Bab 3 Analisis Data
Pada bab ini penulis hanya akan meneliti simbol kadomatsu yang terdiri dari simbol-simbol Sho-Chiku-Bai「松竹梅」yang berasal dari Cina yaitu cemara, kemudian ada bambu dan plum. Di Jepang kadomatsu digunakan sebagai dekorasi tahun baru untuk mengundang toshigami berkunjung ke rumah mereka pada malam pergantian tahun baru. Simbol-simbol Sho-Chiku-Bai「松竹梅」dalam kadomatsu mempunyai arti spesifik secara filosofis. Dalam penelitian simbol kadomatsu yang akan penulis analisis adalah simbol Sho-Chiku-Bai「松竹梅」 yaitu daun pohon cemara atau matsu「松」, bambu atau bambu 「竹」dan plum atau ume 「梅」. Penulis akan meneliti arti di balik simbol tersebut menurut teori semiotik dan menemukan arti filosofis di baliknya melalui analisis semiotik. Kemudian, makna di balik simbol tersebut akan penulis hubungkan dengan maknanya dalam agama Shinto, karena upacara shougatsu berhubungan dengan agama Shinto.
3.1 Analisis Unsur Kadomatsu “Cemara”「 松 」Matsu Menurut Konsep Shinto Untuk mengetahui unsur kadomatsu cemara menurut konsep Shinto, pertamatama penulis akan menganalisis makna pohon cemara itu sendiri secara denotatif dan konotatif.
22
3.1.1 Analisis Makna “Cemara”「 松 」Matsu Secara Denotatif Berikut ini adalah analisis makna pohon cemara secara denotatif, dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 3.1.1 Tabel Analisis Makna Denotatif Cemara Sumber
Makna Denotatif
KBBI (2008 : 255)
Pohon yang berbatang tinggi lurus seperti tiang, daunnya kecil-kecil seperti lidi; eru; casuarinas eqnisetifolia.
Salim (2000 : 1092)
Pohon cemara; pinus.
Matsuura (2005 : 615)
Yamada (1997 : 1323)
Pohon pinus; pohon tusam. 日 緑 亀 は
本 高 甲
の 木 状
代 。 に
表 木 裂
的 の け
な 皮 、
常 は 葉
針状。
Terjemahan : Cemara adalah pohon tinggi khas Jepang. Kulit batang pohonnya keras seperti cangkang kura-kura, daunnya seperti jarum.
Cemara
1. 松科の一属。北半球の温帯を中心に 約百種が 分布。常緑の高木。花は春 に咲き、雌花は毬状で新芽の頂に生 じ、雄花は新芽の下部に穂状に密 生。
Shinmura (1998 : 2513)
2. 門松。徒然草。門松。徒然草「‐立 てわかして」。「‐の内」 3.「松の位」の略。 Terjemahan : 1. Keluarga atau jenis pinus, terdapat ratusan spesies yang tumbuh di belahan bumi utara, daunnya hijau 23
sepanjang tahun dan seperti jarum. Bunga mekar di musim semi dan bunga betina terjadi di atas tunas berbentuk kerucut. 2. Kadomatsu yaitu jenis Touzengusa. Digunakan sebagai salah satu bagian di kadomatsu dalam perayaan Tahun Baru yang diletakkan di samping. 3. Termasuk kelas pinus Sumber: KBBI (2008 : 255), Salim (2000 : 1092), Matsuura (2005 : 615), Yamada (1997 : 1323), Shinmura (1998 : 2513)
Menurut KBBI (2008 : 255), pohon cemara adalah pohon yang berbatang tinggi lurus seperti tiang, daunnya kecil-kecil seperti lidi, dan termasuk dalam jenis botanical casuarinas eqnisetifolia. Menurut Salim (2000 : 1092), kata matsu dalam bahasa Inggris disebut dengan pines mengandung arti pohon cemara atau pinus. Dalam Matsuura (2005 : 615), kata pohon cemara dalam bahasa Jepang disebut dengan matsu「松」yang dapat diartikan sebagai pohon pinus atau pohon tusam. Menurut Yamada (1997 : 1323), pohon cemara adalah pohon tinggi khas Jepang yang memiliki ciri-ciri fisik kulit batang pohonnya keras seperti cangkang kura-kura dan daunnya seperti jarum. Shinmura (1998 : 2513), pohon cemara termasuk ke dalam keluarga atau jenis pohon pinus, terdapat ratusan spesies yang tumbuh di belahan bumi utara, daunnya hijau sepanjang tahun dan seperti jarum. Pohon cemara juga digunakan sebagai salah satu bagian pada kadomatsu dalam perayaan Tahun Baru di Jepang.
24
3.1.2 Analisis Makna “Cemara”「 松 」Matsu Secara Konotatif Berikut ini adalah analisis makna pohon cemara secara konotatif, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1.2 Tabel Analisis Makna Konotatif Cemara Sumber
Makna Konotatif
(一説に、神がその木に天降ることを マツ (待つ意とする)。 1. 日本にはくろまつ・アカマツ・ゴヨ ウマツなどがあり、長寿や節操を象 徴するものとして古来尊ばれる。天 然記念物の大木も多い。万六「神さ び立ちて栄えたる千代—の樹の」→ 松科。
Terjemahan : Cemara
Shinmura (1998 : 2513)
Dahulu kala menurut legenda ada dewa yang turun ke dalam pohon cemara dan berdiam di dalam pohon cemara.
1. Ada beberapa jenis cemara di Jepang ada pinus hitam, pinus merah, pinus goyou, spesies pinus hitam dipuja sebagai simbol umur panjang, kesucian. Banyak pohon pinus besar yang dikeramatkan. Enam puluh ribu dewa yang berdiam dalam pohon pinus dapat membawa kemakmuran ribuan tahun.
25
風や雨に耐え、一年を通じで緑の松 は、古代には聖なる木とされたが、今 日でも正月の門松に用いられている。 Andrews (1996 : 314)
Terjemahan: Hampir selalu menghadapi angin dan hujan, hijau sepanjang tahun, pada zaman dahulu cemara dianggap sebagai pohon suci dan bahkan sampai saat ini digunakan untuk hiasan dekorasit tahun baru yang disebut kadomatsu.
Sumber: Shinmura (1998 : 2513), Andrews (1996 : 314) Menurut Shinmura (1998 : 2513) makna konotasi cemara adalah ada tiga macam pohon cemara di Jepang yaitu pinus hitam, pinus merah, pinus Goyou. Japanese Kuromatsu Pinus atau Pinus hitam dipuja sebagai simbol panjang umur, kesucian. Dahulu kala menurut legenda ada dewa yang turun ke dalam pohon cemara dan berdiam di dalam pohon cemara. Banyak pohon pinus besar yang dikeramatkan. Enam puluh ribu dewa yang berdiam dalam pohon pinus dapat membawa kemakmuran ribuan tahun. Digunakan sebagai salah satu bagian di kadomatsu dalam perayaan Tahun Baru. Menurut Andrews (1996 : 314) makna konotasi cemara adalah tumbuhan yang hampir selalu menghadapi angin dan hujan, hijau disepanjang tahun (evergreen), pada zaman dahulu cemara dianggap sebagai pohon suci dan bahkan sampai saat ini digunakan untuk hiasan dekorasit tahun baru yang disebut kadomatsu.
