7
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Pendapatan Beberapasumberyangmenjelaskanmengenai definisi dari pendapatan, para
ahli akuntansi mempunyai penafsiran yang berbeda dari pendapat yang sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, definisinya sebagai berikut : Menurut
Smith (1991:123) mendefinisikan pendapatan adalah “Arus
masuk atau menambah atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban – kewajibannya
(atau
kombinasi
keduanya),
yang
penyerahanatauproduksibarang,pemberianjasaatauaktivitas–
berasal
dari
aktivitaslain
merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjutan dari suatu entitas”. Menurut Belkaoui (2006:278) pendapatan telah diinterprestasikan sebagai berikut: 1.
Arus masuk aktiva bersih yang dihasilkan dari penjualan barang atau jasa
2.
Arus keluar barang atau jasa dari perusahaan kepelanggannya dan
3.
Produkperusahaanyangdihasilkandaripenciptaanbarangataujasaoleh usaha selama periode waktu tertentu. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (2007:23.2) Pendapatan adalah “Arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas – aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuktersebutmengakibatkankenaikanekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanammodal”.
7
8
Financial
Accounting
Standart
Board(1978)memberikandefinisi
pendapatan sebagai berikut : Pendapatan sebagai arus masuk ataupeningkatannilaiasset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan barang, pemebrian jasaataspelaksanaan kegiatan lainnyayangmerupakankegiatanutama perusahaan yang sedang berjalan. Hendriksen(1988:165)menjelaskanpendapatan
secaraumum
yaitusebagaihasildarisuatuperusahaan yangbiasanyabisadiukurdengansuatu harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui saat kejadian penting atau saat proses penjualan pada dasarnya dapat diselesaikan Selainitu pengertian pendapatan menurut Harahap (1997:38-39) adalah pada umumnya revenue telah ditafsirkan sebagai : 1.
Arus masuk net asset sebagai akibatdari penjualan barang dan jasa.
2.
Arus keluar barang dan jasa dari perusahaan kepada pelanggan.
3.
Produksiperusahaansebagaiakibatdarisemata–matapenciptaanbarang dan jasa oleh perusahaan selama periode. Pendapatantimbulkarenapelaksanaan aktivitasperusahaanyangbiasa dan
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, deviden, royalty dan sewa.Pendapatan merupakan faktor terpenting untuk mendapatkan laba oleh sebab itu penentuan pendapatan harus dilakukan dengan tepat agar benar – benar mencerminkan hasil usaha dalamsuatu periode. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan mengenai pendapatan sebagai berikut : 1.
Pendapatan dalamarti sempit :
9
Pendapatan berasal dari kegiatan pokok perusahaan dengan menciptakan barang atau jasa yang selanjutnya ditransfer kepada pelanggan dalam suatu
periode
tertentu.Jadi
dipisahkanantarapendapatanyangberasaldarikegiatan pokok perusahaan dengan yang berasal dari kegiatan diluar kegiatan pokok perusahaan. 2.
Pendapatan dalamarti luas: Pendapatan berasal dari kegiatan pokok perusahaan dan kegiatan diluar usaha pokok perusahaan.
1. Karakteristik Pendapatan Seluruh kegiatan perusahaan yang menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process.Secara garis besar earning process menimbulkan dua akibat yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan keuntungan dan pengaruh negative atau beban dan kerugian.Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba dan rugi.Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan. Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan.Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan yang sering disebut dengan hasil non operasi.Pendapatan non operasi biasanya dimasukkan dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga dan dividen. Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang masuk ke perusahaan merupakan
10
pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik tersebut antara lain berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan dan jumlah rupiah pendapatan serta proses penandingan. a. Sumber Pendapatan Jumlah rupiah aktiva bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah rupiah aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga, ataupun penjualan produk perusahaan, hadiah, sumbangan atau penemuan, revaluasi aktiva tetap, dan penjualan produk perusahaan. b. Produk dan Kegiatan Utama Perusahaan Produk perusahaan bisa berupa barang ataupun jasa.Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk (baik berupa barang atau jasa atau keduanya) yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan.Terkadang produk yang dihasilkan secara kebetulan bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai elemen pendapatan non operasi.Maka pemberian pembatasan tentang pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen tanpa memandang jumlah rupiah tiap jenis produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut dihasilkan. c. Jumlah Rupiah Pendapatan dan Proses Penandingan
11
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual persatuan kali kuantitas terjual. Perusahaan umumnya akan mengharapkan terjadinya laba yaitu jumlah rupiah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya yang dibebankan. Laba atau rugi yang terjadi baru akan diketahui setelah pendapatan dan beban dibandingkan. Setelah biaya yang dibebankan secara layak dibandingkan dengan pendapatan maka terlihatlah jumlah rupiah laba atau pendapatan 2. Jenis-Jenis Pendapatan Pendapatan terdiri dari beberapa jenis, sebagai berikut: 1. Pendapatan bersih (disposable income): adalah pendapatan seseorang sesudah dikurangi pajak langsung. 2. Pendapatan diterima di muka (unearned revenues): adalah uang muka untuk pendapatan yang belum dihasilkan. 3. Pendapatan lain-lain: adalah pendapatan yang berasal dari sumber-sumber diluar kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya: pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan deviden dan laba penjualan aktiva tetap. 4. Pendapatan permanen (permanent income): adalah pendapatan rata-rata yang diharapkan rumah tangga konsumsi selama hidupnya. 5. Pendapatan uang (money income): adalah pendapatan rumah tangga konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan moneter.
12
6. Pendapatan usaha (operating revenue): adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan. 7. Pendapatan yang diterima di muka (unearned revenue or income): a. Pendapatan (atau penghasilan) yang diterima di muka tetapi belum diakui sebagai pendapatan (dicatat sebagai utang pendapatan) pada saat penerimaannya, dan baru akan diakui sebagai pendapatan manakala perusahaan telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang bersangkutan pada waktu yang akan datang. Unearned revenue dapat diakui secara bertahap sesuai dengan penyelesaian kewajiban oleh perusahaan; deferved revenue.Disebut juga dengan pos-pos transitoris pasif. b. Pendapatan dari sumber-sumber selain jasa-jasa pribadi. 8. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues or accrued receivable): adalah pendapatan yang sudah dihasilkan (earned) walaupun piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo (belum saatnya ditagih). 2.1.2
Pengakuan Pendapatan Kaidah pengakuan pendapatan merupakan ketentuan pada level penetapan
standar. Agar dapat dilaksanakan pada level perusahaan maka kaidah tersebutharusdijabarkansecaratekhnisdanprosedurdalam
bentukkebijakan
akuntansi perusahaan. Kebijakan akuntansiperusahaanyangmenetapkankapan suatu penjualan dianggap secara teknis telah terjadi sehingga memicu pencatatan jumlah rupiah penjualan tersebut.
