BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian 2.1.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Menurut Hery (2009:1) definisi akuntansi adalah : “Akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan di antara berbagai alternatif yang ada).” Dalam proses akuntansi tersebut meliputi pengumpulan dan pengolahan data keuangan perusahaan. Dalam proses akuntansi diidentifikasi berbagai transaksi dan peristiwa yang melakukan kegiatan ekonomi perusahaan yang dilakukan melalui pengeluaran, pencatatan, penggolongan, dan pengiktisaran transaksi-transaki yang bersifat keuangan sedemikian rupa sehingga hanya informasi yang relevan dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya maupun memberikan gambaran secara layak tentang keadaan keuangan serta hasil perusahaan dalam satu periode yang akan digabungkan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang dicatat dan diolah sedemikian rupa, laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang. Transaksi yang tidak dapat dicatat dengan nilai uang, tidak akan terlihat dalam bentuk laporan
7
8
keuangan. Karena itu hal-hal yang belum terjadi dan masih berupa potensi, tidak tercatat dalam laporan keuangan. Dengan demikian laporan kuangan merupakan informasi historis, tetapi guna melengkapi analisis untuk proyeksi masa depan perusahaan.
2.1.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan. Berikut merupakan beberapa definisi dari laporan keuangan menurut beberapa ahli, antara lain : Menurut Munawir (2004:2) pengertian laporan keuangan adalah : “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.” Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:1) laporan keuangan adalah : ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
9
2.1.1.2. Tujuan Laporan Keuangan Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai alat pengujian dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihakpihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:3) tujuan dari laporan keuangan adalah: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari berbagai kejadian di masa yang lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan. 3. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen (stewardship), atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mencakup misalnya, keputusan untuk menahan
10
atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusanuntuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitannya dengan: a.
Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajibankewajibannya pada saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa yang akan datang.
b.
Kemampuan
perusahaan
dalam
menarik
manfaat
untuk
melaksanakan transaksi bisnis ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman (financing) atau penerbitan saham (stock issue). c.
Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga pinjaman dan dividen.
2.1.1.3. Pengguna Laporan Keuangan Pengguna laporan keuangan merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan atau disebut juga dengan business stakeholder yaitu meliputi investor sekarang dan investor potensial, pemberi pinjaman, pemasok, dan kreditor usaha lainnya seperti shareholders, pelanggan, pemerintah, serta lembaga-lembaga, karyawan, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
11
Pemakai laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2-3) meliputi : a. Investor Penanaman modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. b. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, dan kesempatan kerja. c. Pemberi pinjaman Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereke tergantung pada pinjaman kecuali jika sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. e. Stockholder’s (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dalam informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh, dan penambahan modal untuk business plan berikutnya. f. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan. g. Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya, karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. h. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
12
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terkahir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.
Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan keuangan dan keperluan lain. Laporan keuangan harus memperlihatkan hubungan informasi dengan periode sebelum dan setelahnya.
2.1.1.4. Komponen Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan harus mengacu pada Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) adalah suatu kebiasaan atau aturan yang baik untuk melaporkan laporan keuangan. PABU ini berfungsi juga sebagai aturan minimum yang harus dipatuhi ketika membuat laporan keuangan. Laporan Keuangan yang lengkap menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) PSAK 1 (2009:5), meliputi: “1. 1. 2. 3. 4.
Neraca Laporan Laba-rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan” Penjelasan mengenai komponen laporan keuangan sebagai berikut:
1. Neraca (Statement of Financial Position)
13
Pada dasarnya neraca berisikan tentang harta, kewajiban, dan juga modal perusahaan yang berbeda pada suatu periode. Menurut Jumingan (2009:13) pengertian neraca adalah : “Neraca adalah suatu laporan yang sistematis tentang aktiva (assets) utang (liabilities), dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu.”
Neraca terdiri dari beberapa komponen , yaitu: a. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:9), aktiva adalah: “Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan di harapkan akan diperoleh perusahaan.”
Aktiva pada umumnya terdiri atas: 1) Aktiva lancar, yaitu aktiva paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang atau kas. Aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (satu tahun). 2) Aktiva tetap, merupakan harta kekayaan yang berwujud, yang bersifat relatife permanen, digunakan dalam operasi regular lebih dari satu tahun, dibeli dengan tujuan untuk tidak dijual kembali. 3) Aktiva lain-lain, yaitu investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan. Isi dari pos aktiva lain adalah kekayaan atau investasi yang tidak bisa dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.
