BAB 4 HASIL PENGOLAHAN DATA & ANALISIS
4.1 Analisis Perbandingan Secara Keseluruhan Antara Pengolahan Baseline Pengamatan GPS Dengan RTKLIB dan TTC 4.1.1 Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan RTKLIB Berikut perbandingan kualitas pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB pada beberapa variasi baseline pengamatan :
Gambar 4.1 Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan RTKLIB
Keterangan : baseline ke-1 : baseline TSKB-TSK2 0.036 km baseline ke-2 : baseline ITB-UPI 3.9 km baseline ke-3 : baseline MTKA-KGNI 7.5 km baseline ke-4 : baseline UPI-TNKP 10.8 km baseline ke-5 : baseline PSKI-PARY 41.3 km baseline ke-6 : baseline MTKA-TSKB 67.0 km baseline ke-7 : baseline BAKO-ITB 95.3 km 126
baseline ke-8 : baseline USUD-KGNI 112.0 km baseline ke-9 : baseline USUD-MTKA 119.4 km baseline ke-10 : baseline PSKI-MSAI 142.4 km baseline ke-11 : baseline PSKI-KTET 148.3 km baseline ke-12 : baseline USUD-TSKB 155.4 km baseline ke-13 : baseline MTKA-MIZU 407.9 km baseline ke-14 : baseline USUD-MIZU 413.2 km
Jika dilihat pada gambar 4.1, nilai standar deviasi komponen horizontal dari masingmasing kategori variasi panjang baseline sebagai berikut : 1. Baseline < 5 km •
Standar Deviasi baseline TSKB-TSK2 0.036 km : ± 0.003 m
2. Baseline 1-5 km •
Standar Deviasi baseline ITB-UPI 3.9 km : ± 0.007 m
3. Baseline 5-10 km •
Standar Deviasi baseline MTKA-KGNI 7.5 km : ± 0.036 m
4. Baseline 10-15 km •
Standar Deviasi baseline UPI-TNKP 10.8 km : ± 1.767 m
5. Baseline 15-50 km •
Standar Deviasi baseline PSKI-PARY 41.3 km : ± 0.030 m
6. Baseline 50-100 km •
Standar Deviasi baseline MTKA-TSKB 67.0 km : ± 0.028 m
•
Standar Deviasi baseline BAKO-ITB 95.3 km : ± 0.036 m
7. Baseline 100-150 km •
Standar Deviasi baseline USUD-KGNI 112.0 km : ± 0.184 m
•
Standar Deviasi baseline USUD-MTKA 119.4 km : ± 0.042 m
•
Standar Deviasi baseline PSKI-MSAI 142.4 km : ± 0.034 m
•
Standar Deviasi baseline PSKI-KTET 148.3 km : ± 0.062 m
8. Baseline 150-200 km •
Standar Deviasi baseline USUD-TSKB 155.4 km : ± 0.038 m
9. Baseline > 400 km •
Standar Deviasi baseline MTKA-MIZU 407.9 km : ± 0.030 m
•
Standar Deviasi baseline USUD-MIZU 413.2 km : ± 0.074 m 127
Secara keseluruhan, standar deviasi yang diperoleh dari hasil pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB cukup konsisten pada level di bawah 8 cm . Hanya pada baseline UPI-TNKP dan baseline USUD-KGNI saja yang memiliki standar deviasi di atas 8 cm. Hal ini disebabkan oleh kualitas receiver yang kurang baik dan obstruksi yang terdapat pada area sekitar titik pengamatan GPS. Pada pengolahan data GPS dengan RTKLIB ini teridentifikasi baseline pengamatan yang melibatkan titik TNKP dan titik KGNI menghasilkan standar deviasi yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan oleh kurang stabilnya grafik timeseries pada baseline pengamatan GPS tersebut dan kegagalan RTKLIB dalam menyelesaikan solusi hingga akhir waktu pengamatan. Dari hasil pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB tersebut diperoleh standar deviasi pada baseline yang relatif pendek (< 15 km) memiliki nilai standar deviasi di bawah 1 cm, pada baseline yang panjangnya berkategori menengah (20 – 200 km) memiliki nilai standar deviasi konsisten pada level 3 – 6 cm. Sedangkan baseline yang sangat panjang (> 400 km) memiliki nilai standar deviasi antara 3 – 8 cm.
