HUBUNGAN PERENCANAAN MAKAN DAN LATIHAN FISIK DIABETISI DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI DIABETES MELITUS (PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TASIKMALAYA) Oleh : LiLik Hidayanti, SKM., M.Si1, Ratnawati2 1. Alumni Magister Gizi Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang Angkatan 2003 2. Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Universitas Siliwangi Angkatan 2002 ABSTRAK International Diabetic Federations (IDF) memperkirakan penderita Diabetes Melitus (diabetisi) di Indonesia tahun 2025 akan mencapai 5,6 juta, menduduki peringkat ke6 dunia setelah India, Cina, Rusia, Jepang dan Brazil. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Perencanaan Makan dan Latihan Fisik Diabetisi dengan Status Komplikasi Diabetes Melitus (DM) di RSUD Tasikmalaya. Metode penelitian adalah yang digunakan adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian sebanyak 47 diabetisi yang diambil secara accidental sampling berdasarkan kriteria tertentu dari populasi sebanyak 89 orang. Uji statistik menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 28 % diabetisi melaksanakan perencanaan Makan yang termasuk kategori baik, hanya sebagian kecil (13%) yang melakukan latihan fisik dengan kategori baik. Ada diabetisi (40%) yang mempunyai kadar gula darah termasuk kategori buruk, dan hanya sebagian kecil (9%) termasuk kategori baik, sebagian besar diabetisi pernah mengalami hipoglikemik (19 orang), dan status komplikasi terbanyak yang dialami diabetisi adalah neuropati (19orang). Dari hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna Perencanaan Makan (p value : 0,000 ; : 0,532) dan Latihan Fisik (p value : 0,000 ; : 0,583) dengan Kadar Gula Darah. Penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan yang bermakna Kadar Gula Darah dengan status komplikasi diabetisi (p value : 0,000 ; : 0,609). Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin baik perencanaan makan maka kadar gula darah akan semakin menurun, semakin rajin melakukan latihan fisik sesuai dengan pedoman yang telah diberikan maka gula darah diabetisi akan semakin terkendali, dan semakin tinggi kadar gula darah maka kejadian komplikasi DM pada diabetisi akan lebih mudah terjadi. Rekomendasi yang diberikan adalah peningkatan pemahaman diabetisi tentang perilaku perencanaan makan yang harus diterapkan disertai latihan fisik sesuai dengan anjuran. Kata kunci Diabetisi.
: Perencanaan Makan, Latihan Fisik, Kadar Gula Darah, Komplikasi,
ABSTRACT International Diabetic Federations (IDF) estimate in 2025 there will be abaut 333 million diebetisi in the world, and estimated number of diabetisi in Indonesia will
1
reach 5,6 million, occupaying in leval six in the world after India, chinesse, Russia, Brazil and japan. This research aim was to know relationship between eating habits and physical exercise of diabetisi with occurance DM complication in RSUD Tasikmalaya. Research methods weared is survey with crosssectional approach. Sampel is 47 diabetisi was taken by purposive as according to criterion specified from population(89). Data will analysed by Rank Spearman test. Result of this indicate that caounted 28 % diabetisi execute planning eat which is included in good category, only some of small (13%) physical exercise of diabetisiwhich is the including good category. There is 40 % of diabetisi having blood sugar rate is including ugly category, and only some of small (9%) including good category, most of diabetisi have experienced of hipoglikemik (19 people), and cronic complication status a lot of diabetisi is neuropati. There was correlation between planning eating habit (p value : 0,000; ρ:0,532), physical exercise(p value : 0,000; ρ :-0,583) with rate of sugar blood. This research also