BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PROPOSISI PENELITAN
2.1 Konsep Dasar Audit Manajemen Menurut Bayangkara (2008:2), audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap efisien dan efektivitas operasi perusahaan. Audit manajemen dirancang secara
sistematis
untuk
mengaudit
aktivitas,
program-program
yang
diselenggarakan, atau sebagian dari entitas yang bisa diaudit untuk menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan secara efisien, serta apakah tujuan dari program dan aktivitas yang telah direncanakan dapat tercapai dan tidak melanggar ketentuan aturan dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Definisi audit manajemen menurut Mulyadi dan Setiawan (2009:32) adalah review secara sistematik kegiatan oganisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit manajemen ditujukan untuk mencapai perbaikan atas berbagai aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan perbaikan. Audit dirancang untuk menemukan berbagai kelemahan dalam operasional perusahaan menentukan penyebabnya, menganalisis akibat yang timbul, dan mencari jalan perbaikan atas kelemahan tersebut. 2.1.1
Pengertian dan Manfaat Audit Kinerja
1. Pengertian Audit Kinerja
7
8
Menurut Rai (2008:41) Audit kinerja merupakan suatu proses sistematis dalam mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang secara objektif atas suatu kinerja organisasi, program, fungsi, atau kegiatan. Evaluasi dilakukan berdasarkan aspek ekonomi dan efisiensi operasi, efektivitas dalam mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut Mahmudi (2013:198) audit kinerja, merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi dan aktivitas/kegiatan. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat ekonomi, efisiensi, dan keefektivan dalam mencapai target ditetapkan serta kepatuhannya terhadap kebijakan dan peraturan perundangan yang disyaratkan, kemudian membandingkannya antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Manfaat Audit Kinerja Menurut Mahmudi (2013:199) Audit kinerja bermanfaat untuk mengetahui apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomi,efisiensi, dan efektivitas, tidak melanggar ketentuan hukum, peraturan perundangan, dan kebijakan manajemen. 2.1.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan Pengukuran kinerja sangat penting untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. Baik dalam tujuan
9
jangka pendek maupun tujuan jangka panjang seperti yang ditetapkan dalam sebuah strategi yang dibuat. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu strategi yang ditetapkan, diperlukan alat pengukuran yang berguna bagi manajemen untuk mengevaluasi kinerja perusahaannya. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu strategi. Menurut Mahsun (2007:161) Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu dari tujuan strategis organisasi. Sedangkan, pengukuran kinerja menurut Mulyadi (2007:419) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut
pendapat
Sedarmayanti
(2011:195)
pengukuran
kinerja
merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan serta untuk menciptakan sistem yang mampu untuk mengukur kinerja dan keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi. 2.1.3
Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja Perusahaan Menurut pendapat Moeheriono (2010:61) tujuan dan manfaat pengukuran
kinerja sebagai berikut:
10
1. Menetapkan tujuan,sasaran dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, misinya. 2. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja, yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama. 3. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi. 4. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang diambil organisasi selanjutnya. 2.1.4 Standar Penerapan Audit Manajemen Untuk memberikan informasi kepada manajemen, efektivitas suatu fungsi diperlukan pengukuran efektivitas yang didasarkan pada bukti-bukti
yang
ditetapkan dan standar-standar. Menurut Tunggal (2010:5), standar-standar yang digunakan untuk mengevaluasi dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Undang-undang dan peraturan pemerintah. 2. Standar perusahaan. a. Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
11
