Bab 3 Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis akan menganalisis penyebab utama kenakalan remaja yang dilakukan oleh dua tokoh dalam drama Hanmaa Sesshon. Tokoh pertama yang dibahas adalah tokoh Yusei Shiba dan Tokoh kedua adalah tokoh Erika Sakiyama.
3.1 Analisis Penyebab Kenakalan yang Dilakukan tokoh Yusei Shiba Karena Rasa Kecewa Kepada Ayahnya Dalam subbab ini, penulis akan menganalisis rasa kecewa Yusei Shiba kepada ayahnya yang menyebabkan Yusei melakukan kenakalan.
Data 1 Episode 1, menit 33:00 – 35:20 Situasi: Yusei yang sedang berjalan untuk bertemu dengan teman-temannya, melihat ayahnya yang sedang bekerja di sebuah toko elektronik. Ia melihat ayahnya yang sedang membagikan flyer kepada orang – orang yang lewat di depan toko tersebut. Ayah Yusei kaget ketika melihat Yusei ada di seberang jalan dan sedang melihat ia bekerja. Karena kaget ia pun berhenti membagikan flyer, atasannya yang melihat hal tersebut menjadi marah dan membentaknya. Lalu ayah Yusei disuruh bekerja di dalam. Tetapi karena ia baru bekerja, ia masih belum mengerti perbedaan dari setiap produk yang dijual toko tersebut. Sehingga ketika ada seorang pembeli yang bertanya tentang perbedaan produk, ia tidak bisa menjawab. Teman sekerjanya yang melihat hal tersebut menjadi memarahinya, padahal orang tersebut berusia lebih
21
muda daripada ayah Yusei. Yusei yang melihat hal tersebut merasa sangat kesal dan kecewa dengan ayahnya. Gambar 3.1 Yusei Yang Tidak Sengaja Melihat Ayahnya Bekerja
Sumber: Hanmaa Sesshon (2010) Analisis: Dari gambar 3.1 dapat dilihat Yusei merasa kecewa dengan pekerjaan ayahnya. Ia mungkin merasa bahwa ayahnya masih bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak tetapi ia merasa kecewa dengan ayahnya yang bekerja sebagai seorang pegawai di toko elektronik dan terkadang harus dimarahi oleh pegawai lain karena kesalahannya dalam bekerja. Menurut Zeelenberg (2000: 537) kekecewaan adalah sebuah emosi yang biasanya dialami untuk merespon masalah negatif yang tidak sengaja terjadi dan biasanya disebabkan oleh keadaan yang tidak terkontrol atau oleh orang lain. Dari situasi di atas terlihat penyebab rasa kecewa dalam diri Yusei terjadi karena ayahnya. Daldiyono (2009: 211) pun mengemukakan bahwa suatu rasa kecewa yang berlarut-larut menimbulkan marah sampai dendam kemudian berontak akan menimbulkan konflik atau benturan. Jadilah yang disebut juvenile delinquents. Suatu nama yang indah tetapi maknanya adalah kenakalan remaja, yang bila sudah menyinggung hukum maka timbullah kejahatan remaja. Hal ini pun terjadi pada Yusei, di mana ia melakukan kenakalan di lingkungannya untuk melampiaskan
22
amarahnya. Kenakalan yang ia lakukan antara lain merusak rumah gelandangan, merusak motor dari sekelompok geng motor, mengancam temannya dengan barang berbahaya, dan menganiaya orang. Menurut Ogino (2005: 25-27) kenakalan Yusei ini termasuk dalam kategori kriminalitas dan bisa mendapatkan hukuman pidana atas perbuatannya. Selain itu, adanya masalah yang terjadi antara orang tua dan remaja termasuk dalam penyebab seorang remaja akan melakukan kenakalan remaja (Yoder. 2004: 3). Dalam situasi ini adanya rasa kecewa yang menjadi penyebab dari kenakalan tersebut terjadi. Hal ini diperkuat dari situasi dan dialog dibawah ini: Data 2 Episode 1, menit 36:18 – 37:40 Situasi: Yusei yang baru saja pulang kerumah, disambut oleh ayahnya yang sedang membuat kliping untuk pekerjaannya. Ayahnya meminta maaf karena Yusei melihat pekerjaan yang dilakukan ayahnya. Lalu ibunya datang dan menanyakan mengapa ia tidak datang ke tempat kursus. Ayahnya yang takut kalau Yusei memikirkan tentang uang mengatakan bahwa ia akan lebih giat mencari uang. Yusei menjadi kesal dan memarahi ayahnya yang mau saja dimarahi oleh orang yang lebih muda darinya dan merobek-robek hasil pekerjaan ayahnya. Gambar 3.2 Yusei yang kesal dengan ayahnya
23
Sumber: Hanmaa Sesshon! (2010) Dialog: 弘之 :
奈津子
祐生 : 弘之 :
祐生 :
奈津子 祐生 :
おかえり 今日は ちょっとカッコ悪いとこ 見せちゃったな この年になると めっきり記憶力が落ちる 私は 得意だったんだけどな : 祐生! 今日 塾の先生から電話があったわよ 最近 来ないけど どうしてるんですか? って ちゃんと勉強しなきゃ いい大学 入れないでしょ? 大学なんて 何言って… お前 まさか 金の心配してんのか? そんなこと 心配しなくていい 父さんが ちゃんと… ちゃんと 何? 何が 「ちゃんと」だよ 息子みてえなやつに なめられて 頭ヘコヘコ下げてさ 今日だけじゃねえだろ 俺 あそこ通るたびに見てんだよ そんなんで いつもヘラヘラしてさ 恥ずかしくねえの? : 祐生! 母さんは黙ってろ! お前には プライドってもんが ねえのかよ?