26
3.1.3 Analisis “Cemara” 「 松 」 Matsu Dalam Kadomatsu Dihubungkan Dengan Konsep Shinto Dalam bahasa Jepang, kata pohon cemara disebut dengan matsu「松」yang dapat diartikan sebagai pohon pinus atau pohon tusam (Matsuura, 2005 : 615). Dalam analisis makna denotatif, Shinmura menjelaskan cemara termasuk dalam keluarga atau jenis pinus. Karena alasan tersebut, penulis menggunakan kata cemara dalam menganalisis. Dalam shinto pohon cemara sudah ada dan dipuja sejak zaman dahulu oleh masyarakat
Jepang,
Motoji
(2001
:
40)
juga
menyatakan
sejak zaman kuno, cemara (matsu) telah dipuja sebagai pohon kehidupan yang panjang dan keberuntungan. Norman dan Cornell (2003 : 93) mengemukakan pohon cemara melambangkan keteguhan, daya tahan, dan kebahagiaan. Dalam tahun baru, kadomatsu adalah salah satu dekorasi dalam acara shogatsu dan segala sesuatu yang berhubungan dengan dekorasi atau ornamen adalah ritual dalam shinto untuk mengundang kami untuk hadir di dalam ritual mereka. Seperti yang dikatakan oleh Bess dan Wein (2007 : 167) dalam ritual Shinto pada umumnya seperti, pemurnian sebelum acara dimulai, persiapan dekorasi untuk mengundang para dewa, mengusir kekuatan roh jahat, dan ritual mengirimkan dewa dan roh leluruh. Dalam ajaran shinto menurut Ueda (1996 : 27) shinto kontemporer memiliki empat bentuk utama yaitu, Shinto dari Imperial House (koushitsu Shinto), Kuil Shinto (jinja Shinto), Sekte Shinto (kyouha Shinto), dan Mitos Shinto (minkan Shinto). Penulis menganalisis simbol kadomatsu dan simbol pohon cemara sangat berhubungan dengan mitos Shinto (minkan Shinto) karena sejak jaman dahulu di 27
dalam pohon cemara dipercaya dihuni oleh para dewa, hal ini di dukung dengan pernyataan Shinmura (1998 : 2513) yang menyatakan dahulu kala menurut legenda ada dewa yang turun ke dalam pohon cemara dan berdiam di dalam pohon cemara. Pohon cemara dianggap pohon yang suci sehingga dipercaya dapat memberikan sesuatu yang baik. Kemudian Brandon (1994 : 164) menjelaskan pohon cemara juga dipercaya sebagai kendaraan dari para dewa-dewi untuk keluar masuk dari dunia ini. Hal ini didukung dengan pernyataan Ono (1998 : 99) yang menjelaskan berbagai jenis pohon suci adalah salah satu yang memiliki bentuk khas dan dianggap memiliki kualitas yang unik berasal dari kami atau roh dewa yang menggunakan pohon sebagai tempat tinggalnya. Berdasarkan kepercayaan tersebut yang menjadikan cemara sebagai salah satu pohon yang dianggap suci dalam shinto. Ajaran dalam shinto selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang natural, berhubungan langsung dengan alam dan tidak dapat terpisahkan dari alam. Begitu juga dengan tujuan kadomatsu dibuat untuk menarik perhatian para toshigami untuk menginap di dalam kadomatsu untuk menjadi tempat tinggalnya selama pergantian tahun yang dipasang di depan rumah mereka sehingga dapat memberikan berkah di tahun baru. Hal tersebut sesuai dengan simbol kadomatsu yang memiliki makna penjaga pintu gerbang, fungsi kadomatsu adalah menarik perhatian toshigami untuk masuk ke rumah mereka dan memberikan berkah kesehatan dan panjang umur kepada anggota keluarga mereka sepanjang tahun dari awal tahun hingga akhir tahun, seperti yang dikatakan oleh Shimoyama (2008 : 135) kadomatsu ditempatkan di pintu depan pekarangan rumah dan tempat umum, hal ini di yakini karena pada
28
tahun baru dewa akan menginap selama musim tahun baru dan dengan begitu akan mendapatkan keberuntungan. Penulis menganalisis makna pohon cemara dalam kadomatsu memiliki makna panjang umur sesuai yang telah dijelaskan pada landasan teori pada bab 2, menurut Bees dan Wein (2007 : 170)「松」daun cemara pinus (sho) bertahan lama mengandung makna dikaitkan dengan panjang umur. Kemudian Brandon (1994 : 164) menjelaskan makna pohon cemara dalam kadomatsu, pohon cemara di Jepang digunakan sebagai pohon yang memiliki makna khusus pada perayaan Tahun Baru sebagai kadomatsu yang memiliki makna sebagai harapan untuk kesehatan dan panjang umur. Karlsen (2010) juga menjelaskan secara simbolisme pohon cemara meliputi kreativitas, kehidupan, umur panjang dan keabadian. Penulis menganalisis pemilihan pohon cemara dalam kadomatsu karena daya tahan dalam struktur pohon cemara yang sangat kuat disaat musim dingin. Pohon cemara yang berdiri kokoh dan termasuk jenis tumbuhan yang menjulang tinggi ke atas juga mampu bertahan lama disegala musim. Meskipun pohon cemara tumbuh di daerah yang beriklim sangat ekstrim seperti di daerah bersalju, daun pohon cemara tidak mengalami perubahan warna tetap berwarna hijau (evergreen) sepanjang tahun dan mampu berkembang walaupun proses pertumbuhannya sangat lambat dan dapat hidup hingga ribuan tahun lamanya. Seperti yang dikatakan oleh Venefica (2011) karena daya tahan mereka, dan keteguhan bahkan dalam kondisi cuaca yang paling keras, hal ini menjadikan pohon-pohon cemara sebagai salah satu simbol yang melambangkan umur panjang. Kobayashi (2002 : 391) juga menjelaskan pohon cemara dikagumi karena kekuatan mereka dan kemampuan untuk bertahan di cuaca yang keras, dan terkait dengan karakter unggul dan abadi. 29
Anugerah yang di berikan Tuhan kepada pohon cemara sehingga menjadi tumbuhan yang mampu bertahan lama di segala musim menjadikan pohon cemara sebagai simbol panjang umur dan digunakan sebagai salah satu dekorasi dalam kadomatsu, karena kadomatsu merupakan simbol pengharapan di tahun baru. Pada hari pertama di tahun baru sebagian besar masyarakat Jepang berdoa di kuil, kegiatan tersebut disebut hatsumode, dimana masyarakat Jepang memanjatkan doa pada awal tahun biasanya adalah doa semoga panjang umur dan sehat sepanjang tahun. Selain itu, beberapa jenis pohon cemara yang lainnya tampak sangat cantik dan indah bila dilihat dari bentuk daun dan batangnya yang unik seperti pohon bonsai yang merupakan salah satu jenis pohon cemara, oleh karena itu masyarakat Jepang sering menggunakan pohon cemara sebagai objek dalam karya seni lukisan, motif dalam keramik maupun dalam kain pakaian pengantin tradisional wanita dan lain-lain. Berdasarkan hasil dari analisis yang telah penulis lakukan, selanjutnya akan menghubungkan dengan teori segitiga makna bahwa simbol cemara dalam kadomatsu dihubungkan dengan shinto adalah panjang umur, bahwa makna frase panjang umur berhubungan dengan makna pohon cemara menurut agama Shinto, karena pohon cemara adalah salah satu jenis pohon yang dapat hidup sangat lama hingga ribuan tahun sehingga dapat mengalahkan usia manusia dan usia dari berbagai spesies tumbuhan lainnya yang hanya dapat hidup beberapa tahun saja. Hal ini sesuai dengan makna konotatif pohon cemara dalam Shinmura yang menjelaskan bahwa makna pohon cemara adalah panjang umur. Karlsen (2010) menjelaskan, bahwa pohon cemara mampu bertahan di zona suhu yang sangat keras. Dilihat dari ciri-ciri fisik pohon cemara yang kuat, berdiri kokoh, hijau diberbagai macam musim (evergreen) dan mampu bertahan lama menjadikan 30
