BAB 2 TINJAUAN TEORETIS
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Akuntansi Manajemen
1.
Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah
suatu kegiatan yang menjadi bagian integral dari fungsi (proses) manajerial yang dapat memberikan informasi keuangan dan nonkeuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan strategik organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen berupa data historis dan estimasi. Informasi tersebut dapat digunakan untuk melaksanakan operasi sehari-hari, mengevaluasi kinerja serta perencanaan operasi dimasa datang dalam mengembangkan strategi bisnis secara menyeluruh. Oleh karena itu, akuntansi manajemen diharapkan mampu membantu perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan operasi agar perusahaan dapat terus bertahan. 2.
Fungsi Akuntansi Manajemen Fungsi (proses) manajerial yang utama (Abdul Halim, 2012:5) yaitu :
a. Perencanaan (planning) adalah proses penentuan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu organisasi pada masa yang akan datang, termasuk di antaranya adalah penetapan tujuan organisasi dan metode atau cara untuk mencapai tujuan tersebut.
6
7
b. Koordinasi adalah proses mengintegrasikan kegiatan masing-masing bagian didalam organisasi agar terjalin kerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c. Pengendalian (controlling) adalah proses yang menjamin bahwa organisasi melaksanakan strateginya sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Aktivitas pengendalian dilaksanakan dengan cara melakukan pengawasan terhadap implementasi perencanaan dan mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. d. Pengambilan keputusan (decision making) adalah proses untuk memilih sebuah alternatif solusi yang terbaik dari berbagai macam alternatif solusi yang ada. Atas dasar definisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa setiap saat pihak manajer pasti akan dihadapkan pada sebuah proses memilih berbagai alternatif. Maka pengambilan keputusan (decision making) yang tepat sangat dibutuhkan untuk memberikan jaminan rasional bagi perusahaan untuk bertahan dan tumbuh dalam jangka waktu yang panjang. Pengambilan keputusan tidak dapat dipisahkan dari fungsi perencanaan, koordinasi dan pengendalian dimana fungsi-fungsi tersebut saling menentukan satu sama lain.
2.1.2
Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya
1.
Pengertian Biaya Dalam melakukan aktifitas untuk menghasilkan barang dan jasa,
perusahaan memerlukan pengorbanan. Faktor-faktor produksi yang dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut disebut
8
biaya. Istilah biaya (cost) seringkali digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Namun beban didefinisikan sebagai arus keluar barang dan jasa yang sudah digunakan untuk menghasilkan pendapatan sehingga sudah tidak mempunyai nilai atau manfaat dimasa yang akan datang. Tujuan dari menentukan biaya-biaya yang ada adalah dapat menentukan harga pokok produk, dimana harga pokok produk tersebut tergantung pada proses produksi atau kegiatan untuk menghasilkan produk (barang atau jasa). Dalam mengartikan biaya setiap individu mempunyai pengertian yang berbeda. Hal ini sesuai dengan disiplin ilmu yang mendasari. Berikut ini beberapa pendapat tentang definisi biaya: Hansen & Mowen (2009:47) menyatakan bahwa biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2010:8) biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dari definisi tersebut diartikan bahwa sumber-sumber ekonomi yang akan dikeluarkan untuk mencapai suatu tujuan dapat diperoleh manfaat di masa-masa yang akan datang. 2.
