Bab 3 Analisis Data
Pada bab tiga ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni tahun 2013. Responden dalam penelitian ini merupakan mahasiswa – mahasiswa semester VI jurusan sastra Jepang Universitas Bina Nusantara. Penelitian dilakukan untuk mengetahui penggunaan metode Team Games Tournament dalam mata kuliah Sakubun to Happyou II. Analisis data ini akan dijabarkan dalam empat sub bab, yaitu m et o d e d a n al u r p en el i t i an , analisis pre test dan post test grup responden yang diberi perlakuan yang berbeda, analisis hubungan strategi dan metode Team Games Tournament dengan hasil belajar responden, dan analisis hasil angket responden kelas eksperimen yang berkaitan dengan tanggapan responden terhadap metode TGT tersebut.
3.1 Metode dan Alur Penelitian Pada penelitian yang penulis lakukan pada bulan Mei dan Juni 2013 pada kelas penelitian mata kuliah Sakubun to Happyou II dengan metode Team Games Tournament, diadakan 5 kali pertemuan sesuai dengan tahapan pembelajaran metode Team Games Tournament yaitu tahap Class Presentation, Team, Games, Tournament, Team Recognition. Masing-masing pertemuan berlangsung selama 6090 menit. 22
Dari tahapan penelitian yang telah dilaksanakan, kemudian dapat dianalisis adanya hubungan strategi pengajaran dan pembelajaran kognitif. Pada pertemuan pertama, diberikan pre test untuk mengetahui kemampuan sakubun responden sebelum diberikan pembelajaran dengan metode TGT. Pada pertemuan ke 2, penulis melakukan latihan dalam kelas eksperimen sesuai dengan tahap pelaksanaan metode Team Games Tournament yaitu Class Presentation. Dalam kelas penelitian, responden mengulang kembali sekaligus diperkenalkan kepada materi baru tentang formula dan pola pembuatan sakubun menggunakan media presentasi. Kemudian responden melakukan kombinasi yaitu membentuk kelompok belajar, lalu berlatih membuat tulisan sesuai dengan tema yang diberikan dan mempresentasikannya. Adapun tema sakubun yang diangkat dalam penelitian kelas ini adalah “日本人が働き過ぎる”. Hal ini sesuai dengan unsur unsur strategi kognitif yaitu berlatih, peneliti melakukan repetisi atau pengulangan, latihan dengan suara dan tulisan, mengenali dan menggunakan pola yang sesuai, serta membuat kombinasi baru di dalam kelas penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat contoh materi yang dipelajari responden dalam kelas penelitian. 立場
私は「
」という意見に賛成/反対
だ。 理由
私は賛成/反対理由は三つある。
–
理由のための根拠
一つ目は、______だ。
–
説得できるの理由
二つ目は、______だ。 三つ目は、______だ。
23
結論
以上、三つの理由から、私は「
」
という意見に賛成/反対する。
Sumber: Penelitian bulan Mei – Juni 2013
Pada pertemuan ke 3 dan ke 4 diadakan games sakubun berkelompok yang diikuti oleh seluruh kelas dengan sistem turnamen, sesuai dengan tahap pelaksanaan metode TGT selanjutnya yaitu Team, Games dan Tournament. Dalam turnamen sakubun yang dilaksanakan, 20 responden dibagi menjadi 4 kelompok yang masing masing beranggotakan 5 orang responden. Ada tiga buah games sakubun yang dimainkan dengan sistem turnamen, yaitu sistem gugur. Di awal turnamen tim 1 hingga tim 4 diundi untuk menentukan lawan dalam pertandingan, sehingga setiap tim memiliki kesempatan yang sama untuk menang. Dalam turnamen sakubun yang dilakukan, penting bagi setiap individu dan tiap tim untuk cepat memahami materi dan tugas yang diberikan secara cepat, agar dapat membantu mereka dalam memenangkan kompetisi. Di sisi lain, peneliti menggunakan teknik yang bervariasi seperti power point, games, dan sistem turnamen untuk menyampaikan materi kepada responden. Adapun permainan yang terdapat dalam turnamen sakubun di kelas penelitian sebagai berikut:
24
ゲームⅠ:
言葉を説明しよう!
Dalam waktu 10 menit, bergantian mengambil kartu di atas meja, lalu tuliskan pengertiannya di kertas jawaban. Setelah selesai kembali ke belakang barisan. Permainan dilanjutkan pemain di belakangnya, dan seterusnya. Pemain dilarang melanjutkan jawaban pemain sebelumnya.
