BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Dalam bagian ini penulis akan mengkaji dan menganalisa data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan pada Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon. Tentang Sterilisasi Keluarga Berencana (KB)(Suatu Kajian Perspektif Jender terhadap penggunaan alat KB dalam keluarga Kristen di RSUD Ambon). Data yang diperoleh adalah melalui cara yang dilakukan kepada responden dari dokter, suster, pengguna sterilisasi dan tokoh agama. Selanjutnya penulis akan mengkaji dan menganalisis data-data yang diperoleh. 3.1 Gambaran Umum tentang Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon Rencana pembangunan Rumah Sakit di prakarsai oleh tiga orang dokter, masing-masing Dr. D. P. Tahitu, Dr. K. A. Staa dan Dr. L. Huliselan Pada tahun 1946. Pada tahun 1947 di mulailah penggusuran tanah, sedangkan pembangunan baru di mulai tahun 1948. Pada tahun 1950 sudah di bangun ruangan lelaki, ruangan wanita dan ruangan menular, masing-masing 391,56
m2.
1
Belum sempat rumah sakit di fungsikan terjadi pendaratan Tentara Nasional Indonesia(TNI) di Ambon, sehingga rakyat di daerah Kudamati, Benteng dan Sekitarnya mengungsi dan tinggal di rumah sakit. Setelah keadaan pulih kembali, rakyat yang mengungsi kembali ke rumah mereka. Bangunan rumah sakit ini di manfaatkan
lagi oleh TNI dan keluarganya sebagai asrama. Tahun 1951
bangunan rumah sakit di kosongkan namun dalam keadaan rusak berat sehingga perlu di perbaiki lagi. Di samping perbaikan di bangun pula asrama bagi siswa juru rawat wanita, laboratorium, klinik OK, ruang interne sementara seluas 391,56 m2, dapur, gudang, tempat cuci, ruangan rontgen, kamar operasi sementara seluas 627,40 m2, kamar mayat seluas 78 m2, garasi seluas 72 m2,, dan kamar mesin listrik seluas 35 m2. Rumah sakit baru di resmikan pada tanggal 3 Maret 1954 dengan nama Rumah Sakit Umum Ambon dan di pimpin oleh Dr. L. Huliselan sebagai kepala Rumah Sakit Umum Ambon yang pertama.2 Jumlah tenaga para medis yang ada pada waktu itu sebanyak 51 orang. Mereka adalah pegawai DKR (Djawatan Kesehatan Rakyat yang bekerja di Rumah Sakit Tentara dan di pindahkan ke Rumah Sakit Umum Ambon. Setelah pengresmian secara bertahap di bangun pula:3 - Kantor Tata Usaha
: Tahun 1955
- Ruang Anak
: Tahun 1956
- Ruang Kebidanan
: Tahun 1957
Selanjutnya mulai pada tahun anggaran 1981/1982 di bangun pula gedunggedung baru. A.Visi “Rumah Sakit Mandiri dengan Pelayanan Profesional 2013”
! !
" "
# #
! $% !
%$! ! ! !
! !
B. Misi menyelenggarakan Pelayanan Prima yang di tunjang oleh: 1. Sumber daya Manusia yang berkualitas. 2. Kerja sama antar profesi Dengan
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No
51/Men.Kes/SK/II/79, tanggal Tanggal 22 february 1979, Rumah Sakit Umum Ambon di tetapkan menjadi Rumah Sakit klas C. Kemudian dalam perkembangannya setelah di lengkapi dengan berbagai fasilitas baik peralatan maupun tenaga spesialis, maka terhitung mulai tanggal 22 Desember 1994, kelas Rumah sakit di tingkatkan menjadi kelas B Non pendidikan sesuai SK Menteri Kesehatan No 1069/Menkes/SK/XI/1992 dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah propinsi Dati I Maluku (PERDA) No:06 tahun 1994 tanggal 22 Desember 1994. Namun sebelumnya pada tanggal 14 Desember 1994 Rumah sakit Umum Ambon di rubah namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr.M.Haulusy (Keputusan DPRD Tingkat I Maluku tanggal 14 desenber 1994).4 3.2 Keluarga melakukan KB sebagai anjuran pemerintah Peningkatan jumlah penduduk rakyat Indonesia sangat tinggi untuk 5 Tahun terakhir, hal ini dinilai akan mengakibatkan beberapa hal yang membuat masyarakat miskin hidup semakin sulit termasuk di Ambon. Dari data yang ditemukan jumlah penduduk dari 273 Juta akan meningkat sebanyak 1, 27 %
!