Klasifikasi Biaya Dalam mencatat dan menggolongkan biaya harus selalu diperhatikan
untuk tujuan apa manajemen memerlukan informasi biaya sebaiknya selalu diperhatikan konsep βDifferent classification of costs for different purposeβ, Artinya untuk tujuan penggunaan informasi biaya yang berbeda, maka diperlukan
9
klasifikasi biaya yang berbeda pula. Dengan demikian suatu klasifikasi biaya tidak dapat digunakan untuk memenuhi berbagai tujuan. Mulyadi (2010:13-16), mengemukakan klasifikasi biaya menjadi lima golongan yaitu : a. Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. b. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual. 2) Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. 3) Biaya administrasi dan umum adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. c. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai 1) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
10
2) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. d. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi : 1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume aktivitas. Jadi semakin besar output yang dihasilkan maka akan semakin besar biaya variabel yang ditimbulkan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. 2) Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. Contoh sederhana adalah biaya perawatan, biaya listrik. Pada suatu kisaran dasar aktivitas, biaya semi variabel atau campuran mungkin tetap dalam jumlah total. Akan tetapi pada kisaran lain, biaya semi variabel mungkin berubah proporsinya pada perubahan dasar aktivitasnya. 3) Biaya semi fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Biaya yang relatif konstan, tidak ada pengaruhnya
11
dengan besarnya output yang dihasilkan. Jadi berapapun output yang dihasilkan perusahaan, maka tidak ada perubahan terhadap biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan. Contohnya adalah pajak bumi dan bangunan, depresiasi atau penyusutan, asuransi, gaji tenaga kerja tidak langsung, beban sewa bangunan. e. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Atas jangka waktu manfaatnya biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi yang terjadinya pengeluaran tersebut.
2.1.3
Harga Pokok Produksi
1.
Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan semua biaya, baik biaya secara
langsung maupun biaya tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang dan jasa yang merupakan operasi utama perusahaan dalam suatu periode tertentu. 2.
Unsur Biaya Dalam Harga Pokok Produk Pada dasarnya manufacturing cost atau biaya produksi adalah biaya yang
berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terdiri dari tiga unsur biaya yaitu :
12
a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Materials cost) Merupakan semua bahan yang menjadi bagian integral barang jadi dan dapat langsung dimasukkan dalam kalkulasi biaya produk. Biaya ini meliputi biaya untuk memperoleh bahan baku dan menempatkannya dalam keadaan yang siap untuk diolah. Kemudahan penelusuran item bahan baku ke produk jadi merupakan pertimbangan utama dalam pengklasifikasian biaya sebagai biaya bahan baku langsung. b. Biaya Tenaga Kerja langsung (Direct Labour cost) Merupakan pekerja yang terlibat secara langsung dalam proses pembuatan produk, mulai dari bahan baku diolah sampai menjadi bahan jadi dan dapat dibebankan secara layak ke suatu produk tertentu. Biaya ini meliputi biaya gaji para karyawan yang dapat dibebankan pada produk, dan dapat diketahui setiap saat. Karena dapat ditelusuri hubungannya dengan unit yang diproduksi. c. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead cost) Biaya overhead pabrik meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Overhead pabrik hanya akan diketahui pada akhir periode akuntan. Overhead pabrik mencakup bahan tak langsung (indirect materials), tenaga kerja tak langsung (indirect labour) dan biaya-biaya diluar beban pemasaran dan administrasi. Biaya overhead pabrik terdiri atas tiga elemen biaya utama, yaitu : 1) Bahan Baku Tak Langsung (Indirect Materials Costs)
13
Bahan baku tak langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakainnya sangat sedikit sehingga tidak mempengaruhi secara langsung. 2) Tenaga Kerja Tak Langsung (Indirect Labour) Tenaga kerja tak langsung adalah semua biaya tenaga kerja atau para karyawan yang mempengaruhi proses produksi secara langsung. Biaya ini tidak dapat diidentifikasikan secara langsung ke produk. Contoh: Gaji supervisor, kesejahteraan pekerjaan 3) Biaya Tidak Langsung Lainnya (Other Manufacturing Cost) Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya overhead pabrik yang tidak diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku tidak langsung maupun biaya tenaga kerja tidak langsung. Misalnya pemeliharaan gedung, asuransi dan lain-lain. 3.