13
Pengakuan merupakan proses secara formal pencatatan jumlah rupiah pendapatandanmemasukansuatuposdalam
akunsertalaporankeuanganentitas.
Pengakuanmeliputipenjelasansuatupos sertajumlahitutermasukdalam secarakonseptualpendapatan
baikdengankata–katamaupunangka angkatotallaporankeuangan.Olehkarenaitu
dapatdiukurjikamemenuhikualitaspengukuran
dankeandalanmakakualitastersebutharusdioperasikandalam pengakuan
pendapatan.
Pembentukan
bentuk
kriteria
pendapatanmerupakankonsepyang
berkaitandenganmasalahkapandanbagaimana
sesungguhnya
pendapatan
itu
timbul dan menjadi ada, konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk bersamaandenganmelekatpadatotalitas
prosesberlangsungnyaoperasiperubahan
sedangkankonseprealisasimenjelaskan pendapatanterjadipadasaatproduk selesai dikerjakan dan terjual langsung atas dasar kontrak penjualan. Berkaitandenganpernyataandiatas
danmenurutKiesso
(2002:3)
ada
beberapa yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika: 1. Pendapatandihasilkan. Dimana bila entitas secara substantial telah menyelesaikan proses pendapatan pada umumnya barang telahdikirimataujasa yang diberikan. 2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi Bilabarangataujasaditukardengankasdankesanggupanuntukmembayar aktiva lain yang dapat ditukar dengan kas. Kriteria pengakuan pendapatan ketika : 1. Bukti yang menyakinkan adanya surat perjanjian jual beli.
kas
14
2. Pengiriman telah dilakukan atau jasa telah diberikan. 3. Harga jual sudah ditentukan. 4. Kolektibilitas dapat dijamin dengan memadai. Beberapa transaksi pendapatan yangdapat direalisasi dan telah diakui sesuai dengan prinsip sebagai berikut : 1. Pendapatandaritransaksipenjualanproduksidiakuipadatanggalpenjualan produksi kepada pelanggan. 2. Pendapatanatasjasayangdiberikanolehperusahaanjasadiakuipadasaatjasa tersebut telah diakui. 3. Imbalan yangdiperoleh atas penggunaan aktiva atau sumber ekonomi perusahaanolehpihaklain. 4. Pendapatan dari penjualan aktiva selainproduk diakui pada tanggal penjualan. Pendapatandapatdiukurdalamsatuannilaitukarprodukataujasayang dipertukarkan dalamtransaksi wajar. Menurut IkatanAkuntan Indonesia juga menganutprinsipmengukurpendapatandimanapendapatanharusdiukursecara wajar yang dapat diterima umumberbentuk kas dan setara kas. Secarateorititikwaktudaripengakuanpendapatandilakukanpada
berbagai
saat yaitu sebagai berikut : 1.
Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan Pengakuan dilakukan
pendapatandiakui
sebelum
penyerahan
biasanya
olehperusahaanyangmenjalankanproduksidalam
kontrakjangkapanjang, kontrak yang terjadi dalam jumlah besar dan
15
sudah
ditetapkan
saat
pelaksanaanproduksidimulai.Disini
hargakontrakakandirealisasibukan dengan kegiatan penjualan melainkan dengan
pelaksanaan
dengankontrakyangtelahdisepakati,adapun
produksi
sesuai
labadiakuisecaraperiodikatas
dasar presentase penyelesaian pekerjaan. Ada dua metode akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak kontruksi jangka panjang dalampengakuan pendapatan yang diakui sebagai berikut : a.
Metode presentase penyelesaian Mengakui pendapatan, biaya dan laba kotor sesuai dengan tercapainya kemajuankearahpenyelesaiankontrak jangka panjang.Merupakan metode taksiran atas presentase pekerjaan yang telah diselesaikan. Syarat yang harus dipenuhi apabila estimasi kemajuan
kearah
penyelesaian, pendapatan serta biaya secara layak dapat dipercaya sebagai berikut: 1.
Kontrak secarajelas menetapkan hak-hak yang dapat dipaksakan pemberlakuannya antara pembeli maupun penjual.
2.
Pembeli dapatdiharapkan untuk memenuhi semua kewajibannya dalamkontrak.
3. Kontraktordiharapkanuntukmelaksanakankewajibankontraktual tersebut. b. Metode kontrak selesai Mengakuipendapatan,labakotorhanyapadasaatpenjualanyaitupada saatkontrakdiselesaikan.
16
Metode kontrak selesai harus digunakan hanya: 1. Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek. 2. Jika syarat – syarat yang menggunakan
metode
presentase
penyelesaian tidak dapat dipenuhi. 3. Jikaterdapatbahayayangmelekatdalamkontrakitudiluarrisiko bisnis yang normal dan berulang. 2.
Pengakuan pendapatan setelah penyerahan Untuk pengakuan pendapatan pada saat setelah penyerahan umumnya
hargapokokproduksiditentukan
secaralayakpadasaatbarang
telah diselesaikan diproduksi. Pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai
dikerjakanbiasanyadianggaptepat
untukindustripertambangantermasuk
pertanian.Kegiatan
merupakanfaktorpenentudalammenghasilkan kegiatan
penjualan.
Dengan
demikian
pendapatan pendapatan
produksi dan
bukan
dapat
diakui
berdasarkan banyaknya barang yang benar – benar terjual Kriteria utama untuk
menggunakan
metode
ini
adalah
kemampuan
realisasiyanghandaldimanaprodukharus dapatdipasarkansegerapadaharga tertentu. 3.