4.1.2 Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan TTC Berikut perbandingan kualitas pengolahan baseline GPS dengan TTC :
Gambar 4.2 Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan TTC 128
Keterangan : baseline ke-1 : baseline TSKB-TSK2 0.036 km baseline ke-2 : baseline ITB-UPI 3.9 km baseline ke-3 : baseline MTKA-KGNI 7.5 km baseline ke-4 : baseline UPI-TNKP 10.8 km baseline ke-5 : baseline PSKI-PARY 41.3 km baseline ke-6 : baseline MTKA-TSKB 67.0 km baseline ke-7 : baseline BAKO-ITB 95.3 km baseline ke-8 : baseline USUD-KGNI 112.0 km baseline ke-9 : baseline USUD-MTKA 119.4 km baseline ke-10 : baseline PSKI-MSAI 142.4 km baseline ke-11 : baseline PSKI-KTET 148.3 km baseline ke-12 : baseline USUD-TSKB 155.4 km
Jika dilihat pada gambar 4.2, nilai standar deviasi komponen horizontal dari masingmasing kategori variasi panjang baseline sebagai berikut : 1. Baseline < 5 km •
Standar Deviasi baseline TSKB-TSK2 0.036 km : ± 0.035 m
2. Baseline 1-5 km •
Standar Deviasi baseline ITB-UPI 3.9 km : ± 0.013 m
3. Baseline 5-10 km •
Standar Deviasi baseline MTKA-KGNI 7.5 km : ± 0.583m
4. Baseline 10-15 km •
Standar Deviasi baseline UPI-TNKP 10.8 km : ± 0.142 m
5. Baseline 15-50 km •
Standar Deviasi baseline PSKI-PARY 41.3 km : ± 0.084 m
6. Baseline 50-100 km •
Standar Deviasi baseline MTKA-TSKB 67.0 km : ± 0.139 m
•
Standar Deviasi baseline BAKO-ITB 95.3 km : ± 0.256 m
129
7. Baseline 100-150 km •
Standar Deviasi baseline USUD-KGNI 112.0 km : ± 0.620 m
•
Standar Deviasi baseline USUD-MTKA 119.4 km : ± 0.116 m
•
Standar Deviasi baseline PSKI-MSAI 142.4 km : ± 0.118 m
•
Standar Deviasi baseline PSKI-KTET 148.3 km : ± 0.129 m
8. Baseline 150-200 km •
Standar Deviasi baseline USUD-TSKB 155.4 km : ± 0.263 m
Pada hasil pengolahan baseline dengan TTC dapat dilihat pada gambar 4.2 bahwa standar deviasi yang dihasilkan rata-rata nilainya di atas 8 cm. Hanya pada baseline TSKB-TSK2 dan baseline ITB-UPI saja yang memiliki standar deviasi yang relatif kecil yaitu di bawah 4 cm. Kedua baseline tersebut termasuk dalam kategori baseline yang relatif pendek (< 15 km). Dari keseluruhan pengujian pengolahan baseline dengan TTC tidak dijumpai kekonsistenan dari nilai standar deviasi yang dihasilkan terhadap panjang baseline yang diolah (yang diharapkan adalah adanya trend yang linier antara standar deviasi dan panjang baseline). Pada hasil pengujian dapat dilihat bahwa ada baseline pengamatan yang jauh lebih panjang memiliki standar deviasi yang lebih baik daripada baseline pengamatan yang relatif pendek. Hal ini bukan disebabkan oleh kualitas receiver yang digunakan melainkan ketidakkonsistenan TTC dalam menentukan parameter posisi yang fixed. Karena pada data numerik hasil pengolahan baseline GPS dengan TTC dijumpai beberapa parameter posisi ditentukan
dengan
DGPS
(Differential
GPS).