Berdasarkan topik yang diberikan, kedua tim mengundi untuk setuju/tidak setuju. Kelompok pertama menuliskan pendapatnya di sisi kanan papan tulis, lalu akan disanggah oleh kelompok kedua di sisi kiri papan tulis. Begitu seterusnya. Waktu berpendapat 2 menit. Waktu 10 menit untuk satu topik. Nilai berkurang jika kalimat belum selesai, dan kalah jika tidak menuliskan pendapat atau waktu telah habis. Buatlah sakubun bertemakan "Hidup Sehat" Setelah itu rancanglah happyou dengan konsep “Iklan Layanan Masyarakat” dengan durasi happyou minimal 3 menit maksimal 7 menit. Buatlah happyou se kreatif dan se unik mungkin. Sumber: Penelitian bulan Mei – Juni 2013
ゲームⅡ: 反論できたら勝ち
ファイナル発表
Pada game I dan II, ke 4 kelompok bertanding untuk mengumpulkan skor mereka. Pada akhir game ke II skor tiap tiap kelompok dijumlahkan, dan dua tim yang nilainya paling tinggi berhak menuju babak final. Ketiga permainan dalam turnamen akademik ini melatih kemampuan responden untuk menganalisa sambil membandingkan bahasa, menterjemahkan, serta transfer bahasa.
25
Setelah melangsungkan babak final, tim dengan nilai tertinggi diberikan penghargaan berupa hadiah dan sertifikat, sesuai dengan tahap terakhir pada pelaksanaan metode pembelajaran Team Games Tournament yaitu tahap Team Recognition. Setelah responden mendapatkan pengajaran dan mengikuti proses belajar, responden akan memberikan informasi kepada penulis berupa hasil games maupun latihan yang telah dikerjakan, serta pertanyaan mereka mengenai turnamen sakubun yang dilaksanakan. Informasi yang diperoleh dari responden kemudian menjadi acuan peneliti untuk membuat kesimpulan apakah responden tersebut telah paham dan mengerti materi yang diajarkan oleh penulis. Contoh hasil test atau skor yang menjadi informasi bagi peneliti adalah nilai pre test, skor kelompok dalam turnamen sakubun pada pertemuan kedua, ketiga, dan keempat, serta nilai post test.
3.2 Analisis Grup Responden Secara keseluruhan, telah dilakukan penelitian terhadap 40 orang responden dengan rentang usia 19 – 21 tahun, kemudian dibagi menjadi dua grup. Grup pertama berjumlah 20 orang responden dikenakan perlakuan menggunakan metode TGT, terdiri dari 13 orang perempuan dan 7 orang pria yang selanjutnya disebut kelas eksperimen. Grup kedua berjumlah 20 orang responden tidak diberikan perlakuan, terdiri dari 18 orang perempuan dan 2 orang pria yang selanjutnya disebut kelas kontrol. Seluruh responden, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, adalah mahasiswa/i semester VI Universitas Bina Nusantara. Jarak waktu antara pre test dan post test adalah 4 minggu. Maka yang dianalisis adalah hasil pre test dan post test dari kedua grup tersebut. Hasil survei yang dianalisis adalah hasil pre test dan post test, dengan tujuan 26
ingin melihat apakah terdapat perbedaan antara hasil pre test dan post test pada kedua grup. Pengujian dilakukan dengan program SPSS menggunakan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) = 0.05
3.2.1 Analisis Grup Kelas Eksperimen yang Diajarkan Menggunakan Metode TGT Pada sub bab ini dianalisis hasil pre test dan post test kelas eksperimen (06PAN) yang telah diajarkan dengan menggunakan metode TGT. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Responden Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Responden 6 Responden 7 Responden 8 Responden 9 Responden 10 Responden 11 Responden 12 Responden 13 Responden 14 Responden 15 Responden 16 Responden 17 Responden 18 Responden 19 Responden 20
Pre Test 96 96 94 88 82 78 78 76 74 70 72 72 70 66 66 60 60 58 50 50
Post Test 100 100 98 88 86 90 82 80 78 76 80 82 72 72 70 68 66 68 58 60
Keterangan warna: Biru : Responden dengan peningkatan paling besar 27
Merah : Responden dengan peningkatan paling kecil Hijau : Responden low-achiever yang mengalami peningkatan cukup besar Tabel di atas menunjukkan hasil pre test dan post test dari kelas 06 PAN yang diajarkan dengan menggunakan metode Team Games Tournament. Responden yang mengalami peningkatan paling besar adalah responden ke 6 dengan nilai pre test 78 dan nilai post test 90, memperoleh peningkatan sebesar 12 poin. Responden yang mengalami kenaikan paling kecil adalah responden ke 13 dengan nilai pre test 70 dan nilai post test 72, yaitu hanya mengalami kenaikan sebesar 2 poin. Selain itu, hasil pre dan post test menunjukkan kenaikan nilai pada 7 orang responden yang merupakan responden low-achiever (Nilai <75). Peningkatan terbesar ditunjukkan oleh responden ke 18 dengan nilai pre test 68 dan post test 68 dan responden ke 20 dengan nilai pre test 50 dan nilai post test 60, memperoleh peningkatan sebesar 10 poin. Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil yang akurat, pengujian dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 17 menggunakan metode uji peringkat bertanda Wilcoxon dengan tingkat signifikansi (α) = 0.05 pada uji satu sisi. Hasil pre test dan post test dari grup responden dengan metode TGT dapat dilihat pada grafik berikut ini.
