perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS DATA
A.
Peran Struktur Kepribadian dalam Mempengaruhi Konflik Kejiwaan Tokoh-Tokoh Sunset Bersama Rosie Struktur kepribadian adalah segi-segi kehidupan manusia yang ditentukan
oleh alam tak sadarnya. Struktur kepribadian sering kali mempengaruhi konflikkonflik kejiwaan manusia yang tercermin dari setiap tutur kata ataupun tingkah lakunya. Struktur kepribadian terdiri atas Id, Ego, dan Superego. Dalam Sunset Bersama Rosie struktur kepribadian yang mempengaruhi konflik kejiwaan tercermin dari tokoh Rosie, Tegar Karang, Anggrek, Sakura, Jasmine, Lili, dan Sekar seperti berikut. 1.
Rosie
Tokoh Rosie dalamSunset Bersama Rosie digambarkan sebagai seorang ibu yang memiliki 4 orang anak. Nama Rosie diambil dari kata rose yang berarti mawar. Dari sistem penamaan sesuai kutipan tersebut, diketahui bahwa penamaan Rosie sesuai dengan kata rose atau mawar. Karakter mawar selalu dikaitkan dengan kecantikan kelopak bunganya. Rosie dalam Sunset Bersama Rosiejuga digambarkan sebagai seorang yang cantik. Selain karakter cantik, dalam situs http://dewisrikandi.combunga mawar digambarkan sebagai bunga yang rapuh sehingga ia
memiliki duri untuk
melindungi dirinya. Sifat bunga mawar ini juga tercermin dari tokoh Rosie ketika commit to user Jimbaran, Bali. Nathan, suaminya, meninggal dalam pengeboman
21
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
...Wajah cantik wanita berumur tiga puluh lima tahun itu sekarang terlihat merana. Seperti tidak ada lagi sisa-sisa keriangan di sana. Wajah yang dulu riang saat kami dulu berlarian mengejar capung-capung di pematang sawah. Wajah yang begitu tentram menatap sunset. Wajah yang tersipu malu saat membicarakan mimpi-mimpi hidupnya wajah yang pura-pura mengkal menghadapi ulah empat anaknya – terutama Sakura. Sekarang terlihat sendu. Gurat-gurat kesedihan tampak nyata (Tere Liye, 2012:48). Dalam kutipan tersebut, dapat terlihat bahwa kesedihan Rosie akan kepergian Nathan, suaminya, membuatnya rapuh. Kesedihan itu tergambar dengan jelas dan menjadikannya depresi. Kesedihan Rosie akan kematian Nathan juga membuatnya mengalami depresi akut dan harus dibawa ke tempat rehabilitasi. Depresi yang dialami Rosie ini membuatnya gagal mengenali lingkungan sekitar. “Kita tidak puntya banyak waktu. Rosie harus segera dibawa ke pusat rehabilitasi. Ini jelas kegagalan pengenalan diri atas lingkungan sekitar. Semakin lama tidak ditangani semakin berbahaya. Gejala khas depresi akut. Rosie tidak mampu membedakan mana yang nyata mana yang tidak, kesedihan itu menarik pikirannya ke dalam pengertianbaru akan realita keseharian. Rosie tidak tahu lagi mana desah riang, mana tarikan nafas lega. Semua menjadi simbolisasi yang merenggut kebahagiaannya.” (Tere Liye, 2012:132). Pada kutipan di atas, terlihat bahwa keinginan Rosie untuk tetap bersama Nathan membuatnya tidak bisa membedakan mana hal nyata dan mana yang hanya halusinasinya.. Dari segi tipografis, kata pengertianbaru yang dicetak miring menunjukkan bahwa alam pikiran Rosie berbeda. Rosie melihat semua yang ada di sekitarnya adalah segala hal yang membuatnya bersedih dan kehilangan kebahagiaan. Kerapuhan
Rosie
juga
dapat
dilihat
ketika
Tegar,
sahabatnya,
meninggalkannya. Tegar yang meninggalkan Rosie karena Nathan, yang juga commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sahabat Tegar mencintai Rosie. Rosie memutuskan menunda pernikahannya dengan Nathan setelah mengetahui perasaan cinta Tegar. “Subuh ituketika orang tua ini bilang kepada Rosie. Ya, Tuhan, aku sungguh tidak menyangka apa yang akan terjadi. Rosie menangis. Gadis yang malang. Dia tidak pernah mengerti perasaannya selama ini kepada kau. Rosie ingin membatalkan pernikahan itu. Aku ingat sekali bagaimana wajahnya. Tidak. Rosie belum sempurna mengerti. Dia masih terpesona kepada Nathan. Dia ingin membatalkan pernikahan itu karena merasa amat bersalah padamu.” “Dan Nathan juga melakukan hal yang sama. Dia juga ingin membatalkan pernikahan itu. Pemuda yang baik. Tapi apa kataku tadi, kalian benar-benar tidak pernah diguratkan untuk bersama. Malam itu aku baru menyadarinya. Kau sempurna menghilang lima tahun. Tidak tahu rimbanya. Awalnya aku pikir itu keputusan terbaik, tapi dengan melihat Rosie menangis.” Oma mengusap wajahnya. Matanya redup. “Pernikahan itu berlangsung setelah enam bulan ditunda. Apakah Rosie mencintai Nathan? Rasa kekaguman itu tentu saja cinta. Dengan pengertian dan pemahaman yang berbeda. Tapi seiring waktu, Rosie mulai mampu mendefinisikan banyak hal. Kepergian kau. Maka perasaan itu mulai tumbuh. Subur sekali. Dan betapa tidak beruntungnya, kau kembali Tegar.... (Tere Liye, 2012:412-413). Dalam kutipan tersebut terlihat sangat jelas bahwa struktur kepribadian yang berperan dalam diri Rossie pada saat terjadi tragedi bom Jimbaran adalah struktur Id. Struktur Id adalah struktur yang lebih mengedepankan aspek keinginan. Id bekerja dengan relatif primitif, bersifat kacau, tidak terkendali dan bekerja atas prinsip kesenangan serta menghindari ketegangan. Id dapat dikatakan sebagai suatu dorongan atas semua keinginan manusia yang harus dipenuhi. Id tidak melihat kemungkinan atas realitas terpenuhinya keinginan tersebut. Pada kasus Rosie, keluarga adalah zona nyamannya. Kematian Nathan memunculkan ketegangan pada diri Rosie. Ketegangan ini dikarenakan kematian Nathan merupakan sesuatu yang merenggut kebahagiaan Rosie. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Naluri Id yang diwujudkan melalui gerakan-gerakan refleks juga dapat dilihat dari diri Rosie seperti berikut. Rosie tidak nekad bunuh-diri. Lebih buruk dari itu – dalam artian tertentu. Dia sedang berdiri di tengah ruangan. Tertawa kesetanan. Berteriak-teriak. Memegang sapu ijuk, mengancam siapa saja yang mendekatinya... ... Rosie seketika memukul kepala Jasmine dengan sapu ijuknya.... (Tere Liye, 2012:120). Dalam kutipan tersebut dapat terlihat dengan jelas bahwa gerakan-gerakan yang dilakukan oleh Rosie merupakan gerakan-gerakan refleks. Rosie bahkan tanpa sadar memukul anaknya. Gerakan refleks ini dapat dikatakan sebagai drive reduction theory atau teori penurunan tegangan. Gerakan-gerakan refleks yang dilakukan Rosie adalah cara menghindari perasaan sedih yang dialaminya. Gerakan-gerakan refleks yang dilakukan oleh Rosie adalah pemuas dirinya. Kematian Nathan yang terjadi tepat pada saat pesta ulang tahun pernikahannya membuat Id di dalam diri Rosie ingin melampiaskan rasa marah dan kesal kepada siapa saja yang ada di sekitarnya. Dalam kutipan di atas juga terlihat bahwa Rosie sering mengatakan kepada siapa saja dengan kata ‘pergi’ atau ‘kau jahat’. Rosie manganggap orang-orang di sekitarnya sebagai pelaku dari kejadian pengeboman di Jimbaran, Bali. Rosie yang mengalami depresi hebat dapat sembuh dengan pengakuan cinta Tegar.Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa unsur perasaan lebih bekerja di dalam diri Rosie. ...Beruntungnya, saat aku benar-benar berputus asa akan kemajuan Rosie, enam bulan lalu Rosie mulai menunjukkan kemajuan signifikan yang menarik. Beruntung? Aku tidak tahu apakah itu beruntung atau bukan. Karena untuk kemajuan itu, harga yang harus kubayar mahal sekali. Membuka masa lalu itu langsung di hadapan anak-anak. Kejadian mengenaskan to user yang akhirnya memicu commit pengakuan penting tersebut. Yang membuat
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebersamaanku dengan anak-anak terasa sedikit ganjil, kebersamaan dengan Rosie, dengan semua masa lalu itu. Yang membuatku merasa jangan-jangan pengertian dan pemahaman kesendirian yang kubuat selama enam tahun itu ternyata semu (Tere Liye, 2012:198). Dalam kutipan tersebut terlihat dengan jelas bahwa kesembuhan Rosie dari depresi yang dialaminya adalah dengan pengakuan Tegar atas perasaan cintanya kepada Rosie. Penulisan miring pada kata pengakuan penting menunjukkan penekanan bahwa pengakuan cinta Tegar terhadap Rosie merupakan sebuah hal penting. Hal tersebut sama dengan memberikan suatu kenyamanan pada diri Rosie. Perasaan Rosie yang merana setelah orang yang mencintainya (Nathan) pergi sedikit demi sedikit dapat hilang karena Tegar mengakui perasaan cintanya. Dalam kasus Rosie, dapat dikatakan bahwa depresi yang dialami Rosie disebabkan ketakutan tidak ada lagi yang mencintai dan melindunginya. Sosok Nathan sebagai suami Rosie bukan hanya membuat Rosie merasakan cinta melainkan juga merasakan perlindungan terhadap dirinya. Kematian Nathan yang bertepatan dengan ulang tahun pernikahannya membuat Rosie kehilangan semangat dan pegangan hidupnya. “Apakah semua ini amat menyakitkan? Sehingga kau merasa tidak sanggup lagi melanjutkan hidup. Padahal, padahal kau sungguh punya empat kuntum bunga yang membanggakan.” Aku mendesah lemah, menahan ludah. Rosie mulai tersengal, menahan emosi. Aku tersenyum. Menyentuh jemarinya. “Aku tahu ini amat menyakitkan. Tapi kau juga tahu, kita akan melalui semua ini bersama. Aku akan menemanimu. Anak-anak akan bersamamu. Menapak hari demi hari dengan tegar, seperti namaku, bukan? Tegar.” Mata Rosie mulai basah. Aku terdiam. “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-a-g-i.” “Bertahanlah, Ros. Demi anak-anak.” “S-e-m-u-a-n-y-a m-e-n-y-a-k-i-t-k-a-n....” Aku menggenggam jemari Rosie. Lengang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
Mata Rosie terpejam. Aku tahu apa yang sedang dilakukannya dengan memejamkan mata. Rosieingin menghilang. Dia ingin pergi dari sesaknya rasa sedih. Seketika kalau bisa.... (Tere Liye, 2012:109). Pada kutipan di atas, terlihat percakapan antara Rosie dan Tegar. Pada percakapan ini, penulisan kalimat “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-a-g-i” dan “S-e-m-u-an-y-a m-e-n-y-a-k-i-t-k-a-n....” menunjukkan bahwa Rosie berbicara dengan tersengal. Sementara itu, penulisan miring pada kalimat “Demi anak-anak” menunjukkan bahwa Tegar berusaha meyakinkan Rosie untuk bertahan hidup. Kesedihan Rosie juga terlihat pada kelimat “Rosieingin menghilang” yang tercetak miring yang menunjukkan Rosie tidak sanggup merasakan kesedihannya. Dalam diri Rosie juga terlihat adanya struktur Superego yang berperan. Struktur Superego ini terlihat saat Rosie membiarkan perasaan cintanya kepada Tegar yang saat itu memutuskan akan menikahi Sekar. Aku menggenggam jemari Sekar menuju tengah ruangan. Aku tersenyum lebar. Saat itulah aku menangkap siluet mereka. Mereka ternyata datang. Rosie. Anggrek. Sakura. Jasmine. Dan Lili. Berdiri di antara tamu-tamu. Aku menggenggam jemari Sekar lebih erat. Menatap wajah-wajah itu selintas. Wajah Rosie yang menunduk. Aku tidak tahu kenapa Rosie harus memaksakan datang.... (Tere Liye, 2012:422-423). Dalam kutipan tersebut terlihat Rosie yang memenuhi prinsip kerja Superego prinsip moral di dalam masyarakat. Rosie tidak melarang Tegar untuk menikahi Sekar dan akan datang ke pernikahan keduanya. Rosie mengalihkan perasaan sukanya dengan menerima realita bahwa Tegar akan menikah dengan Sekar. Ia mencari pemuasan lain dengan memutuskan untuk datang dan menerima pernikahan Sekar dan Tegar. Dalam diri Rosie unsur Ego berperan untuk mempertimbangkan antara commit to user keinginannya sendiri dan moral masyarakat. Rosie yang memutuskan membiarkan
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tegar menikah dengan Sekar melalui pertentangan batin antara mengutamakan keinginannya bersatu dengan Tegar ataupun tanggapan masyarakat.Tanggapan masyarakat yang dimaksudkan disini adalah pernikahan Tegar dan Sekar yang sudah dipersiapkan dengan matang apabila dibatalkan akan membuat sebuah aib bagi keluarga kedua mempelai di masyarakat. Pada pertentangan batin inilah unsur Ego yang berdasarkan prinsip realitas berperan untuk memutuskan. Dalam kasus ini, Rosie sudah tidak lagi mementingkan keinginannya. Ia menggunakan prinsip moral dan realitas yang ada bahwa pernikahan yang sudah direncanakan kecil kemungkinannya untuk dibatalkan. Rosie juga telah memainkan logika bahwa rasa cinta tidak selalu harus menuntut untuk bersatu. Dapat dikatakan bahwa dalam diri Rosie, penamaan Rosie yang diambil dari rose atau mawar membuatnya memiliki karakter bunga mawar yang cantik tetapi rapuh. Rosie juga memiliki karakter bunga mawar yang selalu diartikan dengan cinta. Dalam diri Rosie, cinta berperan penting dalam membentuk kejiwaannya. Ia mengalami depresi karena kehilangan cinta dari suaminya yang meninggal. Rosie juga sembuh dari depresinya setelah mendengar pengakuan cinta dari Tegar. Dari struktur krpribadiannya, unsur Id berperan hebat membentuk kondisi kejiwaannya setelah kejadian pengeboman Jimbaran yang menewaskan Nathan. Unsur Ego berperan untuk mempertimbangkan ketika Tegar memutuskan menikah dengan Sekar.Unsur Superegolah yang pada akhirnya digunakan oleh Rosie dengan melihat moral masyarakat atas pernikahan Tegar dan Sekar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
28 digilib.uns.ac.id
Tegar Karang Tokoh Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai
seorang yang cerdas dan pekerja keras. Tokoh Tegar juga digambarkan sebagai tokoh yang memiliki postur tubuh yang gagah. ...Aku cerdas. Tentu saja. Aku lebih cerdas dari siapa pun. Termasuk Nathan. Apa yang dulu juga Rosie bilang? Aku memiliki wajah mengendalikan. Tentu saja. Aku lebih gagah dibanding siapapun, termasuk Nathan. Apa yang dulu Rosie sampaikan? Aku baik. Tentu saja. Aku lebih baik dibandingkan siapapun. Termasuk Nathan (Tere Liye, 2012:69). Tegar dikisahkan bekerja di sebuah perusahaan sekuritas di Jakarta. Tegar yang gigih bekerja dikisahkan dengan mudah mencapai puncak kariernya. Tegar juga menggunakan pekerjaan sebagai pelariannya atas rasa sakit hatinya terhadap Rosie. Perusahaan sekuritas ternama itu cocok dengan yang kubutuhkan. Mereka menuntutku bekerja sepuluh jam sehari. Berangkat pagi pulang larut malam. Yes, aku membutuhkan semua itu, maka seperti mesin aku membenamkan diri. Bekerja empat belas jam sehari. Membatukan diri dengan segala rutinitas dan pekerjaan menyebalkan. Menggunakan seluruh energiku untuk bekerja. Dengan lelah bekerja itu berarti janji tidur yang nyenyak malam ini. Membuat seluruh otakku melupakan Rosie. Setahun berlalu, perusahaan sekuritas ternama itu terpesona dengan pekerjaanku. Amat terpesona. Karirku melesat bagai komet, terang benderang. Siapa yang tak mengenal Tegar Karang? Junior associate yang bagai kesetanan bekerja. Mengambil banyak inisiatif, tidak lelah dengan seluruh rangkaian diskusi, presentasi, dan eksekusi. Maka dengan mudah titik-titik karir kulampaui. Kecintaanku mendaki gunung memberikan fisik yang prima. Lagi pula meski sibuk bekerja aku selalu menyempatkan diri berlari setiap subuh sebelum berangkat kerja.... (Tere Liye, 2012: 69-70). Dari sistem penamaannya. Nama Tegar Karang berasal dari dua kata yakni “tegar” dan “karang”. “Tegar”sesuai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berartikeras, teguh pendirian dan juga tabah.“Karang” adalahbatu kapur di commit tokecil user jenis anthozoa (tidak bertulang laut yang terjadi dari binatang-binatang
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
punggung) yang mengeluarkan zat kapur; koral. Jenis batu ini memiliki tekstur yang keras dan kuat terkena hantaman ombak. Karang biasa kita kenal sebagai suatu wujud yang keras dan kokoh. Dengan adanya ombak yang menghantamnya, karakter karang dapat dilihat sebagai sesuatu yang begitu kuatnya menghadapi serangan ombak yang tak kenal henti.Akan tetapi, dalam keadaan tertentu batu karang akan menjadi rapuh dan kekuatannya semakin melemah karena adanya proses pelapukan yang disebabkan oleh hantaman gelombang laut. Karakter Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai sosok yang kuat tetapi rapuh. Kerapuhan tokoh Tegar Karang terlihat ketika Nathan mengungkapkan perasaan sukanya kepada Rosie. Aku yang memperkenalkan mereka satu-sama-lain. Dua bulan berkenalan, saat kami bertiga bersama-sama mendaki Gunung Rinjani, Nathan menyatakan perasaannya ke Rosie. Cepat sekali. Teramat cepat malah. Dua bulan Nathan sebanding dengan dua puluh tahun milikku. Masa lalu mereka yang indah, sekaligus masa laluku yang getir. Enam bulan kemudian selepas wisuda, mereka menikah. Dan aku memutuskan pergi. Jauh-jauh hari sebelum itu terjadi (Tere Liye, 2012:9). Tegar Karang yang saat itu mencintai Rosie sejak kecil memutuskan pergi menjauh setelah pengakuan cinta Nathan. Dalam posisi ini Tegar terlihat rapuh. Tegar memutuskan pergi menjauh dengan perasaan cinta yang mengungkung dirinya. Tegar Karang juga digambarkan sebagai seorang yang menyukai pagi. Selamat pagi. Bagiku waktu selalu pagi. Di antara potongan dua puluh empat jam sehari, bagiku pagi adalah waktu paling indah. Ketika janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Ketika harapanharapan baru merekah bersama kabut yang mengambang di persawahan hingga nun jauh di kaki pegunungan. Pagi, berarti satu hari yang commitlagi. to user melelahkan telah terlampaui Pagi, berarti satu malam dengan
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mimpi-mimpi yang menyesakkan terlewati lagi; malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan dan helaan nafas tertahan (Tere Liye, 2012:1, 68, 187-188). Kecintaan Tegar akan pagi ditunjukkan dengan kutipan di atas. Bagi Tegar, pagi adalah saat ia merasa kelegaan setelah berhasil melewati satu hari dengan rasa sakit hati. Tegar juga menggambarkan bahwa malam adalah saat-saat yang membuatnya resah. Dalam
memutuskan
keputusannya
menjauh
dari
Rosie,
Tegar
menggunakan prinsip realitas. Ia memerankan struktur Ego di dalam dirinya. Tegar tidak jadi menyatakan perasaan sukanya terhadap Rosie setelah Nathan, yang juga sahabatnya menyatakan perasaan sukanya terhadap Rosie. Tegar memutuskan pergi dari kehidupan Rosie dan Nathan karena tidak ingin merasa lebih sakit hati dan mengganggu Nathan dan Rosie. Malam itu aku memutuskan pergi. Sempat singgah sedetik di depan Danau Segara Anakan. Hanya untuk melemparkan jauh-jauh sekuntum bunga Edelweis yang ingin kuselipkan di rambutnya. Berusaha melemparkan sesak di hati, yang sayang tetap menelingkung hingga enam tahun kemudian. (Tere Liye, 2012: 36) Ego yang bekerja atas prinsip realitas (reality principle), artinya Tegar dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk pemuasan lain yang sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial) dan hati nurani. Ego menjalankan proses sekunder (secondary process), artinya ego menggunakan prinsip rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik. Ego yang bekerja pada diri Tegar dalam situasi ini adalah dengan menunda pemuasan dirinya terhadap rasa sukanya kepada Rosie. Ia mencari bentuk pemuasan diri yang lain dengan memutuskan pergi. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kendati unsur Ego berperan dalam diri Tegar, akan tetapi unsur Id juga memainkan perannya terhadap diri Tegar dalam situasi ini seperti yang tercermin dalam kutipan berikut. “Aku tergugu tanpa air mata di bawah ranjang. Meringkuk. Malam-malam hanya diisi mimpi menyesakkan. Malam-malam panjang, gerakan tubuh resah, kerinduan, dan helaan napas tertahan” (Tere Liye, 2012:68). Gerakan tubuh resah yang digambarkan oleh Tegar merupakan wujud gerakan refleks yang muncul. Gerakan refleks ini muncul sebagai proses primer sebagai pengalihan terhadap ketegangan. Tokoh Tegar Karang menunjukkan karakter ketegaran dirinya pada saat mengasuh keempat anak Rosie. Tokoh Tegar yang harus menjadi sandaran keempat anak Rosie menunjukkan sosok yang kuat dan dapat menguatkan keempat anak Rosie. “Jas-mine... Jas-mine sung-guh sa-yang Pa-man.” Ya Tuhan, aku tahu maksud ucapan gadis kecil itu. Aku tahu sekali. Akulah yang membiasakan mereka mengucapkan kalimat itu dengan indah. Jangan buat aku menangis di depan mereka. Aku mohon. Karena akulah satu-satunya pegangan bagi mereka sekarang. Tetapi aku tak bisa menahannya lagi. Aku mendekap kepala Jasmine. Biarlah. Malam ini biarlah aku menangis. Anggrek beringsut memelukku. Bersama Lili dalam gendongannya. Cengkraman tangan Sakura semakin kencang.” (Tere Liye, 2012:153) Pada tahapan Tegar menunjukkan ketegaran dirinya inilah dapat dilihat bahwa sebenarnya sosok Tegar memiliki kerapuhan. Tegar memaksakan dirinya untuk tidak menangis di depan anak-anak. Dalam lingkup masyarakat, seorang laki-laki yang menangis dapat menunjukkan kelemahan. Menangis bagi laki-laki merupakan perwujudan dari tanda lemah dan tidak berdaya. Namun, dengan Tegar menangis, dia menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak Rosie. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karakter Tegar yang digambarkan mencintai anak-anak Rosie. Tegar juga digambarkan sebagai paman yang sangat baik dan dicintai oleh anak-anak Rosie. Karena sikapnya tersebut, anak-anak Rosie menganggap Tegar sebagai seorang paman yang sangat baik. “Kau mungkin tidak pernah mendapatkan pendidikan psikolog, Tegar. Kau mungkin juga tidak berbakat menjadi psikiater,” Ayasa tertawa kecil, bergurau, “Tetapi kau dokter terbaik yang dimiliki anak-anak itu, Tegar. Kau adalah paman paling hebat, keren dan super bagi mereka. Kalau ada orang yang bisa membawa anak-anak itu melewati masa-masa sulit, maka kaulah orangnya.” Aku menelan ludah. “Kau penting bagi mereka. Berharga seratus kali lipat dibandingkan psikiater anak-anak ternama. Karena kau amat mencintai mereka. Itu modal hebat untuk membuat anak-anak itu kembali menjejak hari-hari mereka....” (Tere Liye, 2012: 143). “Kau terlalu mencintai anak-anak, Tegar....” (Tere Liye, 2012:155).