b. Struktur organisasi yang telah disetujui c. Tujuan perusahaan yang telah ditetapkan 3. Prinsip organisasi manajemen 2.2 Konsep Dasar Balanced Scorecard Menurut pendapat Sumarsan (2010:219) konsep Balanced Scorecard merupakan pendekatan baru terhadap manajemen, yang di kembangkan pada tahun 1990-an oleh David Norton 1990 dan Robert Kaplan. Balanced Scorecard adalah sebuah perencanaan strategis dan sistem manajemen yang digunakan secara luas baik dalam organisasi, meningkatkan komunikasi internal dan eksternal dan mengawasi kinerja organisasi sesuai dengan tujuan strategi perusahaan. Balanced Scorecard dikembangkan secara terus menurus, Balanced Scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi dan pengenadalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan untuk “menyeimbangkan” ukuran-ukuran finansial yang seringkali secara eksklusif digunakan dalam evaluasi dan pengendalian strategi dengan berbagai ukuran nonfinansial seperti kualitas produk dan layanan konsumen. Sebuah Balanced Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan tujuan keungan yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis yang dijlankan perusahaan (Fred, 2009:247). 2.2.1
Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik yang
menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan
12
tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap empat prespektif, yaitu: Perspektif Keuangan (Financial), Perspektif Pelanggan (Customer), Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process), Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Learning and Growth). Balanced Scorecard merupakan alat bantu dalam melakukan penilaian kinerja yang konsepnya berupa keseimbangan antara perspektif keuangan dan perspektif non-keuangan, sebagai bagian dari strategi organisasi di masa datang. Sedangkan penerapan Balanced Scorecard adalah membantu para manajer untuk menilai kesuksesan unit bisnis mereka dalam melakukan aktivitas penciptaan value pada masa kini dengan selalu memperhatikan kepentingan di periode selanjutnya. Teknik pengukuran yang komprehensif di ukur tidak hanya berdasarkan pada aspek finansialnya saja, tetapi juga sapek non financial. Pengukuran ini menggunakan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspek, yaitu: Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Bisnis Internal, Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan. Balanced Scorecard berfungsi sebagai alat mengawasi apakah strategi perusahaan telah dijalankan serta untuk menilai apakah strategi yang dilakukan perusahaan tersebut sudah tepat. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujaun strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek. 2.2.2
Manfaat Balanced Scorecard Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan adalah sebagai berikut:
13
a.
Balanced scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
b.
Balanced Scorecard memungkinkan manajer melihat bisnis dalam prespektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan belajar dan bertumbuh).
c.
Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk menilai apa yang telah mereka investasikan dalam pengembngan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
2.2.3
Perspektif Balanced Scorecard Di dalam Balanced Scorecard terdapat empat perspektif yang digunakan
untuk menilai suatu kinerja perusahaan, yaitu : 1. Perspektif Keuangan (financial) Menurut Luis dan Biromo (2008:21) tidak bisa dipungkiri lagi bahwasannya keuangan merupakan hal penting bagi setiap organisasi, terlepas apakah organisasi itu diharapkan untuk menghasilkan laba atau tidak (nirlaba). Keuangan itu penting karena diperlukan keuangan yang baik untuk mengelola suatu
organisasi,
apalagi
organisasi
yang
memang
bertujuan
untuk
mengakumulasi laba. Keuangan organisasi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu jangka pendek dan jangka panjang. Perspektif keuangan digunakan dalam Balanced Scorecard karena ukuran financial sangat penting memberi ringkasan konsekuensi tindakan ekonomis yang sudah diambil. Ukuran kinerja finansial memberikan petunjuk apakah strategi
14
perusahaan implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak kepada peningkatan laba perusahaan. Terdapat tiga tahap dalam perspektif financial, yaitu: 1) Bertumbuh (growth) Tahap awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini, manajemen terkait dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangun dan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. 2) Bertahan (sustain) Tahapan kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika mungkin. 3) Menuai (harvest) Sebagian unit bisnis akan mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya, tahap dimana perusahaan ingin “menuai” investasi yang dibuat pada dua tahap sebelumnya. Tujuan financial keseluruhan untuk bisnis pada tahap menuai adalah arus kas operasi (sebelum depresiasi) dan penghematan berbagai kebutuhan modal kerja.
