BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dikemukakan data-data penelitian dan analisis dari data
penelitian
berdasarkan
kerangka
teori,
berdasarkan
persoalan
penelitian yaitu apa faktor penyebab terjadinya peralihan dan bagaimana strategi GPM dalam mencegah fenomena tersebut serta apakah strategi yang digunakan oleh GPM berdasarkan analisis SWOT. Namun sebelumya penulis memaparkan gambaran umum Gereja Protestan Maluku (GPM), dan gambaran umum denominasi khususnya Gereja Betani Indonesi Representative of Chris’s kingdom (GBI ROCK).
4.1. Gambaran Gereja Protestan Maluku 4.1.1. Kondisi umum kewilayahan. Wilayah
pelayanan
GPM
merupakan
wilayah
kepulauan
yang
membentang dari Tifure diMaluku utara sampai Liswatu di Wetar, dan meliputi gugusan pulau-pulau dari kepulauan Sula, Bacan, Obi, Pulau Seram, pulau Buru, Pulau Ambon dan Lease (Saparua, Nusalaut, dan Haruku), kepulauan Kei Besar dan Kei Kecil, Pulau Tanimbar, Kepulauan Leti-Moa-Lakor, Kepulauan Babar, Pulau-pulau Aru, Kisar dan Wetar. Dari data yang diperoleh terdapat 26 klasis, 754 jemaat, dimana ada 44 jemaat yang belum kembali kelokasi semula akibat konflik, dan 16 jemaat yang direlokasi. Total jumlah anggota GPM adalah 524. 403 jiwa.Sedangkan jumlah pegawai organik GPM 1.307 orang dengan rincian 1.012 pendeta dan penginjil serta 259 pegawai non Pendeta.
Konteks pulau-pulau membuat peran dan kedudukan klasis begitu sentral dalam rangka mengkordinasi jemaat-jemaat agar tugas-tugas gereja dapat berjalan secara maksimal. Secara geografik, jemaat-jemaat GPM berada dipedesaan, daerah transmigrasi lokal, kawasan HPH (potensial kehutanan), perkotaan, pinggiran kota. 4.1.2 Visi dan Misi GPM Visi GPM Menjadi gereja yang memiliki kualitas iman dan karya secara utuh untuk bersama-sama dengan semua umat manusia dan ciptaan Allah mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, damai setara, dan sejahtera sebagai tanda-tanda kerajaan Allah didunia Misi GPM Mengembangkan kapasitas gereja secara integral untuk memenuhi amanat panggilan sebagai gereja Kristus yang hidup di kepulauan Maluku dalam konteks pelayanan di Indonesia dan dunia Dari visi dan misi di bentuklah strategi pelayanan. Strategi pelayanan Gereja Protestan Maluku sesuai dengan hasil keputusan sidang sinode 2010 dalam Bab III pasal 8-10 mengatur tentang amanat pola dan strategi pelayanan gereja, dalam bagian ketiga pragraf satu mengenai strategi pelayanan gereja GPM yaitu a) Pekabaran injil didalam dan diluar gereja b) Ibadah jemaat, pembritaan firman Allah dan pelayanan sakramen kudus (baptisan kudus dan perjemuan kudus) c) Pendidikan, pelayanan kasih, keadilan dan perdamaian (diakonia) d) Pembinaan kemandirian dibidang teologi, daya dan dana
e) Pelayanan pengembalaan dan disiplin gereja (pastoralia) f)
Katekesasi, sekolah minggu dan tunas pekebaran injil
g) Pendidikan agama kristen dan pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi h) Pembinaan umat di dalam keluarga-keluarga jemaat diantara kelompok kategorial, fungsional, profesional dan sektoral i)
Pemberdayaan (pengembangan) ekonomi umat
j)
Pelestarian lingkungan hidup
k) Hubungan dan kerjasama oikumenes l)
Hubungan dan kerja sama dengan pemerintah
m) Hubungan dan kerjasama dengan golongan-golongan lain yang berbasis keagamaan, sosial, politik, ekonomi n) Bentuk-bentuk pelayanan lainnya yang sesuai dengan pemahaman Iman GPM dan Amanat Pelayanan Gereja. Dari strategi GPM diatas maka didalam tiap jemaat GPM mempunyai tata pelayanan yang dilakukan untuk memberitakan pekerjaan Allah bagi umat-Nya. Pelayanan Ibadah GPM dalam tiap jemaat 1. Ibadah minggu 2. Sekolah minggu 3. Ibadah sektor 4. Ibadah unit 5. Ibadah wadah pelayanan laki-laki 6. Ibadah wadah pelayanan perempuan 7. Ibadah pemuda 8. Tunas
