BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kepemimpinan 1. Pengertian kepemimpinan Kepemimpinan memiliki arti yang lebih dalam daripada sekedar label atau jabatan yang diberikan atau jabatan diberikan kepada seseorang manusia. Ada unsur visi jangka panjang serta karakter di dalam sebuah kepemimpinan. Pemimpin dapat didefinisikan di dalam sebuah kalimat bahwa “pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk mencapai tujuan organisasi” (Lensufiie, 2010: 06). Komponen-komponen di dalam kepemimpinan, di dalam struktur kepemimpinan, pemimpin tidak dapat berdiri sendiri. Pemimpin adalah salah satu komponen di dalam kepemimpinan. Artinya, ada komponen-komponen lain di dalam
sebuah
struktur
kepemimpinan,
yaitu:
pemimpin,
kemampuan
menggerakkan, pengikut, tujuan yang baik, organisasi. (Lensufiie, 2010: 06). Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan apalagi pada saat-saat sekarang ini dimana semua serba terbuka, maka kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa memberdayakan karyawannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan adalah kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawan dalam menjalankan tugasnya masing-masing.
Kepemimpinan adalah ilmu dan seni dalam mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari peranan manusia yang dihadapkan pada berbagai masalah hidupnya untuk diselesaikan. Dalam hal ini pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang penting bahkan menjadi intidalam kepemimpinan. Hampir setiap definisi tentang kepemimpinan mengurai tentang bagaimana seseorang mempunyai daya pengaruh terhadap orang lain untuk memudahkan dalam pencapaian tujuannya. Menurut Bangun (2012: 340) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain agar mau melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi yang memiliki empat unsur
dalam
kepemimpinan
antara
lain,
kumpulan
orang,
kekuasaan,
memengaruhi, nilai. Kreitner (2014: 201) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah proses di mana seorang individu memengaruhi yang lain untuk mencapai sasaran yang sama. Robbins (2011: 339) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kepribadian seseorang yang memancarkan keinginan pada sekelompok orang-orang tertentu dan sanggup mengajak serta mendorong mereka sehingga mau bekerjasama dalam rangka pencapaian tujuan. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan sekelompok orang
tertentu, biasanya melaui human relation dan motivasi yang tepat sehingga mereka tanpa ada rasa takut mau bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. 2.Peran Kepemimpinan Menurut Sutrisno (2010: 219) peran pemimpin dalam suatu organisasi sangatlah penting, tidak hanya secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang kesemuanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan organisasi mencapai tujuannya. Yang dimaksud peranan yang bersifat interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang pemimpin dalam perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan keberadaan organisasi, seseorang pemimpin bertanggung
jawab
untuk memotivasi dan memberikan arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin mempunyai peran sebagai penghubung. Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi, penerima dan penganalisa informasi. Sedangkan peran pemimpin dalam pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis yang mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan usaha dan konsisten.
3. Gaya Kepemimpinan Menurut Sutrisno (2010: 222) adapun gaya kepemimpinan yang ada yaitu: a.
Gaya persuasif, yaitu gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan yang menggugah perasaan, pikiran, atau dengan kata lain dengan melakukan ajakan atau bujukan.
b.
Gaya refresif, yaitu gaya kepemimpinan dengan cara memberikan tekanantekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan.
c.
Gaya partisipatif, yaitu gaya kepemimpinan dimana memberikan kesempatan kepada bawahan secara aktif baik mental, spiritual, fisik, maupun materiil dalam kiprahnya di organisasi.
d.
Gaya Inovatif, yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaharuan di dalam segala bidang.
e.
Gaya investigatif, yaitu gaya pemimpin yang selalu melakukan penelitian yang disertai dengan rasa penuh kecurigaan terhadap bawahannya sehingga menimbulkan kreativitas, dan inovasi bawahan.
f.
Gaya inspektif, yaitu pemimpin yang suka melakukan acara-acara yang sifatnya protokoler, kepemimpinan dengan gaya inspektif menuntut penghormatan bawahan atau pemimpin yang senang apabila dihormati.
g.