"
#
!
%$! !
!
pertahun, maka pada tahun 2015 akan menjadi 308 Juta jiwa.5 Hal ini akan tidak sesuai dengan jumlah pangan yang ada. Secara sosial hal ini akan membuat kemiskinan di Indonesia semakin bertambah. Berkaitan dengan hal tersebut maka pemerintah mengeluarkan surat Keputusan melalui Menteri Kesehatan No 122/ MENKES/ SK/ II/ 2008 mengenai penggunaan Alat Kontrasepsi. Program keluarga
berencana
nasional
merupakan
programpelayanan
dasar
yang
mempunyai kontribusi yang sangat berarti bagi pembangunan sumber daya manusia. Karena dengan keluarga berencana diupayakan terus peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia kawin, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, serta peningkatan kesejahteraan keluarga guna terwujudnya keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Di Indonesia angka kematian ibu karena hamil dan bersalin masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu memperlihatkan bahwa kualitas kesehatan dan kehidupan wanita, terutama kondisi wanita hamil dan melahirkan masih sangat memprihatinkan dan keadaan ini dikhawatirkan akan mengancam keutuhan keluarga dan kualitas keluarga. Berbagai upaya telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak terkait termasuk BKKBN.Salah satu upaya yang dilakukan oleh BKKBN adalah melalui kegiatan sosialisasi tentang KB.Sosialisasi ini juga meningkatkan partisipasi pria dalam program KB untuk dapat mengayomi isterinya, terutama pada masa kehamilan danpersalinan, agar kehamilan dan persalinannya dapat dilalui dengan aman dan sehat.
&
'
()##)*
&
Keadaan ini juga disadari oleh para medis terutama yang berkaitan dengan bagian KB di RSUD Haulussy Ambon.
3.2.1 Pandangan para medis Kesadaran membentuk Keluarga Kecil yang berkualitas ini muncul melalui program Keluarga Berencana yang coba ditawarkan oleh pemerintah bagi masyarakat. Program KB merupakan upaya untuk peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.6 Hal ini menurut wawancara dengan Dr YM adalah faktor ketidaksadaran yang dimiliki oleh masyarakat Maluku sehingga tingkat kepadatan penduduk masyarakat di Ambon sangat meningkat. Di samping itu juga ada pengaruh lain, misalnya aspek pergaulan bebas, psikologi anak dan ibu pasca konflik, dan beberapa hal lain. Untuk itu perlu adanya kesadaran akan penggunaan alat kontrasepsi. Secara umum kontrasepsi yang sering digunakan di Indonesia itu terbagi atas 2 bentuk; “Kedua bentuk kontrasepsi ini adalah cara yang digunakan untuk mencegah kehamilan. Kontarsepsi Hormonal adalah kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen dan hormon progesterogen yang diberikan kepada peserta KB untuk mencegah kehamilan (suntikan, Pil, Implant). Sementara Kontrasepsi Non hormonal adalah bentuk kontrasepsi yang dilakukan tanpa menggunakan kedua hormon itu
+
% ,
-
. -
(/ %0 #
1, 2
tetapi memakai alat untuk mencegah kehamilan (Kondom, IUD, Vaksektomi, Tubektomi, MAL).”7 Menurut bidan AT, Vasektomi: sterilisasi untuk laki-laki ternyata tidak ada yangmelakukannya. “Vasektomi adalah operasi sederhana untuk memotong saluran pembawa sperma dari kantongnya (zakar) ke penis, dan tidak lama untuk melakukannya. Sementara Tubektomi operasi yang dilakukan untuk perempuan dan caranya itu, mengikat dan memotong saluran telur, sehingga mengahambat pertemuan antara sperma dan sel telur.”8 Hal yang sama juga di sampaikan oleh bidan LT: “Vasektomi itu merupakan operasi yang dilakukan untuk laki-laki.Ia tidak memakanwaktu yang lama dan bukan merupakan sebuah operasi yang besar, dan karena itu hanya memakan waktu beberapa menit saja Vasektomi itu merupakan pemotongan saluran pembawa sperma dari kantong penis. Sementara Tubektomi pengikatan atau pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada wanita untuk mencegah transport ovum dari ovarium melalui tuba ke arah uterus. Caranya dibuat dua irisan kecil saja dibagian bawah perut perempuan, lalu saluran telurnya diikat atau dipotong tujuannya supaya sel telur tidak menuju ke rahim.”9