show the relation of having a meaning rate of sugar blood with complications status (p value : 0,000; ρ : 0,609). Conclusion from this research are progressively goodness of planning eating habit hence rate of blood sugar of diabetisi will be downhilll, diligent to progressively do physical exercise as according to guidance which have been given hence rate of blood sugar will be occurance of status complication of diabetisi will be more easy to happened. Recommendation of this paper is improve understanding of diabetisi abaut behavior of planning eating habits which must be accompanied by physical exercise as according to recommendation. Keyword : Diabetisi, Diabetess Mellitus, Physical exercise, blood sugar, status complication of DM A. Pendahuluan Hasil perhitungan Mc Carty, et al (1994) pada tahun 2010 diperkirakan kejadian Diabetes Melitus (DM) di dunia akan mencapai 239,3 juta orang dan di Indonesia akan terdapat minimal 5 juta orang. International Diabetic Federations (IDF) mengestimasikan pada tahun 2025 akan ada sekitar 333 juta diabetisi di dunia. International Diabetic Federation memperkirakan diabetisi di Indonesia akan mencapai 5,6 juta, menduduki peringkat ke-6 dunia setelah India, Cina, Rusia, Jepang dan Brazil (Gaya Hidup Sehat, 2006). Diabetes melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikendalikan (Prodia, 2004). Pengelolaan DM yang dianjurkan untuk mengendalikan kadar gula darah yaitu : perencanaan makan, latihan fisik, pemeliharaan kaki dan obat hipoglimik (Dalimartha, 2004). Pada penelitian dengan crossover design, ternyata pengelolaan makan mempunyai efek
2
hipoglikemik. Pengelolaan makan juga mempunyai daya yang kuat untuk menurunkan kolesterol. Diet adalah obat utama yang dapat menekan timbulnya DM laten dan dapat menekan manifestasi komplikasi akut maupun kronik (Tjokroprawiro, 2003). Pengelolaan DM yang lain adalah melakukan latihan fisik. Dengan melakukan latihan fisik secara teratur dan berkesinambungan, diharapkan kadar gula darah akan menurun. Hanya penderita DM tipe 2 saja yang dapat melakukan latihan fisik dengan aman. Keuntungan melakukan latihan fisik yaitu mendapatkan kesegaran tubuh, membuang kelebihan kalori sehingga mencegah kegemukan dan kadar glukosa darah lebih terkontrol (Dalimartha, 2004). Akibat tidak mengendalikan kadar gula darah, maka dapat timbul berbagai macam komplikasi kronis yang dapat berakibat fatal (Dalimartha, 2004). Diabetisi memiliki risiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi, dua kali lipat risiko meninggal akibat serangan jantung, tujuh kali lebih mudah mengidap gangguan ginjal kronis, 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan, berisiko terhadap amputasi jika anggota badan menderita luka yang tidak bisa mengering darahnya, bahkan berisiko terhadap coma diabetic yang dapat mengakibatkan kematian (Healthy Life, 2004).
Berdasarkan Studi Prevalensi Mikroalbuminuria
(MAPS), hampir 60 persen dari penderita hipertensi diabetik tipe-2 di Asia, menderita nefropati diabetik. Hasil studi tersebut dipresentasikan dalam kongres ke-18 IDF di Paris, Perancis (Sinar Harapan, 2003). Tasikmalaya merupakan wilayah yang terkenal dengan perdagangannya. Tingkat perekonomian yang tinggi merupakan salah satu indikasi banyaknya jumlah diabetisi. Pada tahun 2002, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya sudah mencatat diabetisi rawat inap sebanyak 137 orang. Meningkat pada tahun 2003, menjadi 178 diabetisi rawat inap. Data terakhir adalah tahun 2004, mencatat jumlah diabetisi rawat inap sebayak 216 orang. Data terakhir yang memuat jumlah pasien DM (rawat inap dan rawat jalan) di RSUD Tasikmalaya adalah data bulan November 2005. RSUD Tasikmalaya mencatat 87% pasien DM sudah terkena komplikasi, baik akut maupun kronis.