15
Menurut Atkinson et. al. (2012:113) Balanced Scorecard berisi tujuan dan pengukuran yang mewakli pegukuran kesuksesan akhir penjualan pencari laba. Pengukuran pengembalian
kinerja
keuangan
investasi,
seperti
menunjukan
pendapatan apakah
operasi
strategi
dan
tingkat
perusahaan
dan
penerapannya dapat meningkatkan nilai pemegang saham kinerja keuangan meningkat melalui dua pendekatan dasar: pertumbuhan pendapatan dan produktivitas 2. Perspektif Pelanggan (Customer) Dalam perspektif pelanggan Balanced Scorecard, perusahaan perlu memaksimalkan nilai pelanggan, yaitu meningkatkan pelanggan percaya kepada produk atau jasa perusahaan menjadi setia dengan jalan perusahaan menyajikan produk berkualitas, harga terjangkau, distribusi cepat, dan layanan purna jual baik melebihi dari pesaing agar dapat mencapai kepuasan pelanggan. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:341) perspektif pelanggan dapat diukur dengan ukuran: 1) Pangsa pasar, luas dan sempitnya pasar yang dikuasai, makin luas pangsa pasar makin banyak pelanggan. Pangsa pasar perusahaan yang mempunyai hari depan baik adalah perusahaan yang pangsa pasarnya makin luas dalam arti volume penjualan dan nilai penjualan naik. 2) Retensi pelanggan, atau pelanggan yang setia, semakin banyak pelanggan setia semakin baik repurtasi perusahaan. Retensi pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan adalah perusahaan yang
16
mampu mempertahankan pelanggannya, itu artinya perusahaan mampu menciptakan pelangan yang loyal. 3) Kepuasan pelanggan, ditandai dengan jumlah pengaduan pelanggan sedikit, makin sedikit keluhan dan pengaduhan pelanggan makin bagus reputasi perusahaan. Kepuasan pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu menetapkan harga yang terjangkau oleh pelanggan, kecepatan distribusi, kualitas, pelayanan purna jual, dll. 4) Akuisisi pelanggan yaitu pelanggan yang baru mencoba produk karena pengaruh iklan atau konsumen lain. Akuisisi pelanggan perusahaan yang mempunyai hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu menciptakan pelanggan baru. 5) Profitabilitas pelanggan, yaitu pelanggan yang memberi tingkat keuntungan maksimum harus dipelihara dengan hati-hati agar tidak meninggalkan perusahaan. Profitabilitas pelanggan perusahaan yang memiliki hari depan yang baik adalah perusahaan yang mampu mengidentifikasikan pelanggan yang memberi keuntungan maksimum kepada perusahaan. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:341), disamping ukuranukuran tersebut diatas, perspektif pelanggan dapat diketahui melalui tiga hal, yaitu:
17
1) Atribut produk/jasa meliputi fungsi produk/jasa, harga, dan mutu. Perusahaan harus mampu menyajikan produk/jasa yang multi fungsi, harga terjangkau, dan mutu yang superior sehingga pelanggannya puas. 2) Hubungan pelanggan meliputi kecepatan distribusi produk/jasa, mengetahui pikiran, perasaan, dan kepentingan pelanggan. 3) Citra dan reputasi upaya perusahaan supaya pelanggan tertarik kepada perusahaan karena produk/jasanya yang spesifik, harganya terjangkau, layanannya cepat dan ramah, distribusi ya cepat, dan keluhan pelanggan cepat dilayani. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal (Internal Business Process) Purwanti dan Prawironegoro (2009:342) menyatakan bahwa Proses bisnis internal adalah aktivitas mengoptimalkan penggunaan harta perusahaan dalam menciptakan produk atau jasa dan menemukan metode kerja baru yang efektif dan efisien. Faktor sumber daya manusia menjadi lokomotif untuk menggerakkan peralatan perusahaan dengan metode kerja yang efektif dan efisien. Hubungan kemampuan sumber daya manusia, peralatan, modal kerja merupakan kapital organisasi. Alat ukurnya adalah produktivitas mesin, produktivitas tenaga kerja manusia, produktivitas kapital, dan efisiensi biaya. Setiap bisnis mempunyai rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri dari inovasi, operasi, dan layanan purna jual. Proses itu dapat disajikan dalam gambar :