Peranan Harga Pokok Produk Manajemen menggunakan harga pokok produk untuk beberapa tujuan
yaitu : a. Penilaian persediaan dalam penyajian laporan keuangan Harga pokok produk dihitung untuk menentukan nilai-nilai persediaan dalam harga pokok penjualan. Perhitungan harga pokok produk biasanya berhubungan dengan tujuan pelaporan keuangan suatu organisasi. b. Pembuat Keputusan Informasi harga pokok produk menuntun tindakan manajer yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan dan penyusunan strategi produk. Para
14
manajer akan menggunakan informasi harga pokok produk untuk menetapkan harga jual, memutuskan apakah memperhitungkan atau menghentikan suatu produk, serta menentukan apakah membeli atau memproduksi sendiri. Selain itu, informasi harga pokok produk juga digunakan manajer untuk mengidentifikasi kesempatan untuk melakukan perbaikan atau koreksi.
2.1.4
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Dalam penentuan harga pokok produksi ada dua metode yang pertama
metode penentuan harga pokok produksi berdasarkan volume yaitu dengan cara mengalokasikan biaya ke produk dengan menggunakan jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin, dan jumlah unit yang dihasilkan. Sedangkan, penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas yaitu dengan cara menelusuri biaya dari aktivitas berdasarkan permintaan produk pada aktivitas tersebut. 1. Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Volume Pada sistem tradisional pembebanan biaya berdasarkan konsumsi biaya yang berhubungan dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pendekatan tradisional adalah sebagai berikut : PT X menggunakan jumlah machine set up dan jumlah engineering change sebagai activity driver untuk kedua cost pool baru. Unsur BOP lainnya masih menggunakan jam mesin sebagai dasar pembebanan. Data yang disajikan sebagai berikut:
15
Unit yang diproduksi Bahan baku per unit Upah Langsung Machine Hours Machine Set Up Engineering Change BOP: Machine Set Up Engineering Related Lain-lain Total Overhead ππππππ΅ππ =
P 54.500 Rp 25 Rp 2.600.000 12.000 35 500
Q
Total 55.000
500 Rp 125 Rp 400.000 1.040 65 700
Rp 3.000.000 13.040 100 1.200 Rp 260.000 Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.260.000
π
π 3.260.000 π
π 13.040
ππππππ΅ππ = π
π 250 P Unit yang diproduksi Direct Material Cost Direct Labor Cost Overhead: 12.000 x Rp 250 1.040 x Rp 250 Total Harga Pokok Harga Pokok Per Unit
Q
54.500 Rp 1.362.500 Rp 2.600.000
500 Rp 62.500 Rp 400.000
Rp 3.000.000 Rp 6.962.500 Rp 127,75
Rp 260.000 Rp 722.500 Rp 1.445
2. Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Aktivitas Penentuan harga pokok produksi berdasarkan aktivitas terdiri dari dua tahap yaitu melacak biaya pada aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Dengan menggunakan contoh yang sama dengan pendekatan tradisional, maka perhitungan harga pokok produksi berdasarkan activity based costing adalah sebagai berikut :
16
P Unit yang diproduksi Bahan baku per unit Upah Langsung Machine Hours Machine Set Up Engineering Change BOP: Machine Set Up Engineering Related Lain-lain Total Overhead
πππππππππππππππ‘ππ =
Q
54.500 Rp 25 Rp 2.600.000 12.000 35 500
Total 55.000
500 Rp 125 Rp 400.000 1.040 65 700
Rp 3.000.000 13.040 100 1.200 Rp 260.000 Rp 900.000 Rp 2.100.000 Rp 3.260.000
π
π 260.000 = π
π 2.600 100
ππππππΈπππππππππππ
ππππ‘ππ = ππππππ΅πππΏπππ β ππππ =
π
π 900.000 = π
π 750 1.200
π
π 2.100.000 = π
π 161 13.040 P
Unit yang diproduksi Direct Material Cost Direct Labor Cost Overhead: 35 x Rp 2.600 65 x Rp 2.600 500 x Rp 750 700 x Rp 750 12.000 x Rp 161 1.040 x Rp 161 Total Harga Pokok Harga Pokok Per Unit
54.500 Rp 1.362.500 Rp 2.600.000 91.000 Rp 375.000 Rp 1.932.000 Rp 6.360.500 Rp 116,7
Q 500 Rp 62.500 Rp 400.000
Rp
Rp Rp Rp Rp Rp
169.000 525.000 167.440 1.323.940 2.647
17
Keterangan : ππππππππππ‘ππ Γ πππππππππππππππ‘ππ 35 Γ π
π 2.600 = π
π 91.000 65 Γ π
π 2600 = π
π 169.000 πΈπππππππππππΆπππππ Γ ππππππΈπππππππππππ
ππππ‘ππ 500 Γ π
π 750 = π
π 375.000 700 Γ π
π 750 = π
π 525.000 ππππππππ»ππ’ππ Γ ππππππ΅πππΏπππ β ππππ 12.000 Γ π
π 161 = π
π 1.932.000 1.040 Γ π
π 161 = π
π 167.440
2.1.5
Sistem Biaya Tradisional
1.