Gaya Motivatif, yaitu pemimpin yang dapat menyampaikan informasi mengenai ide-idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan dengan baik.
h.
Gaya Naratif, yaitu pemimpin yang banyak bicara namun tidak disesuaikan dengan apa yang ia kerjakan, dengan kata lain banyak bicara sedikit bekerja.
i.
Gaya edukatif, yaitu pemimpin yang suka melakukan pengembangan bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan, sehingga bawahan memiliki wawasan dan pengalaman.
4. Pendekatan Teori Kepemimpinan a.
Pendekatan Teori Sifat Teori ini berusaha menggeneralisasikan sifat-sifat umum yang dimiliki oleh pemimpin, seperti fisik, mental dan kepribadian.Dengan asumsi bahwa keberhasilan seseorang pemimpin ditentukan oleh kualitas fisik, mental, psikologis, personalitas dan intelektualitas.
b.
Pendekatan Teori Perilaku Teori ini dilandasi pemikiran, bahwa kepemimpinan merupakan interaksi antara pemimpin dengan pengikut dan dalam interaksi tersebut pengikutlah yang menganalisis dan mempersepsikan apakah menerima atau menolak kepemimpinannya.
c.
PendekatanTeoriSituasi Teori ini mencoba mengembangkan kepemimpinan sesuai situasi dan kebutuhan. Dalam pandangan ini hanya pemimpin yang mengetahui situasi dan kebutuhan organisasi yang dapat menjadi pemimpin yang efektif.
5.
Indikator Kepemimpinan Adapun indikator dari kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi :
a.
Jelas dalam memberi perintah Yaitu kemampuan manajer dalam menjelaskan perintah kepada bawahan.
b.
Pandai membaca situasi Yaitu kemampuan manajer menempatkan diri saat memerintah bawahan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga tidak menciptakan rasa tegang dalam perusahaan.
c.
Kreatif Yaitu kemampuan manajer dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman sehingga proses pencapaian tujuan perusahaan berjalan dengan lancar.
d.
Disiplin Yaitu tingkat kedisiplinan manajer dalam memberikan contoh yang benar bagi bawahan.
e.
Tegas dalam memberi pengarahan kepada bawahan Yaitu sikap tegas dari pimpinan saat memberikan pengarahan dan perintah melakukan pekerjaan pada karyawan.
2.1.2 Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi menurut Bangun (2012: 313) adalah suatu tindakan untuk memenuhi orang lain agar berperilaku (to behave) secara teratur. Motivasi merupakan tugas bagi manajer untuk memengaruhi orang lain (karyawan) dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu, motivasi diartikan sebagai kesuluruhan proses pemberian dorongan atau rangsangan kepada para karyawan sehingga mereka bersedia bekerja dengan rela tanpa dipaksa.
Pemberian motivasi dikatakan penting, karena pimpinan atau manajer itu tidak sama dengan karyawan. Seorang manajer tidak dapat melakukan pekerjaannya sendirian, karena keberhasilannya amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan oleh orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh bawahan yang ada dalam unit kerja itu. Disinilah letak pentingnya pemberian motivasi kepada para sumber daya manusia, agar mereka tetap dan mau melaksanakan pekerjaan tadi sesuai dengan kecakapan yang mereka miliki. Oleh karena itu, diharapkan mereka bukan saja asal mau untuk bekerja, tetapi juga yang terpenting adalah pekerjaan itu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan. Pekerjaan memberi motivasi kepada sumber daya manusia dikatakan sulit, karena para manajer akan dihadapkan dengan manusia. Karyawan adalah manusia-manusia hidup yang mempunyai perasaan, pikiran, harga diri, keinginan, dan perilaku yang amat sukar untuk digeneralisasikan secara umum. 2. Proses Motivasi Kebutuhan dan tujuan adalah konsep yang memberikan dasar untuk menyusun suatu pola terpadu. Orang berusaha memenuhi berbagai macam kebutuhannya. Kebutuhan yang tidak dipenuhi, menyebabkan orang mencari jalan untuk menurunkan tekanan yang timbul dari rasa tidak senang. Maka orang memilih suatu tindakan dan terjadilah perilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Sesudah lewat beberapa waktu, para manajer menilai
prestasi
kerja/kinerja tersebut. Evaluasi penampilan menelurkan beberapa jenis ganjaran
atau hukuman. Hasil ini dipertimbangkan oleh orang itu, dan kebutuhan yang tidak dipenuhi dinilai kembali. 3. Indikator Motivasi Kerja Didalam melakukan aktivitas, seseorang tentu mempunyai serangkaian tujuan yang ingin dicapai. Apabila seorang manajer dalam organisasi perusahaan ingin meramalkan perilaku karyawan secara cukup teliti, maka perlu dikethui tujuan karyawan tersebut, dan tindakan apa yang akan diambil oleh karyawan, yang berusaha memberikan penjelasan tentang hubungan antara perilaku (motivasi) karyawan dan prestasi kerja/kinerjanya. Indikator motivasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Frederick Herberg dengan “Teori Model dan Faktor”. Herberg (2003:7475) mengembangkan teori dua faktor tentang motivasi, yaitu: a.