18
Proses
Proses
Layanan
Inovasi
Operasi
Purna Jual
Pemenuhan kebutuhan
- Riset pasar tahu
- Proses
- Ramah dan
kebutuhan
Produksi
menanggapi
konsumen
keluhan pelanggan
- Ciptakan dan
pelanggan
- LABA - Loyalitas Pelanggan
- Promosi
rancang produk
Distribusi, Penetapan harga
Gambar 1. Perspektif Proses Bisnis Internal: Rantai Nilai Sumber: Purwanti dan Prawironegoro (2009:343) Proses inovasi meliputi tiga dimensi yaitu inovasi produk, inovasi proses produksi, dan inovasi layanan purna jual. Inovasi produk berhubungan dengan riset pasar untuk mengatahui daya beli konsumen, kebutuhan konsumen, dan selera konsumen. Setelah tiga dimensi konsumen diketahui, perusahaan harus mampu inovasi produk kemudian merancang produk atau mengembangkan produk yang sudah ada. Inovasi proses produksi berhubungan dengan inovasi teknologi, inovasi ilmu, dan inovasi kemanusiaan. Inovasi teknologi berhubungan dengan penemuan peralatan baru yang lebih efektif dan efisien, inovasi ilmu berhubungan dengan penemuan metode kerja baru yang lebih efektif dan efisien, dan inovasi kemanusiaan berhubungan dengan penemuan cara mengemola karyawan yang lebih manusiawi agar mereka memiliki perusahaan dan loyal kepada perusahaan.
19
Inovasi layanan purna jual berhubungan dengan baru melayani keluhan atau pengaduan pelanggan yang lebih efektif dan efisien. Perusahaan harus memiliki tempat pelayanan purna jual yang setiap saat dengan cepat mampu melayani pelanggan dengan biaya yang semurah-murahnya. Keberhasilan proses bisnis internal ditentukan oleh loyalitas karyawan, karena yang menjalankan semua kegiatan itu adalah karyawan. Oleh sebab itu, dalam melihat perspektif perusahaan secara internal harus dilihat dari sudut perspektif pembelajaran dan pertumbuhan karyawan. 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Learning and Growth). Memaksimumkan kemampuan, motivasi, produktivitas, dan loyalitas sumber daya manusia untuk meningkatkan laba dan nilai perusahaan. Potensi sumber daya manusia ini disebut kapital manusia (human capital). Sumber daya manusia harus ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan dan latihan ditingkatkan kesejahteraannya melalui imbalan layak yang dapat memenuhi kebutuhan makan, pakaian, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Intinya adalah kepuasan karyawan. Alat ukurnya adalah pendapatan karyawan dan tingkat kepuasan karyawan. Cara untuk mengetahui pembelajaran dan pertumbuhan adalah melalui riset partisipasi aktif melihat perilaku pelanggan, wawancara, survei dengan menggunakan kuisioner. Menurut Purwanti dan Prawironegoro (2009:344) menjelaskan ukuran utama pekerja (karyawan) adalah: 1) Kepuasan Kerja
20
Kepuasan pekerja merupakan kondisi awal yang dibutuhkan untuk menghasilkan produktivitas, kualitas, tanggung jawab, dan pelayanan konsumen yang tinggi. Tujuan kepuasan pekerja pekerja menyatakan bahwa moral pekerja dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini di pandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan. 2) Retensi Pekerja, Retensi pekerja adalah mempertahankan selama mungkin pekerja bekerja dalam suatu perusahaan. Kalau mungkin pekerja seumur hidup, artinya mereka tidak pindah kerja dan itu menunjukkan tingkat loyalitas pekerja tinggi sekali. Untuk merealisasikannya, perusahaan harus mengadakan investasi jangka panjang untuk pekerja yaitu dengan cara melakukan pendidikan dan pelatihan. 3) Produktivitas Kerja, Produktivitas
pekerja
merupakan suatu
ukuran hasil, dampak
keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuan produktivitas pekerja yaitu untuk membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Dalam kelompok pengukuran ini tujuan kepuasan pekerja umumnya dipandang sebagai pendorong kedua pengukuran lainnya, retensi pekerjaan dan produktivitas pekerjaan. 2.2.4
Penerapan Balanced Scorecard Penerapan Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja, yaitu
sebagai berikut:
21
a.