14
b. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:9), kewajiban dan ekuitas adalah: “Kewajiban merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesainnya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat, sedangkan ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.” Kewajiban terdiri atas: 1) Kewajiban jangka pendek, yaitu kewajiban kepada pihak kredior yang akan dibayar dalam jangka waktu satu tahun ke depan. Kompenen kewajiban jangka pendek diantaranya adalah hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang bank jatuh tempo dalam satu tahun, dan hutang lain-lain. 2) Kewajiban jangka panjang, yaitu kewajiban yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi atau satu tahun. Komponen kewajiban jangka pendek ini meliputi hutang bank, hutang obligasi, hutang wesel, hutang surat-surat berharga lain. Ekuitas terdiri atas: 1) Modal saham, meliputi saham preferen, saham biasa, dan perkiraan tambahan modal disetor. 2) Agio saham, yaitu kelebihan selisih antar nilai jual saham dengan nilai nominal saham. 3) Saldo laba ini untuk mencatat dan melaporkan akumulasi laba rugi selama masa operasi. 2. Laporan Laba Rugi (Statement of Income) Menurut Kieso et al. (2007:140), pengertian laba rugi adalah:
15
“Laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode waktu tertentu.”
Menurut Kieso et al. (2007:143-144), Laporan laba-rugi mempunyai beberapa unsur utama, yaitu: a. Pendapatan adalah arus masuk aktiva atau peningkatan lainnya dalam aktiva entitas atau pelunasan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama sauatu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya yang merupakan bagian dari operasi sentral perusahaan. b. Beban (expense), yang diartikan arus keluar atau penurunan lainnya dalam aktiva sebuah entitas atau penambahan kewajibannya (atau kombinasi dari keduanya) selama satu periode, yang ditimbulkan oleh pengiriman dan produksi barang, penyediaan jasa, atau aktivitas lainnya merupakan bagian dari operasi utama atau operasi sentral perusahaan. c. Keuntungan (gains) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang dihasilkan dari pedapatan atau investasi pemilik. d. Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva bersih) perusahaan dari transaksi sampingan atau insidentil kecuali yang berasal dai beban atau distribusi kepada pemilik.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Changes in Equity) Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 1 (2009:66) menyatakan bahwa : a. b.
c. d. e.
Rugi atau laba bersih periode yang bersangkutan. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang bersangkutan SAK (Standar Akuntansi Keuangan) terkait diakui secara langsung dalam ekuitas. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam SAK terkait. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya.
16
f.
Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis model saham, agio, dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan.
4. Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows) Arus kas merupakan jiwa bagi setiap perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan dan fundamental bagi eksistensi sebuah perusahaan serta menunjukkan dapat tidaknya sebuah perusahaan membayar kewajibannya. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan
informasi
yang relevan
mengenai
penerimaan
dan
pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode. Sehubungan dengan pengertian tersebut, menurut Kieso et al. (2007:213) penerimaan dan pembayaran kas selama suatu periode dapat diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas, diantarnya sebagai berikut : a. b.
c.
Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan, dan Aktivitas pembiayaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, serta peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya.
5. Catatan atas laporan keuangan (Notes to Financial Position) Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 1 (2009:69), catatan atas laporan keuangan mengungkapkan sebagai berikut:
17
a.
b.
c.
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang terpilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. Informasi yang diwajibkan dalam SAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas,dan Informasi tembahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.1.1.5. Sifat Laporan Keuangan Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut Munawir (2002:6) laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporang keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara : 1. Fakta yang telah di catat (recorded fact) Sifat ini menunjukan bahwa data dalam laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi atas peristiwa-peristiwa atau transaki yang telah terjadi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagang, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. 2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conversation and postulate) Sifat ini berarti bahwa data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggaran-anggaran tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (general accepted accounting principles), hal ini
18
dilakukan
dengan
tujuan
memudahkan
pencatatan
atau
untuk
keseragaman. 3. Pendapatan pribadi (personal judgement) Sifat ini dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konveksi-konveksi atau dalil-dalil yang telah ditetapkan yang sudah menjadi standar praktek pembukuan, namun penggunaan dari konveksikonveksi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau manajemen perusahaan bersangkutan.