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (Penyerahan) Pengakuan pada saat penjualan sering digunakan karena sebagaian besar ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba dan harga pertukaran bidangproduksiatau
sudahdiketahui.Untukperusahaanyangbergerakdalam barangdagangan,kegiatanpenjualan
17
merupakanhalyangpalingmenentukan dan sebab
transaksi
penjualan
mempunyai mengakibatkan
arti
keuangan
aktiva
baru
kedalamperusahaan berupa kas atau piutang. Dalam
pengakuanpendapatanpadasaatpenjualanterkadangbisatimbul
masalah yaitu : a. Penjualan dengan perjanjian beli kembali merupakan perjanjian pembiayaanproduk.Jikamendapatperjanjian beli kembali dengan harga tertentu. b. Penjualan dengan hak retur. c. Trade loading dan channel stuffing. Trade Loadingmerupakan praktik yang ekonomis dan curang dimana melalui praktik ini mencoba menunjukkan penjualan, laba, pangsa pasar sebenarnyatidakmemilikiparapedaganguntuk
membelilebihbanyak
produkdaripadadapatmerekajual kembalidengancepatsedangkan Channel Stuffingdimanaproduseninginmembuathasil – hasil keuangan lebih bagus maka menjual barangnya dengan menawarkan dengan potongan yang besar – besaran agar dapat membeli lebih banyak. Penjualanbisadikatakanterjadidanselesaibilamanaterjadiperalihanhak milik atas barang. Dasar pelaporan pendapatan pada saat penjualan: a) Harga jual telah dapat ditentukan dengan pasti. b) Produk yang dijual digantidenganassetyanglain. c) Kebanyakan perusahaan, penjualan merupakan peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekonominya.
18
d)
Biayaproduksi/pengadaanbarangtersebuttelahdikeluarkandapat ditentukan dengan mudah.
4. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas Penerimaan pendapatan.
kasmerupakan
Penerapan
dasar
hal
yang
penerimaan
signifikan
dalam
pengukuran
kaspalingbanyakdijumpaidalam
perusahaan sebagai berikut: a. PerusahaanJasa Untukperusahaanjasa,jasayangdiberikanitudalam
waktuyangrelative
pendek seperti angkutan dan bioskop.Saat penerimaan uang dari konsultan/pelanggan biasanya terjadi hampir bersamaan dengan saat pemberiaan jasa.Dapat dijadikan dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan. b.
Penjualan angsuran Penjualanangsuranadalahpenjualanyangdilakukandenganperjanjian dimana pembayaran dilaksanakan secara bertahap yaitu: 1. Padasaatbarangdiserahkankepembeli,penjualmenerimasebagaian harga penjualan ( Down Payment ). 2. Sisanya dibayar dengan beberapa kali angsuran
1. Kriteria Pengakuan Pendapatan Menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No.5 yang dikemukakan oleh Dykman dkk (2000:237) menyatakan bahwa pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan
19
seprti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan tersebut penggambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya mencangkup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Ada empat kriteria yang harus dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui, yakni: a. Definisi, item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi dalam satu dari tujuh unsur laporan keuangan, yaitu: aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. b. Dapat diukur, item tersebut harus memilik atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yakni karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasikan dan diukur. Contohnya biaya historis, biaya sekarang ini, nilai pasar, nilai bersih yang dapat direalisasikan dan nilai sekarang. c. Relevansi, informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan. d. Realibitas, informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji dan netral. Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila: 1. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan. 2. Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba telah selesai. Kedua kriteria diatas biasanya dipenuhi pada titik penjualan (point of sale), seringkali terjadi karena barang diantar atau ketika pelayanan diberikan kepada pelanggan.
20
Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua
yang harus
dilakukannya
agar
dikatakan
menerima
manfaat
menyelesaikan semua yang harus dilakukannya dari pendapatan yang terkait. Secara
umum,
pendapatan
diakui
ketika
proses
menghasilkan
laba
direalisasikan atau sebenarnya belum diselesaikan atau selama biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara tepat. Menurut Concept Statement No.5 dari FASB (Financial Accounting Standard Board), Recognition and Measurement In Financial Statements of Business Enterprises (2006:338) menyatakan “Pengakuan adalah proses pencatatan atau pencantuman secara formal suatu hal ke dalam laporan keuangan dari entitas seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, pengeluaran atau sejenisnya.” Sedangkan menurut Belkoui (2006:281) pendapatan diakui atas dasar: 1. Dasar Akrual (Acrual Basic) Pada dasar akrual ini pengakuan pendapatan dapat mengimplikasukan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau saat penagihan penjualan. Pendapatan diakui pada periode terjadinya transaksi pendapatan. Jadi dalam transaksi penjualan atau penyerahan barang dan jasa yang dilakukan walaupun kas belum diterima, maka transaksi tersebut sudah dicatat dan diakui sebagai pendapatan perusahaan. 2. Dasar Kejadian Penting (Critcal Event Basic/Cash Basic)
21
Pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Cash Basis atau dasar tunai adalah apabila pendapatan dan beban hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaaan dan pengeluaran kas. Hal ini berarti dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni (pure basis), pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima. Dari dua dasar pengakuan pendapatan diatas akan dijelaskan lebih terperincin oleh Kiesso dkk (2004:599). Dia mengatakan bahwa pengakuan pendapatan dapat dilakukan dengan empat cara: 1. Pengakuan pendapatan pada saat Penjualan (penyerahan) Ini sering disebut dengan Point of Scale(titik penjualan). Pendapatan dari penjualan barang biasanya dianggap realisasi pada waktu produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain. Pada saat itu harga jual disepakati, pembeli mendapatkan hak kepemilikan atas barang tersebut, dan penjual mempunyai klaim (tuntutan) yang sah terhadap pembeli. 2. Pengakuan Pendapatan pada sat sebelum Penjualan (Penyerahan) Dalam situasi tertentu pendapatan dapat diakui pada saat belum penjualan (penyerahan). Dimana aktivitas pemerolehan pendapatan yang berhubungan dengan jangka waktu, serta jumlah pendapatan yang harus diakui dalam proses atau aktivitas produktifnya. Dalam hal ini melaporkan pendapatan sebelum terjadinya penyerahan barang berdasarkan kontrak akan lebih bermanfaat. Misalnya kontrak
22
jangka panjang dimana pengakuannya menggunakan metose persentase penyelesaian atau kontrak selesai. 3. Pengakuan Pendapatan pada saat sesudah Penjualan (penyerahan) Pendapatan diakui setelah penyediaan jasa dan penyerahan barang benar terjadi. Namun, dalam beberapa kasus, transaksi yang berhubungan dengan upaya untuk memperoleh pendapatan yang menyangkut ketidakpastian dengan penerima kasnya. Adanya ketidak pastian yang besar dalam penerimaan kasnya membuat pengakuan pendapatan menunggu sampai dengan diterimanya kas dari hasil penjualannya misalnya penjualan cicilan. Metode pengakuan pendapatan setelah penyerahan barang dan jasa, yaitu: a. Akrual (Acrual Basic), waktu pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Perlakuan akuntansi terhadap harga pokok produk atau jasa dibebankan kepada pendapatan pada saat terjadinya transaksi penjualan barang atau penyerahan jasa. b. Angsuran (Installment), waktu pengakuan pendapatan pada saat terjadinya penerimaan kas. Pada umumnya sebagian dari penerimaan kas diakui sebagai laba. Perlakuan akuntansinya ditangguhkan untuk dibandingkan dengan bagian dari tiap penerimaan kas dan biasanya dilakukan dengan menangguhkan laba.