Mendefinisikan strategi Dengan strategi yang tepat, maka seluruh sumber daya organisasi diarahkan untuk mencapai visi organisasi sehingga akan menjadikan pencapaian visi organisasi tersebut.
b.
Mendefinisikan ukuran-ukuran dari strategi Untuk mengembangkan ukuran-ukuran dalam menjadi pendukung strategi yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut, maka fokus yang terpenting pada ukuran bahwa masing-masing individu harus dikaitkan dengan adanya hubungan sebab akibat.
c.
Mengintegrasikan ukuran ke dalam sistem manajemen Balanced Scorecard harus disatukan dengan struktur formal dan informal organisasi, karena Balanced Scorecard menyeimbangkan ukuran-ukuran yang tidak seimbang dalam organisasi.
2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian, antara lain sebagai berikut: Penelitian pertama dilakukan oleh Laksmita (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan sebab akibat antara faktor pendukung kinerja dengan hasil yang dicapai pada setiap perspektif. Perusahaan dapat mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, dan dapat meningkatkan laba yang lebih baik. Penelitian kedua dilakukan oleh Wahyuni (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa
kinerja dari perspektif keuangan belum dapat diukur
22
dengan baik dan sempurna karena peningkatan aset tiap tahun masih kecil. Kinerja dari perspektif pelanggan secara umum sudah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah pelanggan setiap tahunnya. Pada perpektif proses bisnis internal diperoleh gambaran bahwa produksi barangnya secara efesiensi dan efektif. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan baik karena diterapkannya peraturan bagi karyawan mengenai kehadiran. Dari empat perspektif dapat dinilai bahwa ukuran kinerja sudah cukup baik. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Aurora (2010), hasil penelitian menyimpulkan bahwa
kinerja perusahaan dinilai berdasarkan perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil penelitiannya terdapat beberapa variasi pencapaian hasil. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masih dianggap kurang. Hal ini dikarenakan rumah sakit belum sepenuhnya mengikutsertakan karyawan seluruhnya dalam berbagai pelatihan. Sedangkan untuk 3 perspektif lainnya dianggap sudah cukup baik dengan meningkatnya jumlah pasien dan pendapatan setiap tahunnya. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Widodo (2011), hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Kinerja perspektif keuangan secara keseluruhan dapat dinilai sedang, karena secara umum rasio-rasio keuangan mengalami kenaikan kecuali ROA dan TATO (2) Kinerja perspektif pelanggan secara keseluruhan dapat dinilai buruk, karena kepuasan pelanggan buruk kemampuan perusahaan dalam melakukan akuisisi pelanggan sedang (3) Kinerja perspektif proses bisnis
23
internal dinilai sedang, karena inovasi hanya terjadi sekali selama tiga tahun terakhir (4) Kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dapat dinilai baik. Penelitian yang kelima dilakukan oleh Rusdiyanto (2010), hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Hasil pengukuran untuk perspektif keuangan, yaitu Current Ratio, Profi Margin,Operating Ratio, diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan bisa dikatakan baik, (2) Hasil pengukuran kinerja perspektif pelanggan terhadap tingkat pemerolehan pelanggan, tingkat retensi pelanggan, tingkat profitabilitas pelanggan, serta tingkat kepuasan pelanggan, menunjukkan tingkat