Sterilisasi KB merupakan cara yang digunakan untuk mengurangi kapasitas penduduk, selain itu digunakan juga untuk perempuan yang tidak cocok dengan semua metode KB yang lain.10 Pandangan yang sama juga disampaikan oleh bidan MN bahwa ; “Sterilisasi KB merupakan cara terbaik yang seringkali digunakan oleh keluarga-keluarga yang telah memiliki banyak anak. Ada tiga hal penting tentang sterilisasi KB yang berkaitan dengan kapasitas penduduk, yakni: 3 4
.2 % 0 '! 0 % ) # %
% +
! 5
menurunkan angka kematian dalam proses melahirkan, merupakan cara KB yang paten, tidak memerlukan biaya banyak (sekali dilakukan untuk selamanya).”11
3.2.2 Pandangan pengguna Pelaksanaan program KB di dalam masyarakat bukan hanya menyangkut kinerja yang hendak menjawab program pemerintah.Akan tetapi hal ini berkaitan erat dengan persepsi dan pemahaman masyarakat, khususnya pasangan suami-istri mengenai pentingnya KB. Selama ini program KB hanya menjadi sebuah wacana yang selalu disampaikan, namun dalam proses aplikasinya sangat sulit untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu wacana yang ditampilkan perlu selalu disampaikan kepada masyarakat melalui cara-cara penyuluhan, maupun melalui hasil kerjasama dengan institusi-institusi sosial di dalam masyarakat, seperti gereja, pendidikan, bahkan berbagai aspek yang dapat dipandang sebagai sarana evaluasi pembentukan karakter kehidupan masyarakat.12 Sterilisasi KB merupakan sarana yang baik dan dapat digunakan untuk mengantisipasi kepadatan penduduk (masyarakat/keluarga), sekaligus mengurangi tingkat kematian (bayi/ibu). Menurut Ibu PW : “Operasi yang saya lakukan adalah sterilisasi KB bagi perempuan yaitu Tubektomi.Hal ini sudah saya lakukan beberapa bulan yang lalu, yakni 23 Agustus 2011.Saat itu operasinya berlangsung kurang lebih 30 menit.Hal ini dilakukan oleh saya dengan berbagai pertimbangan yang telah
) "
!
2* %
& 6 $
777 8
$ "
&
dipikirkan.Operasinya berjalan baik dan saat itu yang saya tahu hasilnya adalah Pemotongan saluran sel telur agar tidak terjadi pembuahan.”13 Sementara menurut Ibu YM : “Operasi ini telah saya lakukan sejak tahun 1999 operasinya berlangsung tidak terlalu lama yakni 30 menit.Sebelum operasi ini dilakukan telah ada pembicaraan dengan dokter dan disampaikan dalam operasi ini bahwa akan dilakukan pemotongan sel telur agar tidak menuju ke rahim.”14 3.2.3 Pandangan Tokoh Agama Menurut pendeta AG : “Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal dan bertakwa kepada Tuhan. Sterilisasi KB sendiri dilakukan untuk kesejahteraan keluarga.Dalam hal ini sterilisasidibenarkan secara Kristiani, karena dapat mencegah terjadinya halhal yang tidak diinginkan, misalnya aborsi dan lain-lain.”15 Secara tingkat kesehatan KB dinilai sangat penting bagi ibu, sebab dengan KB perempuan dapat memiliki tempat di dalam masyarakat dan beraktivitas (tidak sekedar menjaga anak). Selain itu dengan KB dapat meningkatkan tingkat kehidupan anak dan ibu yang selama ini sangat tinggi tingkat kematiannya di indonesia. Dari hasil wawancara dengan para medis,para pengguna sterilisasi dan pendeta, KB dinilai sangat penting bagi sebuah keluarga. Verkuyl dalam bukunya Etika Seksuil antara lain mengatakan, bahwa keluarga adalah suatu bentuk kehidupan persekutuan. 16 Di mana keluarga sendiri adalah bagianterkecil dari masyarakat.Akan tetapi keluarga itu hidup ditengah-tengah persekutuan yang 1 / 1 .2
4
& +
/ '5:
-"
'
% "
9 '! ()
% /
! #
+
