BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menganalisis menggunakan analisis intrakasus dan analisis inter kasus. Pada analisis intrakasus peneliti melihat hasil wawancara subyek dan menghubungkan dengan teori yang dipakai. Sedangkan pada penelitian inter kasus peneliti membandingkan hasil wawancara keempat subyek dengan teori yang dipakai untuk melihat perbedaan pengalaman subyek.
4.1.
Gambaran Umum Subyek Penelitian 4.1.1 Tabel Identitas Diri Subyek
Subyek
J
P
R
N
J. kelamin
Laki-Laki
Laki-Laki
Perempuan
Perempuan
Usia
35 tahun
32 tahun
27 tahun
24 tahun
Anak Ke
Anak ke 2 dari 3 Anak ke 1dari 4 Anak ke 4 dari 4 Anak ke 1 dari3 bersaudara bersaudara bersaudara bersaudara
Pekerjaan
Penyanyi Rock
Penyanyi Rock
Penyanyi Rock
Penyanyi Rock
Status Pernikahan
Sudah menikah
Sudah menikah
Belum menikah
Belum menikah
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
J
Subyek Lama menjalani profesi Pendidikan Formal Pendidikan musik
4.2.
P
R
N
10 tahun
8 Tahun
5 Tahun
7 Tahun
SMA
SMA
D3
SMA
Otodidak
Otodidak
Otodidak
Otodidak
Diri Subyek J Subyek J memiliki warna kulit hitam. J memiliki rambut yang di beri pewarna rambut pirang. M memiliki rambut ikal. Tinggi M sekitar 160 cm. 4.2.1. Latar belakang subyek J berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam berusia 35 tahun. J Seorang penyanyi belum terlalu lama baru beberapa tahun belakangan ini menjadi seorang penyanyi karena sebelumnya J adalah seorang pemain drum, tetapi karena J ini mempunyai bakat juga dalam bernyanyi ia pun terkadang bernyanyi sambil bermain drum, dari situ J mulai banyak yang melihat kemampuannya akan bernyanyi dan mulailah banyak tawaran menjadi penyanyi dari rekan-rekan sesama profesinya, akan tetapi J tidak akan menolak juga apabila ia mendapatkan tawaran kerja sebagai pemain drum. J adalah anak ke dua dari tiga bersaudara. J mempunyai kakak laki-
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
laki yang terpaut dua (2) tahun darinya. Ayah J berasal dari suku Ambon, sedangkan Ibu J berasal suku Betawi dan masing-masing beragama Islam, ayah J jarang berada dirumah karena sibuk sedangkan Ibu J lebih sering berada dirumah karena hanya seorang ibu rumah tangga, lingkungan rumah sekitar J cukup banyak yang bisa bermain alat musik sehingga J pun suka berbaur dengan lingkungan sekitar rumahnya. Di sela-sela waktu senggangnya J sering sekali pergi memancing di empang dekat rumahnya, dan itu biasa dilakukan siang hari sebelum berangkat kerja bernyanyi pada malam harinya. 4.2.2. Observasi J Dalam menjawab pertanyaan dari pewawancara, subyek J cukup antusias menjawab pertanyaan yang diberikan dengan baik walau kadang subyek lebih banyak berbicara diluar konteks pertanyaan dan sedikit bercanda, tidak hanya itu terkadang subyek J menggerakkan tangannya seperti orang yang sedang bermain drum sambil bersenandung dalam hatinya. Waktu wawancara dilakukan di kediaman subyek J dan berlanjut selama tiga minggu, setiap hari selasa siang sehabis makan siang di ambil oleh peneliti karena pada malam harinya subyek J latihan bersama oleh peneliti di studio musik bernama Omahku yang terletak di daerah kebun jeruk. Suasana yang hening di siang hari sambil meminum secangkir kopi dan sebungkus rokok yang di berikan oleh peneliti untuk menambah hangat situasi dalam melanjutkan wawancara.
40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.3. Dimensi Konsep Diri Subyek J a.
Keluarga Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa
adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga (Fitts dalam, Hendriati 2006). Pada awalnya, mertua J tidak mendukung atau menyukai profesi yang dilakukannya sebagai penyanyi, mertua J khawatir kalau istrinya tidak dapat dinafkahi dengan baik, karena pekerjaan bernyanyi tidak tentu dalam berpenghasilan, terkadang besar pendapatannya dan terkadang kecil bahkan bisa tidak berpenghasilan sama sekali dalam seminggu ketika memang tidak ada panggilan bernyanyi. Berbeda dengan orang tua J yang mendukung pekerjaannya sebagai penyanyi rock. “Orang tua gue dukung-dukung aja selagi yang gue kerjakan positif dan gue cari kerja nya halal ko...”
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
J sebelum menikah memberitahu kepada calon mertuanya kalau J adalah seorang penyanyi rock, J pun tidak merasakan sesuatu yang aneh karena tidak pernah ada masalah dengan mertuanya mengenai ketidaksukaan mertuanya tersebut. J tidak merasakan perasaan sedih, karena keluarganya tidak pernah ada yang mempermasalahakan profesinya. “Ya, gue berusaha untuk memberi pengertian kepada mertua gue, bahwa gue seorang penyanyi juga bisa cukup dalam memberikan nafkah..hehe ...” J melihat ketidaksukaan mertuanya dengan profesi yang dikerjakannya,
sedangkan
orang
tua
tidak
pernah
mempermasalahkan profesi tersebut, selagi yang dikerjakannya halal dan positif. Individu dengan konsep diri positif juga dapat menerima dirinya sendiri dan memandang dunia ini sebagai sebuah tempat yang menyenangkan dibandingkan orang yang menolak dirinya (Burns dalam Hutagalung, 2007). b.
Diri Fisik Semenjak J sudah mulai bernyanyi, kepercayaan dirinya
semakin meningkat dibandingkan ketika dirinya masih bermain drum yang sering berada dibelakang tidak terlihat karena terhalangi oleh pemain alat musik lainnya.
42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pandangan dan perasaan
seseorang tentang dirinya baik yang sifatnya psikologis, sosial, maupun fisik (Brooks dalam Rakhmat, 2004). ”Wekwew..Fisik gue alhamdulilah sempurna dan keren walaupun item,,,hahaha....” J pun semakin percaya diri dengan apa yang menjadi kekurangan dan kelebihan fisiknya. ”Ya lu liat sendiri lah gue gimane, gue ga ada kekurangan dan gue punya suara yang bagus dan itu jarang di miliki semua orang, tapi ada satu sih kekurangan gue…hehehe...” J pun sengaja membatasi jawaban akan kekurang fisik dalam dirinya. “Kurang putih…hahaha...” Pada tahap ini J mencari info mengenai bagaimana seorang vokalis rock dalam berpenampilan yang dianggap dapat menjadi solusi yang tepat terhadap masalah J. Setiap macam konsep diri merupakan aspek fisik dan psikologis aspek fisik dan psikologis aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu
tentang
penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dengan hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain (Hutagalung, 2007).
43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c.
Diri Pribadi J seorang sosok yang mandiri dan sudah terbiasa jauh dari
orang tua, hal itu dibuktikan olehnya semenjak masih sekolah J sudah bisa mencari uang jajan sendiri, kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, dan dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi (Kartono, 2005). ”Ya uda bisa nyari uang sendiri, setelah lulus sekolah gue misah dari orang tua pergi merantau ke jawa ngikut teman disana...” Pada awalnya J merasa tidak yakin bahwa ia akan mampu merantau ke kampung temannya, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat (Fitts dalam, Hendriati 2006). ”Ya kerja, gue jaga studio musik disana, Kurang lebihnya sekitar lima tahun, dan disitu saya banyak belajar tentang musik, dari mulai belajar drum sampai bernyanyi…”
44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Namun J mengaku kedua orang tuannya mempersilahkan jika harus bekerja di kampung halaman temannya. Hal itu diakui J membuat dirinya merasa nyaman dan mempunyai harapan yang mantap dalam memilih pekerjaan tersebut. “Harapan gue kedepan sih, punya banyak Job terus terkenal kaya Judika
Idol,,,hahah,,” J mempunyai keinginan yang kuat dan meningkatkan
kualitas vokalnya sehingga apa yang di harapkannya kedepan bisa terwujud. Karena manusia ingin menjadi sesuatu, maka ia juga menuntut sesuatu pada dirinya sendiri (Kartono, 2005). ”Terus terlatih bernyanyi, biar dapet banyak Job dan bayanakbanyak berdoa minta sama yang diatas biar dimudahkan jalan gue mencari rejeki,,hehhe, amin.” J mengaku apa yang menjadi pekerjaannya ini baik untuk diri dan berusaha untuk tetap eksis didunia musik. Pada taraf kemauan ini sebagian besar dari aspek kepribadian ikut aktif sehingga tampak adanya kesadaran dan konsentrasi daya dalam pengejaran norma nilai dan tujuan (Kartono, 2005). ”Ya selagi itu positif dan halal kenapa engga, bagus-bagus aja Bro... ”
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
J pun merasakan bahwa hatinya lebih cocok dengan pekerjaannya. J membandingkan dengan pekerjaannya dahulu membuka usaha toko telepon seluler namun mengalami kegagalan dalam berbisnis, bagaimana seseorang menggambarkan identitas dirinya dan bagaimana dirinya sendiri. Diri pribadi merupakan perasaan dan persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya (Fitts dalam, Hendriati 2006). d.
Sosial J merupakan invidu yang supel dalam bergaul di masyarakat
dan mempunyai cukup banyak teman dari sekitar lingkungan rumahnya maupun dari lingkungan luar rumahnya. Depan halaman rumah J cukup luas dan memang sering digunakan temantemannya untuk berkumpul. Bagian ini merupakan penilaian seseorang terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya (Fitts dalam, Hendriati 2006). ”Hubungan gue sama masyarakat sini baik-baik aja, orang-orang dilingkungan tuh asik-asik bro,,hehe” mereka kalo nongkrong kan depan rumah gue...” J merasa mempunyai hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar maupun dengan lingkungan luar tempat tinggalnya, Dalam kontak sosial menurut Beum (dalam Sarlito, 1991) adalah kesanggupan seseorang untuk membedakan tingkah-tingkah laku
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mana yang merupakan “mand” dan tingkah-tingkah laku yang merupakan “tact”. Seseorang yang terlalu sering melakukan “mand” biasanya tidak dapat dipercaya, sedangkan seseorang yang melakukan “tact” lebih mudah mendapatkan kepercayaan orang lain.
4.2.4. Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri a.
Orang lain J terlihat orang yang supel dan banyak bicara, tidak heran
jika ia memiliki banyak teman-teman dari seprofesinya, maupun yang bukan seprofesi. Keterbukaan dalam menceritakan tentang dirinya juga banyak dikemukakannya dan mudah dalam menerima masukan dari teman-teman kerja maupun dari istrinya, konsep ini disebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya (Fitts dalam Hendriati, 2006). ”Oh gitu, cukup besar, terutama dari temen-temen gue dia yang suka memeberikan masukan buat gue kalau lagi perform nyanyi”
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Teman-teman dilingkungan rumah J yang mayoritas bisa memainkan alat musik membuat J merasa nyaman. J merasa dirinya di temani berlatih dalam mengasah kemampuannya bernyanyi oleh teman-temannya tersebut. J lebih dominan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sehingga J menjadi lebih terbiasa dengan kegiatan tersebut. Selain teman-teman J yang suka berkumpul depan rumahnya, Ibu J juga terkadang ikut serta berkumpul dalam dalam kejauhan sambi-sambil tersenyum melihat J yang suka teriak-teriakan kalau sedang bernyanyi. ”Kalau penilaian negatif pasti ada lah, kalau cemoohan dll, sih sepertinya gak ada deh dan belum pernah gue rasakan hal-hal seperti Itu...” b.