Hal
ini
disebabkan
oleh
ketidaksuksesan dalam menentukan kebulatan nilai dari ambiguitas fase. Pengolahan dengan TTC ini hanya optimal hingga panjang baseline ± 40 km.
130
4.1.3 Perbandingan Antara Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan RTKLIB dan TTC Berikut perbandingan kualitas pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB dan TTC pada beberapa variasi baseline pengamatan :
Gambar 4.3 Perbandingan Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan RTKLIB dan TTC (Komponen horizontal)
Keterangan : baseline ke-1 : baseline TSKB-TSK2 0.036 km baseline ke-2 : baseline ITB-UPI 3.9 km baseline ke-3 : baseline MTKA-KGNI 7.5 km baseline ke-4 : baseline UPI-TNKP 10.8 km baseline ke-5 : baseline PSKI-PARY 41.3 km baseline ke-6 : baseline MTKA-TSKB 67.0 km baseline ke-7 : baseline BAKO-ITB 95.3 km baseline ke-8 : baseline USUD-KGNI 112.0 km baseline ke-9 : baseline USUD-MTKA 119.4 km baseline ke-10 : baseline PSKI-MSAI 142.4 km baseline ke-11 : baseline PSKI-KTET 148.3 km baseline ke-12 : baseline USUD-TSKB 155.4 km 131
baseline ke-13 : baseline MTKA-MIZU 407.9 km baseline ke-14 : baseline USUD-MIZU 413.2 km
Secara keseluruhan, nilai standar deviasi dari hasil pengolahan dengan RTKLIB lebih baik daripada hasil pengolahan dengan TTC (lihat gambar 4.3). Hanya pada baseline UPI-TNKP saja TTC lebih unggul dari RTKLIB. Keunggulan ini disebabkan oleh ketidaksuksesan RTKLIB dalam menentukan solusi parameter posisi hingga akhir pengamatan. Pada beberapa epok pengamatan baseline ini dihasilkan solusi parameter posisi dengan metode absolute positioning sehingga kualitas hasil pengolahan dengan RTKLIB pada baseline ini tidak baik.
Gambar 4.4 Perbandingan Kualitas Pengolahan Baseline GPS Dengan RTKLIB dan TTC (Komponen Vertikal)
Pada standar deviasi komponen vertikal hasil pengolahan baseline dengan RTKLIB dan TTC seperti yang terlihat pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa kualitas dari pengolahan dengan RTKLIB lebih baik daripada kualitas pengolahan dengan TTC. Hanya pada baseline UPI-TNKP saja TTC lebih unggul dari RTKLIB. Hal ini disebabkan oleh ketidaksuksesan RTKLIB dalam menyelesaikan pengolahan baseline hingga akhir waktu pengamatan. Jika dilihat dari kualitas standar deviasi 132
baik horizontal maupun vertikal hasil pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB dapat ditemukan bahwa pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB sensitif terhadap kualitas jam receiver dan obstruksi di sekitar titik pengamatan GPS.
4.2 Analisis Hasil Pengolahan Baseline Pengamatan GPS
Dengan RTKLIB
Untuk Pendeteksian Offset Gempa Berdasarkan analisis kestabilan pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB dan TTC, selanjutnya RTKLIB dan TTC diuji kemampuannya dalam mendeteksi offset gempa. Gempa yang dimaksud adalah dua gempa tektonik yang terjadi pada beberapa tahun terakhir yaitu Gempa Mentawai 2010 dan Gempa Honshu 2011. Diharapkan offset gempa dapat terdeteksi dengan RTK maupun TTC dengan menganalisis timeseries dari setiap baseline pengamatan GPS yang ada. Offset gempa merupakan besarnya vektor pergeseran yang teramati pada titik pengamatan GPS pada saat terjadinya gempa. Setelah gempa terjadi titik pengamatan GPS akan kembali stabil seperti pada saat sebelum terjadi gempa. Offset gempa bukanlah suatu fenomena yang periodik terjadi dalam interval waktu yang singkat. Setelah offset gempa terjadi, posisi titik pengamatan GPS tidak kembali ke posisi semula dalam waktu yang singkat.