&3
luas.Kehidupan yang harmonis merupakan dambaan setiap keluarga.Begitupun dengan keluarga Kristen.Keluarga Kristen yang harmonis akan memberikan kedamaian dan kebahagiaan, baik didalam keluarga itu sendiri, maupun orang yang ada di sekeliling keluarga tersebut. Keharmonisan dalam keluarga akan tercipta ketika setiap anggota keluarga yang menjadi bagian didalamnya dapat berperan dengan baik sesuai dengan perannya masing-masing. Seorang ayah dapat menjadi ayah yang baik dengan cara menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Seorang ibu yang baik dapat menjalankan perannya sebagai ibu yang penuh kasih sayang dan bijaksana, begitu pula halnya dengan seorang anak.Anak adalah anugerah Tuhanyang terindah yang diberikan Tuhan sebagai pelengkap kebahagiaan dalam rumah tangga. Namun banyak pasangan di masyarakat saat ini khususnya di Ambon, telah memilih untuk membatasi jumlah anak, karena berbagai alasan dengan mengikuti program Sterilisasi KB.Malthus sebagaimana dikutip oleh Verkuyl dalam buku Etika Seksuil mengatakan, bahwa haruslah diadakan sistem dua anak.17 Pandangan NeoMalthusianisme
ini
berpokok
pada
pembatasan
pertumbuhan
penduduk
dengancara pembatasan kelahiran. Konsep ini bisa diterima, melihat fakta yang ada selama ini bahwa jumlah penduduk yang besar justru menimbulkan berbagai masalah, seperti kelangkaan sumber daya alam, kerusakan ekologi, kekurangan pangan, bahkan banyaknya pengangguran yang berdampak pada kriminalitas, kemiskinan, kesehatan, menurunnya kualitas sumber daya manusia bahkan pergaulan bebas yang banyak terjadi sekarang. Oleh karena itu, menurut Dr YM
3
1
4
3
dengan membatasi jumlah kelahiran penduduk, dapat menjadi solusi yang kongkrit pada saat ini.18 Ibu PW mengatakan bahwa ia melakukan sterilisasi KB dengan berbagai pertimbangan yang telah ia pikirkan. Hal itu dikarenakan ia sendiri memikirkan bagaimana kehidupan dankesejahteraan 5 orang anaknya ke depan.19 Hal serupa juga disampaikan oleh ibu YM, dimana ia sendiripun memikirkan kesejahteraan keluarganya.20 Sterilisasi KB menurut Pendeta AG dibenarkan secara Kristiani karena dapat mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya aborsi dan lainlain.21Aborsi terjadi karena ketidaksiapan perempuan untuk memiliki anak, dalam hal ini lewat hubungan intim diluar nikah.Bahkan aborsi sendiri juga bisa terjadi karena adanya perencanaan dari pasangan suami isteri yang belum mau untuk memiliki anak karena ketidaksiapanmereka, entahitu karena faktor ekonomi, maupun kesibukan pekerjaan mereka sendiri.Menurutnya keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, memiliki anak yang ideal dan bertakwa kepada Tuhan.Keluarga sejahtera diarahkan kepada terwujudnya kehidupan keluarga sebagai wahana dari nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan membina ketahanan keluarga. Karena itu untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, pasangan suami isteri dianjurkan untuk mengikuti program sterilisasi KB, dimana program ini untuk mencegah dan membatasi kelahiran.Program ini merupakan suatu hal yang 4
1 1 /
.2 % % / % " .2 9 '!
!
%
!
4
positif, asalkan sarana yang digunakan tidak merugikan peserta bahkan keturunannya.
3.3 Berbagai Pandangan tentang pelaksanaan KB GBHN
1988
mengamanatkan
agar
kebijaksanaan
kependudukan
diarahkan pada pengembangan kualitas penduduk sebagai sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan mutu kehidupan masyarakat yang semakin meningkat. Upaya penurunan tingkat kelahiran dan kematian serta peningkatan taraf hidup terus dilaksanakan di samping usaha penyebaran penduduk. Jika keluarga berkualitas, maka masyarakat pun akan berkualitas, kalau masyarakat berkualitas maka negara pun akan berkualitas.