Terjemahan: Hiroyuki : Selamat datang Saya menunjukkan hal yang tidak keren untuk kamu hari ini, bukan? Kemampuan ingatan saya telah menurun pada usia ini. Sebelumnya saya baik dalam mengingat sesuatu hal. Natsuko : Yusei! Guru mu di tempat kursus hari ini menelepon, Dan bertanya apa yang kamu lakukan karena kamu tidak datang? Kalau kamu tidak belajar dengan giat, kamu tidak akan masuk ke perguruan tinggi yang bagus. Yusei : perguruan tinggi Hiroyuki : Apakah kamu khawatir tentang uang?
24
Kamu tidak perlu khawatir tentang masalah tersebut. Ayah akan melakukan… Yusei : Melakukan apa? Apa maksudnya [akan melakukan] Kamu membungkuk ke orang muda yang usianya sama seperti aku. Ini bukan hanya hari ini. Setiap aku lewat aku melihatnya. Apakah kamu tidak merasa malu? Apakah kamu tidak merasa dihina? Natsuko : Yusei! Yusei : Jangan berkata apa-apa, bu! Apakah kamu tidak punya harga diri? Dari dialog pertama ketika ayahnya meminta maaf karena Yusei melihat ia bekerja dengan tidak benar sudah memperlihatkan bagaimana seorang orang tua yang malu kepada anaknya. Tetapi sebaliknya, Yusei malah memarahi ayahnya dan melakukan tindakan kasar kepada ayahnya dengan merusak hasil kerja ayahnya. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Yoder (2003: 36) bahwa hubungan orang tua yang baik dengan anaknya akan mencegah si anak melakukan kejahatan. Tetapi dalam hal ini terlihat bahwa hubungan keluarga yang terjadi antara Yusei dan orang tua nya terlihat tidak harmonis. Hal ini terlihat dari ucapan Yusei kepada ayahnya: 「ちゃんと 何?何が 「ちゃんと」だよ。息子みてえなやつに な められて、頭ヘコヘコ下げてさ。今日だけじゃねえだろ、俺 あそこ 通るたびに見てんだよ。そんなんで いつもヘラヘラしてさ、恥ずか しくねえの?」 ”Melakukan apa? Apa maksudnya [akan melakukan]. Kamu membungkuk ke orang muda yang usianya sama seperti aku. Ini bukan hanya hari ini. Setiap aku lewat aku melihatnya. Apakah kamu tidak merasa malu? Apakah kamu tidak merasa dihina?” Yusei merasa sangat kesal dengan ayahnya sehingga ia pun memarahi ayahnya. Dari dialog tersebut terlihat dimana Yusei tidak menerima kenyataan tentang pekerjaan orang tuanya sehingga ia pun menjadi mudah marah. Hal ini pun memperlihatkan tentang perasaan kecewa yang dimiliki oleh seorang anak kepada orang tuanya. Seperti yang dikemukakan oleh Zeelenberg (2000: 523) bahwa kekecewaan berhubungan dengan sesuatu yang tidak diperkirakan, berhubungan dengan perasaan, kontrol dari seseorang dan kekuasaan. Perasaan kecewa yang Yusei 25
miliki merupakan sesuatu hal yang berasal dari sesuatu yang tidak diperkirakan. Ia tidak memperkirakan bahwa ayahnya akan bekerja seperti itu dan juga mau untuk diperlakukan seperti itu. Rasa kecewa yang dimiliki oleh Yusei pun menurut Van Dijk (2002: 800) termasuk dalam kategori person-related dissapointment (PRD). PRD merupakan perasaan yang dialami dalam situasi ketika salah satu penyebab dari situasi yang tidak diinginkan berasal dari orang lain. Orang yang mengalami perasaan ini akan menjaga jarak dan merasa ditinggalkan. Mereka menolak orang lain dan berpikir bahwa orang ini melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lakukan. Selain itu, mereka memiliki kecenderungan untuk menjauhi situasi dan juga mengabaikan situasi dan lebih memilih untuk menghindari orang lain. Orang yang mengalami PRD akan memiliki keinginan untuk menjauh dari orang yang ia tidak sukai. Dalam situasi ini Yusei yang tidak menyukai ayahnya akan selalu berusaha untuk menghindari ayahnya. Hal ini dapat dilihat dari situasi di bawah ini: Data 3 Episode 1, menit 43:00 – 43:55 Situasi: Yusei yang sedang asik menonton TV, didatangi oleh ibunya untuk membicarakan sesuatu. Ibunya ingin agar Yusei meminta maaf kepada ayahnya atas ucapan dan perbuatan Yusei merusak pekerjaan ayahnya. Yusei yang tidak ingin membicarakan masalah tersebut, meminta ibunya untuk berhenti berbicara. Pada saat yang bertepatan, ayahnya pulang. Yusei yang melihat ayahnya pulang, malah meninggalkan ruangan. Ayahnya dan ibunya yang melihat hal tersebut, tidak bisa berkata apa-apa lagi.