4.2.1 Gempa Mentawai 25 Oktober 2010 Berdasarkan informasi dari USGS (U.S. Geological Survey), Gempa Mentawai terjadi pada hari senin 25 oktober 2010 pada jam 14:42:22 UTC atau 09:42:22 PM pada waktu lokal, dengan magnitude 7.7, pada kedalaman 20.6 km, serta episenter berlokasi di 240 km sebelah barat kota Bengkulu. Pada day of year GPS, Gempa Mentawai terjadi pada day of year 298.
133
4.2.1.1 Titik Pantau KTET
Baseline PSKI – KTET
Gambar 4.5 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - KTET dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 298)
Baseline PSKI – KTET memiliki panjang baseline yaitu 148.3 km. Berdasarkan pada timeseries di atas tampak bahwa ada perubahan vektor pergeseran yang cukup besar setelah jam 14:43 UTC, akan tetapi setelah jam 14:45 UTC grafik (n dan e) menjadi stabil kembali. Gempa terjadi pada jam 14:42 UTC. Sedangkan jarak antara titik KTET dengan episenter gempa kurang lebih mencapai 200 km. Sehingga cukup wajar jika vektor pergeseran akibat gempa tertangkap oleh receiver GPS beberapa detik atau menit setelah gempa terjadi. Dalam hal ini pada titik pantau KTET terdeteksi anomali pergeseran yang relatif kecil sehingga pergeserannya tidak begitu dapat diamati secara jelas pada timeseries. Pada titik pantau KTET ini belum bisa disimpulkan apakah pergeseran yang terjadi tersebut dapat dikategorikan sebagai offset gempa karena berdasarkan uji kestablian baseline pada bab 3, kategori panjang baseline ini diperoleh nilai standar deviasi antara 3-6 cm sehingga apabila besarnya pergeseran masih berada pada nilai 3-6 cm dapat juga dikategorikan sebagai noise. Akan tetapi pada intinya, RTKLIB dapat mendeteksi suatu anomali pergeseran yang terjadi pada titik pantau KTET sesaat setelah Gempa Mentawai terjadi. 134
Gambar 4.6 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - KTET dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 298)
Seperti pada hasil pengolahan baseline dengan menggunakan RTKLIB, pada TTC (lihat gambar 4.6) juga terdeteksi suatu anomali pergeseran sesaat setelah Gempa Mentawai terjadi. Cukup jelas terlihat pergeseran yang signifikan pada saat setelah gempa terjadi. Dari uji kestabilan baseline diperoleh standar deviasi pada panjang baseline ini yaitu ± 12 cm. Berdasarkan hal tersebut bisa jadi pergeseran ini dapat dikategorikan sebagai noise menurut hasil uji kestabilan pengolahan baseline GPS dengan TTC.
135
4.2.1.2 Titik Pantau MSAI
Baseline PSKI – MSAI
Gambar 4.7 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - MSAI dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 298)
Baseline PSKI – MSAI memiliki panjang baseline yaitu 142.4 km. Pada titik pantau MSAI, tidak ada suatu anomali pergeseran titik pantau yang secara tegas dapat dikategorikan sebagai offset gempa (lihat gambar 4.7). Sedikit anomali pergeseran terjadi 2 – 3 menit setelah terjadinya gempa, akan tetapi pergeseran tersebut sangat kecil. Hal yang sama juga dapat dilihat pada hasil pengolahan baseline pengamatan GPS dengan TTC. Timeseries dari hasil pengolahan baseline GPS dengan TTC dapat dilihat pada gambar 4.8.