3.3.1 Pandangan para medis Menurut Dr YM : “Sterilisasi KB merupakan sebuah gambaran penting pada masa kini, hal ini disebabkan fakta aborsi ada pada tahapan 2/3 dari 100 % kehamilan perempuan. Hal ini disebabkan antara lain kehamilan itu tidak diinginkan (KTD). Dari 2/3 % itu ada sebagian yang melakukan aborsi secara tidak aman yang akhirnya berujung pada kematian. Ada beberapa alasan sampai aborsi itu dilakukan karena beberapa faktor yaitu ekonomi, kesiapan ( umur, status, dan lain-lain), dan adanya hubungan luar.”22 Sterilisasi KB bukan lalu menjadi legitimasi dapat melakukan hubungan intim di luar nikah tetapi lebih dilihat pada keamanan perempuan agar tidak melakukan tindakan yang keliru seperti aborsi dan lain sebagainya. Menurut Dr YM, ada juga kerugian atau dampak dari sterilisasi KB yaitu :
.2 %
%
!
“Bila situasi berubah dan ingin punya anak lagi peluangnya sangat kecil sekali oleh karena itu pertimbangkanlah baik-baik bila akan menjalani operasi, dan jangan memutuskan ketika sedang kalut atau krisis misalnya setelah keguguran atau melahirkan.”23 Menurut bidan NN, sterilisasi KB memiliki fungsi yaitu : “Sebagai program yang permanen dan aman, merupakan sarana untuk dapat mengatur kapasitas anak didalam keluarga, tidak menyulitkan sebab sekali dipakai untuk seterusnya. Dampak yang sering kali muncul adalah : Jika perempuan muda yang melakukan hal ini, kelak ia akan kesulitan untuk kembali dapat memiliki anak, untuk itu perlu adanya komunikasi yang jelas didalam keluarga. Setelah melahirkan dan mengambil keputusan untuk mencengah kehamilan, hal ini sulit untuk langsung dilakukan, karena dinilai kurang baik.”24 Menurut bidan KR, sterilisasi memiliki beberapa fungsi yaitu : “Untuk menjarangkan jarak anak, untuk mengatur jumlah anak yang diinginkan, dan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dampaknya secara kesehatan: harus dipertimbangkan secara matang sebab sekalipun saluran telur yang tadinya diputuskan dapat disambung kembali akan tetapi tingkat keberhasilan untuk hamil lagi sangatlah kecil.”25 Dari pendapat para medis tersebut maka dapat disimpulkan bahwa para pengguna KB melakukan sterilisasi karena anjuran pemerintah.Meskipun demikian, menurut Dr YM untuk KB juga ada kerugiannya.Untuk itu harus berhati-hati dalam mengambil keputusan sebelum melakukan sterilisasi.
3.3.2 Pandangan pengguna Menurut ibu PW yang merupakan seorang ibu rumah tangga dengan 5 orang anak : “Saya melakukan sterilisasi KB karena saya kesulitan dalam biaya pemenuhan kebutuhan hidup, selain itu suami saya hanya bekerja sebagai
&
.2 % ** % # %
%
!
&
seorang tukang ojek. Hal ini secara ekonomi membuat saya merasa sangat kesulitan, bagaimana pendidikan anak itu? bagaimana pemenuhan kesehatannya? dan bagaimana memenuhi kebutuhan pribadi ia kelak. Inilah dasar yang membuat sehingga saya melakukan sterilisasi KB.”26 Hal yang serupa juga disampaikan oleh ibu DG yang memiliki 7 orang anak: “Saya berfikir bahwa banyak anak, banyak keuntungan kelak. Sama seperti orang tua saya dahulu yang memiliki banyak anak. Akan tetapi dari konsep seperti itu, membuat sampai anak-anak saya tumbuh dalam situasi yang sulit, sebab dari segi ekonomi saya dan suami tidak mampu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan hidup yang layak bagi anak-anak kami. Untuk itu saya memilih untuk melakukan tindakan tersebut.”27 Sementara menurut Ibu KS yang adalah seorang pegawai negeri mengungkapkan bahwa : “Saya mesti melakukan sterilisasi KB karena saya dan suami sulit untuk membagi waktu, hal itu dikarenakan kami memiliki aktivitas yang padat.”28 Dari hasil wawancara, ketiga responden ini hendak menekankan bahwa Sterilisasi KB menjadi sesuatu yang penting karena 4 faktor antara lain : faktor ekonomi keluarga, kapasitas anggota keluarga, hak layak kehidupan anak, dan aktivitas yang padat.