Pengertian Sistem Biaya Tradisional Menurut Hansen dan Mowen (2000:57) bahwa sistem akuntansi biaya
tradisional mengasumsikan bahwa semua biaya di klasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi. Sedangkan menurut Marwoto dalam Supriyono (2002:731), menjelaskan sebagai berikut : βDalam sistem akuntansi biaya tradisional, biaya-biaya dicatat, dikumpulkan, dan dikendalikan menurut elemen-elemennya di dalam pusat pertanggungjawaban. Dengan cara ini, maka biaya-biaya produksi
18
juga ditentukan menurut banyaknya sumber daya yang dikonsumsi, disetiap pusat biayaβ Dari beberapa definisi sistem akuntansi biaya tradisional tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi biaya tradisional adalah suatu sistem akuntansi biaya yang menghitung biaya produksi dan membebankan biaya overhead berdasarkan dengan volume yang diproduksi, seperti banyaknya unit produk, jam tenaga kerja langsung, jam kerja mesin dan pengukuran volume lainnya. 2.
Kelemahan Sistem Biaya Tradisional Menurut Mulyadi dalam Supriyono (2002:642) ada kekurangan pada
sistem biaya tradisional sehingga menyebabkan kurang optimalnya sistem tersebut adalah: a. Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung (biaya tenaga kerja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya kepada produk dan jasa. b. Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang digunakan untuk mengalokasikan biaya overhead pabrik dari pusat biaya ke produk dan jasa. c. Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki struktur biaya overhead yang sangat berbeda. d. Biaya pemesanan dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda diantara berbagai saluran distribusi, namun sistem akuntansi biaya tidak mempedulikan biaya pemasaran.
19
2.1.6
Activity Based Costing
1.
Pengertian Activity Based Costing Menurut Amin Widjaja Tunggal (2009:2) activity based costing adalah
metode costing yang mendasarkan pada aktivitas yang didesain untuk memberikan informasi biaya kepada para manajer untuk pembuatan keputusan stratejik dan keputusan lain yang mempengaruhi kapasitas dan biaya tetap. Definisi lain diungkapkan oleh Mulyadi (2007:53), activity based costing adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas. Dari definisi diatas maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa activity based costing adalah suatu metode perhitungan biaya produk yang membebankan biaya ke produk dan jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan aktivitas, serta dibuat agar dapat memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka waktu panjang melalui pengelolaan aktivitas atau suatu sistem akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa.
2.