23
c. Pemulihan
Kas
(Recovery
Cash),
waktu
pengakuan
pendapatannya terjadi pada saat penerimaan kas, tetapi diatas jumlah harga pokok atau biaya barang yang dijual. Perlakuan akuntansinya ditangguhkan untuk dipertemukan dengan total penerimaan kas. d. Metode Tunai (Cash Basis), pada saat terjadinya penerimaan kas adalah
waktu
pengakuan
pendapatan,
sedangkan
dalam
perlakukan beban semua biaya dibebankan sebagai beban ketika dikeluarkan. 4. Pengakuan Pendapatan pada saat Penjualan Khusus Penjualan khusus atau konsinyasi, mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemeberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee. Sedangkan menurut Soemarso (2003:275) mengatakan bahwa ada empat kejadian yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat pengakuan pendapatan, yaitu: 1. Pada saat dilakukannya penjualan, pendapatan biasanya diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli. Pada saat ini dikirimkan faktur tagihannya. Tetapi, apabila antara penyerahan barang oleh penjual dengan penerimaan barang oleh pembeli terdapat tenggang waktu, maka pendapatan dapat diakui pada saat penjual menyerahkan barangnya pengangkutan.
kepada perusahaan
24
2. Pada saat pembayaran telah diterima, pendapatan dapat pula baru diakui pada saat pembayaran atas penjualan diterima. Contoh cara ini adalah pengakuan pendapatan yang dilakukan oleh dokter, pengacara dan perusahaan-perusahaan lain dimana jasajasa profesional merupakan sumber pendapatannya. Secara teoritis cara ini kurang dapat diterima. 3. Pada saat tahan produksi diselesaikan, pada perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, pekerjaan yang harus diselesaikan dapat berlangsung sampai tiga atau empat tahun atau bahkan lebih. Dalam keadaaan demikian pendapatan
dapat
diakui
dengan
menggunakan
metode
persentase penyelesaian atau kontrak selesai. Apabila pendapatan diakui pada akhir penyelesaian pekerjaan sekaligus akan mengakibatkan laba atau rugi menjadi sangat berfluktuasi. 4. Pada saat selesainya produksi, untuk barang yang nilai pasarnya sudah tertentu dan pemasarannya terjamin atau untuk barang yang sudah dipastikan
akan terjual dengna harga tertentu
berdasarkan kontrak penjualan, pendapatan dapat diakui pada saat selesainya produksi. Sedangkan Dyckman dkk (2000:239) mengatakan bahwa pendapatan didasarkan pada tiga kategori waktu yang luas, yaitu: 1. Pendapatan diakui pada saat pengiriman produk atau jasa (titik penjualan),
menurut
metode
ini,
pengakuan
pendapatan
25
dilakukan apabila transaksi telah memenuhi dua kondisi pengakuan pendapatan, yakni ketika pendapatan direalisasikan atau tidak dapat direalisasikan dan ketika dihasilkan, biasanya dipenuhi pada saat barang dan jasa dikirim. Jadi penjualan produk umumnya diakui pada tanggal penjualan, yang berarti tanggal produk itu dikirim ke pelanggan. Pendapatan dari jasa yang telah dilaksanakan diakui sama seperti ketika jasa telah dilaksanakan. Metode titik penjualan kadang kala disebut juga
metode
penjualan
atau
metode
pengiriman
dari
pengangkutan. 2. Pendapatan diakui setelah pengiriman produk atau jasa. Hal ini disebabkan karena adanya pertimbangan mengenai jumlah pendapatan yang akan direalisasikan. Dalam situasi tertentu pendapatan tidak dapat diakui hingga beberapa waktu setelah pengiriman barang atau jasa kepada pelanggan misalnya pengakuan pendapatan ketika ada hak retur. 3. Pendapatan diakui sebelum pengiriman produk atau jasa, dalam situasi tertentu pendapatan dapat secara wajar diakui pada penyelesaian produk. Dimana kemampuan realisasi yang andal, yaitu produk harus dapat dipasarkan segera pada harga tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh produsen tertentu. Ketika nilai produk meningkat, pendapatan yang dihasilkan harus diakui misalnya kontrak jangka panjang.