3.3.3 Pandangan Tokoh Agama Menurut Pendeta AG tentang penggunaan KB, keluarga pada umumnya berfikir positif: “Secara iman Kristen, masyarakat banyak yang terkurung dalam konsep tradional yang berpegang pada Kej 1 : 28 a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka : “ Beranakcuculah dan bertambah banyak; Pandangan ini menjurus bahwa Anak adalah Sumber Kesejahtraan Keluarga. Karena itulah dengan memiliki + 3 4
1 / % " 1 9 # ! 1 #% ' !
% %
! !
&
banyak anak, maka telah ada kesejahtraan bagi keluarga tersebut kelak. Namun hal ini terbantahkan secara etik Kekeristen yang memandang pada kesiapan orang tua untuk memberikan hak layak hidup bagi sang anak (Pendidikannya, Kesehatannya, Ekonominya, dan Pribadi sang anak). Hal inilah yang perlu diperhatikan, sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera jika keluarga itu mampu memberikan penghidupan yang layak bagi anggota keluarganya.”29 Dari sudut pandang agama, terutama yang dikatakan oleh Pendeta AG, dapat disampaikan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dan selalu berhubungan satu dengan lainnya. Karena kebutuhan akan hal itu, maka manusia dituntut untuk selalu berkembang baik dalam perilaku, norma-norma maupun dalam hal jumlah. Manusia berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan untuk saling mengasihi, peduli, memperhatikan, berkembang biak, dan menambah jumlah. Dalam upaya berkembang biak ini, laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan yang dikemas dalam suatu ikatan yaitu Perkawinan. Perkawinan bukan merupakan suatuikatan yang sembarangan atau formalitas saja, melainkan perkawinan juga merupakan suatu ikatan yang berlaku seumur hidup.Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Horton dan Hurt dalam buku Bimbingan Konseling Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak hanya terdiri dari suami, isteri dan anak-anak, melainkan termasuk juga orang-orang yang ada hubungan darah dengan mereka, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, kemenakan dan sebagainya. 30 Hal ini bagi pihak medis merupakan penggambaran keluarga yang sejahtera. Menurut Dr. YM pengaruh
30
/ 9 '! % ! Kristiana Tjandrarini, Bimbingan Konseling Keluarga (Salatiga: Widya Sari Press, 2004), 7
&
ketidaksadaran akan KB membuat sampai munculnya pengabaian terhadap peran perempuan dari situasi yang sebenarnya. 31 Perempuan dengan perannya tidak hanya menjadi pengasuh anak-anak tetapi juga berperan sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga (kerja). Ketika perempuan hanya dibatasi perannya sebagai pengasuh anak maka akan ada diskriminasi dari pihak laki-laki sebagai pihak pencari nafkah. Situasi ini menurut feminis radikal yang kemudian membentuk sistem patriakhi dalam keluarga dimana laki-laki dianggap lebih tinggi derajatnya dibandingkan perempuan.Patriakhi juga merupakan sebuah sistem yang diatur oleh laki-laki yang kekuasaannya dijalankan melalui keluarga, politik dan negara sementara perempuan diabaikan dalam konteks tersebut.32Menurut ibu KS inilah alasan mengapa sampai ia melakukan sterilisasi KB, sebab ia takut kehilangan perannya dalam keluarga. Bagi ia perempuan punya posisi yang sama dengan laki-laki. 33 Dalam segi pemenuhan kebutuhan hidup, peran serta perempuan seringkali dibatasi dengan pola pikir yang sempit dengan banyak anak banyak rejeki.Hal ini yang menurut ibu DG merupakan sarana diskriminasi bagi kaum perempuan dengan 7 anak yang dimiliki, maka peran sertanya dalam pemenuhan kebutuhan hidup terabaikan. 34 Konsep kerja yang ditawarkan kepadanya adalah manjadi pengasuh anak-anak. Menurut feminis radikal-libertarian Gayle Rubin, sistem seks atau jender adalah suatu rangkaian pengaturan yang digunakan oleh masyarakat untuk
.2 %
%
!
% %
! !
! #% ' ! 9 # !