cemara sebagai simbol pengharapan panjang umur di dalam kadomatsu. Parera (1990 : 29-31) menyatakan hal yang penting dalam ilmu simbolisme ialah mencocokkan konteks psikologi dan konteks fisikal atau kita harus mencocokan reference dengan referent. Sesuai dengan teori segitiga makna menurut Odgen dan Richard dalam terjemahan Parera (1990 : 28-29) sehingga penulis menghubungkan berdasarkan ciri-ciri fisik pohon cemara yang kuat, kokoh, hijau diberbagai macam musim (evergreen) dan mampu bertahan lama menjadikan cemara sebagai simbol pengharapan panjang umur dalam shinto disebut dengan references (thoughts), pohon cemara sebagai simbol (symbols) dari panjang umur, dan kadomatsu sebagai referent (things) benda yang melambangkan pengharapan panjang umur pada tahun baru dalam acara shogatsu yang merupakan salah satu dekorasi simbol dari ritual shinto. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel makna matsu atau cemara menurut teori segitiga makna. Tabel 3.1.3a Segitiga Makna “Cemara”「松」Matsu dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto References Panjang Umur - Shinto
Symbol
Referents
Cemara「松」
Kadomatsu 「門松」
31
Sesuai dengan pernyataan Parera (1990 : 30), jika reference kompleks yang saling berhubungan itu tepat sesuai dengan cara referent berhubungan dengan faktual, maka peryataan itu logikal. Berdasarkan tabel segitiga makna di atas, hubungan reference cemara yang memiliki makna panjang umur dalam ajaran Shinto dengan referent kadomatsu yang memiliki simbol sebagai doa panjang umur di tahun baru saling berhubungan, maka pernyataan makna matsu atau cemara dalam kadomatsu adalah panjang umur itu logis. Selanjutnya, penulis akan menganalisis makna pohon cemara dengan medan makna seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1.3b Analisis Medan Makna “Cemara”「松」Matsu dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto
Daya Tahan
Kebahagiaan
“Cemara” 「松」
Norman dan Cornell (2003 : 93)
Panjang Umur Aikawa (2002 : 328)
Keberuntungan Kesucian
Shinmura (1998 : 2513)
Keabadian Karlsen (2010) Kehidupan
Sumber : Norman dan Cornell (2003 : 93), Aikawa (2007 : 328), Shinmura (1998 : 2513), Karlsen (2010)
32
Berdasarkan pada data di atas, makna cemara dalam kadomatsu adalah panjang umur dan keabadian. Karena makna panjang umur mempunyai hubungan medan makna dengan keabadian. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Bees dan Wein yang menyatakan makna pohon cemara dalam kadomatsu adalah panjang umur. Hal ini benar membuktikan bahwa simbol cemara di dalam kadomatsu memang merupakan suatu simbol panjang umur masyarakat Jepang dalam perayaan shougatsu agar diberikan berkah kesehatan serta umur yang panjang seperti pohon cemara di tahun yang baru langsung dari toshigami. Jadi, hasil keseluruhan analisis makna simbol pohon cemara dalam dekorasi kadomatsu dapat dilihat dalam tabel pembuktian di bawah ini.
Tabel 3.1.3c Tabel Pembuktian Analisis Makna “Cemara”「松」Matsu dalam Perayaan Shougatsu (Kadomatsu)
“Cemara” 「松」
Perayaan Shougatsu - Shinto (Kadomatsu)
Panjang umur
Keabadian
Berdasarkan tabel pembuktian analisis makna pohon cemara dalam kadomatsu di atas, penulis menyimpulkan bahwa makna simbol cemara dalam kadomatsu adalah panjang umur dan keabadian.
33
3.2 Analisis Unsur Kadomatsu “Bambu”「竹」Take Menurut Konsep Shinto Untuk mengetahui unsur kadomatsu bambu menurut konsep Shinto, seperti yang telah penulis lakukan pada analisis cemara, penulis akan menganalisis makna bambu itu sendiri secara denotatif dan konotatif.
3.2.1 Analisis Makna “Bambu”「竹」Take Secara Denotatif Berikut ini adalah analisis makna pohon bambu secara denotatif, dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 3.2.1 Analisis Makna Denotatif Bambu Sumber
Makna Denotatif
KBBI (2008 : 98)
Tumbuhan rumput, berakar serabut yang batangnya bulat berongga, beruas, keras, dan tinggi (antara 10-20 m), digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perabotan rumah tangga; buluh; aur. 1. Pohon Bambu.
Salim (2000 : 140)
2. Batang tanaman yang bisa digunakan sebagai perkakas. 3. Batang pohon yang kurus, berdaun seperti pedang , dan tingginya bisa mencapai 120 kaki.
Bambu
Matsuura (2005 : 1037)
Yamada (1997 : 851)
Bambu; buluh イネ科タケ亜科植物のうち、節【=ふ しとふしとの間】が長めで、中空であ るものの総称。茎は建築・器具製・細 工物に使い、若い芽(=たけのこ) は食 用。 Terjemahan: Gramineae family adalah nama umum dalam sub-ordo tumbuhan yang memiliki ruas antara ruas kayunya sangat lebar.
34
Digunakan untuk manufaktur alat dalam pembangunan arsitektur, bagian bambu muda (take no ko) dapat dimakan. イネ科タケ亜科の多年生常緑の木本の 総称。タケ群とササ群に大別。独立の タケ科とする場合もある。茎木質化、 隆起した節があり、地上茎 ・ 地下茎に 分かれる。 Terjemahan :
Shinmura (1998 : 1637)
Gramineae family adalah istilah umum sub-ordo tumbuh-tumbuhan yang hijau abadi. Kelompok bambu dibagi menjadi dua yaitu, kelompok bambu dan kelompok bambu sasa. Ada pembagian kelompok bambu secara situasi. Batang bambu bersifat rimba, periode pelengkungan meluap di bagian akar dan di atas permukaan tanah.
Sumber : KBBI (2008 : 98), Salim (2000 : 140), Matsuura (2005 : 1037), Yamada (1997 : 851), Shinmura (1998 : 1637).
Menurut KBBI (2008 : 98), bambu adalah jenis tumbuhan rumput, berakar serabut yang batangnya bulat berongga, beruas, keras, dan tinggi (antara 10-20 m), digunakan sebagai bahan bangunan rumah dan perabotan rumah tangga. Menurut Salim (2000 : 140), kata bambu dalam bahasa Inggris disebut dengan bamboo memiliki arti pohon bambu, batang tanaman yang bisa digunakan sebagai perkakas, dan memiliki ciri-ciri batang pohon yang kurus, berdaun seperti pedang , dan tingginya bisa mencapai 120 kaki.
35
Dalam Matsuura (2005 : 1037), kata bambu dalam bahasa Jepang disebut dengan bambu「竹」yang dapat diartikan sebagai bambu atau buluh. Menurut Yamada (1997 : 851), bambu termasuk jenis tumbuhan gramineae family. Gramineae family adalah nama umum dalam sub-ordo tumbuhan yang memiliki ruas antara ruas kayunya sangat lebar. Menurut Shinmura (1998 : 1637), bambu, gramineae family adalah istilah umum sub-ordo tumbuh-tumbuhan yang hijau abadi (evergreen). Kelompok bambu dibagi menjadi dua yaitu, kelompok bambu dan kelompok bambu sasa. Ada pembagian kelompok bambu secara situasi. Batang bambu bersifat rimbun, periode pelengkungan meluap di bagian akar dan di atas permukaan tanah. 3.2.2 Analisis Makna “Bambu”「竹」Take Secara Konotatif Berikut ini adalah analisis makna bambu secara konotatif, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2.2 Analisis Tabel Makna Konotatif Bambu
Sumber
Bambu
Bees dan Wein (2007 : 18)
Makna Konotatif
As a symbol of purity, flexibility, resilience, and uprightness, bamboo plays an essential role in many religious rites and festivals. Terjemahan: Sebagai simbol pemurnian, fleksibilitas, ketahanan dan kebenaran, bambu memainkan peranan penting dalam ritual keagamaan dan festival.