26
2.1.3
Pengukuran Pendapatan Harahap (2011: 96) menyatakan bahwa pengukuran adalah proses
penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca atau laporan laba rugi.Kemudian Riahi dan Belkaoui (2006: 56) menyatakan bahwa pengukuran memiliki arti pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan-aturan tertentu.Sementara itu, menurut Ghozali dan Anis Chariri (2007: 299) menyatakan bahwa pendapatan diukur dalam satuan nilai tukar produk/ jasa dalam suatu transaksi yang bebas (arm’s length transaction).Nilai tukar tersebut menunjukan ekuivalen kas atau nilai diskonto tunai dari uang di terima atau akan diterima dari transaksi penjualan. Langkah pertama dalam akuntansi adalah mengidentifikasi objek-objek ini, aktivitas atau kejadian dan atribut-atributnya yang dianggap relevan bagi para pengguna sebelum pengukuran yang sebenarnya dilakukan.Ada lima dasar pengukuran pendapatan menurut SFAC (Statement of Financial Accounting Concepts) No. 5 yaitu : 1. Cost Historis (Historical Cost), yaitu harga tunai ekuivalen yang dipertukarkan untuk barang atau jasa pada tanggal perolehan atau akuisisi. Pada dasar pengukuran ini, aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada data perolehan. 2. Cost Penggantian Terkini(Current Replacement Cost), merupakan harga tunai yang akan dibayarkan sekarang untuk membeli atau mengganti jenis
27
barang atau jasa yang sama yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban 3. Nilai Pasar Terkini (Current Market Value), merupakan harga tunaiekuivalen yang dapat diperoleh dengan menjual suatu aktiva dan likuidasi yang dilaksanakan secara terarah 4. Nilai Bersih yang Dapat Direalisasi (Net Realisable Value), merupakan jumlah kas yang diharapkan akan diterima atau dibayarkan dari hasil pertukaran aktiva atau kewajiban dalam kegiatan normal perusahaan. Pada umumnya, nilai bersih yang dapat direalisasi sama dengan harga jual dikurangi dengan biaya-biaya penjualan normal 5. Nilai Sekarang yang Didiskontokan(Current Discounted Value), merupakan aktiva yang dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai dari pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal kewajiban dinyatakan ke nilai sekarang yang diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha. 1. Kriteria Pengukuran Pendapatan Cara terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar dari barang atau jasa. Nilai tukar ini merupakan kas atau setara kas (cash equivalent) atau nilai sekarang (present value) dari tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi pendapatan. Dalam banyak situasi, ini adalah harga yang sudah disepakati dengan pelanggan. Akan tetapi suatu
28
pendapatan yang akan diterima harus dibuat karena penjual harus menunggu sampai saat uang tunainya diperoleh. Pengukuan menurut Belkoui (2006:279) menyatakan Pemberian angka-angka kepada objek atau kejadian-kejadian menurut aturan tertentu. Tanpa melihat batasan-batasan tersebut, secara tradisional pengukuran dalam akuntansi akan melibatkan pemberian nilai-nilai angka kepada objek, kejadian atau atribut dengan suatu cara tertentu, sehingga dapat memastikan pelaksanaan atau disagreasi data dengan mudah. Ada empat dasar pengukuran yang digunakan dalam akuntansi, yaitu: 1. Harga pertukaran masa lalu (harga pokok histori) Harga ini adalah harga pokok sumber daya tersebut saat mendapatkannya. Biasanya digunakan untuk mengukur persediaan, peralatan, dan aktiva lain. 2. Harga pertukaran pembelian Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga pokok pergantian karena sumber daya yang ditimbulkan oleh sumber daya yang diukur dengan harga beli yang berlaku saat ini akan dibayar untuk memperoleh sumber daya tersebut apabila sumber daya ini tidak dimiliki. Contohnya, menerapkan aturan harga pokok terendah atau harga pasar persediaan. 3. Harga pertukaran penjualan Harga ini biasanya diidentifikasikan sebagai harga yang berlaku saat ini dan kondisi harga kemungkinan besar stabil atau perubahan tidak material, misalnya untuk pertukaran logam mulia.
29
4. Harga pertukaran masa mendatang Harga ini mencerminkan penerimaan tunai di masa mendatang dan mendiskontokannya terhadap nilai yang berlaku sehingga realisasi dan kesetaraan pendapatan dapat terjamin. Penggunaanya untuk menaksir harga pokok di masa yang akan datang atas dasar persentase selesai atau penjualan kredit. 2.1.4
Biaya Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Menurut Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. 2.1.5Jenis-Jenis Biaya Menurut Mulyadi (2005:13), ada 5 jenis biaya. Jenis-jenisnya adalah: 1.
Menurut
Objek
Pengeluaran.
Penggolongan
ini
merupakan
penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon disebut “biaya telepon”.
30
2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya
Pemasaran, adalah biaya-biaya
yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dll. 3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai. Ada 2 golongan, yaitu: (1). Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (2). Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. 4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan, biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah totalnya
31
berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3). Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang.
(2).
Pengeluaran
Pendapatan
(Revenue
Expenditure),
pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi. 2.1.6
Pengakuan Biaya Pada dasarnya cost memiliki dua kedudukan penting, yaitu: sebagai aktiva
(potensi jasa) dan sebagai beban pendapatan (biaya). Proses pembebanan biaya pada dasarnya merupakan proses pemisahan biaya. Oleh karena itu agar informasi yang dihasilkan akurat, bagian biaya yang akan dilaporkan sebagai aktiva (diakui sebagai biaya periode mendatang) harus dapat ditentukan dengan jelas. Ada dua masalah yang muncul sehubungan dengan pemisahan biaya tersebut yaitu:
32
1. Kriteria yang digunakan untuk menentukan cost tertentu yang harus dibebankan pada pendapatan periode berjalan. 2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bahwa cost tertentu ditangguhkan pembebanannya. Semua cost dapat ditangguhkan pembebanannya sebagai biaya, apabila cost tersebut memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu: -
Memenuhi pengertian aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa mendatang, dikendalikan perusahaan berasal dari transaksi masa lalu).
-
Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas yang menguasai.
-
Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Dari uraian di atas secara umum dapat dirumuskan bahwa berdasarkan konsep penandingan (matching principle), pengakuan biaya pada dasarnya sejalan dengan pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan pendapatan ditunda maka pembebanan biaya juga ditunda. Untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat tentang pengakuan biaya biasanya badan berwenang mengeluarkan aturan tertentu untuk mengakui biaya. IAI (1994), misalnya dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menyatakan: “Beban diakui dalam laporan rugi laba kalau penurunan manfaat ekonomi masa datang yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau kenaikan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal.”
33
2.1.7 Pengukuran Biaya Sejalan dengan penilaian aktiva dapat diukur atas dasar jumlah rupiah yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu pengukuran biaya dapat didasarkan pada: 1. Cost histori Cost histori merupakan jumlah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk memperoleh aktiva. Pengukuran biaya atas cost historis dapat digunakan untuk jenis aktiva seperti: gedung, peralatan, dan sebagainya. 2. Cost Pengganti/cost masukan terkini (replacement cost/current input cost) Cost masukan menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama misalnya penilaian untuk persediaan. 3. Setara kas (cash equivalent) Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal. Nilai ini biasanya didasarkan pada catatan harga pasar barang bebas yang sejenis dalam kondisi yang sama. Pos aktiva berwujud biasanya menggunakan dasar penilaian ini. 2.1.8.
Laporan Laba-Rugi Menurut Horngren (2006:20) mendefinisikan Laporan laba rugiadalah
“Labaranlabarugimerupakanikhtisaratauyangmenyajikan rangkuman pendapatan, beban, penghasilan bersih atau kerugian suatu entitas periode tertentu disebut juga laporanpendapatanatauoperasi”.