&
mentraformasi seksualitas biologis menjadi produk kegiatan manusia.35Gambaran ini membentuk pembagian antara maskulin dan feminim dimana peran laki-laki lebih sentral ketimbang peran perempuan. Sifat maskulin dan feminin ini pada akhirnya akan melahirkan suatu pola pemilahan kerja domestik dan publik. Hal ini merugikan laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki diharuskan melindungi dan memberikan keperluan rumah tangganya, padahal laki-laki belum tentu bisa melakukan hal itu sepenuhnya. Disisi lain sifat feminin seringkali dianggap lebih lemah dan membutuhkan perlindungan dari yang dianggap lebih kuat yaitu sifat maskulin. Melalui hal inilah kemudian muncul dominasi sifat maskulin (laki-laki) terhadap yang feminin (perempuan).Mengenai perbedaan seperti ini menurut bidan KR, perbedaan yang muncul akibat warisan biologis dalam keluarga dimana perempuan dalam ranah pekerjaantidak memiliki tempat yang sebanding dengan laki-laki sebab peran perempuan dibatasi oleh banyak anak dalam keluarga.36Hal ini yang menurut Sumiyatiningsih dalam bukunya Ringkasan disertasi Kepemimpinan Pendidikan dalam Perspektif Jender, merupakan teori nature dimana secara kodrat wanita menjadi lemah dan tergantung kepada laki-laki dalam banyak hal untuk hidupnya. Situasi perempuan yang sulit untuk keluar dari posisi ketergantungan dialami oleh ibu PW yang menyatakan bahwa ia tidak punya pilihan untuk keluar dari situasi tersebut dengan 5 orang anak yang dimiliki olehnya dan peran yang ia miliki juga terbatasi. Situasi ini membuat sampai suaminya menjadi satu-satunya
& +
!
/
! 0
" #
#
)
%
&
(' "
3
harapan dalam pemenuhan kebutuhan hidup.37Gambaran ini dalam teori Konflik Analitik merupakan bentuk penindasanstruktur sosial, ekonomi, serta peran serta perempuan dalam kerja. Untuk menghilangkan keterpurukan yang dialami oleh perempuan, menurut pendeta AG mesti dimulai dengan penumbuhan kesadaran bahwa keturunan bukanlah alat perubahan sosial ataupun anak bukanlah satu-satunya sumber rejeki bagi kehidupan keluarga. Karena itulah sangat dibutuhkan pemahaman yang baik akan keluarga yang hendak dibangun. Keluarga yang bukan bertumpu pada anak sebagai sarana perubahan sosial, tetapi keluarga yang mensejahterakan kehidupan anggota-anggota keluarganya. 38 Oleh karena itu melalui program Sterilisasi KB yang dijalankan maka HAK hidup yang layak untuk kehidupan perempuan dan anak lebih terjamin. Dari gambaran ini maka kesadaran akan KB melalui Sterilisasi KB dapat membuat perempuan tidak hanya diberikan tugas sebagai alat pewaris keturunan tetapi kedudukan perempuan dapat dipersiapkan mulai dari tingkat pendidikan, ekonomi, kesehatan, bahkan mendapatkan pekerjaan sebagai bentuk kedudukan didalam masyarakat. Fungsi dan dasar keluarga akan berjalan dengan baik ketika adanya kesadaran akan peran serta perempuan dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Dengan demikian maka keluarga sejahtera dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik ketika keluarga memaknai sterilisasi KB sebagai sarana pemenuhan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam lingkup keluarga.
3 4
/ /
% " 9 '!
%
!