3
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya Hubungan Perencanaan Makan dan Latihan Fisik Diabetisi dengan Kejadian Komplikasi Diabetes Melitus pada pasien rawat jalan di RSUD Tasikmalaya. B. Metode Penelitian Jenis penelitian explanatory research, metode survei dan pendekatan cross sectional, yaitu mempelajari dinamika korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Soekidjo, 2002). Populasi penelitian adalah semua diabetisi rawat jalan di RSUD Tasikmalaya pada bulan Juni-November 2006, sebanyak 89 diabetisi. Sampel diambil berdasarkan pada teknik accidental sampling (Soekidjo : 2002) dari seluruh diabetisi dengan rawat jalan di RSUD Tasikmalaya pada Juni - Juli 2006 sebanyak 47 diabetisi, yang dipilih berdasarkan kriteria menderita DM tipe II minimal selama 5tahun, mengkonsumsi OAD, umur maksimal 60 tahun, dan tidak sedang hamil. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perencanaan makan diabetisi yang merupakan salah satu istilah pengganti diet, diartikan sebagai pengaturan makan penderita DM yang telah disesuaikan dengan usia, berat badan, aktifitas sehari-hari, jenis kelamin serta beratnya penyakit DM yang diderita (Dalimartha, 2004). Perencanaan makan merupakan variabel komposit yang dinilai dari beberapa faktor, yaitu konsumsi energi (E) dan konsumsi gula murni. Serta variable Latihan fisik yaitu latihan yang dilakukan sesuai dengan program CRIPE: 1. Continous. Terus-menerus (50-60 menit) tanpa berhenti. 2. Rhytmical. Berirama dan teratur. 3. Interval. Berselang-seling, kadang cepat, kadang lambat, tanpa berhenti. 4. Progressif. Bertahap dengan beban latihan ditingkatkan perlahan-lahan. 5. Endurence. Latihan ketahanan untuk meningkatkan kesegaran jantung dan pembuluh darah (Dalimartha, 2004).
4
Variabel antara dalam penelitian ini adalah kadar gula darah. Kadar gula darah (KGD) dinilai dari hasil pemeriksaan darah pada pemeriksaan TTGO setelah menjalankan puasa (>10 jam) dan atau 2 jam PP setelah minum 75 gram larutan glukosa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah komplikasi DM. Komplikasi DM adalah keadaan yang disebabkan karena kadar glukosa darah diabetisi yang tidak terkontrol, yang menghasilkan semua jenis komorbiditas (penyakit penyerta) berdasarkan diagnosa dokter. C. Analisis Data Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisis univariat Digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden, perencanaan makan yang terdiri dari konsumsi energi dan konsumsi gula murni, latihan fisik, kadar gula darah, serta status komplikasi responden, dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan perencanaan makan dengan kadar gula darah, latihan fisik dengan kadar gula darah, serta hubungan kadar gula darah dengan komplikasi Diabetes Melitus pada diabetisi dengan rawat jalan si Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rank Spearmean, digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala ordinal atau tata jenjang (Arikunto, 2002). D. Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik Diabetisi a. Usia Responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Usia f Persentase (tahun) (orang) (%) 36 - 40 5 10,6 41 - 45 5 10,6 46 - 50 5 10,6 51 - 55 13 27,7
5
56 - 60 Total
19 47
40,4 100,0
Tabel 1 menunjukan bahwa diabetisi terbanyak berusia antara 56-60 tahun sebanyak (40,4 %), dengan usia termuda adalah 36 tahun (10,6 %). b. Jenis Kelamin Diabetisi
36%
64%
laki-laki
perempuan
Gambar 1 Distribusi Jenis Kelamin Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Berdasarkan gambar 1 dapat ditunjukkan bahwa persentase diabetisi dengan jenis kelamin laki-laki (36 %), sedangkan diabetisi dengan jenis kelamin perempuan (63 %). 2. Perencanaan Makan Diabetisi 2%