Sumber : Bees dan Wein (2007 : 18) 36
Menurut Bees dan Wein (2007 : 18) bambu sebagai simbol pemurnian, fleksibilitas, ketahanan dan kebenaran, bambu memainkan peranan penting dalam ritual keagamaan dan festival.
3.2.1 Analisis “Bambu”「竹」Take Dalam Kadomatsu Dihubungan Dengan Konsep Shinto Matsuura (2005 : 1037) menjelaskan dalam bahasa Jepang, 「 竹 」 take diartikan sebagai bambu. Berdasakan hasil analisis makna denotatif, penulis menggunakan kata bambu untuk dianalisis. Menurut Wong (2004 : 1) bambu, salah satu botanical yang dianggap sebagai kelompok khusus dalam keluarga rumput yang menarik untuk alasan yang berbeda. Sebagian besar Cina, Jepang, Indian dan orang-orang Asia Tenggara dan Amerika Selatan, bambu sangat berhubungan erat dengan baik budaya dan bahkan kelangsungan hidup, sejak zaman kuno. Bambu merupakan tumbuhan yang sangat multifungsi, bambu sangat berperan penting bagi masyarakat Jepang dan bambu sangat berhubungan erat dengan budaya. Selain itu, bambu merupakan alat spiritual yang sudah digunakan oleh masyarakat Jepang sejak jaman dahulu. Hubungan bambu dalam Shinto adalah bambu merupakan salah satu elemen pemurnian jiwa sebelum ritual Shinto dimulai maupun sebelum memasuki lingkungan jinja, Bees dan Wein (2007 : 18) menjelaskan bambu sebagai simbol dari pemurnian, fleksibilitas, ketahanan, dan kebenaran, bambu memegang peranan penting dalam berbagai ritual keagamaan dan festival di Jepang. Berdasarkan bentuk utama dari Shinto kontemporer yang telah di jelaskan oleh Ueda di bab 2 pada landasan teori, simbol kadomatsu dan simbol bambu 37
berhubungan dengan bentuk Shinto kontemporer yang ke empat yaitu, mitos Shinto (minkan Shinto) karena sejak berabad lamanya masyarakat Jepang mengembangkan suatu pemujaan menggunakan bambu. Dilihat dari folklor Jepang yang banyak mengisahkan turunnya dewa dan tinggal di dalam bambu, sejak zaman dahulu dipercaya bahwa para dewa menepati rongga tangkai bambu. Tidak hanya dalam folklor Jepang bambu di percaya dihuni oleh dewa maupun makhluk halus, Hardiman (2009) juga menjelaskan bambu dalam kepercayaan tradisional, di sejumlah wilayah budaya diyakini dihuni oleh makhluk halus. Menurut Tanaka (2007 : 298) definisi dari shinto pada dasarnya adalah nama umum yang diberikan kepada kepercayaan terhadap dewa dan roh. Kepercayaan terhadap mitos inilah yang membuat masyarakat Jepang percaya bahwa bambu merupakan tumbuhan yang di dalam rongganya di tempati oleh dewa yang memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat dan memberikan kebaikan. Oleh karena itu, bambu di percaya sebagai tumbuhan yang suci. Ajaran Shinto selalu berhubungan erat dengan segala sesuatu yang natural, kemudian Ono (1998 : 97) menjelaskan kuil Shinto sendiri tidak bisa dianggap tanpa beberapa referensi ke hubungan mereka dengan keindahan alam yang secara tradisional mengelilingi mereka. Penulis menganalisis bambu adalah salah satu tanaman yang selalu muncul di kuil Shinto. Bambu yang berada di sekitar kuil atau hutan bambu yang ditanam mengelilingi kuil mempunyai tujuan untuk menjadi perisai melawan roh-roh jahat agar tidak masuk ke dalam lingkungan kuil. Seperti pada kuil Shinto di perfektur Kyoto, kuil Nomiya yang memiliki hutan bambu di samping lingkungan kuil. Hal ini di dukung dengan pernyataan Mirambil (2011) yang menjelaskan hutan bambu adalah salah satu tempat paling terkenal di sekitar kuil Shinto di Jepang. Selain terkenal sebagai tempat pemujaan 38
dewa-dewa Shinto, mereka dipasang di sekitar tempat suci untuk menjaga roh-roh jahat pergi. Penggunaan bambu dalam upacara tradisional dapat menunjukkan bahwa bambu tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan bangsa Jepang, selain itu bambu mempunyai peranan penting dalam berbagai festival agama Shinto. Berdasarkan yang telah di jelaskan oleh Bees dan Wein (2007 : 18) di dalam kadomatsu bambu memiliki makna pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas. Pada malam pergantian tahun baru, setelah 108 lonceng berbunyi di seluruh penjuru negeri, seluruh masyarakat Jepang kembali menjadi bersih. Abe (2011) juga menjelaskan bambu「竹」adalah tanaman yang sederhana dan polos, bambu juga simbolis dari kemurnian dan kepolosan. Pemurnian adalah salah satu fungsi bambu dalam ritual Shinto, hal ini dapat dilihat dari banyaknya unsur-unsur penggunaan bambu di dalam jinja. Bees dan Wein (2007 : 18) menyatakan sebelum memasuki jinja atau otera, di depan jinja atau otera tersedia gayung (ladle) yang terbuat dari bambu dan sebelum memasuki jinja atau otera pengunjung diharuskan untuk mengusapkan tangan dan mulut agar kembali menjadi bersih. Begitu juga dengan fungsi bambu dalam kadomatsu di percaya memiliki makna pemurnian. Dalam kadomatsu bambu merupakan tempat yang akan ditempati oleh toshigami selama malam pergantian tahun baru berlangsung, setelah pergantian tahun baru dipercaya toshigami memberikan pemurnian dan pembaharuan di dalam rumah mereka sehingga mereka kembali menjadi suci di awal tahun yang baru. Warna batang bambu yang selalu berwarna hijau yang menjadikan sebagai simbol pemurnian. Hal ini di dukung oleh pernyataan Brandon (1994 : 67) yang menjelaskan dalam tahun baru, arwah leluhur dipercaya datang kembali ke rumah yang dulu pernah dia tinggali dalam bentuk toshigami. 39
Kemudian Shimoyama (2008 : 135) menjelaskan kadomatsu ditempatkan di pintu depan pekarangan rumah dan tempat umum, hal ini di yakini karena pada tahun baru dewa akan menginap selama musim tahun baru dan dengan begitu akan mendapatkan keberuntungan. Selain memiliki makna pemurnian, di dalam kadomatsu bambu memiliki makna kekuatan dan fleksibilitas. Menurut Keane (2000 : 153) bambu adalah gambar ketahanan, seperti yang mudah dipahami karena sifat lenturnya. Penulis menganalisis berdasarkan ciri-ciri fisik tumbuhan bambu yang kuat merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Esa menjadikan bambu sebagai simbol kekuatan di dalam kadomatsu yang di berikan oleh toshigami, sehingga menimbulkan interpretasi masyarakat Jepang bahwa tanaman bambu yang kuat mampu memberikan motivasi dalam mengatasi masalah-masalah di tahun yang akan datang. Memiliki ciri fisik tumbuhan yang kuat, cepat berkembang bambu termasuk dalam tumbuhan yang mampu bertahan di berbagai musim dan mampu berdiri tegak setelah terjadi bencana menjadikan bambu sebagai simbol di dalam kadomatsu tahun baru agar menjadi manusia yang kuat dan memiliki fleksibilitas dalam menjalani kehidupan di tahun yang baru. Dalam KKBI (2008 : 247) makna kata fleksibilitas adalah keadaan yang fleksible, sedangkan kata fleksible memiliki makna mudah menyesuaikan diri dengan kondisi atau keadaan; luwes. Tsubamoto (2008) menjelaskan bambu tumbuh subur di setiap jenis tanah dan terus hijau sepanjang tahun. Bagi seseorang untuk tumbuh menjadi fleksible, kuat dan tangguh harus seperti bambu yang mampu bertahan dalam segala macam kondisi. Kemudian Motoji (2001 : 26) menjelaskan bambu ditampilkan dengan batang lurus, melengkung, atau berpotongan, bambu dapat muncul dengan berbagai cara. Bambu dapat muncul 40