2.1.1.6. Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan menggambarkan kondisi secara umum dari suatu perusahaan. Oleh karena itu perusahaan tidak terlepas dari keterbatasan. Menurut Darsono dan Ashari (2005:25-26) keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Penyajian dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali. 2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada ketertiban administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi. 3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian. 4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahsa teknis akuntansi, sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis. 5. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mengkin terjdai perubahan aturan setiap tahun. 2.1.2. Analisis Laporan Keuangan Untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan keuangan suatu perusahaan perlu diadakannya interpretasi atau analisis terhadap data keuangan
19
yang dibuat oleh perusahaan yang bersangkutan dan data tersebut akan tercermin dalam suatu laporan keuangan. Analisis laporan keuangan terhadap suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk dapat mengetahui keadaan ataupun perkembangan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Pimpinan
perusahaan
atau
pihak
manajemen
perusahaan
sangat
berkepentingan terhadap analisis laporan keuangan yang akan dilaksanakan. Dengan melaksanakan analisis laporan keuangan tersebut maka pihak manajemen perusahaan akan dapat mengetahui keadaan keuangan yang terjadi dalam perusahaan dan juga akan diketahui hasil-hasil keuangan yang telah dicapai diwaktu-waktu yang lalu dan waktu-waktu yang sedang berjalan. Dengan mengadakan analisis laporan keuangan tersebut dari tahun-tahun yang lalu, maka dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan serta hasil-hasil yang cukup dianggap baik. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki melalui analisa laporan keuangan. Maka dari itu diusahakan dalam penyusunan neraca yang akan datang. Kelemahan-kelemahan tersebut bisa dapat diperbaiki, dan hasil-hasil yang sudah dianggap cukup baik harus dapat dipertahankan untuk waktu-waktu yang akan datang. Selain pihak pimpinan perusahaan dan pihak manajemen perusahaan, pihak kreditor dan para investor juga perlu mengetahui hasil data-data keuangan dari hasil analisa laporan keuangan. Karena mereka juga berhak untuk mengetahui perkembangan
dan
kemajuan
pengambilan keputusan.
perusahaan
tersebut,
serta
proses
dalam
20
2.1.2.1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Ada beberapa pengertian analisis laporan keuangan yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Harahap (2004:190) menyatakan bahwa : “Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang ain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Sedangkan menurut Santoso (2009:480), menjelaskan analisis laporan keuangan sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan adalah penelaahan atau mempelajari hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan untuk mengukur posisi kuangan dari hasil-hasil usaha serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.” Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos dalam laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi.
2.1.2.2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan dari analisis laporan keuangan ini adalah untuk memberikan dan menambah informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Secara kengkap
21
kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan oleh Harahap (2004:195-197) sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa; 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan; 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan; 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan; 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti prediksi, pengingkatan (rating); 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan; 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis; 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal; 9. Dapat memahami situasi dan kondisi yang dialamai perusahaan baik secara keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya; 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang.
Dengan menganalisis laporan keuangan, akan menghasilkan suatu informasi yang lebih luas dan lebih dalam, dimana berguna untuk manajemen dan investor dalam menilai kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2.1.2.3. Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Prastowo dan Rifka (2002:53-54) : 1. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan
22
Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang di analisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang di anut dan diterapkan perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan perusahaan yang akan dianalisis, merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan. 2. Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Selain itu latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisi-kondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai kecenderungan (trend) industri dimana perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapat per kapita, tingkat harga, tujuan perusahaan, situasi ekonomi, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat. 3. Mempelajari dan review laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karakteristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagai teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). 4. Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan review laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan minginterprestasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan rekomendasi).
2.1.2.4. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya. Menurut Santoso (2009:482) metode analisis laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua : 1. Analisis Horizontal (Analisis Dinamis)
23
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode, sehingga akan diketahui perkembangannya. Analisis ini disebut juga sebagai analisis trend. 2. Analisis Vertikal (Analisis Statis) Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara pos yang satu denga pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut pada suatu periode tertentu. Dari hasil analisis ini, hanya diketahui kesimpulan mengenai keadaan keuangan dan hasil operasi pada saat itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Menurut Munawir (2004:36-37), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Analisa perbandingan laporan keuangan, adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Laporan ini menunjukkan : a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c. Kanaikan atau penurunan dalam presentase. d. Presentase dari total. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam presentase (trend presentase analysis), adalah suatu metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi per ongkosan yang terjadi dihubungan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan pengguna kas (cash flow statement analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dan periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tertentu.
24
8. Analisis break-even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusaahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even ini akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.”
Permulaan dari proses analisis ini yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
2.1.3. Rasio Keuangan 2.1.3.1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan dalam penggunaannya dari suatu perusahaan membantu memprediksi nilai perusahaan yang akan datang dengan menghitung dari laporan keuangan diperiode sebelumnya. Ada beberapa pengertian rasio keuangan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya : Menurut Van Horne dan James (2002:350) mengatakan bahwa: “Financial ratios help us size up a company as to trends and relative to others.” Artinya bahwa rasio keuangan dapat membantu dalam pengembangan sebuah perusahaan seperti kecenderungan dan hubungannya dengan yang lain. Sedangkan menurut Riyanto (2008:329) adalah : “Ukuran yang sering digunakan dalam analisa laporan finansil adalah rasio keuangan. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang digunakan
25
dalam arithmetical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansil.” Dengan demikian analisis rasio keuangan merupakan perbandingan antara dua variabel yang terdapat dari laporan keuangan, baik dari laporan seperti laporan posisi keuangan maupun laporan laba rugi komprehensif untuk dapat di manfaatkan dan diperkirakan oleh pemakai laporan keuangan mengenai bagaimana hasil-hasil usaha suatu perusahaan diperoleh dalam periode tertentu baik dimasa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang.