Syarat-syarat Penerapan Activity Based Costing Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelumpenerapan sistem
activity based costing (Supriyono, 2002:247-248), yaitu :
20
a. Biaya-biaya berdasar non unit harus merupakan persentase signifikan dari biaya overhead. Jika biaya-biaya ini jumlahnya kecil, maka sama sekali tidak ada masalah dalam pengalokasiannya pada tiap produk. b. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas berdasar unit dan aktivitasaktivitas berdasar nonunit harus berbeda. Jika berbagai produk menggunakan semua aktivitas overhead dengan rasio yang kira-kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk mengalokasikan semua biaya overhead pada setiap produk. Jika berbagai produk rasio konsumsinya sama, maka sistem konvensional atau activity based costing system membebankan overhead pabrik dalam jumlah yang sama. Jadi, perusahaan yang produknya homogen (diversifikasi produk rendah) mungkin dapat menggunakan sistem konvensional tanpa ada masalah. Sedangkan menurut Simbolon M. R. dalam jurnal ekonomi dan bisnis beberapa alasan agar penggunaan harga pokok produk berdasar aktivitas menjadi maksimal, sebagai berikut : a. Diversifikasi produk Diversifikasi produk yang tinggi berarti perusahaan memproduksi bermacam-macam jenis produk. Maka yang menjadi masalah adalah pembebanan biaya overhead ke setiap produk secara logis sesuai dengan aktivitas untuk membuat setiap produk. Sistem activity based costing menerapkan hubungan sebab akibat yang berarti harga-harga pokok produk merupakan suatu akibat yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk membuat produk tersebut.
21
b. Persaingan yang ketat Persaingan yang ketat seperti sekarang ini perlu dicari terobosan pasar sehingga bisa bertahan pada persaingan tersebut. Untuk bisa bertahan, perusahaan perlu mempertimbangkan konsep cost efektif sehingga aktivitas yang dilakukan bisa menambah nilai (value added activity). Sistem activity based costing dapat mengantarkan perusahaan ke posisi tersebut, namun penerapannya harus secara konsisten sehingga dapat memantau aktivitasaktivitas yang tidak bernilai tambah (non value added activity) dan mengeliminasinya. c. Biaya pengukuran relatif kecil Biaya pengukuran yang relatif kecil berarti bahwa biaya perancangan dan pengoperasian sistem harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang akan diperoleh pada masa yang akan datang.
3.
Pemicu Biaya (Cost Driver) Sistem activity based costing dapat menghasilkan informasi biaya produk
yang lebih akurat dan dapat dipercaya dibandingkan dengan sistem penentuan biaya yang sudah ada sebelumnya (conventional costing system), oleh karena sistem ini menggunakan jenis pemicu biaya (cost driver) yang lebih banyak sehingga dapat mengukur secara lebih tepat sumber daya yang dikonsumsi oleh produk. Dalam sistem tradisional istilah pemicu biaya ini dikenal sebagai basis alokasi (allocation bases) seperti jumlah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga
22
kerja langsung, biaya bahan langsung, jumlah jam mesin, dan jumlah unit yang dihasilkan. Semua basis alokasi ini merupakan pemicu biaya yang hanya berhubungan dengan
volume atau tingkat produksi yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya overhead pabrik. Sedangkan sistem activity based costing disamping menggunakan pemicu biaya yang berhubungan dengan volume atau jumlah unit yang dihasilkan yakni yang berhubungan dengan suatu aktivitas atau transaksi, misalnya jumlah jam pemasangan, jumlah jam pemesanan dan jumlah kali (frekuensi) dipesan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya biaya overhead yang tidak hanya berhubungan dengan volume produk tetapi berhubungan dengan aktivitas, sehingga menyebabkan struktur biaya menjadi lebih kompleks atau rumit. (Firdaus Ahmad Dunia, 2012:320) Menurut Supriyono (2002:245) dalam pemilihan cost driver paling sedikit ada dua faktor yang harus diperhatikan antara lain: a. Biaya pengukuran Dalam sistem activity based costing, sejumlah besar cost driver dapat dipilih dan digunakan. Jika memungkinkan, adalah sangat penting untuk memilih cost driver yang menggunakan informasi yang siap tersedia. Informasi yang tidak tersedia pada sistem yang ada sebelumnya berarti harus dihasilkan, dan akibatnya akan meningkatkan biaya sistem informasi perusahaan. Kelompok biaya (cost pool) yang homogen dapat menawarkan sejumlah kemungkinan cost driver. Untuk keadaan ini, cost driver yang dapat digunakan pada sistem
23
informasi yang ada sebelumnya hendaknya dipilih. Pemilihan ini akan meminumkan biaya pengukuran. b. Pengukuran Tidak Langsung dan Tingkat Korelasi Pada struktur informasi yang ada sebelumnya dapat digunakan dengan cara lain untuk meminimumkan biaya dalam memeperoleh kuantitas cost driver. Kadang-kadang dimungkinkan untuk mengganti cost driver yang secara langsung mengukur penggunaan suatu aktivitas dengan suatu cost driver yang secara tidak langsung mengukur penggunaan itu.