Demi
kecintaannya
kepada
anak-anak,
Tegar
rela
melepaskan
pekerjaannya di Jakarta dan membatalkan pernikahannya dengan Sekar. Kecintaan Tegar tersebut tampak pada kutipan berikut. “KAU GILA, TEGAR! Tiga belas tahun kau bekerja untukku, tiba di posisimu sekarang dengan cepat. Seluruh reputasimu! Dan kau hari ini meneleponku, menyela acara bermain golf-ku hanya untuk bilang kau berhenti bekerja! Berhenti begitu saja! OMONG-KOSONG!” Aku berusaha menjelaskan, terpotong di sana-sini. ‘KAU BISA MEMBAWA ANAK-ANAK ITU KE JAKARTA. Aku bisa membantu banyak. Kau berhak atas fasilitas apa pun. Tinggal sebutkan.’ Eric Theo sedikit tidak terkendali. Tabiat buruk lamanya keluar (Tere Liye, 2012:163).
Kutipan di atas menunjukkan Tegar memutuskan mengasuh anak-anak dan meninggalkan pekerjaannya. Dalam kutipan tersebut, Erick Theo yang merupakan bos Tegar terlihat marah. Kemarahan Erick atas keputusan Tegar meninggalkan pekerjaannya terlihat dari penulisan huruf kapital dalam kalimatnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Selain meninggalkan pekerjaannya, Tegar juga meninggalkan Sekar dan membatalkan pertunangannya seperti berikut. “.... Malam ini Sakura tidak bisa memainkannya. Tetapi Sakura janji, Sakura janji demi Uncle yang berbaik hati mengurus kami. Demi Uncle yang bahkan meninggalkan Bibi Sekar. Sakura berjanji akan memainkannya nanti. Sakura akan memainkannya dengan indah. Nanti. Sakura janji.”(Tere Liye, 2012:184). Pada kutipan tersebut, Sakura berjanji akan memainkan biolanya demi Tegar. Sakura melakukan hal tersebut karena merasa Tegar meninggalkan Sekar demi mengasuh anak-anak Rosie. Pada situasi tersebut unsur Id di dalam diri Tegar lebih berperan. Tegar tidak memperhatikan prinsip realitas. Tegar memutuskan pilihannya berdasarkan prinsip keinginannya. Tegar dapat dikatakan meninggalkan prinsip realitas karena rencana pernikahannya dengan Sekar yang sudah matang harus dibatalkan. Tegar tidak memikirkan pandangan lingkungan sekitarnya. Tegar juga tidak menyatakan pembatalan pernikahan itu kepada pihak keluarga Sekar. Dalam kasus pengunduran dirinya, Tegar juga tidak lagi melihat kemungkinan membawa anak-anak ke Jakarta. Tegar memutuskan mengasuh anak-anak di Gili Trawangan. Dengan kata lain Tegar memutuskan meninggalkan kehidupannya di Jakarta demi anak-anak Rosie. Konflik kejiwaan yang dialami Tegar Karang juga nampak dengan jelas ketika Tegar memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan menikah dengan Sekar. Tegar merasakan kegamangan saat dia memutuskan menikah dengan Sekar dan mengetahui perasaan Rosie yang sebenarnya mencintainya. Petir menyambar sekali lagi. Aku menggigit bibir melihat tatapan mata commit to user itu.
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
Linda benar. Oma juga benar. Tapi semua ini benar-benar sudah terlambat. Rosie tersedu. Menangis. Aku mendekap tubuh yang luruh ke bawah. Tuhan, malam ini aku mulai belajar tentang kata kesempatan. Siang tadi aku juga belajar satu makna kata penting yang seharusnya selalu disampirkan dengan kata kesempatan, yaitu kata cukup. Oma benar, semua gurat takdir ini mungkin kejam. Aku tidak pernah berani membuat kesempatan, karena aku terlanjur sepenuhnya mempercayai janji kehidupan. Malam ini, biarlah semuanya terasa lengkap. Sempurna. Aku titipkan seluruh urusan ini kepada-Mu, Tuhan. Jika Engkau menghendaki mawar itu tumbuh di atas tegarnya karang, maka biarlah itu terjadi. Kau akan mengirimkan keajaiban itu. Aku sudah berjanji pada Sekar. Tidak mungkin aku mengurungkan semuanya. Tidak mungkin setelah Sekar dengan berani menciptakan kesempatan baginya. Membatalkan pertunangan. Hujan terus membungkusku dan Rosie. Air laut menjilat-jilat betis.’ (Tere Liye, 2012:416) Dalam kasus Tegar yang tetap melanjutkan pernikahannya dengan Sekar ini, unsur Superego berperan dalam diri Tegar. Tegar tidak lagi hanya mementingkan keinginan dan kesenangannya saja. Tegar yang akhirnya tahu bahwa Rosie juga mencintainya tidak membatalkan pernikahannya dengan Sekar. Tegar memandang prinsip moral sosial bahwa ia tidak mungkin membatalkan pernikahannya dengan Sekar yang akan membuat banyak pihak terluka. Dapat dikatakan bahwa dalam diri Tegar, terdapat karakter batu karang yang sesuai dengan namanya. Tegar memiliki pribadi yang kuat dan tegar menghadapi berbagai masalah yang menderanya. Tegar juga digambarkan sebagai tokoh yang dapat menguatkan orang-orang di sekitarnya. Namun, adakalanya Tegar memiliki kerapuhan. Kerapuhan di dalam diri Tegar ditunjukkan karena rasa cintanya baik kepada Rosie maupun kepada anak-anak Rosie sehingga menjadikan Tegar tidak dapat meninggalkan Rosie dan anak-anaknya. Dari struktur kepribadiannya, dalam diri Tegar terdapat unsur Id dan Ego yang berperan. Unsur Id berperancommit dalam to diriuser Tegar ketika ia memutuskan hal-hal
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang membutuhkan kecepatan seperti memutuskan berhenti bekerja dari perusahaan sekuritas demi mengasuh anak-anak Rosie. Unsur Id juga berperan ketika ia merasa sakit hati kepada Rosie. Tegar sering kali melakukan gerakan refleks berupa helaan nafas maupundengan gerakan-gerakan resah. Namun, dalam diri Tegar, unsur Ego lebih dominan dalam mempengaruhi konflik-konflik kejiwaan. Tegar sering mengambil keputusan berdasarkan dengan prinsip realitas. Tegar tidak memaksakan perasaan cintanya kepada Rosie ketika Nathan
mengungkapkan
perasaan
cintanya
kepada
Rosie.
Tegar
juga
menggunakan unsur Superegonya dengan tidak membatalkan pernikahannya dengan Sekar kendati ia tahu Rosie mencintainya. Ego dan Superego yang berperan dalam diri Tegar membuat Tegar sering melakukan pengalihan dari apaapa yang ia inginkan dan tidak dapat tercapai. Wujud pengalihan itu berupa pekerjaan dan mencintai anak-anak. 3.
Anggrek Tokoh Anggrek merupakan anak sulung dari Rosie. Anggrek digambarkan
sebagai tokoh anak yang menginjak usia remaja dengan paras yang cantik, dewasa, pintar dengan rasa ingin tahu yang tinggi dan senang menulis. Anggrek, sulung Rosie dan Nathan bulan ini genap dua belas tahun. Wajahnya mewarisi gurat muka Rosie. Keibuan dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang mengisi waktu dengan membaca buku. Setiap kali aku berkunjung ke Lombok, maka tasku dipenuhi buku-buku pesanannya. Hanya Anggrek yang memanggilku dengan sebutan sesuai yang diajarkan Nathan, Om. Menilik kebiasaannya, suatu saat kelak tak pelak ia berbakat menjadi pujangga. Sejauh ini Anggrek sudah pandai menulis cerita berpuluh-puluh halaman. Pandai menjelaskan banyak hal, dan selalu bertanya hal aneh serta ganjil. “Ibu pusing, Anggrek. Kamu lebih baik tanya Om Tegar di Jakarta.” Itu kata Rosie kalau ia sudah tak bisa lagi menangani pertanyaan sulungnya. Maka Anggrek bergegas menyeruak kesibukanku melalui telepon, sms, commit userpusing lagi dengan pertanyaannya chatting, apa saja. Apalagi aku –tolebih
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
– hanya bisa menjanjikan buku berikutnya yang lebih tebal, yang mungkin menjelaskan pertannyaan dirinya (Tere Liye, 2012:3-4) Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa Anggrek memiliki gurat wajah seperti Rosie. Anggrek juga dapat dikatakan sebagai anak yang penurut, yang dibuktikan dengan mengikuti ajaran Nathan untuk memanggil Tegar dengan panggilan Om. Nama Anggrek diambil dari nama bunga anggrek. Bunga “anggrek” merupakan
salah
satu
bunga
yang
tahan
lama.
Pada
situs
http://bungakatakita.blogspot.combunga “anggrek” disebutkan sebagai bunga yang cantik dibentuk dengan proses yang panjang dan lama. Dalam fase pertumbuhannya “anggrek” sering mendapat ancaman dari lingkungan yang bisa membuatnya tidak tumbuh atau bahkan mati. Seperti halnya bunga “anggrek”, karakter Anggrek dalam Sunset Bersama Rosie juga mengalami berbagai peristiwa buruk dalam masa pertumbuhannya. Peristiwa awal yang menimpa Anggrek adalah peristiwa kematian ayahnya. Peristiwa tersebut mengguncang kejiwaan Anggrek. “...Anggrek tetap diam. Hanya menunduk menatap gurat tegel lantai rumah-sakit. Jemarinya mengguratgurat mengikuti retak tegel lantai. Memeluk lutut di samping Jasmine...” (Tere Liye, 2012:46). Dalam kutipan tersebut tampak bahwa Anggrek melakukan gerakan refleks yang merupakan pengalihan dari rasa sedihnya. Gerakan refleks yang dilakukan Anggrek berupa menggurat benda-benda yang ada di sekitarnya dengan jemarinya.
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gerakan refleks yang dilakukan oleh Anggrek merupakan manifestasi Id dalam dirinya. Gerakan-gerakan ini muncul sebagai ungkapan kesedihan Anggrek atas peristiwa kematian ayahnya. Namun, dalam diri Anggrek juga dapat dilihat bahwa Anggrek memiliki pribadi yang kuat. Anggrek juga melakukan tanggung jawabnya sebagai anak pertama yang harus mengasuh adik-adiknya. ...Setidaknya saat Jasmine dan Anggrek menceritakan sekolah mereka hari ini, aku tidak menddengar keluhan tentang teman-temannya, guru, atau siapapun yang menyinggung-nyinggung kejadian Jimbaran. Mereka riang seperti biasanya. Tetapi ini sepotong fakta yang tidak pernah aku ketahui hingga dua tahun kemudian. Tadi di odong-odong ternyata Anggrek menyuruh Jasmine agar tidak bilang-bilang pada Om Tegar soal betapa sibuk teman sekelasnya bertanya tentang Ayah mereka. Sejak hari itu, disadari atau tidak Anggrek telah mengambil tanggung-jawab yang lebih besar dalam hidup dibanding usianya (Tere Liye, 2012:107). Dalam kutipan diatas, dapat terlihat bahwa Anggrek yang mulai bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Dalam diri Anggrek terlihat bahwa unsur Superego bermain di dalam dirinya. Anggrek menghilangkan rasa sedihnya dan menggantinya dengan tanggung jawab merawat adik-adiknya. Karena tanggung jawabnya, Anggrek juga menjadi anak yang dituruti dan dihargai oleh adik-adiknya. Dan pagi itu, pagi itu aku menyaksikan satu kebaikan-Mu, Tuhan. Satu kebaikan yang menyelip di antara semua kejadian menyakitkan seminggu terakhir. Janji masa-depan yang hebat. Jani masa depan yang esok lusa membuatku bertahan atas segala kejadian ini. Aku tidak tahu bagaimana Anggrek melakukannya. Gadis kecil itu baru berumur dua belas. Tetapi gadis itu melakukan hal yang sungguh mengesankan. Ia mengambil alih urusan. Anggrek tidak berkata banyak. Gadis kecil itu hanya melangkah pelan, memegang bahu Sakura, menatap lamat-lamat wajah adiknya, lantas berbisik, “Om Tegar sudah bilang, Sakura harus tinggal.” Wajah yang amat memesona. Mereka bersitatap sekejap, dan wajah menggelembung marah Sakura padam, menunduk (Tere Liye, 2012:135). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Pada kutipan tersebut, terlihat bahwa Sakura menghargai setiap perkataan Anggrek. Sakura yang biasanya melawan Anggrek juga menuruti permintaan Anggrek. Anggrek juga menunjukkan bahwa dirinya merupakan sosok kakak yang memiliki sifat keibuan. ...Anggrek yang menyuruh mereka untuk tidak bertanya banyak. “Ibu akan sembuh. Kita akan mengunjunginya suatu saat. Dan sebelum Om Tegar mengatakannya, sebelum Om Tegar mengajak kita ke sana, jangan pernah bilang-bilang. Jangan pernah bertanya-tanya sekalipun. Jangan ganggu Om Tegar dengan banyak hal. Om Tegar sudah terlalu sibuk mengurus kita.” Aku mencengkeram daun pintu saat melihat Anggrek mengatakan itu” (Tere Liye, 2012:191). Dalam kasus tersebut, unsur Id dan unsur Superego di dalam diri Anggrek mengalami pertentangan. Anggrek mempertimbangkan antara perasaan sedih karena kematian ayahnya yang merupakan bagian dari unsur Id atau bertanggung jawab untuk membesarkan adik-adiknya yang merupakan bagian dari unsur Superego. Dalam kasus ini unsur Ego yang merupakan unsur yang memperhatikan realitas yang ada memainkan peranannya. Unsur Ego di dalam diri Anggrek digunakan untuk mempertimbangkan apakah rasa sedih kehilangan ayahnya atau rasa tanggung jawab terhadap adik-adiknya yang lebih berperan. Anggrek lebih menggunakan unsur Superego yang membuatnya mengesampingkan perasaan sedih dan lebih mengendalikan perasaannya untuk dapat bertanggung jawab atas adik-adiknya. Dalam ‘Sunset Bersama Rosie’, Anggrek juga digambarkan sebagai remaja yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bersifat keibuan. Tidak ada lagi sisa-sisa kanak-kanak di wajah Anggrek. Umurnya sekarang empat belas. Kelas satu SMA. Gurat wajahnya berubah paling banyak dibandingkan adik-adiknya. Anggrek tumbuh menjadi gadis commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
remaja yang mengerti benar kata tanggung-jawab. Wajahnya teduh dan mukanya tenang’ (Tere Liye, 2012:189). Selain
bertanggung jawab
merawat
adik-adiknya,
Anggrek
juga
mengalihkan perasaan sedihnya dengan menulis. Masa-masa itu, Anggrek juga akhirnya menyelesaikan satu buku indah. Bukan buku cerita yang sebelum kejadian Jimbaran hendak diselesaikannya, melainkan buku puisi. Puisi-puisi tentang adik-adiknya, dan terutama tentang aku, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. Puisi yang mengesankan. Puisi yang menggurat seluruh kebanggaan mereka...” (Tere Liye, 2012:192). Pada kutipan tersebut, tampak bahwa Anggrek mengalihkan perasaan sedihnya dengan menulis. Tulisan yang berisi tentang Tegar dan adik-adiknya menunjukkan ungkapan perasaan dan kasih sayang Anggrek kepada Tegar dan adik-adiknya. Ungkapan perasaan Anggrek terhadap Tegar juga dapat dilihat saat Anggrek menanyakan perasaan Tegar terhadap ibunya, Rosie. Anggrek juga kembali duduk di sebelahku, menyentuh lenganku, “Maukah Paman menceritakannya.” Bahkan ia tidak menggunakan panggilan lazimnya kali ini. Aku menggeleng. “Maukah Paman menceritakannya. Tadi Anggrek melempar Bunga Edwlweis itu dengan sungguh-sungguh. Berusaha amat membenci semuanya saat melempar. Tapi Anggrek tetap tidak bisa merasakan kebencian sebesar itu. Kebencian yang Paman katakan saat di shelter Ibu, enam bulan lalu. Paman bilang, Paman ingin membenci Ibu selamanya, tapi Paman tidak bisa melakukannya. Bisakah Paman menceritakannya?” (Tere Liye, 2012:229). Pertanyaan-pertanyaan Anggrek kepada Tegar menunjukkan bahwa adanya harapan dalam diri Anggrek terhadap Tegar. Anggrek yang berharap Tegar masih mencintai ibunya berharap agar Tegar dan Rosie dapat bersatu. Anggrek juga mengungkapkan keinginan tersebut seperti pada kutipan berikut. “Apakah, apakah Om masih mencintai Ibu seperti dulu?” Anggrek tetap menunduk, seperti bertanya ke pasir yang diinjaknya. Senyap seketika. Bahkan teriakan senang Jasmine di kejauhan bersama commit to Lengang. user Lili dan Mitchell tidak terdengar. Cahaya matahari pagi yang
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
lembut menerpa wajah mengisi detik waktu berlalu. Aku menatap gadis remaja itu dengan muka kebas. Anggrek setelah sekian lama tertunduk, mengangkat kepalanya, balas menatapku. Aku mengenali harapan dari tatapan itu. “Maafkan Anggrek kalau pertanyaan itu mengganggu Om. Maafkan. Tapi Anggrek tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakannya Anggrek ingin bilang.... Ingin bilang, kalau Anggrek senang sekali melihat Om bersama-sama kami terus. Sakura juga senang. Jasmine juga. Lili, Lili juga akan senang sekali.” Suara Anggrek tersendat (Tere Liye, 2012:281). Pada kutipan di atas, terlihat dengan jelas bahwa Anggrek menginginkan Tegar menjadi ayahnya. Anggrek mengutarakan keinginannya secara langsung kepada Tegar. Keinginan Anggrek ini dapat dikarenakan Anggrek telah menganggap Tegar sebagai pengganti ayahnya. Dalam situasi ini, Anggrek menggunakan prinsip Id di dalam dirinya. Anggrek mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Anggrek mengutamakan prinsip kesenangan dalam dirinya. Unsur Ego yang ada di dalam diri Anggrek berperan dengan melihat realita kemungkinan Tegar dapat bersatu dengan ibunya, Rosie. Realita ini terbentuk karena baik Tegar maupun Rosie dalam posisi tidak sedang menjalin hubungan dengan siapapun. Keinginan Anggrek untuk membuat Rosie dan Tegar bersatu pada akhirnya gagal karena Tegar akan menikah dengan Sekar membuat Anggrek merasa kecewa. “...Wajah Anggrek terlihat terluka. Dalam urusan ini, hanya Anggrek yang tahu semua bukan sekedar tentang pindah”(Tere Liye, 2012:395) Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Anggrek terluka atas keputusan Tegar menikahi Sekar dan meninggalkan keluarganya. Anggrek merasa keinginannya untuk menyatukan Rosie dan Tegar tidak dapat terwujud. “Ternyata Om tidak lagi mencintai Ibu.” Anggrek berkata lirih. Aku menelan ludah mendengar kalimat sulung Rosie. commitBibi to user “Ternyata Om lebih mencintai Sekar.”
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Aku mendekap kepala Anggrek. Berbisik. Itu tidak sesederhana itu, Sayang. Tidak pernah sesederhana itu. Urusan ini bukan tentang lebih mencintai atau kurang mencintai. Bukan tentang masih mencintai atau tidak lagi mencintai. Lima belas menit berlalu, Anggrek hanya diam. Menatap ke depan. Beranjak masuk lagi ke kamar, tanpa bicara sepotong kata pun. Aku sempat menatap wajah terlukanya beberapa kejap. Maafkan Om, tidak bisa memenuhi janji yang terucapkan saat melihat tukik penyu berlarian ke lautan luas. Maafkan Om, Anggrek (Tere Liye, 2012:398). Keinginan Anggrek untuk menyatukan Tegar dan Rosie merupakan sebuah dorongan dari unsur Id di dalam dirinya. Pada kasus ini Anggrek tidak hanya memperhatikan sebatas keinginannya saja melainkan juga unsur realitas (Ego) yang dapat tercapai karena status Rosie dan Tegar yang sendiri. Anggrek juga dapat melihat prinsip moral masyarakat bahwa Tegar bukanlah anggota keluarga Rosie yang tinggal dan menjalin hubungan dekat dengan Rosie. Dalam konteks sosial, masyarakat beranggapan bahwa seorang laki-laki dan perempuan yang tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan adalah sebuah hal yang kurang pantas di masyarakat. Pada situasi Tegar dan Rosie, Anggrek menganggap dengan bersatunya Tegar dan Rosie adalah suatu hal yang pantas dilakukan dalam ikatan pernikahan. Ketika Tegar memilih menikahi Sekar, maka Anggrek mengalami kekecewaan. Kekecewaan Anggrek tidak disampaikan secara langsung melainkan dengan tatapan Anggrek terhadap Tegar yang terlihat terluka. Anggrek tidak memaksakan keingianannya kepada Tegar untuk menikahi Rosie. Anggrek telah menggunakan prinsip Ego di dalam dirinya untuk mempertimbangkan antara keinginannya untuk menyatukan Tegar dan Rosie ataukah unsur sosial terkait persiapan pernikahan Tegar dan Sekar. Unsur Ego di dalam diri Anggrek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
menguatkan bahwa Anggrek harus memperhatikan unsur sosial yang ada. Dalam hal ini Super Ego dalam diri Anggrek yang bekerja. Pada diri Anggrek, karakter nama bunga “anggrek” mempengaruhinya dalam berkarakter. Anggrek dalam masa pertumbuhannya mengalami beberapa kendala yang dimulai dengan kematian ayahnya, depresi yang dialami Rosie dan juga keinginanya menyatukan Tegar dan Rosie yang gagal. Akan tetapi, Anggrek tetap menjalankan kewajibannya sebagai kakak bagi ketiga adiknya dengan baik dan berhasil menjadi penulis. Struktur kejiwaan yang lebih dominan mempengaruhi diri Anggrek adalah unsur Superego. Unsur Ego lebih digunakan untuk mempertimbangkan antara keinginannya (unsur Id) ataukah prinsip moral sosial (unsur Superego). Unsur Id dalam diri Anggrek muncul ketika ia mengalami kesedihan karena meninggalnya ayahnya. Unsur Id muncul melalui gerakan-gerakan refleks seperti menggurat benda di sekitarnya. 4.