26
Gambar 3.3 Yusei Yang Meninggalkan Ruangan Ketika Ayahnya Pulang
Sumber: Hanmaa Sesshon (2010)
Dapat dilihat dari situasi di atas, Yusei yang menghindari ayahnya merupakan suatu tanda yang menunjukkan bahwa dia termasuk yang mempunyai perasaan kecewa dalam kategori PRD. Menghindari atau bahkan menolak untuk berbicara atau bertemu dengan orang lain yang sudah membuat penderita PRD mengalami kecewaan merupakan cara yang mereka lakukan untuk menghindari masalah. Orang yang menderita PRD lebih banyak melibatkan perasaan kemarahannya untuk rasa kecewanya (Van Dijk, 2002: 792). Dalam hal ini, Yusei yang merasa marah dengan ayahnya sehingga ia memiliki perasaan kecewa yang sampai pada tahap ia menghindari ayahnya dan bahkan tidak mau berbicara dengan ayahnya. Kemudian diperkuat juga oleh pendapat Zeelenberg (2002: 524) bahwa yang termasuk dalam pengalaman dari kekecewaan adalah perasaan tidak berdaya, merasa dan memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan apa-apa dan menjauh dari situasi yang ada. Yusei pun seperti ini, ia menjauh dari situasi yang ada dan lebih memilih untuk memendam sendiri rasa kemarahan dan kekecewaan yang ia miliki. Ia pun menjauhi situasi yang terjadi dalam keluarganya dengan melakukan kejahatan di lingkungannya. Ogino (2005: 27) mengemukakan bahwa kejahatan yang cenderung dilakukan remaja merupakan suatu dasar untuk membentuk kepribadian mereka di masa depan. Yusei yang melakukan kejahatan dengan merusak, mengancam dan 27
menganiaya orang lain merupakan cara yang ia lakukan untuk mengatasi perasaan kecewa yang ia miliki. Selain itu, Santrock (2003: 187) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik antara orang tua dan anaknya adalah harapan yang tak tercapai dan perubahan kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis. Yusei yang mulai mengalami perubahan dalam hidupnya, mulai memikirkan segala hal secara logis. Oleh sebab itu, adanya harapan yang tak tercapai membuat ia memiliki konflik dengan ayahnya. Ia yang merasa kecewa dengan pekerjaan ayahnya sehingga lebih mementingkan idealisme yang ia miliki. Ia lebih memilih melakukan kejahatan daripada berbicara dengan ayahnya untuk mengeluarkan rasa kecewanya. Akan tetapi setiap konflik yang ada, pasti ada penyebab yang pastinya. Hal ini dijelaskan dalam situasi di bawah ini: Data 4 Episode 1, menit 48:50 – 49:40 Situasi: Hiroyuki yang melihat kejahatan yang dilakukan oleh Yusei, menjadikan ia sangat marah dan ia pun mulai memarahi Yusei. Tetapi Yusei yang sudah kesal dengan ayahnya berbalik memarahi ayahnya dan memberitahukan penyebab ia melakukan kejahatan. Gambar 3.4 Yusei yang melampiaskan kemarahan kepada ayahnya
Sumber: Hanmaa Sesshon! (2010)
28