9. Pergumulan majelis jemaat 10. Ibadah pengurus 11. Pelayanan katekisas 12. Pelayanan ibadah lainnya.
4.1.3 Struktur pola organisasi GPM SIDANG JEMAAT
MAJELIS JEMAAT
PHMJ
SEKSI
BAD. PEL
SEKERTARIAT
SEKTOR
UNIT
Gambar 4.1 Struktur Organisasi GPM
4.2. Gambaran Denominasi 4.2.1 Keadaan Geografi GBI ROCK adalah salah sala satu denominasi yang anggota jemaatnya sangat banyak yang terdapat di kota Ambon dan sekitarnya. Gedung ibadahnya terletak diwilayah Jemaat Imanuel Osm GPM, gedung gerejanya sangat megah, terletak tepat didepan jalan. 4.2.2 Keadaan Demografi Dari data yang diperoleh ternyata jemaat dari GBI ROCK terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama Jemaat komitmen dan yang kedua Jemaat Simpatisan. Jumlah Jemaat komitmen pada tahun 2010 berjumlah 3,257 jiwa, dewasa pria berjumlah 1.097 jiwa, dewasa wanita berjumlah 1.666 jiwa. Anak pria berjumlah 257 jiwa, anak wanita 237 jiwa. Ini merupakan data pada tahun 2010. Sementara 2011-2013 belum di data ulang dari pihak gereja, sehingga diperkirakan bahwa data statistik anggota GBI ROCK pada tahun 2011-2013 mengalami peningkatan terlihat dari di tambanya jam ibadah minggu, dan di bangunnya gedung gereja yang baru. Jemaat simpatisan tidak di data oleh pihak gereja.
4.2.3 Aksebilitas GBI Rock secara garis besar dapat ditempuh dengan alat transportasi seperti mobil, motor, becak dan juga dengan berjalan kaki. Gereja ini berbedah dengan gereja denominasi yang lain hal ini terlihat dari gedung gereja yang megah, adanya penjagaan (security) yang cukup ketat, adanya berbagai usaha demi pemberdayaan gereja seperti adanya program radio yang dimiliki.
Dari data yang penulis peroleh dari hasil penelitian GBI Rock tidak mencatat tingkat pendidikan dan pekerjaan dari anggota jemaatnya. Realitas Jemaat GBI Rock dilihat dari keadaan anggota dan keadaan pelayan. Keadaan anggota Jemaat GBI Rock terdiri dari berbagai macam suku, ras,dan budaya.
4.2.4 Kegiatan pelayanan GBI Rock Pelayanan ibadah yaitu A. Ibadah Raya Minggu 4 kali dalam sehari B. Ibadah anak dilaksanakan pada hari minggu jam 16:00 WIT C. Ibadah kaum pemuda dilaksanakan setiap hari sabtu jam 19:00 WIT D. Ibadah wanita yang dilaksanakan satu bulan satu kali, hari dan jam ibadah disesuaikan E. Ibadah komunitas mesionik (cell group) setiap hari kamis di wilayah masing-masing
4.2.5. Struktur Pola organisasi GBI Rock
Gambar 4.2 Gambar 4.2 Struktur Organisasi GBI Rock
4.3. Temuan dan Pembahasannya Dengan memperhatikan latar belakang masalah, dan hasil penelitian yang dilakukan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya maka dalam bagian ini penulis akan memaparkan data berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya peralihan anggota, dan bagaimana strategi pencegahannya dan apakah strateginya berdasarkan analisis SWOT. Masalah peralihan anggota jemaat dari GPM kedenominasi lain merupakan sesuatu yang tidak asing lagi didengar, hingga sampai saat ini masi terdengar masalah tersebut. Dalam penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan oleh penulisan ternyata ditemukan bahwa dalam fenomena peralihan anggota tidak didata secara statisitk baik di pihak GPM maupun di Denominasi lain. Menurut salah seorang pelayan GPM mengatakan bahwa “ kami tidak mendata secara statistik namun dilihat bahwa anggota jemaat kami menurun dalam artian sedikit yang hadir pada saat ibadah minggu, bahkan ibadah pelayanan lainnya”
Dari penelitian yang dlakukan didapati bahwa dalam denominasidenominasi yang ada di kota Ambon tingkat anggota yang tertinggi adalah GBI Rock. GBI Rock merupakan denominasi lain yang jumlah anggota jemaatnya
banyak
dari
denominasi-denominasi
yang
ada
diwilayah
pelayanan GPM. GBI Rock mengenal dua kategori jemaatnya yaitu jemaat simpatisan dan jemaat tetap, jemaat simpatisan adalah jemaat yang hanya ikut serta
dalam ibadah-ibadah GBI Rock tanpa dibaptis, sementara jemaat tetap adalah jemaat yang telah melalui proses baptisan untuk mejadi bagian dari anggota GBI Rock. Dari jemaat simpatisan dan jemaat tetap ditemukan faktor yang mengakibatkan terjadinya peralihan baik itu peralihan anggota maupun peralihan ibadah minggu yaitu adanya faktor yang datang dari lingkungan internal dan eksternal, faktor-faktor tersebut antara lain 1. Faktor Liturgi 2. Faktor Khotbah 3. Faktor Pelayanan 4. Faktor Ekonomi 5. Faktor Pribadi 4.4.
