setelah kematian. Semua perbuatan termasuk yang baik dan buruk ini akan menentukan kemanakah manusia akan dilahirkan kembali. Perbuatan yang baik akan menghasilkan yang baik, perbuatan yang jahat akan menghasilkan buah yang jahat (Takada,1996). Selain itu kehidupan dan kematian tidaklah kekal. Pada intinya, untuk menjalani kehidupan menurut ajaran agama Buddha adalah dengan memiliki welas asih kepada sesama (Rinpoche,2005) Salah satu cara dengan mempraktekkan welas asih yang paling sederhana adalah bagaimana kita memperlakukan makhluk hidup lain. Bonsai merupakan salah satu cara mempraktekkan welas asih kepada alam.
BAB 4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Jepang merupakan negara dengan beragam budaya dan seni yang menarik. Orang Jepang banyak mengadaptasi budaya dan seni dari luar Jepang, salah satunya seni bonsai. Seni bonsai masuk ke Jepang dari Cina pada periode Kamakura. Dengan adaptasi dari Cina tersebut, bonsai kemudian dikreasikan lagi dengan lebih baik. Seni bonsai bukan hanya merupakan seni yang mengutamakan nilai estetika dan seni miniatur alam saja. Seni bonsai juga mengutamakan nilai filosofi. Seni bonsai mengandung filosofi adanya bentuk simetri visual nirwana, manusia dan bumi. Hal ini paling terlihat dari seni bonsai Jepang. Seni bonsai Jepang juga merupakan cermin apresiasi dan pemahaman ajaran agama Buddha mengenai kehidupan dan kematian. Tanaman bonsai diklasifikasikan dengan lima tipe umum. Kelima tipe itu yaitu bonsai chokkan (formal atas), bonsai moyougi (informal atas), bonsai yose ue (grup atau
47
hutan), bonsai bunjingi (literati bebas), bonsai hankengai dan kengai (semi air terjun dan air terjun). Berdasarkan analisis yang saya dapat dari data-data dan teori-teori yang ada, saya menyimpulkan bahwa pada seni bonsai Jepang, bentuk simetri visual sangat diperlukan untuk membuat bonsai tersebut memiliki pencerminan apresiasi kehidupan dan kematian sesuai ajaran agama Buddha. Agama Buddha mengajarkan bahwa kehidupan adalah perjalanan manusia dalam memperbaiki diri hingga terhindar dari karma yang buruk. Selain itu, agama Buddha juga mengajarkan bahwa kehidupan ini tidak lepas dari penderitaan dan penuh liku-liku. Kehidupan bukanlah awal dari sebuah proses dan kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kehidupan manusia tidak ada hentinya karena kelahiran kembali akan terus berlangsung pada seorang manusia. Seni bonsai merupakan cermin apresiasi dan pemahaman ajaran agama Buddha. Hal ini dapat terlihat dari bentuk simetri visual yang menggambarkan posisi surga, manusia dan bumi pada bonsai. Dari analisis yang sudah ada, saya menyimpulkan bahwa konsep kehidupan dan kematian tergambar dari bentuk simetri visual ini. Manusia hidup di dunia dan akan meninggal. Pada saat proses penghakiman, ia akan mendapatkan keputusan di manakah ia akan dilahirkan kembali. Bila manusia mencapai pencerahan, ia akan mencapai nirwana. Namun jika manusia masih terkurung dalam karma dan perbuatan yang buruk, maka ia akan kembali dilahirkan ke dunia dengan identitas berbeda atau alam lain selain alam manusia. Bentuk simetri visual pada bonsai yang mencerminkan surga, bumi dan manusia menggambarkan konsep pemahaman kehidupan dan kematian. Manusia hidup di dunia dengan banyak perbuatan. Semua perbuatan dan karma akan dicatat dan diserahkan 48
pada saat penghakiman.