dalam berbagai macam pola dalam pola-pola tadisional Jepang, menjadikan bambu tumbuhan yang mudah beradaptasi dengan keadaan dan menjadi simbol dari kekuatan dan fleksibilitas dalam kadomatsu. Selanjutnya Abe (2011) juga menjelaskan bambu「竹」adalah tanaman yang sangat kuat. Dengan struktur akar kokoh, merupakan simbol kemakmuran. Bambu cukup sering muncul dalam beberapa festival, bambu dipilih karena karakteristik simbolisme bambu yang cepat berkembang, fleksibilitas, berwarna hijau terang yang menggambarkan pemurnian dan pembaharuan, dan tidak tergantikan. Beberapa item bambu khusus pada tahun baru merupakan bagian dari menciptakan lingkungan yang ramah bagi roh-roh pelindung. Menurut Brandon (1994 : 67) ada dua jenis cara pemotongan bambu dalam kadomatsu yaitu, secara sogi (ujung bambu dipotong secara diagonal) dan secara zundou (ujung bambu dipotong secara mendatar). Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah gambar jenis bambu yang dipotong secara sogi dan zundou. 3.2 Gambar Potongan Bambu secara Sogi dan Zundou
Sumber: www.yokobambu.co.jp/pages/photo/kadomatsu006.jpg http://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%83%95%E3%82%A1%E3%82%A4%E3% 83%AB:Kadomatsu_at_Kabuki-za.JPG 41
Dalam kadomatsu bambu dipotong secara sogi, hal ini dipercaya ujung bambu yang menusuk tajam ke atas tersebut memiliki makna untuk menusuk rohroh jahat yang akan masuk ke dalam rumah. Bees dan Wein (2007 : 168) memberikan penjelasan pemotongan bambu pada konstruksi kadomatsu simbolis dibuat secara teratur dengan puncak-puncak dari tiga tiang vertikal dari bambu yang dipotong secara tajam atau diagonal ke atas (sogi), sebagian besar masyarakat Jepang percaya tiga bambu yang dipotong secara sogi ini untuk menusuk roh jahat. Selain itu jumlah potongan bambu di dalam kadomatsu selalu ada tiga, tidak pernah kurang maupun lebih hal ini di percaya angka tiga mempunyai makna keberuntungan di masa depan. Venefica (2011) menjelaskan makna angka tiga dalam segi spiritual mempunyai hubungan dengan sihir, melambangkan intuisi dan keunggulan. Angka tiga ada kaitannya dengan peristiwa masa lalu dan tujuan masa depan. Tiga biasanya melambangkan reward dan sukses dalam usaha. Kemudian Sandhayarani (2010) menambahkan jumlah batang bambu digunakan untuk mengekspresikan arti tentu, tiga potong bambu memiliki makna kebahagiaan. Berdasarkan hasil dari analisis yang telah penulis jabarkan, penulis akan menghubungkan dengan teori segitiga makna bahwa simbol bambu dalam kadomatsu dihubungkan dengan Shinto memiliki makna yaitu pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas. Karakteristik bambu yang digunakan dalam kadomatsu berwarna hijau terang yang menggambarkan pemurnian dan pembaharuan, dalam ajaran Shinto dipercaya dapat mengusir kekuatan jahat di saat akhir tahun dan memberikan pembaharuan di saat tahun baru. Selain itu, dilihat dari fisik bambu yang mampu bertahan di dalam cuaca yang buruk dan walaupun badai menerpa sekalipun bambu akan kembali berdiri tegak 42
dan kokoh menjadikan bambu sebagai simbol harapan kekuatan dan fleksibilitas dalam menjalani aktifitas di tahun baru. Karlsen (2010) menjelaskan ketika badai datang, bambu melengkung mengikuti arah angin. Ketika badai berhenti, ia kembali posisi tegak lurus. Kemampuan untuk mengatasi kesulitan dan masih berdiri tegak tanpa kehilangan tanah asli adalah inspirasi untuk sebuah bangsa yang terus-menerus mengalami bencana. Bambu juga menjadi sebagai lambang keluarga pada zaman Edo yang disebut dengan mondokoro, kekokohan batang bambu juga menjadikan bambu sebagai salah satu bahan konstruksi favorit bagi masyarakat Jepang dan bahan dasar pembuatan kesenian tradisional Jepang seperti alat-alat dalam chanoyu dan sakuhachi. Parera (1990 : 29-31) menyatakan hal yang penting dalam ilmu simbolisme ialah mencocokkan konteks psikologi dan konteks fisikal atau kita harus mencocokan reference dengan referent. Sesuai dengan teori segitiga makna menurut Odgen dan Richard dalam terjemahan Parera (1990 : 28-29) sehingga penulis menyimpulkan dalam ritual shinto bambu sebagai simbol pemurnian karena sejak jaman dahulu bambu dipercaya sebagai tempat tinggal para dewa begitu juga dengan ciri-ciri fisik bambu yang tumbuh cepat, walaupun terobang ambing dalam cuaca yang buruk bambu mampu bertahan dan kembali berdiri tegak menjadikan sebagai simbol kekuatan dan fleksibilitas dalam shinto hal ini disebut dengan references (thoughts), bambu sebagai simbol (symbols) dari pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas, kemudian kadomatsu sebagai referent (things) benda yang melambangkan pengharapan pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas pada tahun baru dalam acara shogatsu yang merupakan salah satu dekorasi simbol dalam shinto.
43
Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel makna bambu menurut teori segitiga makna. Tabel 3.2.3a Segitiga Makna “Bambu”「竹」Take Dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto
References Pemurnian, Kekuatan dan Fleksibilitas - Shinto
Symbol
Referents
Bambu 「竹」
Kadomatsu 「門松」
Menurut tabel segitiga makna diatas, hubungan reference bambu yang memiliki makna pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas dengan referent kadomatsu yang memiliki simbol sebagai harapan pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas dalam menjalani aktifitas di tahun baru saling berhubungan, maka pernyataan makna bambu dalam kadomatsu adalah pemurnian, kekuatan dan fleksibilitas itu logis. Hal tersebut Sesuai dengan pernyataan Parera (1990 : 30), jika reference kompleks yang saling berhubungan itu tepat sesuai dengan cara referent berhubungan dengan faktual yang bersifat logis.