34
Kiesso(2002:150)mendefinisikanLaporanLabaRugiadalah ”Merupakan laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi tentang kinerja perusahaan, terutama tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang. Informasi tersebut jugaseringkali digunakan untuk memperkirakan kemampuan suatu perusahaanuntukmenghasilkankasdanaktivayangdisamakandengankasdi masa yang akan datang”. Dalam
laporanlabarugidiperlukanpenggolongan,pengungkapandan
perlakuan atas unsur tertentu sehingga semua perusahaan menyusun dan menyajikan laporan laba rugi berdasar pada basis tertentu. Hal ini akanmeningkatkan daya banding laporan keuangan antar periode perusahaan. Standar
tentang
penggolongan
dan
pengungkapan
pos–
posluarbiasa,pengungkapan tentang unsur – unsur tertentu sehubungan dengan laba rugi aktivitas normal, perubahan estimasi akuntansi, kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi atas kesalahan yang mendasar. (SAK, 2007) Laporan laba rugi membantu memprediksi arus kas masa depan dengan berbagai cara agar investor dan kreditor dapat diinformasikan tersebut untuk : 1. Mengevaluasi kinerja masa lalu perusahaan. 2. Memberikan dasar untuk memprediksi kinerja masa depan. 3.
Membantu menilairesiko atau ketidakpastian pencapaian arus kas masa depan.
2.1.9Kewajaran MenurutAndersen(1960:31)mendefinisikanKewajaran Laporan Keuangan sebagai berikut: salah satu dalil akuntansi yang mendasari prinsip – prinsip akuntansi dapat
35
dinyatakan sebagai kewajaran – kewajaran bagi seluruh segmen dari masyarakat bisnis
(manajemen,
tenaga
kerja,
pemegang
saham,
kreditor,konsumen,publik)ditentukandandiukurdarisegiekonomi serta mode – mode pemikiran dan kebiasaan dari segmen tersebut sampai akhirnya prinsip – prinsip akuntansi
dapat menghasilkan akuntansi keuangan bagi hak dan
kepentingan ekonomi yang telah diterbitkan secara resmi yang menjadi wajar untuk semua segmen. Terdapat anggapan bahwa kewajaran adalah merupakan hal yang objektif karena
memiliki
dua
arti,
dan
tidak
dapat
menjadi
dasar
pengembanganteoriakuntansinamunternyatamenjadisalahsatutujuandasar
dari dari
akuntansi. Bukti pentingnya hal ini adalah referensi oleh Committee on Auditing Procedures
dari
American
Institute
of
(AICPA)sehubungandengankewajaranlaporan secarawajardimana
sesuai
denganprinsip–
umum,pengungkapan,konsisten,dandapat
Certified
Public
Accountants
keuangankriterianya:penyajian prinsipakuntansi
yang
berlaku
diperbandingkansertadalam
laporan
yang wajar tanpa pengecualian menyajikan secara wajar memiliki konotasi telah mengikutiprinsip –prinsipakuntansi yang berlaku dan standar audit yang berlaku. (Belkaoui,2006) Dalammenilaikewajaranlaporan
keuangandapatmenentukanapakah
laporan keuangan sebagaikeseluruhan yaituinformasiyangakandinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Kewajaran laporan keuangan meliputi:KepatuhanterhadapStandar
akuntansiyangberterimaumum(SAK),
Laporan keuangan disajikan secara konsisten, tidak ada salahsaji material.
36
Kriteria dalam menilai kewajaran laporan keuangan perlu adanya pertimbangan bahwa: a. Prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlakuumum. b. Prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang bersangkutan. c.
Laporankeuanganbesertacatatannyamemberikaninformasiyangcukup dan dapat mempengaruhi penggunaannya, pemahamannya dan penafsiran.
d.Informasidiklasifikasikandandiikhitisarkan dengansemestinya, tidak terlalu rinci ataupun terlalu ringkas. e.
Laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang mendasarinya dalam suatu cara yang dapat diterima, yaitu batas-batas yangrasionaldanpraktisuntukdicapaidalamlaporankeuangan.(SPAP, 1994)
2.1.10
Prinsip Penanding (Matching Principle) Warren Reeve Fess berpendapat bahwa konsep penanding (matching
concept)sama dengan prinsip penanding (matching principle). Niswonger dkk (1999:98) menyatakan “konsep penanding adalah konsep akuntansi yang mendukung pelaporan pendapatan dan beban terkait pada periode yang sama.” Sedangkan Chariri dan Imam (2001:282) mengatakan “konsep penanding adalah konsep untuk mencari dasar hubungan yang tepat dan rasional antara pendapatan dan biaya.” Hal ini berarti bahwa konsep penanding adalah konsep yang menandingkan pendapatan dan biaya sebuah perusahaan.Biaya yang terjadi dengan pendapatan yang muncul sebagai akibat dari adanya biaya tersebut. Adanya prinsip matching principle yaitu: a. Adanya laporan laba rugi
37
Laporan laba rugi merupakan langkah kongkret dari penerapan matching
principle.Ditandai
dengan
adanya
akun
pendapatan
dipertemukan dengan beban selama satu bulan dalam laporan laba rugi.Laporan laba rugi merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, dari laba yang dihasilkan (selisih antara pendapatan dan biaya). b. Adanya jurnal adjustment (jurnal penyesuaian) Jurnal penyesuaian, menyesuaikan antara pendapatan dan biaya dalam satu periode yang sama. 1. Dasar Penandingan Dasar penandingan itu ada tiga dasar penanding yang biasa digunakan untuk mencari hubungan antar biaya dengan pendapatan dalam satu periode tertentu; hubungan sebab akibat, alokasi sistematik dan rasional serta pembebanan segera (Kam, 1990). Tiga dasar penandingan tersebut akan dijelaskan lebih terperinci seperti dibawah ini. 1. Hubungan sebab akibat Hubungan sebab akibat adalah dasar yang paling ideal untuk menanding biaya dengan pendapatan.Dasar penanding ini sering disebut dengan penandingan langsung (direct or product matching) misalnya biaya komisi penjualan, gaji dan upah. Komite American Accounting Association (dikutip oleh Kam 1990) mengatakan:
38