Dialog: 弘之 : こんな… 人を傷つけるようなまねをして 許されること じゃない 祐生: うるせえッ! プライドも何もねえやつに偉そうに説教されたかねえよ! アンタみたいな しょぼい親父はな もう うんざりなんだよ! 俺は… 俺は… アンタみたいな情けねえ男に なりたくねえん だよ! Terjemahan: Hiroyuki : Hal semacam menyakiti orang sangatlah tidak bisa dimaafkan. Yusei : Diam! Aku tidak mau diceramahi oleh seseorang yang tidak mempunyai harga diri! Aku lelah dengan ayah yang menyedihkan seperti kamu! Aku... Aku... tidak ingin menjadi pria yang menyedihkan seperti kamu! Dari dialog yang Yusei ucapkan terlihatlah penyebab ia melakukan kejahatan. Yusei yang merasa sudah lelah dengan kelakuan ayahnya melakukan kejahatan agar ia tidak menjadi pria yang menyedihkan seperti ayahnya. Seperti yang dikatakan oleh Surya (2009: 38) bahwa perasaan kecewa dapat menimbulkan pikiran jelek dan sikap emosional yang menguasai diri sehingga melemahkan potensi daya nalar dan energi untuk mengatasi masalah yang ada. Pikiran jelek Yusei tentang ayahnya mengakibatkan ia tidak bisa mengontrol emosinya. Sehingga ia tidak pernah bertanya perihal pekerjaan ayahnya, ia hanya melihat lalu menalar sendiri apa yang ia lihat. Oleh sebab itu, ia merasa kecewa dan melakukan kejahatan untuk melampiaskan rasa kecewa yang ia miliki. Seperti yang dikatakan oleh Zeelenberg (2000: 537) bahwa kekecewaan adalah sebuah emosi yang biasanya dialami untuk merespon masalah negatif yang tidak sengaja terjadi dan biasanya disebabkan oleh keadaan yang tidak terkontrol atau oleh orang lain. Yusei pun merespon masalah negatif antara ia dan ayahnya melalui
29
perasaan kecewa yang ia miliki. Hal ini sangatlah tidak baik karena hal ini bisa mempengaruhi perkembangan karakternya. Selain itu, perasaan kecewa yang Yusei miliki kepada ayahnya membuat ia menghindari dan bahkan tidak mau untuk berbicara dengan ayahnya. Hal ini menurut Van Dijk (2002: 800) termasuk dalam kategori person-related dissapointment (PRD). Seseorang yang berhubungan dengan kekecewaan merupakan sebuah karakter yang memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri atau menghindari dan juga ingin menjauhi orang yang sudah mengecewakannya.
30
Tabel 3.1 Tabel Pembuktian Penyebab Kenakalan yang Dilakukan tokoh Yusei Shiba Karena Rasa Kecewa Kepada Ayahnya Penyebab Menit 33:00 – 35:20 Ayahnya yang bekerja sebagai pegawai di toko elektronik. Menit 36:18 – 37:40 Yusei yang memarahi ayahnya karena melihat ayahnya yang tidak marah ketika dibentak oleh orang lain, seperti dalam kalimat yang diucapkan oleh Yusei 「ちゃんと
何?何が
「ちゃんと」だよ。息子みてえなやつに なめられて、 頭ヘコヘコ下げてさ。今日だけじゃねえだろ、俺 あそ Karena hal-hal こ通るたびに見てんだよ。そんなんで
いつもヘラヘラ tersebut, terbukti
してさ、恥ずかしくねえの?」 Yusei merasa Menit 43:00 – 43:55
kecewa dengan
Yusei yang menghindari untuk berbicara dengan ayahnya
ayahnya.
karena ayahnya telah membuat ia kecewa. Ayahnya yang bekerja di toko elektronik dan tidak marah ketika dibentak oleh orang lain membuat Yusei menjadi kecewa. Menit 48:50 – 49:40 Yusei
yang
memberitahukan
penyebab
ia
melakukan
kenakalan, yaitu Yusei yang tidak ingin menjadi pria yang menyedihkan dan tidak mempunyai harga diri seperti ayahnya, dan Yusei ingin melampiaskan rasa kecewa kepada ayahnya yang ia miliki dengan melakukan kenakalan.
31
3.2 Analisis Penyebab Kenakalan yang Dilakukan tokoh Erika Sakiyama Karena Rasa Kecewa Kepada Ibunya Dalam subbab ini, penulis akan menganalisis rasa kecewa Erika Sakiyama kepada ibunya yang menyebabkan Erika melakukan kenakalan.