Analisis SWOT sebagai alat formulasi strategi.
Kekutan 1.
2. 3.
4.
5. 6.
Tabel 4.1 SWOT Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
GPM memiliki cangkupan wilayah pelayanan yang luas GPM memiliki 14 butir strategi pelayanan Memiliki pendeta yang berkualitas dan berketrampilan Memiliki perangkat pelayan majelis yang berpendidikan Memiliki gedung gereja yang baik Memiliki asset geraja
Kelemahan
Peluang
Ancaman
1. Liturgi yang monoton 2. Pelayanan yang kurang menyentuh hati anggota jemaat 3. Dalam pelayanan kadang pendeta kurang terjun langsung dalam pelayanan tetapi mengutus majelis jemaat. 4. Privasi anggota jemaat tidak dijaga oleh para pelayan mala dibeberkan 5. Sebagian pendeta tidak menjemaat 6. Anggota dan para pelayan kadang melihat denominasi dengan kacamata negatif 7. Tidak mendata anggota jemaat yang beralih pada denominasi secara statistik.
1.
1. Munculnya denominasi lain pada daerah pelayanan GPM.
2.
3.
Berusaha dan bekerja dalam pelayanan dengan baik dalam memberitakan injil didunia Berusaha membangun dan menciptakan strategi yang baik yang dapat menyentuh hati jemaat Membangun relasi yang baik dengan denominasi lain sehingga dapat saling melengkapi dalam pelayanan.
Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa GPM memiliki Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, dan hal-hal ini merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya peralihan 4.4.1 Analisis Internal Kekuatan yang dimiliki GPM dilihat dari empat belas butir strategi yang akan diterapkan dalam pelayanan demi pertumbuhan gereja dan memenuhi kebutuhan anggota jemaatnya, GPM memiiki pendeta atau para pelayan yang berkualitas dan berpengetahuan, serta memiliki luas wilayah pelayanan dan memiliki asset gereja yang dapat memberdayakan gereja dan jemaatnya. Kelemahan yang ditemui dalam fenomena peralihan yaitu Liturgi, khotbah, dan pelayanan. Dari data dan penelitian yang dilakukan ketiga faktor ini yang menonjol dalam fenomena peralihan. Dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Kelemahan
Faktor liturgi dan faktor pelayanan yang mendorong dan menarik terjadinya peralihan GPM 1. Liturgi ibadah yang monoton, terfokus pada liturgi, 2. Tidak menggunakan semua aset gereja seperti alat-alat musik yang dimiliki seluruhnya oleh gereja, 3. Tidak ada ruang atau kesempatan bagi anggota jemaat untuk bersaksi akan imannya. 4. Khotbah. Dalam GPM rasional sifat khotbahnya. 5. Pelayanan ibadah syukur ulang tahun kadang dilupakan oleh para pelayan. 6. Kadang pendeta tidak terjun langsung dalam melayani Ibadah syukuran seperti ibadah syukur ulang tahun atau ibadah
1. 2. 3. 4. 5.
6.
7.
GBI Rock Liturgi ibadah yang kreatif,dinamis, dan bebas Menggunakan semua aset gereja yang dimiliki (peralatan musik). Ada ruang atau kesempatan bagi anggota jemaat untuk bersaksi. Khotbahnya singkat, padat dan jelas mudah dimengerti Fokus pada pelayanan baik pelayanan dalam gereja maupun pelayanan diluar gereja seperti ulang tahun anggota jemaatnya dan lain-lain. Hamba Tuhan terjun langsung dalam pelayanan ibadah syukuran ulang tahun dan syukuran lainnya dalam kehidupan aanggota jemaat. Para pelayan sangat menjaga privasi
7. Pelayanankonseling pastoralia kurang menyentuh hati jemaat dimana para pelayan tidak dapat menjaga privasi anggota jemaatnya. 8. Dalam segi ekonomi gereja memberikan bantuan bagi manggota jemaat yang tidak mampu seperti beasiswa, dan pengobatan gratis yang dilakukan tiap minggu sekali.
