BAB IV ANALISIS PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subjek Penelitian SMP Negeri 10 Salatiga merupakan salah satu SMP Negeri di Salatiga yang terletak di jalan argomulyo Salatiga. SMP Negeri 10 Salatiga didirikan pada tahun 1994. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Salatiga. 4.2 Pelaksanaan Eksperimen Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu pre test dan post test, dalam pelaksanaannya penulis membagi dan menentukan dua kelompok yang masing masing kelompok terdiri dari 5 siswa, kelompok eksperimen dan kontrol. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian treatment/perlakuan pada kelompok ekperimen dan post test pada kedua kelompok. Setelah pengambilan data untuk pre test, pada tanggal 15 agustus penulis membuat kesepakatan dengan siswa yang tergabung dalam kelompok eksperimen untuk menentukan waktu dan tanggal dilaksanakannya kegiatan layanan konseling kelompok tentang kecemasan pada keramaian menggunakan layanan konseling kelompok dengan pendekatan konseling behavioral. Pelaksanaan eksperimen yang dilakukan oleh penulis dengan para siswa berdasarkan tahap-tahap pelaksanaan desensitisasi, yaitu sebagai berikut: 1
Pre Test ( Test Awal) Dalam penelitian ini, tes awal atau pre test dilakukan pada tanggal 8 Agustus
2011 dengan membagikan agket kepada 26 orang siswa yang nantinya akan dipilih 10 orang siswa yang akan dibagi dua kelompok, yaitu: 5 orang siswa kelompok eksperimen dan 5 orang siswa kelompok kontrol. Hasil perhitungan uji beda kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 3.5 dan tabel 3.6 pada bab III yang menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan demikian penelitian dapat
dilanjutkan dengan
memberikan
treatment/perlakuan kepada kelompok eksperimen.
54
2
Treatment (Perlakuan) Treatment atau perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen. Dalam
penelitian ini, treatment atau perlakuan diberikan kepada 5 siswa kelas VIII B yang sebelumnya sudah dipilih melalui sistim acak. Treatment/perlakuan dilakukan dengan memberikan layanan konseling kelompok tentang tentang kecemasan khususnya kecemasan pada keramaian. Adapun pelaksanaan eksperimen yang dilakukan oleh penulis dengan tahap-tahap sebagai berikut, 1) Mengemukakan rasional penggunaan desensitisasi
yang berisi tujuan,
prosedur, dan manfaat pelaksanaan desensitisasi sistematik. 2) Mengidentifikasi situasi yang mempengaruhi emosi melalui wawancara. 3) Melakukan penyusunan hirarki. 4) Memilih dan melakukan respon cunterconditioning. Sebagai pelaksanaannya dengan relaksasi otot. 5) Penilaian imajinasi supaya dalam mengevaluasi butir-butir hirarki konseli dalam proses desensitisasi dapat berlangsung dengan baik. 6) Penyajian hirarki. 7) Memberikan pekerjaan rumah dan tindak lanjut yang dilaksanakan pada tiap pengakhiran sesi konseling yang dilakukan. 3 Post Test (Tes Akhir) Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali, yaitu pertama pre test dan kedua post test. Pre test dilaksanakan sebelum kegiatan layanan konseling kelompok 8 Agustus 2011 dengan menyebar instrument angket kecemasan pada keramaian yang terdiri dari 29 item pernyataan. Pre test diberikan kepada 26 siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Salatiga yang memiliki kategori skor tertinggi, yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan jumlah siswa yang sama banyaknya pada setiap kelompok yaitu 5 orang siswa. Pelaksanaan pre test dilakukan pada saat jam pelajaran di SMP Negeri 10 Salatiga.
55
Pengambilan data post test dilakukan setelah serangkaian kegiatan eksperimen selesai. Post test dilaksanakan pada hai selasa 6 September 2011, dan diberikan pada sampel yang sama seperti pre test, yaitu 10 orang siswa yang termasuk didalam 5 orang siswa kelompok kontrol dan 5 orang siswa kelompok eksperimen. Daftar pernyataan pada post test melalui instrumen angket kecemasan terhadap keramaian juga sama dengan daftar pernyataan pada pre test yang berjumlah 29 item pernyataan.
4.3 Analisis Data Dari hasil pengukuran tingkat kecemasan pada awal pre test didapatkan :
Tabel 4.1 Data Pre Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
No.
Jenis
Skor Pre
No.