Data 1 Episode 5, menit 07:41 – 08:48 Situasi: Erika yang baru pulang disambut oleh ibunya. Ibunya menanyakan tentang Erika yang selalu pulang malam, tetapi bukannya menjawab, Erika malah pergi ke dapur dan mengambil minuman. Ketika ibunya bertanya lagi, ia hanya menjawab seadanya lalu pergi ke kamarnya. Setelah masuk ke kamar, ia mengunci pintunya dan tidak membiarkan ibunya masuk. Gambar 3.5 Erika Yang Tidak Ingin Untuk Berbicara Dengan Ibunya
Sumber: Hanmaa Sesshon! (2010)
32
Dialog: 百合子 : 何なの? その格好まさか。毎日こんな時間まで 遊び歩いてるん じゃないでしょうね? エリカ : だったら何? 百合子 : 何って… 高校生がこんな時間まで 遊び歩いていいわけないでしょ? エリカ : たまに早く帰ったからって、母親面して 説教しないでよ。 百合子 : お母さん 遊んでるわけじゃないのよ。 仕事してるの。 エリカ : いいんじゃない? 好きなだけ仕事すれば、私も好きにするから。 百合子 : 一体何が不満なの? 何不自由ない生活させてるじゃない。 あまりお母さんをがっかりさせないでちょうだい。 そんなバカな娘に育てた覚えはないわよ。 エリカ : だったら… いらなきゃ捨てれば? 百合子 : いい加減にしなさい エリカ。 開けなさい!エリカ 開けなさい エリカ。 Terjemahan: Yuriko : Pakaian apa itu? Jangan katakan kalau kamu pulang telat seperti ini setiap hari. Betulkan? Erika : Terus kenapa? Yuriko : “Kenapa” Tidak ada anak sekolah yang bermain-main sampai selarut ini. Erika : Terkadang pulang lah dengan cepat? Aku tidak butuh kamu menceramahi aku tentang itu. Yuriko : Ibu tidak bermain-main. Ini karena pekerjaan. Erika : Baiklah. Kerjakanlah pekerjaan mu dan aku akan mengerjakan apa yang aku suka. Yuriko : Apa yang kamu kesalkan? Kamu memiliki semua yang kamu butuhkan. Tolong jangan kecewakan aku. Aku tidak ingat membesarkan gadis yang tidak sopan. Erika : Jika seperti itu... Jika kamu tidak membutuhkan aku, buang saja aku! Yuriko : Hentikan Erika. Buka pintu nya! Erika, buka pintunya.. Analisis: Dari dialog di atas yang diucapkan oleh Erika kepada ibunya terlihat Erika yang tidak terlalu mau untuk berbicara dengan ibunya sehingga mengeluarkan kata-kata kasar kepada ibunya. Seperti yang diungkapkan Daldiyono (2009: 211) bahwa rasa kecewa yang berlarut-larut dapat menimbulkan marah hingga dendam kemudian memberontak lalu timbullah konflik atau benturan. Dalam hal ini tokoh Erika yang
33
memiliki rasa kecewa yang berlarut-larut kepada ibunya menyebabkan ia mengalami konflik dengan ibunya. Dari dialog yang Erika ucapkan 「いいんじゃない? 好き なだけ仕事すれば、私も好きにするから」menunjukkan perasaan Erika yang marah dengan ibunya. Zeelenberg (2000: 537) pun mengemukakan bahwa kekecewaan adalah emosi yang biasanya dialami untuk merespon masalah negatif yang tidak sengaja terjadi dan biasanya disebabkan oleh keadaan yang tidak terkontrol atau oleh orang lain. Dari situasi di atas terlihat penyebab rasa kecewa dalam diri Erika yang terjadi karena ibunya yang terlalu banyak bekerja dan banyak meninggalkan Erika sendirian di rumah. Karena sering ditinggalkan seorang diri di rumah membuat Erika merasa kesepian. Menurut Santrock (2003: 353) bahwa individu yang merasa kesepian cenderung memiliki hubungan yang buruk dengan orang tuanya. Sama seperti hubungan Erika dan ibunya yang kurang harmonis, menjadikan Erika melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang dilakukan oleh Erika adalah menjadi gadis penghibur di sebuah klab malam. Kenakalan ini menurut Ogino (2005: 26) termasuk dalam kenakalan yang cenderung dilakukan oleh seorang remaja dan kenakalan ini tidak akan mendapatkan hukuman pidana untuk tindakannya. Selain itu, rasa kecewa yang dimiliki oleh Erika menurut Van Dijk (2002: 800) termasuk dalam kategori person-related dissapointment (PRD). PRD merupakan emosi yang dialami dalam suatu situasi yang tidak diinginkan yang penyebabnya berasal dari orang lain. Orang yang mengalami PRD akan cenderung untuk menjauhi situasi dan mengabaikan situasi tersebut dan juga lebih memilih untuk menghindari orang yang sudang mengecewakannya. Dalam situasi ini, Erika yang tidak suka
34
dengan ibunya akan selalu berusaha untuk menghindari ibunya. Hal ini dapat dilihat dari situasi di bawah ini: Data 2 Episode 5, menit 30:20 – 30:40 Situasi: Ibu Erika menunggu Erika di ruang makan untuk membicarakan masalah yang terjadi di antara mereka. Erika yang keluar kamar dan melihat ibunya sudah menunggu di ruang makan, langsung bergegas pergi ke sekolah. Ibunya yang meminta waktu untuk berbicara sebentar dengannya, tidak ia dengarkan dan ia langsung meninggalkannya. Tetapi sebelum pergi, ia memberitahukan ibunya bahwa ketika uang yang ia punya sudah cukup banyak maka ia akan meninggalkan rumah. Ibunya yang mendengarkan hal tersebut hanya bisa terdiam. Gambar 3.6 Erika Yang Menghindari Ibunya