2.1.3.2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasiorasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung berdasarkan angka-angka yang ada dalam laporan posisi keuangan atau laporan laba/rugi komprehensif. Penggunaan rasio tergantung kebutuhan penganalisa. Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan tujuan untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan yaitu, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas (Fahmi,2011). Tiga jenis rasio inilah yang akan digunakan dalam penelitian ini. Tiga jenis rasio beserta rumus perthitungan rasio yang digunakan peniliti untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang
26
segera harus dipenuhi. Rasio likuiditas menurut Brigham dan Houston (2010:134-135) sebagai berikut: a. Current Rasio Current rasio merupakan perbandingan antara aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities). Current rasio yang rendah menunjukkan terjadinya masalah likuiditas. Sebaliknya, Current rasio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditor jangka pendek dalam arti setiap saat perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban-kewajiban finansial jangka pendeknya. (
)
b. Quick Ratio (Rasio Cepat) Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar. Persediaan tidak dimasukkan dalam perhitungan quick ratio, karena persediaan merupakan komponen atau unsur aktiva lancar yang paling kecil tingkat likuidasinya. (
)
27
2. Rasio Solvabilitas ( Leverage Ratio) Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajibannya-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio solvabilitas menurut Martono dan Harjito (2003:53-61) sebagai berikut: a. Debt Ratio Debt ratio merupakan perputaran dari semua aset yan dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat persentasenya, cenderung semakin besar rasio keuangan bagi kreditor maupun pemegang saham. (
)
b. Total Debt to Equity Ratio Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan modal (equity) dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi semua kewajibannya. Semakin kecil rasio ini semakin baik, masksimal debt to equity ratio adalah 1 (satu). (
)
3. Profitability Ratio Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Rasio-rasio profitabilitas umumnya sebagai berikut:
28
a. Net Profit Margin Rasio ini merupakan keuntungan penjualan setelah menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. (
)
b. Return on Assets (ROA) Return on Asset (ROA) menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba berdasarkan pemanfaatan aset-aset yang dimiliki sehingga memiliki nilai prediktif dalam menghasilkan laba. Semakin besar semakin baik. Rumus ROA yang dikutip dari Dhita (2009) sebagai berikut: (
)
c. Return on Equity (ROE) Rasio ini memperlihatkan sejauh mana perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau yang sering
29
disebut rentabilitas modal sendiri. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rumus ROE yang dikutip dari Dhita (2009) sebagai berikut: (
)
2.1.4. Analisis Rasio Keuangan 2.1.4.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan menurut Prastowo dan Rifka (2002:52) bahwa : “Suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsurunsurnya, untuk menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri.” Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis rasio keuangan merupakan proses untuk menelaah unsur-unsur atau pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang bertujuan untuk memperoleh hasil yang tepat agar dapat digunakan untuk mengukur keadaan financial perusahaan. 2.1.4.2. Manfaat Analisis Rasio Keuangan Manfaat dari analisis keuangan, menurut Irawati (2006:24) dapat ditinjau dari dua sudut, antara lain : 1. Pihak Intern (Manajemen) Dalam sudut pandang pihak intern perusahaan atau manajemen analisis laporan keuangan berguna sebagai cara untuk : a. Mengantisipasi keadaan di masa mendatang, dan b. Sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang. 2. Pihak Ekstern (Investor) Dalam sudut pandang pihak ekstern manfaat dari analisis rasio keuangan yaitu untuk meramalkan masa depan dengan peusahaan, atau dengan kata
30
lain dari sudut pandang pihak ekstern manfaat analisis rasio keuangan yaitu menentukan prediksi apakah perusahaan tersebut bisa berkembang dalam arti dapat melakukan operasionalnya kembali atau malah perusahaan tersebut gulung tikar, sehingga akan mempengaruhi keberadaan pihak ekstern di dalam perusahaan tersebut.
2.1.4.3. Keunggulan Analisis Rasio Menurut Harahap (2004:289-299) analisis rasio ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknik lainnya. Keunggulan tersebut adalah : 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan; 2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit; 3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain; 4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-score); 5. Menstandarisasi size perusahaan; 6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”; 7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.
2.1.4.4. Keterbatasan Analisis Rasio Menurut Sawir (2003:44) keterbatasan analisis rasio antara lain : 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di bebrapa bidang usaha; 2. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi; 3. Perbedaan metode akuntansi dang menghasilkan perhitungan berbeda, missal perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan; 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.