Tabel
8.
anggota jemaatnya pada saat melakukan konseling pastoralia. Dalam segi ekonomi gereja memberikan bantuan bagi anggota jemaatnya baik yang tetap maupun simpatisan berupa materi dan benda yang diperlukan oleh anggata jemaat dan membuka lapangan kerja bagi anggota jemaat yang berminat.
4.2 diatas menunjukan bahwa adanya faktor liturgi, faktor
khotbah dan faktor pelayanan yang mempengaruhi sehingga terjadinya peralihan. Faktor liturgi yang monoton, yang tidak didukung oleh sound system yang lengkap, tidak adanya ruang atau kesempatan bagi anggota jemaat bersaksi, faktor Khotbah yang kurang menyentuh hati seperti isi khotbah yang terlalu panjang, kata-kata yang digunakan kadang tidak dimengerti oleh anggota,ternyata menimbulkan kejenuhan bagi anggota jemaat untuk mencari sesuatu yang baru yang dapat menyentuh hati sehingga terjadinya peralihan tersebut. selain itu dilihat dari faktor pelayanan yang mana didalam pelayanan ada beberapa yang tidak menyentuh hati jemaat yaitu dilihat dari para pelayan dalam melayani, terkadang pelayan tidak menyadari tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan yang bekerja diladang Tuhan. misalnya sering melupakan pelayanan ulang tahun anggota jemaat, pendeta sering tidak mengikuti atau melayani ibadah ulang tahun tetapi menugaskan majelis jemaat, Selain itu pelayan tidak bisa menyimpan rahasia atau prifasi
anggotanya,
ketika
anggota
melakukan
konseling
pastoralia.
Pelayanan seperti inilah yang mendorong anggota jemaat untuk beralih
menemukan
sesuatu
yang
diharapkan
oleh
anggota
jemaat
dalam
pelayanan ibadah. Setiap jemaat mengharapakan pelayanan yang baik, pelayanan yang tidak
memlih-milih,
pelayanan
yang
dapat
memberikan
sukacita,
penghiburan bagi kehidupan anggotanya. Selain faktor-faktor liturgi dan pelayanan yang dijelaskan pada tabel diatas ada juga faktor yang lain yaitu faktor pribadi,dan faktor ikut-ikutan dalam mendorong terjadinya peralihan tersebut. Faktor pribadi dilihat dalam dua segi yaitu 1.
Antara anggota jemaat dengan Sang Pencipta. Dalam faktor ini peralihan terjadi dikarenakan adanya sebuah panggilan dalam diri anggota tersebut sehingga beralih tanpa dipaksakan oleh siapapun.
2.
Antara sesama anggota jemaat. Dalam segi ini dilihat dari sisi positif dan negatif. Dari sisi positif yaitu ada yang diajak oleh teman, pelayan, tetangga dan lain-lain. Sisi negatifnya terjadinya konflik atau ketidak cocokan antara anggota jemaat dengan para pelayan atau anggota jemaat dengan anggota yang lain sehingga terjadinya peralihan. Faktor ikut-ikutan. Faktor ini banyak ditemui oleh kaum muda,
banyak anak-anak muda GPM ingin mencoba sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda sehingga banyak yang mengikuti ibadah minggu di GBI Rock bahkan ada yang berani memberikan dirinya untuk dibaptis menjadi anggota gereja tersebut. Dengan adanya faktor-faktor ini maka peralihan terjadi, dan ketika peralihan terjadi maka konflikpun terjadi yang mana hubungan menjadi tidak harmonis, hubungan menjadi renggang. Seperti dalam hidup
bertetangga tidak ada saling sapa menyapa yang akrab. Dikarenakan masing-masing mempertahankan gerejanya. 4.4.2 Analisis Eksternal Dari segi peluang harus tetap berusaha dan bekerja dan melayani dengan baik dalam memberitakan Injil ditengah-tengah dunia, dan berusaha
membangun
dan
menciptakan
strategi
yang
benar-benar
menyentuh kebutuhan anggota jemaat yang semakin berkembang ini. Ancaman
yang
dihadapi
oleh
GPM
munculnya
denominasi-
denominasi merupakan peluang bagi GPM untuk memberikan yang terbaik dalam pelayanannya sesuai dengan visi dan misi dari GPM, dan para pelayan GPM. 4.5. Metriks SWOT Dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diatas selanjutnya langkah berikut menanggulangi issue-issue stratgis yaitu SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan atau organisasi dengan memanfaatkan kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang. ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan atau organisasi untuk mengatasi ancaman. WO strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada. WT strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Tabel 4.3
IFAS
EFAS Peluang (O) 1. Berusaha dan bekerja dalam pelayanan dengan baik dalam memberitakan injil didunia 2. Mendapat dukungan baik moril maupun material dari lingkungan eksternal baik staff pemerintah tingkat bawah menegah sampai atas.