Jenis
Skor Pre
1
Kelamin P
Test 72
1
Kelamin L
Test 74
2
L
74
2
P
74
3
L
77
3
P
81
4
L
82
4
P
86
5
P
86
5
P
88
391
Jumlah
Jumlah
403
56
Tabel 4.2 Mean Kecemasan Siswa SMP N 10 Salatiga NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
Mean Rank Sum of Ranks
Kelompok
N
Eksperimen
5
6.10
30.50
5
4.90
24.50
Control 10
Tabel 4.3 Total Test Statistics Kecemasan SMP Negeri 10 Salatiga Test Statistics(b)
VAR00001 Mann-Whitney U
9.500
Wilcoxon W Z
24.500 -.649
Asymp. Sig. (2.525 tailed)
Exact Sig. [2*(1.548(a) tailed Sig.)]
a Not corrected for ties. b Grouping Variable: kelmpk 57
Tabel 4.2 dapat nilai beda rata-rata kelompok independen. Pada tabel 4.2terlihat total subjek penelitian adalah 10 siswa dari seluruh siswa kelas VIII B yang berada di asrama SMP Negeri 10 Salatiga, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Hasil ini menunjukan bahwa ke dua kelompok memiliki rata-rata (mean) yang tidak jauh berbeda. Hasil statistik nilai sig.2-tailed adalah 0,525 > 0,05 sehingga hasil uji signifikan secara statistik menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kategori tingkat kecemasan pada kedua kelompok. Dengan demikian, penelitian dapat dilanjutkan dengan memberikan layanan konseling kelompok. Setelah dilakukan kegiatan pemberian layanan konseling kelompok dengan memberi latihan relaksasi otot kepada kelompok eksperimen selama delapan kali pertemuan, maka dari itu setelah menyelesaikan kegiatan pemberian layanan konseling kelompok kepada kelompok eksperimen maka diberikan post test kepada kelompok eksperimen dan juga kelompok kontrol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik uji Mann – Whitney U dengan menggunakan program SPSS for Window Release 12,0. Hasil analisis data post test dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Data Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol No.
Nama
Jenis Kelamin
Skor Pre Test
Skor Post Test
1
LP
P
72
72
2
AS
L
74
73
3
AR
L
77
79
4
WS
L
82
84
5
RP
P
86
86
391
394
Jumlah
58
Tabel 4.5 Data Pre Tes dan Post Test Kelompok Eksperimen Nama
Jenis Kelamin
Skor Pre Test Skor Post Test
KA
L
74
64
NJ
P
74
65
NM
P
81
63
AK
P
86
67
DW
P
88
66
Jumlah
403
327
Mean
80.600
65.000
Dari tabel 4.5 dapat dijelaskan bahwa antara skor pre test dan skor pos test terdapat penurunan tingkat kecemasan dari kategori tinggi (98-81) menjadi kategori cukup (80-63) yaitu dari total skor kelompok eksperimen 403 menjadi 327. Mean skor post test lebih kecil dibandingkan mean skor pre test menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada keramaian secara keseluruhan dari kelompok eksperimen. Untuk mengetahui signifikansi penurunan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen siswa kelas VIIIB SMP Negeri 10 Salatiga dilakukan perhitungan menggunakan Mann Whitney Test. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
59
Tabel 4.6 Mean Rank Pre Test dan Post Test Tingkat Kecemasan Terhadap Keramaian Kelompok Eksperimen Siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Salatiga
Kelompok N
Jmlh Pretest
Mean Rank Sum of Ranks
5
8.00
40.00
5
3.00
15.00
Posttest 10
Pada tabel 4.6Total dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa. Rata-rata pre test sebesar 8.00 dan rata-rata post test sebesar 3.00. Hal ini menunjukan bahwa post test memiliki rata-rata kecemasan yang lebih sedikit atau menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah dari pada pre test dengan selisih 6,00.
60
Tabel 4.7 Mann-Whitney Pre Test dan Post Test Tingkat Kecemasan Terhadap Keramaian Kelompok Eksperimen Siswa kelas VIII B SMP Negeri 10 Salatiga Test Statisticsb Jmlh
Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.619
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
a.
Not corrected for ties.
b.