136
Gambar 4.8 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - MSAI dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 298)
4.2.1.3 Titik Pantau PARY
Baseline PSKI – PARY
Gambar 4.9 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - PARY dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 298)
137
Gambar 4.10 Timeseries hasil pengolahan baseline PSKI - PARY dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 298)
Baseline PSKI – PARY memiliki panjang baseline yaitu 41.3 km. Pada hasil pengolahan baseline PSKI-PARY dengan RTKLIB (gambar 4.9) maupun dengan TTC (gambar 4.10) tidak ditemukan offset gempa ataupun anomali pergeseran sama sekali. Pada timeseries seakan-akan titik pantau mengalami pergeseran secara acak. Hal ini bukan disebabkan oleh receiver yang bergerak akan tetapi lebih dikarenakan adanya efek random atau noise yang mempengaruhi kualitas data pengamatan GPS. Tidak adanya offset gempa yang terdeteksi pada titik pantau ini dapat juga disebabkan oleh panjang baseline pengamatan GPS yang relatif pendek sehingga kemungkinan titik referensi dan titik pantau mengalami pergeseran yang besarnya hampir sama.
4.2.2 Gempa Honshu 11 Maret 2011 Berdasarkan informasi dari USGS (U.S. Geological Survey), Gempa Honshu terjadi pada hari senin 11 maret 2011 pada jam 05:46:24 UTC atau 02:46:24 PM pada waktu lokal, dengan magnitude 9.0, pada kedalaman 30 km, serta episenter berlokasi di 129 km sebelah timur kota Sendai. Pada day of year GPS, Gempa Honshu terjadi pada day of year 070.
138
4.2.2.1 Titik Pantau KGNI
Baseline USUD – KGNI
Gambar 4.11 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - KGNI dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
Baseline USUD – KGNI memiliki panjang baseline yaitu 112.0 km. Terdapat suatu anomali pergeseran setelah jam 05:49 UTC berdasarkan hasil pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB (lihat gambar 4.11), sedangkan gempa tercatat terjadi pada jam 05:46 UTC. Anomali tersebut terjadi 3 menit setelah gempa. Hal ini sangat realistis mengingat jarak titik pantau ke episenter gempa ± 350 km. Melihat besarnya pergeseran, kemungkinan besar pergeseran ini disebabkan oleh efek gempa. Pada hasil pengolahan baseline GPS dengan TTC (lihat gambar 4.12) tidak dijumpai suatu anomali pergeseran yang dikategorikan sebagai offset gempa.
139
Gambar 4.12 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - KGNI dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 070)
Baseline MTKA – KGNI
Gambar 4.13 Timeseries hasil pengolahan baseline MTKA - KGNI dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
140
Baseline MTKA – KGNI memiliki panjang baseline yaitu 7.5 km. Dapat dilihat pada gambar 4.13, beberapa menit setelah gempa titik pantau KGNI cenderung menjadi tidak stabil. Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena efek pasca gempa, akan tetapi hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai offset gempa. Tidak adanya offset gempa yang terdeteksi pada titik pantau ini dapat juga disebabkan oleh panjang baseline pengamatan GPS yang relatif pendek sehingga kemungkinan titik referensi dan titik pantau mengalami pergeseran yang besarnya hampir sama.
Gambar 4.14 Timeseries hasil pengolahan baseline MTKA - KGNI dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 070)
Pada hasil pengolahan dengan TTC (lihat gambar 4.14) tidak dijumpai adanya offset gempa sesaat setelah terjadinya gempa. Timeseries yang ada menunjukkan posisi titik pantau KGNI cenderung stabil pada saat sebelum dan sesudah terjadi gempa.