Sumber: Hanmaa Sesshon! (2010) Dari situasi di atas dapat dilihat sikap Erika yang menghindari ibunya merupakan suatu tanda yang menunjukkan bahwa ia termasuk yang mempunyai perasaan kecewa dalam kategori PRD. Bagi orang yang menderita PRD ketika ada seseorang yang mengecewakan ia, maka ia akan menghubungkannya dengan kepribadian orang tersebut, yang sedikitnya meninggalkan potensi untuk mengontrol emosinya (Van Dijk, 2002: 791). Dalam hal ini, Erika yang merasa marah dengan ibunya sehingga ia memiliki perasaan kecewa yang sampai pada tahap menghindari dan tidak mau untuk
35
mendengarkan perkataan ibunya. Rasa kecewa yang ia miliki pun mampu mengontrol emosi yang ia punya sampai ia lebih memilih untuk menghindari ibunya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Zeelenberg (2000: 527) bahwa pengalaman kekecewaan cenderung disertai dengan beberapa hal, antara lain perasaan tak berdaya dan kecenderungan untuk menjauhi situasi yang ada. Erika pun seperti ini, ia menjauhi situasi yang ada dengan pergi bekerja menjadi wanita penghibur di klab malam. Ogino (2005: 27) mengemukakan bahwa kenakalan yang cenderung dilakukan oleh seorang remaja merupakan suatu dasar untuk membentuk kepribadian mereka di masa depan. Erika yang melakukan kenakalan dengan bekerja sebagai wanita penghibur merupakan cara yang ia lakukan untuk melampiaskan perasaan kecewa yang ia miliki. Selain itu, Santrock (2003: 524) mengemukakan bahwa beberapa faktor penyebab seorang remaja melakukan kenakalan antara lain rendahnya pengawasan orang tua terhadap remaja, dukungan yang rendah dan penerapan disiplin yang tidak efektif. Ibunya Erika yang sering pulang malam karena tuntutan pekerjaan menjadikan ia kurang mengawasi Erika setiap harinya. Ia juga yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya menjadikannya kurang untuk memperhatikan Erika. Erika yang berada dalam masa remaja, ia mulai bernalar secara lebih logis dan pikirannya menjadi lebih idealistik. Lalu karena ibunya kurang memperhatikannya sehingga membuat dia kecewa dan merasa bahwa ibunya lebih sayang pekerjaannya daripada dia. Hal ini yang menjadikan ia lebih memilih pikiran idealistik yang ia miliki dengan menjadi wanita penghibur daripada berbicara secara langsung dengan ibunya. Akan tetapi, setiap konflik yang terjadi pasti ada penyebab yang pasti. Hal ini dijelaskan dalam situasi di bawah ini:
36
Data 3 Episode 5, menit 19:24 – 24:00 Situasi: Yuriko kaget melihat Erika pulang ditemani oleh guru dan temannya. Selain itu, ia juga kaget karena baju Erika tersobek. Ia bertanya tentang kejadian apa yang terjadi sampai Erika seperti itu, tidak dijawab oleh Erika. Gadis itu terdiam sampai salah satu gurunya melihat ada kue ulang tahun dan ada nama Erika di atas kue tersebut. Guru dan temannya langsung mengucapkan selamat ulang tahun kepadanya tetapi Erika berkata bahwa ia tidak berulang tahun pada hari ini. Sebetulnys hari ini merupakan hari pertama Erika diadopsi keluarganya. Gadis itu sudah mengetahui tentang adopsi yang dilakukan oleh ibunya dan dia merasa ibunya sangat jahat karena tidak memberitahukannya bahwa ia adalah anak adopsi. Erika yang sangat marah lalu menghancurkan kue ulang tahun yang sudah di buat ibunya dan merobekrobek foto Erika dan ibunya yang ada di dalam album foto. Ibunya hanya bisa melihat hal tersebut dan tidak bisa berkata apa-apa. Gambar 3.7 Erika Yang Melampiaskan Kemarahannya Kepada Ibunya
Sumber: Hanmaa Sesshon! (2010)
37
Dialog: エリカ 百合子 エリカ 百合子 エリカ
: 違うよ。誕生日なんかじゃない : エリカ : 今日は 私が…この人の所に 連れてこられた日 : エリカ あなた… : 何にも知らないとでも思ってたの?笑っちゃうよね ずっとだまされてたなんて 百合子 : 話さなかったことは 謝るわ。でも「だます」だなんて… あなたのことはずっと実の子だと思って育ててきたのよ エリカ : 嘘 百合子 : 嘘じゃない エリカ : じゃあ 言わせてもらうけど、どうしていつも授業参観に来な かったの?熱を出しても迎えに来ないし 家にも全然いなかった 百合子 : それは仕事が… エリカ : 私もずっとそう思ってた。私のために一生懸命働いてる だからしょうがないって 百合子 : そうよ エリカ : 違う 私が本当の子じゃないから、アンタが仕事ばっかりしてた のは。単純に 私のことが愛せなかったからでしょ 百合子 : エリカ… エリカ : 一年に一度だけ。あんなもん作ってれば、だまし続けられると でも思ってたの?ふざけないでよ! 百合子 : エリカ! エリカ : ほら… 本当の子じゃないから、愛せないから 簡単に殴れるんだ よ。このときも…このときだって!このときだって! 私はアンタの母親ごっこに つきあわされてただけ! 何もかも 嘘だったのよ! 百合子 : エリカ! Terjemahan: Erika Yuriko Erika Yuriko Erika
: : : : :
Yuriko : Erika : Yuriko : Erika :
Yuriko :
Kalian Salah. Ini bukan hari ulang tahun ku Erika Hari ini adalah hari di mana aku di bawa ke rumah ini… Erika...Kamu... Kamu pikir aku tidak mengetahuinya. Ini menggelikan bukan? Bahwa selama ini saya dibodohi Aku minta maaf karena tidak memberitahumu tapi membodohi mu... Aku membesarkan kamu seperti anakku sendiri Bohong Aku tidak bohong Kalau begitu aku ingin menanyakan ini. Kenapa kamu selalu melewatkan pengamatan di kelasku? Ketika aku demam, kamu tidak pernah datang untuk menjemputku dan kamu jarang sekali di rumah Itu semua karena pekerjaan ku...