Ancaman (T) 1. Adanya denominasidenominasi pada daerah pelayanan GPM 2. Denominasi sebagai musuh yang mengambil anggota jemaatnya
Metrik SWOT
Kekuatan (S) 1. GPM memiliki cangkupan daerah pelayanan yang luas 2. Memiliki gedung gereja yang baik dan asset gereja yang baik 3. Memiliki pendeta yang berkualitas dan berketrampilan 4. Memiliki sumber daya yang baik, SDM dan SDA 5. Terdapat 14 butir strtegi pelayanan berdasarkan hasil keputusan siding sinode 2010
Kelemahan (W) 1. Tata ibadah yang monoton 2. Pelayanan yang kurang menyentuh hati anggota jemaat 3. Tidak mendata anggota jemaat yang berpindah (statistik) 4. Privasi jemaat dalam pelayanan tidak dijaga tapi dibeberkan 5. Dalam aspek pelayanan para pendeta kadang tidak secara menyeluruh terjun langsung untuk melayani, tetapi mengutus para majelis untuk melayani 6. Adanya sebagian pendeta yang tidak menjemaat 7. Melihat denominasi dengan kacamata yang negative
Strategi (SO) 1. Membangun kerjasama dengan para pelayan selingkup GPM dalam konteks PI (pekabaran Injil) 2. Memberdayakan potensi sumberdaya para pelayan dalam melayani dan menyentuh kebutuhan anggota jemaat 3. Memberdayakan sumber daya alam yang dimilki dengan baik, dan bekerja sama dengan anggota jemaatnya 4. Mengaplikasikan 14 butir strategi secara trampil dan menjangkau arah kebutuhan jemaat
Strategi (WO) 1. Memperbaiki liturgi atau tata ibadah secara baik dalam artian selang seling tidak monoton tetapi berkreatif 2. Membangun kedekatan dengan anggota jemaat dan peningkatan spiritualitas sesuai konteks jemaat 3. Memperhatikan statistic yang ada dalam gereja 4. Sinodal harus perlu membimbing para pelayan baik pendeta maupun majelis di setiap jemaat tentang pentingnya tanggung jawab, sikap dan cara melayani yang baik.
5. Memanajemen sebaik mungkin tanggung jawab program kerja pelayanan maupun anggaran pendapatan dan belanja jemaat harus berjalan bersama baik kebutuhan kerumah tanggaan Gereja, para pelayan serta jemaat. Strategi (ST) 1. Meningkatkan kinerja pelayan selingkup GPM untuk bersatu memperbaiki pelayanan dan saling menopang sesuai dengan potensi masing-masing pelayan 2. GPM harus memandang denomnasi sebagai saudara dilihat dari makna Oikumene.
Strategi (WT) 1. Para pelayan harus menjemaat, dan mengetahui, serta memakai sumber daya gereja dan pelayan untuk memperbaiki tanggung jawab melayani sesuai konteks umat. 2. GPM harus memandang denominasi dari sisi positif
Dari metriks SWOT di atas didapati strategi yang harus dilihat oleh GPM dalam mengatasi permasalahan peralihan yang ada, dengan kekuatan yang dimiliki GPM memanfaatkan peluang yang ada, dan dengan kekuatan tersebut GPM harus dapat mengatasi ancaman yang datang. Dengan memanfaatkan peluang yang ada yang dimilki GPM maka dapat meminimalkan kelemahan yang dimiliki oleh GPM, dan GPM harus bertahan serta berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Maka gereja bisa mengatasi fenomena yang di hadapi dengan baik. Sehingga strategi yang dibuat harus benar-benar dijalankan dengan baik oleh para pelayan, sehingga jemaat dapat merasakan pelayanan dengan baik.
4.6.
