BAB 4 ANALISIS HASIL
Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri atas dua bagian. Bagian pertama berisi profil responden, bagian kedua adalah hasil dan pembahasan penelitian. 4.1 Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro yang berjumlah 140 responden. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis kelamin, kelas, peringkat kelas, tinggal dengan orang tua atau tidak, cita-cita, uang saku per hari dan mengikuti les tambahan atau tidak dari responden yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden. 4.1.1. Jenis Kelamin Deskripsi data responden berdasarkan jenis kelamin dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Profil Responden Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-Laki
99
71%
Perempuan
41
29%
Total
140
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
1
100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang berjenis kelamin lakilaki sebanyak 99 orang (71%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 41 orang (29%). Identitas berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk mengetahui berapa banyak siswa laki-laki dan perempuan yang menjadi responden dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 99 responden (71%) dan sebagian kecil perempuan yaitu 41 responden (29%) 4.1.2.Kelas Kategori kelas digunakan untuk mengetahui ada berapa kelas dan jumlah dari setiap siswa di dalam kelas tersebut dalam penelitian ini. Kategori kelas yang terdapat di SMK Ki Hajar Dewantoro yaitu TKJ, AK dan PS. TKJ adalah Teknik Komputer Jaringan yang di dalamnya para siswa belajar mengenai pengetahuan dan keterampilan komputerisasi, PS adalah Pemasaran yang didalamnya siswa belajar mengenai bisnis dan kewirausahaan, dan AK adalah Akuntansi yang di dalamnya siswa belajar mengenai ilmu pengetahuan dalam bidang akuntansi. Deskripsi data responden berdasarkan kelas dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Profil Responden Nama Kelas
Nama Kelas
Jumlah (n)
Persentase (%)
1 TKJ
36
26%
2 TKJ
32
22%
1 PS
36
26%
1 AK
36
26%
Total
140
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
2
100%
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang ada dalam kelas 1 TKJ sebanyak 36 orang (26%), 2 TKJ sebanyak 32 orang (22%), 1 PS sebanyak 36 orang (26%) dan 1 AK sebanyak 36 orang (26%). Dapat disimpulkan bahwa kelas 1 TKJ, 1 PS dan 1 AK memiliki jumlah dan persentase yang sama yaitu 36 responden (26%), sedangkan 2 TKJ memiliki jumlah dan persentase yang lebih sedikit yaitu 32 responden (22%) 4.1.3.Peringkat Kelas Deskripsi data responden berdasarkan peringkat kelas dapat dijelaskan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Profil Responden Peringkat Kelas
Peringkat Kelas
Jumlah (n)
Persentase (%)
1-5
12
13%
6-10
24
17%
11-15
31
22%
16-20
27
19%
Tidak Diisi
40
29%
Total
140
100
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang memiliki peringkat kelas 1-5 berjumlah 12 orang (13%), peringkat kelas 6-10 berjumlah 24 orang (17%), peringkat kelas 11-15 berjumlah 31 orang (22%), peringkat kelas 1620 berjumlah 27 orang (19%), peringkat kelas yang tidak diisi oleh responden berjumlah 40 orang (29%). Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki peringkat kelas yang tidak diisi yang berjumblah 40 3
responden (29%), sedangkan sebagian kecil dari responden memiliki peringkat kelas 1-5 yang berjumlah 12 (13%) dari keseluruhan responden. 4.2.Hasil dan Pembahasan Penelitian Analisis hasil bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis korelasi Pearson atau Pearson Product Moment yang dihitung menggunakan software SPSS versi 21.0. 4.2.1. Gambaran Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas Tabel 4.4 Gambaran Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas
Persepsi Siswa
Frekuensi
Persentase (%)
Terhadap Kompetensi Kepribadian Wali Kelas Positif
83
59%
Negatif
57
41%
Mean
113,5 Total
140
100%
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa yang memiliki persepsi positif terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya berjumlah 83 siswa dengan total persentase 59%, sedangkan sebagian kecil siswa yang memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi kepribadian wali kelasnya berjumlah 57 siswa dengan total persentase 41%. Dalam penelitian ini, persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas yang positif dan persepsi siswa terhadap kompetensi