31
2.1.5. Laba 2.1.5.1. Pengertian Laba Laba (Profit) merupakan salah satu indikator kesuksesan suatu badan usaha karena laba dapat dijadikan ukuran efisiensi dan efketivitas suatu perusahaan. Semakin tingginya laba merupakan salah satu cerminan keberhasilan perusahaan dalam memasarkan produk atau jasanya. Oleh karena itu, laba merupakan salah satu tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan. Pengertian laba menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), PSAK no. 25 (2009:7) menyatakan bahwa: “Semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yang berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya.” Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan laba adalah suatu ukuran kepengurusan manajemen atas sumber daya suatu kesatuan dan ukuran efisiensi manajemen dalam menjalankan usaha perusahaan. Walaupun tidak semua organisasi menjadikan laba sebagai tujuan utama, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa pada organisasi non profit pun laba diperlukan untuk bertahan hidup. Untuk perusahaan yang bertujuan untuk memaksimalkan laba, laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dari dalam operasi maupun dalam kemampuan untuk memberikan dividen yang memuaskan kepada para pemegang sahamnya.
32
2.1.5.2. Tujuan Pelaporan Laba Menurut Hendriksen et al. (2000:331) tentang tujuan utama pelaporan laba yaitu memberikan informasi
yang berguna
bagi
mereka
yang paling
berkepentingan dalam laporan keuangan. Sedangkan salah satu tujuan dasar yang di asumsikan paling penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan untuk membedakan antara modal yang diinvestasikan, laba antar saham dan arus kas sebagai bagian dari proses deskriptif dan akuntansi. Tujuan yang lebih spesifik mencakup (Hendriksen et al. 2000): 1. Penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen. 2. Penggunaan laba angka historis untuk membantu meramalkan arah masa depan dari perusahaan atau pembagian deviden masa depan. 3. Penggunaan laba sebagai pengukuran pencapaian dan sebagai pedoman untuk keputusan manajerial masa depan.
2.1.5.3. Konsep Laba Konsep laba akrual sebagai pengukuran yang fundamental terus-menurus menghadapai tantangan, akan tetapi dari sudut presfektif informasi, konsep laba jelas menggambarkan kegiatan akuntansi. Konsep laba merupakan jumlah yang dapat dikembalikan oleh entitas kepada investornya sambil tetap memperhatikan tingkat kesejahteraan entitas yang bersangkutan. Laba pada sebuah pusat laba atau unit usaha, menjadikan laba sebagai tujuan utamanya karena merupakan alat yang baik untuk mengukur prestasi dari pimipinan atau manajemennya, atau dengan kata lain efektivitas atau efisiensi dari suatu unit usaha secara garis besar dapat dilihat pada laba yang diraihnya.
33
Menurut Hendriksen et al. (2000:332-342), menyebutkan bahwa terdapat tiga tingkatan dalam konsep laba, yaitu : 1. Tingkat Sintaksis Dalam tingkatan ini, laba didasarkan pada konvensi (kebiasaan) dan aturan-aturan yang seharusnya logis dan konsisten dengan mendasarkannya pada premis dan konsep laba yang telah berkembang dari praktek yang ada. Pengukuran laba berdasarkan tingkatan ini diukur dengan menggunakan: a. Pendekatan Transaksi Laba dalam pendekatan ini dianggap timbul karena adanya transaksi atau hasil dari suatu transaksi yang menyebabkan perubahan nilai aktiva atau hutang lancar. b. Pendekatan Aktivitas Menurut pendekatan ini, laba timbul karena adanya aktivitas atau peristiwa tertentu yang telah terjadi dan bukan atas suatu transaksi dengan berorientasi konsepsi dunia nyata. 2. Tingkat Semantik Konsep laba menurut tingkatan ini menyangkut dua hal, yaitu : a. Menyangkut perubahan dalam peningkatan kemakmuran yang harus ditunjukkan langsung pada keberhasilan perusahaan dalam mempergunakan dananya dari suatu aktivitas perusahaan untuk menghasilkan kas maksimum melebihi kas yang dikeluarkan. b. Memaksimalkan laba berdasarkan kondisi khusus dari struktur pasar, permintaan produk dan biaya masukan di dalam pengukuran efisiensi laba komprehensif. Efisiensi mengandung arti interpretatif dalam pengertian ekonomi yaitu pemanfaatan optimum sumber daya yang terbatas. 3. Tingkat Pragmatik Tujuan dari konsep ini adalah mengevaluasi laba berdasarkan pada dimensi perilaku. Salah satu ciri perilaku adalah kemampuan memprediksi. Laba bersih selama beberapa periode digunakan untuk memprediksi operasi perusahaan di masa yang akan datang, jika faktor-faktor relevan lainnya ikut dipertimbangkan. Asumsi lainnya bahwa laba harus berkaitan erat dengan arus kas atau arus dana. Ciri-ciri prilaku lainnya meliputi pengambilan keputusan manajerial, hubungan perubahan laba dengan harga pasar dan permintaan angka-angka laba oleh para investor tanpa memperhatikan kurangnya makna interpretatifnya.