Kelompok Acuan Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota
masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut
kelompok
acuan,
yang
membuat
individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). Pada tahap ini J mengaku tidak memiliki kegiatan khusus disamping pekerjaannya sebagai penyanyi rock, di sela-sela waktu luangnya banyak
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dihabiskan untuk berlatih dan memancing, dekat rumahnya terdapat sebuah empang yang tidak terlalu jauh. “kalau organisasi kebetulan gue engga aktif bro,,,” J menyatakan tidak mempunyai waktu untuk aktif diorganisasi kemasyarakatan, tetapi banyak waktu luang untuk memancing. Dalam hubungan ini diperkenalkan konsep “Peran” (role) yang menurut Stogdil (dalam, Sarlito 1991) adalah perkiraan tentang perilaku yang diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu, yang lebih dikaitkan dengan sifat-sifat pribadi individu itu dari pada dengan posisinya. “gue
gak
ada
waktu
untuk
ikut
organisasi
di
masyarakat...heheh”” Setiap ada acara kegiatan kemasyarakatan, J terlihat tidak aktif dan selalu menyerahkan ke adik-adiknya untuk mengikuti acara tersebut, hal itu sering sekali dilakukannya setiap mendapatkan undangan rukun tetangga setempat, . “sambil senyum..kalau malamnya gue main pasti gak pernah ikut abis ngantuk bro, tapi kalau malamnya gue gak kerja, gue pasti usahakan ikut kerja bakti…”
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut
kelompok
acuan,
yang
membuat
individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). 4.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri gaya hidup
modern a.
Pergaulan Bebas Pada tahap ini J mengaku sama sekali belum pernah
melakukan hubungan seks diluar nikah selain hanya kepada istrinya saja. Norma-norma adalah tolak ukur yang di pakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai, itulah sebab penilaian moral selalu berbohbot (Magnis,2005). “Kalau itu sih gue belom pernah, gue ga pernah ngelakuin gituan selain sama bini gue sekarang, Kalau gue sih paling anti sama yang begituan, tapi kalau mabok-mabokan ayo dah gue ladenin…hehehe”
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut
pengakuan
J,
walaupun
jarang
sekali
menghabiskan waktu dirumah pada waktu yang bersamaan dengan istrinya karena kesibukannya mereka berdua bekerja. J berangkat bekerja disebuah tempat hiburan malam sedangkan istri J yaitu R harus berangkat kerja pada pagi hari, akan tetapi J tetap menjaga keharmonisan dalam
berumah tangga
yaitu
dengan tetap
melakukan hubungan intim suami istri pada waktu pagi hari sebelum istri J berangkat bekerja. “Ya baik-baik saja, Ya pada suami istri pada umumnya kan diatur aja waktunya,biasanya gue maen sebelum dia berangkat kerja pagi-pagi...hehehe” Lebih lanjut J katakan bahwa dirinya tidak pernah mempermasalahkan dengan istrinya mengenai
hal yang suka
menjadi alasan dari pertengkaran adalah masalah hubungan suami istrinya. “Awalnya sih seperti itu, tapi lama kelamaan dia mengerti dengan pekerjaan gue yang harus pergi malam pulang pagi...” Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonom, yang berarti bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sendiri sadar, kita melakukan kewajiban kita bukan karena dibebankan dari luar, melainkan karena kita sendiri menyadarinya sebagai sesuatu yang bernilai dan sebagai tanggung jawab kita (Magnis, 2005). 51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b.
Kriminalitas Istilah kriminalitas berasal dari bahasa Inggris “crime”
yakni kejahatan. Kejahatan secara formal dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan undang-undang pidana, bertentangan dengan moral kemanusiaan, bersifat merugikan, sehingga ditentang oleh masyarakat (Kartono, 2005). J mengaku pada saat sebelum menikah dengan R dirinya adalah seorang yang sangat bandel dan suka berkumpul dan bergerombol dipinggir jalan atau minum-minuman keras di tempat umum. “Kalau dulu gue sering banget bikin onar waktu masih bujangan, Gue orangnya suka iseng, jadi terkadang sehabis minum-minuman keras lagi ngumpul sama teman- teman gue suka berantem,,,”
Tindakan yang merugikan orang lain pernah dilakukan J bersama teman-temannya seperti mencuri hanya untuk membeli sebuah minuman keras, narkotik dan obat-obatan atau narkoba,
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban (Soesilo dalam Husein, 2003). “Dulu pernah, bahkan sering dengan teman-teman hanya untuk beli minuman, ya kaya nyolong burung orang yang lagi di taro di depan rumahnya, trus sendal, bahkan
sepeda gue pernah, Ya
paling yang sejenisnya kaya sabu-sabu...” Kelompok yang bersifat primer yaitu pada umumnya mereka sangat impulsif, reaksinya cepat dan amat peka terhadap penghinaan-penghinaan. Mereka sering tidak bisa menahan diri terhadap gejolak jiwa dan keinginan-keinginannya yang mendadak, mereka selalu merasa kosong hati, lalu cenderung mencari perangsang-perangsang yang kuat, seperti minum-minuman keras (alkoholik), berjudi dan melakukan perbuatan-perbuatan kriminal yang banyak mengandung resiko dan berbahaya (Kartono, 2005). Pada tahap ini J mengaku dirinya hampir tertangkap oleh polisi, ketika sedang berkumpul di depan rumah bersama temantemannya, kondisi disaat itu sedang ramai ada yang bermain karambol, ada yang bermain gitar sambil bernyanyi dengan yang lainnya, pada saat itu J bersama dengan yang lainnya sedang berbincang-bincang sambil menghisap ganja, namun J mempunyai
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
firasat seperti ada yang mengawasi dan akhirnya pun J masuk kedalam rumah lalu mengunci pintu. “Alhamdulillah sih belom pernah, kalo hampir-hampir pernah, Ya waktu itu gue lagi nongkrong depan rumah, dan anak-anak kebetulan lg rame-ramenya, hampir tengah malam dan keadaan lg pada mabok semua polisi tiba datang dan menembakan ke arah atas sambil berkata jangan ada yang bergerak, dan untungnya pada saat kejadian itu gue uda masuk kedalem rumah dan gue pun ga berani keluar buat ngelihat, setelah suara gaduh itu sudah gak ada barulah gue melihat keluar rumah dan ternyata salah seorang dari teman gue di tangkap
yang terbukti kedapatan
sedang
memegang ganja...” c.
Narkoba Pengalaman
selama
beberapa
tahun
terjerat
dalam
ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain (Narkoba )
membuat
J untuk tetap tidak
menggunakannya.
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menghentikan
Seperti pecandu lain, semula J hanya mencoba, lama-lama menjadi kecanduan, narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008). “Ya pernah, minggu-minggu kemarin kalau ga salah, biasanya sih kalau lagi ada event Pagi aja sehabis gue nyanyi di malam harinya, kan perlu tenaga ekstra…” J mengaku bermacam-macam jenis narkoba pun pernah digunakannnya, namun yang paling sering digunakannya adalah jenis sabu-sabu, selain tidak membuat mata J terlelap kantuk, sabusabu dapat menambah stamina ketika sedang bernyanyi di malam harimaupun dikeesokan paginya, ketika zat tersebut masuk kedalam organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi didalam tubuh. Lalu di lanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga bila zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis, Ghoodse (2002). “Biasa deh ubas buat doping gue tahan sampe pagi, “Ubas itu apa bang? “Sabu-sabu oon…”
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain narkoba, minum-minuman keras juga paling melekat dalam dunia kehidupan penyanyi rock, hal tersebut dikarenakan pekerjaan seorang penyanyi berada ditempat-tempat hiburan malam seperti club, diskotik dan bar yang memang identik dengan menyediakan berbagai macam minuman keras. “Kalau itu sih sudah seperti minuman sehari-hari bro,,,kalu tiap manggung kan pasti ada aja yang nawarin dari tamu-tamu, tapi kalau dirumah sih jarang…hehehe” Istri J suka menasehati ketika lagi bekerja jangan sampai mabuk membuat J sadar akan perbuatannya dan sekarang J pun mampu mengontrol minum-minuman keras yang suka diberikan oleh tamu pengunjung tempat hiburan maupun dari tempat yang menyediakan khusus untuk anak band ketika sedang istrahat pentas. Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah kepada tujuan-tujuan tertentu, dan di kendalikan oleh pertimbangan akal atau pikir (Kartono, 2005) “Ya pasti lah, makanya gue selalu mengontrol minumnya biar ga terlalu mabuk, tapi di akhir acara biasanya baru gue mulai minum lagi ngelanjutin yang tadi…hehe”
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bagi J, kondisi itu tidak untuk disesali, tapi dijadikan bahan pelajaran bahwa hidup tidak hanya berhenti pada satu kondisi. Ada kondisi lain bernama perubahan. Hidup sebelum menjadi pecandu adalah dunia normal, hidup pada saat jadi pecandu adalah dunia adiksi, dan hidup setelah pulih adalah hidup lebih dari sekadar normal.
4.3.
Gambaran Diri Subyek P Subyek P memiliki warna kulit sawo matang. P memiliki rambut hitam
pendek. P memiliki Tinggi sekitar 153 cm. 4.3.1. Latar Belakang Subyek P P berjenis kelamin laki-laki, beragama Islam berusia 32 tahun. P adalah anak pertama dari empat bersaudara. P sudah mempunyai istri dan sudah dikaruniai seorang anak laki-laki. P memilih sebagai penyanyi sudah diputuskannya kurang lebih 8 tahun yang lalu, yang pada awalnya P tidak mendapat dukungan dari orang tuanya karena penghasilan dari bernyanyi tidak menentu, namun karena ayah P berprofesi sebagai musisi juga yaitu sebagai pemain keyboard organ tunggal, disitulah P banyak melihat pekerjaan ayahnya yang kemudian diikutinya serta di dukung oleh fasilitas yang telah di miliki oleh ayahnya. P berlatih bernyanyi oleh ayah nya sehingga terbentuk menjadi penyanyi profesional. Selain bernyanyi P
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pandai juga dalam bermain keyboard, tidak jarang dalam penampilan bernyanyi P sering bermain keyboard sambil bernyanyi, tidak hanya itu P juga mampu menciptakan sebuah aransement sebuah lagu distudio rekaman milik rekannya. Kerjaan tersebut diambil disela-sela waktu P ketika sedang tidak ada panggilan bernyanyi dan kegitan tersebut masih dijalaninya sampai sekarang. 4.3.2. Observasi Subjek P Subyek P menjawab dengan baik setiap pertanyaan yang diberikan dan tidak mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan, Waktu wawancara diambil setelah selesai solat jumat dan berlanjut selama dua kali pertemuan pada hari dan jam yang sama yaitu pada hari jumat. Subyek P juga memberikan dorongan kepada peneliti agar cepat dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi yang membuat saya menjadi termotivasi agar lebih cepat dalam mengerjakannya. Namun dibalik penampilannya yang sedikit garang, P memiliki kepribadian agak sedikit pendiam dan cenderung tertutup, hal ini bisa dilihat ketika peneliti mewawancari P hanya menjawab pertanyaan seadanya dan seperlunya saja. Pada saat wawancara berlangsung subyek P sambil menghisap rokok yang ketika sudah habis lalu membakar lagi yang membuat peneliti menjadi bertanya-tanya dalam hati.