Sakura Sakura adalah anak kedua Rosie dan Nathan. Sakura digambarkan sebagai
anak yang pintar, supel dan aktif. Sakura juga digambarkan sebagai anak yang jahil dan pintar bermain musik. Sakura, anak kedua Rosie dan Nathan, dua bulan lalu menginjak usia sembilan tahun. Sekecil itu ia lancar bicara empat bahasa asing, maksudku meski lancar tetap dengan kosa-kata terbatas. Kemampuan Sakura ini bisa dimengerti, karena Nathan dan Rosie mengurus resor kecil Gili Trawangan, Lombok. Resor yang dipenuhi turis dari Australia, Inggris, Jepang, dan Hongkong – tak peduli musim apa pun. Sakura selalu memanggilku Uncle. Terkadang jahil mengajakku berbincang dengan bahasa bangsa Samurai. Tertawa senang melihat Uncle-nya yang manyun tidak mengerti. Sakura menyukai segala hal yang berbau komik. Maka kamarnya dipenuhi poster-poster tokoh serial favoritnya. Ia anak yang aktif, memiliki otak kanan sama hebatnya dengan user aku yang dulu mengajarinya otak kiri. Sakura pandai commit bermainto musik,
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyukai musik. Biola adalah favoritnya dan bulan depan Sakura ikut resital biola di Jakarta. Belum lagi gaya bicara dan tingkahnya, semua orang tahu Sakura jahil dan super-ngeles. “Salah siapa? Ia sempurna meniru Uncle-nya,” Itu kata Rosie sambil tertawa, setahun silam saat sakura mengotot membawa dan menyembunyikan kucingnya, si Putih, di balik gaun, ketika pesta keluarga sedang berlangsung. Kucing itu kabur, dan berlarian di atas meja-meja makanan, membuat pesta “makin meriah” (Tere Liye, 2012: 4-5). Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa Sakura adalah anak yang ceria. Sakura juga dapat digolongkan sebagai anak yang cerdas karena dapat menguasai empat bahasa asing pada usianya yang masih kecil. Sakura juga dapat dikatakan sebagai anak yang jahil dan nakal karena sering tidak menurut dan bertindak sesukanya. Nama Sakura diambil dari nama bunga khas Jepang, “sakura”. Dalam situs http://muhamad-mustain.blog.ugm.ac.id bunga “sakura” adalah lambang adanya kebahagiaan dan kesedihan bagi orang Jepang. Bunga “sakura” melambangkan kebahagiaan
ketika
mulai
bermekaran
sedangkan
ketika
berguguran
melambangkan kesedihan. Bunga “sakura” juga diartikan sebagai bunga janji. Dikatakan demikian karena bunga “sakura” selalu bermekaran ketika musim semi tiba. Bunga ini tidak akan mekar pada musim lain dan sebagai pertanda datangnya musim semi. Sakura dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai anak yang periang. Karakter periang yang dimiliki Sakura sering membuat orang di sekitarnya menjadi senang. Dapat dikatakan karakter Sakura ini sama halnya dengan karakter bunga “sakura” yang merupakan lambang kebahagiaan. Belum lagi gaya bicara dan tingkahnya, semua orang tahu Sakura jahil dan super-ngeles. “Salah siapa? Ia sempurna meniru Uncle-nya,” Itu kata Rosie sambil tertawa, setahun silam saat sakura mengotot membawa dan menyembunyikan kucingnya, si Putih, di balik gaun, ketika pesta keluarga commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sedang berlangsung. Kucing itu kabur, dan berlarian di atas meja-meja makanan, membuat pesta “makin meriah” (Tere Liye, 2012:5). “UNCLE! UNCLE!” Sakura berteriak kencang melihatku melewati bingkai pintu, membuat dokter yang melakukan cek terakhir kali menoleh – setengah kaget sebenarnya. Sakura kalau teriak selalu saja tidak tahu tempat, waktu, dan suasana. Clarice yang berdiri bersandarkan dinding ruangan tertawa. Made dan Kadek mengangguk ke arahku. Aku melangkah mendekati ranjang Sakura, tersenyum, “Konichiwa.” Sakura mengangguk-angguk. Baik, baik. Tetapi tidak sebaik intonasi kalimat Sakura yang amat riang, tubuh gadis kecil itu masih terbungkus gips dan perban. Selang infus dan belalai medis lainnya sudah dilepas. Wajah Sakura cerah, itu membuat perbedaan banyak dengan kondisi tubuhnya... (Tere Liye, 2012:115-116). Pada kutipan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa Sakura adalah anak yang periang. Sakura tetap riang kendati kondisi tubuhnya masih lemah dan penuh luka. Pada situasi tersebut tampak bahwa Sakura adalah anak yang dapat membuat suasana di sekitarnya menjadi ceria. Dalam diri Sakura, unsur Id yang mementingan kesenangan diri tampak lebih kuat. Sakura berusaha membuat dirinya senang kendati dalam situasi yang kurang mengenakkan. Sakura juga menunjukkan bahwa keberadaan dirinya membuat lingkungan di sekitarnya menjadi bahagia dan penuh keceriaan. Unsur Id yang kuat di dalam diri Sakura membuatnya berusaha memenuhi segala kesenangannya. Sakura menggunakan unsur Ego dalam dirinya untuk mempertimbangkan cara agar dapat memenuhi kesenangannya. Sakura tidak hanya mencari cara agar dapat memenuhi segala keinginannya. Sakura melihat realitas yang ada untuk memenuhi kesenangannya tersebut. Unsur Id yang terlihat dalam diri Sakura juga tampak pada prilakunya. Sakura adalah anak yang sering tidak dapat menahan emosinya. Sakura sering memaksakan segala hal yang ia inginkan. Prilaku Sakura tersebut dapat terlihat dalam kutipan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
“Sakura juga. Sakura ingin ikut Uncle.” Sakura ikut merengek. “Tidak. Sakura tetap di sini.” Aku mendesis pelan. “SAKURA MAU IKUT!” Sakura berteriak, bandel (Tere Liye, 2012:135). ...Tadi pagi Sakura mengamuk, ia benci sekali datang ke sini. Sepanjang pagi berteriak tidak mau. “SAKURA TIDAK MAU! SAKURA TIDAK MAU! SAKURA BENCI!” Membuat ramai seisi rumah. Aku menelan ludah, berusaha membujuk. “SAKURA TIDAK MAU MELIHAT ORANG JAHAT ITU!” Mendorong tubuhku... (Tere Liye, 2012:242). “UNCLE TEGAR TIDAK BOLEH PERGI!” Sakura berhasil melepaskan tangannya dari Anggrek. Berteriak. Aku terdiam. Ya Tuhan, semua ini menyedihkan. Bagaimana mungkin aku bisa menatap wajah-wajah ini dan menyampaikan kabar itu. Anak-anak yang mencintaiku. Anak-anak yang selalu menghargai setiap kaliamtku. Anak-anak yang membanggakanku. “Hentikan Sakura. Hentikan!” Anggrek menarik paksa tubuh adiknya yang mendekatiku, yang berhasil memegang tanganku, menggerakgerakkannya. Meminta pembatalan. Rosie menunduk. Bicaralah, Ros. Aku mohon. “Uncle tidak boleh pergi!” Aku menatap kosong wajauh Sakura yang marah, menggeleng. “Sakura tidak ingin lagi jepit rambut ini.” Sakura yang tersengal melemparkan jepit rambutnya. Berdiri. Berlari masuk kamarnya. Sambil menangis (Tere Liye, 2012:395-396). Sikap marah yang ditunjukkan Sakura pada kutipan di atas menunjukkan bahwa unsur Id yang ada pada diri Sakura menuntut pemuasan. Unsur Id tersebut tidak lagi memperhatikan realita yang ada. Dalam kata lain, Sakura meninggalkan unsur Ego dan Superego yang ada di dalam dirinya. Unsur Id yang memaksa untuk dipuaskan ini membuat tindakan refleks berupa teriakan. Teriakan sakura tersebut dapat dilihat dari penulisan dengan huruf kapital. Sakura yang marah selalu berteriak tidak terkendali. Tindakan refleks lain yang ditunjukkan oleh Sakura adalah berupa tangisan. Tangisan Sakura yang menyatakan kekecewaannya terhadap Tegar merupakan salah satu bentuk tindakan Id dalam diri Sakura yang menuntut untuk dipenuhi. Sakura dalam Sunset Bersama Rosie juga digambarkan sebagai seorang anak yang tegar dalam menghadapi cobaan. Sakura mampu bangkit kendati commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
mengalami luka yang parah karena tragedi bom Jimbaran. “Sakura terbaring di ruangan sebelah. Tangan kirinya remuk. Sepasang pin ditanamkan di lengan” (Tere Liye, 2012:42). Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa kerusakan yang terjadi pada tangan kiri Sakura sangat parah. Bagi Sakura, tangan kiri merupakan bagian paling penting dari dirinya untuk menjalankan hobinya bermain biola. Kerusakan parah yang dialami Sakura tidak membuatnya merasa kehilangan semangat. Sosok Sakura yang digambarkan sebagai sosok yang ceria juga pernah mengalami kesedihan. Kesedihan tersebut tampak pada saat Sakura mengetahui ayahnya meninggal dalam tragedi bom Jimbaran. “Sakura.... Ibu, Kak Anggrek, Jasmine, dan Lili sore ini harus segera kembali ke Gili.” Diam sejenak. Gadis itu lamat-lamat menatapku. “Uncle ikut?” Aku mengangguk pelan. “Ayah ikut?” Aku terdiam. Dari mana aku harus menjelaskan? Gadis kecil itu menatap nanar. “Ayah ikut?” Bertanya sekali lagi. Ya Tuhan bagaimana aku harus menjelaskan kalau Nathan sudah pergi? Semua ini sepertinya lebih baik kalau menyaksikan langsung, seperti Jasmine dan Anggrek. Lebih menyakitkan memang, tapi penjelasan kehilangan itu langsung ditanamkan di kepala mereka. Tanpa perlu pemanis kata, rangkaian kalimat yang diharapkan bisa mengurangi rasa sakit. “A-p-a-k-a-h.... Apakah Ibu kembali ke Gili untuk menguburkan Ayah?” lemah sekali gadis kecil itu berbisik. Kalah oleh desau angin senja yang mengalir melalui teralis jendela. Sakura sempurna mengambil alih permasalahan. Aku menelan ludah. Terpaku. Bagaimana ia tahu? Mata Sakura berdenting, ada pelangi di sana. Gadis kecil itu mendadak terisak. Isakan yang dalam. Amat menyakitkan mendengarnya. “Tadi.... Tadi saat Sakura tertidur sebentar, Ayah datang, Uncle Tegar. Ayah bilang, Ayah bilang akan pergi.... Pergi selamanya.” Aku menggigit bibir. Sakura tersengal oleh sedannya. Belalai plastik yang menghujam dadanya terlihat turun naik. Tubuh gadis kecil itu bergetar. Bergetar menahan sedih. commit Aku mengusap pipinya yang basah.to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
“Ya, Sakura.... Ibu, Kak Anggrek, Jasmine dan Lili harus menguburkan Ayah di Gili. Kita tidak akan membiarkan Ayah menunggu terlalu lama, bukan. Uncle harus menemani. Uncle berjanji akan segera kembali. Membawa Sakura pulang. Sementara Uncle belum kembali, Bibi Clare yang akan menemani Sakura di sini, juga Om Made, Om Kadek. Kau akan sendirian tanpa Uncle. Sakurea pasti bisa. Sakura kan hebat, selalu seperti Samurai sejati.” Aku mencoba tersenyum, mengelus pipinya yang tergores memanjang. Gadis kecil itu diam sejenak. Mengatur napasnya. Sakura jarang menangis. Malah tidak pernah. Baginya hidup hanya untuk tertawa – termasuk menertawakan Uncle. Jadi dua kali lebih menyedihkan melihat wajah yang selama ini lazimnya tertawa riang malah sebaliknya, tersedu dengan seluruh kesedihan. “Uncle.” Sakura berbisik Aku menatapnya lembut. Ya? “Uncle, Sakura tadi melihat Ayah membawa sekuntum mawar biru” (Tere Liye, 2012:61-63). Pada kutipan di atas terlihat bahwa Sakura bersedih dengan kematian ayahnya. Sakura yang biasanya ceria terlihat menangis. Tangisan Sakura yang berupa isakan membuat Tegar ikut merasakan kesedihan Sakura. Dalam situasi ini, unsur Superego dalam diri Sakura berperan. Sakura yang menginginkan dirinya untuk selalu bahagia harus menerima kematian ayahnya. Sikap penerimaan Sakura terhadap kematian ayahnya nampak dengan diamnya Sakura atas penjelasan Tegar. Sakura yang sering kali membantah menerima bahwa ia harus ditinggal untuk menguburkan ayahnya. Unsur Superego di dalam dirinya membuatnya menerima bahwa pada realitanya sang ayah sudah meninggal. Unsur Ego di dalam diri Sakura membuatnya tidak memberontak dan menerima kematian ayahnya tersebut. Bunga “sakura” yang oleh orang Jepang diartikan sebagai janji juga nampak pada diri Sakura. Sakura berjanji kepada Tegar seperti berikut. “Sakura tidak akan bisa memainkannya, Uncle. Lihat.” Gadis kecil memperlihatkan tangan kirinya. “Malam ini Sakura tidak akan bisa memainkannya. Tetapi Sakura janji, Sakura janji demi Uncle yang berbaik userbahkan meninggalkan Bibi Sekar. hati mengurus kami. Demicommit Uncle to yang
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Sakura berjanji akan memainkannya nanti. Sakura akan memainkannya dengan indah. Nanti. Sakura janji.” Gadis kecil itu menyeka ujung matanya (Tere Liye, 2012:184). Pada kutipan di atas, Sakura berjanji untuk dapat memainkan biola demi Tegar. Sakura menganggap Tegar yang sudah merelakan tunangannya demi merawat Sakura dan saudara-saudaranya. Janji yang diberikan Sakura dipenuhinya kepada Tegar seperti yang terlihat dalam kutipan berikut. Dan Sakura memenuhi janjinya. Aku berkaca-kaca, saat di musim penghujan tahun kedua, saat kami duduk-duduk di teras menyaksikan air hujan yang jatuh menerpa atap-atap resor, menatap siluet lampion yang terbungkus jutaan kristal air. Saat itulah Sakura memainkan biolanya. Lagu itu, lagu yang dulu dinyanyikan Jasmine di pemakaman Nathan. Gesekan biola memadamkan gemericik gerimis di atap resor, memadamkan debur ombak (Tere Liye, 2012:194). Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa Sakura berusaha menepati janjinya kepada Tegar. Sakura berhasil memainkan biolanya untuk Tegar. Untuk memenuhi janjinya tersebut, Sakura melakukan segala cara. Sakura berlatih untuk dapat menggerakkan jarinya seperti yang terlihat dalam kutipan berikut. “Sakura butuh setahun penuh belajar menggunakan tangan kirinya menggesek biola. Ia kidal sekarang. Jari tengah tangan kirinya tak pernah bisa sempurna digerakkan lagi” (Tere Liye, 2012: 194). Pada kutipan tersebut nampak bahwa demi memenuhi janjinya Sakura melatih tangan kirinya untuk menggesek biola. Sakura tidak lagi memainkan unsur Id saja di dalam dirinya. Sakura juga melihat unsur realitas (Ego) untuk memenuhi janjinya terhadap Tegar. Sakura dalam kasus ini memainkan peran unsur Ego untuk memenuhi keinginannya. Sakura berusaha mewujudkan keinginannya dengan menggunakan realita bahwa tangan kirinya tidak dapat memainkan biola dengan sempurna commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga ia harus melatih tangan kirinya untuk menggesek biola. Sakura juga menggunakan unsur Superego dalam dirinya untuk melihat bahwa dalam masyarakat lazimnya orang menggunakan tangan kanan untuk menggesek biola. Dalam diri Sakura, karakter bunga “sakura” nampak jelas. Sakura adalah anak yang ceria dan membuat orang-orang di sekitarnya ikut merasakan kebahagiaan. Namun, ketika Sakura merasakan kesedihan yang mendalam, maka orang di sekitarnya ikut merasakannya. Sakura juga seperti karakter bunga “sakura” yang memenuhi janji. Sakura menunjukkannya ketika ia memenuhi janji memainkan biola untuk Tegar. Di dalam diri Sakura, unsur Id lebih dominan dalam membentuk kepribadiannya. Sakura sering menunjukkannya dengan sikap marah ataupun teriakan. Akan tetapi, Sakura juga sering menggunakan unsur Ego dan Superego untuk melihat realitas guna memenuhi segala keinginannya. 5.
Jasmine Jasmine adalah anak ketiga Rosie dan Nathan. Jasmine digambarkan
sebagai seorang anak yang pendiam dan penurut. Jasmine juga sering melakukan tindakan yang membuat orang tersentuh. Jasmine, anak ketiga mereka, enam bulan lalu menginjak usia lima tahun. Yang satu ini lebih pendiam – apalagi dibanding Sakura. Jasmine pemerhati yang baik. Penurut. Tidak banyak membantah seperti Sakura. Berbeda dengan dua kakaknya, ia memanggilku Paman. Menurutnya kata itu indah: Paman. Meski pendiam, Jasmine sering kali melakukan hal-hal menakjubkan. Kalimat-kalimatnya selalu menyentuh. Aku pernah mendongak terharu saat gadis kecil itu memeluk leherku dan berbisik, “Seandainya, Jasmine empat paman seperti Paman Tegar, maka Jasmine tidak perlu menunggu hingga larut malam untuk mendengar Paman bercerita” (Tere Liye, 2012:5). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
Nama Jasmine diambil dari bahasa Inggris “jasmine” yang berarti bunga melati. Dalam situs http://filsafat.kompasiana.com bunga melati selama ini sering digunakan sebagai lambang kesucian karena warnanya yang putih bersih. Bunga melati juga menggambarkan budi pekerti yang baik dan sikap rendah hati yang dilambangkan oleh bau wangi bunga melati yang lembut dan tidak menusuk. Bunga melati juga simbol kesederhanaan yang dilihat dari masa pertumbuhannya yang tergolong mudah dan tidak rewel serta ukurannya yang kecil. Tokoh Jasmine dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai anak yang memiliki karakter bunga melati. Jasmine selalu membuat orang tersentuh dengan sikapnya. Salah satu contoh sikap Jasmine yang membuat orang tersentuh adalah ketika Jasmine memaafkan pelaku pengeboman Jimbaran yang menewaskan ayahnya. Sikap tersebut ditunjukkan dalam kutipan berikut. Jasmine-ku merangsek mendekati kerumunan, ia berusaha mendekat. “Om, tunggu! TUNGGU!” Jasmine dengan suara bergetar berseru. Enam petugas menghentikan langkah. Membalik badan. Jasmine mendekat. Persis berdiri di depan tervonis hukuman mati. Mata itu berdenting menahan tangis. Ya Tuhan, gadis kecil itu sungguh menahan tangisnya. Dan ia gemetar mengulurkan setangkai mawar biru. “Kata Paman Tegar.... Kata Paman Tegar, kami tidak boleh membenci Om. Tadi pagi, Paman Tegar bilang, kami tidak boleh sedikitpun membenci Om. Meski, meski....” Jasmine tak tahan lagi, gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan sesak di hatinya. Ia terisak, linangan air mata mengalir di lesung pipinya. Senyaplah seluruh kegaduhan. Bagai hutan yang ramai oleh suara jangkrik, serangga, lenguh burung hantu, desis binatang malam, tiba-tiba berhenti semuanya, seketika. Kesunyian magis menggantung di seluruh sudut ruang pengadilan. “Jasmine... Jasmine tidak akan membenci. Demi Paman Tegar yang mengajarkan Jasmine menyulam, merajut. Jasmine.... jasmine tidak akan pernah membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om.” Dan gadis kecil itu tak kuasa lagi melanjutkan kalimatnya. Membalik badannya. Berlari ke arahku. Melompat ke dalam pelukkanku. Menangis commit to user tersedu.