Faktor pemuas yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation, serangkaian faktor ini meliputi: 1) Kepuasan kerja itu sendiri 2) Prestasi kerja yang diraih 3) Peluang untuk maju 4) Pengakuan orang lain 5) Kemungkinan pengembangan karir 6) Tanggung jawab
b.
Faktor pemeliharaan yang disebut juga dissatisfier atau ekstrinsic motivation, serangkaian faktor ini meliputi: 1) Kompensasi
2) Kondisi kerja 3) Rasa aman dan selamat 4) Status 5) Prosedur perusahaan/kebijakan perusahaan 6) Hubungan antar sejawat 7) Hubungan dengan bawahan 8) Hubungan dengan penyelia
2.1.3. Kinerja 1. Pengertian Kinerja Setiap manusia punya potensi untuk bertindak dalam berbagai
bentuk
aktivitas. Kemampuan bertindak itu dapat diperoleh manusia baik secara alami (ada sejak lahir) atau dipelajari. Walaupun manusia mempunyai potensi untuk berperilaku tertentu tetapi perilaku itu hanya diaktualisasi pada saat-saat tertentu saja. Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan), sedangkan ekspresi dari potensi ini dikenal sebagai performance (kinerja). Menurut Mahsun (2011: 25) Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategik planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini
berupa tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya. Menurut Rivai (2009: 14) Kinerja adalah merupakan terjemahan dari kata performance
yang
berasal
dari
kata
to
perform
dengan
beberapa
entriesyaitu:melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute), memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to discharge of fulfill; as vow), melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete), melakukan sesuatu yang diharapkan oleh orang atau mesin (to do what is expected of a person machine). 2. Indikator Kinerja Untuk mengukur perilaku atau sejauh mana individu berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh organisasi atau institusi, yaitu prestasi kerja pada umumnya dikaitkan dengan pencapaian hasil dari standar kerja yang telah ditetapkan. Didalam penelitian ini pengukuran kinerja diarahkan pada enam aspek yang merupakan bidang prestasi kunci bagi perusahaan yang bersangkutan, Menurut Sutrisno (2009: 152) untuk mengukur kinerja karyawan diperlukan suatu indikator sebagai berikut: a.
Hasil kerja Tingkat kuantitas maupun kualitas yang telah dihasilkan dan sejauh mana pengawasan dilakukan.
b.
Pengetahuan Pekerjaan Tingkat pengetahuan yang terkait dengan tugas pekerjaan yang akan berpengaruh langsung terhadap kuantitas dari kualitas hasil kerja.
c.
Inisiatif Tingkat inisiatif selama melaksanakan tugas pekerjaan khususnya dalam hal penanganan masalah-masalah yang timbul. Kecekatan mental
d.
Tingkat kemampuan dan kecepatan dalam menerima instruksi kerja dan menyesuaikan dengan cara kerja serta situasi kerja yang ada. e.
Sikap Tingkat semangat kerja serta sikap positif dalam melaksanakan tugas pekerjaan.
f.
Disiplin waktu dan absensi Tingkat ketepatan waktu dan tingkat kehadiran.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Mahmudi (2008: 20) Kinerja merupakan suatu multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain: a.
Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, inisiatif, kemampuan, disiplin, motivasi dan komitmen yang dimiliki setiap individu.
b.
Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader.
c.
Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim.
d.
Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau pelatihan yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja dalam organisasi.
2.1.4. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Gaya kepemimpinan seorang pemimpin pada dasarnya dapat memengaruhi perilaku bawahan agar mampu melaksanakan tugas atau kegiatan dengan sebaikbaiknya. Karyawan atau bawahan akan mampu mencapai produktivitas kerja secara maksimal jika memiliki motivasi yang berasal dari dirinya sendiri yang mampu yang berasal dari lingkungan kerja. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, maka
seorang
pemimpin
dituntut
memiliki
kemampuan-kemampuan
mempengaruhi dan memberikan motivasi kepada karyawan agar bisa bekerja secara maksimal. Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan yang efektif. Menurut Sutrisno (2010: 219) menganggap kepemimpinan sebagai kegiatan untuk memengaruhi orang agar bekerja dengan rela untuk mencapai tujuan bersama. Secara luas kepemimpinan diartikan sebagai usaha yang terorganisasi untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia, materiil dan finansial guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seorang pemimpin ini ditunjukkan dengan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi. Gaya kepemimpinan ini juga dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Apabila karyawan tidak menyukai gaya kepemimpinan yang digunakan oleh para karyawan. Pencapaian kinerja yang diharapkan karyawan seharusnya pemimpin selalu memperhatikan gaya kepemimpinan, sehingga kinerja dapat dicapai secara maksimal. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
kepemimpinan
bahwa
kepemimpinan
seorang
pemimpin
dapat
menimbulkan atau menciptakan suasana lingkungan kerja yang nyaman dan juga semangat kerja bagi karyawan. Jadi, hubungan antara variabel gaya kepemimpinan dengan kinerja karyawan adalah: H1: Gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
2.1.5. Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja karyawan Di dalam pengelolaannya menurut Bangun (2012: 313) mengatakan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan untuk mempengaruhi orang lain agar berperilaku secara teratur. Kemampuan, kecakapan dan keterampilan pegawai tidak ada artinya apabila tidak diikuti dengan motivasi yang tinggi. Apabila pemberian motivasi berjalan dengan baik maka dapat mempengaruhi tingkat kinerja karyawan. Kinerja karyawan merupakan salah satu ukuran yang sering dipakai dalam menentukan efektivitas perusahan.
Pemimpin memiliki kewajban untuk selalu memotivasi karyawan agar meningkatkan kinerjanya, dengan demikian kerjasama dan saling memahami tugas dan fungsi setiap unit kerja dapat berjalan dengan baik. Peranan motivasi dalam menunjang pemenuhan kebutuhan berprestasi sangat besar, dengan kata lain motivasi mempunyai hubungan yang positif terhadap kinerja karyawan. 2.2 Rerangka Pemikiran KEPEMIMPINAN (X1) KINERJA KARYAWAN (Y)
MOTIVASI KERJA (X2)
Gambar 1 RerangkaPemikiran Keterangan: Gambar di atas menjelaskan bahwa seperti kita ketahui kepemimpinan merupakan suatu proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai kepemimpinannya sendiri. Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam memberikan pengarahan kepada karyawan, maka kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang bisa memberdayakan karyawannya. Kepemimpinan yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri para karyawannya
dalam menjalankan tugasnya masing-masing. Motivasi juga dapat memberikan sumbangan yang signifikan dalam penigkatan kualitas pelayanan. Semakin kebutuhannya terpenuhi maka akan semakin besar kinerja pegawai dalam melakukan tugas dan kewajibannya diperusahaan.
2.3 Perumusan Hipotesis Berdasarkan permasalah pada perusahaan, didukung dengan teori yang ada maka dapat ditarik suatu hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan kepemimpinan terhadap kinerja karyawan pada FIFGROUP Surabaya. 2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada FIFGROUP Surabaya. 3. Kepemimpinan mempunyai pengaruh dominan terhadap kinerja karyawan pada FIFGROUP Surabaya.