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.3.3. Dimensi Konsep Diri Subyek P a.
Keluarga P melihat bahwa Ayahnya adalah seorang musisi disitulah
P banyak melihat pekerjaan ayahnya yang kemudian diikutinya serta di dukung oleh fasilitas yang telah dimiliki oleh ayahnya, diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku (Fitts dalam Hendriati, 2006). ”Awalnya sih dari hobi ,eh lama-lama jadi pekerjaan gue, kebetulan keluarga gue ada yang musisi sih…” P melihat perbedaan pendapat orang tua nya itu tidak dianggap sebagai penghalang, akan tetapi sebagai tantangan karena P menyayangkan begitu banyak fasilitas yang dimiliki orang tuanya jika tidak dimanfaatkan dengan baik. Kemauan yang aktif (wilsakten), pada taraf ini sudah ada stelling atau patokan tujuan yang di sadari (Kartono, 2005). “Yah, saya menjadi pribadi yang mandiri dan yang pasti saya bisa menemukan jati diri saya sendiri bukan sepenuhnya karena orang tua,hehehe...”
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada tahap ini P dapat mengidentifikasi masalah mengenai perbedaan pendapat orang tua P mengenai dukungan terhadap dirinya dalam memilih profesi sebagai penyanyi rock. Masalah dapat diidentifikasi P saat menyadari bahwa P selalu dibiarkan dalam berlatih bernyanyi berbeda dengan situasi riil dengan yang diharapkan, dalam hal ini R melihat bapaknya ingin melihat sejauh mana keinginannya untuk menjadi seorang penyanyi, Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidak mampuannya, harga dirinya, dan hubungannya dengan orang lain (Hutagalung, 2007). “Menurut gue penyanyi rock itu keren, dia mempunyai ciri khas dalam Bernyanyi yang pasti gue suka lagu-lagunya yang keren dan tidak mendapatkan nada yang rendah kalau lagi nyanyi...” b.
Fisik Pria berbadan gemuk ini pun mengakui menggemari musik
rock. Bahkan ia pun mengaku bangga menjadi seorang vokalis band rock. Dalam kesehariannya P sering mengenakan pakaian berwarna hitam.
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampakan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus) (Fitts dalam Hendriati, 2006) ”Ya gue bersyukur dengan apa yang diberikan tuhan dengan sempurna gak da kekurangan dalam diri gue, Body gue suspek...” Dalam setiap aksi P selain atraktif, dikenal juga dengan dandanan yang nyentrik seperti potongan spike, kaus bergambar tengkorak, jaket dengan berbagai macam aksesori bordir, gelang atau kalung besi, sepatu boot dan piercing. “gue dari dulu emank hobby nyanyi musik rock, jadi alasan gue jadi penyanyi rock yah untuk menyalurkan kreativitas saya dalam bermusik.Kenapa rock?Yah karena idealisme rock sesuai dengan hidup saya, masa jiwa gue rock tapi gue jadi boyband gak nyambung kali, hahaha...” Pada tahap ini P mencari info dari pihak lain, yaitu teman sesama profesinya. P membatasi pada alternatif pilihan yang dianggap dapat menjadi solusi yang tepat terhadap masalah pada bagian tubuhnnya. “Yang tadi gue bilang body gue supek, tapi bokong gue gede...”
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
P mendengar masukan dari teman temannya mengenai masalah yang terdapat pada tubuh bagian pinggulnya yaitu cara yang tepat dalam mengatasi masalah fisik tersebut. Diri penerima berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator, kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara diri identitas dan diri pelaku (Fitts dalam Hendriati, 2006). “Dengan berolah raga tentunya, gue seminggu sekali nyempatin diri buat
lari, selain bagus buat
badan gue lari juga dapat
melatih pernapasan gue dalam bernyanyi...” c.
Diri Pribadi Menurut Fitts (dalam Hendriati, 2006) diri pribadi
merupakan perasaan dan persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat.
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Selain bekerja dan latihan musik bersama grup bandnya, keseharian P lainnya banyak menghabiskan waktu dengan membuat aransement sebuah lagu disebuah studio musik milik temannya, biasanya setiap minggu selalu ada saja permintaan dari rekannya dalam pembuatan sebuah aransemen lagu yang baru ada syairnya saja. ”Segala sesuatu yang gue kerjakan dengan hasil jerih payah gue sendiri, Gue kepingin punya karya lagu sendiri dan bisa meledak albumnya...” P mengaku bahwa keinginannya yang kuat dalam menciptakan sebuah karya lagu slow rock dan berharap dapat diterima oleh sebuah perusahaan besar rekamaan seperti musica studio, sony music studio dan perusahaan besar rekaman lainnya. Karena manusia ingin menjadi sesuatu, maka ia juga menuntut sesuatu pada dirinya sendiri (Kartono, 2005). ”Ya gue sedang menulis lagu, selain nyanyi di kafe gue juga kerja di tempat studio rekaman bro, dan di situ juga gue bisa menuangkan ide-ide kreatif gue dalam membuat aransement sebuah lagu...” Individu dengan konsep diri positif ini juga memiliki rasa aman dan percaya diri yang tinggi, mampu lebih memberi dan menerima pada orang lain, memiliki sensitifitas terhadap kebutuhan orang lain. Memiliki keyakinan dan kepercayaan diri 63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
untuk menanggulangi masalah
bahkan dihadapkan dengan
kegagalan sekalipun sanggup dihadapi dengan jiwa besar (Burns dalam Hutagalung, 2007). Bapak satu anak ini menuturkan bahwa meskipun sudah berkeluarga, dia belum terpikirkan untuk berhenti menjadi penyanyi rock karena rock sudah menjadi bagian hidupnya. “ Kalo gue si ya selagi positif gue jalanin aja, biar mengalir begitu aja bro, karena seperti gue pernah katakan, anak-anak rock di kota ini kebanyakan hanya ikut-ikutan dan tak jarang merekapun melakukan hal-hal yang negative bahkan menjurus kriminal. Jadi gue bisa mengerti pandangan negative terhadap musisi-musisi rock, walaupun sebenarnya tidak semua rock seperti itu. Yah jalani aja bro,,hehe.” d.
Diri Sosial Keputusan P untuk menjadi penyanyi rock tentu akan
menimbulkan persepsi atau pandangan baru dari lingkungan sekitar terhadap dirinya. Tidak bisa dipungkiri, sejak dulu fenomena rock di Indonesia selalu dihadapkan dengan masalah tidak lebih dari sekedar sampah masyarakat, Tidak semua orang berpengaruh pada diri seseorang.
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant other, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang, (Hutagalung, 2007). “Saya jelas tidak setuju tapi saya mengerti pandangan negative terhadap rocker, tapi bukan berarti tidak dapat melakukan hal-hal yang lebih berguna seperti berkarya dalam musik atau membuat kegiatan lain yang dapat menghasilkan tanpa harus memintaminta...” Berbagai kesan dan stigma negatif masyarakat ditujukan terhadap rocker, mereka dianggap kriminal, preman, brandal, perusuh, urakan, dan orang-orang yang dianggap berbahaya. Buruknya persepsi masyarakat terhadap rocker, membuat P resah karena pada dasarnya tidak ada satu orang pun yang mau jika profesinya dipandang negatif oleh orang lain. “Ya gtuh dah, semenjak gue aktif di karang taruna temen-temen dirumah jadi lebih kenal gue, yang tadinya mereka kira gue itu brutal ternyata sangat mudah bergaul...hehe”
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
P cukup aktif didalam kegiatan kemasyarakatan, tidak jarang P mengahadiri setiap acara kepemudaan yaitu karang taruna. P memiliki
jabatan
yang
cukup
baik
didalam
keanggotaan
kemasyarakatan tersebut, sehingga P dapat mengenal banyak orangorang yang terorganisasi dalam ruang lingkup rukun warga atau RW setempat dimana P tinggal. ”kebetulan gue aktif di karang taruna.. menjabat sebagai Humas...” P merasa mantap posisi itulah yang tepat bagi dirinya dan sambil memberitahukan atau mensosialisasikan bahwa tidak semua rocker itu mempunyai pandangan yang negatif terhadap masyarakat. Bagian ini merupakan penilaian seseorang terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya William Howen Fitts (dalam, Hendriati 2006). 4.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri a.
Orang lain Teguhnya pendirian P untuk menjadi penyanyi rock,
membuat orang tua P tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya mengharapkan anggota keluarganya tidak berbuat hal-hal negatif meskipun tampilan anggota keluarga mereka berbeda dengan sebelumnya, dimana penampilan anggota keluarganya sekarang lebih garang dengan kuping yang berpiercing tapi sikap mereka
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
masih tetap baik terhadap anggota keluarga lainnya. Seorang individu akan menilai dirinya positif ketika yang bersangkutan mendapatkan senyuman, penghargaan, pelukan ataupun pujian. Sebagaimana seseorang menilai negatif jika memperoleh kecaman, cemoohan ataupun makian (Hutagalung, 2007). “Kalau penilaian negatife pasti ada lah, kalau cemoohan dll, sih sepertinya gak ada...” Meskipun tampilan P sekarang lebih garang dengan kuping yang berpiercing tapi sikap mereka masih tetap baik terhadap anggota keluarga lainnya dan juga terhadap orang tuanya. Menurut Fitts (dalam Hendriati, 2006) bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga “cukup besar, terutama dari bokap dan temen-temen gue yang suka ngasih masukan buat gue kalau lagi perform nyanyi...’’ Seiring berjalannya waktu, orang tua P mulai mengerti dan menyadari tidak semua penyanyi rock itu bersikap negatif, mereka bisa melihat itu semua dari apa yang terjadi pada anggota keluarga mereka.
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b.
Kelompok acuan Menurut Hutagalung (2007), setiap orang sebagai anggota
masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok, setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri, diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut
kelompok
acuan,
yang
membuat
individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu. P memaknai dirinya sebagai individu yang baik yang bisa menempatkan dirinya sebagai seorang penyanyi rock. P tidak pernah berkumpul dan bergerombol dipinggir jalan dengan penampilan rocker nya. P tidak mau mempunyai pandangan yang jelek terhadap dirinya, maka dari itu sebisa mungkin P menjaga sikapnya didepan umum. ”Iya, yang tadi gue bilang sekarang kan gue aktif di karang taruna, sebab gue kan diandelin banget di keluarga jadi kalau ada kegiatan-kegiatan kaya gitu pasti gue yang disuruh sama bokap...” Kepuasan dan perasaan nyaman yang P rasakan dalam bernyanyi musik rock, dan aktif di karang taruna membuat P semakin menikmati dalam menjalani aktifitasnya tersebut. “Seperti yang gue bilang diatas, gue aktif di organisasi karang taruna dan itu sangat
bermanfaat sekali untuk kegiatan para
pemuda di lingkungan komplek perumahan gue tingal...”
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri gaya hidup
modern `a.