&&
3.4Cara KB dipilih karena merupakan cara yang paling aman untuk tidak mempunyai anak Cara KB yang dipilih menjadi satu penggambaran yang penting dalam proses evaluasi terhadap keberhasilan tingkat kepadatan dan keberhasilan Program Keluarga Sejahtera yang hendak dicapai. Hal ini dapat diperhatikan melalui hasil wawancara yang dilakukan: 3.4.1 Pandangan Pengguna Menurut Ibu PW, sterilisasi KB dilakukan karena ada banyak fungsinya yaitu : “Alat kontrasepsi yang permanen dan sangat aman, tidak mahal dan hanya dilakukan sekali, tidak perlu sesuatu yang sulit untuk menjaga.”39 Menurut Ibu DG sterilisasi KB dilakukan karena : “Kapasitas anggota keluarga saya sudah terlalu banyak (anak), dan karena itu sterilisasi KB dinilai sebagai sesuatu yang aman, sekaligus permanen sebab hanya dilakukan sekali. Secara ekonomi sterilisasi KB dinilai dapat dijangkau dan tidak terlalu memberatkan sebab sterilisasi di lakukan hanya sekali, berbeda dengan alat kontrasepsi yang lain yang mesti di gunakan berulang kali, ataupun sesuai bulan dan saya memang tidak lagi ingin memiliki anak.”40 Menurut Ibu YM sterilisasi KB dilakukan karena : “Saya tidak lagi takut akan kehamilan sebab sangat aman, kesibukan membuat sterilisasi KB merupakan solusi terbaik dan juga jangka panjang, dan tidak merepotkan harus konsultasi selalu dengan pihak rumah sakit, untuk alat kontrasepsi yang digunakan.”41
1 PW, Selasa 23 Agustus 2011 1 9 # ! % ! 1 .2
&+
3.4.2 Pandangan Tokoh Agama Menurut Pendeta AG : “Bertumbuh dari Kejadian 1:28a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak. Pandangan seperti ini yang seringkali dipakai dalam masyarakat bahwa “banyak anak, banyak rejeki”. Pandangan seperti ini membuat keluargakeluarga yang ideal dan sejahtera sangat sulit untuk di tampilkan. Terkait dengan persoalan ini maka penyuluhan terhadap pandangan yang melekat didalam masyarakat tidak perlu membentuk sebuah keluarga yang besar jika tidak memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Bagaimana mungkin sebuah keluarga akan sejahtera lahir dan batin, jika banyak anak, sementara pendapatan-pendapatan yang dihasilkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kebutuhan keluarga bukan hanya pangan saja, tetapi juga sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, bahkan pendidikan masa depan. Karena itulah seruan keluarga yang sejahtera harus dimulai dari kesadaran untuk membentuk keluarga kecil yang ideal, namun berkualitas.”42 Data yang diperoleh diatas melalui teknik wawancara dapat di katakan bahwa sterilisasi KB adalah programresmi dari pemerintah, yang dari segi ekonomi dapat dijangkau oleh keluarga yang kurang mampu sekalipun. Dari segi agama, Pendeta AG mengatakan bahwa bertumbuh dari Kejadian 1:28a yang menyatakan bahwa Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak. Ini merupakan amanat dari Tuhan kepada manusia, dimana laki-laki dan perempuan diciptakan untuk membentuk suatu keluarga.Maksud Allah dalam ciptaan yang dinyatakan ini menunjukkan bahwa bagi-Nya keluarga yang saleh dan mengasuh anak-anak merupakan prioritas utama di dunia ini. Orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memenuhi kebutuhan hidup anak-anaknya, entah itu itu ekonomi, pendidikan, kesehatan, bahkan masa depan mereka. Karena itu, perlu adanya kesadaran untuk membentuk suatu keluarga yang sejahtera(keluarga kecil /
9 '!
%
!
&3
yang ideal),namun berkualitas. Oleh karena itu, sterilisasi KB merupakan salah satu program yang sangat penting di dalam masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia, serta menciptakan penduduk yang berkualitas dan sumber daya manusia yang bermutu. Dari apa yang ditulis di atas, dapat disimpulkan bahwa sterilisasi merupakan program pilihan keluarga berencana. Sterilisasi KB adalah suatu metode yang paling efektif dalam KB. Sterilisasi juga mempunyai fungsi untuk mengatur jumlah anak dan menurunkan angka kematian ibu dan anak. Dari segi keKristenan, sterilisasi KB dapat dibenarkan dan dilakukan oleh umat karena salah satu tujuannya adalah untuk kesejahteraan umat sendiri. Dari sisi etika (Kristen), sterilisasi juga diterima karena adanya kekhawatiran terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan misalnya aborsi dan lain-lain. Sterilisasi menjadi suatu sarana atau alat yang juga berperan penting untuk membentuk suatu persamaan hak yang menciptakan keadilan. Alasannya karena
seharusnya tidak hanya perempuan
yang terus melakukan sterilisasi namun seharusnya baik suami maupun istri harus terlibat bersama-sama dan ini adalah bentuk kesetaraan. Sterilisasi dilakukan oleh laki-laki dan perempuan untuk menekan angka kelahiran. Oleh sebab itu dengan melakukan sterilisasi sudah tentu menimbulkan suatu kesamaan hak dan kewajiban dalam hal tidak memiliki keturunan lagi guna menekan angka kelahiran dan kepadatan penduduk yang tujuannya adalah untuk kesejahteraan keluarga dan bangsa dalam pengertian yang lebih luas.
&4