Cost harus dihubungkan dengan pendapatan yang direalisasi selama periode tertentu atas dasar korelasi positif yang dapat dilihat hubungannya antara cost tersebut dengan pendapatan yang diakui. Dalam pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengakuan biaya harus dihubungkan dengan pendapatan dan dilaporkan dalam periode yang sama denga periode pengakuan dan pendapatan. Chariri dan Imam (2001:284-285) menyatakan bahwa dalam praktiknya ada beberapa masalah teknis yang timbul. Masalah tersebut adalah: 1. Pemakaian barang dan jasa yang bagaimana yang dapat diidentifikasi dengan produk? 2. Apabila biaya tidak menambah nilai produk tertentu, kapan biaya tersebut dapat dihubungkan secara langsung dengan pendapatan di masa yang akan datang? Bagaimana biaya tersebut dapat dilaporkan dengan tepat sesuai dengan pendapatan yang diperoleh? 3. Kapan biaya yang terjadi setelah penjualan dapat dicatat dan dilaporkan? Chariri dan Imam (200: 285-289) menjelaskan tiga alternatif dari masalah diatas antara lain: 1. Identifikasi Cost Produk 2. Biaya yang Langsung Berhubungan dengan Pendapatan Masa Mendatang, tetapi tidak masuk dalam Cost Produk
39
3. Biaya yang berhubungan dengan Pendapatan yang terjadi setelah Pendapatan diakui. 2. Alokasi sistematis dan rasional Alokasi sistematis sering disebut dengan dasar penanding periodik atau penanding tidak langsung. Dasar konsep penanding ini, ukuran penandingan yang digunakan bukan produk / unit fisik tetapi periode. Sehingga biaya yang diakui dan dihubungkan dengan pendapatan pada periode terjadinya. Alokasi sistematis tetap dapat digunakan sebagai dasar penandingan meskipun ada beberapa masalah. Chariri dan Imam (2001:290)menjelaskan lima alasan yang mendukung pemakaian alokasi sistematis dan rasional, yakni: 1. Banyak cost periodic yang berhubungan secara tidak langsung dengan pendapatan periode berjalan. 2. Pada beberapa kasus sulit mencari hubungan langsung antara cost tertentu dengan pendapatan. 3. Apabila manfaat masa mendatang tidak dapat diukur dengan cukup pasti atau cost yang dikeluarkan tidak memiliki hubungan dengan pendapatan di masa mendatang. 4. Apabila biaya bersifat rutin (regular) dan terjadi berulang – ulang, maka pembebanan langsung secara material tidak akan berpengaruh terhadap laba bersih, meskipun penandingan yang tepat tidak dapat dicapai.
40
5. Apabila cost merupakan joint-cost, maka alokasi arbitrer harus dilakukan pada kegiatan yang berbeda. 3. Pembebanan segera Cost pembebanan segera ialah cost yang langsung dapat dibebankan pada periode terjadinya, apabila tidak ada alasan yang kuat untuk membebankan cost atas dasar hubungan sebab akibat serta alokasi sistematis dan rasional. Dalam statement FASB No. 2 yaitu Accounting for Research and Development Cost menyatakan bahwa dasar penanding hubungan sebab akibat dan alokasi sistematis tidak dapat diterapkan untuk biaya penelitian dan pengembangan dikarenakan
manfaat
penelitian dan pengembangan
dimasa
mendatang tidak dapat ditentukan dengan tepat. Sehingga biaya tersebut tidak dapat dikapitalisasi dan dicatat sebagai aktiva dan biaya tersebut langsung dibebankan sebagai biaya pada periode saat terjadinya. 2. Evaluasi Terhadap Konsep Penanding Hubungan
sebab
dan
akibat
merupakan
bahan
terbaik
untuk
membandingkan biaya dan pendapatan namun sebenarnya tidak mungkin untuk diterapkan karena konsep cost attach tidak memilik alasan/argument yang kuat. Oleh karena itu, akuntan tidak menghubungkan secara langsung biaya dengan pendapatan tetapi atas dasar interval waktu.
41
Biaya akan dibebankan sebagai biaya bila biaya tersebut menghasilkan pendapatan pada periode yang sama. Hubungan sebab akibat memiliki implikasi bahwa jumlah rupiah pendapatan tertentu harus dihubungkan dengan jumlah rupiah biaya.Apabila suatu aktiva memiliki manfaat lebih dari satu periode akuntansi dan dasar penandingan hubungan sebab dan akibat tidak dapat diterapkan, makabiaya aktiva dapat dialokasikan dalam periode-periode secara sistematis. Kemudian, Thomas (1969,1975) mengatakan bahwa banyak akuntan menghasilkan laporan yang hanya omong kosong belaka dan tidak bermanfaat. Informasi yang dihasilkan hampir seluruhnya didasarkan pada proses alokasi, yang tidak dapat dijustifikasi secara teoritis. Alokasi yang secara teoritis bisa memuaskan bila memenuhi beberapa kriteria, antara lain: a. Penambahan (Additivity). Alokasi harus melibatkan keseluruhan jumlah yang ada, sehingga jumlah bagian-bagiannya sama dengan jumlah keseluruhannya, tidak kurang tidak lebih. Dengan kata lain, jika jumlah yang dialokasikan ditambahkan bersama-sama, maka totalnya harus sama dengan jumlah yang sebelum alokasi. b. Ketidak Ambiguan (unambiguity). Metode alokasi harus menghasilkan alokasi yang unik dengan menggunakan satu dasar alokasi yang jelas dan cara alokasinya juga harus jelas.
42
c. Mampu Bertahan (Defensibility). Metode alokasi yang dipilih harus lebih baik dari pada metode alokasi lainnya.Akuntan mempertahankan penggunaan alokasi berdasarkan dua alasan. Pertama, sumber-sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan akan memberikan manfaat pada periode sekarang dan masa mendatang. Kedua, data alokasi memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakaian laporan keuangan.
2.2 Rerangka Pemikiran
PT. MEGATRANS BUANA SAMUDRA PEMILIK KAPAL BIAY Sumber: peneliti
A
PENYEWA KAPAL PENDAPAT
BIAY
PENDAPAT
AN
A
AN
Gambar 1
Rerangka Pemikiran
PT. Megatrans Buana Samudra Surabaya merupakan perusahan pelayaran yang selain punya kapal sendiri juga sebagai penyewa kapal untuk dipergunakan dalam transportasi laut pengangkutan barang domestik antar pulau, rute perjalanannya secara line charter dan trip charter dalam melakukan pengiriman barang akan menimbulkan biaya baik langsung maupun tak langsung yang di dikeluarkan untuk memperoleh suatu pendapatan yang di inginkan.