Strategi Pencegahan Dari Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya peralihan, para
pelayan GPM kembali melihat strategi pelayanannya
sesuai dengan data
yang diperoleh dari hasil penelitian ditemukan ada usaha dari pelayan GPM dalam mengatasi persoalan yang dihadapi dengan melihat, memperbaiki dan menata kembali strateginya. Dengan
perencanaan
strategi
yang
dibuat
yang
menghasilkan
program-program yang akan membantu organisasi gereja untuk mencapai sasaran dan tujuan. Ditemui adanya program-program yang dilakukan tiaptiap gereja ada yang sama dan ada yang berbeda tergantung dari kreatifitas sang pemimpin dan tim pembentuk atau penyusun perencanaan strategi dalam menciptakan strategi.
Strategi yang sama antara lain 1. Penataan kembali liturgi untuk lebih kreatif, sehingga tidak monoton 2. adanya program gereja yang membantu anggota yang tidak mampu, yaitu dengan memberikan beasiswa. 3. Pengobatan gratis bagi yang tidak mampu dan bagi orang tua yang berlanjut usia. Tabel 4.4 Program strategi dalam pencegahan peralihan di Jemaat Silo, Imanuel Karpan, Imanuel Osm, Nafiri Passo Program yang berbeda Jemaat Silo 1. Bedah rumah 2. Pemberia n sentunan bulanan
Jemaat Imanuel Karpan Dalam hal ibadah diadakan program imanuel bermazmur
Jemaat Imanuel Osm
Jemaat Nafiri Passo
Penataan liturgi ibadah minggu dengan melibatkan 1. Kaum muda 2. Mempergunak an asset gereja seperti alat music
1. Pembelajara n bagi para pelayan khususnya para majelis
Strategi yang dilakukan di Jemaat Silo dalam mengatasi masalah fenomena peralihan yaitu dengan diadakannya program bedah rumah bagi anggota yang tidak mampu. Program bedah rumah ini dilakukan
satu
tahun sekali dan adanya bantuan dalam hal materi bagi janda, duda, anak yatim piatu setiap bulan sebesar Rp 250. Dalam Jemaat Imanuel Karpan dilakukan suatu program baru yang akan diadakan tiap akhir tahun yang bekerja sama dengan denominasi yang berada diwilayah pelayanan Imanuel Karpan, program tersebut diberinama Imanuel bermazmur.
Sementara dari Jemaat Imanuel Osm programnya dalam pelayanan ibadah minggu di libatkan kaum muda, dan mengaktifkan asset-asset gereja seperti alat musik dalam mendukung proses ibadah minggu namun searah dengan aturan-aturan yang berlaku dalam GPM. Jemaat Nafiri Passo membuat sebuah program baru bagi para pelayannya (majelis) yaitu mengadakan pembelajaran bagi majelis mengenai bagaimana menjadi seorang pelayan yang sesuai dengan Firman Tuhan Strategi yang dilakukan tiap-tiap gereja diatas tidak terlepas dari 14 butir strategi pelayanan GPM yang terdapat dalam peraturan-peraturan GPM. Dan dari strategi yang dibuat oleh masing-masing perangakat pelayan dan tim diatas maka peneliti mencoba melihat strategi itu dengan menggunakan Metriks SWOT diatas. Strategi dan analisis SWOT terkadang tidak begitu asik didengar oleh para pelayan dikarenakan strategi analisis SWOT kebanyakan dipakai dan dikenal oleh para ekonomi, perusahaan-perusahaan dalam bersaing. Padahal harus diakui bahwa gereja juga memerlukan strategi dan analisis SWOT, menurut Miglieore, dkk (2010) bahwa ada keuntungan bagi perencanaan gereja dan pelayanan. Maka seorang pendeta juga harus memiliki dan mau belajar mengenai ilmu manajemen atau ilmu ekonomi, sehingga dalam melihat persoalan seperti ini dapat melakukan perencanaan strategi yang baik yang akhirnya dapat mengambil keputusan yang baik bagi organisasi kedepan. Dari strategi yang dibuat dan analisis yang digunakan oleh para pelayan dalam strategi pelayanannya ternyata sedikit para pelayan
menggunakan analisis SWOT, sebagian besar para pelayan menggunakan analisis sosial dalam strateginya, disebabkan karena anlisis sosial sudah dari dulu digunakan sementara SWOT baru dikenalkan dan baru dipelajari serta baru diterapkan dalam kalangan gereja sehingga SWOT jarang digunakan kebanyakan menggunakan analisis sosial dan didalam analisis sosial digunakan analisis pohon masalah. Diakui bahwa para pelayan dan tim
kurang
terlatih
dalam
mempergunakan
analisis
SWOT
dalam
perencanaan strategi. Pengembangan strategi yang dilakukan yaitu didalam GPM yang mana dilihat bahwa GPM juga memiliki problematik pelayanan yang dihadapi oleh gereja, pengembangan strategi yang dilakukan yaitu dengan cara penetapannya berdasarkan sidang jemaat yang dilakukan oleh unsur Majelis jemaat, Jemaat dan Stekholder lainnya. Penetapan Tata Gereja Protestan Maluku sesuai Tap Sinode Nomor 9 tahun 2010, memungkinkan terjadinya perubahan penatalayanan jemaatjemaat GPM sejalan dengan Peraturan Pokok GPM tentang Jemaat . Dampak perubahan salah satu di
antaranya adalah ditetapkannya
mekanisme perencanaan pelayanan Jemaat dengan memberi ruang kepada adanya
partisipasi
Jemaat
seluas-luasnya.