4
kepribadian guru yang menjadi wali kelas yang negatif ditentukan berdasarkan hasil perolehan mean dari mean yang diperoleh dari total skor subjek. Hasil mean dari kompetensi kepribadian adalah 113,5 jadi apabila nilai yang diperoleh dari masingmasing total skor berada di atas 113,5 maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas tersebut positif. Begitu juga sebaliknya, apabila nilai yang diperoleh masing-masing total skor berada di bawah 113,5 maka dapat dikatakan bahwa persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas tersebut negatif. Dari hasil analisa data diatas bahwa persepsi siswa kelas satu SMK terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya, dari jumlah total sebanyak 140 siswa, sebagian besar siswa memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi kepribadian wali kelasnya berjumlah 83 siswa dengan total persentase 59%, sedangkan sebagian kecil siswa memiliki persepsi yang negatif terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelasnya berjumlah 57 siswa dengan total persentase 41%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar dari mereka menganggap bahwa wali kelasnya memiliki indikator dari kepribadian mantap dan stabil, dewasa, disiplin, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Dampak dari siswa yang memiliki persepsi positif terhadap wali kelasnya siswa memaknai bahwa gurunya itu memiliki kepribadian yang positif, siswa merasa diperhatikan dari segi akademis maupun mengenai masalah sehari-hari yang dialami siswa baik dengan teman sebaya dan sebagainya, dari kedekatan hubungan siswa dengan wali kelasnya itu yang akan membuat motivasi belajarnya meningkat karena permasalahan belajar dari siswa akan diberi solusi oleh wali kelasnya dengan pendekatan yang tepat. Begitu pula sebaliknya, dampak dari siswa yang memiliki 5
persepsi negatif terhadap wali kelasnya maka siswa memaknai bahwa kepribadian wali kelasnya negatif. Siswa tidak merasa terbantu dengan adanya peran dari wali kelas yang seharusnya membimbing seluruh anak didiknya agar terjaga dari segi akademik dan segi sosial siswa dalam kesehariannya di sekolah, sehingga siswa terabaikan dan memiliki motivasi belajar yang rendah. 4.2.2. Gambaran Motivasi Belajar Tabel 4.5 Gambaran Motivasi Belajar
Motivasi Belajar
Frekuensi
Persentase (%)
Tinggi
39
28%
Sedang
67
48%
Rendah
34
24%
Minimum
2,4
Maximum
4,9
Mean
3,85
Std. Deviation
0,364
Total
140
100%
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa motivasi belajar siswa sebagian besar berada pada tingkat sedang dengan jumlah 67 siswa dan total persentase sebanyak 48%, disusul dengan motivasi belajar pada tingkat tinggi dengan jumlah 39 siswa dan total persentase sebanyak 28%, dan yang terakhir bahwa motivasi belajar tingkat rendah dengan jumlah 34 siswa dan total persentasi 24%. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai motivasi belajar yang paling rendah adalah 2,4 dan yang paling tinggi 4,9 dengan rata-rata 3,85 dan standar deviasi sebesar 0,364. 6
Dari data analisa di atas dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas satu SMK Ki Hajar Dewantoro dari total 140 siswa, sebagian besar berada pada motivasi belajar tingkat sedang dengan jumlah 67 siswa dan total persentase sebanyak 48%, disusul dengan motivasi belajar pada tingkat tinggi dengan jumlah 39 siswa dan total persentase sebanyak 28%, dan yang terakhir bahwa motivasi belajar tingkat rendah dengan jumlah 34 siswa dan total persentasi 24%. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki motivasi belajar tingkat sedang dan memenuhi indikator dari motivasi belajar tersebut yang antara lain adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia, kreatif, keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang, keinginan untuk memperbaiki kegagalan, keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran, pemberian hadiah atau hukuman dari proses belajar. Dampak dari siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi adalah dengan adanya dorongan untuk belajar, sehingga akan menyebabkan prestasi belajar yang meningkat, daftar kehadiran di sekolah pun akan penuh dan jarang absen, siswa juga akan mengerti mengenai materi yang diberikan disekolah dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Lalu siswa juga akan mengikuti kegiatan belajar dengan baik di kelas karena selalu dibimbing oleh wali kelas di sekolah dan orang tua di rumah. Begitu pula sebaliknya, apabila siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, dorongan siswa dalam belajar rendah, ia tidak memiliki kemauan untuk mengerti materi pelajaran di kelas, sehingga prestasi belajarnya akan menurun. Siswa juga akan sering absen dalam mengikuti kegiatan belajar di kelas. Peran dari kedua pihak baik guru dan orang tua sangat diperlukan. 4.2.3.Uji Normalitas