Pergaulan bebas Menurut Hamid (2009), seks bebas merupakan pengaruh
budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat
Indonesia
tanpa
memfilternya terlebih dahulu,
sekarang, untuk mendapatkan suatu video, gambar dan cerita-cerita tentang seks dan pornografi lainnya sangat mudah, tinggal cari di internet dengan mengunjungi situs-situs yang meyediakan layanan dewasa tersebut selain itu juga film-film dewasa tersebut juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan video. P mengaku sebelum menikah dirinya adalah playboy yang suka berganti-ganti pasangan, dan suka melakukan hubungan intim suami istri diluar nikah. “Ya pernah, Sama cewe-cewe gue dulu,,,” Sebelum menikah dan mempunyai seorang anak, P mengaku suka melakukan hubungan seks dengan para tamu pengunjung tempat hiburan malam sehabis dirinya selesai bernyanyi, hal itu sangat sering dilakukan ketika sedang bernyanyi pengunjung tempat hiburan malam datang menghampiri dirinya dan mulai berkenalan setelah istirahat bernyanyi yang kemudian lanjut ke kamar hotel setelah selesai bernyanyi. Hubungan seks
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap norma-norma (baik norma agama maupun norma-norma yang berlaku lainnya) dan merupakan suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat hukumannnya (Hamid, 2009). Menurut pengakuannya, namun setelah dirinya setelah menikah dan mempunyai seorang anak P pun sudah tidak melakukan sifat seperti itu lagi. Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat
Indonesia
tanpa
memfilternya terlebih dahulu.
Revolusi seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah merambah masuk kenegeri kita tercinta ini melalui perantara teknologi informasi dan saran-sarana hiburan lainnya semakin canggih, (Hamid, 2009) “Semenjak gue uda nikah dan punya anak, gue uda ga gitu lagi bro, tapi kalau minum-minum aja si ayo dah…hehehe” b.
Kriminalitas Berbagai kesan dan stigma negatif masyarakat ditujukan
terhadap P dianggap kriminal, P mengaku pernah menguhi salah satu lembaga kemasyarakatan diJakarta karena kasus pencurian sebuah alat musik keyboard milik temannya. Kejahatan secara formal dapat diartikan sebagai suatu tingkah laku yang melanggar norma-norma sosial dan undang-undang pidana, bertentangan
70
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan moral kemanusiaan, bersifat merugikan, sehingga ditentang oleh masyarakat (Kartono, 2005). “Ya pernah,“Ngambil keyboard temen gue, Ya gue sempet nginep di penjara seminggu lebih lah...” Menurut Soesilo (dalam Husein, 2003) ada dua pengertian kejahatan, yaitu pengertian kejahatan secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Berbagai cara orang tua P untuk dapat mengeluarkan anaknya dari penjara, dan pada akhirnya polisi bersedia diajak berdamai untuk membayar sejumlah uang yang kurang lebih hampir sepuluh juta untuk mengeluarkan P dari penjara, hal tersebut bisa dilakukan karena berkas-berkas P belumlah naik ke persidangan begitulah menurut penuturan P. “Ya seharusnya sih gitu bisa lebih dari lima tahun, tapi gue keburu ditebus sama bokap gue...”
71
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Orang tua P mengalami kesulitan dalam mencari uang yang jumlahnya tidak sedikit itu kurang lebihnya sepuluh juta untuk menebus P agar bisa keluar dari penjara. ”Kurang lebih nya hampir 10 jutaan dah, 2 kali harga keyboard itu, jadi gue disuru nyari duit sama polisinya sekitar 10 jutaan lebih di kasih waktu kurang dari seminggu kalau mau keluar...” Dengan berbagai cara orang tua P untuk mendapatkan uang sepuluh juta dengan meminjam oleh sanak saudara dan kerabat, karena waktu yang dibutuhkan orang tua P hanyalah kurang dari satu minggu untuk dapat mengeluarkannya dari penjara. “Ya bokap gue, pinjem sosno sini biar gue bisa keluar, soalnya kalau lebih dari seminggu gue uda ga bisa ditebus kata polisinya, keburu berkasnya naek ke pengadilan katanya polisinya mah...” b.
Narkoba Menurut Jackubus (2005), Narkoba Adalah zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran,hilangnya
rasa,mengurangi
sampai
menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, cukup
sulit
orang
mau
berubah
72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dari
kebiasaannya
dari
penyalahgunaan narkoba, terkadang seringkali kita meremehakan orang-orang tersebut
dan kita sering meyalahkan dengan
mudahnya, namun apa yang telah P perbuat mau berubah karena bagi mereka cukup enjoy dengan keadaannya sekarang. P mau keluar dari lingkungan para pemakai narkoba. Apalagi semenjak menikah dan mempunyai seorang anak P semakin banyak dukungan untuk berhenti total dari penyalahgunaan narkoba. “Sudah lama gue gak make bro, semenjak gue punya anak, “Ya gue punya keinginan gitu aja, kalau gue uda punya anak gue bakal berenti make lagi …” P mengaku berbgai macam jenis narkoba telah dicobanya, namun keinginan dan tekad yang kuat P mampu berhenti dari ketergantungan narkoba. Kepuasan dan perasaan nyaman yang P rasakan dalam berhenti memakai narkoba adalah suatu pilihan yang tepat bagi dirinya, hidup setelah pulih adalah hidup lebih dari sekadar normal, begitulah yang dikatakannya kepada peneliti. “Ya kaya sabu, ganja,inex, sampe yang terakhir putau yang gue pake, Kalau yang terakhir putau itu hampir tiap hari bro, abis kalau ga pake badan pada ga enak, tapi kalau yang lain lainnya mah jarang, ga enak soalnya kalau abis kena putau kena yang laennya... “
73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Menurut pengakuannya, program mengatasi kecanduan narkoba yang dijalaninya meliputi beberapa langkah, yaitu pecandu harus punya keinginan untuk berhenti, pecandu harus jujur pada diri sendiri, dan pecandu harus mempunyai keterbukaan pikiran. Akan
tetapi
keberhasilan
ketergantungannya
terhadap
berhenti narkoba
dalam
namun
mengatasi
tidak
dengan
kecanduannya terhadap minum-minuman keras. “Kalau itu sih sudah hampir tiap hari, kalau lagi manggung kan pasti ada aja yan nawarin dari tamu-tamu, tapi biasanya gue ngontrol minumnya biar ga terlalu mabuk...”
74
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.
Gambaran Diri Subyek R Subyek R memiliki warna kulit kuning langsat. Rambut subyek R
berwarna hitam lurus sebahu. Tinggi R sekitar 162 cm. 4.4.1. Latar Belakang Subyek R R berjenis kelamin perempuan, beragama Islam. Saat ini berusia 27 tahun. R adalah seorang alumni D3 IKJ (Institut Kesenian Jakarta). R adalah anak ke empat dari empat bersaudara. R tinggal sendiri disebuah rumah kost didaerah cikini, sedangkan orang tua R berada dikampung halamannya di Padang. R belum cukup lama dalam menjalani pekerjaan sebagai bernyanyi, kurang lebih lima tahun menjalani profesi tersebut, sebelumnya R lebih banyak fokus didunia teater karena kegiatan tersebut adalah jurusan dari perkuliahannya. Didalam kegiatan teaternya R banyak berperan sebagai pengatur jalannya sebuah cerita, bisa dibilang hampir seperti sutradara. Akan tetapi R juga suka ikut berperan sebaga tokoh cerita tersebut. Dalam melakukan adegan teater ternyata ada adegan bernyanyi dalam naskah tersebut dan R pun bernyanyi sesuai dengan naskah itu, Tidak disangka-sangka R mempunyai bakat dalam bernyanyi dan disitu rekan-rekan sesama mahasiswa melihat pertama kali kemampuan R bernyanyi. Dan pada akhirnya R pun banyak tawaran dari rekan-rekan nya untuk menjadi vokalis suatu band kampus. Kemudian bergabunglah R ini dengan group band yang ada dikampusnya, acara demi acara R jalani sampai akhirnya R mendapatkan tawaran untuk bernyanyi di
75
http://digilib.mercubuana.ac.id/
sebuah
tempat
hiburan
malam
di
Jakarta,
disitulah
R
terus
mengembangkan bakatnya sebagai penyanyi. Namun R tidak mudah dalam memulai pekerjaan barunya sebagai penyanyi, orang tua R tidak menyetujui kalau R menjadi penyanyi, orang tua R lebih merestui jika R bekerja dikantor, namun hal tersebut tidak menyurutkan kemauannya menjadi penyanyi dan pekerjaan tersebut R terus lakukan walaupun tidak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya sampai sekarang. 4.4.2. Observasi Subyek R Observasi subyek R di lakukan di deluxx cafe menara peninsuila yang terletak di daerah slipi jakarta pusat.Waktu wawancara diambil pada pukul 22:30 selama satu jam
ketika sedang istirahat pentas dan
dilanjutkan lagi pada pukul 01:30 selama satu jam juga, kegiatan tersebut peneliti lakukan selama satu minggu berturut-turut dari hari senin sampai hari jumat demi mendapatkan hasil yang obyektif. Dalam memberikan jawaban R sangat terbuka mengenai tidak mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya, R terkadang berpikir sejenak dan terlihat agak sedikit sedih ketika menjawab pertanyaan tentang orang tua R yang tidak mendukung pekerjaannya sebagai penyanyi rock. Sesekali subyek melihat telepon selulernya sambil merokok diruang istirahat. R tidak mengalami kesulitan saat menjawab pertanyaan yang diberikan.
76
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.3. Dimensi Konsep Diri Subyek R a.
Keluarga Menurut William Howen Fitts (dalam Hendriati, 2006),
Diri keluarga (family self) yaitu pandangan dan penelitian seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga. Dalam memulai pekerjaan baru nya sebagai penyanyi, orang tua R tidak menyetujui kalau R menjadi penyanyi, orang tua R lebih merestui jika R bekerja di kantor. ” Gak ada, orang tua gue ga suka sama pekerjaan gue, ya kalau sudah hobi susah sih, gimana yah,hehehe…” Namun hal tersebut tidak menyurutkan kemauannya menjadi penyanyi rock dan pekerjaan tersebut R terus lakukan walaupun tidak mendapat dukungan dari kedua orang tuanya. Manusia itu tidak hanya menghanyutkan diri dan membiarkan dirinya pasif mengambang dalam arus dunia,
77
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tapi ia juga harus menjadikan dirinya sebagai satu tema pokok atau proyek yang harus dibangun dan diselesaikan sendiri (Kartono, 2005). “Ah, biasa aja keluarga besar gue mah dah gak mau tahu gue kerja apa, gue sih tetep ngejalanin sebagai penyanyi...” R belum cukup lama dalam menjalani pekerjaan sebagai penyanyi rock, kurang lebih lima tahun menjalani frofesi tersebut, sebelumnya R lebih banyak fokus di dunia teater karena kegiatan tersebut adalah jurusan dari perkuliahannya. “Awalnya sih hanya hobi aja, tapi lama-lama jadi pekerjaan gue, dari hoby bisa di jadikan uang itu lebih asyik cuy,,,hahaha” Didalam kegiatannya sebagai penyanyi rock, R juga masih aktif dalam kegiatan teater. R banyak berperan sebagai pengatur jalannya sekenario sebuah cerita, bisa dibilang hampir seperti sutradara. Akan tetapi R juga suka ikut berperan sebaga tokoh cerita tersebut. “Yang pasti sih gue punya teman-teman kerja yang asyik dan menjadi penyanyi sudah
menjadi bagian dari profesi gue
sekarang, seperti sudah menjadi keluarga, pokoknya mah asik dah,,,”
78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesabaran mengenai “apa yang dilakukan oleh saya”, Selain itu bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas, diri yang kuat akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku (Fitts dalam Hendriati, 2006). b.