38
Erika Yuriko Erika Yuriko Erika Yuriko Erika
Yuriko
: Pertama kali aku juga berpikir seperti itu. Kamu bekerja keras karena aku jadi aku tidak punya pilihan. : Itu benar... : Bukan! Tapi karena aku bukan anak kandungmu. Kamu yang selalu bekerja, apakah karena kamu tidak mencintaiku kan? : Erika... : Membuat kue dan berpura-pura menjadi ibuku sekali setiap tahun. Kamu pikir dapat terus membodohi ku? Berhenti membodohi ku! : Erika! : Lihat...Karena aku bukan anak kandungmu, kamu bisa memukulku dengan mudah karena kamu tidak mencintaiku . Pada saat ini...Bahkan pada saat ini! Bahkan pada saat ini! Aku hanya menemanimu bermain sebagai ibu. Semuanya hanya sebuah kebohongan! : Erika!
Dari dialog yang diucapkan oleh Erika terlihatlah penyebab ia melakukan kenakalan remaja. Erika yang mengetahui bahwa ia bukan anak kandung dari ibunya merasa bahwa ibunya sudah membodohi dia. Erika yang sangat marah dan kecewa karena ibunya tidak memberitahukan perihal tersebut merasa bahwa ibunya hanya mempermainkannya. Emosi gadis itu memuncak dan membuatnya mengeluarkan seluruh amarah kepada ibunya tanpa mau mendengarkan penjelasan ibunya. Hal ini terlihat dari ucapan Erika, 「ほら… 本当の子じゃないから、愛せないから 簡単に殴れるんだよ。 このときも…このときだって!このときだって!私はアンタの母親ご っこに つきあわされてただけ!何もかも 嘘だったのよ!」 “Lihat...Karena aku bukan anak kandungmu, kamu bisa memukulku dengan mudah karena kamu tidak mencintaiku. Pada saat ini...Bahkan pada saat ini! Bahkan pada saat ini! Aku hanya menemanimu bermain sebagai ibu. Semuanya hanya sebuah kebohongan!” Erika yang sudah sangat kecewa terhadap ibunya, mengeluarkan seluruh perasaan yang sudah dipendam sejak lama. Dari dialog tersebut terlihat Erika tidak menerima kenyataan bahwa ia merupakan anak adopsi dan juga karena ibunya tidak memberitahukan masalah tersebut membuatnya marah. Seperti yang dikatakan oleh Zeelenberg (2000: 523) bahwa kekecewaan berhubungan dengan sesuatu yang tidak diperkirakan, berhubungan dengan perasaan, kontrol dari seseorang dan kekuasaan.
39
Perasaan kecewa yang dimiliki oleh Erika berasal dari sesuatu yang tidak diperkirakan. Erika tidak memperkirakan bahwa ibunya bukan ibu kandungnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Santrock (2003: 187) bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan terjadinya konflik antara orang tua dan anaknya adalah harapan yang tak tercapai dan perubahan kognitif termasuk meningkatnya idealisme dan penalaran logis. Selain itu, Van Dijk (2002: 798) pun mengemukakan bahwa penderita PRD akan merasakan perasaan ditinggalkan, berpikir bahwa seseorang atau sesuatu seharusnya tidak dilakukan, kecenderungan untuk menjauh dari situasi, dan menghindari seseorang. Sama seperti yang dirasakan oleh Erika, ia merasakan perasaan ditinggalkan oleh ibunya yang dapat dilihat dari ucapan Erika 「じゃあ 言わせて もらうけど、どうしていつも授業参観に来な
かったの?熱を出しても迎え
に来ないし 家にも全然いなかった」. Ia juga berpikir bahwa ibunya tidak harus melakukan sesuatu yang tidak perlu dilakukan apabila ia bukan anak kandungnya, hal ini dapat dilihat dari ucapan Erika 「一年に一度だけ。あんなもん作ってれ ば、だまし続けられるとでも思ってたの?ふざけないでよ!」. Selain itu kecenderungan Erika yang selalu menjauhi situasi pada saat ibunya ingin membicarakan suatu hal dan menghindari ibunya karena ia sudah merasa sangat kecewa dengan kenyataan yang ia ketahui. Hal ini diperkuat dari dialog yang Erika ucapkan kepada temannya di bawah ini: Data 4 Episode 5, menit 26:12 – 27:00 Dialog エリカ : 私さ…大好きだったんだ、お母さんのこと バリバリ働いてて カッコよくて。自慢のお母さんだった。だから 寂しくても我慢
40
できたし、お母さんの娘でよかったって ずっと思ってたのに、 この世で一番信じてたもんがなくなっちゃったよ Terjemahan: Erika
: Aku… sangat menyukai dia. Ibuku bekerja sangat keras dan sangat keren. Ibu terbaik di dunia. Oleh karena itu, aku tidak perduli betapa kesepiannya aku, aku sangat bahagia karena aku anaknya. Aku selalu berpikir seperti itu. Suatu hal yang sangat aku percayai di dunia ini, sekarang semuanya telah hilang.