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
Membungkam seluruh kesombongan hidup (Tere Liye, 2012:244-245). Pada kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Jasmine memaafkan pelaku pengeboman demi Tegar. Jasmine juga terlihat sangat mempercayai Tegar. Kepercayaan Jasmine terhadap Tegar terlihat dari kata “percaya” yang dicetak miring. Pada situasi ini, Jasmine menggunakan prinsip Superego di dalam dirinya. Jasmine memaafkan pelaku pengeboman yang membuat ayahnya meninggal dan ibunya depresi. Jasmine mengesampingkan perasaan dirinya sendiri yang merasa marah dengan tindakan pelaku pengeboman. Unsur Ego di dalam diri Jasmine melihat realita bahwa ayahnya yang sudah meninggal tidak mungkin dapat kembali lagi mendorong Jasmine untuk menerima dan memaafkan tindakan pelaku pengeboman. Jasmine di dalam kasus ini juga melihat bahwa Tegar yang mengasuhnya setelah ayahnya meninggal adalah orang yang berjasa di dalam hidupnya. Dorongan untuk memenuhi dan berterimakasih kepada Tegar mendorong unsur Ego di dalam diri Jasmine untuk menggunakan prinsip Superego dalam dirinya untuk memaafkan pelaku dan mengikhlaskan kematian ayahnya. Sikap Jasmine yang sering berlaku hal-hal yang membuat orang lain tersentuh juga dapat dilihat ketika Jasmine membuatkan syal untuk Clarice. ... Jasmine sebelum pergi menarik tas plastik di bawah meja – tadi sengaja disembunyikannya. Mengeluarkan rajutan syal, “Buat Bibi Clare.” Clarice terdiam sesaat menerima rajutan syal itu. Matanya bercahaya membentangkan syal. Jasmine menyulam kalimat yang indah di syal itu, “I bless the day I found you. Let it be me.” Itu lagu kesukaan Clarice. Juga lagu kesukaan Ethan, suami Clare yang meninggal tujuh tahun silam. Jasmine tidak pernah tahu apa maksudnya. Hanya pernah mendengar sekali Bibi Clare-nya bilang sekaligus menyanyikan lagu commit dengan to user indah. tersebut. Jasmine menyulamnya
perpustakaan.uns.ac.id
52 digilib.uns.ac.id
“Kau sungguh anak Rosie dengan hati paling baik.” Clarice memeluk Jasmine. (Tere Liye, 2012:219-220). Pada kutipan di atas, Jasmine terlihat membuatkan syal untuk Clarice. Jasmine juga menyulamkan lirik lagu Let It Be Me yang merupakan lagu dari The Everly Brothers tahun 1955 dan dinyanyikan ulang oleh Elvys Presley. Lagu tersebut merupakan lagu kenangan Clarice dan Ethan, suaminya yang telah meninggal. Jasmine juga mengucapkan terima kasih kepada Ayasa karena telah membantu penyembuhan ibunya. Sikap Jasmine dapat dilihat dalam kutipan berikut. “Bibi, Bibi Ayasa tunggu.” Jasmine berseru pelan. Ayasa menghentikan gerakannya, menoleh. Jasmine melangkah mendekat. Berdiri persis di depan Ayasa. Mata hijau gadis kecil itu terlihat memesona. “Dulu. Waktu Jasmine datang mengantar Ibu, Bibi Ayasa bertanya apa Bibi boleh memeluk Jasmine. Sekarang, sekarang bolehkah Jasmine memeluk Bibi? Gadis kecil itu menatap lamat-lamat. Ayasa jongkok, mengangguk, “Kau selalu boleh memeluk Bibi, Jasmine.” Jasmine tersenyum. Loncat ke tangan Ayasa yang terjulur. Memeluk penuh penghargaan. “Dulu. Dulu waktu Bibi Ayasa bertanya apakah Ibu boleh tinggal di shelter, Jasmine amat takut. Jasmine tidak percaya pada Bibi. Sekarang, sekarang Jasmine senang sekali. Paman Tegar benar, Bibi Ayasa dokter yang hebat. Nanti kalau Jasmine sudah besar, Jasmine akan menjadi dokter yang hebat seperti Bibi. Sama baiknya seperti Bibi, meski jasmine tidak ingin jahil seperti Om Mitchell.” Jasmine menyeringai kecil, menyeka ujung matanya (Tere Liye, 2012:292-293). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Jasmine mengucapkan terima kasih dengan cara yang berbeda. Dengan Clarice, Jasmine memberikan syal yang disulam tulisan lirik lagu kesenangan Clare. Kepada Ayasa, Jasmine memberikan pelukan. Sikap Jasmine ini merupakan kerja unsur Id yang mencari kesenangan Jasmine. Unsur Id Jasmine ini didukung dengan unsur Ego berupa realita bahwa commit to user ketika mengalami musibah. Clarice dan Ayasa banyak membantu keluarganya
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kasus tersebut, Jasmine juga menggunakan unsur Superego di dalam dirinya. Unsur Superego yang mengutamakan moral sosial mendorong Jasmine untuk berterima kasih. Dalam kaitannya dengan moral sosial, seseorang didorong untuk mengucapkan terimakasih kepada orang yang memberikan sesuatu ataupun berjasa kepada kita. Tokoh Jasmine dalam Sunset Bersama Rosie juga digambarkan sebagai seseorang yang penyayang dan bertanggung jawab terhadap adiknya. Jasmine terbiasa mengasuh adiknya yang masih kecil. Ada yang unik dalam urusan ini. Anak terkecil Nathan dan Rosie adalah Lili. Baru genap satu tahun minggu ini. Kemana saja mereka pergi, maka Jasmine-lah yang menggendong Lili. Jasmine selalu mengotot membawa adiknya. Dulu saat umurnya masih empat tahun, menggemaskan sekali melihat Jasmine membawa-bawa adiknya, tubuh kecil itu harus membawa adiknya yang juga kecil. Tetapi sekarang, Jasmine lebih terlatih, ia pandai mengurus Lili, dengan usia yang masih berbilang jemari satu telapak tangan. Bayangkan saja pemukiman terpencil di pedalaman, pemandangan seperti ini amat lazim, anak-anak kecil yang terpaksa mengurus adik mereka karena kedua orang tua sibuk bekerja di ladang. Tetapi Jasmine tidak terpaksa, dan resor mereka di Gili Trawangan jauh untuk dibilang terpencil. Ia senang melakukannya, amat menyayangi adiknya. Rajin mengajak adiknya berbincang. Meskipun semua tahu, Lili terlalu kecil untuk diajak bicara(Tere Liye, 2012:6). Dari kutipantersebut, terlihat bahwa Jasmine sangat menyayangi Lili, adiknya. Jasmine yang masih kecil sering menggendong Lili dan mengajak Lili bercerita. Dalam diri Jasmine, dorongan untuk mengasuh adiknya ini berasal dari unsur Id di dalam dirinya. Jasmine mencari kesenangan dengan mengasuh adiknya. Jasmine tidak memperhatikan realita ataupun moral sosial yang ada. Tubuh Jasmine yang masih kecil, apabila digunakan untuk menggendong adiknya masih belum kuat. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dorongan Id yang kuat di dalam diri Jasmine inilah yang membuatnya berlatih agar terbiasa menggendong dan mengasuh Lili. Namun kendati demikian, Jasmine juga bertanggung jawabnya sebagai kakak untuk mengasuh adiknya. Sikap Jasmine ini juga ditunjukkan ketika ayahnya meninggal. Jasmine sudah terbangun sejak tadi. Nathan dan Rosie selalu membiasakan anak-anaknya bangu pagi. Clarice datang lagi menjelang subuh, membawa keperluan. Termasuk susu bubuk dan air panas untuk Lili. Jasmine terampil menyiapkan kebutuhan adiknya. Lili menggeliat beberapa menit kemudian. Mulai merengek ingin minum. Jasmine mengganti popok adiknya, cekatan memasang pampers. Tidak pernah terbayangkan menyaksikan anak kecil berumur lima tahun itu dengan wajah kosong karena seluruh kesedihan ini melakukan semua itu di sela-sela hingar-bingar koridor rumah sakit. Jasmine belum mengerti banyak hal, tapi ia paham, mulai hari ini ia akan lebih banyak mengurus adiknya (Tere Liye, 2012:47-48). Dalam kutipan tersebut, dapat terlihat bahwa Jasmine bertanggung jawab terhadap adiknya. Jasmine mengesampingkan perasaan sedih di dalam dirinya untuk tetap mengasuh dan merawat adiknya. Jasmine tidak lagi memperhatikan kesenangannya saja dalam mengasuh adiknya. Akan tetapi, mengasuh Lili merupakan sikap tanggung jawab Jasmine sebagai kakak. Dapat dikatakan bahwa di dalam diri Jasmine, unsur Ego dan Superego bekerja pada situasi tersebut. Sikap penerimaan Jasmine akan kematian ayahnya merupakan dorongan dari unsur Ego di dalam dirinya. Tanggung jawab Jasmine terhadap Lili merupakan dorongan Superego di dalam dirinya. Ia menggunakan prinsip moral sosial bahwa seorang kakak bertanggung jawab terhadap adiknya. Kendati Jasmine memiliki perasaan yang halus dan bertanggung jawab, Akan tetapi ada kalanya Jasmine merasakan kesedihan yang mendalam. Kesedihan tersebut ditunjukkan Jasmine ketika ia mengetahui ayahnya meninggal. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kesedihan Jasmine juga terlihat ketika ia mendapatkan pukulan dari ibunya yang sedang depresi dan juga mengharuskan ibunya dirawat di sebuah shelter. “Paman....” Jasmine berbisik lemah Aku mengusap rambut Jasmine. Menoleh. Mencoba tersenyum. “Paman Tegar, Ayah sebenarnya pergi ke mana?” Aku terdiam. Kelu. Pertanyaan itu. “Paman Tegar?” “Ayah tidak pergi ke mana-mana.” “Tadi Paman Tegar bilang ke Oma, Ayah sudah pergi. Bukankah Ayah ada di sana. Dipeluk Ibu. Kenapa Ayah tidak bergerak-gerak? Ayah sakit apa?” Aku mendongak menatap desing kipas angin dalam ruangan. “Apakah, apakah Ayah tidak akan pernah kembali.” Suara Jasmine semakin serak, memastikan pemahamannya yang terbatas soal kematian. Aku menelan ludah. Mengangguk pelan. Jasmine tertunduk. Satu tetes air-matanya menimpa dahi Lili. Jasmine gemetar mengusapnya. Takut membuat adiknya terbangun. Gadis kecil itu menatap adiknya teramat sendu, berbisik, “Ayah sudah pergi, Lili. Ayah sudah pergi.... Tidak akan kembali.” (Tere Liye, 2012:44-45). Pada kutipan tersebut, Jasmine yang menanyakan tentang kematian ayahnya menangis setelah mengetahui ayahnya tidak akan kembali. Pertanyaan Jasmine yang ditunjukkan dengan kalimat bercetak miring menunjukkan ketidak tahuannya tentang kematian. Tangisan Jasmine yang mengetahui kematian ayahnya merupakan sebuah tindakan Id yang bekerja secara spontan. Akan tetapi, Jasmine masih dapat mengendalikan perasaannya demi Lili. Unsur Superego dalam diri Jasmine mengendalikan perasaan sedihnya. Kesedihan Jasmine juga ditampakkan ketika ia dipukul oleh ibunya yang depresi. “Ibu, Ibu kenapa?” Mata Jasmine berkaca-kaca. Gemetar berusaha menyentuh ibunya. Dan balasannya, Rosie seketika memukul kepala Jasmine dengan sapu ijuknya. Aku berteriak kencang, “JANGAN, ROS!” Terlambat. Jasmine sudah terduduk. Bukan karena rasa sakit, tetapi lebih karena tidak menyangka ibunya akan memukul kepalanya. (Tere Liye, 2012:120). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
56 digilib.uns.ac.id
Kesedihan Jasmine juga tampak ketika ia tahu ibunya harus dirawat di sebuah shelter. Jasmine memeluk erat ibunya saat pulang. Rosie membalas pelukan itu. Menatap sedih anaknya. Tidak. Jasmine tidak menangis. Jasmine hanya menyeka ujung matanya yang ber-air. Setelah merajuki sebelum berangkat tadi, setelah melihat banyak potongan penjelasan, terutama dari Ayasa, setelah berpikir, Jasmine bisa merangkai sebuah penjelasan yang lebih baik. Anak-anak yang cerdas, anak-anak yang dibiarkan berpikir dengan caranya sendiri, bisa dengan lebih mudah memahami sebuah masalah. Dan bagi Jasmine, urusan berpisah pagi ini sederhana saja, ia tidak ingin ibunya melihatnya menangis. Ia ingin ibunya tahu kalau Jasmine baikbaik saja. Hanya itu. Maka Jasmine berusaha menahan sedan. (Tere Liye, 2012:142-143). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Jasmine terlihat menahan kesedihannya karena tidak ingin ibunya tahu. Jasmine memiliki pengendalian diri yang cukup kuat. Id di dalam dirinya mendorongnya untuk bersedih. Akan tetapi, Ego dan Superego di dalam dirinya membuatnya menahan perasaan sedih tersebut demi kesembuhan ibunya. Jasmine juga menunjukkan karakter anak di usia lima tahun yang paham dengan keadaan. Jasmine tidak menuntut banyak penjelasan ketika dipukul oleh Rosie. Jasmine juga tidak bertanya ketika Rosie harus dirawat di shelter. Dapat dikatakan bahwa Jasmine merupakan gambaran tokoh anak yang cerdas dan tidak banyak bertanya untuk mengerti situasi. Dalam diri Jasmine juga dapat dilihat karakter anak usia lima tahun yang ingin dituruti keinginannya. Karakter itu dapat dilihat ketika Jasmine memaksa untuk tetap di rumah sakit bersama ibunya. Clarice mengangguk, mencoba mangambil Lili dari pelukan Jasmine. Maksudnya agar Jasmine bisa berdiri dan mereka bisa ikut kembali ke penginapan. Membujuknya. Jasmine justru melotot marah, gadis kecil yang pendiam ini mendadak berteriak, “JASMINE DAN LILI MAU DI commit to user SINI!”
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Clarice menelan ludah, “Nanti kita bisa kembali, My Dear. Kau harus mandi, berganti pakaian,ti-” “JASMINE DAN LILI MAU BERSAMA IBU! BERSAMA AYAH!” Gadis kecil itu menatap galak, tidak peduli. Muka imutnya terlihat tegang. “Ibu akan menyusul ke hotel - ” “JASMINE DAN LILI TIDAK MAU! TIDAK MAUUU!” Gadis kecil Itu beringsut mundur, memeluk adiknya erat-erat, menoleh padaku, meminta pembelaan. (Tere Liye, 2012:43-44) Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Jasmine marah ketika dipaksa oleh Clarice untuk ikut ke hotel. Jasmine menggunakan unsur Id di dalam dirinya dan berteriak marah. Teriakan Jasmine merupakan unsur refleks yang bekerja atas dorongan Id.Jasmine juga meminta pembelaan Tegar agar dapat menuruti kemauannya tetap tinggal di Rumah Sakit. Dapat dikatakan bahwa Jasmine memiliki karakter yang mirip dengan bunga melati. Atau dalam kata lain sistem penamaan bunga melati atau “jasmine” memiliki peran dalam membentuk karakter Jasmine. Jasmine dalam Sunset Bersama Rosie memiliki sifat yang rendah hati dan berbudipekerti baik. Dalam diri Jasmine, dapat dilihat bahwa unsur Superego lebih banyak berperan. Unsur ini membuatnya memiliki pengendalian diri yang cukup. Kendati unsur Superego lebih dominan, di dalam diri Jasmine unsur Id juga tampak ketika Jasmine menginginkan sesuatu. Jasmine juga menggunakan unsur Ego sebagai bahan pertimbangan dirinya dalam menentukan suatu tindakan.
6.
Lili Lili adalah anak keempat Nathan dan Rosie. Lili dalam novel Sunset
Bersama Rosie digambarkan sebagai anak batita. Pada saat tragedi pengeboman commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jimbaran, usia Lili baru satu tahun. “Anak terkecil Nathan dan Rosie adalah Lili. Baru genap satu tahun minggu ini” (Tere Liye, 2012: 6). Nama
Lili
diambil
dari
nama
bunga
“lili”.
Dalam
situs
http://www.mahadewiflorist.com, bunga “lili” adalah bunga yang cantik dan memiliki warna putih. Bunga “lili” sendiri memiliki filosofi berupa impian, ide,keinginan, dan keyakinan kita dibarengi dengan integritas kita terhadap spiritualitas dan penuh kesederhanaan. Warna putih yang dimiliki oleh bunga “lili” melambangkan kesucian. Tokoh Lili digambarkan sebagai anak yang lucu, menggemaskan dan cantik. Kecantikan Lili ini mewakili salah satu karakter bunga “lili” yang melambangkan kecantikan. Lili digambarkan memiliki pipi yang tembam dan rambut yang indah. Tokoh Lili dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai anak yang sangat dekat dengan kakaknya, Jasmine. Lili lebih sering diasuh oleh Jasmine daripada saudara-saudaranya yang lain. Ada yang unik dalam urusan ini. Anak terkecil Nathan dan Rosie adalah Lili. Baru genap satu tahun minggu ini. Kemana saja mereka pergi, maka Jasmine-lah yang menggendong Lili. Jasmine selalu mengotot membawa adiknya. Dulu saat umurnya masih empat tahun, menggemaskan sekali melihat Jasmine membawa-bawa adiknya, tubuh kecil itu harus membawa adiknya yang juga kecil. Tetapi sekarang, Jasmine lebih terlatih, ia pandai mengurus Lili, dengan usia yang masih berbilang jemari satu telapak tangan (Tere Liye, 2012:6). Kedekatan yang terjalin antatra Lili dan Jasmine terlihat dari kutipan tersebut. Kedekatan ini dapat dikarenakan sifat Jasmine yang melindungi dan mengasuh adiknya. Selain hal tersebut, kedekatan ini juga bisa dikarenakan Jasmine merupakan saudara yang paling dekat rentan usianya dengan Lili. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
Seperti kakak-kakaknya yang lain, Lili juga mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan ketika masih kecil. Peristiwa yang kurang menyenangkan ini diawali dengan tragedi pengeboman di Jimbaran yang menewaskan ayahnya. Jasmine yang tadi termangu mendengar suara ledakan yang membuncah telinga demi melihat Lili terlempar sontak berteriak parau, kalap melompat, berusaha menarik tubuh adiknya yang terlempar di atas pasir. (Tere Liye, 2012:22). ... Lili yang ya Tuhan, terimakasih, tidak kurang satu apa pun meski tubuhnya terpental satu meter. (Tere Liye, 2012:41).
Dari kutipan tersebut tampak bahwa Lili yang baru berusia satu tahun terlempar dari kereta bayinya ketika terjadi pengeboman di Jimbaran. Usia Lili yang masih satu tahun, membuatnya mengalami trauma yang mempengaruhi perkembangannya. Dalam teori psikoanalisis, usia satu hingga tiga tahun merupakan usia dimana anak mengalami fase anal dimana anak harus menjaga keseimbangan Id. Trauma yang dialami Lili pada usia satu tahun ini membuatnya kehilangan keseimbangan terhadap kontrol Id di dalam dirinya. Akibat yang ditimbulkan akibat hilangnya kontrol Id di dalam diri Lili ini membuat Id di dalam dirinya lebih dominan dan selalu menuntut untuk dipenuhi. Trauma ini ditunjukkan dengan Lili yang enggan berbicara setelah tragedi pengeboman. Tetapi Lili hanya bicara pada Jasmine. Lili membisu sejak dua tahun lalu. Sempurna tidak mengeluarkan katakata. Aku awalnya cemas. Khawatir Lili mengalami kelainan. Aku sempat membawanya ke Ayasa. Setelah serangkaian tes, Ayasa hanya bilang, Lili enggan bicara. Tidak bisu. Gadis kecil itu tidak memiliki masalah komunikasi apa pun. “Trauma masa kecilnya membuat ia enggan bicara. Kau tidak usah terlalu cemas, Tegar, nanti-nanti ia pasti bicara. Bukankah selama ini komunikasinya dengan kalian berjalan baik?” Ya, semuanya berjalan baik. Lili sempurna menjadi penutup empat kuntum bunga Rosie.commit Gadisto user kecil itu sama riangnya. Sama
perpustakaan.uns.ac.id
60 digilib.uns.ac.id
membanggakannya. Hanya Jasmine yang mengerti tatapan matanya, mengerti apa maunya, dan hanya Jasmine pula yang bicara padanya, meski Lili hanya mengangguk dan menggeleng dalam percakapan mereka(Tere Liye, 2012:196). Dari kutipan di atas dapat terlihat bahwa trauma yang dialami Lili pada saat ia menjalani fase anal membuatnya mengalami trauma. Trauma yang ditunjukkan dengan keengganan Lili untuk berbicara ini menunjukkan bahwa Lili memiliki unsur Id yang kuat. Lili tidak menggunakan unsur Ego di dalam dirinya untuk tetap berbicara. Lili memaksakan keinginannya untuk tetap diam walaupun ia tidak memiliki gangguan komunikasi. Unsur Superego di dalam diri Lili juga tidak digunakan dalam kasus ini. Lili tidak memandang lingkungan sekitar dimana kakak-kakaknya berbicara. Lili lebih menggunakan gerak tubuh untuk berkomunikasi. Selain kejadian pengeboman Jimbaran, Lili juga mengalami trauma masa kecil di usia tiga tahun. Trauma ini disebabkan tindakan Rosie yang belum sembuh dari depresinya. Tindakan Rosie menarik Lili dan membawanya ke tubir cadas membuat trauma yang dialami Lili semakin panjang dan lebih membuatnya enggan berbicara. ...Rosie bagai kapal yang berbalik arah seratus delapan puluh derajat, berubah menakutkan. Wajahnya dingin. Tertawa sinis. Dan sialnya, tangannya sempat menarik kerah baju Lili. Gadis kecil itu berteriakteriak ditarik ibunya ke tubir cadas. Ya Tuhan, aku gentar sekali waktu itu. “ROS! ITU LILI!” “PERGI KAU!” “ROS! ITU LILI. AKU MOHON SADARLAH!” Rosie terus menyeret Lili mendekati tiang pembatas pondok. Aku melangkah gemetar. Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan Rosie. Rosie menatapku galak. Matanya merah. “Aku mohon Ros. Sadarlah, aku tahu semua urusan ini menyakitkan, aku tahu semua kenangan itu menyakitkan. Demi anak-anak, aku mohon, sadarlah.... Itu Lili, Ros!” aku berusaha membujuk, berusaha tetap tenang commit to user dengan napas yang tersengal, gentar melangkah mendekat.
perpustakaan.uns.ac.id
61 digilib.uns.ac.id
“BERHENTI! JANGAN DEKAT-DEKAT!” Rosie berteriak kalap. Mengangkat kerah baju Lili. Gadis kecil itu tersedak. Demi melihat Lili megap-megap seperti kehabisan napas, aku mulai panik, “Ros, aku mohon! Tidak bisakah kau sedikit saja menyadari anakanak membutuhkanmu. Anak-anak mencintaimu. Aku tahu semua kenangan itu menyakitkan.... aku juga pernah merasakan betapa menyakitkan ketika menyadari kesempatan itu tidak pernah ada. Tetapi kau masih punya kesempatan, Ros. Selalu punya kesempatan.” Aku terbata membujuk. Entahlah apa yang kukatakan, aku terlalu gentar memikirkan apa yang bisa dilakukan Rosie dalam sekejap dengan tubir cadas yang hanya dibatasi tiang kayu setinggi pinggang. Lili semakin tercekik. Tangannya menggapai-gapai (Tere Liye, 2012:203-204). Dalam kutipan tersebut, Lili tampak terkejut dengan sikap ibunya. Unsur Id di dalam diri Lili membuatnya berteriak-teriak. Teriakan yang dilakukan Lili merupakan unsur refleks dari Id. Selain itu, sikap Rosie sebagai ibu yang menarik Lili ke tubir cadas membuat Lili merasa ketakutan sehingga menimbulkan suatu trauma yang membekas pada diri Lili. Unsur Ego dan Superego yang dimiliki Lili pada usia satu sampai tiga tahun ini kurang bekerja secara maksimal atau dapat dikatakan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Unsur Id yang lebih dominan karena kegagalan fase anal membuat Lili mengalami gangguan dalam masa tumbuh-kembangnya. Unsur Id yang dominan di dalam diri Lili juga ditunjukkan dengan kemarahan. Sebagaimana layaknya anak berusia batita, Lili menunjukkan kemarahan dengan merajuk. Lili menunjukkan sikap merajuk ketika keinginannya tidak terpenuhi. Separuh perjalanan Anggrek memaksa Lili memakai topi mungilnya, “Nanti dingin, Lili!” Lili melotot, tidak mau. Anggrek tetap memaksa. Lili menunjuk-nunjuk aku. Jasmine membantu menjelaskan, “Paman Tegar saja tidak maksa, kenapa Kak Anggrek maksa.” Lili menagnggukangguk. Anggrek menghela napas pelan, mengalah. Aku akhirnya tahu alasan gadis kecil berumur tiga tahun itu menolak memakai topi saat kami sudah di atas kapal cepat yang membelah selat Bali-Lombok menuju Denpasar. “Lili ingin rambut panjangnya terlihat, commityang to user Paman. Kan, Paman sendiri bilang rambut Lili paling indah.”
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jasmine berbisik menjelaskan. Aku menatap Lili yang berdiri di atas kursi plastik, sedang menunjuk-nunjuk riang dua ekor lumba-lumba yang berenang di depan kapal-cepat. Anak yang hebat (Tere Liye, 2012:239) Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa Lili melotot ketika Anggrek memaksanya memakai topi. Pelototan Lili terhadap Anggrek menunjukkan ekspresi kemarahannya. Dalam kasus ini, unsur Id dalam diri Lili bekerja dan menuntut untuk dipenuhi. Lili juga menuntut pembenaran atas sikapnya dengan menunjuk-nunjuk Tegar. Lili juga menampakkan sikap marahnya dengan berdiam diri. Kemarahan ini ditunjukkan ketika Lili merasa kecewa apabila dirinya dilukai. Kemarahan itu dapat dilihat ketika Mitchell mengatakan bahwa dirinya jelek apabila tidak mau berbicara. Setengah jam kemudian dihabiskan Mitchell membujuk Lili bicara. “Lili jelek deh kalau malas ngomong.” Mitchell menyeringai putus asa. Anakanak tertawa. Lili melengos, sakit hati dibilang jelek – mana ada yang pernah bilang Lili jelek. Ia pindah dua kursi di dekatku, menatap galak Mitchell dari sebrang meja. Yang ditatap manyun, minta maaf (Tere Liye, 2012: 258-259).