141
4.2.2.2 Titik Pantau MTKA
Baseline USUD – MTKA
Gambar 4.15 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - MTKA dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
Baseline USUD – MTKA memiliki panjang baseline yaitu 119.4 km. Terdapat suatu anomali pergeseran setelah jam 05:49 UTC berdasarkan hasil pengolahan baseline GPS dengan RTKLIB (gambar 4.15), sedangkan gempa tercatat terjadi pada jam 05:46 UTC. Melihat besarnya pergeseran yang terjadi, anomali yang terjadi kemungkinan besar disebabkan oleh efek gempa.
142
Gambar 4.16 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - MTKA dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 070)
Pada hasil pengolahan baseline USUD-MTKA dengan TTC (gambar 4.16). terdeteksi suatu vektor pergeseran yang cukup besar ke arah timur-selatan beberapa saat setelah terjadi gempa. Pergeseran yang cukup besar terjadi pada komponen eastwest yang terlihat sebesar 1 meter. Namun, setelah pergeseran ini titik pantau MTKA hanya stabil beberapa menit sampai jam 05:55 UTC, setelah jam tersebut posisi titik cenderung kembali seperti semula. Pada komponen north-south tampak juga adanya pergeseran walaupun kecil (sekitar 30 cm), kemudian setelah terjadinya pergeseran tersebut titik pantau cenderung stabil. Hal ini dapat dikategorikan sebagai offset gempa yang terdeteksi.
143
4.2.2.3 Titik Pantau TSKB
Baseline USUD – TSKB
Gambar 4.17 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - TSKB dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
Baseline USUD – TSKB memiliki panjang baseline yaitu 155.4 km. Dengan jelas dapat terlihat pada gambar 4.17 bahwa terdeteksi suatu offset gempa di titik pantau TSKB pada jam 05 :48 UTC (1.5 menit setelah terjadinya gempa pada episenter). Pergerakan ini mengarah ke timur-utara. Offset gempa yang terdeteksi sebesar 15 cm ke arah timur dan 5 cm ke arah utara. Pada hasil pengolahan baseline GPS dengan TTC (lihat gambar 4.18) juga dapat dijumpai adanya offset gempa dengan arah dan besar pergeseran yang sama dengan hasil RTKLIB.
144
Gambar 4.18 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - TSKB dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 070)
Baseline MTKA – TSKB
Gambar 4.19 Timeseries hasil pengolahan baseline MTKA – TSKB dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
145
Baseline MTKA – TSKB memiliki panjang baseline yaitu 69.7 km. Dapat terlihat pada gambar 4.19 bahwa suatu offset gempa terdeteksi di titik pantau TSKB pada jam 05 :48 UTC (1.5 menit setelah terjadinya gempa pada episenter). Offset gempa yang terdeteksi sebesar 15 cm ke arah timur dan 5 cm ke arah utara. Pada hasil pengolahan baseline GPS dengan TTC (pada gambar 4.20) juga dapat dijumpai adanya offset gempa dengan arah dan besar pergeseran yang sama dengan hasil RTKLIB. Hasil ini mirip dengan yang dideteksi pada baseline pengamatan GPS USUD - TSKB.
Gambar 4.20 Timeseries hasil pengolahan baseline MTKA – TSKB dengan waktu pengamatan 20 menit menggunakan TTC (Day of Year : 070)
146
4.2.2.4 Titik Pantau MIZU
Baseline USUD – MIZU
Gambar 4.21 Timeseries hasil pengolahan baseline USUD - MIZU dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
Baseline USUD – MIZU memiliki panjang baseline yaitu 413.3 km. Pada titik pantau MIZU (lihat gambar 4.21) terdeteksi offset gempa sebesar 2 meter ke arah timur dan 1.2 meter ke arah selatan. Pergeseran yang siginifikan mulai terjadi setelah jam 05:47 UTC (0.5 setelah terjadi gempa di episenter). Titik MIZU ini letaknya cukup dekat dengan episenter gempa yaitu ± 100 km sehingga perambatan gempa membutuhkan waktu yang relatif singkat. Hal ini memperkuat analisis bahwa pergeseran yang sangat besar ini memang disebabkan oleh adanya gempa. Offset gempa ini hanya terdeteksi pada hasil pengolahan baseline dengan RTKLIB. TTC tidak mampu melakukan pengolahan baseline ini dikarenakan baseline yang terlalu panjang.