Diri Fisik Wanita bebadan kurus ini pun mengakui menggemari
musik rock sejak dibangku sekolah SMP, kecintaannya terhadap musik rock ia tunjukkan dengan sering menghadiri konser-konser yang sering digelar dikampus-kampus. Pada tahap ini R mengaku bahwa sangat menyukai penampilan fisiknya, disamping P memiliki tubuh yang cukup tinggi R juga memiliki kulit yang berwarna putih. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampakan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus) (Fitts dalam Hendriati, 2006). “Wow...fisik gue alhamdulilah cantik tentunya, gue mempunyai kulit yang putih...hehehe”
79
http://digilib.mercubuana.ac.id/
R mengaku bahwa dengan fisik yang tinggi dan putih banyak memikat lelaki, hal itu dibuktikan ketika R sedang bernyanyi banyak cowo-cowo yang menghampirinya untuk meminta lagu, berkenalan dan bahkan memberikan uangnya demi dinyanyikannya sebuah lagu permintaan tamu pengunjung tempat hiburan malam. “Kalau gue lagi nyanyi pasti banyak deh cowok-cowok yang deketin gue terus minta lagu sambil ngasih uang ke gue...” Pada tahap ini R mencari info dari pihak lain yaitu teman seprofesinya untuk memberi masukan apakah penampilan fisiknya jika R tampil lebih cantik lagi dan mampu membawakan lagu-lagu yang di minta oleh pengunjung tempat hiburan malam bisa mendapatkankan penghasilan yang lebih banyak juga. “Emangnya biduan dangdut aja yang disawer, penyanyi rock juga disawerlah kalau dia
seneng requestsan lagunya bisa di
nyanyiin..” R
pun
mengaku
bahwa
teman-temannya
menyukai
penampilan fisiknya sehingga banyak tamu pengunjung tempat hiburan malam yang datang menghampirinya untuk meminta sebuah
lagu
untuk
dinyanyikan
kecenderungan-kecenderungan
olehnya.
kewanitaannya,
80
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada misalnya
setiap cara
berhias secara primer wanita ini menunjukan aktivitasnya untuk menarik perhatian pihak lain (Kartono, 2005). “Mereka mah Suka-suka aja ci, kata temen-temen gue sih muka gue oriental kaya ke chines-chinessan gitu deh, makanya banyak tamu yang dateng ke gue ngasih saweran, kan nambah nambahin pemasukan band juga...hehe” Setiap relasi sosial (perjumpaan, kontak, konvensi sosial, kesatuan, dan seterusnya) sedikit atau banyak secara praktis pasti menuntut penggunaan pengetahuan mengenai karakter, untuk mendapatkan kerja sama yang baik, memperoleh saling pengertian dan mendapatkan resonansi-psikis (gema jawaban psikis) yang baik (Kartono, 2005). c.
Diri pribadi Diri pribadi merupakan perasaan dan persepsi seseorang
tentang keadaan pribadinya (Fitts dalam Hendriati, 2006). Dorongan-dorongan adalah tendens untuk mempertahankan Aku manusia, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu dan kerap kali terlepas dari kontrol manusia (Kartono, 2005).
81
http://digilib.mercubuana.ac.id/
R mengaku dirinya mencoba untuk melihat seberapa kuat dirinya tanpa dukungan materi semenjak orang tuanya mengetahui bahwa R bernyanyi rock di tempat hiburan malam ketika masih kuliah untuk membiayai segala kebutuhannya, dari mulai membayar kuliah, kost dan biaya makan setiap hari. “Gue si orang nya mandiri, keras kepala dan memimpikan sebuah cinta sejati, segala sesuatunya itu dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain...” Aktivitas primaritas dan sekundaritas itu dalam bentuk dan strukturnya mendapat pengaruh dan dibentuk oleh kemauan, melalui materi sentimen-sentimen, kecenderungan-kecenderungan dan kebiasaan (Kartono, 2005). R sangat mengaharapkan cinta sejati dari seorang lelaki yang mau menjadi pendamping hidupnya, entah itu dikenal melalui teman-temannya atau pun tamu pengunjung tempat hiburan malam yang menyukainya untuk dapat langsung mengajaknya menikah tanpa harus melakukan pacaran terlebih dahulu. ”Gue butuh seorang pendamping dalam hidup gue, Iya, gue pengen banget dalam waktu dekat ini ada cowo yang ngelamar gue tuk nikah, gak pake pacaran...”
82
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada tahap ini R mempertimbangkan dan melihat ketidakpastian semua laki-laki yang dikenalnya. R mengaku mengalami kebimbangan dalam hal mempertimbangkan alternatif yang ada, dan berharap semoga keputusan untuk menikah dalam waktu dekat-dekat ini adalah keputusannya yang tepat. Pada integrasi itu terdapat pula pengaturan oleh hati nurani manusia, karena hati nurani ini berfungsi sebagai pengemudi dan hakim terhadap segala bentuk tingkah laku dan pikiran manusia (Kartono, 2005). “Gue uda bosen sama yang namanya pacaran, cowok itu semuanya sama, Ya mereka ga punya kepastian yang jelas tiap kali gue tanyain menikah...” R mempunyai keinginan yang besar dalam mewujudkan harapannya cepat mendapatkan suami dan banyak job dengan terus bayak berlatih dan berlatih agar P suara tambah bagus dan terus mencari seorang suami yang bisa menerima P apa adanya dengan profesi sekarang.
83
http://digilib.mercubuana.ac.id/
d.
Diri sosial Diri sosial (social self) yaitu bagaimana seorang dalam
melakukan interaksi sosialnya. Bagian ini merupakan penilaian seseorang terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya (Fitts dalam Hendriati, 2006). R menganggap dirinya tidak terlalu mengenal dengan lingkungan sekitar, karena R tingal disebuah rumah kost di daerah cikini. “Baik, sekedar menegur sapa, karena gue tinggalnya ngekost...” Namun R berusaha mempunyai hubungan yang baik jika didihadapkan rekan kerja yang terkadang berbeda-beda. R mengatakan bahwa kalau dirinya agak cerewet tetapi tidak dengan orang yang baru dikenalnya, apalagi kalau menjadi rekan satu band ketika berada diatas panggung. Sepanjang hidupnya manusia itu selalu berjumpa dengan berbagai macam konflik, karena pada manusia itu pada hakekatnya sama, yaitu memiliki kebutuhan dan mempunyai tujuan-tujuan yang sama, dan mempunyai “Level Of Aspiration” yang sama didalam usahanya mencapai kebahagiaan (Kartono, 2005). ”Biasa lah negur, ya kalau ada yang belum gue kenal, ya sotoy aja, ajak ngobrol aja...”
84
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri a.
Orang lain Menurut
Hutagalung
(2007),
tidak
semua
orang
berpengaruh pada diri seseorang. yang paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant other, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang, namun R merasa bahwa dirinya sudah tidak mempunyai sebuah keluarga seperti orang lain pada umumnya, R tinggal sendiri jauh dari orang tua dan kakakkakaknya, R pun mengatakan bahwa keluarga itu hanyalah rumah kosong yang tidak mempunyai makna. “gak ada orang paling berpengaruh buat gue, apalagi orang yang sangat penting,hidup gue ya gue sendiri yang ngejalanin...” Pandangan negatif terhadap R tidak terlalu dihiraukan oleh dirinya, bagi R pandangan negatif tersebut merupakan sebuah kesalahpahaman. Seseorang mengenal tentang dirinya dengan mengenal orang lain terlebih dahulu, konsep diri seseorang individu berbentuk dari bagaimana penilaian orang lain mengenai dirinya. “Kalau penilaian negative sih pasti ada,apalagi gue kan gue cewe terus selalu selalu pulang malam lagi,hufff, tapi klau cemoohan kecaman atau pun makian dari orang sih ga ada yah sampai saat ini, jangan sampe lah,,,heheh”
85
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b.
Kelompok acuan Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota
masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok. Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang
disebut
kelompok
acuan,
yang
membuat
individu
mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). R mengaku bahwa dirinya masih aktif dalam kegiatan seni teaternya, dan R pun terkadang meliburkan diri dari bernyanyi jika R mendapatkankan job sebagai pembuat drama cerita teater, namun itu dilakukannya ketika mendapatkan drama cerita yang cukup panjang. “yang sperti gue bilang tadi, gue masih aktif di kegiatan teater, tapi itu pun kalau lagi ada event panjang, dan biasanya gue libur dulu nyanyinya, tapi kalau drama ceritanya pendek gue lanjut nyanyi aja kan malem...” Namun R mengaku bahwa dirinya tidak aktif di kegiatan kegiatan organisasi kemasyarakatan. Dalam kehidupannya, setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok.
86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). “Wah, Gue kan cewe kali enga pake acara kerja bakti,Paling kalau ada yang mintain
sumbangan ke kossan ya gue kasih
aja.Hehe...” R merasakan emosi positif, yaitu adanya perasaan nyaman di hati pada diri R saat bisa memberikan sesuatu kepada yang lebih membutuhkan. R menggunakan hatinya untuk melakukan sedekah yang baik bagi dirinya.
87
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.4.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri gaya hidup
modern a.
Pergaulan bebas Kita sering mendengar baik dari cerita teman-teman
ataupun dari berita tentang perilaku manusia zaman sekarang yang sering melakukan hubungan seks diluar nikah (merupakan bagian dari seks bebas). Hubungan seks tersebut merupakan hubungan seks liar yang dilakukan secara illegal dalam artian sudah menyalahi norma-norma yang ada (Hamid, 2009). Pada tahap ini R mengaku belum pernah melakukan seks bebas yang melebihi ambang batas kewajarannya. “Belom pernah, gue ga pernah ngelakuin gituan selain buat suami gue nanti, tapi kalau dikit-dikit si pernah tapi ga sampai kaya gitu lu ngerti deh,,,hehehe“ Tujuan utama dari seks adalah untuk repeuduksi buat kepentingan regenerasi. Artinya setiap makhluk hidup melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia), kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan nikah (Hamid, 2009). R
88
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mengaku hanya melakukan seks sebatas ciuman dan dirabarabanya bagian payudaranya, tetapi tidak pada bagian vaginanya, hal itu dikatakan hanya untuk orang yang akan menjadi suaminya kelak. “Yah dia tanya lagi, paling sekwilda, Apa tuh bu sekwilda?” “Masih kaku aja lu, sekitar wilayah dada,,,hehe” Menurut pengakuannya hal tersebut dilakukan dengan pacarnya dan juga kepada mantan pacarnya yang menjadi satu grup bandnya dahulu. Setiap orang perlu bermoralitas, tetapi tidak setiap orang perlu beretika, etika adalah pemikiran sistematis tentang moralitas yang dihasilkan secara langsung bukan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang lebih mendasar dan kritis (Kartono, 2005).
89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
b.