Pada kutipan di atas, Lili tidak lagi menunjukkan kemarahan dengan mata yang melotot. Lili menunjukkannya dengan sikap diam dan tatapan mata yang galak. Lili tidak menunjukkan sikap kemarahan dengan cara berteriak ataupun mengamuk. Jika ditilik dari kasus sebelumnya, dimana Lili menunjukkan kemarahan dengan mata yang melotot, dapat dilihat bahwa wujud kemarahan Lili berupa gerak refleks yang berkaitan dengan organ mata. Kendati unsur Id mempengaruhi kemarahan Lili, akan tetapi Lili mulai menggunakan unsur Ego dan Superego di dalam dirinya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
Unsur Ego dan Superego ditunjukkan dengan pengendalian diri Lili atas sikap marahnya. Lili mengendalikan dirinya untuk tidak berteriak ataupun menangis ketika ia merasakan kekecewaan. Unsur Ego membuat Lili beranggapan bahwa ia masih dapat menunjukkan kemarahan kendati hanya dengan tatapan mata. Unsur Superego di dalam dirinya mempengaruhi Lili untuk tetap mengamati sikap orang-orang di sekitarnya ketika marah dan tidak bereteriak. Sikap yang di dapat dari lingkungan sekitar inilah yang mempengaruhi Lili untuk marah dengan menggunakan tatapan mata. Selain sikap marah, Lili juga menunjukkan Id di dalam dirinya bekerja untuk membuat Lili mendapatkan rasa nyaman di dalam dirinya. Sikap ini ditunjukkan ketika Lili bersikap nakal ketika diasuh oleh orang lain selain Jasmine. “... Lili sudah rapi duduk di kursi bayinya. Belepotan dengan susu. Putri, remaja tanggung penduduk setempat, tidak pernah secakap Jasmine mengurus Lili. Sebenarnya Lili yang sedikit bandel, kalau tahu bukan Jasmine yang mengurusnya...” (Tere Liye, 2012: 98).
Pada kutipan tersebut terlihat bahwa Lili yang selama ini sering diasuh Jasmine, menjadi bandel ketika diasuh oleh orang selain Jasmine. Sikap Lili tersebut merupakan dorongan unsur Id di dalam dirinya guna mencari kepuasan atas area nyaman dirinya. Lili menganggap Jasmine yang selalu mengasuhnya merupakan area nyaman dirinya. Sikap Lili yang mencari zona nyaman di dalam dirinya ini juga dapat dilihat ketika pernikahan Tegar.
Lima langkah lagi menuju tengah ruangan. Entah mengapa, tiba-tiba Lili berlari ke arahku. Tangannya dengan cepet memegang celanaku. Langkahku terhenti. Langkah Sekar juga terhenti. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Semua undangan memandang tidak mengerti. Lili tidak peduli, gadis ecil itu mendongak, aku gentar sekali menatap wajahnya. Wajah gadis kecil berumur tiga tahun. Mulut Lili perlahan membuka. “Kau ingin mengatakan sesuatu, Lili?” Aku duduk jongkok. Mulutnya menutup lagi. “Katakanlah sesuatu, Sayang? Bicaralah.” Mata Lili berdenting air. Satu bulir membasahi pipinya. “Paman.” Mulut kecilnya membuka, itu kalimat pertama yang keluar dari mulutnya, “Lili akan bicara. Lili akan mengatakan apa saja yang Paman inginkan.” Gadis kecil itu terisak. seluruh ruangan senyap. Ya Tuhan, gadis kecilku akhirnya bicara. Setelah dua tahun diam. Pagi ini gadis kecilku bicara. Dengan suara yang indah, mencelupkan hati. “Paman, Lili akan menjadi apa saja yang Paman inginkan. Lili akan menuruti semua yang Paman katakan. Lili akan bicara apa saja yang Paman inginkan. Asal, asal, Paman jangan pergi. Paman jangan pergi.” Lili memegang lenganku Aku menggigit bibir, mendongakkan kepala. “Lili tidak ingin memanggil Paman dengan sebutan Paman seperti Kak Jasmine. Lili tidak ingin memanggil Uncle seperti Kak Sakura. Lili tidak ingin memanggil Om seperti Kak Anggrek. Lili ingin memanggil Paman dengan.... Lili ingin memanggil Paman dengan sebutan Papa. Papa Tegar.” Lili mencengkeram lenganku. Air mata itu sempurna meleleh. Aku mendekap kepala gadis kecil itu. Ruangan senyap. Hanya diisi oleh tangis pelan Lili. Ia tidak merajuk, tangisnya lebih seperti gadis kecil yang sungguh tidak mau kehilangan sesuatu (Tere Liye, 2012:423-424). Pada kutipan tersebut terlihat bahwa Lili tidak ingin kehilangan Tegar yang ia inginkan menjadi ayahnya. Keinginan Lili ini lebih dikarenakan Tegar yang sudah mengasuhnya selama dua tahun dan menggantikan peran orang tua bagi Lili membuat Lili beranggapan bahwa Tegar adalah orang tuanya. Lili menjadikan Tegar sebagai salah satu zona nyaman bagi kehidupannya. Keinginan Lili untuk menjadikan Tegar ayahnya tidak hanya didasari oleh unsur Id semata. Lili menggunakan unsur Ego untuk melihat realitas kemungkinan Tegar menjadi ayahnya. Akan tetapi dalam kasus ini, Lili meninggalkan unsur Superego karena Lili mengatakan keinginannya di acara pernikahan Tegar dengan Sekar. Lili yang masih berusia tiga tahun belum dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
65 digilib.uns.ac.id
melihat prinsip sosial dari pernikahan Tegar dan Sekar. Lili belum dapat melihat persepsi masyarakat yang akan dibangun dengan tindakan Lili tersebut. Dapat dikatakan bahwa Lili memiliki sifat bunga Lili yang cantik. Lili juga memendam impiannya untuk menjadikan Tegar ayahnya. Hal tersebut merupakan salah satu karakter bunga Lili yang berarti impian dan harapan. Dari segi unsur kepribadian, unsur Id lebih berperan di dalam diri Lili. Hal tersebut dikarenakan trauma di masa lalu Lili setelah pengeboman Jimbaran yang menewaskan ayahnya dan membuat ibunya depresi. Trauma ini membuat fase anal dari Lili terganggu dan menjadikan kontrol Id di dalam dirinya tidak stabil dan membuat unsur Id di dalam dirinya lebih dominan. Kendati unsur Id bekerja secara dominan, unsur Ego dan Superego di dalam diri Lili dapat mencul setelah ibunya sembuh dari depresi.
7.
Sekar Sekar adalah kekasih dari Tegar Karang yang ditinggalkan setelah
kejadian pengeboman Jimbaran. Sekar dalam Sunset Bersama Rosie, digambarkan sebagai gadis yang cantik. Selain itu, Sekar juga digambarkan sebagai gadis yang sangat mencintai Tegar Karang. “Aku tahu Sekar gadis yang baik. Cantik, bukan? Bukankah saat kau menangis di telepon ketika tahu Rosie dan Nathan akan menikah Oma pernah bilang, kau bisa mendapatkan gadis yang jauh lebih cantik dan lebih baik dibandingkan Rosie, Tegar.” Oma tertawa kecil, getir. Aku ikut tertawa getir. Masa-masa menyakitkan itu. “Dan gadis itu amat mencintaimu, bukan. Sekar amat mencintaimu.” “Ya, terlalu mencintaiku. Cintanya bahkan tetap lebih besar dibandingkan dengan kalau cintaku kepada anak-anak ditambahkan cinta anak-anak kepadaku, juga ditambah cintaku kepada Rosie, juga ditambah cinta Oma kepada anak-anak.” Aku menjawab pelan. Mengusap rambut (Tere Liye, 2012:157). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
Nama Sekar diambil dari bahasa Jawa krama “sekar” yang berarti bunga secara umum. Bunga selama ini dikenal dengan suatu hal yang identik dengan wanita. Bunga juga melambangkan keindahan
dan kelembutan baik dari
warnanya ataupun wanginya. Setiap bunga juga memiliki proses panjang sebelum ia mekar. Tidak jarang banyak hambatan yang dialami bunga untuk mekar. Sekar dalam Sunset Bersama Rosie juga mendapat beberapa cobaan dalam hidupnya yang membuatnya bersedih. Cobaan tersebut didapatkan Sekar sebagai dampak tidak langsung tragedi pengeboman Jimbaran, Bali. Sekar yang merencanakan acara pertunangannya dengan Tegar yang akan diadakan satu hari setelah peristiwa pengeboman harus rela menunda pertunangannya karena peristiwa pengeboman. SEKAR. Ia yang meneleponku. “Kau tidak lupa kalau kita hari ini bertunangan, kan, Tegar.” suara Sekar terdengar sedikit merajuk. Aku bagai dicelupkan ke dalam kolam yang dipenuhi batangan-batangan es. “Ergh.” Suaraku terputus. Kelu. Bagaimana mungkin aku lupa? “Kau ada di mana, Tegar? Aku sudah menunggu dari tadi – maksudku Papa, Mama, dan seluruh keluarga. Kami menunggu calon tunangan prianya. Kau tahu, kami menunggu dengan wajah harap-harap cemas seperti di film-film itu.” Suara Sekar terdengar riang. “Aku, aku ada di Bali.” Tercekat. Semua ini benar-benar membuat lupa. Kepanikan semalam membuatku lupa kalau hari ini hari penting bagiku. Pertunangan kami. “Eh, kau tidak tahu apa yang baru terjadi?” Aku buru-buru berusaha menjelaskan. Panik dengan kalimat-kalimat berikutnya. Terbata-bata. Bagaimana sekar akan tahu? Sepanjang hari ia dan keluarganya sibuk menyiapkan acara pertunangan. Antusias – amat bersemangat malah. Senang dengan janji-janji hidup bersama yang akhirnya ia dapatkan setelah hampir setahun tak kenal lelah membujukku(Tere Liye, 2012:49).
Dalam kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Tegar tidak memberitahukan sebelumnya bahwa acara pertunangannya dengan Sekar dibatalkan karena tragedi commit to user Acara pertunangan antara Sekar pengeboman Jimbaran yang menewaskan Nathan.
perpustakaan.uns.ac.id
67 digilib.uns.ac.id
dan Tegar merupakan acara yang sangat dinantikan Sekar. Pembatalan sepihak ini membuat diri Sekar terguncang dan bersedih. Kesedihan Sekar dapat terlihat dalam kutipan berikut. “Kita masih bisa menjadwal-ulang acaranya, bukan?” Sekar tertawa pelan, mencoba bergurau, terdengar ganjil. Tentu saja, Sekar. Tentu, aku akan segera kembali ke Jakarta setelah semua urusan ini selesai. Aku akan langsung datang ke rumahmu. Jadi bilang Papa-Mama terus saja bersiap selama seminggu ini, calon menantunya akan datang kapan saja, mungkin sambil terjun-payung dari pesawat.” Aku mencoba balas bergurau, tertawa. Sekar tertawa tanggung. Entahlah -(Tere Liye, 2012:53). Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Sekar menutupi kesedihannya dengan bergurau. Sekar juga meragukan kelanjutan hubungannya dengan Tegar yang dibuktikan dengan kalimat “Kita masih bisa menjadwal-ulang acaranya, bukan?”. Kalimat tersebut menyatakan keraguan akan adanya penjadwalan ulang pertunangannya dengan Tegar. Keraguan akan kepastian nasib pertunangannya dengan Tegar juga ditanyakan langsung kepada Tegar seperti pada kutipan berikut,“Aku takut. Aku takut kau tidak akan pernah bisa menikahiku.” (Tere Liye, 2012:112). Dalam kutipan tersebut, Sekar menyatakan keraguannya atas hubungannya dengan Tegar. Kesedihan Sekar akan batalnya acara pertunangan dengan Tegar kembali tidak mendapatkan kepastian setelah Rosie mengalami guncangan jiwa. Tegar yang masih menjanjikan akan kembali tidak memberikannya kepastian kapan akan kembali. “Aku cemas aku tidak bisa pulang Senin besok.” Aku berkata lemah. Menelan ludah. Sekar hanya diam. “Aku harus memastikan Rosie baik-baik saja. Aku tidak mungkin meninggalkan anak-anak kalu ibunya masih tidak terkendali. Kau bisa membayangkan, bukan? Ada turis yang kebetulan berprofesi sebagai to user dokter menangani Rosie,commit dia bilang tergantung besok. Kalau besok Rosie
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
baik-baik saja, maka depresi itu tidak serius. Aku bisa pulang minggu depan, Selasa atau Rabu. Tetapi kalau terjadi sesuatu yang serius, mungkin aku baru pulang dua minggu lagi.” (Tere Liye, 2012:129). Pada situasi tersebut, unsur Ego dan Superego di dalam diri Sekar menguasai dirinya, sehingga mekipun Sekar bersedih dengan situasi hubungannya dengan Tegar, Sekar masih bisa menahan dirinya. Sekar mengesampingkan rasa sedihnya dengan menerima realitas bahwa Tegar harus tinggal di Gili Trawangan sementara waktu karena mengurus keluarga Rosie. Unsur Id dan unsur Superego dalam diri Sekar mengalami pertentangan dalam kutipan tersebut. Unsur Id dalam diri Sekar menuntutnya untuk mengutamakan rasa sedih atas pembatalan pertunangan. Unsur Superego dalam diri Sekar menuntutnya untuk melihat prinsip moral sosial terhadap keluarga Rosie yang sedang mengalami musibah. Dalam kasus tersebut, unsur Ego di dalam diri Sekar membuatnya menggunakan unsur Superego dengan melihat realitas bahwa ia dapat mengendalikan dirinya dan menerima musibah Rosie. Dengan kata lain, unsur Ego di dalam diri Sekar menuntutnya untuk menggunakan unsur Superego dirinya daripada unsur Id. Unsur Ego dalam diri Sekar juga tampak ketika Tegar memintanya bertemu dan mengatakan tidak dapat kembali ke Jakarta. “Aku sepertinya tidak bisa pulang ke Jakarta minggu depan. Minggu depannya juga tidak. Aku cemas aku tidak bisa pulang bulan-bulan ini. Aku tidak tega meninggalkan anak-anak. Mereka tidak punya siapa-siapa selain aku.” “Ya, pamannya yang paling hebat, keren dan super.” Sekar memotong, intonasi suaranya berubah. Aku menelan ludah. “Aku tidak bisa mengajak anak-anak untuk pindah ke Jakarta, meskipun saran itu logis sekali. Aku tidak ingin mereka terpisah dari masa kanakkanak yang bahagia di Gili Trawangan, tiga belas tahun jejak-jejak mereka bersama Nathan dan Rosie.” commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Muka Sekar sudah memerah. Cepat sekali seluruh potongan menyenangkan kami sepanjang hari ini menghilang dari wajahnya. “Aku mencintaimu, Sekar. Aku menginginkan pernikahan itu. Tapi itu tidak bisa dilakukan dalam waktu dekat. Tidak bisa.” Aku menelan ludah. “Aku tidak akan memaksamu.” Suara Sekar terdengar serak. (Tere Liye, 2012:177). Dalam kutipan tersebut tampak bahwa Sekat menerima setiap keputusan Tegar. Sekar juga menekankan bahwa dia tidak akan memaksa Tegar. Sekar menekan setiap keinginannya untuk bersama dengan Tegar yang merupakan dorongan unsur Id dalam dirinya. Sekar melihat realita bahwa Tegar tidak dapat meninggalkan anak-anak Rosie dan Nathan. Selain unsur Ego, unsur Id tampak jelas dalam diri Sekar ketika ia menolak untuk menikah dengan Tegar dan menetap di Gili Trawangan. “Atau maukah kau yang pindah ke Gili Trawangan. Kita bisa menikah di sini, bukan? Tinggal di sini bersama anak-anak Rosie.” Aku mengatakan kemungkinan pertama. Sekar tertawa amat getir, “Ya, dan aku sepanjang hari menjadi saksi betapa aku hanya menjadi bayang-bayang dari Rosie-mu” (Tere Liye, 2012: 177). Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa alasan Sekar menolak untuk tinggal di Gili Trawangan karena enggan menjadi bayang-bayang Rosie. Sekar yang mengetahui bahwa Tegar mencintai Rosie di masa lalu takut apabila ia hanya menjadi bayang-bayang masa lalu Tegar. Dalam situasi ini, Sekar tidak lagi melihat unsur realitas atau unsur Ego dan Superego di dalam dirinya. Sekar tidak melihat kemungkinan untuk tetap menikah dengan Tegar dan bersama-sama mengasuh anak-anak Rosie. Dapat dikatakan bahwa unsur Id dalam diri Sekar bekerja tidak lagi untuk memuaskan keinginannya. Unsur Id di dalam diri Sekar berkembang seiring commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
dengan rasa takutnya. Sekar menutup segala kemungkinan yang dapat ia lakukan karena rasa takutnya. Unsur Id yang dimiliki Sekar juga sering kali membuatnya melakukan beberapa keputusan tanpa berpikir panjang. Keputusan yang diambil Sekar tanpa berpikir panjang adalah memutuskan bertunangan dengan orang lain tanpa melihat dirinya. “Astaga, Sekar gadis yang bodoh. Aku tidak kenal lelah membujuknya untuk merebut Mas Tegar dari Rosie, dari masa lalu itu. Bukankah Mas Tegar pernah mencintai Sekar, meski dengan pemahaman dan pengertian cinta yang baru, itu cukup untuk menjadi amunisi peperangan. Tapi gadis itu bodoh. Benar-benar bodoh. Di tengah keputus-asaannya, di tengah tersungkur tak berdayanya, Sekar justru memutuskan untuk menerima cinta orang lain.” Linda tercekat sejenak. Mengusap dahinya yang berkeringat. “Tidak penting siapa lelaki itu. Dia teman baik Sekar. Lelaki itu mencintai Sekar. Tetapi semua detail ini tidak penting. Yang penting adalah Sekar. Sekar mengambil keputusan itu tanpa berpikir panjang. Aku lelah mengajaknya bicara. Percuma, dia justru memutuskan mencari kantong minyak dan pematik api untuk mengubur perasaannya ke Mas Tegar. dia memutuskan untuk membakar perasaan itu.” Linda terhenti lagi (Tere Liye, 2012:333-334). Dalam kutipan tersebut, Sekar memutuskan bertunangan dengan orang lain sebagai pelarian atas rasa cintanya kepada Tegar. Linda juga menganggap Sekar gadis yang bodoh karena tidak melihat realita untuk bersatu dengan Tegar. Sekar menggunakan unsur Id sebagai pemuas keinginannya untuk mengubur rasa cintanya kepada Tegar. Sekar juga menggunakan prinsip realitas bahwa ia bisa menerima orang lain sebagai tunangannya karena ia tidak terikat dengan Tegar. Sekar juga menggunakan prinsip Id di dalam dirinya ketika ia membatalkan pertunangannya demi Tegar. ... Linda menjelaskan, pukul 10.05 saat acara pertunangan itu siap dilangsungkan, Sekar tidak kunjung keluar dari kamar, malah menangis. Seperti dengung lebah, keramaian segera menyeruak mendengar tangis commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
itu. Setengah jam orang tua Sekar membujuk, Sekar malah memutuskan membatalkan pertunangan (Tere Liye, 2012:370). Sekar juga memutuskan untuk menerima tawaran Tegar untuk menikah dengan Tegar setelah pembatalan pertunangannya. “Kita akan memperbaikinya. Banyak hal. Tadi pagi kau sudah memutuskan. Maka malam ini, giliranku yang akan memutuskan. Kau pasti sudah terlanjur menyewa gedung, menyebar undangan, mengurus segala keperluan untuk menikah minggu depan, bukan?” Aku diam sejenak. “ Maukah kau menikah denganku?” (Tere Liye, 2012:378). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sekar membatalkan pertunangannya demi mencari kepuasan lain. Sekar membatalkan pertunangannya dengan temannya untuk menerima ajakan menikah Tegar. Sekar menggunakan prinsip Id di dalam dirinya untuk memuaskan keinginannya untuk dapat bersatu dengan Tegar. Sekar tidak lagi melihat unsur realita dan prinsip moral masyarakat. Sekar membatalkan pertunangannya secara sepihak tanpa melihat dari sisi lelaki yang akan bertunangan dengannnya. Prinsip Ego di dalam diri Sekar terlihat ketika Lili menghampiri Tegar di hari pernikahan Tegar dan Sekar. Sekar yang saat itu sudah siap menikah dengan Tegar berbalik dan meminta Tegar menikahi Rosie. Ketika Rosie sambil menangis menggendong paksa Lili. Mereka yang membalik badan berusaha menjauh. Keluar dari ruangan. Saat itulah Sekar melepas genggaman tangannya di jemariku. Ia menyingsingkan gaun putih panjangnya, berlari mengejar Rosie di bawah tatapan undangan, tidak peduli sanggulnya berubah posisi. Sekar meraih tangan Rosie, sedikit memaksa, berusaha menariknya kembali ke tengah ruangan. “Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya.” Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangan yang lain meraih lenganku, menatapku, “Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh belajar bahagia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!” (Tere Liye, 2012:424-425). Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Sekar yang sudah di tengah acara memutuskan untuk membatalkan pernikahannya agar Tegar dapat menikah dengan Rosie. Sekar tidak hanya menggunakan unsur Id yang mencari kepuasan dirinya sendiri. Sekar berani mempertaruhkan cemoohan masyarakat ketika ia mambatalkan pernikahannya. Sekar menggunakan prinsir Ego di dalam dirinya untuk mencari realita kemungkinan Tegar dan Rosie menikah. Dapat dikatakan bahwa dalam diri Sekar, terdapat karakter bunga yakni memiliki wajah cantik dan lembut. Dari segi struktur kepribadian, Sekar sering menggunakan unsur Ego di dalam dirinya untuk menentukan suatu keputusan. Sekar juga memiliki unsur Superego, akan tetapi tidak terlalu kuat sehingga sering melakukan tindakan yang melawan prinsip moral sosial. Unsur Id dalam diri Sekar muncul dari ketakutannya terhadap masa lalu Tegar. Sekar juga menunjukkan unsur Id di dalam dirinya saat mengambil keputusan tanpa pemikiran panjang untuk mengubur rasa cintanya kepada Tegar.
B.
Peran eros(Naluri Hidup) dan thanatos (Naluri Mati) dalam Jiwa Tokoh-Tokoh Sunset Bersama Rosie Dalam diri manusia, setiap ketegangan yang ditimbulkan dari sebuah
peristiwa membutuhkan sebuah peredam ketegangan. Naluri digunakan oleh manusia untuk meredam ketegangan. Naluri manusia pada dasarnya ada dua yakni naluri untuk mempertahankan hidup dan untuk berkembang biak (eros) dan naluri commit to user ingin mati (thanatos). DalamSunset Bersama Rosie, naluri eros dan thanatosdapat
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilihat dalam diri Rosie, Tegar Karang, Anggrek, Sakura, Jasmine, Lili, dan Sekar seperti berikut. 1.