44
Selanjutnya, penulis akan menganalisis makna bambu dengan medan makna seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2.3b Analisis Medan Makna “Bambu”「竹」Take Dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto
Kemakmuran
Aikawa (2007 : 330)
Kepolosan
Abe (2011)
“Bambu” 「竹」
Pemurnian Fleksibilitas Kebenaran
Bees dan Wein (2007 : 18)
Ketahanan
Sumber : Bees dan Wein (2007 : 18), Aikawa (2007 : 330), Abe (2011)
Dilihat dari analisis medan makna di atas, makna bambu dalam kadomatsu adalah pemurnian, fleksibilitas, dan ketahanan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bees dan Wein pada landasan teori di bab 2, tabel di atas membuktikan bahwa berdasarkan ciri fisik bambu sebagai tanaman yang kuat, kokoh dan fleksible, bambu di pilih sebagai salah satu ornament dalam kadomatsu. Melalui simbol bambu, memberikan interpretasi masyarakat Jepang berdoa kepada toshigami agar menjadi manusia yang lahir kembali menjadi suci, menjadi manusia yang fleksible mampu menghadapi rintangan dan cobaan serta mempunyai ketahanan yang kuat diberikan langsung oleh toshigami.
45
Jadi, berdasarkan hasil keseluruhan analisis yang telah penulis lakukan, makna simbol bambu dalam dekorasi kadomatsu dapat dilihat dalam tabel pembuktian di bawah ini. Tabel 3.2.3c Tabel Pembuktian Analisis Makna “Bambu”「竹」Take dalam Perayaan Shougatsu (Kadomatsu)
Pemurnian “Bambu” 「竹」
Perayaan Shougatsu - Shinto
Kekuatan
(Kadomatsu) Fleksibilitas
Berdasarkan tabel pembuktian analisis makna bambu dalam kadomatsu, sehingga dapat penulis simpulkan bahwa makna bambu dalam kadomatsu adalah pemurnian, kekuatan, dan fleksibilitas.
46
3.3 Analisis Unsur Kadomatsu “Ume”「梅」Menurut Konsep Shinto Sebelum mengetahui unsur kadomatsu ume menurut konsep Shinto, mulamula penulis akan menganalisa makna ume itu sendiri secara denotatif dan konotatif seperti yang telah penulis lakukan pada analisa pohon cemara dan bambu.
3.3.1 Analisis Makna “Ume”「梅」Secara Denotatif Berikut ini adalah analisis makna pohon ume secara denotatif, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3.1a Tabel Analisis Makna Denotatif Ume Sumber KBBI (2008 : 82) Salim (2000 : 1105) Matsuura (2005 : 1137)
Makna Denotatif Persik; abrikos. Pohon buah plum. Mei; aprikot Jepang. 「梅」中国原産の落葉高木。早春、葉 に先立って、かおりの高い白色(紅色) の花を開く。実は酸っぱく、梅干用・ 薬用・観賞用としても植える。梅の 木。(バラ科)
Ume Terjemahan: Yamada (1997 : 126)
[ume] daun gugur jenis pohon aroma terapi yang berasal dari negeri Cina. Di awal musim semi, sebelum daun bermekaran, aroma yang kuat muncul. Buah ume asam, dibuat umeboshi, obat, dan tumbuhan ornament. Pohon ume. (termasuk spesies bunga)
(「梅』の呉音メに基づく語で、古く はムメとも) バラ科サクラ属の落葉高木。中国原 産。古く日本に渡来。樹皮は黒褐色。 早春、葉に先だって開く花は、五弁で 香気が高く、平安時代以降、特に香を 賞で、詩歌に詠まれる。花の色は白・ 紅・薄紅、一重咲・八重咲など多様。 Terjemahan: Shinmura (1998 : 261)
([ume] pelafalan me berasal dari bahasa dinasti wu, bahkan dahulu disebut mume) Flower family (Rosaceae Family) dari kelompok sakura jenis daun gugur dan pohon aroma terapi. Berasal dari negeri Cina. Sudah lama diperkenalkan di Jepang. Kulit kayu berwarna cokelat kemerah-merahan. Di awal musim semi, sebelum daun bunga ume bermekaran, 5 daun bunga ume mengeluarkan aroma yang kuat, setelah jaman Heian turun, ada penghargaan khusus dalam bidang puisi, kepada composer. Variasi bunga ume adalah putih, merah tua, merah muda, berbunga tunggal, berbunga double.
Sumber: KBBI (2008 : 82), Salim (2000 : 1105), Matsuura (2005 : 1137), Yamada (1997 : 126), Shinmura (1998 : 261)
Menurut KBBI (2008 : 82), aprikot memiliki arti persik; abrikos. Menurut Salim (2000 : 1092), kata ume dalam bahasa Inggris disebut dengan plum mengandung arti pohon buah plum.
48
Dalam Matsuura (2005 : 615), kata pohon plum dalam bahasa Jepang disebut dengan ume「梅」yang dapat diartikan sebagai mei; aprikot Jepang. Menurut Yamada (1997 : 1323), ume adalah daun gugur jenis pohon aroma terapi yang berasal dari negeri Cina. Di awal musim semi, sebelum daun bermekaran, aroma yang kuat muncul. Buah ume asam, dibuat umeboshi, obat, dan tumbuhan ornament. Pohon ume. (termasuk spesies bunga).
Menurut Shinmura (1998 : 2513), ume adalah flower family jenis rosaceae family dari kelompok sakura jenis daun gugur pohon aroma terapi. Berasal dari negeri Cina dan sudah lama di perkenalkan di Jepang. Kulit kayunya berwarna cokelat kemerah-merahan. Di awal musim semi, sebelum daun bunga ume bermekaran, 5 daun bunga ume mengeluarkan aroma yang kuat, setelah jaman Heian turun, ada penghargaan khusus dalam bidang puisi, kepada composer. Variasi bunga ume adalah putih, merah tua, merah muda, berbunga tunggal, berbunga double.
3.3.2 Analisis Makna “Ume”「梅」Secara Konotatif Berikut ini adalah analisis makna pohon ume secara konotatif, dapat dilihat pada tabel di berikut ini.
49
Tabel 3.3.2a Tabel Analisis Makna Konotatif Ume Sumber Salim (2000 : 1105)
Makna Konotatif Sesuatu yang dianggap menguntungkan.
baik
atau
「梅」は、あわせて希望と幸運の象 徴とされてきた。この習慣は中国か ら伝わり、奈良時代に広がった。 Terjemahan:
Ume Andrews (1996 : 262)
Ume adalah pohon pertama yang bunganya bermekaran di musim semi, dianggap sebagai simbol harapan dan nasib baik sudah ada di Jepang sejak periode Nara, ketika saat itu segala sesuatu di import dari Cina.
Sumber: Salim (2000 : 1105), Andrews (1996 : 262) Menurut Salim (2000 : 1105) kata ume yang dalam bahasa Inggris adalah plum memiliki makna sesuatu yang dianggap baik atau menguntungkan. Menurut Andrews (1996 : 262) ume adalah pohon pertama yang bungannya bermekaran di musim semi, dianggap sebagai simbol harapan dan nasib baik sudah ada di Jepang sejak periode Nara, ketika saat itu segala sesuatu di import dari Cina.