28
Gambar 3.2.1.1 Grafik Hasil Pre Test dan Post Test Responden Dengan Metode TGT
Berdasarkan survei yang dilakukan, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata - rata 20 responden. Olah data Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan SPSS statistic 17.0, dan menghasilkan output sebagai berikut : Tabel 3.2.1.1 Statistik Deskripsi Responden Dengan Metode TGT N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Nilai Pre Test Kelas Eksperimen
20
50
96
72.80
13.771
Nilai Post Test Kelas Eksperimen
20
58
100
78.70
12.385
Valid N (listwise)
20
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata nilai responden pada pre test adalah sebesar 73.80 dan nilai post test mereka sebesar 78.70. Dari nilai rata-rata (mean) 29
ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 5,90 poin. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, penulis melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu: 1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden setelah belajar dengan metode TGT. 2. Hipotesis alternatif (H1), ada perbedaan hasil pre test dan post test, hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test setelah belajar dengan metode TGT.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H0 diterima jika α hitung > 5% pada α = 5% pada uji satu sisi H1 diterima jika α hitung ≤ 5% pada α = 5% pada uji satu sisi Atau H0 diterima jika - Z hitung > - Z kritis atau Z hitung > Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi H1 diterima jika - Z hitung < - Z kritis atau Z hitung < Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini.
30
Gambar 3.2.1.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Tolak H0
Terima H0
0
0,05
0,1
Sumber : Santoso, 2006: 358 Dengan bantuan program SPSS, dilakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel output sebagai berikut : Tabel 3.2.1.2 Ranking Responden Dengan Metode TGT N Nilai Post Test Kelas Negative Ranks Eksperimen - Nilai Pre Test Positive Ranks Kelas Eksperimen Ties Total
Mean Rank
Sum of Ranks
0a
.00
.00
19b
10.00
190.00
1c 20
a. Nilai Post Test Kelas Eksperimen < Nilai Pre Test Kelas Eksperimen b. Nilai Post Test Kelas Eksperimen > Nilai Pre Test Kelas Eksperimen c. Nilai Post Test Kelas Eksperimen = Nilai Pre Test Kelas Eksperimen Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa ada sembilan belas responden yang hasil post test nya lebih besar dari nilai pre test nya dan, satu responden yang nilai pre test dan post test nya tidak mengalami perubahan.
31
Tabel 3.2.1.3 Tingkat Signifikansi Responden Dengan Metode TGT Nilai Post Test Kelas Eksperimen Nilai Pre Test kelas Eksperimen -3.861a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Pada tabel hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon diatas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka sesuai dengan hipotesis yang telah ditetapkan maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. B e g i t u j u g a j i k a d i l i h a t b e r d a s a r k a n n i l a i Z h i t u n g , p a d a t a b e l d i a t a s m e n u n j u k k a n nilai Z hitung sebesar -3,861. Jika level signifikansi 0.05 dan menggunakan uji satu sisi, maka didapat nilai Z tabel (kritis) -1,645 atau 1,645 (lihat lampiran Tabel Z ), karena -3,861 < 1,645 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, maka H0 akan ditolak dan H1 akan diterima. Untuk lebih jelasnya, hasil pengambilan hipotesis responden dengan metode TGT dapat dilihat pada grafik di bawah ini: Gambar 3.2.1.3 Grafik Pengambilan Hipotesis Responden dengan Metode TGT Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
α = 0,000 Sumber : Hasil Analisa Data Penelitian Mei - Juni 2013 dengan SPSS 32
Dari hasil uji Wilcoxon dapat diketahui bahwa hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test mereka. Dengan kata lain, penggunaan metode TGT terbukti meningkatkan proses pembelajaran p a d a para responden.