4.
Tahap-tahap dalam Activity Based Costing Tahap pertama dalam activity based costing adalah mengidentifikasi
aktivitas. Fokus perhitungan biaya berdasarkan aktivitas adalah aktivitas. Oleh sebab itu, mengidentifikasikan aktivitas haruslah menjadi tahap awal dalam perancangan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. a. Mengidentifikasi Aktivitas Hansen & Mowen (2006:162) mengklasifikasikan aktivitas kedalam empat kategori, yaitu : 1) Aktivitas tingkat unit Aktivitas berlevel unit (unit level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi. Biaya aktivitas tingkat unit bervariasi dengan jumlah unit yang diproduksi artinya besar kecilnya aktivitas ini di pengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.
24
Contoh akivitas yang termasuk dalam aktivitas berlevel unit adalah tenaga kerja langsung, jam mesin, dan jam listrik (energi) digunakan setiap saat suatu unit produk dihasilkan, maksudnya adalah banyak atau sedikit unit produk yang dihasilkan akan mempengaruhi tenaga kerja langsung, jam mesin dan jam listrik. 2) Aktivitas tingkat batch Aktivitas tingkat batch (batch level activities) adalah aktivitas yang dilakukan setiap suatu batch produk diproduksi. Biaya aktivitas batch bervariasi dengan jumlah batch tetapi tetap terhadap jumlah unit pada setiap batch. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat batch ini adalah
aktivitas
penjadwalan
produksi,
aktivitas
setup,
aktivitas
pengolahan bahan (gerakan bahan dan order pembelian). 3) Aktivitas tingkat produk Aktivitas tingkat produk (product level activities) adalah aktivitas yang dilakukan bila diperlukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi input yang mengembangkan produk, atau memungkinkan produk diproduksi atau dijual. Aktivitas ini dan biayanya cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan jenis produk yang berbeda. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat produk adalah perubahan teknik, pengembangan prosedur pengujian produk, pemasaran produk, rekayasa teknik produk dan pengiriman
25
4) Aktivitas tingkat fasilitas Aktivitas tingkat fasilitas (facilities level activities) adalah aktivitas yang menopang proses umum produksi suatu pabrik. Aktivitas tersebut memberi manfaat bagi organisasi pada beberapa tingkat, tetapi tidak memberikan manfaat untuk setiap produk secara spesifik. Contoh aktivitas yang termasuk dalam aktivitas tingkat fasilitas meliputi manajemen pabrik, tata letak, pendukung program komunitas, keamanan, pajak kekayaan dan penyusutan di pabrik. Suatu sistem penentuan biaya berdasarkan activity based costing yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Asumsi yang mendasari sistem activity based costing adalah aktivitas memerlukan atau menggunakan sumber daya sedangkan produk mengkonsumsi aktivitas. Sumber daya adalah unsur ekonomik yang dipergunakan untuk melaksanakan aktivitas. Contohnya adalah bahan baku dan tenaga kerja langsung. Activity based costingsystem menekankan penelusuran biaya melalui hubungan kausalitas antara sumber daya β aktivitas β produk dengan cara melakukan penelusuran langsung (direct tracing) dan penelusuran pemicu (driver tracing). (Abdul halim 2012:71).
