HUBUNGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK TERHADAP KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK (Studi pada Siswa-siswi Kelas I dan II SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya)
¹Ayu Rizqy Amalia Bintari ²Ai Sri Kosnayani dan Lilik Hidayanti
¹Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Universitas Siliwangi (
[email protected]) ²Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Abstract: Caries is infection disease which is broke the teeth structure and caused cavity. Cariogenic foods are foods that can cause caries. The cariogenic foods are not only contain of big amount of carbrohidrat but also sweet and sticky. This research puposes to find out the correlation of carigenic food consumption habit on the serious condition of caries at the first and second grade students of SDN 5 Manonjaya. Cross sectional design survey is used as the method of this research. The sample of this research is 72 students and taken by using total sampling technique, the corespondents are the parents of those 72 sample. Quetioners, observation sheet, and caries diagnostics tools are used in collecting the data. The analisyst technique used in this research is unvariant analisyst, the distribution frequency table and bivariant test measured by chi square. The research result shows that most of the first and second grade students of SDN 5 Manonjaya (75%) consume cariogenic food oftenly and most of them (69.4%) have high category of serious condition of caries. There is the correlation between cariogenic food consumption habit on the serious condition of caries (p value 0.000). Decreasing or limiting the consumption of cariogenic foods on children and habituating of brushing teeth at least twice a day are effort to prevent the caries. Key Words: Cariogenic Food, Caries, Elementary students.
Abstrak: Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang merusak struktur gigi dan menyebabkan gigi berlubang. Makanan kariogenik merupakan makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat dari makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, manis, lengket. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi pada siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional. Sampeldiambil dengan teknik total sampling pada 72 siswa dan responden sebanyak 72 orang tua dari sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar observasi dan alat-alat diagnostik karies gigi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat, tabel distribusi frekuensi dan uji bivariat yaitu dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya, sebagian besar (75%) sering mengkonsumsi makanan kariogenik dan sebagian besar (69,4%) memiliki keparahan karies gigi dengan kategori tinggi. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi (p value 0,000). Mengurangi atau membatasi konsumsi makanan kariogenik pada anak dan membiasakan anak menggosok gigi minimal dua kali sehari merupakan upaya untuk mencegah karies gigi. Kata Kunci: Makanan Kariogenik, Karies, Anak SD.
PENDAHULUAN Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lain, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari (Ratih Ariningrum, 2000). Karies atau lubang pada gigi merupakan penyakit endemik di Indonesia. Karies gigi dapat terjadi pada masyarakat, baik pada anak maupun orang dewasa, karena bisa saja terjadi pada gigi sulung maupun gigi tetap. Karies bersifat irreversibel, artinya bila terjadi kerusakan pada gigi seperti halnya gigi yang berlubang maka tidak dapat sembuh dengan sendirinya (SKRT, 2001). Dalam ilmu kedokteran gigi, karies gigi adalah proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu interaksi antara (produk-produk) mikroorganisme, saliva, bagianbagian yang berasal dari makanan, dan email (Houwink, 1994). Karies bila tidak dirawat dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit bahkan sampai bisa terjadi infeksi. Bila hal tersebut terjadi pada anak-anak, maka dapat menyebabkan gangguan atau kesulitan dalam pengunyahan, asupan gizi berkurang, sehingga berat badan menurun, yang pada akhirnya dapat menggangu tumbuh kembang anak yang optimal (Martariwansyah, 2008). Berdasarkan survei World Health Organization (WHO) tahun 2007, sebanyak 77% anak Indonesia berusia 12 tahun menderita karies gigi (Wahyuningkintarsih, 2009). Di Indonesia, prevalensi karies gigi pada anak-anak usia sekolah mencapai 85% (Lukihardianti, 2011). Pada umumnya anak-anak yang memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya menyukai jajan makanan dan minuman yang merupakan makanan kariogenik. Pemilihan anak-anak kelas I dan II yang berusia 6-8 tahun sebagai sampel dikarenakan anak-anak pada usia ini rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan makanan dan minuman kariogenik baik di sekolah maupun dirumah. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar kelas I dan II, usia 6-8 tahun di SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. METODE PENELITIAN Metode dalam penelitian ini adalah survei dengan desain cross sectional karena dalam penelitian ini pengumpulan variabel bebas dan variabel terikat dilakukan dalam satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SDN 5 Manonjaya terdiri dari kelas I dan kelas II yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh siswasiswi kelas I dan II yang berusia 6-8 tahun dan bersedia menjadi sampel, dan responden pada penelitian ini adalah orang tua siswa-siswi yang telah bersedia menjadi sampel. Sampel pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya, yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dengan kriteria inklusi yaitu anak usia sekolah 6-8 tahun dari kelas I dan II. Dan kriteria eksklusi yaitu anak yang tidak masuk sekolah saat dilakukan penelitian, anak yang tidak bersedia menjadi sampel dan anak yang ibunya tidak bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Total Sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel. Sampel pada penelitian ini berjumlah 72 siswa-siswi. Variabel pada penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi makanan kariogenik, keparahan karies gigi dan kebiasaan menggosok gigi. Definisi operasional variabel keparahan karies gigi yaitu karies pada siswa-siswi yang dinyatakan melalui perhitungan menggunakan indeks def-t. Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies. Tujuan dari indeks def-t adalah untuk menentukan pengalaman karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut. Kategori dalam keparahan karies gigi menurut suwelo (2000): Sangat Rendah (0 – 1,1); Rendah (1,2 – 2,6); Sedang (2,7 – 4,4); Tinggi (4,5 – 6,6); Sangat Tinggi (> 6,6). Kebiasaan konsumsi makanan kariogenik pada siswa-siswi kelas I dan II diketahui melalui wawancara dengan responden (orang tua siswa-siswi) menggunakan Food
Frequency Questionaire (FFQ) untuk melihat jenis makanan dan minuman, serta frekuensi kebiasaan konsumsi setiap hari (per hari), setiap minggu (per minggu), setiap bulan (per bulan), dan setiap tahun (per tahun). Food Frequency Questionaire (FFQ) terdiri dari makanan kariogenik seperti coklat, gulali, wafer, chiki, permen, roti isi selai, bolu, dodol, biskuit, cereal, malkist, eskrim, sirup, madu, dan susu kental manis. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu lembar pemeriksaan def-t, Food Frequency Questionaire (FFQ), alat diagnostik karies gigi, kuesioner kebiasaan menggosok gigi dan Software SPSS for windows release versi 16.0. pengolahan data dan analisis data diolah berdasarkan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif berdasarkan persentase. HASIL Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kelas. No 1 2
Kelas I (satu) II (dua) Total
Frekuensi (F) 44 28 72
Persentase (%) 61,1 38,9 100
Tabel 4.1 menunjukan bahwa siswa-siswi SDN 5 Manonjaya yang menjadi sampel kelas I (satu) sebanyak 44 orang (61,1%) dan kelas II (dua) sebanyak 28 orang (38,9%). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia. Umur Max Min Mean Standar Deviasi
Nilai Statistik 8 6 7,12 0,627
Tabel 4.2 menunjukan bahwa usia minimum sampel yaitu 6 tahun dan usia maksimum sampel yaitu 8 tahun, dengan rata-rata usia 7 tahun 1 bulan. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin. No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
Frekuensi (F) 34 38 72
Persentase (%) 47,2 52,8 100
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 72 anak yang menjadi sampel, sampel dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 38 orang (52,8%) dan sampel dengan jenis kelamin lakilaki berjumlah 34 orang (47,2%).
Gambar 4.1 Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Menurut Jenis Makanan
Sering 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
73,6 76,4
68,1
34,7 16,7 19,4
29,2
23,6
23,6 Sering
12,5 2,8
1,4
Gambar 4.1 menunjukan bahwa makanan kariogenik yang paling sering dikonsumsi oleh siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya adalah Permen yaitu sebanyak 55 orang (76,4%). Sedangkan untuk jenis minuman yang paling sering dikonsumsi yaitu susu kental manis yaitu sebanyak 49 orang (68,1%). Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik No 1 2