34
2.1.5.4. Prediksi Laba Laba dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan suatu perusahaan yang tercermin dalam kinerja manajemennya. Informasi mengenai kinerja masa lalu yang terdapat pada informasi laba dapat digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan, walaupun kesuksesan masa lalu tidak menjamin kesuksesan masa yang akan datang dapat dilakukan jika ada hubungan yang cukup kuat antara kinerja masa lalu dengan kinerja masa depan. Prediksi laba sering digunalan sebagai alat dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu perusahaan untuk masa yang akan datang (Husnan,1997).
2.1.5.5. Pengukuran Pertumbuhan Laba Jelas bahwa perusahaan tertarik pada pengukuran laba, karena pada kenyataannya, perusahaan diklasifikasikan menghasikan laba sebagai tujuan utama perusahaan. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut (usman,2003).
△ 𝑌𝑖𝑡
(𝑌𝐼𝑡
𝑌𝑖𝑡 ) 𝑌𝑖𝑡
Dimana: = pertumbuhan laba pada periode t = laba perusahaan i pada periode t = laba perusahaan I pada periode t-1
35
Stice et al. (2009:202) mengemukakan pendapatnya mengenai pentingnya pengukuran laba sebagai berikut: 1. Informasi mengenai laba dapat digunakan untuk memprediksi laba dan arus kas di masa yang akan datang. Informasinya tidak hanya bermanfaat bagi pemakai tertentu, namun memberikan nilai ekonomi. 2. Laba digunakan dalam perhitungan pajak.
2.1.5.6. Pengakuan Laba Menurut GAAP dalam Hendriksen, et al. (2000:385), laba harus diakui dalam laporan akuntansi apabila kriteria berikut terpenuhi: 1. 2. 3. 4.
1. 2.
Nilai ekonomi harus ditambahkan oleh perusahaan pada produknya. Jumlah pendapatan harus dapat diukur. Pengukuran harus dapat diuji secara relative bebas dari bias Harus mungkin untuk mengestimasi beban yang berhubungan dengan tingkat akurasi yang wajar. Pendapat umumnya diakui apabila: Pendapatan tersebut telah dihasilkan. Pendapatan tersebut telah direalisasi atau dapat di realisasi. Karena pendapatan merupakan bagian dari laba, peraturan untuk
pengakuan laba. Karena itu, menentukan kapan laba harus diakui adalah penentuan kapan ia telah dihasilkan dan direalisasi. Agar pendapatan dan laba direalisasikan, persediaan atau aktiva lain harus dipertukarkan dengan kas atau klaim terhadap kas.
2.2. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi untuk mencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan
36
dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut dibandingkan untuk satu tahun atau dua tahun atau lebih, sehingga dapat diperoleh data yang mendukung untuk pengambilan keputusan. Adanya nilai prediktif ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti yang tercantum dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh investor sekarang atau potensial dalam melakukan prediksi laba, penerimaan kas dari dividen, dan bunga dimasa yang akan datang. Dividen yang akan diterima oleh investor akan tergantung pada jumlah laba yang diperoleh perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga prediksi laba perusahaan dengan menggunakan informasi pelaporan keuangan sangat penting dilakukan. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan yang kaitannya dalam pertumbuhan laba periode tertentu. Analisis yang dilakukan dapat berupa analisis rasio keuangan. Hasil dari rasio ini akan memperlihatkan kinerja perusahaan apakah perusahaan mampu menghasilkan laba yang maksimal tiap tahun, dan apakah aktiva yang dimiliki perusahaan mampu memberikan kontribusi maksimal untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang direncanakan. Dengan demikian, analisis rasio perusahaan merupakan langkah awal dalam analisis rasio keuangan, karena sebagaimana fungsinya rasio keuangan dirancang dapat digunakan untuk memberi gambaran hubungan perkiraanperkiraan laporan keuangan. Selanjutnya perusahaan akan mengambil langkah-
37
langkah yang sesuai untuk keperluan perusahaan nantinya untuk kelangsungan perusahaan.