b. Membebankan biaya-biaya ke tiap-tiap aktivitas. c. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan kedalam tiaptiap homogeneous set. Aktivitas-aktivitas yang dikelompokkan ke dalam satu
26
homogeneous set mempunyai ciri-ciri yaitu secara logika mempunyai hubungan, serta mempunyai prosentasi konsumsi yang sama. d. Aktivitas yang sudah dikelompokkan dalam tiap-tiap homogeneous set dijumlahkan untuk mendapatkan homogeneous set cost pool. Tarif kelompok dihitung dengan rumus :
πππππππ‘π (π‘ππππππππππππ) =
ππππ¦πππ£πππππππ’ππ‘π’ππππππππππππ‘ππ£ππ‘ππ πππ πππππππ’ππ’ππππ‘ππ£ππ‘ππ ππππππππ
Tahap keduadalam activity based costing adalah masing-masing biaya overhead kemudian ditelusuri ke produk yang dilakukan dengan menggunakan pool rate (tarif kelompok) yang dihitung pada tahap pertama dan ukuran dari jumlah sumber daya yang dikonsumsi dari masing-masing produk. Ukuran ini adalah kuantitas cost driver yang digunakan masing-masing produk. Pada tahap kedua ini dapat digunakan rumus :
ππ£ππππππππππππππππ =
5.
π‘ππππππππππππ Γ π’πππ‘πππ π‘ππππ£πππ¦πππππππ’πππππ π£πππ’πππππππ’ππ π
Manfaat Penerapan Metode Activity Based Costing Menurut Blocher (2011:212) manfaat yang diperoleh dari penerapan
metode activity based costing adalah :
27
a. Pengukuran profitabilitas yang lebih baik Activity based costing menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, mengarah pada pengukuran profitabilitas produk dan pelanggan yang lebih akurat serta keputusan strategis yang diinformasikan secara lebih baik menganai penetapan harga, lini produk, dan segmen pasar. b. Pengambilan keputusan yang lebih baik Activity based costing menyajikan pengukuran yang lebih akurat mengenai biaya yang dipicu oleh aktivitas, membantu manajer untuk meningkatkan nilai produk dan proses dengan membuat keputusan yang lebih baik mengenai desain produk, keputusan yang lebih baik mengenai dukungan bagi pelanggan serta mendorong proyek-proyek yang meningkatkan nilai. c. Perbaikan proses Activity
based
costing
system
menyediakan
informasi
untuk
mengidentifikasi bidang-bidang dimana perbaikan proses dibutuhkan. d. Estimasi biaya Meningkatkan biaya produk yang mengarah pada estimasi biaya pesanan yang lebih baik untuk keputusan penetapan harga, penganggaran, dan perencanaan. e. Biaya dari kapasitas yang tidak digunakan Activity based costing system menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengidentifikasi biaya dari kapasitas yang tidak digunakan dan mempertahankan akuntansi secara terpisah untuk biaya tersebut.
28
6.
Kekuatan dan Kelemahan Metode Activity Based Costing Menurut Carter, William K. (2009:545-547), keunggulan dari sistem
activity based costing adalah sebagai berikut : a. Sistem activity based costing menghasilkan informasi biaya produk yang lebih dapat diandalkan daripada sistem tradisional. b. Sistem activity based costing menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biayayang memberikan informasi bagi para pengambil keputusan untuk mengontrol kinerja perusahaannya. c. Adanya penelusuran aktivitas-aktivitas yang menimbulkan elemen biaya sehingga profitabilitas yang diperoleh dapat lebih mengoptimalkan personel perusahaan
dalam
mengelola
aktivitas,
yang
nantinya
dapat
lebih
mengefisienkan pembiayaan dalam proses produksi. d. Menghasilkan penetapan biaya produksi yang lebih akurat dibanding dengan sistem
tradisional
sehingga
menolong
perusahaan
dalam
mengelola
keunggulan kompetitif yang dimiliki. e. Penentuan harga jual per jenis produk akan lebih tepat sehingga perusahaan tidak salah menetapkan harga jual yang kompetitif untuk suatu jenis produk tertentu. Kelemahan dari sistem activity based costing adalah sebagai berikut : a. Activity based costing menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap produk, namun tidak memprediksikan banyaknya pengeluaran yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut.