Grouping Variable: kelompok Pada pengolahan uji statistik terhadap hasil pre test dan post test kelompok
eksperimen dengan teknik Mann Whitney nampak pada p = 0,009 < 0,050. yang mempunyai arti adanya perbedaan yang signifikan antara skor pre test dan post test kelompok eksperimen. Mean rank dari 8.00 pada pre test menjadi 3.00 pada post test, sehingga ada penurunan yang signifikan kelompok eksperimen dalam hal penurunan tingkat kecemasan, khususnya kecemasan terhadap keramaian. Selanjutnya diperlukan analisis untuk menentukan apakah penurunan tingkat kecemasan terhadap keramaian pada kelompok eksperimen disebabkan oleh perlakuan eksperimen. Dengan demikian dilakukan penghitungan signifikasi perbedaan skor post test antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 61
Tabel 4.8 Mean Kecemasan Terhadap Keramaian Siswa Kelas VIIIB Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SMP N 10 Salatiga (Post Test) Ranks
Kelompok
N
Mean Rank Sum of Ranks
Jumlah eksperimen 5
3.00
15.00
5
8.00
40.00
Control 10
Total4.8 dapat dilihat bahwa masing-masing kelompok terdiri dari 5 Pada tabel orang siswa. Rata-rata kelompok eksperimen sebesar 3.00 dan rata-rata kelompok kontrol sebesar 8.00. Hal ini sekilas menunjukan bahwa kelompok eksperimen memiliki rata-rata lebih rendah atau kategori tingkat kecemasan yang begitu pula lebih rendah dari pada kelompok kontrol dengan selisih sebesar 6,00. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan atau penurunan tingkat kecemasan khususnya kecemasan antara pre test dan post test karena kelompok eksperimen ini diberi layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan konseling behavioral.
62
Tabel 4.9 Test Statistics Kecemasan Terhadap Keramaian Siswa Kelas VIIIB Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SMP N 10 Salatiga (Post Test) Test Statisticsb Jumlah Mann-Whitney U
.000
Wilcoxon W
15.000
Z
-2.611
Asymp. Sig. (2-tailed)
.009
Exact Sig. [2*(1-tailed
.008a
Sig.)]
Pada tabel 4.9, diperoleh nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0.009 < 0,050. Hasil uji signifikasi secara statistik menunjukan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok setelah mendapatkan layanan konseling kelompok mengenai. 4.4 Uji Hipotesis
Dari tabel 4.5 diperoleh mean skor post test yang sebesar 80.600 lebih rendah dari pada skor pre test yang sebesar 65000. Dari uji Mann Whitney post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh hasil yaitu nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.009 < 0.050 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara skor pre test dan skor post test kelompok eksperimen. Dari data tersebut dapat dipastikan hasil ini menunjukan adanya penurunan tingkat kecemasan terhadap keramaian melalui layanan konseling kelompok melalui pendekatan konseling behavioral dengan menggunakan teknik desensitisasi sistematik. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh penulis yang menyebutkan 63
bahwa “Konseling Kelompok melalui pendekatan konseling behavioral secara signifikan dapat Menurunkan Tingkat kecemasan terhadap keramaian secara signifikan Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 10 Salatiga”. 4.5 Pembahasan Dari hasil analisis yang ditunjukan Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,009 < 0,050 ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Rata-rata mean kelompok eksperimen menurun dari 8.00 menjadi 3.00 setelah mengikuti layanan konseling kelompok melalui pendekatan konseling behavioral. Dengan kata lain, bahwa kegiatan konseling kelompok kelompok melalui pendekatan behavioral adalah kegiatan yang dapat menurunkan tingkat kecemasan siswa. Konseling kelompok behavioral dalam kegiatan ini bertujuan untuk menurunkan atau mengurangi tingkat kecemasan yang dialami oleh siswa. Melalui desensitisasi sistematik, pembahasan dan latihan relaksasi mendorong siswa untuk pengembangan dan pelatihan rasa ketidak pekaannya dan siswa dapat mengatasi rasa kecemasannya sendiri. Pada konseling kelompok yang diberikan ketika pelaksanaan eksperimen ini didukung oleh pilihan materi yang sesuai dengan tahap-tahap teknik desensitisasi, sehingga pelaksanaan dan pemberian materi dapat dikatakan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan eksperimen yang telah dilaksanakan.
Hasil temuan yang signifikan dalam kecemasan terhadap keramaian pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada siswa kelas VIIIB SMP Neger 10 Salatiga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hekmat Hamid (2006) yang mengemukakan bahwa teknik desensitisasi sistematis efektif untuk mengurangi kecemasan berbicara di depan umum dan sejalan juga dengan kajian Abimanyu & Thayeb (1996) yang mengatakan bahwa pendekatan konseling behavioral melalu tehnik desensitisasi sistematik dapat menghilangkan perasaan tegang atau kecemasan.
64