147
Baseline MTKA – MIZU
Gambar 4.22 Timeseries hasil pengolahan baseline MTKA - MIZU dengan waktu pengamatan 30 menit menggunakan RTKLIB (Day of Year : 070)
Offset gempa juga terdeteksi pada pengolahan baseline MTKA-MIZU dengan RTKLIB. Baseline MTKA – MIZU memiliki panjang baseline yaitu 406.9 km. Offset yang ada sebesar 1.8 meter ke arah timur dan 1.2 meter ke arah selatan setelah jam 05:47 UTC. Hasil ini mirip dengan yang dideteksi pada baseline pengamatan GPS USUD - MIZU. Pada baseline yang sangat panjang ini, RTKLIB mampu mendeteksi offset gempa dengan baik sedangkan TTC tidak dapat melakukan pemrosesan data.
148
4.3 Hasil Pendeteksian Offset Gempa Dengan RTKLIB dan TTC Table 4.1 Hasil pendeteksian offset gempa dengan RTKLIB dan TTC Titik Pantau GPS
No
Deteksi Offset Gempa
Deteksi Offset Gempa
Dengan RTKLIB
Dengan TTC
Ada anomali pergeseran
Ada anomali pergeseran
Ada anomali pergeseran
Ada anomali pergeseran
Tidak terdeteksi
Tidak terdeteksi
Ada anomali pergeseran
Tidak terdeteksi
Ada anomali pergeseran
Tidak terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Gempa Mentawai 2010 1
Titik Pantau KTET
1.1
Baseline PSKI – KTET (148.3 km)
2
Titik Pantau MSAI 2.1
3
Baseline PSKI – MSAI (142.4 km)
Titik Pantau PARY 3.1
Baseline PSKI – PARY (41.3 km)
Gempa Honshu 2011 4
Titik Pantau KGNI 4.1
4.2 5
Baseline MTKA – KGNI (7.5 km)
Baseline USUD – MTKA (119.4 km)
Titik Pantau TSKB 6.1
6.2 7
(112 km )
Titik Pantau MTKA 5.1
6
Baseline USUD – KGNI
Baseline USUD – TSKB (155.4 km) Baseline MTKA – TSKB (67 km)
Titik Pantau MIZU 7.1
7.2
Baseline USUD – MIZU (413.3 km) Baseline MTKA – MIZU (407.9 km)
Offset Gempa Terdeteksi
Offset Gempa Terdeteksi
Tidak ada hasil pengolahan data Tidak ada hasil pengolahan data
149
Pada tabel 4.1 terlihat bahwa RTKLIB memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mendeteksi offset gempa dibandingkan dengan TTC. Hanya pada baseline PSKI – PARY saja RTKLIB tidak mampu mendeteksi suatu anomali pergeseran atau offset gempa. Sedangkan pada TTC beberapa baseline tidak dapat dideteksi anomali pergeserannya atau offset gempanya. Bahkan pada baseline USUD – MIZU dan baseline MTKA – MIZU, TTC tidak mampu melakukan pengolahan karena panjang baseline yang terlalu panjang. Sedangkan pada RTKLIB kedua baseline tersebut dapat dideteksi dengan baik offset gempanya. Pada baseline USUD – KGNI dan baseline MTKA – KGNI, TTC dapat melakukan pengolahan baseline akan tetapi tidak dapat mendeteksi adanya anomali pergeseran atau offset gempa sesaat setelah terjadinya gempa. Pada RTKLIB kedua baseline tersebut dapat dideteksi anomali pergeserannya.
150