Rosie Tokoh Rosie dalam Sunset Bersama Rosie merupakan tokoh yang
digambarkan memiliki gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan yang dialami Rosie diawali dengan keinginan Rosie untuk mengakhiri hidupnya. Rosie berusaha mengakhiri hidupnya dengan meminum obat tidur seperti berikut. Ada apa dengan Rosie? Terkesiap. Ya Tuhan, apa yang telah Rosie lakukan. Seperti seekor elang aku melompat ke tepi ranjang, mendekati Rosie yang terbaring dengan mulut berbusa. Oma terlihat gemetar di dekatnya, bingung hendak melakukan apa. Mataku buas menyapu seluruh tubuh Rosie. Selongsong obat tidur tergeletak di dekat bantal. Aku panik merengkuh tubuh itu, menyeka bibirnya. “LIAN, Panggil Michell. Bergegas! Dia ada di dermaga, pergi diving. Kau kejar dia.” Michell, turis dari Inggris itu dokter, dia satu-satunya kesempatan bagi Rosie untuk bertahan hidup. Obat tidur ini? Aku mengutuk langit-langit ruangan. Bagaimana mungkin Rosie berpikiran sependek itu? Aku menyumpah-nyumpah, kenapa tadi pagi tidak mendobrak saja pintu kamar Rosie. Bukankah sudah terlihat amat ganjil? Dua puluh empat jam lebih Rosie hanya menatap kosong. Bahkan di pemakaman ketika Lili menangis, Rosie tetap bagai patung suci? Itu pertanda buruk, bukan? Aku dulu memang sedih dan hanya diam membisu, tetapi setidaknya aku masih menghela napas panjang. Rosie tidak. Dua menit berlalu bagai lima abad. Beruntung Mitchell yang belum naik perahu, datang bergegas bersama Lian. Aku mencengkeram seprai saat Mitchell berusaha menolong Rosie. Entahlah apa yang dilakukan Mitchell, beberapa detik kemudian Rosie muntah. Muntah yang banyak. Mengotori ranjang. Mitchell meneriaki Lian, minta diambilkan sesuatu. Aku tidak mendengarkan. Aku terlalu takut dengan banyak hal. Satu hal saja dari ketakutan itu nyata, sudah membuatku takut, apalagi banyak. Aku mohon. Semua ini akan benar-benar menyedihkan kalau Rosie juga pergi. Lima menit berlalu. Mitchell menyeka dahi yang berkeringat – keringatnya lebih banyak dibandingkan Rosie. Memegang bahuku, “Dosis yang diminumnya tidak banyak, Tegar. mungkin sisa obat tidur di botol tidak banyak. Rosie akan baik-baik saja. Untunglah” (Tere Liye, 2012:104-105). commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada kutipan di atas, terlihat upaya Rosie untuk mengakhiri hidupnya dengan cara meminum obat tidur. Upaya bunuh diri yang dilakukan oleh Rosie ini merupakan wujud dari dorongan thanatosdi dalam dirinya. Naluri yang menginginkan kematian di dalam diri Rosie, mendorongnya untuk melakukan upaya-upaya untuk mengakhiri hidupnya. Naluri mati atau thanatos dalam diri Rosie membuat naluri hidup, eros, yang dimiliki Rosie melemah. Keinginan Rosie untuk mengakhiri hidup juga dapat dilihat dari percakapan Rosie dan Tegar berikut. “Apakah semua ini amat menyakitkan? Sehingga kau merasa tidak sanggup lagi melanjutkan hidup. Padahal, padahal kau sungguh punya empat kuntum bunga yang membanggakan.” Aku mendesah lemah, menahan ludah. Rosie mulai tersengal, menahan emosi. Aku tersenyum. Menyentuh jemarinya. “Aku tahu ini amat menyakitkan. Tapi kau juga tahu, kita akan melalui semua ini bersama. Aku akan menemanimu. Anak-anak akan bersamamu. Menapak hari demi hari dengan tegar, seperti namaku, bukan? Tegar.” Mata Rosie mulai basah. Aku terdiam. “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-a-g-i.” “Bertahanlah, Ros. Demi anak-anak.” “S-e-m-u-a-n-y-a m-e-n-y-a-k-i-t-k-a-n....” Aku menggenggam jemari Rosie. Lengang. Mata Rosie terpejam. Aku tahu apa yang sedang dilakukannya dengan memejamkan mata. Rosieingin menghilang. Dia ingin pergi dari sesaknya rasa sedih. Seketika kalau bisa.... (Tere Liye, 2012:109). Pada kutipan di atas, dapat dilihat dari kalimat “A-k-u t-a-k t-a-h-a-n l-ag-i”. Dari segi tipografi, penulisan kalimat yang dituliskan dengan pemenggalan setiap hurufnya menunjukkan bahwa Rosie mengucapkannya dengan tersengal. Kata “tak tahan lagi” menunjukkan bahwa Rosie merasa sudah tidak dapat menanggung rasa sedihnya. Rosie yang memejamkan mata juga menunjukkan bahwa ia ingin menghilang. Menghilang dalam kasus Rosie ini adalah commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meninggalkan rasa sakit dengan kematian. Rosie beranggapan bahwa kematian dapat menghilangkannya dari rasa sedih akibat kematian Nathan. Dalam kasus tersebut, naluri thanatoslebih menguasai diri Rosie. Naluri mati tersebut mendesak dilepaskan dengan mengakhiri hidup. Naluri thanatos yang muncul di dalam diri Rosie ini dikarenakan Rosie kehilangan zona nyaman di dalam dirinya. Zona nyaman yang dimiliki Rosie adalah keluarganya. Ulang tahun pernikahan yang ke-13. “Bukankah itu angka sial? Seharusnya kau tidak perlu mengadakan acara spesial,” Aku bergurau. Nathan hanya tertawa kecil dari telepon genggamnya, “Tidak ada angka sial, Tegar. Kalaupun dikumpulkan seluruh kesialan angka itu sepanjang tahun, tidak akan cukup menandingi kebahagiaan keluarga kecil kami.” Aku tersenyum lebar mendengar jawabannya. Nathan benar, keluarga mereka bahagia. Tiga belas tahun pernikahan dengan intensitas kebahagiaan tinggi, tanpa henti bagai mata air di kaki pegunungan yang memancar deras. Keluarga mereka dikaruniai empat gadis kecil yang bagai kembang di taman bunga (Tere Liye, (Tere Liye, 2012:3). Dari kutipan tersebut, tampak bahwa kebahagian keluarga Rosie selama tiga belas tahun pernikahan tidak pernah ada habisnya. Kebahagian bersama keluarga inilah yang membuat Rosie memiliki zona nyaman. Zona nyaman ini membuat erosdi dalam diri Rosie berkembang dan membuatnya bertahan hidup. Ketika zona nyaman Rosie ini terusik, Rosie merasa terganggu dan menjadi kehilangan naluri eros. Tadi Mitchell menjelaskan banyak hal. Aku tahu Mitchell berusaha memilih padanan kata yang baik. Kalimat-kalimat yang halus. Tetapi pesannya jelas sudah, Rosie depresi hebat. “Kebahagiaan selama tiga belas tahun dengan intensitas yang hebat itu kita ibaratkan seperti gelas panas. Nah, kejadian di Jimbaran empat hari yang lalu seperti air es yang tiba-tiba dituangkan. Gelas itu pecah, teman. Eh, maksudku untuk kasus Rosie mungkin belum pecah. Tetapi jelas sudah gelas Rosie retak.” Mitchell berkata pelan (Tere Liye, 2012:123). commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Naluri thanatosyang kuat juga membuat erosmenjadi tersisih. Tidak jarang munculnya thanatosdi dalam diri seseorang membuat eros menjadi hilang. Akan tetapi untuk kasus Rosie, naluri untuk mempertahankan hidup tidak sampai pada tahap
hilang
melainkan
berkurang.
Dalam
kutipan
di
atas,
Mitchell
mengumpamakan bahwa gelas Rosie retak dan tidak pecah. Pendapat Mitchell tersebut didapatkan dari kemungkinan Rosie untuk sembuh dari depresinya masih ada. Dengan kata lain, Rosie masih memiliki eros kendati thanatos dalam dirinya lebih dominan. Krisis eros yang dialami Rosie ini tidak berlangsung secara permanen. Thanatos di dalam diri Rosie dapat berkurang dengan adanya zona nyaman baru yang dimiliki Rosie. Pernyataan cinta Tegar kepada Rosie yang membuatnya sembuh dari depresi yang dialaminya membuktikan bahwa Rosie mendapatkan zona nyaman baru. ...Beruntungnya, saat aku benar-benar berputus asa akan kemajuan Rosie, enam bulan lalu Rosie mulai menunjukkan kemajuan signifikan yang menarik. Beruntung? Aku tidak tahu apakah itu beruntung atau bukan. Karena untuk kemajuan itu, harga yang harus kubayar mahal sekali. Membuka masa lalu itu langsung di hadapan anak-anak. Kejadian mengenaskan yang akhirnya memicu pengakuan penting tersebut. Yang membuat kebersamaanku dengan anak-anak terasa sedikit ganjil, kebersamaan dengan Rosie, dengan semua masa lalu itu. Yang membuatku merasa jangan-jangan pengertian dan pemahaman kesendirian yang kubuat selama enam tahun itu ternyata semu (Tere Liye, 2012:198). Rosie yang mendapatkan rasa cinta lagi dari Tegar membuat eros di dalam diri Rosie muncul dan sembuh dari depresinya. Dapat dikatakan bahwa munculnya erosdalam diri Rosie tidak semata karena perasaan cinta. Munculnya erosdalam diri Rosie lebih dikarenakan perasaan nyaman akan adanya perlindungan dari orang yang mencintai Rosie. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
Munculnya eros dan thanatos dalam diri Rosie diakibatkan oleh perasaan nyaman akan adanya perlindungan. erosdalam diri Rosie muncul ketika ia mendapatkan rasa nyaman dan perlindungan dari Nathan, suaminya. Setelah kematian Nathan thanatosmuncul akibat hilangnya rasa nyaman dan perlindungan yang sebelumnya di dapatkan dari Nathan. eroskembali muncul setelah Tegar mengakui perasaan cintanya kepada Rosie.
2.
Tegar Karang Tokoh Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie memiliki konfliks
kejiwaan yang membuatnya rapuh. Konflik kejiwaan yang dialami Tegar muncul ketika Tegar merasa sakit hati karena Nathan dan Rosie saling mencintai. Dua puluh tahun lamanya aku memendam rasa itu. Merasa waktu untuk mengatakannya tidak pernah sempurna. Menunggu. Dua puluh tahun menabur pelan-pelan semua benih. Kebersamaan yang menyenangkan. Bukankah di mana ada Rosie di situ ada aku, dan sebaliknya, si mana ada aku di situ ada Rosie. Esok pagi, saat aku bersiap menyatakan semuanya. Senja ini Nathan menghabisi semuanya(Tere Liye, 2012:35). Dalam kutipan tersebut, terlihat bahwa Tegar merasakan sakit hati karena penantiannya terhadap cinta Rosie kandas. Dalam menyikapi rasa sakit hatinya, Tegar masih memiliki pengendalian diri. Tegar menggunakan eros di dalam dirinya untuk keluar dari rasa sakit hatinya. Dengan surat keterangan lulus, karena aku belum mengambil ijazah asli, berusaha mencari pekerjaan. Aku harus segera menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kali kerinduan itu muncul. Berat sekali melakukannya, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik. Wajah Rosie selalu datang menggangguku (Tere Liye, 2012:68). Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Tegar mengatasi rasa sakit hatinya dengan bekerja. Erosdi dalam dirinya menuntutnya untuk mempertahankan hidup commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan bekerja. Bekerja bagi Tegar tidak hanya untuk mencari uang guna mempertahankan hidup. Akan tetapi, bekerja bagi Tegar juga sebagai sarana Tegar untuk melupakan rasa sakit hatinya terhadap Rosie. Rasa sakit hati Tegar tidak membuat thanatos di dalam dirinya muncul. Erosyang lebih kuat dibandingkan thanatos di dalam diri Tegar membuat pertahanan diri Tegar untuk bertahan hidup lebih kuat. Tegar juga membuktikan kekuatan eros di dalam dirinya lebih kuat dengan dorongan untuk menikah. Tegar yang merencanakan pernikahan dengan Sekar menunjukkan bahwa Tegar mempertahankan hidup dengan memiliki keturunan. Aku sungguh menyukai kemajuan hubungan kami. Sekar pilihan yang baik. Umurku tiga puluh tiga tahun. Berhubungan dengan seorang gadis untuk orang seumuranku berarti hubungan yang serius. Meski aku tidak kunjung bisa memutuskan. Dua tahun berikutnya fase-fase jangka panjang mulai terbentuk. Aku mengangguk atas permintaan Sekar. Komitmen yang lebih serius. Kami merencanakan banyak hal, termasuk membeli rumah. Orang tua Sekar senang dengan kabar baik itu. Merasa sangat beruntung mendapatkan jodoh yang tepat. Aku yang justru beruntung, mendapatkan cinta teramat besar dari Sekar. Aku melamarnya di meja makan, gadis itu menangis terharu (Tere Liye, 2012: 343). Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tegar menginginkan adanya pernikahan. Tegar juga terlihat menginginkan anak-anak yang terlihat dari kutipan berikut. Aku membeli rumah itu setahun sebelum kejadian di Jimbaran. Ketika hubunganku dengan Sekar memasuki fase yang serius. Aku berpikir tentang keluarga kecil bersamanya. Menghabiskan hari demi hari. Sekar, gadis cantik yang baik. Aku membayangkan memiliki anak-anak yang membanggakan dengannya. Anak-anak yang riang bermain. Maka aku membeli rumah dengan halaman luas. Sekar ikut membantu mencari. Ia menatapku amat bahagia saat kami mengunjunginya pertama kali. Senang dengan janji-janji masa depan itu. Saking senangnya mata Sekar berkaca-kaca (Tere Liye, 2012:321).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Keinginan Tegar untuk memiliki anak-anak merupakan sebuah dorongan libido. Libido yang dimaksud di sini adalah libido untuk mempertahankan hidup. Salah satu cara mempertahankan hidup adalah dengan memiliki keturunan. Dapat dikatakan bahwa Tegar memiliki dorongan erosyang lebih kuat sehingga tetap berusaha mempertahankan hidupnya. Tegar mempertahankan hidupnya dengan bekerja sebagai cara menghilangkan rasa sakit hati dan memenuhi kebutuhannya. Tegar juga mempertahankan hidupnya dengan merencanakan pernikahan untuk memperoleh keturunan.
3.
Anggrek Sebagai anak sulung dari Rosie dan Nathan, Anggrek memiliki tanggung
jawab mengasuh adik-adiknya. Anggrek memiliki tanggung jawab yang lebih besar ketika ayahnya meninggal dan ibunya depresi. Karena tanggung jawabnya inilah, Anggrek berusaha mengesampingkan perasaan sedihnya atas kematian ayahnya. ...Tadi di odong-odong ternyata Anggrek menyuruh Jasmine agar tidak bilang-bilang pada Om Tegar soal betapa sibuk teman sekelasnya bertanya tentang Ayah mereka. Sejak hari itu, disadari atau tidak Anggrek telah mengambil tanggung-jawab yang lebih besar dalm hidup dibanding usianya (Tere Liye, 2012:107). Rasa tanggung jawab Anggrek terhadap adik-adiknya merupakan salah satu wujud dari adanya eros di dalam dirinya. Dorongan untuk bertahan hidup di dalam diri Anggrek muncul dengan adanya tanggung jawab mengasuh adikadiknya. Anggrek juga mengesampingkan perasaannya sendiri yang merasa sedih. Perasaan sedih yang merupakan salah satu penyebab munculnya thanatosberhasil ditekan oleh Anggrek. Wujud eros juga ditunjukkan Anggrek commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
dengan menulis. Hobinya menulis membuat Anggrek mengalihkan perasaannya dengan tulisan. Masa-masa itu, Anggrek juga menyelesaikan satu buku indah. Bukan buku cerita yang sebelum kejadian Jimbaran hendak diselesaikannya, melainkan buku puisi. Puisi-puisi tentang adik-adiknya, dan terutama tentang aku, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. puisi yang mengesankan. Puisi yang menggurat seluruh kebanggaan mereka (Tere Liye, 2012:192). Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa Anggrek menyalurkan perasaannya dengan menulis. Tulisan Anggrek setelah kejadian Jimbaran berupa puisi tentang adik-adiknya dan Tegar. Karya sastra dalam hal ini puisi, digunakan oleh Anggrek sebagai katarsis (penyucian jiwa). Dengan menulis puisi, Anggrek meyalurkan perasaannya. Dapat dikatakan bahwa menulis puisi adalah salah satu cara Anggrek untuk mempertahankan hidupnya. Anggrek menggunakan tulisan sebagai pelarian dari perasaannya. Perasaan sedih, tanggung jawab dan kebanggannya terhadap adik-adik serta Tegar membuatnya bertahan hidup. Erosdi dalam diri Anggrek juga muncul dari perasaan sayangnya terhadap Tegar. Perasaan sayang Anggrek ini dapat dilihat dari judul buku puisinya, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. Pemilihan judul ‘Selamat Pagi’ menunjukkan bahwa Anggrek mengerti bahwa Tegar menyukai pagi. Pemilihan judul ini juga menunjukkan bahwa Anggrek menghargai Tegar yang telah merawat dirinya dan adik-adiknya. Dorongan eros di dalam diri Anggrek juga mencul ketika ia mnginginkan Tegar menjadi suami Rosie. “Apakah, apakah Om masih mencintai Ibu seperti dulu?” Anggrek tetap menunduk, seperti bertanya ke pasir yang diinjaknya. commit to user
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Senyap seketika. Bahkan teriakan senang Jasmine di kejauhan bersama Lili dan Mitchell tidak terdengar. Lengang. Cahaya matahari pagi yang lembut menerpa wajah mengisi detik waktu berlalu. Aku menatap gadis remaja itu dengan muka kebas. Anggrek setelah sekian lama tertunduk, mengangkat kepalanya, balas menatapku. Aku mengenali harapan dari tatapan itu. “Maafkan Anggrek kalau pertanyaan itu mengganggu Om. Maafkan. Tapi Anggrek tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakannya Anggrek ingin bilang.... Ingin bilang, kalau Anggrek senang sekali melihat Om bersama-sama kami terus. Sakura juga senang. Jasmine juga. Lili, Lili juga akan senang sekali.” Suara Anggrek tersendat (Tere Liye, 2012:281). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Anggrek mengharapkan Tegar untuk dapat bersatu dengan Rosie. Keinginan tersebut merupakan dorongan Erosdi dalam dirinya karena Anggrek merasa bahwa Tegar adalah orang yang berjasa bagi keluarganya. Dapat dikatakan bahwa erosdi dalam diri Anggrek muncul dari rasa tanggung jawab Anggrek terhadap adik-adiknya.. Anggrek juga menunjukkan erosdi dalam dirinya melalui buku puisi. Erosjuga muncul dari rasa sayang Anggrek terhadap Tegar terlihat dari judul buku puisi dan keinginannya agar Tegar menikah dengan Rosie.
4.
Sakura Sakura pada saat tragedi pengeboman Jimbaran menjadi korban dengan
luka parah. “Aku melihat Sakura sekali lagi. Gadis itu masih belum sadarkan diri. Dokter yang mengoperasinya menjelaskan, Sakura akan selamat. Berdoalah tidak ada kerusakan permanen, gegar otak misalnya. Aku menggeleng, tidak, jangan sampai” (Tere Liye, 2012:45).
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam kutipan di atas dapat dilihat bahwa luka yang dialami Sakura adalah luka yang serius. Luka akibat pengeboman di Jimbaran membuat Sakura terancam mengalami kerusakan permanen. Ketika seseorang mengalami situasi seperti Sakura, maka dorongan hidup yang kuat dibutuhkan untuk membantu penyembuhannya. Sakura
menunjukkan
keinginannya
untuk
sembuh.
Sakura
juga
menunjukkan bahwa dia menghadapi situasi yang membuatnya terluka dan kehilangan ayahnya dengan tegar. “UNCLE! UNCLE!” Sakura berteriak kencang melihatku melewati bingkai pintu, membuat dokter yang melakukan cek terakhir kali menoleh – setengah kaget sebenarnya. Sakura kalau teriak selalu saja tidak tahu tempat, waktu, dan suasana. Clarice yang berdiri bersandarkan dinding ruangan tertawa. Made dan Kadek mengangguk ke arahku. Aku melangkah mendekati ranjang Sakura, tersenyum, “Konichiwa.” Sakura mengangguk-angguk. Baik, baik. Tetapi tidak sebaik intonasi kalimat Sakura yang amat riang, tubuh gadis kecil itu masih terbungkus gips dan perban. Selang infus dan belalai medis lainnya sudah dilepas. Wajah Sakura cerah, itu membuat perbedaan banyak dengan kondisi tubuhnya... (Tere Liye, 2012:115-116). Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Sakura memiliki Erosyang sangat kuat. Erostersebut ditunjukkan dengan ekspresi Sakura yang tetap riang kendati tubuhnya penuh dengan luka.Erosyang cukup kuat di dalam diri Sakura membuatnya pulih lebih cepat yang ditunjukkan dengan kalimat ‘Wajah Sakura cerah, itu membuat perbedaan banyak dengan kondisi tubuhnya.’ Dorongan Erosyang kuat juga membuat Sakura berusaha melatih tangan kirinya untuk menggesek biola. “Sakura butuh setahun penuh belajar menggunakan tangan kirinya menggesek biola. Ia kidal sekarang. Jari tengah tangan kirinya tak pernah bisa sempurna digerakkan lagi” (Tere Liye, 2012:194). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
Sama seperti Anggrek, Sakura memiliki pengalihan perasaan dengan seni. Jika Anggrek menggunakan puisi sebagai pengalihan perasaannya, Sakura lebih menggunakan musik sebagai pengalihan perasaannya. Memainkan biola dapat digunakan Sakura sebagai pengalihan rasa sedihnya. Untuk mengungkapkan perasaannya itulah maka Sakura melatih tangannya untuk dapat menggesek biola. Sakura juga terlihat menganggap Tegar sebagai orang yang berjasa terhadap dirinya. Sakura menunjukkan kasih sayangnya kepada Tegar dengan menjanjikan permainan biola untuk Tegar. “Sakura tidak akan bisa memainkannya, Uncle. Lihat.” Gadis kecil memperlihatkan tangan kirinya. “Malam ini Sakura tidak akan bisa memainkannya. Tetapi Sakura janji, Sakura janji demi Uncle yang berbaik hati mengurus kami. Demi Uncle yang bahkan meninggalkan Bibi Sekar. Sakura berjanji akan memainkannya nanti. Sakura akan memainkannya dengan indah. Nanti. Sakura janji.” Gadis kecil itu menyeka ujung matanya (Tere Liye, 2012:184). Dari kutipan di atas, Sakura terlihat menganggap Tegar sebagai salah satu erosdalam dirinya. Sakura menganggap Tegar adalah orang yang berjasa di dalam hidupnya dan menumbuhkan semangatnya untuk memainkan biola. Sakura menggunakan musik sebagai salah satu cara katarsis untuknya. Pentingnya keberadaan Tegar di dalam hidup Sakura membuatnya berjanji untuk dapat memainkan biola demi Tegar. Dari tipografi penulisan, penulisan kalimat “Sakura janji” yang ditulis dengan cetak miring menunjukkan bahwa terdapat penekanan dalam kalimat tersebut. Dapat dikatakan bahwa erosdi dalam diri Sakura sudah terbentuk sangat kuat. Erostersebut membuatnya sembuh lebih cepat dari sakitnya. Eros juga mendorong Sakura untuk tetap bermain biola meski dengan tangan kidal. Sakura juga menganggap Tegar sebagai seseorang yang sangat berjasa bagi dirinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
sehingga menumbuhkan perasaan percaya diri dan usaha untuk dapat bermain biola.