3.3.3 Analisis “Ume”「梅」Dalam Kadomatsu Dihubungan Dengan Konsep Shinto Shinmura (1998 : 261), menjelaskan ume「梅」berasal dari [ume] pelafalan me berasal dari bahasa dinasti wu, bahkan dahulu disebut mume. Dilihat dari jenis
50
tumbuhan, ume memiliki nama latin yaitu prumus mume. Berdasarkan hal tersebut penulis menggunakan kata ume dalam menganalisis. Pohon ume merupakan pohon yang dipuja dalam Shinto, sama halnya dengan pohon cemara dan bambu, pohon ume merupakan salah satu tumbuhan yang dianggap suci dalam Shinto. Seperti yang telah di jelaskan oleh Ueda pada bab 2 di landasan teori, terdapat empat bentuk utama dalam Shinto kontemporer. Hubungan simbol kadomatsu dengan simbol pohon ume dengan Shinto merupakan salah satu bentuk keempat dalam Shinto kontemporer, yaitu mitos Shinto (minkan Shinto). Brandon (1994 : 15-16) menjelaskan pada acara tradisi terutama yang menghidupkan adat rakyat berdasarkan agama Shinto sangat terasa pada periode tahun baru. Kemudian Ueda (1996 : 29) menambahkan minkan shinto adalah kepercayaan yang berdasarkan ritual magis-religius dan praktek yang biasa dilakukan masyarakat umum. Ume merupakan salah satu tanaman yang melambangkan kemurnian dan keindahan dipuja disalah satu kuil Shinto, hal tersebut tercermin pada pertengahan bulan Februari hingga Maret diadakan festival ume di kuil Yushima Tenji. Pompian (1998 : 212-213) menjelaskan setiap tahun bunga plum (ume) mekar dari pertengahan Februari hingga pertengahan Maret. Selama waktu ini, kuil menyajikan festival plum mekar yang paling terkenal di Tokyo, ketika festival berlangsung banyak orang datang untuk mengagumi 400 pohon-pohon yang dianggap suci bermekaran sepanjang taman dan lingkungan kuil. Ajaran dalam Shinto selalu mengutamakan hubungan manusia dengan alam sekitar, alam dan Shinto tidak akan terpisahkan. Tanaka (2007 : 289) menjelaskan ajaran shinto berasal dari penyembahan kepada dewa Jepang seperti dewa alam,
51
duniawi, dan leluhur. Selain itu, eksistensi kuil shinto tidak dapat terpisahkan dari alam dan selalu berhubungan dengan segala sesuatu yang alami. Kuil dalam ajaran Shinto bukan sekedar tempat beribadah biasa, Ueda (1996 : 32) menjelaskan kuil bukan hanya tempat fasilitas ibadah. Pemahaman bagi masyarakat Jepang adalah ruang sakral melibatkan lebih dari kuil itu sendiri. Itu termasuk alam sekitarnya juga. Banyak kuil yang berada jauh dari tempat tinggal manusia. Mereka berada dalam lingkungan yang memiliki pemandangan yang alami: terkadang dekat di pegunungan, dekat air terjun, atau di pulau terpencil. Penulis menganalisis simbol kadomatsu dengan simbol ume mempunyai hubungan dengan bentuk Shinto kontemporer yang ke empat yaitu, mitos Shinto (minkan Shinto). Ume dipercaya sebagai simbol pembawa keberuntungan dan simbol keindahan juga harapan. Berdasarkan hal tersebut menjadikan ume sebagai salah satu ornament dalam kadomatsu yang merupakan bentuk simbol doa tahun baru karena ume dipercaya sebagai pembawa keberuntungan dan mencegah kemalangan. Brandon (1994 : 67) menjelaskan kadomatsu 「 門 松 」 yang mengandung arti penjaga pintu gerbang, yang berasal dari dua kanji yaitu 「門」 dibaca mon atau kado dan 「 松 」 matsu adalah dekorasi tahun baru yang dirancang untuk menarik perhatian kami. Simbol kadomatsu memiliki makna penjaga pintu gerbang, oleh karena itu kadomatsu di pasang di depan rumah mereka untuk mengundang toshigami masuk ke dalam rumah mereka untuk memberikan berkah keberuntungan, keindahan dan harapan yang baik di tahun baru pada malam pergantian tahun. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan yang terdapat di bab 2 pada landasan teori, Shimoyama (2008 : 135) menjelaskan kadomatsu ditempatkan di pintu depan pekarangan rumah dan tempat umum, hal
52
ini di yakini karena pada tahun baru dewa akan menginap selama musim tahun baru dan dengan begitu akan mendapatkan keberuntungan. Dalam kadomatsu makna「梅」plum (ume) menurut Bees dan Wein (2007 : 170) adalah pohon pertama yang mekar dalam cuaca dingin, mekar di tahun baru ketika kalender lunar digunakan dan merupakan simbol dari keindahan dan harapan untuk tahun yang lebih baik. Pohon ume memiliki nama ilmiah prumus mume termaksud dalam jenis tumbuhan rosaceae, merupakan tanaman kebun favorit sejak zaman Heian. Suehiro (2010) menjelaskan Japanese apricot adalah jenis rosaceae (keluarga rose). Tumbuhan semi-tinggi, dan tinggi pohon ume dapat mencapai ketinggian 5-10 meter. Tumbuhan berdaun gugur yang berasal dari Cina, pohon ume diperkenalkan ke Jepang pada periode Nara (1.300 tahun yang lalu). Keane (2000 : 153) juga menjelaskan pohon ume dan pohon ceri keduanya telah menjadi tanaman kebun yang favorit sejak zaman Heian. Ume di sisi lain, sering kali dipangkas untuk memberikan efek seni bercabang, untuk mengurangi batang tua keriput dan memberikan tampilan tunas muda ramping. Kemudian Gilman dan Watson (1994) menjelaskan muncul selama musim dingin pada cabang-cabang telanjang yang banyaknya kecil, wangi, bunga berwarna merah muda yang menambah keunikan karakter pohon. Buah kuning kecil yang mengikuti mekar yang termakan tapi menarik. Penulis menganalisa berdasarkan ciri fisik pohon ume dipilih sebagai ornamen dalam kadomatsu karena pohon ume adalah pohon yang bermerkaran di awal musim dingin dan memiliki aroma wangi dan juga memiliki warna yang indah merupakan simbol harapan untuk tahun yang akan datang agar lebih baik 53
lagi dalam menjalani kehidupan dan menjadi tahun yang penuh dengan keindahan di tahun yang baru. Selain itu, ranting pohon ume yang keriput memberikan nuansa murni dan keteguhan. Didukung dengan pernyataan Finney (2003) yang menjelaskan pohon ume memiliki batang keriput, cabang sudut yang mengingatkan imajinasi naga mengalir langit. Hal ini mewakili ume berdiri murni dan hidup yang teguh melalui musim dingin yang panjang. Ume dilihat sebagai sebuah contoh ketahanan dan ketekunan dalam menghadapi kesulitan. Meskipun pohon ume dan bunga ume tidak mencolok, mereka berhasil memancarkan keanggunan yang sempurna dan dunia yang indah. Berdasarkan ciri fisik pohon ume yang melambangkan optimisme dan keindahan menjadikan ume sebagai salah satu ornamen dalam kadomatsu, sehingga di malam pergantian tahun masyarakat Jepang mendapat berkah dari toshigami kehidupan yang indah dan penuh harapan di tahun baru. Selain memiliki makna keindahan dan harapan, di dalam kadomatsu ume memiliki makna keberuntungan. Bees dan Wein (2007 : 170) menjelaskan ume adalah pohon pertama yang mekar dalam cuaca dingin, sehingga penulis menyimpulkan hal tersebut dengan makna keberuntungan. Penulis menganalisa pohon ume menjadi lambang keberuntungan karena pada musim dingin sebagian besar tumbuhan bunga tidak mampu bertahan dengan cuaca yang ekstrem dan cenderung rusak maupun berubahan warna bunga, hanya pohon ume yang mampu bermekaran di musim dingin. Selain itu, bentuk bunga ume yang terdiri dari lima kelopak dan ranting ume yang kecil dan juga warna ume yang cerah terdiri dari warna putih, merah, dan merah muda tidak berubah warna walaupun menghadapi cuaca yang ekstrem.