7
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data dalam penelitian yang dilakukan berdistribusi normal atau tidak (Sarwono, 2012). Untuk mengetahui normalitas data dapat dilakukan uji normalitas dengan menggunakan metode analisa Kolmogorov-Smirnov, dengan ketentuan jika nilai signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal (Sarwono, 2012). Tabel 4.6 Tabel Uji Normalitas
Persepsi Siswa
Motivasi Belajar
Terhadap Kompetensi Kepribadian Wali Kelas N
140
140
Kolmogorov-Smirnov Z
1,258
,687
Asymp. Sig. (2-tailed)
,085
,733
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
Pada tabel diatas, variabel Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Wali Kelas sebesar 0,085 dan variabel motivasi belajar memiliki nilai signifikansi (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,733 dan. Dari kedua nilai signifikansi variabel tersebut menunjukan nilai yang lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa populasi data motivasi belajar dan kompetensi kepribadian berdistribusi normal. 4.2.4.Korelasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Yang Menjadi Wali Kelas dan Motivasi Belajar Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan antara persepsi siswa 8
terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro” Tabel 4.7 Tabel Korelasi Pearson
Persepsi Siswa
Motivasi Belajar
Terhadap Kompetensi Kepribadian Wali Kelas Persepsi Siswa
Pearson
Terhadap
Correlation
Kompetensi
Sig. (2-tailed)
Kepribadian
1
,390**
,000
N
140
140
Pearson
,390**
1
Wali Kelas
Motivasi Belajar
Correlation Sig. (2-tailed)
,000
N
140
140
Sumber : Pengolahan Data SPSS versi 21.0
Berdasarkan hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat nilai korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar pada siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro sebesar 0,390 dengan .sig 0,00 > 0,05. Hasil r tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut. Antara kedua variabel tersebut saling memiliki hubungan sebesar 0,390. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang positif atau searah, yang artinya apabila angka variabel kompetensi kepribadian tinggi maka motivasi belajar siswa akan semakin tinggi. Signifikansi adalah gambaran mengenai bagaimana hasil riset
9
itu mempunyai kesempatan untuk benar. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau keinginan peneliti untuk memperoleh kebenaran dalam riset adalah sebesar 99%. (Sarwono, 2012). Kemudian, kedua variabel dikatakan memiliki hubungan signifikan jika p < 0,05 dan berdasarkan pengujian statistik yang telah dilakukan, didapat nilai p sebesar 0,00. < 0,05 maka korelasinya memiliki hubungan yang signifikan. Dengan demikian, hipotesis null (Ho) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru yang menjadi wali kelas dengan motivasi belajar siswa kelas satu di SMK Ki Hajar Dewantoro ditolak. Koefesien determinasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Dalam hubungannya dengan korelasi, maka r2 merupakan kuadrat dari koefesien korelasi yang berkaitan dengan variabel X dan variabel Y. Dengan menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefesien korelasi yang dikuadratkan (Sarwono, 2012). Dalam korelasi sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Biasanya dalam penghitungan digunakan simbol X untuk variabel pertama dan Y untuk variabel kedua (Sarwono, 2012). Koefisien korelasi dari penelitian ini r sebesar 0,390 (3,9% / 4%), r2 = 42 (16%). Maka sebesar 16% variasi dari variabel Y dapat diterangkan dengan variabel X, sisanya 84% dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui. Dengan kata lain, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 16% sedangkan sisanya 84% dipengaruhi oleh faktor lain.
10
11