5.
Jasmine Jasmine dikenal sebagai anak yang memiliki perasaan lembut dan budi
pekerti yang baik. Ketika kejadian pengeboman di Jimbaran, Jasmine tidak terluka. Akan tetapi, kenyataan bahwa ayahnya meninggal dalam kejadian tersebut membuatnya merasa sedih. Kesedihan yang ditunjukkan oleh Jasmine tidak membuatnya kehilangan semangat hidup. Jasmine sudah terbangun sejak tadi. Nathan dan Rosie selalu membiasakan anak-anaknya bangu pagi. Clarice datang lagi menjelang subuh, membawa keperluan. Termasuk susu bubuk dan air panas untuk Lili. Jasmine terampil menyiapkan kebutuhan adiknya. Lili menggeliat beberapa menit kemudian. Mulai merengek ingin minum. Jasmine mengganti popok adiknya, cekatan memasang pampers. Tidak pernah terbayangkan menyaksikan anak kecil berumur lima tahun itu dengan wajah kosong karena seluruh kesedihan ini melakukan semua itu di sela-sela hingar-bingar koridor rumah sakit. Jasmine belum mengerti banyak hal, tapi ia paham, mulai hari ini ia akan lebih banyak mengurus adiknya (Tere Liye, 2012:47-48). Tanggung jawab Jasmine terhadap Lili membuatnya bertahan hidup. Kedekatan Jasmine dengan Lili membuat eros di dalam dirinya bangkit. Jasmine tidak menggunakan kesedihan sebagai alasan untuk menumbuhkan thanatos dalam dirinya. Jasmine beranggapan bahwa sebagai kakak Lili, maka keberadaan Jasmine dibutuhkan untuk mengasuh Lili. Tanggung jawab Jasmine untuk mengasuh Lili sudah ada sejak sebelum kejadian Jimbaran. Ada yang unik dalam urusan ini. Anak terkecil Nathan dan Rosie adalah Lili. Baru genap satu tahun minggu ini. Kemana saja mereka pergi, maka Jasmine-lah yang menggendong Lili. Jasmine selalu mengotot membawa commit to user adiknya. Dulu saat umurnya masih empat tahun, menggemaskan sekali
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
melihat Jasmine membawa-bawa adiknya, tubuh kecil itu harus membawa adiknya yang juga kecil. Tetapi sekarang, Jasmine lebih terlatih, ia pandai mengurus Lili, dengan usia yang masih berbilang jemari satu telapak tangan (Tere Liye, 2012:6). Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa tanggung jawab Jasmine sudah terjalin dari Lili usia Lili yang masih bayi. Karena kedekatan dan tanggung jawab inilah, setelah kejadian Jimbaran Jasmine tetap memiliki pengendalian diri terhadap rasa sedihnya. Dengan kata lain, rasa tanggung jawab Jasmine terhadap Lili merupakan salah satu eros di dalam dirinya. Jika Anggrek dan Sakura menggunakan karya sastra dan musik sebagai pengalihan perasaannya, Jasmine mengalihkan perasaannya dengan merajut. Kesenangan Jasmine merajut dapat membuat perasaan sedih Jasmine berkurang. “Ini karena sweater buatanmu, Sayang. Jadi pas di tubuh Ibu, kan? Jasmine pandai sekali membuatnya.” Jasmine tersipu dipuji. Lili yang duduk di sebelahnya ikut menunjuknunjuk sweater yang juga digunakannya. Mengangguk-angguk. Maksudnya Lili, ia juga memakai sweater yang dibuatkan Jasmine... (Tere Liye, 2012:199). Dari kutipan di atas, terlihat Jasmine membuatkan sweater untuk Rosie dan Lili. Jasmine menunjukkan perasaan sayangnya kepada ibu dan adiknya dengan membuatkan sweater. Merajut merupakan cara Jasmine untuk menunjukkan perasaannya dan membuatnya bertahan hidup. Erosyang dimiliki Jasmine juga ditunjukkan dari sikapnya memaafkan pelaku pengeboman. Jasmine-ku merangsek mendekati kerumunan, ia berusaha mendekat. “Om, tunggu! TUNGGU!” Jasmine dengan suara bergetar berseru. Enam petugas menghentikan langkah. Membalik badan. Jasmine mendekat. Persis berdiri di depan tervonis hukuman mati. Mata itu berdenting menahan tangis. Ya Tuhan, gadis kecil itu sungguh menahan tangisnya. Dan ia gemetar mengulurkan setangkai mawar biru. “Kata Paman Tegar.... Kata Paman Tegar, kami tidak boleh membenci user kami tidak boleh sedikitpun Om. Tadi pagi, Pamancommit Tegartobilang,
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membenci Om. Meski, meski....” Jasmine tak tahan lagi, gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan sesak di hatinya. Ia terisak, linangan air mata mengalir di lesung pipinya. Senyaplah seluruh kegaduhan. Bagai hutan yang ramai oleh suara jangkrik, serangga, lenguh burung hantu, desis binatang malam, tiba-tiba berhenti semuanya, seketika. Kesunyian magis menggantung di seluruh sudut ruang pengadilan. “Jasmine... Jasmine tidak akan membenci. Demi Paman Tegar yang mengajarkan Jasmine menyulam, merajut. Jasmine.... Jasmine tidak akan pernah membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om.” Dan gadis kecil itu tak kuasa lagi melanjutkan kalimatnya. Membalik badannya. Berlari ke arahku. Melompat ke dalam pelukkanku. Menangis tersedu. Membungkam seluruh kesombongan hidup (Tere Liye, 2012:244-245). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Jasmine memaafkan pelaku pengeboman yang menewaskan ayahnya. Sikap Jasmine yang memaafkan ini menunjukkan sikap penerimaan atas segala peristiwa yang menimpa dirinya dan keluarganya. Dengan
sikap
menerima,
Jasmine
beranggapan
bahwa
semua
permasalahan yang dialami dirinya dan keluarganya lebih mudah dihadapi. Anggapan Jasmine tersebut terlihat dari kalimat “Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan tersebut
menunjukkan
bahwa
Jasmine
menginginkan
Om.” Kalimat
kebahagiaan
bagi
keluarganya dengan memaafkan pelaku. Sikap penerimaan dan memaafkan Jasmine ini merupakan salah satu kerja eros. Erosdi dalam diri Jasmine mendorongnya untuk meraih kebahagian dengan keluarganya. Untuk meraih kebahagiaan tersebut maka Jasmine menerima dan memaafkan pelaku pengeboman. Dapat disimpulkan bahwa di dalam diri Jasmine, erosmendorongnya untuk menghilangkan
perasaan
to user sedihcommit akibat peristiwa
pengeboman
Jimbaran.
perpustakaan.uns.ac.id
87 digilib.uns.ac.id
Erosmendorong Jasmine untuk lebih bertanggung jawab dalam mengurus Lili. Jasmine mengalihkan perasaannya dengan merajut sebagai salah satu katarsis untuk bertahan hidup. Erosjuga mendorong Jasmine untuk memaafkan pelaku pengeboman agar ia mendapat kebahagiaan bersama keluarganya.
6.
Lili Lili merupakan anak yang mengalami dampak langsung kejadian
pengeboman Jimbaran. Lili yang ketika peristiwa berlangsung masih batita membuatnya mengalami trauma. Trauma yang dialami Lili terbukti dengan keengganannya berbicara hingga usia tiga tahun. Tetapi Lili hanya bicara pada Jasmine. Lili membisu sejak dua tahun lalu. Sempurna tidak mengeluarkan kata-kata. Aku awalnya cemas. Khawatir Lili mengalami kelainan. Aku sempat membawanya ke Ayasa. Setelah serangkaian tes, Ayasa hanya bilang, Lili enggan bicara. Tidak bisu. Gadis kecil itu tidak memiliki masalah komunikasi apa pun. “Trauma masa kecilnya membuat ia enggan bicara. Kau tidak usah terlalu cemas, Tegar, nanti-nanti ia pasti bicara. Bukankah selama ini komunikasinya dengan kalian berjalan baik?” Ya, semuanya berjalan baik. Lili sempurna menjadi penutup empat kuntum bunga Rosie. Gadis kecil itu sama riangnya. Sama membanggakannya. Hanya Jasmine yang mengerti tatapan matanya, mengerti apa maunya, dan hanya Jasmine pula yang bicara padanya, meski Lili hanya mengangguk dan menggeleng dalam percakapan mereka (Tere Liye, 2012:196).
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Lili tetap memiliki Eros kendati ia memiliki trauma terhadap peristiwa pengeboman Jimbaran. Lili menunjukkan erosdi dalam dirinya dengan menunjukkan keriangannya. Keengganan Lili untuk berbicara yang disebabkan oleh trauma masa kecilnya merupakan cara Lili untuk mengungkapkan perasaan sedihnya. Lili commit kekecewaan to user memilih diam untuk menunjukkan terhadap peristiwa yang
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
dialaminya. Lili menggunakan diam sebagai cara dirinya untuk tetap bertahan hidup dengan situasi yang dialaminya. Selain menunjukkan kekecewaan, erosyang ditunjukkan Lili dengan cara diam dapat disebabkan karena usia Lili yang masih batita. Lili membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan kakak-kakaknya. Dengan diam dan enggan berbicara, Lili dapat menarik perhatian kakak-kakaknya serta Tegar. Lili menggunakan diamnya sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang yang lebih. Lili yang terbiasa diasuh oleh Jasmine, menggunakan tatapan mata dan gerak tubuh untuk berinteraksi dengan Jasmine. Lili membutuhkan komunikasi dengan orang lain untuk bertahan hidup. Oleh karena itu, gerakan tubuh dan tatapan mata merupakan salah satu cara Lili untuk bertahan hidup. Jasmine yang terbiasa mengasuh Lili mengerti arti gerakan tubuh ataupun tatapan mata. Arti gerakan tubuh dan tatapan mata Lili hanya dapat dimengerti Jasmine karena faktor kedekatan Lili dan Jasmine yang terjalin dari Lili berusia satu tahun. Selain dengan diam dan berbicara lewat gerakan tubuh serta tatapan mata, Lili menggunakan keluarga sebagai cara bertahan hidup. Lili yang menganggap Tegar ayahnya, ketika Tegar menikah dengan Sekar merasa bersedih. Karena peristiwa tersebut akhirnya Lili berbicara. Lima langkah lagi menuju tengah ruangan. Entah mengapa, tiba-tiba Lili berlari ke arahku. Tangannya dengan cepet memegang celanaku. Langkahku terhenti. Langkah Sekar juga terhenti. Semua undangan memandang tidak mengerti. Lili tidak peduli, gadis ecil itu mendongak, aku gentar sekali menatap wajahnya. Wajah gadis kecil berumur tiga tahun. Mulut Lili perlahan membuka. “Kau ingin mengatakan sesuatu, Lili?” Aku duduk jongkok. Mulutnya menutup lagi. “Katakanlah sesuatu, Sayang? Bicaralah.” to user Mata Lili berdenting air. commit Satu bulir membasahi pipinya.
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
“Paman.” Mulut kecilnya membuka, itu kalimat pertama yang keluar dari mulutnya, “Lili akan bicara. Lili akan mengatakan apa saja yang Paman inginkan.” Gadis kecil itu terisak. seluruh ruangan senyap. Ya Tuhan, gadis kecilku akhirnya bicara. Setelah dua tahun diam. Pagi ini gadis kecilku bicara. Dengan suara yang indah, mencelupkan hati. “Paman, Lili akan menjadi apa saja yang Paman inginkan. Lili akan menuruti semua yang Paman katakan. Lili akan bicara apa saja yang Paman inginkan. Asal, asal, Paman jangan pergi. Paman jangan pergi.” Lili memegang lenganku Aku menggigit bibir, mendongakkan kepala. “Lili tidak ingin memanggil Paman dengan sebutan Paman seperti Kak Jasmine. Lili tidak ingin memanggil Uncle seperti Kak Sakura. Lili tidak ingin memanggil Om seperti Kak Anggrek. Lili ingin memanggil Paman dengan.... Lili ingin memanggil Paman dengan sebutan Papa. Papa Tegar.” Lili mencengkeram lenganku. Air mata itu sempurna meleleh. Aku mendekap kepala gadis kecil itu. Ruangan senyap. Hanya diisi oleh tangis pelan Lili. Ia tidak merajuk, tangisnya lebih seperti gadis kecil yang sungguh tidak mau kehilangan sesuatu (Tere Liye, 2012: 423-424).
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tegar merupakan salah satu zona nyaman Lili. Untuk mempertahankan zona nyamannya, Lili memutuskan untuk berbicara. Lili yang menggunakan keluarga sebagai salah satu eros bagi dirinya berusaha untuk mempertahankan hidupnya dengan keberadaan Tegar. Lili yang menganggap Tegar sebagai ayahnya enggan kehilangan sosok ayah lagi setelah kematian Nathan. Keputusan Lili untuk berbicara di pernikahan Tegar merupakan salah satu dorongan eros. Jika sebelumnya erosmendorongnya untuk diam, dalam situasi tersebut erosjustru memaksa Lili untuk berbicara. Eros mendorong Lili untuk berbicara dengan Tegar karena Tegar tidak mengerti arti gerakan tubuh dan tatapan mata Lili. Dapat disimpulkan bahwa Lili memiliki erossetelah peristiwa pengeboman Jimbaran. Erostersebut ditunjukkan dengan keriangan Lili ketika bermain dan commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan cara enggan berbicara. Keengganan Lili berbicara hingga berusia tiga tahun merupakan cara Lili untuk bertahan hidup dengan mencari perhatian dan kasih sayang yang lebih. Lili juga menunjukkan bahwa keluarga adalah salah satu eros baginya yang terlihat dengan keengganannya berpisah dengan Tegar. Karena keengganannya berpisah dengan Tegar inilah, Lili merubah cara untuk bertahan hidupnya dengan mau berbicara dan meminta Tegar menjadi Papa baginya. 7.
Sekar Sekar
memiliki
konflik
kejiwaan
setelah
Tegar
membatalkan
pertunangannya dengan tiba-tiba. Pembatalan pertunangannya dengan Tegar membuat Sekar merasakan kesedihan. “Mas Tegar mungkin tidak tahu, Sekar sempurna menunggu selama dua tahun terakhir. Menunggu kesempatannya akan datang. Mas Tegar mungkin tidak pernah tahu itu. Tetapi aku tahu, malam-malamnya terasa amat panjang. Dia memendam harapan, menyulam mimpi, menjahit janji-janji masa depan dengan Mas Tegar. aku tidak bisa melupakan betapa bahagianya wajah itu saat pulang dari rumah yang Mas Tegar beli. Sekar berkali-kali tersenyum riang.” “Dan aku tidak bisa melupakan betapa terpukul wajahnya saat pertunangan itu tiba-tiba batal. ‘Linda, aku tidak pernah punya kesempatan itu. Tidak pernah. Saat semuanya tiba, malam ini Tuhan menghukumku dengan kejadian di Jimbaran. Mengambil seluruh kehidupan cintaku. Ini semua sudah jadi takdirku.’ Dia sering menangis sejak Mas Tegar pergi ke Lombok hari itu. Apalagi sepulang dari Bali setelah membicarakan hubungan kalian. Dia mengeluh tentang kau dan Rosie. Aku, aku sebenarnya sebal sekali saat itu, berteriak seharusnya dia memutuskan untuk menikah dan ikut dengan Mas Tegar ke Gili Trawangan” (Tere Liye, 2012:332). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Sekar merasa sangat terpukul dengan pembatalan pertunangannya dengan Tegar. Kesedihan yang dirasakan Sekar diwujudkan dengan tangisan. Selain merasakan kesedihan, Sekar juga merasakan kekecewaan karena memiliki harapan untuk menikah dengan Tegar . commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
Kendati merasakan kesedihan, Sekar tetap memiliki eros. Erosyang dimiliki Sekar dibangun dengan adanya penerimaan yang ditunjukkan dengan kalimat ‘Ini semua sudah jadi takdirku.’ Dengan menerima bahwa yang dialaminya merupakan sebuah takdir, Sekar belajar menerima pembatalan pertunangannya. Sekar juga menggunakan penerimaannya ini sebagai cara untuk mempertahankan hidupnya. Selain penerimaan atas pembatalan pertunangannya, Sekar mencoba mempertahankan hidupnya dengan membangun harapan terhadap Tegar. Harapan Sekar tersebut dapat terlihat dari kalimat ‘...Sekar sempurna menunggu selama dua tahun terakhir. Menunggu kesempatannya akan datang.’ Dari kalimat tersebut terlihat bahwa Sekar mencoba mengalihkan perasaan sedihnya dengan berharap Tegar akan kembali. Harapan Sekar terhadap Tegar juga terlihat dalam kutipan berikut. “... Dua tahun berlalu, harapan itu tumbuh semakin tinggi. Lebat daunnya, mekar bunganya. Dia memang kembali ke rutinitas harian, terlihat seperti apaadanya, tapi itu dibangun dengan kalimat, ‘Nanti suatu saat Rosie sembuh, Tegar pasti akan kembali’” (Tere Liye, 2012: 333). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sekar berharap Tegar kembali setelah kesembuhan Rosie. Kalimat ‘Nanti suatu saat Rosie sembuh, Tegar pasti akan kembali’ merupakan cara dari Sekar untuk membangun erosdi dalam dirinya sehingga dapat menjalani rutinitas dengan biasa. Ketika Tegar tidak kembali setelah sembuhnya Rosie, Sekar masih menggunakaneros di dalam dirinya. Sekar berusaha menerima keputusan Tegar dan menerima cinta lelaki lain dan memutuskan untuk segera bertunangan kemudian menikah.“Mas Tegar, Sekar memutuskan, Sekar memutuskan menikah commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan lelaki itu. Besok pagi Sekar akan bertunangan, minggu depan mereka segera menikah” (Tere Liye, 2012: 334). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Sekar berusaha menghilangkan rasa sakit hati, kecewa, dan sedihnya dengan menerima lelaki lain sebagai tunangannya. Sekar terlihat menguatkan eros di dalam dirinya dengan mencoba bertahan. Sekar terlihat berusaha untuk menekan perasaan sedih yang dapat memunculkan thanatos. Erosdi dalam diri Sekar juga kembali terlihat ketika Lili saat pernikahan Sekar dengan Tegar mengatakan menginginkan Tegar menjadi ayahnya. Sekar kembali mengendalikan perasaannya dan membangun erosdi dalam dirinya untuk mencari kesenangan lain. Ketika Rosie sambil menangis menggendong paksa Lili. Mereka yang membalik badan berusaha menjauh. Keluar dari ruangan. Saat itulah Sekar melepas genggaman tangannya di jemariku. Ia menyingsingkan gaun putih panjangnya, berlari mengejar Rosie di bawah tatapan undangan, tidak peduli sanggulnya berubah posisi. Sekar meraih tangan Rosie, sedikit memaksa, berusaha menariknya kembali ke tengah ruangan. “Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya.” Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangan yang lain meraih lenganku, menatapku, “Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!” (Tere Liye, 2012:424-425). Pada kutipan tersebut, terlihat Sekar meyakinkan dirinya bahwa dia memiliki Erosyang kuat dengan kalimat ‘Aku akan baik-baik saja’. Sekar juga terlihat mengalihkan perasaan sedihnya dengan melihat kebahagiaan Tegar dan Rosie. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sekar juga terlihat menginginkan kebahagiaan Tegar dan Rosie sebagai keyakinannya untuk tetap hidup bahagia. Keinginan Sekar untuk bahagia tersebut dapat dilihat dari kalimat ‘Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya’. Sekar dalam situasi ini tidak melihat bahwa dengan bersatunya dia dan Tegar akan membuatnya bahagia. Pada saat memutuskan meminta Tegar menikahi Rosie, Sekar melihat kemungkinan dirinya dan Tegar tidak bahagia dalam pernikahan. Sekar melihat bahwa Tegar dan Rosie saling mencintai sehingga Sekar enggan untuk memaksakan cintanya. Sekar menyatukan Rosie dan Tegar sebagai cara untuk memperoleh pertahanan hidupnya. Dapat disimpulkan bahwa Sekar memiliki erosyang kuat. Sekar menggunakan
penerimaan
atas
pembatalan
pertunangannya
untuk
mempertahankan hidup. Sekar juga menggunakan harapan kembalinya Tegar sebagai cara agar ia dapat melakukan rutinitasnya. erosdi dalam diri Sekar kembali terlihat ketika ia memutuskan bertunangan dengan lelaki lain sebagai pertahanannya atas rasa sakit hati. erosdalam diri Sekar menuntutnya untuk menerima kebahagiaan Rosie dan Tegar sebagai cara untuk mendapatkan kebahagiaannya sendiri.
commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C.