43
2.2.1 Penelitian Sebelumnya Dalam penulisan pelitian ini, penulisan menggunakan tiga acuan dari penelitian sebelumnya, yaitu ditulis oleh : 1. Yasinta Resti Maharani dengan penelitian tahun 2010 yang berjudul “Penerapan Metode Pengakuan Pendapatan Dan Beban Terhadap Kewajaran Laporan Keuangan Pada PT. Sari Rajut Indah Surabaya” dalam penelitian tersebut untuk teknis Analisis Data menggunakan survey Pendahuluan, metode wawancara, dan metode dokumentasi. Kesimpulan yang di dapat bahwa menggunakan metode pengakuan pendapatan dan beban akrual telah sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia. 2. Budi Mulia penelitian tahun 2007 dengan judul “Pengakuan Dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 Pada PT. Raya Utama Travel Medan.” Dalam penelitian ini, teknik yang di gunakan untuk menganalisis data menggunakan survey pendahuluan, dan metode wawancara. Metode yang diterapkan untuk pengakuan oleh perusahaan adalah accrual basis, pendapatan yang diakui pada saat terjadi transaksi. Pengukuran pendapatan dilakukan berdasarkan jumlah uang yang diterima dikurangi dengan beban atau pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang ditentukan apa yang diterima perusahaan. Beban dan biaya operasional yang timbul dalam perjalanan wisata dimasukan dalam perhitungan yang dipengaruhi tarif yang akan dibayar dan dianggap sebagai harga perolehan yang terjadi.
44
3. Herbert T.H. tahun 2005 dengan judul “Pengakuan Dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Sharp Yasonta Antarnusa Cabang Medan” dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan teknik analisis data berupa survey pendahuluan,
dan
metode
wawancara.
Untuk pengakuan
pendapatan perusahaandilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu cash basis dan accrual basis. Dalam penerapan akuntansi dalam hal pengakuan dan pengukuran pendapatan PT. Sharp Yosanta Antarnusa Cab Medan belum sesuai secara keseluruhan dengan standart akuntansi keuangan sehingga menyebabkan overstate/understate laba. 4. Aji Lesmana penelitian tahun 2007 dengan judul “ Penerapan Macthing Concept Dalam Menghitung Laba/Rugi Pada Peternakan (studi kasus Pada CV. X di Jombang ” dalam melakukan teknik analisis data peneliti menggunakan metode wawancara, dan metode dokumentasi. Dalam pengeluaran peternakan tidak semua dibebankan pada periode terjadinya, peternak tidak melakukan pengklasifikasian pengeluaran menurut masa produktivitas ayam yaitu ayam petelur dan ayam dalam pertumbuhan. Dengan menggunakan matching concept, laba menurut perhitungan peternak terlalu rendah dibandingkan analisis peneliti.
Tabel 1 PENELITIAN SEBELUMNYA PENELITI Yasinta resti maharani (2010)
Budi Mulia (2007)
JUDUL PENELITIAN PENERAPAN METODE PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN TERHADAP KEWAJARAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. SARI RAJUT INDAH SURABAYA
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN MENURUT PSAK NO.23 PADA PT. RAYA UTAMA TRAVEL MEDAN
KESIMPULAN
PERBEDAAN
Penerapan metode pengakuan pendapatan sesuai dengan PSAK no.23 Penerapan pengakuan beban sesuai dengan standar akuntansi keuangan pada kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan Laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia
Variabel Dependen : - Kewajaran laporan laba atau rugi Teknik Sampling : - Non Probability Sampling
Variabel Independen : - Matching principle - Metode pengakuan pendapatan dan beban
penerapan pengakuan dan pengukuran pendapat sesuai dengan PSAK no.23 perusahaan memilki beberapa sumber pendapatan, antara lain : pendapatan dari travel, pendapatan dari tour, pendapatan dari departemen transportasi, pendapatan administrasi penjualan
Teknik Sampling : - Non Probability Sampling
-
PERSAMAAN
-
-
-
1
Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara - Metode Dokumentasi
Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara
Variabel Independen : - Matching principle - Pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK no.23 Teknik Analisis Data : - Metode Dokumentasi
45
VARIABEL PENELITIAN & METODOLOGI PENELITIAN Variabel Independen : - Pengakuan pendapatan dan beban Variabel Dependen : - Laporan laba rugi pada periode tahun 2008 Teknik Sampling : - Non Probability Sampling Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara - Metode Dokumentasi Variabel Independen : - Pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK no.23 Variabel Dependen : - Responden atau orang-orang yang terkait yaitu manajer personalia, account officerserta karyawan. Teknik Sampling : - Non Probability Sampling Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara -
2
Herbert T. H. (2005)
Aji lesmana (2007)
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN PENDAPATAN PADA PT. SHARP YASONTA ANTARNUSA CABANG MEDAN
Variabel Independen : - Pengakuan dan pengukuran pendapatan Variabel Dependen : - Responden atau orangorang yang terkait yaitu pimpinan perusahaan, staf pemasaran, dan karyawan Teknik Sampling : - Non Probability Sampling Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara
PENERAPAN MATCHING CONCEPT DALAM MENGHITUNG LABA/RUGI PADA PETERNAKAN (STUDI KASUS PADA CV. X DI JOMBANG
Variabel Independen : - Penerapan Matching Principle Variabel Dependen : - Laporan laba rugi ayam petelur 2007 Teknik Sampling : - Non Probability Sampling Teknik Analisis Data : - Metode wawancara - Metode dokumentasi
- pada pengakuan pendapatan penjualan barang ke luar kota,perusahaan mencatat pendapatan pada saat barang telah sampai ke gudang pengangkutan atau telah diserahkan kepada pengangkutan/ekspedisi, padahal perusahaan menggunakan menerapkan syarat penjualan FOB Destinatio. Hal ini terjadi karena perusahaan menganggap terlalu lama untuk mengakui pendapatan bila harus sampai ke konsumen - Dengan menggunakan perhitungan matching principle, laba menurut perhitungan peternak terlalu rendah dibandingkan analisis penulis. Selisih tersebut disebabkan oleh tidak semua pengeluaran dibebankan pada periode terjadinya
Teknik Sampling : - Non Probability Sampling Teknik Analisis Data : - Survei Pendahuluan - Metode wawancara
Variabel Independen : - Matching principle Teknik Sampling: - Non Probability Sampling
Variabel Independen : - Matching principle - Pengakuan dan pengukuran pendapatan
Variabel Independen : - Pengakuan dan pengukuran pendapatan
Teknik Analisis Data : - Metode wawancara - Metode dokumentasi
46