Kriminalitas Gangguan-gangguan psikis seperti neurosa, psikosa dan
psikopat itu merupakan ekstrimitas dari tempramen-tempramen tertentu (gejala keterlaluan yang menjurus pada patologi) terdapat paling sedikit jumlahnya pada tipe yang non emosional karena ada kerataan dari streaming dasar dan suasana hatinya tidak banyak berubah (Kartono, 2005). Pada tahap ini R mengaku tidak pernah melakukan tindakan kejahatan ataupun tindakan yang dapat merugikan orang lain seperti mencuri dan lain sebagainya. “Waduh gue penjahat apa di tanyain begituan, Gak pernah Sama sekali malah gue yang suka di jahatin sama orang... ” R mengatakan dirinya pernah kehilangan telepon selular bagus yang pernah dimilkinya, kejadian tersebut diakuinya pada saat di kosan, R lupa mengunci pintu disaat tertidur pulas dan dalam keadaan mabuk. “Memang terkadang gue nya ceroboh, suka geletakin barangbarang sembaranga aja, kalau dikosan gue lupa kunci pintu tautau ada yang masuk dan gue ga tau, keadaan ngantuk berat waktu itu abis minum juga sih...”
90
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Kebiasaan adalah reaksi bersyarat yang kompleks dan bervariasi dan menjadi kanal-kanal tetap yang bisa dilalui oleh tingkah laku manusia atau merupakan ekspresi kondisionir dari tingkah laku (Kartono, 2005). Ceroboh dan tidak teliti, begitulah yang dikatakannya, sehingga dirinya sering sekali mengalami kehilangan suatu barang berharga yang pernah dimilikinya.R pun mengatakan bahwa dirinya tidak berani melakukan tindakan seperti mencuri dan lain sebagainya. “Ye kan gue bilang gak pernah, gue ini perantau gak berani ngelakuin tindakan kaya gitu, ngeri nanti kenapa-kenapa gak ada yang bisa nolongin gue disini...hehehe” c.
Narkoba Pada tahap ini R mengaku jarang dalam menggunakan
narkoba
jenis,
menurut
penuturannya
ganja
tidak
terlalu
membuatnya ketergantungan yang parah seperti para pemakai jenis putaw, apabila mengalami sakaw atau rasa ingin menggunakan yang tinggi masih bisa di atasi.
91
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Narkoba adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, Jackubus (2005). “Biasa ngebaks, ganja cuy …” Menurut R, pecandu narkoba adalah korban, karena pecandu tersebut tidak bisa melepaskan diri dari kecanduannya. Dirinya pun mengaku menjadi korban dari ketidaktahuan yang jelas akan bahayanya narkoba, serta lingkungan yang yang membuatnya menjadi pemakai narkoba. Seperti pecandu lain, semula R hanya mencoba dari tawaran yang diberikan oleh temannya, R mengaku tidak seperti pecandu lainnya, R hanya sekedarnya saja mengkonsumsi narkoba. "Jarang, paling kalau lagi di kasi aja ya gue pake...” Minum-minuman keras memang melekat dalam dunia kehidupan penyanyi rock, hal tersebut dikarenakan pekerjaan seorang penyanyi berada di tempat-tempat hiburan malam seperti club, diskotik dan bar yang memang identik dengan menyediakan berbagai macam minuman keras. R mengaku kalau dirinya adalah peminum-minuman keras, tak jarang R selalu minum ketika tamu pengunjung tempat hiburan malam datang mengahampiri untuk
92
http://digilib.mercubuana.ac.id/
memberinya minuman keras. Pada awalnya taraf kebiasaan itu disadari dan orang menggunakan pertimbangan akal, lamakelamaan pertimbangan akal dan kesadaran jadi semakin menipis, kebiasaan jadi otomatis serta tidak disadari, misalnya berjalan, naik sepeda, merokok, kecanduan minuman alkohol dan lain-lain (Kartono, 2005) “Kalau itu sih sudah seperti minuman sehari-hari bro, kalu tiap manggung kan pasti ada aja yang nawarin dari tamu-tamu...” Pada tahap ini R mengaku dapat mengontrol meminum agar dirinya tidak terlalu mabuk pada saat bernyanyi. “Ya pasti, makanya gue selalu mengontrol minumnya biar gak terlalu mabuk, gue takut kenapa-kenapa nantinya abis nyanyi, bukannya nyampe kosan malah di hotel lagi nanti sama omom...hehe”
93
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.5.
Gambaran diri subyek N Subyek N memiliki warna kulit kuning langsat. Rambut subyek N
berwarna hitam lurus sebahu. Tinggi R sekitar 163 cm. 4.5.1. Latar belakang subyek N berjenis kelamin perempuan beragama Kristen berasal dari suku batak, N adalah anak pertama dari ketiga bersaudara. N tinggal di daerah kwitang senen Jakarta pusat dengan orang tua nya, N menjadi seorang penyanyi dari semenjak masih duduk dibangku sekolah SMA kurang lebih sekitar tujuh tahun memutuskan untuk menjadi seorang penyanyi, hal itu dilakukan atas dukungan orang tuanya yang sangat kuat terhadap dirinya, berawal dari bernyanyi di acara-acara festival rock sampai di acara pernikahan pun ia jalani. N adalah anak dari seorang penyanyi juga, faktor bakat turunan dari orang tua sangat melekat dalam dirinya sehingga N hampir memiliki karakter vokal suara yang sama dengan ibunya. N sekarang bernyanyi reguler di sebuah tempat rekreasi Taman Impian Jaya ancol dan tempat-tempat hiburan malam lainnya yang berada di Jakarta. 4.5.2. Observasi Subyek N Di awal proses wawancara, subyek N masih terkesan menutupi dan enggan untuk membagi cerita mengenai privasi kehidupan pribadinya, kemudian peneliti melakukan pertemuan yang kedua kalinya, dan mengubah gaya wawancara yang semula bersifat formal menjadi lebih cair
94
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan berbentuk “sharing”. Baru pada pertemuan kedua tersebut beliau mau terbuka membicarakan kehidupan pribadinya. Gaya dan nada bicara subyek N tegas, jawaban-jawaban yang di berikan pun bersifat “to the point” dan waktu wawancara menghabiskan selama satu bulan setiap hari sabtu siang di hotel Marbella yang terletak di cilegon banten. Sesekali N mengibaskan rambut panjangnya sambil memainkan telepon selularnya, dan N pun tidak mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan. 4.5.3. Dimensi Konsep Diri Subyek N a.
Keluarga Kini N hanya tinggal bersama ibunya, namun sesekali
saudara-saudara dari ibunya menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah. Menurut keterangan yang diberikan oleh N sangat meyayangi keluarga kecilnya, N sangat memperhatikan adikadiknya yang masih sekolah kelas dua SMA dan yang satu lagi kelas tiga SMP. Bagian ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga William Howen Fitts (dalam, Hendriati 2006). “Gue anak pertama, saudara gue dua, mereka gue yang biayain mereka sekolah, dan mereka gue yang ngawasin...”
95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
N mengaku juga sangat menyayangi ibunya, beliau selalu mendukung apa yang menjadi pekerjaannya sekrang karena ibunya adalah seorang penyanyi juga namun sekarang sudah berhenti, hanya itu lah harta yang paling berharga dari segala-galanya. Significant other, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang (Fitts dalam Hendriati 2006). “Baik. Ya gue deket banget sama mama gue, karena tinggal dia doang, bokap gue uda gak ada, dia mendukung dengan kerjaan gue sekarang...” Hidup sederhana itu lah yang terlihat dari sosok N ketika sedang bernyanyi. N adalah seorang tulang punggung bagi keluarga. Profesional dalam bekerja dan bijaksana dalam rumah tangga. Itulah yang N katakan dalam kehidupannya sehari-hari. Memulai karir dibidang seni tarik suara sejak lulus sekolah SMA, N telah mempunyai pengalaman yang cukup sehingga kemampuan N sudah semakin terasah. “Karena musik rock adalah bagian dari hidup gue, dan menjadi itu profesi gue sekarang, Ya profesi adalah pekerjaan,, ya kalau uda hobi mau gimana yah…” Perempuan kelahiran 2 Febuari 1988 ini adalah penyanyi rock termuda dari keempat subyek lainnya. Saat ini bernyanyi sudah menjadi kehidupan sehari-harinya. Perempuan bersuku batak ini mempunyai suara yang khas dalam bernyanyi, N memiliki suara 96
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang hampir menyerupai seorang laki-laki sehingga dalm bernyanyi N pun sering menggunakan kunci nada laki-laki. “Hobi, dan sudah menjadi pekerjaan gue, mengunakan nada yang tinggi, da harus mempunyai kemampuan suara yang tinggi juga untuk melakukannya…” N mengaku mencintai musik rock karena sesuai dengan dengan karakter vokal dan juga karakter dirinya sehingga membuat dirinya semakin bersemangat dalam dalam bernyanyi, tidak seperti lagu-lagu pop sekarang yang serba “METAL” alias melayu total tuturnya. “Gak cengeng dalam bernyanyi, dan itu menjadi ciri khas dalam bernyanyi rock, walaupun ada lagunya yang sedikit mellow, pasti tetep aja ditutupin oleh musik yang keras, bikin adrenalin makin naik kali yah...” b.
Diri fisik N seorang wanita berparas cantik dan memiliki postur
tubuh yang tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu kurus. Seharihari beliau berpenampilan rapi dan menarik, selain itu cara bicaranya pun agak tomboy. Diri fisik (physical self) yaitu pandangan seseorang terhadap fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya, dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampakan dirinya (cantik, jelek,
97
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus) (Fitts dalam Hendriati, 2006). “Cantik donk montok bo kata temen-temen gue...hehe, N pun
mengaku
bahwa teman-temannya
menyukai
penampilan fisiknya sehingga banyak tamu pengunjung hiburan malam yang datang menghampirinya untuk meminta sebuah lagu untuk dinyanyikan olehnya. Setiap relasi sosial (perjumpaan, kontak, konvensi sosial, kesatuan, dan seterusnya) sedikit atau banyak secara praktis pasti menuntut penggunaan pengetahuan mengenai karakter, untuk mendapatkan kerja sama yang baik, memperoleh saling pengertian dan mendapatkan resonansi-psikis (gema jawaban psikis) yang baik (Kartono, 2005). “So pasti donk, penampilan gue kan paling oke di band, kalau nyanyi pasti banyak cowok yang deketin gue donk sambil nyawer...” Pada tahap ini N mencari info dari pihak lain yaitu teman seprofesinya untuk memberi masukan apakah penampilan fisiknya jika N bisa tampil lebih cantik lagi. Pada setiap kecenderungankecenderungan kewanitaannya, misalnya cara berhias secara primer wanita ini menunjukan aktivitasnya untuk menarik perhatian pihak lain, (Kartono, 2005).
98
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c.
Diri Pribadi Diri pribadi merupakan perasaan dan persepsi seseorang
tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang tepat, William Howen Fitts (dalam, Hendriati 2006). Pada tahap ini beliau bercerita bagaimana sangatlah sulit menjadi tulang punggung keluarga, oleh karena itu beliau selalu memberikan semangat pada siapapun termasuk peneliti untuk secara serius mempelajari bidang seni musik yang sudah dimudahkan adanya fasilitas yang menunjang. “Ya mandiri, mau apa-apa serba sendiri ngedapetinnya, Semenjak bokap ga ada
barulah gue ngerasain betapa susahnya nyari
duit...” Dorongan-dorongan adalah tendens untuk mempertahankan Aku manusia, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup tertentu dan kerap kali terlepas dari kontrol manusia (Kartono, 2005). “Gue harus berangkat malem pulang pagi, dan lanjut lagi paginya kalau ada event, coba lu bayangkan gue kan cewe harus kerja siang malam demi kelangsungan hidup gue dan keluarga...”