3.2.2 Analisis Grup Responden Kelas Kontrol yang Tidak Diberikan Metode TGT Pada sub bab ini dianalisis hasil pre test dan post test kelas kontrol (06PBN) yang tidak diajarkan dengan menggunakan metode TGT. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Responden
Pre Test
Post Test
Responden 1
98
98
Responden 2
96
98
Responden 3
96
96
Responden 4
84
86
Responden 5
82
82
Responden 6
82
84
Responden 7
76
68
Responden 8
76
70
Responden 9
66
63
Responden 10
64
62
Responden 11
64
70
Responden 12
62
67
Responden 13
60
64
Responden 14
60
63
Responden 15
58
60
Responden 16
58
60
Responden 17
56
58 33
Responden 18
56
57
Responden 19
52
58
Responden 20
48
52
Keterangan warna: Biru : Responden dengan peningkatan paling besar Merah : Responden dengan peningkatan paling kecil Hijau : Responden dengan penurunan nilai paling besar
Tabel di atas menunjukkan hasil pre test dan post test dari kelas yang t i d a k d i b e r i k a n m e t o d e T G T . Responden yang mengalami peningkatan paling besar adalah responden ke 11 dengan nilai pre test 64 dan nilai post test 70, dan responden ke 19 dengan nilai pre test 52 dan nilai post test 58, memperoleh peningkatan sebesar 6 poin. Responden yang mengalami kenaikan paling kecil adalah responden ke 18 dengan nilai pre test 56 dan nilai post test 57, hanya mengalami kenaikan 1 poin. Berbeda dari kelas eksperimen, pada kelas kontrol terdapat 4 responden yang mengalami penurunan nilai, yaitu responden ke 7, 8, 9 dan ke 10, dimana responden yang mengalami penurunan nilai paling tinggi adalah responden ke 7 dengan nilai pre test 76 dan nilai post test 68, mengalami penurunan sebesar 8 poin. Hasil pre test dan post test dari grup responden yang tidak diberikan perlakuan dapat dilihat pada grafik berikut ini.
34
Gambar 3.2.2.1 Grafik Hasil Pre Test dan Post Test Responden yang Tidak Diberikan Metode TGT
Berdasarkan survei yang dilakukan, dilakukan analisis statistik deskriptif untuk mengetahui nilai rata - rata 20 responden. Olah data Uji deskriptif dalam penelitian ini menggunakan program SPSS statistic 17.0, dan menghasilkan output sebagai berikut :
Tabel 3.2.2.1 Statistik Deskripsi Responden Kel a s Ko ntrol
N
Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
Nilai Pre Test Kelas Kontrol
20
48
98
69.70
15.441
Nilai Post Test Kelas Kontrol
20
52
98
70.80
14.544
Valid N (listwise)
20
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei dan Juni 2013 dengan SPSS 35
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata nilai responden pada pre test adalah sebesar 69.70 dan nilai post test mereka sebesar 70.80. Dari nilai rata-rata (means) ini dapat dilihat bahwa nilai responden mengalami kenaikan sebesar 1,1 poin. Untuk mendukung akurasi hasil penelitian ini, peneliti melakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Pada uji peringkat bertanda Wilcoxon ini terdapat dua hipotesis, yaitu : 1. Hipotesis nol (H0), tidak ada perbedaan hasil pre test dan post test para responden pada kelas kontrol. 2. Hipotesis alternatif (H1), ada perbedaan hasil pre test dan post test, hasil post test para responden lebih besar daripada hasil pre test setelah belajar tanpa diberikan metode TGT.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah: H0 diterima jika α hitung > 5% pada α = 5% pada uji satu sisi H1 diterima jika α hitung ≤ 5% pada α = 5% pada uji satu sisi Atau H0 diterima jika - Z hitung > - Z kritis atau Z hitung > Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi H1 diterima jika - Z hitung < - Z kritis atau Z hitung < Z kritis pada α = 5% dengan uji satu sisi
36
Daerah penerimaan dan penolakan hipotesis digambarkan pada grafik berikut ini. Gambar 3.2.2.2 Grafik Pengambilan Hipotesis Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
Sumber : Santoso (2006:358)
Dengan bantuan program SPSS statistic 17.0, dilakukan uji peringkat bertanda Wilcoxon yang kemudian menghasilkan dua tabel output sebagai berikut : Tabel 3.2.2.2 Ranking Responden Kelas Kontrol
Nilai Post Test Kelas Kontrol - Nilai Pre Test Kelas Kontrol
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Negative Ranks
4a
11.63
46.50
Positive Ranks
13b
8.19
106.50
Ties
3c
Total
20
a. Nilai Post Test Kelas Kontrol < Nilai Pre Test Kelas Kontrol b. Nilai Post Test Kelas Kontrol > Nilai Pre Test Kelas Kontrol c. Nilai Post Test Kelas Kontrol = Nilai Pre Test Kelas Kontrol Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Dari hasil tabel di atas dapat diketahui bahwa pada grup responden ini terdapat empat responden yang nilai pre test nya lebih besar daripada nilai post test nya, dan tiga belas responden yang nilai post test nya lebih besar daripada nilai pre test nya. 37
Juga terdapat
tiga
responden
yang
nilai
pre
test
dan
post
test
nya tidak
mengalami perubahan.
Tabel 3.2.2.3 Tingkat Signifikansi Responden Tanpa Metode TGT
Nilai Post Test Kelas Kontrol - Nilai Pre Test Kelas Kontrol -1.433a
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.152
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS
Pada tabel hasil uji peringkat bertanda Wilcoxon di atas, diperoleh tingkat signifikansi (α) sebesar 0,152. Karena 0,152 > 0,05 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang
telah
ditetapkan
maka
H0
diterima.