Cerminan Karakter Tere Liye Lewat Tokoh-tokoh dalam Sunset Bersama Rosie Lahirnya suatu novel tidak dapat dipisahkan dari penulisnya. Dalam Sunset
Bersama Rosie, karakter Tere Liye sebagai penulis muncul di beberapa tokohnya. Karakter Tere Liye ini dapat dilihat dari tokoh Tegar Karang. Pengetahuan Tere Liye terhadap istilah-istilah ekonomi terlihat dalam sosok Tegar Karang. Tegar Karang dalam Sunset Bersama Rosie merupakan seorang yang bekerja di perusahaan sekuritas. Pekerjaan Tegar tersebut menunjukkan adanya latar belakang ilmu ekonomi yang dimiliki Tegar. Latar belakang ekonomi yang dimiliki Tegar tidak dapat dipisahkan dari latar belakang pekerjaan lain Tere Liye sebagai akuntan. Karena pengetahuan bidang ekonomi tersebut, dalam Sunset Bersama Rosieterdapat istilah ekonomi seperti IPO (Initial Public Offering). “Ah, selamat pagi, Tegar. Panjang umur. Aku baru saja membicarakan kau bersama Direktur klien kita. Golf bersama, kau tahu kebiasaanku, kan. Tegar, kau mengikuti trading listing saham kemarin? Bukan main, IPO-nya sukses besar, My Friend.” Suara berat Eric Theo terdengar riang. “Sebentar. Ya, ini dari Tegar, dia menelepon dari Lombok.” Eric Theo menjelaskan sesuatu ke teman bermain golf-nya. “Salam dari Bapak Nizami, Tegar. Kau tahu, satu setengah kali dari harga penawaran perdana. Strategi marketing yang kau lakukan berhasil. Prospektus yang hebat. Eksekusi yang baik. Semuanya sempurna. Satu setengah kali. Itu setara dengan kapitalisasi tambahan hampir dua triliun, My Friend. Kau berhak mendapatkan bonus atas nilai itu. Bukan main.” “Berapa harga terakhirnya?” Aku menelan ludah. “Sebelas ribu per lembar saham. Kau tidak tahu?” (Tere Liye, 2012: 162163). Dalam kutipan di atas, terlihat terdapat beberapa istilah ekonomi seperti IPO, trading listing dan saham. Dalam tulisan Tere Liye di fanspage akun jejaring sosial Facebook miliknya pada tanggal 13 Oktober 2013, Tere Liye juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
95 digilib.uns.ac.id
menggunakan istilah ekonomi. Istilah ekonomi yang digunakan Tere Liye dalam tulisan tersebut adalah going concern Saya akuntan, jadi pernah menghabiskan banyak waktu untuk belajar sebuah konsep yang disebut: going concern. Saya ingat, kuliah tentang teori akuntansi ini seru, karena menjadi tempat terbaik berdiskusi tentang prinsip-prinsip, standar-standar, dan apapun yang melandasi dunia akuntansi. Ada banyak konsep-konsep dalam dunia akuntansi, tapi kali ini saya akan bahas going concern. Apa itu going concern? Simpelnya adalah: bertahan lama, hidup lama. Ketika kita meng-audit sebuah perusahaan, melakukan pembukuan, membuat laporan keuangan, dan sebagainya terkait proses akuntansi, maka penting sekali konsep going concern ini. Bahwa perusahaan akan bertahan lama, hidup lama. Karena kalau kita tidak yakin bahwa perusahaan ini akan bertahan lama, metode pencatatan akuntansinya akan amat berbeda. Kita tidak bisa menerapkan pendekatan depresiasi, amortisasi (yang bisa 20 tahun), kita tidak bisa mencatat hutang jangka panjang, dan detail-detail lainnya. Saya tahu, tidak banyak diantara kita yang paham tentang akuntansi, jadi saya tidak akan panjang lebar lagi membahasnya. Lebih baik kita membahas bagian yang mungkin menarik buat kita semua. Karena sebenarnya, konsep going concern ini bisa dipakai buat apapun. (facebook,com/DarwisTereLiye, 6 Oktober 2013). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tere Liye memasukkan pengetahuan yang dimilikinya pada kehidupan sehari-hari dan dalam novel. Dalam Sunset Bersama Rosie pengetahuan tentang ilmu ekonomi lebih ditunjukkan oleh tokoh Tegar Karang. Selain dalam segi pengetahuan bidang ekonomi, Tegar Karang juga menunjukkan diri lain Tere Liye terkait pandangannya tentang memaafkan. “Kata Paman Tegar.... Kata Paman Tegar, kami tidak boleh membenci Om. Tadi pagi Paman Tegar bilang, kami tidak boleh sedikitpun membenci Om. Meski, meski....” Jasmine tak tahan lagi, gadis kecil itu tak kuasa lagi menahan sesak di hatinya. Ia terisak, linangan air mata mengalir di lesung pipinya. Senyaplah seluruh kegaduhan. Bagai hutan yang ramai oleh suara jangkrik, serangga, lenguh burung hantu, desis binatang malam, tiba-tiba berhenti semuanya, seketika. Kesunyian agis menggantung di seluruh sudut ruang pengadilan. “Jasmine.... Jasmine tidak akan membenci. Demi Paman Tegar yang commit tomerajut. user Jasmine.... Jasmine tidak akan mengajarkan Jasmine menyulam,
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
membenci Om. Karena Jasmine percaya apa yang Paman Tegar bilang. Sungguh percaya. Ayah, kata Paman Tegar, Ayah tersenyum senang di surga kalau Jasmine bisa memaafkan Om.” (Tere Liye, 2012: 244-245). Dalam kutipan di atas, terlihat bahwa Jasmine berusaha memaafkan pelaku pengeboman Jimbaran karena kata-kata Tegar Karang. Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa Tegar menanamkan kepada anak-anak Rosie untuk memaafkan dan berdamai dengan masa lalunya. Konsep memaafkan masa lalu yang dimiliki Tegar Karang juga terlihat dalam kutipan berikut. “Semua itu tinggal masa lalu, Anggrek. Terlupakan.” “Bukankah Uncle selalu bilang kita tidak boleh melupakan masa lalu. Berdamai tapi tidak melupakan.” Sakura memotong, protes, kerlap api unggun memantul dari wajahnya – yang amat ingin tahu (Tere Liye, 2012: 229) Pada kutipan di atas, Sakura memotong perkataan Tegar Karang dan memaksanya untuk berkata jujur. Kalimat yang ditunjukkan Sakura menunjukkan bahwa Tegar Karang memiliki konsep untuk berdamai dengan masa lalu. Perkataan Sakura juga menunjukkan bahwa Tegar Karang tidak ingin melupakan masa lalu. Dalam tulisan lain di akun facebooknya, Tere Liye juga menunjukkan konsep berdamai dengan masa lalu. Konsep berdamai dengan masa lalu tersebut dapat dilihat dalam tulisan berikut. Saya suka sekali menyebutnya: "berdamai dengan masa lalu". Di hampir setiap novel/tulisan yang membahas tentang masa lalu, saya menyebutnya begitu. Bahkan jika kalian mengikuti tulisan-tulisan saya, jangan-jangan hafal dengan pilihan istilah ini. Kenapa saya menyebutnya demikian? Karena masa lalu memang tidak bisa diajak perang, diajak ribut. Buat apa? Kalaupun perang, yang kalah, pasti kita juga. Pun kalau menang, yang jadi arang, kita sendiri juga. Siapa sih yang bisa melawan hari kemarin? Meski hanya sedetik lalu, masa lalu itu jauh sekali jaraknya dari kita, tidak bisa direngkuh dengan kendaraan super apapun (kecuali di film-film). Masa lalu sudah tertinggal di belakang, tidak bisa diulang, tidak bisa di undo, tidak bisa di restart. commit to user Tidak bisa.
perpustakaan.uns.ac.id
97 digilib.uns.ac.id
Kenangan, orang-orang yang pernah mampir dalam hidup kita, kejadian, semuanya sudah berlalu. Suka atau tidak, bahagia atau sebal, kecewa atau nelangsa, game over. Maka, pilihan tersisa adalah: berdamai. Itulah opsi paling masuk akal. Bukan gencatan senjata, bukan negosiasi, bukan pula tawar menawar. Tuhan pasti punya alasan terbaik kenapa masa lalu tersebut demikian. Berdamailah. Yang ajaibnya, sekali bisa dilakukan, maka perdamaian sejati memang akan terwujud di dalam hati. Jika tidak terwujud, simply itu berarti kita memang tidak pernah bersedia "berdamai dengan masa lalu". (facebook,com/DarwisTereLiye, 29 Maret 2014) Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tere Liye menanamkan bahwa lebih baik memaafkan dan berdamai dengan masalalu. Tere liye menganggap bahwa menyesali masa lalu merupakan tindakan yang sia-sia sehingga lebih baik berdamai. Tere Liye juga menjelaskan konsep berdamai dengan masa lalu pada dasarnya adalah untuk mencapai kepuasan batin. Konsep pemikiran Tere Liye dalam Sunset Bersama Rosie juga terlihat dari tokoh Anggrek yang gemar menulis. Kegemaran Anggrek menulis hingga menghasilkan sebuah buku puisi menunjukkan sisi yang sama dengan Tere Liye yang seorang penulis. Selain itu, Tere Liye beranggapan bahwa menulis merupakan sebuah pekerjaan yang layak dibanggakan. Ajarkan anak-anak kita kepandaian menulis. Maka meski besok lusa dia ringkih dan kurus, tapi lewat tulisan, dia bisa gagah perkasa menghadapi dunia. Maka meski besok lusa dia penakut dan peragu, tapi lewat tulisan dia bisa mengaum menggetarkan siapapun. Maka meski besok lusa dia tak berpangkat, tidak memiliki kekuasaan, apalagi memimpin pasukan, tapi lewat tulisan dia bisa memimpin sebuah revolusi dan perubahan. Pun kalaupun dia besok lusa pemalu dan tidak romantis, tapi lewat tulisan dia bisa begitu menginspirasi dan menyentuh. Ajarilah anak-anak kita menulis. Tumbuhkan pemahaman terbaik.Tiupkan ketulusan dan kesederhanaan. Genap sudah amunisi hidupnya (facebook,com/DarwisTereLiye, 25 Februari 2014). Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Tere Liye memandang pekerjaaan commit to user sebagai penulis dapat membuat seorang akan dapat memaknai hidupnya. Dalam
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
novel Sunset Bersama Rosie, Anggrek menggunakan tulisan sebagai pelarian dari rasa sedihnya. Dengan kata lain, Anggrek menggunakan tulisan sebagai sebuah katarsis (penyucian jiwa). Anggrek juga menggunakan tulisan sebagai salah satu cara menunjukkan rasa sayangnya terhadap adik-adik dan juga terhadap Tegar Karang. Masa-masa itu, Anggrek juga akhirnya menyelesaikan satu buku indah. Bukan buku cerita yang sebelum kejadian Jimbaran hendak diselesaikannya, melainkan buku puisi. Puisi-puisi tentang adik-adiknya, dan terutama tentang aku, ‘Selamat Pagi Untuk Om Tegar’. Puisi yang mengesankan. Puisi yang menggurat seluruh kebanggaan mereka...” (Tere Liye, 2012:192). Dalam kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Anggrek begitu menyayangi Tegar Karang dan adik-adiknya. Sosok Anggrek yang sering digambarkan sebagai anak yang kurang bisa menyampaikan perasaan secara langsung, terlihat menyampaikan perasaannya melalui puisi. Konsep pribadi yang ditunjukkan oleh tokoh Anggrek sama dengan konsep yang dituliskan Tere Liye, “Pun kalaupun dia besok lusa pemalu dan tidak romantis, tapi lewat tulisan dia bisa begitu menginspirasi dan menyentuh”. Sosok Anggrek yang pemalu bisa menginspirasi dan menyentuh hati melalui puisinya. Sosok Tere Liye dalam kehidupan nyata juga dapat dikatakan memiliki kesamaan dengan tokoh Anggrek. Tere Liye, selama ini dikenal sebagai penulis yang cenderung introvert atau pribadi yang tertutup. Tere Liye selama ini enggan menuliskan biografinya di setiap buku tulisannya. Tere Liye juga menyatakan keengganan untuk dilakukan wawancara secara langsung. Akan tetapi, Tere Liye selama ini dikenal dengan tulisan-tulisannya baik berupa novel maupun sajak yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati pembacanya. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam sebuah korespondensi yang dilakukan penulis terhadap Tere Liye, Tere Liye mengungkapkan keengganannya sebagai berikut. Silahkan saja, saya tidak bisa melarang. Tapi kerjakan sendiri, tidak melibatkan saya. Dengan tidak mencantumkan biodata, muncul di media massa, maka itu sudah petunjuk jelas saya tidak mau ditanya-tanya, dan sebagainya. (11 Januari 2014) Dari kutipan email tersebut, dengan jelas Tere Liye menyatakan keengganannya untuk dilakukan wawancara. Keengganan Tere Liye tersebut dapat menunjukkan bahwa Tere liye merupakan seorang yang introvert dan enggan untuk menunjukkan pribadinya. Sehingga dengan kata lain, Tere Liye hanya ingin dikenal melalui tulisan-tulisannya. Selain tokoh Anggrek, Tegar Karang, dan Jasmine, cerminan diri Tere Liye juga terlihat dari tokoh Sakura. Tokoh Sakura yang dalam Sunset Bersama Rosie digambarkan sebagai anak yang penuh semangat dan tidak mudah menyerah. Tokoh Sakura juga digambarkan sebagai tokoh yang sering membuat suasana menjadi lebih ramai. Munculnya tokoh Sakura dalam Sunset Bersama Rosie dapat diasumsikan bahwa Tere Liye ingin menunjukkan adanya tokoh yang tetap bersemangat menghadapi hidupnya meskipun dengan kehidupan yang sukar. Tokoh Sakura yang tetap bersemangat ketika ia
mengalami patah tulang setelah peristiwa
pengeboman Jimbaran. Semangat hidup yang dimiliki Sakura menunjukkan adanya dorongan hidup dan rasa bersyukur yang tinggi di dalam dirinya. Dalam salah satu tulisannya, Tere Liye menekankan arti penerimaan atas semua masalah hidup. Tere Liye juga menjelaskan bahwa sikap penerimaan adalah wujud syukur dan pemahaman yang baik atas kehidupan. Tulisan Tere commit to user Liye tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
...pemahaman baik akan membuat kita lebih damai dan tenteram. Tanpa pemahaman baiknya, kita akan selalu terbalik-balik melihat banyak hal. Dan salah-satu ciri orang tidak bahagia adalah dia senantiasa merasa kurang, bingung, meski sudah punya semuanya. Dia tidak pernah menggapai pemahaman baik tersebut. Terakhir, sebagai penutup, ketahuilah, apa muasal atau sumber mata air pemahaman baik ini? Maka jawabannya bukan novel, bukan selebritis, bukan ini, bukan itu, melainkan adalah: nasehat agama kita. Itulah sungguh mata air bening pemahaman terbaik dalam hidup. Ya Rabbi, itulah pekerjaan besar Nabi kami yang tercinta, menanamkan pemahaman baik bagi kami semua. Dititipkan kitab suci, diberikan sunnah-sunnahnya, dicatat hadist-hadistnya, yang kami warisi hingga hari ini. Lengkap sudah menjadi sumber pemahaman baik. Barangsiapa yang rajin mengkaji nasehat agamanya, dia tidak akan tertipu oleh kepentingan sendiri ataupun kelompok. Ada lampu yang senantiasa meneranginya, membantunya agar tidak salah jalan (facebook,com/DarwisTereLiye, 12 Juli 2014). Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Tere Liye menekankan adanya pemahaman yang baik terhadap rasa syukur. Seseorang yang bersyukur dengan kondisinya akan membuatnya bahagia. Dalam
Sunset
Bersama Rosie,
kebahagiaan Sakura menunjukkan adanya rasa syukur yang dimiliki Sakura. Rasa syukur tersebut diwujudkan dengan penerimaan Sakura terhadap kondisinya dan tetap semangat menjalani harinya. Tere Liye juga terlihat menyikapi bentuk rasa syukur di dalam dirinya dengan pemahaman keagamaan. Unsur religius terlihat kental dalam tulisan Tere Liye. Pemahaman keagamaan yang mencapai religiusitas tersebut mendorong Tere Liye menyampaikan ajaran-ajaran agama secara tersirat dalam novelnovelnya. Salah satu ajaran yang tersirat dari Sunset Bersama Rosie adalah adanya rasa syukur. Selain tokoh-tokoh tersebut, munculnya tokoh Sekar dalam Sunset Bersama Rosie juga menunjukkan adanya cerminan diri Tere Liye. Tokoh Sekar yang menerima Tegar untuk menikah dengan Rosie. Sekar yang digambarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
sebagai tunangan Tegar menerima jika Tegar ingin menikahi Rosie karena memang keduanya saling mencintai. “Dua puluh tahun kelak, aku pasti menyesali telah melakukan ini, Tegar. Tetapi, dua puluh tahun kelak juga, aku pasti lebih menyesalinya jika tidak melakukannya.” Sekar menahan tangis, tubuhnya bergetar, satu tangan yang lain meraih lenganku, menatapku, “Menikahlah dengan Rosie, Tegar. Menikahlah. Pagi ini aku paham, aku mengerti, kalian ditakdirkan bersama sejak kecil. Aku sungguh belajar bahagia menerimanya, dan itu akan lebih mudah dengan pemahaman yang baru. Aku akan baik-baik saja. Menikahlah!” (Tere Liye, 2012:424-425). Dari kutipan tersebut Sekar menyuruh Tegar untuk menikahi Rosie karena memang keduanya saling mencintai. Sekar tidak memaksakan keinginan dirinya untuk bersama dengan Tegar. Sekar juga mengatakan bahwa akan mencoba untuk bahagia dengan menerima pernikahan Rosie dan Tegar. Dalam salah satu tulisannya yang berjudul esensi perasaan, Tere Liye mengungkapkan tentang penerimaan demi kebahagiaan orang yang dicintai. ...cinta itu tidak pernah "jahat". Yang jahat, meyakitkan, buruk, bikin sakit hati adalah kulit luarnya yang boleh jadi memang berduri dan penuh jebakan. Tidak masalah satu dua kita tertusuk dalam sekali, dek, membuat nyeri hati sepanjang hari, minggu bahkan ada yang bertahun-tahun, namanya juga masih belajar. Tidak masalah kita teriris sembilu hingga membuat dunia seperti terbalik setiap malam tiba, setiap menatap hujan, atau hanya sekadar disebut nama kotanya, sudah membuat terdiam kelu. Tidak mengapa, namanya juga kita tidak pernah latihan menghadapi persoalan cinta ini. Tapi selalu pastikan, kita menjaga diri, menaati norma-norma, nilai-nilai kebaikan, kaidah-kaidah agama. Itu akan membuat kita tetap terkendali, dan tidak merusak. Besok lusa, boleh jadi kita lebih paham. Dan kita bahkan bisa benar-benar berdiri tegak seperti pemuda dalam contoh tulisan ini, bisa berkata mantap: Tidak mengapa dia menikah dengan orang lain, sepanjang dia bahagia, aku pun turut bahagia (facebook,com/DarwisTereLiye, 11 Juni 2014). Dari kutipan tersebut terlihat pandangan Tere Liye bahwa kebahagiaan orang yang disayangi itu lebih penting. Tere Liye juga menunjukkan bahwa meskipun mengalami sakit hati karena ditinggal menikah, akan tetapi tidak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
membuat sebaiknya membuat seseorang merasakan jatuh. Tere Liye juga menekankan adanya pemahaman keagamaan agar tidak terhanyut dalam perasaan. Selain tokoh-tokoh pendukung tersebut, tokoh utama dalam Sunset Bersama Rosie yakni Rosie juga menunjukkan karakter jiwa Tere Liye. Tokoh Rosie yang digambarkan sebagai tokoh lemah dapat menunjukkan anti tipe pada diri Tere Liye. Tere Liye selama ini sering menuliskan bahwa seseorang harus kuat dalam menjalani kehidupan kendati menyakitkan seperti dalam kutipan berikut. Apapun situasi yang kita hadapi sekarang, berhentilah mengeluh dan menyalahkan orang lain atas situasi yang kita pilih sendiri--sadar atau tidak sadar saat memilihnya. Kita ini punya kaki, punya tangan, punya otak, kita punya semua amunisi untuk bertempura dalam kehidupan. Mari berjuang. Kebahagiaan itu harus direngkuh dengan banyak hal. Termasuk melalui perjalanan spiritual kehidupan, hingga tiba di titik pemahaman yang baik (facebook,com/DarwisTereLiye, 5 November 2013). Sosok Rosie yang mengalami depresi setelah kematian Nathan, suaminya, menunjukkan suatu hal yang bertolak belakang dengan tulisan Tere Liye. Sosok Rosie yang tidak kuat dalam menjalani kehidupan menunjukkan suatu hal yang bertolak belakang dengan pemahaman dan pandangan Tere Liye terkait kehidupan. Tadi Mitchell menjelaskan banyak hal. Aku tahu Mitchell berusaha memilih padanan kata yang baik. Kalimat-kalimat yang halus. Tetapi pesannya jelas sudah, Rosie depresi hebat. “Kebahagiaan selama tiga belas tahun dengan intensitas yang hebat itu kita ibaratkan seperti gelas panas. Nah, kejadian di Jimbaran empat hari yang lalu seperti air es yang tiba-tiba dituangkan. Gelas itu pecah, teman. Eh, maksudku untuk kasus Rosie mungkin belum pecah. Tetapi jelas sudah gelas Rosie retak.” Mitchell berkata pelan (Tere Liye, 2012:123). Depresi yang dialami Rosie menunjukkan bahwa Rosie memiliki pengendalian diri yang kurang. Jika dilihat dari tulisan-tulisan Tere Liye terkait commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman yang baik, maka Rosie merupakan sosok yang kurang memiliki pemahaman yang baik atas kehidupannya. Tere Liye menampilkan tokoh Rosie yang lemah dan kehilangan pengendalian diri setelah kematian suaminya. Munculnya tokoh Rosie sebagai tokoh utama dapat diasumsikan dengan adanya anti tipe pada diri Tere Liye. Tere Liye ingin menampilkan sosok yang bertolak belakang dengan pandangan hidupnya melalui tokoh Rosie. Tokoh Rosie juga dapat diasumsikan sebagai salah satu bagian dari diri Tere Liye. Tere Liye ingin menampilkan bahwa setiap manusia memiliki sisi kerapuhan. Tere Liye ingin menunjukkan bahwa setiap orang harus dapat mengendalikan perasaan sedihnya. Kesembuhan Rosie dari depresi yang dialaminya juga menunjukkan sikap optimis yang dimiliki oleh Tere Liye. Tere Liye menggunakan ending Sunset Bersama Rosie dengan sikap penerimaan Rosie terhadap pernikahan Tegar dan Sekar. Ending yang dipilih oleh Tere Liye menunjukkan bahwa Rosie sudah menerima keputusan Tegar dengan lebih dewasa. Tere Liye juga menunjukkan adanya sikap pemahaman yang baik atas pernikahan Tegar dan Sekar. Dengan kata lain, diri Tere Liye dan pandangan-pandangan kehidupannya tersebar dalam tokoh-tokoh Sunset Bersama Rosie. Tokoh-tokoh yang memiliki pandangan kehidupan dan mencerminkan diri Tere Liye di antaranya adalah tokoh Tegar Karang, Jasmine, Anggrek, Sakura, dan Sekar. Tokoh Rosie dalam Sunset Bersama Rosie dimunculkan sebagai anti tipe dari Tere Liye.Akan tetapi, dapat diasumsikan bahwa tokoh Tegar Karang merupakan tokoh dengan sifat dan pandangan hidup yang sesuai dengan Tere Liye. commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pandangan-pandangan kehidupan yang ditunjukkan oleh Tere Liye dalam Sunset Bersama Rosie, khususnya oleh Tegar Karang, diantaranya adalah pandangan mengenai konsep berdamai dengan masa lalu, konsep pemahaman yang baik dan konsep memaafkan. Tere Liye juga menunjukkan eksistensi dirinya dalam diri tokoh Tegar Karang melalui pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu ekonomi. Pada tokoh lain, Tere liye menunjukkan konsep bersyukur pada diri tokoh Sakura. Konsep esensi perasaan dimiliki oleh tokoh Sekar. Pada diri tokoh Anggrek Tere Liye menunjukkan eksistensinya dengan menggunakan tulisan sebagai sebuah katarsis. Tere Liye juga menunjukkan konsep memaafkan pada diri tokoh Jasmine. Pada tokoh Rosie, Tere Liye menggunakannya sebagai penunjuk anti tipe dirinya. Tere Liye menggambarkan tokoh lemah yang bertolak belakang dengan konsep pemahaman yang baik. Akan tetapi pada bagian ending cerita, tokoh Rosie memiliki konsep pemahaman yang baik sehingga membuatnya bahagia.
commit to user