99
http://digilib.mercubuana.ac.id/
N mempunyai keinginan yang besar dalam mewujudkan harapannya cepat mendapatkan suami dan banyak job dengan terus bayak berlatih dan berlatih agar suara tambah bagus dan terus mencari seorang suami yang bisa menerima N apa adanya dengan profesi sekarang. “Pengen cepet punya suami dan bayak job, biar bisa mengangkat derajat keluarga gue...amin...” d.
Diri sosial Diri sosial (social self) yaitu bagaimana seorang dalam
melakukan interaksi sosialnya. Bagian ini merupakan penilaian seseorang terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan disekitarnya (Fitts dalam Hendriati, 2006). Pada tahap ini N mengaku tidak aktif didalam kegiatan kemasyarakatan. “gak ada, “males aja gue ikut-ikut acara begituan...” Namun R berusaha mempunyai hubungan yang baik jika berhadapan dengan masyarakat sekitar, yang terkadang N keluar rumah hanya sekedar mengobrol disiang hari. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). “Baik, suka negur duluan kalau yang gue kenal, lu gimana sih...’’
100
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.5.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri a.
Orang lain Tidak semua orang berpengaruh pada diri seseorang, yang
paling berpengaruh adalah orang-orang yang disebut significant other, yakni orang-orang yang sangat penting bagi diri seseorang (Hutagalung, 2007). N tinggal bersama ibu dan adik-adiknya, N pun mengatakan bahwa keluarganya adalah sesuatu yang mempunyai makna terbesar dalam dirinya. “Oh, cukup besar, dari mama gue dan dari temen-temen juga yang suka ngasih masukan kalau lagi nyanyi, Ya cuma dia yang gue punya sama adik-adik gue...’’ Kebanyakan masyarakat menganggap bahwa wanita yang bekerja malam pulang pagi adalah wanita tidak baik-baik, seperti wanita penghibur atau PSK, padahal tidak semua wanita yang bekerja malam seperti itu adalah bukan wanita baik-baik, bahkan apa yang masyarakat lihat tersebut tidak layak kupu-kupu malam. Jika individu telah dewasa, maka yang bersangkutan akan mencoba untuk
menghimpun
penilaian
semua
berhubungan dengannya.
101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
orang
yang
pernah
Konsep ini disebut dengan generalized others, yaitu pandangan seseorang mengenai dirinya berdasarkan keseluruhan pandangan orang lain terhadap dirinya (Hutagalung, 2007). “Pernah, gue kan gue cewe terus balik malam, hufff, klau cemoohan kecaman atau pun makian sih belum, jangan sampe dah,,heheh” b.
Kelompok Acuan Kelompok Acuan (reference group) dalam kehidupannya,
setiap orang sebagai anggota masyarakat menjadi anggota berbagai kelompok, setiap kelompok memiliki norma-norma sendiri. Diantara kelompok tersebut, ada yang disebut kelompok acuan, yang membuat individu mengarahkan perilakunya sesuai dengan norma dan nilai yang dianut kelompok tertentu (Hutagalung, 2007). N tidak memiliki kegiatan khusus disamping pekerjaannya sebagai penyanyi rock, disela-sela waktu luangnya banyak di habiskan di rumah menyaksikan acara televisi, N mengaku menyukai tayangan acara infotaiment. “Enga, Males aja, lagian juga gue cewe kali ngapain ikut gitugituan...”
102
http://digilib.mercubuana.ac.id/
R merasakan perasaan nyaman dihati pada diri R saat bisa memberikan sesuatu kepada yang lebih membutuhkan. R menggunakan hatinya untuk melakukan berbagi yang baik bagi dirinya. “Ya paling kalau lagi ada yang mintain sumbangan tiap minggu buat pembangunan mesjid ya gue kasih, paling itu aja,,,” N memaknai diri mereka sebagai individu yang baik yang bisa menempatkan dirinya sebagai seorang penyanyi rock, maka dari itu sebisa mungkin N menjaga sikap mereka di depan umum. Konsep diri positif penerimaan diri sebagai seseorang yang sama berharganya dengan orang lain meskipun terdapat pendapatpendapat dalam bakat dan sifat yang spesifik (Hutagalung, 2007). 4.5.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri gaya hidup
modern a.
Pergaulan Bebas Hubungan seks tersebut merupakan hubungan seks liar
yang dilakukan secara illegal dalam artian sudah menyalahi normanorma yang ada. Seks bebas merupakan pengaruh budaya yang datang dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya terlebih dahulu (Hamid, 2009).
103
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada tahap ini N mengaku terang-terang kepada peneliti mengenai kehidupan pribadinya, N tidak merasakan risih atau canggung dalam menceritakan hubungan seksualnya, menurut penuturan dirinya kegiatan seksualitasnya sering dilakukan dengan pacarnya yang sekarang layaknya suami istri. “Ya pernah, “Sama cowo gue lah...” Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, maka kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain (Rakhmat, 2004). N mengaku pernah melakukan hubungan seksualitasnya dengan sesama jenis atau lesbian dengan pacar wanitanya terdahulu ketika belum pacaran dengan cowo yang sekarang ,N menuturkan kepada peneliti harus menjaga kerahasiaan dirinya tentang permasalahan percintaannya dahulu ketika masih menyukai sesama jenis atau lesbian. “Iya, lu diem-diem aja lu ya jangan pernah cerita sama siapapun?...” Orang yang secara seksual tertarik terhadap sesama jenis sudah ada dari dahulu di berbagai belahan dunia, kegiatan seksual di luar norma yang berlaku, para gay dan lesbian kadang menampilkan
sifat
perilaku
ekspresif
104
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang
tampak
mengindikasikan orientasi heteroseksual mereka (Friedman dan schustack, 2008). N menjalani percintaan dengan kekasih wanitanya sekitar hampir dua tahun, kekasih wanita N adalah seorang foto model yang dikenalnya di suatu tempat hiburan malam di Jakarta, menurut pengakuaanya N merasakan perasaan yang nyaman ketika bertemu dengan kekasih wanitanya, dan akhirnya perasaan suka sama suka pun terjalin N merasakan emosi positif, yaitu adanya perasaan nyaman dihati pada diri N ketika menjalani hubungan tersebut. N tidak merasakan perasaan nyaman tersebut ketika menjalani hubungan dengan laki-laki. “Iya dulunya gue suka sama cewe, semenjak gue sering disakitin sama cowo, jadi lama-lama gue ilfil kalau ngeliat cowo gitu, trus gue suka curhat sama temen temen cewe gue, tapi lama-kelamaan ko gue ngerasa nyaman gitu kalau deket sama cewe, dia lebih ngertiin gitu tiap gue cerita selalu di dengerin...” Menurut Freud (dalam Friedman dan schustack, 2008) anak normal akan melewati tahap psikoseksual hingga dorongan seksualnya akhirnya dapat diarahkan, secara dewasa, pada obeyek cinta yang tepat yang berjenis kelamin berbeda. Lebih lanjut N katakan bahwa seiring berjalannya waktu hampir dua tahun membuat N tersadar kalau dirinya seperti dimanfaatkan oleh kekasih wanitanya tersebut membuat N merasa bosan dan jenuh harus mengikuti gaya hidup dari keasih wanitanya 105
http://digilib.mercubuana.ac.id/
itu, N harus menemaninya berbelanja, pemotretan, bahkan sering keluar malam bersama teman-teman kekasih N untuk pergi ke suatu tempat hiburan malam. “Ya gue pacaran, tapi lama kelamaan gue begah, Begah aja kayanya ngikutin gaya hidup dia yang glamor, suka dugem, shoping, macem-macem dah...” Manusia akan selalu mengukur dirinya sendiri dengan norma-norma tertentu yang tidak akan pernah dapat dilaksanakan atau dicapainya secara sempurna, sehingga oleh karenanya selalu terdapat aktivitas dan usaha untuk merubah diri, menyesuaikan diri dan memperkuat diri, (Kartono, 2005). N akhirnya memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan kekasih wanitanya tersebut, dirinya menuturkan bahwa perlahan-lahan untuk hidup normal kembali, yaitu dengan tidak menyukai sesama jenis atau lesbian. “Gak, semenjak gue kenal cowo yang ini, dia tuh beda banget, pokoknya dia beda, dia lebih bisa melindungi, perhatian dan sayang banget sama gue...” Revolusi seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada akhir tahun 1960-an sudah merambah masuk ke negeri kita tercinta ini melalui perantara teknologi informasi dan saran-sarana hiburan lainnya semakin canggih, Begtu mudahnya akses untuk mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi sekarang ini
106
http://digilib.mercubuana.ac.id/
menyebabkan semakin meningkatnya angka perilaku seks bebas didalam masyarakat (Wahid, 2009). b.
Kriminalitas Menurut Soesilo (dalam Husein, 2003) ada dua pengertian
kejahatan, yaitu pengertian kejahatan secara juridis dan pengertian kejahatan secara sosiologis. Ditinjau dari segi juridis, kejahatan adalah suatu perbuatan tingkah laku yang bertentangan dengan undang-undang. Pada tahap ini N mengaku tidak pernah melakukan tindakan kejahatan ataupun tindakan yang dapat merugikan orang lain seperti mencuri dan lain sebagainya. “Penjahat kali gue di tanyain begituan? Kirain, Gak pernah Sama sekali,,,,” Dengan tegasnya N mengaakan bahwa mencuri adalah tindakan yang tidak terpuji, biarpun jelek tetapi kalau punya sendiri itu lebih baik dibandingkan mempunyai barang bagus tetapi kalau didapatkannya dari hasil mencuri untuk apa, begitulah penuturan N kepada peniliti yang menjadi sebuah pelajaran yang cukup berarti. “Kan di bilang gak pernah, gue gak punya kaya gitu, kalu gue mau mending gue beli walaupun mahal kan gue bisa ngumpulin...”
107
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ditinjau dari segi sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita, juga sangat merugikan masyarakat yaitu berupa hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban (Soesilo dalam Husein, 2003). c.
Narkoba Keberhasilan berhenti dalam mengatasi ketergantungannya
terhadap narkoba begitu pula dengan kecanduannya terhadap minum-minuman keras. Menurut Ghoodse (2002), Narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk kedalam organ tubuh maka terjadi satu atau lebih perubahan
fungsi
didalam
tubuh.
Lalu
dilanjutkan
lagi
ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga bila zat tersebut dihentikan pengkonsumsiannya maka akan terjadi gangguan secara fisik dan psikis. “Ya tahu, “Wah uda lama banget,waktu gue masih make, Itu juga dulu, sekarang sih gue gak Lagi...”
108
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Program mengatasi kecanduan narkoba yang dijalani N meliputi beberapa langkah, yaitu pecandu harus punya keinginan untuk berhenti, pecandu harus jujur pada diri sendiri, dan pecandu harus mempunyai keterbukaan pikiran, berbagai macam terapi dan pengobatan dijalani dengan ikhlas. “Sabu-sabu, Itu juga jarang sih, paling kalau lagi di tawarin aja gue pake...” Dukungan dari ibu yang kuat
membuat N keterbukaan
fikirannya untuk berhenti dari ketergantungan narkoba dan minumminuman keras, ditambah dukungan dari pacar N yang juga turut memberikannya dukungan untuk berhenti total dari pengaruh narkoba dan minuaman keras. Karena Pengaruh alkohol atau obat itu dapat mempengaruhi janin N pada saat melahirkan, begitulah penuturan yang disampaikan N ke peneliti yang dikutip dari orang tua N. “Di omelin mulu gue sama mama, kalau dulu tiap balik nyanyi pasti mabok, lama-lama gue begah juga katanya nanti kasian kalau gue melahirkan anak-anak gue bisa kena juga...”