Begitu
pula
apabila
dilihat
b e r d a s a r k a n n i l a i Z h i t u n g , p a d a t a b e l d i a t a s m e n u n j u k k a n nilai Z hitung sebesar - 1,433. Jika level signifikansi 0,05 dan menggunakan uji satu sisi maka didapat nilai Z tabel (kritis) - 1.645 atau 1.645 (lihat lampiran Tabel Z), karena 1,433 > - 1,645 maka sesuai dengan aturan hipotesis yang telah ditetapkan, maka H0 diterima. Artinya, dari hasil uji Wilcoxon ini dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara hasil post test para responden dengan hasil pre test mereka. Walaupun ada peningkatan rata - rata nilai responden setelah belajar, akan tetapi dengan pengujian peringkat bertanda Wilcoxon diketahui bahwa responden yang tidak diberikan perlakuan sebenarnya tidak mengalami perbedaan yang signifikan pada hasil nilai responden sebelum dan sesudah 38
belajar. Dengan kata lain, bahwa media pembelajaran tanpa metode TGT kurang efektif dalam menunjang berlangsungnya proses pembelajaran.
Gambar 3.2.2.3 Grafik Pengambilan Hipotesis Responden Tanpa Metode TGT
Tolak H0
0
Terima H0
0,05
0,1
α = 0,152
Sumber: Hasil Analisa Data Penelitian Mei-Juni 2013 dengan SPSS Dari hasil pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah dilakukan oleh penulis, dapat dilihat bahwa hampir semua responden pada kelas eksperimen mengalami kenaikan nilai, sedangkan pada kelas kontrol, terdapat responden yang mengalami kenaikan dan penurunan nilai. Hal tersebut membuktikan bahwa pengajaran dengan menggunakan metode TGT, lebih dapat meningkatkan hasil belajar dari responden dibandingkan dengan kelas kontrol.
3.3 Analisis Hubungan Strategi Pengajaran dan Pembelajaran dengan Menggunakan Metode TGT Pada sub bab ini penulis akan menganalisis metode TGT yang telah diterapkan dalam kelas penelitian, dihubungkan dengan strategi pembelajaran yang ditinjau dari sudut pandang pemelajar. Proses pembelajaran bahasa Jepang adalah usaha memberikan ilmu pengetahuan 39
tentang bahasa Jepang dan keterampilan menggunakannya. Proses ini tidak terlepas dari kegiatan latihan dan disiplin. Dalam hal ini pengajar perlu mendorong pembelajar agar memahami berbagai aturan yang ada dalam bahasa Jepang agar dapat mempraktekkan aturan-aturan tersebut dengan baik (Sudjianto, 2010: 24). Oleh karenanya strategi pembelajaran yang tepat harus dimiliki oleh pengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode Team Games Tournament merupakan salah satu strategi yang dapat dipraktekkan oleh pengajar di dalam kelas. Diharapkan dengan menerapkan metode TGT di kelas penelitian dapat membantu pengajar meningkatkan motivasi pelajar dalam proses pembelajaran sakubun.
3.3.1 Analisis Hubungan Mata Kuliah Sakubun to Happyou II dengan Pembelajaran Kooperatif Metode TGT Ditinjau dari Sudut Pandang Pemelajar Seperti yang telah dijelaskan oleh Kobayashi pada bab sebelumnya mengenai keterampilan bahasa, terdapat empat keterampilan bahasa dalam pembelajaran bahasa asing yang meliputi keterampilan membaca, menulis, mendengar, dan berbicara. Sakubun (mengarang) sendiri merupakan keterampilan bahasa Jepang terpadu yang merupakan gabungan dari ke empat keterampilan tersebut (Mimaki 2003:100). Salah satu strategi pembelajaran untuk melatih keterampilan sakubun adalah pembelajaran kooperatif, yaitu pembelajaran yang melibatkan kelompok kelompok belajar dalam pertukaran informasi dan materi pembelajaran. Hal ini sesuai dengan metode yang penulis berikan pada pengajaran Sakubun to Happyou II dalam penelitian ini, yaitu metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament. Setelah 40
dilaksanakan penelitian kelas yang telah penulis lakukan pada bulan Mei dan Juni 2013, penulis membagikan angket berisi pertanyaan mengenai pembelajaran Sakubun to Happyou II kepada responden kelas eksperimen. Berdasarkan hasil angket tersebut, dapat dianalisis unsur unsur pembelajaran kooperatif yang terkandung dalam metode Team Games Tournament ditinjau dari sudut pandang pemelajar.