Mekanisme
dimaksud
memungkikan Jemaat-Jemaat menyusun rencana pelayanannya yang disebut “rencana strategis” pengembangan pelayanan jemaat. Konkritnya mekanisme ini diatur melalui Tata Gereja GPM Bab III Pasal 10 sebagai perwujudan penyelenggaraan Amanat, Pola, dan Strategi pelayanan GPM searah dengan Pengakuannya “Yesus Kristus adalah Tuhan dan kepala gereja
Tuhan
atas
sejarah
bangsa-bangsa
dan
alam
semesta
dan
Juruselamat dunia”. Ketentuan dasar Tata Gereja tersebut, kemudian mendapat pengaturan lebih lanjut melalui Peraturan Pokok GPM tentang Jemaat Bab VII Pasal 14 ayat (2), ketika mengatur tentang Persidangan Jemaat. Jika dicermati secara mendalam mengenai strategi yang tersimpan di dalam mekanisme tersebut, dapat dikemukakan dua hal mendasar. Pertama, adanya kerinduan untuk mengimplementasikan visi sentral sesuai PIP dan RIPP GPM kedalam dinamika jemaat yang hidup sesuai kebutuhan mereka. Implementasi mana penting, mengingat kedudukan Jemaat sangat vital dalam penyelenggaraan pelayanan Gereja. Kedudukan vital tersebut, sesuai Peraturan Pokok GPM tentang Jemaat Bab IV Pasal 7 ayat (1) ditetapkan sebagai ”Basis pelaksanaan Amanat Pelayanan Gereja” Kedua, adanya usaha untuk memberi ruang seluas-luasnya kepada jemaat untuk merancang kebutuhan pelayanannya sesuai dengan konteks mereka yang hidup suatu mekanisme yang secara gerejawi sangat teologis dan eklesiologis. Selain itu, secara teknis strategi jemaat menyusun Renstranya sendiri, mendorong terjadinya penggunaan sumber daya gereja di jemaat secara lebih terarah. Fokusnya adalah penggunaan sumber daya keuangan, secara terencana dan tertanggung jawab. Jika terjadi pergantian pimpinan di jemaat, pimpinan yang baru tidak akan membuat kebijakan baru yang harus dibelanjai jemaat, melainkan meneruskan kebijakan lama sesuai Renstra yang telah ditetapkan.
Atas dasar itu, kepada penyelenggara
pelayanan jemaat GPM perlu diberikan pedoman penyusunan Renstra mengingat, jemaat-jemaat memiliki sumber daya yang terbatas, terutama dalam penyusunan dokumen rencana pelayanan.
didesain kedalam beberapa tahapan. Prosedur kerja penyusunan Renstra Jemaat terdiri dari tahapan-tahapan pelaksanaan dengan alokasi waktu dan pengaturan pelaksanaan pekerjaan yang jelas. Atas dasar itu, prosedur kerja penyusunan Renstra jemaat 1. Tahap Persiapan : a) Rapat Koordinasi Majelis Jemaat untuk membicarakan pekerjaan penyusunan Renstra. b) Pembentukan Tim penyusunan Renstra yang terdiri dari : unsur Majelis Jemaat, badan-badan pembantu pelayanan, warga jemaat yang dipandang memiliki kapasitas untuk itu. Tim tidak perlu terlalu banyak anggotanya, namun efektif dalam bekerja. c) Melengkapi Tim dengan Referensi yang diperlukan seperti PIP RIPP GPM dan lain-lain d) Memfasilitasi Tim untuk mendapat sosialisasi penyusunan Renstra dari Klasis dan atau MPH Sinode e) Tim melakukan Rapat untuk menetapkan Agenda Kerja. f)
Melakukan Rapat Koordinasi dengan Badan pembantu pelayanan, Pengurus Sektor dan Unit, guna mensosialisasikan penyususnan tujuan penyusunan Renstra.