Dari dialog tersebut dapat terlihat perasaan Erika yang sebenarnya kepada ibunya. Erika yang awalnya sangat mengidolakan ibunya, langsung merasa kecewa ketika ia tahu bahwa ia bukan anaknya. Sama seperti yang dikemukakan oleh Van Dijk (2002: 800) bahwa penderita PRD tidak menyetujui orang lain dan berpikir bahwa orang lain tersebut melakukan sesuatu hal yang tidak seharusnya dilakukan. Erika yang berpikir bahwa ibunya tidak seharusnya menyembunyikan tentang hal tersebut dan memberitahukan hal tersebut kepada Erika mungkin akan membuat Erika tidak terlalu kecewa kepada ibunya. Tetapi hal yang dilakukan oleh ibunya dengan menyembunyikan kenyataan tersebut lebih membuat Erika merasa kecewa dan mulai menghindari ibunya. Menurut Zeelenberg (2000: 538) penderita PRD lebih mengedepankan perasaan marah mereka daripada perasaan lain. Sehingga ketika ada seseorang yang bertanggung jawab atas rasa kecewa yang dialami oleh seorang PRD, maka ia akan langsung menghindari orang tersebut. Sama seperti Erika yang langsung menjauhi ibunya dan tidak pernah mau untuk berbicara dengan ibunya. Ia lebih memilih mempertahakan idealisme yang ia punya untuk menyelesaikan masalahnya. Sehingga ia lebih memilih untuk melakukan kenakalan di luar untuk melampiaskan rasa kecewanya. Hal ini pun sama seperti yang dikemukakan oleh Van Dijk (2002: 804) bahwa seseorang yang berhubungan dengan kekecewaan adalah sebuah karakter yang 41
mempunyai kecenderungan untuk memisahkan diri dan menjauh dari seseorang. Erika pun sama seperti ini yang memiliki kecenderungan untuk memisahkan diri dan menjauh dari ibunya. Padahal rasa kecewa yang berlebih menurut Daldiyono (2009: 211) dapat menimbulkan suatu rasa depresi yang tidak baik untuk perkembangan karakternya dan juga tidak baik untuk hubungannya dengan ibunya.
42
Tabel 3.2 Tabel Pembuktian Penyebab Kenakalan yang Dilakukan tokoh Erika Sakiyama Karena Rasa Kecewa Kepada Ibunya Penyebab Menit 07:41 – 08:48 Erika yang tidak mau untuk berbicara dengan ibunya sehingga ketika ibunya bertanya terus, ia menjawab dengan kata-kata yang kasar, seperti dalam kalimat yang diucapkan oleh Erika 「いいんじゃない? 好きなだけ仕事すれば、私も好きに するから」 Menit 19:24 – 24:00 Erika yang merasa bahwa ibunya hanya mempermainkan dia karena
tidak
memberitahukan
perihal
ia
bukan
anak
kandungnya, menjadikan ia merasa sangat marah. Seperti dalam kalimat yang diucapkan oleh Erika 「ほら… 本当の子じゃな
Karena hal-hal
いから、愛せないから 簡単に殴れるんだよ。このときも tersebut, terbukti …このときだって!このときだって!私はアンタの母親ご
Erika merasa
っこに つきあわされてただけ!何もかも 嘘だったの
kecewa dengan
よ!」
ibunya.
Menit 30:20 – 30:40 Erika yang menghindari untuk berbicara dengan ibunya karena ibunya
telah
membuat
ia
kecewa.
Ibunya yang tidak
memberitahukan bahwa Erika adalah anak adopsi dan juga ibunya lebih mementingkan pekerjaan daripada Erika. Menit 26:12 – 27:00 Erika yang memberitahukan alasan ia sangat kecewa dengan ibunya, yaitu Erika yang sebenarnya sangat menyukai ibunya karena ibunya sangat baik dan pekerja keras. Tetapi Erika merasa kecewa karena ternyata ia bukan anak kandung ibunya dan ibunya tidak pernah memberitahukan hal tersebut.
43