Tabel 3.3.1 Analisis Jawaban Angket Pembelajaran Kooperatif dengan Metode TGT dari Sudut Pandang Pemelajar Metode Pembelajaran Kooperatif Ya Tidak Adanya hubungan kerja sama √ Adanya tanggung jawab individu √ Anggota terorganisir secara heterogen √ Ada pembagian kepemimpinan √ Ada hubungan saling percaya √ Hubungan antar manusia ditekankan √ Mengajarkan keterampilan sosial √ langsung Pengajar menyesuaikan kelompok √ Ada evaluasi perbaikan kelompok √ Sumber: Penelitian bulan Mei – Juni 2013
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa metode Team Games Tournament melatih hubungan berkelompok antar pelajar dan mengajarkan keterampilan sosial langsung. Metode TGT juga mewakili ke lima unsur pembelajaran kooperatif yaitu unsur saling ketergantungan yang positif (Positive Interdependence); Interaksi tatap muka yang promotif (Face to face Promotive Interaction); Tanggung jawab diri sendiri (Individual Accountability/Personal Responsibility); Kemampuan bekerja sama dalam kelompok (Interpersonal and Small Group Skills) dan Proses berkelompok (Group Processing). 41
Selain itu metode TGT menciptakan suasana rileks di dalam kelas dengan games dan turnamen, sehingga meningkatkan semangat pelajar dalam belajar di dalam kelas. Menurut hasil analisis dari sub bab sebelumnya, dapat terlihat kenaikan nilai yang signifikan yang dicapai para responden setelah diajarkan dengan metode Team Games Tournament. Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa metode pengajaran dengan metode TGT dapat menjadi salah satu pilihan metode pengajaran bahasa yang dapat dipraktekkan.
3.4 Analisis Hubungan Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT dengan Konsep Pengajaran TGT Pada sub bab ini penulis akan menganalisis jawaban dari hasil angket yang telah dibagikan kepada responden dihubungkan dengan konsep pengajaran TGT yang dilakukan pada kelas eksperimen. Metode TGT menggunakan turnamen akademik, yakni para pemelajar sebagai wakil tim bekerja sama dengan anggota tim yang lain untuk mencapai skor kelompok yang terbaik. Slavin (2005:170) mengatakan bahwa terdapat lima tahap dalam melaksanakan metode pengajaran TGT, yaitu 1.) Class Presentation/Presentasi Kelas; 2.) Team/Pembentukan Kelompok; 3.) Games/Permainan; 4.) Tournament/Turnamen; dan 5.) Team Recognition/Penghargaan Kelompok. Dalam penelitian yang penulis lakukan, metode Team Games Tournament diberikan kepada responden dalam pengajaran sakubun. Setelah diberikan pengajaran dengan metode TGT, penulis membagikan angket kepada 20 orang responden kelas eksperimen untuk mengetahui pendapat responden terhadap pengajaran sakubun yang diberikan metode TGT. Pada sub bab berikutnya akan dianalisis hasil angket responden 42
dalam pengajaran sakubun dihubungkan dengan langkah langkah pelaksanaan metode TGT.
3.4.1 Analisis Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Class Presentation Perbedaan tahap Class Presentation dalam metode Team Games Tournament dengan pengejaran konvensional adalah presentasi tersebut benar benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, pelajar akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka dalam games dan turnamen akademik yang akan dilakukan, dan skor game mereka menentukan skor tim mereka (Slavin, 2005). Dalam angket yang diberikan, peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden sehubungan dengan tahap Class Presentation yang telah dilaksanakan pada kelas eksperimen. Dari 20 responden kelas eksperimen, hasil jawaban angket yang didapat adalah sebagai berikut:
43
Grafik 3.4.1 Grafik Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Class Presentation
Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa 3 responden merasa sangat setuju, dan 16 responden merasa setuju bahwa kegiatan presentasi dan diskusi berkelompok yang dilaksanakan cukup baik. Alasan yang diberikan atas pilihan jawaban tersebut adalah karena dapat melatih pelajar dalam mengemukakan pendapat dengan bahasa Jepang. Selain itu karena peneliti telah memberikan materi pembuka sebelumnya, dapat menjadi panduan bagi responden sehingga mempermudah ketika mereka berdiskusi dalam kelompok. Di sisi lain, terdapat 1 orang responden yang tidak setuju bahwa kegiatan presentasi dan diskusi kelompok yang dilaksanakan cukup baik. Alasan yang diberikan atas pilihan jawaban ini adalah karena responden kurang merasa nyaman melakukan diskusi dalam kelompok dan mengemukakan pendapatnya di dalam kelas. 44