29
b. Activity based costing memerlukan usaha pengumpulan data melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelemahan dari sistem activity based costing adalah memiliki kompleksitas yang lebih tinggi daripada sistem tradisional karena banyaknya pemicu biaya (cost driver) sehingga biayanya lebih mahal.
7.
Keterbatasan dalam Activity Based Costing Meskipun Activity Based Costing memberikan alternatif biaya ke produk
individual secara lebih baik, tetapi juga mempunyai kendala atau keterbatasan yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menggunakannya untuk menghitung biaya produk. Keterbatasan Activity Based Costing (Blocher et al, 2000:127)antara lain : a. Alokasi Jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbitrer sebab secara praktis tidak dapat ditemukan akivitas yang menyebabkan biaya tersebut.. Misal : biaya-biaya yang berhubungan dengan gedung, biasanya mencakup biaya-biaya seperti sewa asuransi pajak bangunan. Usaha-usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan tindakan sia-sia dan tidak praktis. b. Mengabaikan biaya Keterbatasan lain dari activity based costing adalah beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari analisis. Aktivitas yang
30
biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi,
riset
dan
pengembangan, rekayasa produk dan klaim garansi. c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi Activity based costing system
sangat mahal untuk dikembangkan dan
diimplementasikan, disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan dan mengimplementasikan activity based costing system dengan sukses.
2.1.7
Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan bahan acuan
untuk penelitian sekarang. Persamaan dan perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Yoanes Dicky (2011), melakukan penelitian pada PT X, menyimpulkan bahwa PT. X belum melakukan penghitungan terhadap biaya produksinya secara akurat, hal tersebut dapat dilihat dari produk PT "X" yang mengalami kelebihan biaya sehingga tidak dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya. Setelah menggunakan activity based costing hasil penghitungannya jauh lebih akurat dengan penghitungan biaya produksi yang saat ini dilakukan. Penghitungan menggunakan metode Activity Based Costing System telah memperlihatkan bahwa produkproduk yang diproduksi oleh PT "X" ternyata mengalami kelebihan pembebanan biaya produksi. Persamaan dengan penelitian terdahulu
31
adalah sama-sama menggunakan metode activity based costing dalam menentukan harga pokok produksinya. Sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah peneliti terdahulu objek yang diteliti adalah dalam bidang alas kaki di bandung. 2.
Agnes Fransisca (2011), melakukan penelitian pada PT. Panca Mitra Sandang Indah. Dalam penelitiannya, di ungkapkan bahwa perusahaan mengelompokkan biaya menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku. Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini kurang tepat karena perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya tidak langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok produknya. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang tepat pula. Persamaan dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode activity based costing dalam menentukan harga pokok produksinya. Sedangkan perbedaannya adalah pada peneliti terdahulu objek yang diteliti bergerak dibidang penjualan kain.
32
2.2
Rerangka Pemikiran
Biaya Produksi
Metode Penentuan Harga Pokok Produk
Harga Pokok Produk Perusahaan
Harga Pokok Produk Berdasarkan Activity Based Costing
Perbandingan Harga Pokok Produk Perusahaan dengan Harga Pokok Produk berdasarkan Metode Activity Based Costing
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
33
2.3
Proposisi Penelitian Proposisi merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan dan diuraikan oleh penulis, maka proposisi dari rumusan masalah tersebut adalah : 1.
Dalam activity based costing perhitungan biaya produk dititikberatkan pada aktivitas-aktivitas yang menyebabkan terjadinya biaya tersebut.
2.
Informasi harga pokok produksi yang dihasilkan oleh activity based costing lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional sehingga dapat dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan secara lebih tepat.