109
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengaruhnya
Kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah kepada tujuan-tujuan tertentu dan di kendalikan oleh pertimbangan akal, serta ada tujuan finalnya (Kartono, 2005).
110
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.6
Analisis Interkasus Tiap Subyek Penelitian 4.6.1 Tabel Perbandingan Tahapan Konsep diri keempat Subyek
Dimensi J
P
R
N
Konsep Diri Keluarga
Subyek J
P pada awalnya
Suyek R tidak
Subyek N sangat
mendapatkan
tidak mendapat
mendapatkan
didukung sekali
dukungan dari orang
dukungan dari
dukungan dari
oleh orang tua nya,
tua dan istri nya,
orang tuanya
kedua orang tunya
karena bernyanyi
tidak mendapatkan
karena penghasilan
dalam bernyanyi,
telah
dukungan dari
dari bernyanyi
tetapi itu tetap
dilakukakannya
mertuanya,telah
tidak menentu,
dilakukannya dan
sejak masih
dibuktikannya
tetapi karena
mengabaikan
sekolah, dan
penyanyi rock
keinginan P kuat
himbauan dari
bernyanyi dapat
bisa memberikan
dalam bernyanyi
orang tua nya
membantu
nafkah kepada
akhirnya orang tua
untuk tidak
perekonomian
istrinya. Memandang P pun mendukung.
bernyanyi lagi.
kelauarganya.
dirinya baik didalam
Memandang
Memandang
Memandang
berumah
dirinya baik
dirinya sudah tidak
dirinya baik
tangga.
didalam keluarga
berguna didalam
didalam keluarga.
dan berumah
keluarganya, hanya
tangga.
harapan kosong.
111
http://digilib.mercubuana.ac.id/
J
P
R
N
Subyek
Diri Fisik
Diri Pribadi
Sosial
Tetap merasa keren
Sedikit kegemukan, Cantik, tetapi
Tetap cantik dan
walau kulitnya
tidak percaya diri
hidungnya pesek
berdan tidak gemuk
hitam, berharap bisa
dengan bokongnya
agak kurang
dan juga tidak
mandi susu
yang besar
percaya diri
kurus, ideal
Cukup baik, mandiri
Mandiri, dan terus
Mandiri,keras
Mandiri, terbuka
dan sering berbagi
menambah koneksi
kepala,
dengan orang tua,
job dengan teman.
teman
memimpikan cinta
belum dapet jodoh
sejati.
yang pas.
Baik dimasyarakat,
Baik, aktif dalam
Tidak baik, tidak Tidak baik,
dan penilaian rocker
organisasi
pernah
pandang
dari lingkungan
kemasyarakatan
bersosialisasi
masyarakat N
dengan masyarakat
sebagai wanita
sekitar
penghibur Orang Lain Faktor
Orang Lain
yang Teman-teman
mempengaru
dan Orang tua dan
Orang Lain
Orang Lain
Sahabat dan teman- Orang
tua
dan
istri subyek
keluarga saya
teman kerja.
adik-adik
Kelompok Acuan
Kelompok Acuan
Kelompok Acuan
Kelompok Acuan
Tidak aktif, lebih
Aktif di organisasi
Tidak aktif, sering Tidak
sering menyuruh
kemasyarakatan,
berdiam
adiknya.
dan berhubungan
kamar kost.
hi konsep diri
baik di lingkungan sekitar.
112
http://digilib.mercubuana.ac.id/
diri
aktif,
di tidak
pernah
bersosialisasi masyarakat.
dan
di
Subyek
J
P
R
N
Pergaulan bebas
Pergaulan bebas
Pergaulan bebas
Pergaulan bebas
Tidak pernah
Suka melakukan
Hanya sebatas
Pernah
melakukan seks
seks bebas dengan
sekitar wilayah
melakukan seks
bebas.
berganti-ganti
dada (Sekwilda).
bebas, bahkan
pasangan ketika
dengan sesama
sebelum menikah.
jenis /lesbian.
Kriminalitas
Kriminalitas
Kriminalitas
Kriminalitas
Pernah mencuri
Pernah masuk
Tidak pernah
Tidak pernah
burung tetangga,
penjara karena
sendal dan sepeda
mencuri keyboard
milik tetangga untuk
milik temannya.
Faktor-faktor Yang Mempengaru hi Gaya Hidup membeli minuman Modern keras. Narkoba
Narkoba
Narkoba
Narkoba
Pengkonsumsi aktif
Mantan Pecandu
Pengkonsumsi
Mantan pecandu
narkoba dan minum-
narkoba,
pasif narkoba dan
narkoba dan
minuman keras.
pengkonsumsi aktif
aktif meminum-
minum-minuman
meminum-
minuman keras.
keras.
minuman keras.
113
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.7.
Analisis Antar Kasus Subyek Penelitian Subyek J adalah seorang penyanyi rock yang pada awalnya adalah seorang
pemain drum, karena J ini mempunyai bakat juga dalam bernyanyi ia pun terkadang bernyanyi sambil bermain drum, dari situ J mulai banyak yang melihat kemampuannya akan bernyanyi dan mulailah banyak tawaran menjadi penyanyi dari rekan-rekan sesama profesinya, akan tetapi J
tidak akan menolak juga
apabila ia mendapatkan tawaran kerja sebagai pemain drum. Keluarga besar J atau mertuanya tidak mendukung dan tidak menyukai profesi J sebagai penyanyi rock, Akan tetapi J tidak merasa putus asa atas apa yang pernah dikatakan mertua J kepadanya. Setiap ada kegiatan kemasyarakatan J tidak aktif dan selalu menyerahkan tugas tersebut ke adik-adiknya. Bermacam-macam jenis narkoba pun pernah digunakannnya namun bersifat pasif atau jarang digunakannya, yang paling sering digunakannya adalah narkoba jenis sabu-sabu, selain narkoba minum-minuman keras juga sangat melekat dalam kehidupan J, selain itu berbagai macam tindakan kriminalitas pernah dilakukannya, seperti mencuri burung, sendal, hingga sepeda tetangganya pun pernah dicurinya. Hal tersebut dilakukakannya hanya untuk membeli narkoba dan minum-minuman keras.
114
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Subyek P pun tidak jauh berbeda dengan subyek J, tetapi subyek P lebih menonjol pada pergaulan bebas yang ia lakukan, dengan bergaul tanpa memikirkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, berganti-ganti pasangan dan behubungan badan layaknya seorang suami istri sering dilakukannya ketika sebelum menikah dan mempunyai seorang anak. Berbeda dengan subyek J, P pernah mengalami di penjara kurang lebih satu minggu lamanya, beruntung P mempunyai seorang ayah yang sangat baik yang mau mengeluarkan P
dari
penjara dengan cara menebusnya, berbagai kesan dan stigma negatif muncul dari pandangan masyarakat terhadap P akibat dari perbuatannya tersebut, selain itu P adalah mantan pecandu narkoba. Berbagai macam narkoba pun pernah digunakannya, narkoba jenis putau adalah narkoba yang paling sering di konsumsinya hampir setiap hari ketika masih menggunakan barang tersebut, namun setelah menikah dan mempunyai seorang anak P pun memutuskan untuk berhenti total dari ketergantungan narkoba dan minuman keras. Kesan dan stigma negatif dari pandangan masyarakat terhadap dirinya pun semakin menghilang dengan mengikuti organisasi kemasyarakatan, yaitu karang taruna. Subyek R di samping dirinya adalah seorang wanita namun subyek R memiliki persamaan dengan subyek J yaitu masih menggunakan narkoba dan minum-minuman keras, walaupun menurut pengakuannya jarang, tetapi gaya hidup seperti itu sangat melekat pada penyanyi rock, berbagai macam jenis narkoba pun pernah digunakannya. Narkoba jenis ganja adalah barang yang paling sering di gunakan oleh subyek R, selain lingkungan dunia penyanyi rock telah identik dengan narkoba dan minuman keras, di dalam kegiatan tetaternya
115
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pun demikian, banyak dari teman-teman R yang menggunakan narkoba sehingga R pun terlibat didalamnya. Berbeda dengan subyek yang sebelum-sebelumnya, subyek R tidak mempunyai catatan kriminalitas atau tindakan seperti mencuri dan lain-lain yang dapat merugikan orang lain namun dirinyalah yang sering dirugikan akibat dari kecerobohannya yang suka meletakan barang berharga miliknya di sembarang tempat sehingga menimbulkan niat jahat dari orang lain maupun dari teman-temannya sesama penyanyi. Subyek R tidak memiliki kegitan yang khusus di masyarakat dan cenderung tertutup hanya berdiam diri di kamar kost ketika sedang bernyanyi maupun kegiatan lainnya. Tetapi tidak dengan hal pergaulan bebas, subyek R pernah melakukan perbuatan seks bebas diluar nikah yang menurut pengakuannya hanya sebatas ciuman dan bertelanjang dada, tidak sampai yang menjurus ke hubungan intim, bagaimana pun juga tindakan tersebut telah melanggar nilai-nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat. Subyek N masih terbilang belum terlalu dewasa, kedua adiknya yang masih sekolah menjadi tanggung jawab N setelah ayah N meninggal dunia, semua kebutuhan sehari-hari adik-adik dan ibunya pun kini menjadi tanggungannya, berkat semangat dan dukungan dari ibunya membuat N tegar mengatasi setiap permasalahan yang terjadi pada dirinya maupun keluarganya dihadapi dengan lapang dada. Menjadi tulang punggung keluarga berarti harus siap menjadi lebih dewasa, meski umurnya belum terlalu dewasa tetapi mindset itu ia tanamkan agar mampu bertahan hidup untuk N keluarganya. Subyek N tidak mempunyai catatan kriminalitas atau tindakan seperti mencuri dan lain-lain yang dapat merugikan orang lain, dan subyek N tidak juga memiliki kegitan yang khusus di masyarakat
116
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan cenderung hanya berdiam diri di rumah ketika sedang bernyanyi maupun kegiatan lainnya. subyek N sangat menonjol pada perihal pergaulan bebas , dengan bergaul tanpa memikirkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada, berganti-ganti pasangan dan berhubungan badan layaknya seorang suami istri sering dilakukannya dan bahkan berhubungan sejenis atau lesbian pun pernah N lakukan, walaupun awalnya hal tersebut tidak ingin di ceritakan namun peneliti berusaha untuk bisa dekat dan terus berinteraksi dengannya. Suasana pun perlahan mulai mencair dan ia menunjukan sikap yang positif dan terbuka dalam menceritakan pengalaman seksualnya tersebut. Dalam hal narkoba N hanyalah mantan pecandu, hampir sama dengan ketiga subyek lainnya N mengaku berbagai macam narkoba pun pernah digunakannya, narkoba jenis sabu-sabu adalah narkoba yang paling sering di konsumsinya ketika masih menggunakan barang tersebut, berkat nasehat dari orang tua N memutuskan untuk berhenti total dari ketergantungan narkoba dan minuman keras karena N khawatir akan berpengaruh pada janinnya ketika ingin melahirkan kelak apabila telah menikah.
117
http://digilib.mercubuana.ac.id/