Jika manusia dapat berbuat baik dan menghindari karma,
manusia dapat masuk ke surga. Di surga yang ada hanyalah kebahagian. Namun, seperti yang terdapat pada ajaran Buddha, semuanya adalah sementara. Akhirnya saya menyimpulkan bahwa konsep kehidupan dan kematian dalam agama Buddha terdapat di dalam bentuk simetri visual segitiga bonsai Jepang. Dalam setiap bonsai Jepang selalu terkandung bentuk simetri visual. Karena itu secara umum kita mengetahui bonsai yang dalam pandangan umum, sebagai seni keindahan dan miniatur alam juga mengandung nilai filosofi ajaran agama Buddha mengenai kehidupan dan kematian.
Saran Dengan adanya skripsi ini saya memberikan saran bagi para peminat bonsai agar dapat terus membudidayakan
seni bonsai dan lebih mengembangkan teknik-teknik
hingga nilai bonsai terus meningkat. Saya menyarankan bagi para peneliti selanjutnya yang juga berminat dengan seni bonsai, agar dapat meneliti lebih lanjut mengenai konsep shin zen bi dalam seni bonsai, sehingga kita bisa memahami lebih dalam nilainilai filosofi pada seni bonsai Jepang.
49
BAB 5 RINGKASAN
Jepang merupakan negara dengan seni dan kebudayaan yang beraneka ragam. Di antara seni dan kebudayaan tersebut, terdapat hasil adaptasi dari negara lain. Misalnya seni bonsai yang terkenal di Jepang. Bonsai memiliki arti tanaman dalam pot. Dalam prakteknya, bonsai dibuat sekecil mungkin untuk menambah nilai komersilnya. Bonsai berasal dari Cina dan masuk ke Jepang pada periode Kamakura (1185-1333). Namun sampai saat ini, waktu pasti datangnya bonsai ke Jepang masih diperdebatkan. Setelah datang ke Jepang, bonsai mulai dikreasikan lebih menarik lagi. Bentuk bonsai yang banyak dikreasikan waktu itu adalah bentuk binatang seperti burung, kuda, naga dan sebagainya. Pada saat ini bonsai juga memiliki keragaman jenis tanaman dan pohon. Misalnya, maple Jepang, juniper, kaktus, pohon bambu, oak dan sebagainya.
50
Perbedaan apresiasi masyarakat Jepang dengan negara lain seperti Cina, Korea dan Amerika adalah dengan banyaknya asosiasi bonsai di Jepang. Salah satunya adalah AJSBA (All Japan Shohin Bonsai Association) di Nishiyama, Jepang. Seni bonsai merupakan hobi yang banyak diminati oleh berbagai kalangan di Jepang. Mulai dari kalangan pensiunan dan orang tua yang melakukan hobi ini sebagai cara untuk menghabiskan waktu di masa tua. Kalangan muda dan ibu rumah tangga juga banyak yang mengerjakan hobi seni bonsai ini sebagai pengisi waktu luang. Bonsai juga memiliki nilai komersil yang cukup tinggi. Tinggi atau tidaknya nilai komersil suatu bonsai dilihat dari berbagai hal. Di antaranya; umur bonsai, fisik, kondisi dan perawatannya. Seni bonsai merupakan apresiasi pemahaman ajaran agama Buddha mengenai kehidupan dan kematian. Hal ini terlihat dari dari bentuk simetri visual; surga, manusia dan bumi. Bonsai memiliki banyak klasifikasi. Namun klasifikasi yang paling umum adalah bonsai chokkan, moyougi, bunjingi, kengai dan hankengai serta yose ue. Berikut adalah lima contoh bonsai dari dua puluh bonsai yang telah dianalisis: 1. Tipe Bonsai Chokkan (Bonsai formal Atas): Bonsai yang batang pohonnya tegak lurus. Gambar 3.4 Bonsai Bechura
51
http://www.bonsaiguide.com/imgbpg/cl._carp.jpg Cabang-cabang yang membentuk kumpulan-kumpulan yang memiliki makna sebagai alam kehidupan manusia. Manusia hidup dalam banyak alam kehidupan karena proses kelahiran kembali yang berulang-ulang kali dialami.