3.4.2 Analisis Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Team/Pembentukan Kelompok Pada pertanyaan nomor 9 dalam angket yang dibagikan kepada responden, peneliti memberikan pertanyaan mengenai tahap berikutnya dari metode TGT yaitu Team/Pembentukan Kelompok. Yoshitoshi (2004) mengatakan bahwa kelompok dibentuk agar pelajar dapat menguasai materi dengan cara saling bertukar informasi, baik menggunakan worksheet/lembar kerja maupun dengan melakukan brainstorming bersama anggota kelompoknya. Dalam metode TGT, fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar benar belajar, khususnya untuk mempersiapkan anggota kelompoknya agar dapat memenangkan turnamen (Slavin, 2005:144). Dari 20 responden kelas eksperimen metode TGT dalam pengajaran sakubun, hasil angket yang diperoleh adalah sebagai berikut:
45
Grafik 3.4.2 Grafik Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Team/Pembentukan Kelompok
Grafik di atas menunjukkan bahwa 15 responden merasa sangat setuju atas diadakannya kompetisi sakubun antar kelompok. Dapat dilihat juga dari grafik di atas bahwa terdapat 4 responden yang setuju atas diadakannya kompetisi sakubun antar kelompok. Alasan yang diberikan oleh responden antara lain adalah belajar dalam kelompok lebih menyenangkan dan menciptakan suasana relaks dalam kelas, selain itu antar kelompok dapat membantu anggota kelompok lain dalam games sakubun yang diberikan. Namun dari hasil angket pertanyaan nomor 9 mengenai tahap Team/Pembentukan kelompok, terdapat 1 orang responden yang tidak setuju diadakannya kompetisi sakubun antar kelompok. Alasan yang diberikan adalah responden merasa mempelajari sakubun harus dilakukan dengan latihan individu, bukan melalui games berkelompok agar lebih serius dalam belajar. 46
3.4.3 Analisis Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Games Games atau permainan merupakan kegiatan yang mempunyai unsur menang atau kalah didalamnya, tentunya dengan menang sebagai tujuan utamanya. Di dalam proses pembelajaran, game dilakukan untuk menciptakan atmosfer belajar yang rileks dan menyenangkan di dalam kelas, sehingga pelajar seolah olah lupa bahwa mereka sedang berlatih dan belajar. (Kokusai kouryuu kikin, 2007:19) Pada pelaksanaan metode TGT yang dilakukan oleh peneliti, games atau permainan sakubun dilakukan pada pertemuan ke dua, ke tiga dan ke empat. Game terdiri atas pertanyaan – pertanyaan yang kontennya relevan dengan materi yang telah diajarkan sebelumnya, dan dirancang untuk menguji pengetahuan pelajar yang diperoleh dari tahap Class Presentation dan Team (Slavin, 2005:166). Dalam angket yang disebarkan kepada 20 orang responden kelas penelitian, hasil angket pada tahap games pada pelaksanaan metode Team Games Tournament adalah sebagai berikut:
47
Grafik 3.4.3 Grafik Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Games
Dari grafik di atas dapat dilihat terdapat 7 responden yang menjawab sangat setuju, dan terdapat 10 orang responden yang menjawab setuju bahwa games sakubun yang dilaksanakan pada kelas penelitian menarik. Responden merasa dengan diadakannya games pada pengajaran sakubun membuat suasana belajar sakubun tidak tegang, karena sakubun bisa dikatakan sebagai mata kuliah yang cukup sulit dan membutuhkan tingkat konsentrasi dan keseriusan yang cukup tinggi. Sedangkan 3 orang responden berpendapat kurang setuju bahwa games yang diadakan pada kelas penelitian menarik. Responden merasa untuk membuat sakubun memerlukan waktu dan persiapan sedangkan games yang diberikan mengharuskan mereka untuk dapat menyusun sakubun dengan cepat dan pada saat itu juga.
48
3.4.4 Analisis Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Tournament Jika game adalah kegiatan yang memiliki unsur kalah dan menang di dalamnya, turnamen adalah sebuah struktur dimana games berlangsung. Parsons dalam Slavin (2005:167) mengatakan bahwa para pelajar sejatinya menyadari bahwa kompetisi merupakan sesuatu yang selalu mereka hadapi setiap hari, tetapi TGT memberikan mereka peraturan dan strategi untuk bersaing sebagai individu setelah menerima bantuan dari teman mereka. Pada penelitian yang penulis lakukan, dilaksanakan turnamen kelas yang berisi permainan – permainan sakubun yang dimainkan oleh responden. Hasil angket yang telah disebarkan kepada 20 orang responden kelas eksperimen adalah sebagai berikut:
Grafik 3.4.4 Grafik Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Tournament
49
Pada pertanyaan angket nomor 8, penulis menanyakan pendapat responden mengenai hubungan kompetisi/turnamen sakubun yang diadakan pada kelas penelitian dengan semangat belajar responden. Dari 20 responden, 8 responden menjawab sangat setuju bahwa kompetisi/turnamen sakubun yang diadakan membuat responden bersemangat belajar. 11 responden lainnya menjawab setuju bahwa kompetisi/turnamen yang diadakan membuat responden bersemangat belajar. Responden merasa kompetisi yang diadakan dalam suasana yang positif membuat responden bersemangat berada di dalam kelas dan mengikuti pelajaran. Akan tetapi terdapat 1 responden yang kurang setuju bahwa kompetisi/turnamen yang diadakan membuat reponden bersemangat belajar. Responden merasa kompetisi/turnamen yang diadakan kurang menyenangkan karena hanya berisi permainan membuat sakubun saja.