kinerja yang baik, dan hanya retensi pelanggan yang mengalami penurunan. (3) Hasil pengukuran Perspektif Internal Bisnis, yaitu inovasi perusahaan dan layanan purna jual, secara keseluruhan kinerja perusahaan menunjukkan hasil yang baik. (4) Hasil pengukuran perpektif pembelajaran dan pertumbuhan, mengenai produktivitas karyawan dan retensi karyawan dapat dkatakan cukup. Sementara tingkat kepuasan karyawan juga menunjukan hasil yang cukup baik, meskipun ada beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki. Penelitian yang keenam dilakukan oleh Nugroho (2013), hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Pengukuran kinerja dengan Balance Scorecard memadukan empat perspektif bisnis, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan sehingga menghasilkan pengukuran yang lebih menyeluruh dan terinci. Mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode Balance Scorecard menghasilkan total pengukuran kinerja yang memuaskan. (2) Tingkat produktivitas setiap bagian tergolong baik, kecuali pada bagian industri lainnya dan perdagangan. Perbaikan secara cepat dan
24
menyeluruh perlu dilakukan agar penurunan kinerja pada bagian ini tidak terus terjadi. (3) Perencanaan strategis yang telah dibuat dijalakan secara maksimal agar kinerja perusahaan sesuai dengan visi dan misi perusahaan. 2.4 Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoritis maka rerangka pemikiran dapat dikemukakan sebagai berikut: Audit Manajemen Kinerja Visi & Misi Balanced Scorecard
Perspektif
Perspektif
Perspektif Proses
Keuangan
Pelanggan
Bisnis Internal
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Gambar 2. Rerangka Pemikiran Rerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini adalah apakah penerapan audit manajemen kinerja perusahaan dengan konsep Balanced Scorecard pada PT.Superindo Utama Surabaya sudah efektif untuk dijalankan atau belum. Dengan membandingkan audit manajemen kinerja yang diterapkan perusahaan dengan teori-teori yang ada dalam literatur, sehingga dapat ditarik suatu analisis deskriptif tentang bagaimana keefektifan audit manajemen kinerja itu dijalankan
25
dengan konsep Balanced Scorecard: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan rerangka pemikiran diatas, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mempertahankan, meningkatkan kinerja yang telah ada dan dapat mencapai efisien dan efektivitas agar dapat tercapaiannya visi dan misi perusahaan. 2.5 Proposisi Penelitian Proposisi penelitian adalah pernyataan tentang konsep yang diperkirakan sebagai kebenaran ataupun kesalahan tentang suatu fenomena yang sedang diamati (observasi). Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas proposisi penelitian adalah sebagai berikut:
26
Tabel 1 Proposisi Penelitian No
Rumusan Masalah
Proposisi Penelitian
1.
Bagaimana
Penerapan
penerapan
audit
Permasalahan Apakah
PT.
audit
manajemen kinerja
Superindo
Utama
manajemen kinerja
perusahaan menjadi
Surabaya
dapat
perusahaan dengan
lebih
dan
meningkatkan audit
konsep
efektivitas
dengan
manajemen kinerja
Balanced
efisien
Scorecard pada PT.
konsep
Superindo
Scorecard
Utama
Balanced
perusahaannya dengan
Surabaya ?
menerapkan konsep
Balanced
Scorecard 2.
Apakah perusahaan
kinerja
perusahaan
Apakah perspektif
sudah sama dengan
Balanced
perspektif
Balanced
Scorecard
perspektif
Scorecard
sehingga
dengan
Balanced
sesuai
Scorecard ?
misi perusahaan.
sama
sudah
Kinerja
dengan
dengan
visi,
sesuai kinerja
perusahaan sehingga visi, misi perusahaan tercapai.
dapat