2.2.1. Hubungan Rasio Keuangan Terhadap Prediksi Pertumbuhan Laba Rasio-rasio yang telah dijelaskan sebelumnya memiliki tujuan-tujuan untuk mengidentifikasi kondisi keuangan suatu perusahaan. Para penganalisa akan menghubungkan rasio-rasio tersebut dengan kepentingan masing-masing. Dari sudut pandang manajemen yang paling penting adalah laba yang dicapai oleh perusahaan harus cukup tinggi, aktivitas kerja yang efisien, aset aman yang terjaga dengan baik, struktur permodalan yang sehat, dan perusahaan memiliki perencanaan yang baik di bidang keuangan maupun usaha. Para investor membutuhkan laporan keuangan yang akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan untuk mengetahui kesehatan perusahaan tersebut. Setelah menganalisa laporan keuangan dan meyakini aspek fundamental yang dimiliki perusahaan, maka para investor tersebut akan menanamkan modalnya. Salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan adalah profitabilitas. Selain digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas juga digunakan untuk mengetahui pengelolaan sumber-sumber yang dimiliki orang. Rasio profitabilitas mengukur keberhasilan manajemen sesuai dengan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari investasi dan penjualan. Dengan tingkat profitabilitas yang tinggi berarti perusahaan menghasilkan laba yang tinggi. Denga menggunakan rasio profitabilitas, perbandingan dari sebuah perusahaan dengan perusahaan sejenis
38
dapat dinilai dengan pasti. Hanya dengan melakukan perbandingan dapat menilai apakah profitabilitas dari suatu perusahaan baik atau buruk. Rasio solvabilitas dimaksudkan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam membayar semua hutang-hutang (jangka pendek atau jangka panjang) apabila sekiranya pada saat tertentu perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki aset yang cukup untuk membayar hutangnya. Solvabilitas menunjukkan proporsi penggunaan unag sebagai modal unutk membiayai aset perusahaan yang berasal dari modal pemilik atau modal pinjaman. Perusahaan dengan rasio hutang yang relatif tinggi dipastikan memiliki return yang lebih tinggi dalam situasi perekonomian normal, tetapi mereka menghadapi resiko kerugian ketika perekonomian berada dalam masa resei. Dilihat dari rasio modal pinjaman dengan total aset, semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil modal sendiri yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan, seandainya rasio 80% berarti 20% aset perusahaan dibiayai modal sendiri. Dengan proporsi penggunaan hutang yang tepat maka aset perusahaan dapat di biayai secara efisien sehingga dapat memaksimalkan nilai laba perusahaan. Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang jatuh tempo. Adanya analisis rasio likuiditas akan berguna bagi pihak manajemen untuk menarik kepercayaan para kreditur untuk memberikan kredit atau pinjaman. Selain itu, rasio ini juga dapat digunakan untuk menganalisis penggunaan modal kerja dalam pembiayaan kegiatan operasi perusahaan. Likuiditas mempunyai pengaruh terhadap laba karena jika suatu
39
perusahaan memiliki kemampuan dalam membayar hutang jangka pendeknya berarti perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik dalam pemenuhan hutang lancar sehingga perusahaan tidak perlu melakukan praktek manipulasi laba. Penelitian
mengenai
analisis
rasio
keuangan
terhadap
prediksi
pertumbuhan laba pada perusahaan industri Agriculture sangat diperlukan karena laba perusahaan akan selalu menarik perhatian bagi pemilik perusahaan maupun bagi calon investor. Hal tersebut disebabkan laba merupakan salah satu parameter terpenting dalam mengukur prestasi kinerja suatu perusahaan, dimana kinerja adalah hasil kerja yang didapat atau dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika. Kemudian dalam kaitannya prediksi pertumbuhan laba yang akan diterima perusahaan sangat penting karena informasi mengenai laba dapat menjadi alat mengestimasi salah satunya yaitu arus kas yang kemudian dapat digunakan untuk mengestimasi nilai saham perusahaan, artinya besar deviden yang akan diperoleh perusahaan dimaasa yang akan datang dapat diestimasi. Oleh sebab itu, informasi mengenai laba dianggap menjadi lebih penting dari pada informasi lainnya. Dari semua yang sudah dibahas, inti dari kerangka pemikiran penulis dapat dilihat pada tabel 2.1
40
Tabel 2.1. Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan tahun 2008-2011
Perusahaan Industri Agriculture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011
1. Rasio Likuiditas Current Ratio Quick Ratio 2. Rasio Solvabilitas Debt Ratio Total Debt to Equity Ratio 3. Rasio Profitabilitas Net Profit Margin Return on Assets Return on Equity
Pertumbuhan Laba Operasional
2.2.2. Penelitian Terdahulu Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan menjadi pendukung penelitian yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut:
41