3.4.5 Analisis Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Team Recognition Tahap Team Recognition merupakan tahap akhir dari pelaksanaan metode TGT. Tim yang berhasil mendapatkan skor tertinggi akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain. Deutsch dalam Slavin (2005) mengatakan bahwa yang sering kali terjadi pada kelas konvensional adalah ketika salah satu pelajar mendapatkan penghargaan di kelas, ia akan dikucilkan atau kehilangan status. Ini bertolak belakang dengan pembelajaran kooperatif dimana murid yang berusaha keras, selalu hadir di kelas, dan membantu temannya belajar akan dipuji dan didukung oleh teman satu timnya. Sehingga ketika salah satu tim mendapatkan penghargaan, tak hanya terjadi saling menghargai antar anggota kelompok, tetapi juga saling menghargai antara kelompok satu 50
dengan kelompok lainnya. Hal inilah yang mendasari pentingnya tahap Team Recognition dalam pembelajaran kooperatif metode Team Games Tournament. Dalam kelas penelitian yang dilakukan, penghargaan yang diberikan adalah berupa sertifikat bagi tim yang berhasil memenangkan turnamen, dan hadiah sederhana bagi kedua tim yang berhasil masuk ke tahap final dalam turnamen sakubun. Pada angket yang dibagikan kepada 20 orang responden kelas penelitian, penulis memberikan pertanyaan mengenai penghargaan atau hadiah yang diberikan kepada kelompok, untuk mengetahui pendapat responden mengenai tahap Team Recognition pada metode TGT yang dilakukan pada mata kuliah sakubun. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Grafik 3.4.5 Grafik Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT Dihubungkan dengan Tahap Team Recognition
51
Dapat dilihat dari grafik atas, 17 responden menjawab sangat setuju bahwa penghargaan maupun hadiah yang diberikan kepada kelompok memicu responden dalam belajar. 3 responden lainnya menjawab setuju bahwa penghargaan maupun hadiah yang diberikan kepada kelompok memicu responden dalam belajar. Pada pertanyaan ini bisa dikatakan seluruh responden merasa setuju, hal ini dikarenakan responden merasa effort atau usahanya dihargai oleh pengajar. Selain itu responden merasa adanya penghargaan membuat responden merasa antusias untuk bekerja di dalam kelompok, dan membuat suasana kelas sakubun menjadi menyenangkan.
3.4.6 Analisis Hasil Angket Mengenai Minat Responden Terhadap Metode TGT Pada pertanyaan nomor 12 yang merupakan pertanyaan terakhir dalam angket yang disebarkan kepada responden kelas eksperimen, peneliti memberikan pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden mengenai metode Team Games Tournament. Dari 20 orang responden kelas eksperimen hasil angket yang diterima adalah sebagai berikut:
52
3.4.6 Grafik Hasil Angket Mengenai Minat Responden Terhadap Metode TGT
Dari tabel di atas dapat dilihat terdapat 18 responden yang menjawab akan merekomendasikan pembelajaran Sakubun dengan metode TGT kepada orang lain karena responden merasa pengajaran sakubun menggunakan metode TGT dapat membuat sakubun yang dianggap sebagai mata pelajaran bahasa Jepang yang cukup rumit menjadi menyenangkan. Selain itu bagi responden yang kurang menyukai kegiatan mengarang, belajar sakubun dengan menggunakan metode TGT dapat mempermudah responden dalam berlatih membuat sakubun, karena dalam melakukan games responden juga dilatih untuk dapat membuat sakubun atau karangan secara singkat. Di sisi lain terdapat 2 responden yang menjawab tidak merekomendasikan pembelajaran Sakubun dengan metode TGT kepada orang lain. Responden memilih jawaban tersebut dengan alasan bahwa games dan turnamen rumit untuk dilakukan, terlebih pada pelajaran sakubun yang dirasa membutuhkan keseriusan dan konsentrasi yang tinggi. 53
Maka dari hasil angket responden dapat diketahui strategi pembelajaran kooperatif dengan metode Team Games Tournament yang telah responden praktekkan pada kelas eksperimen mata kuliah Sakubun to Happyou II adalah sebagai berikut: Tabel 3.4 Analisis Hubungan Hasil Angket Responden yang Diberikan Metode TGT dengan Konsep Pengajaran TGT Langkah – langkah Pelaksanaan Sudah Dilakukan TGT Class Presentation √ Presentasi Kelas Team √ Pembentukan Kelompok Games √ Permainan Tournament √ Sistem Kompetisi/Turnamen Team Recognition √ Penghargaan Tim Sumber: Penelitian Mei – Juni 2013
Tidak Dilakukan
Dari tabel analisis di atas, dapat dilihat konsep pengajaran TGT yang diaplikasikan pada mata kuliah Sakubun to Happyou II telah memenuhi lima tahapan pelaksanaan TGT, yaitu Class Presentation, Team, Games, Tournament dan Team Recognition. Maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif Team Games Tournament pada mata kuliah Sakubun to Happyou II ini terbilang sukses.
54