Kebiasaan Konsumsi Makanan Sering Jarang Total
Frekuensi (F)
Persentase (%)
54 18 72
75 25 100
Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya sering mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 54 orang (75%), sedangkan sisanya sebanyak 18 orang (25%) jarang mengkonsumsi makanan kariogenik. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keparahan Karies Gigi No 1 2 3 4 5
Keparahan Karies Gigi Sangat Rendah (Indeks def-t < 1,1) Rendah (Indeks def-t 1,2 – 2,6) Sedang (Indeks def-t 2,7 – 4,4) Tinggi (Indeks def-t 4,5 – 6,6) Sangat Tinggi (Indeks def-t > 6,6) Total
F 4 18 10 15 25 72
% 5,6 25,0 13,9 20,8 34,7 100
Untuk kepentingan analisis data dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu tinggi jika indeks def-t >2,7 dan rendah jika indeks def-t <2,6 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keparahan Karies Gigi No 1 2
Keparahan Karies Gigi Tinggi (Indeks def-t > 2,7) Rendah (Indeks def-t ≤ 2,6) Total
F 50 22 72
% 69,4 30,6 100
Tabel 4.6 menunjukan bahwa keparahan karies gigi pada siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya, sebagian besar (69,4%) memiiki keparahan karies gigi dengan kategori tinggi, dan sisanya sebanyak 30,6% memiliki keparahan karies gigi dengan kategori rendah. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggosok Gigi No 1 2
Kebiasaan Menggosok Gigi 1 kali /hari 2 kali /hari Total
Frekuensi (F) 55 17 72
Persentase (%) 76,4 23,6 100
Tabel 4.7 menunjukan bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 55 orang (76,4%) siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya menggosok gigi 1 kali dalam satu hari, sedangkan sisanya 17 orang (23,6%) siswa-siswi menggosok gigi 2 kali dalam satu hari. Untuk kategori kebiasaan menggosok gigi yaitu dikatakan baik jika skor yang diperoleh ≥ 2 dan dikatakan tidak baik jika skor yang diperoleh < 2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggosok Gigi No 1 2
Kategori Baik Tidak Baik Total
Frekuensi (F) 17 55 72
Persentase (%) 23,6 76,4 100
Tabel 4.8 menunjukan bahwa pada siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya, sebagian besar (76,4%) dapat dikategorikan tidak baik dalam kebiasaan menggosok gigi, dan sebanyak 23,6% dapat dikategorikan baik dalam kebiasaan menggosok gigi. Tabel 4.9 Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik terhadap Keparahan Karies Gigi pada Siswa-siswi Kelas I dan II SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik Sering Jarang Total
Keparahan Karies Gigi Tinggi Rendah Jumlah n
%
n
%
n
%
47 3 50
87,0 16,7 69,4
7 15 22
13,0 83,3 30,6
54 18 72
100 100 100
P Value
OR 95% CI
0,000
33,571 (7,703 – 146,318)
Tabel 4.9 menunjukan bahwa pada sampel yang memiliki keparahan karies gigi kategori tinggi sebagian besar (87,0%) sering mengkonsumsi makanan kariogenik, sedangkan pada sampel yang memiliki keparahan karies gigi dengan kategori rendah sebagian besar (83,3%) jarang mengkonsumsi makanan kariogenik.
Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 yang lebih kecil dari α 0,05, artinya ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi pada siswa-siswi SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Dari hasil analisis diperoleh nilai Odd Ratio (OR) 33,571 dengan 95% CI (7,703 – 146,318) yang berarti anak yang sering mengkonsumsi makanan kariogenik mempunyai peluang 33,571 kali mengalami keparahan karies gigi pada kategori tinggi. PEMBAHASAN Berdasarkan kelas, bahwa siswa-siswi SDN 5 Manonjaya yang menjadi sampel kelas I (satu) lebih banyak dari kelas II (dua) yaitu sebanyak 44 orang (61,1%) sedangkan kelas II (dua) sebanyak 28 orang (38,9%). Hasil penelitian karies gigi pada anak kelas I dan II dengan umur 6-8 tahun di SDN 5 manonjaya berdasarkan kategori umur menunjukan bahwa usia minimum sampel yaitu 6 tahun dan usia maksimum sampel yaitu 8 tahun, dengan rata-rata usia 7 tahun 1 bulan. Pada anak SD cenderung gemar mengkonsumsi makanan kariogenik, dikarenakan anakanak SD suka makan cemilan yang lengket dan manis seperti coklat, permen, gulali dan biskuit. Semakin anak mengkonsumsi makanan kariogenik, maka akan mempengaruhi keadaan kesehatan gigi pada anak SD (Arisman, 2007). Teori ini didukung oleh penelitian Irchamus (2008) dengan judul Hubungan Antara Kebersihan Mulut dengan Karies Gigi, mengemukakan bahwa umur anak akan bertambah akan tetapi jika tidak diimbangi informasi yang tinggi maka pengetahuan tersebut tidak akan bertambah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 72 anak dengan usia 6-8 tahun yang bersekolh di SDN 5 Manonjaya, lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 38 orang (52,8%). Sedangkan anak laki-laki sebanyak 34 orang (47,2%). Menurut Burt (2005) Pertumbuhan gigi pada anak perempuan lebih awal daripada anak lak-laki, sehingga masa terpajan dalam mulut lebih lama. Antara anak laki-laki dan perempuan pada umur kronologi yang sama, secara statistik prevalensi kariesnya berbeda makna, pada anak perempuan prevalensi kariesnya sedikit lebih tinggi daripada anak laki-laki. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa-siswi kelas I dan II di SDN 5 Manonjaya sering mengkonsumsi makanan kariogenik yaitu sebanyak 54 orang (75%), sedangkan sisanya sebanyak 18 orang (25%) jarang mengkonsumsi makanan kariogenik. Hal itu dikarenakan pada anak sekolah dasar cenderung lebih menyukai makanan yang bersifat lengket dan manis. Berdasarkan hasil penelitian jenis makanan kariogenik yag sering dikonsumsi siswa-siswi adalah permen (76,4%) dan untuk jenis minumannya yaitu susu kental manis (68,1%). Menurut Schuurs (1992), karies adalah suatu proses kronis regresi yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat yang pada akhirnya terjadi kavitasi (pembentukan lubang). Permen dan chiki adalah jenis makanan yang paling sering dikonsumsi oleh anak-anak (hampir setiap hari dikonsumsi). Permen yaitu makanan kariogenik yang dibuat dengan cara mendidihkan campuran gula dan air bersama dengan zat pewarna dan pemberi rasa. Hasil penelitian berdasarkan keparahan karies gigi yaitu anak dengan keparahan karies gigi kategori sangat rendah sebanyak 4 orang (5,6%), anak dengan keparahan karies gigi kategori rendah sebanyak 18 orang (25,0%), anak dengan keparahan karies gigi kategori sedang sebanyak 10 orang (13,9%), anak dengan keparahan karies gigi kategori tinggi sebanyak 15 orang (20,8%), dan anak dengan keparahan karies gigi kategori sangat tinggi sebanyak 25 orang (34,7%). Untuk analisis maka kategori keparahan karies gigi pada anak dibagi menjadi dua, yaitu keparahan karies gigi dengan kategori tinggi sebanyak 50 orang (69,4%), dan keparahan karies gigi dengan kategori rendah sebanyak 22 orang (30,6%). Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Sukrosa dari sisa makanan dan mikroorganisme pada gigi dalam jangka waktu tertentu akan
menyebabkan timbulnya asam yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis yaitu kurang dari 5,5 dan hal ini akan menyebabkan terjadinya demineralisasi email dan akan berlanjut menjadi karies gigi. Awal terjadinya karies gigi terlihat dengan adanya lesi karies berwarna putih pada gigi sebagian akibat dekalsifikasi, selanjutnya lesi karies akan berkembang menjadi lubang berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi (Schuurs, 1992). Hasil penelitian berdasarkan kebiasaan menggosok gigi pada anak dapat diketahui bahwa sebagian besar anak hanya menggosok 1 kali dalam satu hari yaitu sebanyak 55 orang (76,4%), dan sisanya yaitu sebanyak 17 orang (23,6%) menggosok gigi 2 kali dalam satu hari. Dari hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan kategori baik yaitu sebanyak 17 orang (23,6%), dan anak yang memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan kategori tidak baik yaitu sebanyak 55 orang (76,4%). Hal tersebut sangat disayangkan, karena seharusnya setelah mengkonsumsi makanan kariogenik, anak-anak diharuskan menggosok gigi, agar tidak ada sisa makanan manis dan lengket yang menempel di gigi yang akan membentuk plak sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi pada anak sangat penting karena dapat menghindarkan anak dari kejadian karies gigi. Dengan demikian kebiasaan anak dalam mengkonsumsi makanan kariogenik jika tidak didukung dnegan kebiasaan anak menggosok gigi maka akan membentuk plak semakin tidak baik dan pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan pada gigi. Hal tersebut ditegaskan oleh Afriliani (2006) yang menyatakan bahwa pemeliharaan kebersihan gigi yang kurang baik meninggalkan sisa-sisa makanan menempel pada gigi. Sisa-sisa makanan yang menempel pada gigi itu disebut plak. Jika plak tidak dibersihkan akan menjadi tempat kuman-kuman. Hasil proses kimiawi antara plak, kuman dan air ludah tersebut terbentuk asam. Asam inilah yang akan menyebabkan demineralisasi pada email gigi. Jika demineralisasi terus berlangsung, email akan rusak ditandai dengan munculnya bercak putih pada gigi.