1. Ou (1990) menguji kekuatan dan kandungan informasi dari item data laporan keuangan selain laba (termasuk komponen laba) untuk memprediksi laba satu tahun yang akan datang. Hasilnya menunjukkan sebanyak 8 rasio keuangan yang terbukti signifikan sebagai prediktor laba. 2. Asyik dan Soelistyo (2000) meneliti mengenai “Kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi laba” pada 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama periode 1995-1996. Dari 21 rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian mereka, hanya lima rasio keuangan yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur. Hasil discriminat analysis menunjukkan bahwa Sales to Total Asset (S/TA), Long Term Debt to Total Asset (LTD/TA) dan Net Income to Sales (NI/S) berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba sedangkan Dividens to Net Income (DIV/NI) dan Plant & Equipment to Total Uses (INPPE/TU) berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun ke depan. 3. Takarini dan Ekawati (2003) menganalisis rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur di pasar modal Indonesia dengan sampel sebanyak 42 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ selama tahun 1997-2000. Variabel independen yang dianalisis adalah Working Capital to Total Assets (WCTA), Current Liabilities to Inventory (CLI), Operating Income to Total Liabilities (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), dan Profit Growth, dengan variabel dependennya
42
pertumbuhan laba. Hasilnya hanya TAT, NPM, dan GPM yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba. 4. Meythi (2005) dengan penelitian yang berjudul “rasio keuangan yang paling baik untuk memprediksi pertumbuhan laba” menyatakan bahwa Penelitian ini menemukan bukti bahwa secara individu rasio Inventory Turn Over (ITO), Total Asset Turn Over (TATO), Net Income to Sales (NIS), Return on Assets (ROA) dan Sales to Current Liabilities (SCL) dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba. Dengan melihat rasio tersebut para investor dan kreditor dapat mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan atau resiko yang akan diperoleh jika mereka akan berinvestasi atau memberikan kredit juga dapat digunakan untuk menilai kinerja operasi perusahaan dan rasio ROA ternyata merupakan rasio keuangan yang paling baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan. Gambaran penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti
Variabel
1 Ou (1990)
Variabel independen : inventory to total assets (GWNVN), Net Sales to Total Assets (GWSALE), Dividend per share (CHGDPS), Depreciation expense (GWDEP), Capital
Metode Analisis Analisis logit univariate dan multivariate
Hasil Penelitian GWSALE dan ROR berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba
43
Expenditure to Total Assets (GWCP) dan Income before extraordinary items (ROR). Variabel Dependen : pertumbuhan laba
2 Asyik dan Soelistyo (2000)
Variabel dependen : pertumbuhan laba, dan variabel independen adalah 21 rasio keuangan.
Discriminat analysis
S/TA, LTD/TA, NI/S berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba
Logit Model
3 Takarini dan Ekawati (2003)
Variabel independen yang dianalisis adalah: Working Capital to Total Assets (WCTA), Current Liabilities to Inventory (CLI), Operating Income to Total Liabilities (OITL), Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), dan Profit Growth. Variabel Dependen adalah pertumbuhan laba.
Hanya TAT,NPM,dan GPM yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan laba
Analisis faktor
4 Meythi (2005)
Variabel independen yang digunakan adalah: CR, QR, DR, Equity to Total Assets (ETA), Equity to Total
Diantaranya Rasio ROA ternyata merupakan rasio keuangan yang paling
44
Liabilities (ETL), Equity to Fixed Asset (EFA), NPM, GPM, ROA, ROE,Inventory Turnover (ITO), Average collection Period (ACP), Fixed Assets Turnover (FAT), Total Asset Turnover (TAT). Variabel dependen adalah pertumbuhan Laba
baik dalam memprediksi pertumbuhan laba perusahaan
Perbedaan dalam penulisan ini terletak pada sektor yang di teliti, yaitu Industri Agriculture dan rasio keuangan yang digunakan sebagai variabel independen (X), terfokus pada pandangan investor dalam hal menilai kinerja perusahaan, yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas. Sedangkan variabel dependen (Y) sama dengan penelitian terdahulu yang terfokus pada pertumbuhan laba, dimana dalam penelitian ini menggunakan laba operasional. Alasan penggunaan laba operasi adalah bahwa laba operasi lebih mampu menggambarkan operasi perusahaan dibandingkan jenis laba yang lainnya, misalnya laba bersih dianggap masih dipengaruhi oleh hal-hal lain yang ada di luar kendali manajemen, seperti peristiwa luar biasa (bencana alam atau kebakaran) yang meningkatkan atau menurunkan laba. Selain itu, laba operasi juga diasumsikan memiliki hubungan langsung dengan penciptaan laba melalui biaya-biaya operasi, misalnya biaya iklan ditujukan untuk mendorong terjadinya penjualan. (Arista dan Siregar,2009).
45
2.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diuji sebagai berikut :
Ho
: Rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi pertumbuhan laba.
Ha
: Rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas berpengaruh terhadap prediksi pertumbuhan laba.