54
Hal tersebut di dukung dengan pernyataan Tsubamoto (2008) yang menyatakan bai (ume dalam bahasa Jepang) ini adalah pohon bunga selama musim dingin, bunga ume mekar dianggap sebagai "kakak seratus bunga" melambangkan keindahan dan optimisme selama masa kesulitan. Kemudian Ackermann (1997) menjelaskan ume, juga dianggap sebagai tumbuhan yang sangat kuat dan mampu menghadapi cuaca dingin dan beku tanpa mengalami kerusakan. Eland (2008) juga menjelaskan tanaman ini merupakan simbol kekuatan dalam kesulitan karena ketahanan dalam cuaca musim dingin yang keras. Berdasarkan sikap dan karakter dalam pohon ume berfungsi sebagai metafora untuk kecantikan batin dan menampilkan rendah hati dalam kondisi buruk. Berdasarkan ciri fisik pohon ume yang berbunga di musim dingin dimana seharusnya tumbuhan bunga tidak mampu bermekaran menjadikan ume sebagai simbol keberuntungan dalam kadomatsu, sehingga di malam pergantian tahun mereka mendapat berkah dari toshigami keberuntungan sepanjang tahun di tahun baru. Jumlah lima kelopak dalam bunga ume memiliki makna keberuntungan, Finney (2003) yang menjelaskan lima kelopak dari bunga pohon ume melambangkan lima dewa-dewa keberuntungan. Kemudian Rowthorn dan Florence (2001 : 21) menambahkan dalam tradisi Jepang menyatakan bahwa fungsi ume sebagai benda untuk melindungi dari kejahatan. Untuk alasan ini, ume secara tradisional ditanam di bagian utara timur taman, yang diyakini dari arah situlah roh jahat akan datang. Makan dari buah acar untuk sarapan juga baik untuk mencegah kemalangan. Berdasarkan hal tersebut menjadikan ume dipilih sebagai salah satu ornamen dalam kadomatsu di kombinasikan dengan pohon cemara dan bambu. Kadomatsu sebagai simbol tahun baru merupakan bentuk intrepretasi doa masyarakat Jepang 55
agar mendapatkan berkah dari toshigami, ume dipilih sebagai salah satu ornamen dalam kadomatsu sebagai harapan kehidupan yang indah dan penuh keberuntungan sepanjang tahun. Sebagai salah satu bunga yang paling dicintai di Jepang, bunga ume telah sering digambarkan dalam lukisan Jepang, man’youshuu dan haiku selama berabad-abad. Bunga ume sebagai simbol dari musim dingin serta pertanda musim semi. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi alasan bahwa bunga ume begitu dicintai, karena mereka mekar paling berseri di tengah-tengah salju musim dingin, setelah tanaman lain kebanyakan telah menumpahkan daun mereka, dan sebelum bunga lainnya bermekaran. Berdasarkan hasil dari analisa yang telah penulis jabarkan, penulis akan menghubungkannya dengan teori segitiga makna bahwa simbol bunga ume dalam kadomatsu dihubungkan dengan Shinto memiliki makna yaitu keindahan, harapan dan keberuntungan. Karakteristik bunga ume yang digunakan dalam kadomatsu berwarna merah, merah muda, dan putih menggambarkan bunga ume tidak berubah warna walaupun dalam cuaca yang ekstrem sehingga dalam ajaran Shinto dipercaya
dapat
memberikan
keindahan,
harapan
dan
keberuntungan
pembaharuan di saat tahun baru. Dilihat dari ciri-ciri fisik pohon ume yang bunganya bermekaran di saat cuaca ekstrem, warna bunga yang tidak berubah walaupun di musim dingin, ranting pohon ume yang keriput memberikan gambaran naga mengalir ke atas langit menjadikan ume sebagai simbol keindahan, harapan dan keberuntungan di dalam kadomatsu. Finney (2003) menjelaskan di Jepang, pohon ume tidak hanya rapi dan bersih, tetapi juga tahan dingin dan kesabar yang terus menerus.
56
Parera (1990 : 29-31) menyatakan hal yang penting dalam ilmu simbolisme ialah mencocokkan konteks psikologi dan konteks fisikal atau kita harus mencocokan reference dengan referent. Sesuai dengan teori segitiga makna menurut Odgen dan Richard dalam terjemahan Parera (1990 : 28-29) sehingga penulis menghubungkan ciri-ciri fisik pohon ume yang bunganya bermekaran di saat cuaca ekstrem, warna bunga yang tidak berubah walaupun di musim dingin, dan dipercaya di dalam lima kelopak bunga ume terdapat lima dewa-dewa keberuntungan sehingga dipercaya sebagai simbol keindahan, harapan dan keberuntungan dalam dalam shinto disebut dengan references (thoughts), pohon ume sebagai simbol (symbols) dari keindahan, harapan dan keberuntungan. Kadomatsu sebagai referent (things) benda yang melambangkan pengharapan keindahan, harapan, dan keberuntungan pada tahun baru dalam acara shogatsu yang merupakan salah satu ornamen simbol dari shinto. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah tabel makna ume menurut teori segitiga makna.
57
Tabel 3.3.3a Segitiga Makna “Ume”「梅」Dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto
References Keindahan, Harapan, dan Keberuntungan - Shinto
Symbol
Referents
Ume 「梅」
Kadomatsu 「門松」
Sesuai dengan pernyataan Parera (1990 : 30), jika reference kompleks yang saling berhubungan itu tepat sesuai dengan cara referent berhubungan dengan faktual, maka peryataan itu logikal. Hubungan reference ume yang memiliki makna keindahan, harapan dan keberuntungan dalam ajaran Shinto dengan referent kadomatsu yang memiliki simbol sebagai pengharapan keindahan, harapan dan keberuntungan di tahun baru saling berhubungan, maka pernyataan makna ume dalam kadomatsu adalah keindahan, harapan dan keberuntungan itu logis. Selanjutnya, penulis akan menganalisis makna pohon ume dengan medan makna seperti pada tabel berikut ini.
58
Tabel 3.3.3b Analisis Medan Makna “Ume”「梅」Dalam Hubungannya Menurut Agama Shinto
Kesabaran
Aikawa (2002 : 334)
Kerapian
Kemurnian “Ume” 「梅」
Keindahan Harapan
Bees dan Wein (2007 : 170)
Keberuntungan Optimisme
Tsubamoto (2008)
Sumber : Bees dan Wein (2007 : 18), Aikawa (2002 : 334), Tsubamoto (2008)
Berdasarkan hasil dari analisis medan makna di atas, makna pohon ume dalam kadomatsu adalah keindahan, harapan, dan keberuntungan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bees dan Wein pada landasan teori di bab 2, tabel di atas membuktikan berdasarkan ciri fisik pohon ume sebagai tanaman hias yang kuat, berbunga di musim dingin dan tidak mengalami perubahan fisik, ume di pilih sebagai salah satu ornament dalam kadomatsu. Simbol ume merupakan interpretasi masyarakat Jepang berdoa kepada toshigami agar diberikan berkah menjadi manusia yang penuh dengan keberuntungan, menjalani kehidupan di tahun baru dengan penuh keindahan dan penuh harapan. Makna harapan pada konteks ini adalah menjadi manusia yang selalu optimis dan tidak pantang menyerah. 59
Jadi, berdasarkan hasil keseluruhan analisis yang telah penulis lakukan, makna simbol pohon ume dalam dekorasi kadomatsu dapat dilihat dalam tabel pembuktian di bawah ini.
Tabel 3.2.3c Tabel Pembuktian Analisis Makna Pohon “Ume”「梅」dalam Perayaan Shougatsu (Kadomatsu)
Keindahan Ume - 梅
Perayaan Shougatsu - Shinto
Harapan
(Kadomatsu) Keberuntungan
Berdasarkan tabel pembuktian analisis makna pohon ume dalam kadomatsu, dapat penulis simpulkan bahwa makna bambu dalam kadomatsu adalah keindahan, harapan, dan keberuntungan.
60