2. Tipe Bonsai Moyougi (Bonsai Informal Atas) : Bonsai ini batang pohonnnya tidak tegak lurus dan sedikit miring. Gambar 3.8 Bonsai goomatsu
http://www.city.takamatsu.kagawa.jp/english/tokusanhin/b3.html
52
Bonsai tersebut menggambarkan kehidupan manusia yang berliku-liku. Kehidupan ini akan terus terjadi hingga menjelang kematian.
Manusia tidak akan lepas dari
penderitaan, masalah, dan cobaan. Manusia akan terus belajar bagaimana menghadapi kehidupan termasuk menjaga perbuatan dan luput dari karma. Inilah yang diajarkan oleh agama Buddha, termasuk ajaran berperilaku dalam delapan jalan kemuliaan (Yoshihito,1996).
3.
Tipe Yose Ue (Grup atau Hutan) : Bonsai ini mengapresiasikan visualisasi
pemandangan hutan dan kelompok pohon-pohon. Gambar 3.12 Bonsai Chugoku Seiyoubakushin
http://www.bonsaiguide.com/bpg/bs_a0122.htm
53
Gambar ini menggambarkan kesatuan kelompok atau komunitas yang saling bersosialisasi dan membutuhkan satu sama lain. Hal ini sesuai ajaran agama Buddha bahwa hidup adalah perjalanan manusia untuk memperbaiki karma (Stambaugh,1990). Oleh karena itu,
menghindari karma yang
buruk dapat dilakukan dengan berbuat baik dengan sesama.
4. Tipe Bunjingi (Literati Bebas) : Bonsai ini tidak memiliki bentuk formasi yang jelas namun masih memiliki bentuk simetri visual Gambar 3.16 Bonsai Satsuki Azarea
http://www.bonsaiguidecom/imgbpg3/pgr_01l.jpg Dua batang ini menggambarkan kehidupan manusia yang tak menentu. Manusia kadang berusaha tegak namun kadang harus mengalami kegagalan dan kesusahan. Hidup adalah perjuangan tanpa henti. 5.
Tipe Kengai atau Han Kengai ( air terjun atau semi air terjun) : Bonsai ini memiliki
bentuk seperti air terjun karena arah cabang pada pohon yang merunduk ke bawah.
Gambar 3.20 Bonsai Chugoku Heza
54
http://www.bonsaiguide.com/bpg/bs_A0063.htm Bunga-bunga di atas menggambarkan jumlah karma yang diperbuat oleh seorang manusia dalam hidupnya. Batang yang terlihat sudah tua menunjukkan karma-karma yang telah diperbuat dari waktu lahir sampai tua.
Manusia hidup di dalam satu
kehidupan dengan perbuatan yang baik dan jahat. Semua perbuatan ini akan dicatat dan dibawa dalam 49 hari penghakiman setelah kematian.
Semua karma ini akan
menentukan kemanakah manusia akan dilahirkan kembali. Perbuatan yang baik akan menghasilkan yang baik, perbuatan yang jahat akan menghasilkan buah yang jahat. Seni bonsai merupakan cermin apresiasi dan pemahaman ajaran agama Buddha. Hal ini dapat terlihat dari bentuk simetri visual yang menggambarkan posisi surga, manusia dan bumi pada bonsai. Dari analisis yang sudah ada, saya menyimpulkan bahwa konsep kehidupan dan kematian tergambar dari bentuk simetri visual ini. Manusia hidup di dunia dan akan meninggal. Konsep kehidupan dan kematian dalam agama Buddha terdapat di dalam bentuk simetri visual segitiga bonsai Jepang. Dalam setiap bonsai Jepang selalu terkandung bentuk simetri visual. Karena itu secara umum kita mengetahui bonsai yang dalam pandangan umum, sebagai seni keindahan dan miniatur alam juga mengandung nilai filosofi ajaran agama Buddha mengenai kehidupan dan kematian.
55
56