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Makanan Kariogenik terhadap Keparahan Karies Gigi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelas I dan II di SDN 5 Manonjaya menunjukan bahwa pada sampel yang memiliki keparahan karies gigi kategori tinggi sebagian besar (87,0%) sering mengkonsumsi makanan kariogenik, sedangkan pada sampel yang memiliki keparahan karies gigi. Kesukaan makanan berfungsi sebagai sarana untuk menilai penerimaan makanan, kesukaan yang menyiratkan derajat suka atau tidak suka. Kesukaan juga menyiratkan pilihan yang disajikan bukan sekedar kesediaan untuk makan makanan dan kesukaan memang mungkin berbeda dari pola konsumsi yang sebenarnya (Fieldhouse, 1995). Anak-anak kelihatannya sangat menyukai makanan yang tinggi kandungan lemaknya, serta anak-anak juga sangat menyukai makanan yang berasa manis terutama makanan-makanan yang berasal dari gula. Jika sejak awal anak-anak sudah terekspose oleh makanan yang tinggi kandungan gulanya maka mereka akan belajar menyukai makanan tersebut (Fieldhouse, 1995). Kebiasaan makan dipengaruhi oleh contoh tingkah laku seseorang. Bagi sebagian anak kebiasaan ini akan berkembang sesuai dengan lingkungan yang dimasukinya, baik keluarga, group bermain, taman kanak-kanak, sekolah atau iklan-iklan yang ditawarkan melalui media masa (Hernie, 2009). Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai p value 0,000 yang lebih kecil dari α 0,05, artinya ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi pada siswasiswi SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya. Hasil penelitian Burt (2005) menyatakan adanya hubungan antara masukan karbohidrat dengan karies dimana konsumsi karbohidrat yang sering akan menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering sehingga keasaman rongga mulut bertambah dan semakin banyak email yang terlarut. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi pada siswa-siswi kelas I dan II SDN 5 Manonjaya , dapat disimpulkan bahwa :
1. Sebagian besar (75%) siswa-siswi kelas I dan II di SDN 5 Manonjaya sering mengkonsumsi makanan kariogenik diantaranya makanan yang paling sering dikonsumsi adalah permen (76,4%). 2. Sebagian besar (69,4%) siswa-siswi kelas I dan II di SDN 5 Manonjaya memiliki keparahan karies gigi pada kategori tinggi, dengan keparahan karies gigi dengan indeks rata-rata 6. 3. Ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan kariogenik terhadap keparahan karies gigi pada anak kelas I dan II SDN 5 Manonjaya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya dengan nilai p value 0,000. SARAN 1. Bagi Instansi (SDN 5 Manonjaya) a. Dapat memberikan pengetahuan atau pengajaran kepada siswa-siswi dan orang tua mengenai risiko dari kebiasaan anak mengkonsumsi makanan kariogenik. b. Dapat memberikan pengetahuan dan pengajaran kepada siswa-siswi dan orang tua mengenai pentingnya menggosok gigi, dan memberi pengetahuan mengenai cara menggosok gigi dengan baik. 2. Bagi masyarakat (orang tua) Orang tua dapat melakukan tindakan pencegahan terhadap karies gigi dengan membiasakan anak : a. Menghindari atau jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan manis dan lengket. b. Membiasakan anak menggosok gigi setelah makan makanan kariogenik. DAFTAR PUSTAKA Afriliani (2006). 75 masalah gigi anak dan solusinya. Elex Media Komputindo: Jakarta. Ariningrum, Ratih (2000). Beberapa cara menjaga kebersihan gigi. Pusat penelitian dan pengembangan kesehatan. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan R.I. Jakarta. Arisman (2007). Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC. Burt BA, Eklund SA: Dentistry, Dental Practise and the Community, ed 6, ST. Louis, (2005). Mosby. in jay D. Shulman and David Cappelli – in prevention in Clinical Oral Health Care hal 9. Fieldhouse (1995). Konservasi Gigi Anak. EGC : Jakarta. Hernie (2009). Faktor-faktor yang Mnedukung Kebiasaan Makan Makanan Kariogenik. INILAH.com Houwink, B.(1994). Ilmu kedokteran gigi pencegahan. (Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lukihardianti, A. (2011). 85% Anak Usia Sekolah Menderita Karies Gigi. Desember 13, 2014. http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/09/12/lrevhfsekitar-85-persen-anak-usia-sekolah-menderita-karies-gigi. Martariwansyah (2008). Gigiku Kuat Mulutku Sehat. Kedokteran EGC : Bandung. Schuurs, A.H.B.,(1992). Patologi gigi-geligi: kelainan-kelainan jaringan keras gigi, hlm. 135.(Sutatmi Suryo, Penerjemah). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Survey Kesehatan Nasional 2001, Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Depkes RI. 2002. Suwelo, I. S. (2000). Karies Gigi Pada Anak dengan Pelbagai Faktor Etiologi. Jakarta: IGC. Wahyuningkintarsih, V.(2009). Berani unjuk gigi. Desember 13, 2014.http://www.femina.co.id/archive/main/issuedetail.asp?id=507&cid=2&views=9.