2. Tahap Pelaksanaan I. (oleh Tim) a) Melakukan Penjaringan Aspirasi dilakukan melalui : Loka karya dengan semua unsur dalam jemaat, badan pembantu pelayanan yang ada, serta pemerintah negeri (desa) atau kelurahan, termasuk LSM jika ada dalam jemaat.
b) Selain
itu,
penjaringan
aspirasi
dapat
dilakukan
melalui
Perkunjungan Majelis jemaat dengan agenda menjaring informasi dari jemaat mengenai kebutuhan pelayanan jemaat sesuai petunjuk yang ditetapkan oleh Tim. Penjaringan
aspirasi jemaat mengarah
kepada bidang-bidang pelayanan. 3. Tahap pelaksanaan II a) Tim melakukan analisa terhadap semua informasi yang menjadi aspirasi jemaat guna pemetaan program pelayanan jemaat yang akan direnstrakan. b) Melakukan
kerja
analisis
dengan
pendekatan
ansos
untuk
mempertajam pemetaan program. c) Rapat dengan seluruh elemen pelayanan serta pemerintah desa, lurah, untuk menyampaikan hasil pemetaan program pelayanan, untuk disempurnakan. d) Menentukan ranking prioritas program untuk penetapan alokasi waktu. 4. Tahap Pelaksanaan III. a)
Tim menetapkan draf sempurna tentang program pelayanan jemaat untuk direnstrakan.
5. Tahap Pelaksanaan IV. a)
Tim
melakukan
Penyusunan
dokumen
Renstra
:
penetapan
sistematika, penetapan visi jemaat sesuai PIP RIPP, penetapan rencana program ke dalam alokasi waktu pelakanaan, penetapan anggaran dan lain-lain bagi penyusunan renstra dan lain-lain. 6. Tahap Pelaksanaan V.
a) Perampungan penyusunan dokumen Renstra. 7. Tahap Pelaksanaan VI. a) Rapat dengan Majelis Jemaat guna menyampaikan dokumen Renstra yang telah disusun. b) Pengaturan
tanggung
jawab
lain
terkait
dengan
pembahasan
Renstra di Sidang Jemaat. 8. Tahap Pelaksanaan VII. a) Tim bersama Majelis Jemaat menyempurnakan Renstra Jemaat hasil pembahasan Sidang Jemaat. Selain strategi pencegahan yang dibuat oleh tiap-tiap Jemaat GPM. GPM dan denominasi harus bersikap mengakui dan menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan jadikan kelebihan dan kekurangan itu sebagai pelengkap dalam strtegi pelayanan gereja masing-masing dalam menghadapi anggota jemaatnya. Di karenakan semua gereja berdiri atas Kristus sebagai kepala gereja baik GPM maupun denominasi, tidak ada yang mengatakan aku dari golongan Paulus, golongan Apolos, golongan Kepas dan Golongan Kristus. (I Korintus 1:12-13). Paulus menggambarkan dalam suratnya bahwa kita harus saling mengakui dan menerima bahwa setiap gereja memberitakan kabar keselamatan Allah juga memperoleh hak sebagai pewaris kerajaan Allah. Gagasan Paulus dalam IKorintus : 12-31 memperlihatkan bahwa orang percaya adalah tubuh Kristus. Tidak ada perbedaan antara orang yahudi, orang yunani, budak maupun merdeka, karena semuanya adalah tubuh Kristus. Bagi Paulus ada banyak anggota tetapi semuanya adalah
satu tubuh oleh karena itulah, mata tidak dapat berkata kepada tangan “aku tidak membutuhkan engkau” tetapi semuanya saling membutuhkan. Pandangan
paulus
ini
memperlihatkan
sebagai
orang
percaya
mestinya menyadari keberadaannya adalah tubuh Kristus. Dalam ayatnya yang ke 25 bahwa janganlah perbedaan itu menyebabkan sebuah perpecahan atau tembok pemisah dalam tubuh, tetapi yang berbeda itu harus saling memperhatikan dan melengkapi sebagai satu dalam tubuh Kristus. Perbedaan yang dimiliki masing-masing gereja atau denominasi harusnya sebagai alat untuk kita saling memperhatikan dalam hal yang positif
demi
keutuhan
tubuh
Kristus
dan
menciptakan
hubungan
Oikumene yang baik. Dengan SWOT suatu organisasi dapat mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang ancaman yang ada baik itu internal maupun eksternal. Gereja memperoleh
keuntungan
ketika
para
pelayan
melakukan
suatu
perencanaan strategi yang baik, Perencanaan Strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan diambil organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang dialokasikan untuk masing-masing program selama beberapa tahun ke depan