28%
70%
Baik
Sedang
Kurang
Gambar 2 Distribusi Perencanaan Makan Diabetisi dengan Rawat Jalan Di RSUD Tasikmalaya Gambar
2
menunjukan
bahwa
sebagian
besar
(70
%)
diabetisi
melaksanakan perencanaan makan yang termasuk dalam kategori sedang. Sebanyak (28 %) diabetisi melaksanakan perencanaan makan yang termasuk
6
dalam kategori baik, dan hanya sebagian kecil (2 %) termasuk dalam kategori kurang. Perencanaan makan merupakan variabel komposit yang terdiri dari konsumsi energi dan konsumsi gula murni. a. Konsumsi Energi Diabetisi
28%
72%
Sesuai perencanaan Tidak sesuai perencanaan
Gambar 3 Distribusi Konsumsi Energi Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Gambar 3 menunjukkan bahwa hanya (28 %) konsumsi energi diabetisi sesuai perencanaan, sedangkan sebagian besar (72 %) konsumsi energi diabetisi tidak tidak sesuai perencanaan. b. Konsumsi Gula Murni Diabetisi
2%
98%
Sesuai perencanaan
Tidak sesuai perencanaan
Gambar 4 Distribusi Konsumsi Gula Murni Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Gambar 4 menunjukkan sebagian besar (98 %) konsumsi gula murni diabetisi sesuai perencanaan dan konsumsi gula murni diabetisi lainnya tidak sesuai perencanaan (2 %).
13%
23%
7
3. Latihan Fisik Diabetisi
Gambar 5 Distribusi Latihan Fisik Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Gambar 5 menunjukan bahwa (64 %) latihan fisik diabetisi termasuk dalam kategori sedang, (23 %) termasuk kategori buruk, dan hanya sebagian kecil (13 %) termasuk kategori baik. 4. Kadar Gula Darah Diabetisi 9% 40%
51%
Baik
Sedang
Buruk
Gambar 6 Distribusi Kadar Gula Darah Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Gambar 6 menunjukan sebagian diabetisi (51 %) mempunyai kadar gula darah yang termasuk dalam kategori sedang, (40 %) termasuk kategori buruk, dan hanya sebagian kecil (9 %) termasuk kategori baik. 5. Status Komplikasi Diabetisi 34%
62% 4%
8 Baik
Sedang
Buruk
Gambar 7 Distribusi Status Komplikasi DM pada Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Gambar 7 menunjukan sebagian besar diabetisi (62 %) memiliki status komplikasi DM yang termasuk dalam kategori buruk, (34 %) termasuk kategori baik, dan hanya sebagian kecil (4 %) termasuk kategori sedang.
Tabel 2 Status Komplikasi DM pada Diabetisi dengan Rawat Jalan di RSUD Tasikmalaya Komplikasi Akut
Jumlah
Kronis
DKA
hipoglikemi
6
19
retinopati neuropati nefropati 16
19
4
jantung
Gangren
4
3
Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar diabetisi pernah mengalami hipoglikemi (19 orang), dan status komplikasi kronis terbanyak yang dialami diebetisi adalah neuropati (19 orang).
6. Ringkasan Analisis Statistik Tabel 3 Ringkasan Hasil Analisis Statistik Variabel Bebas
Variabel Terikat
p value
Kesimpulan
Perencanaan Makan Latihan Fisik
Kadar Gula Darah Kadar Gula Darah Komplikasi
0,000
0,532
Ada hubungan
0,000
0,583
Ada hubungan
0,000
0,609
Ada hubungan
Kadar Gula Darah
9
Dari hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p < 0,05 (p value : 0,000 ; : 0,532), yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna perencanaan makan dengan kadar gula darah diabetisi dengan rawat jalan di RSUD Tasikmalaya dengan keeratan hubungan yang sedang. Hasil penelitian menunjukan
bahwa
pengelolaan
makan
mempunyai
efek
hipoglikemik
(Tjokroprawiro, 2003). Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asdi (2004) mengatakan bahwa tujuan pelaksanaan perencanaan makan untuk mempertahankan kadar glukosa darah agar mendekati normal. Dikemukakan oleh Dalimatha (2004), susunan makan diabetisi sudah mendekati orang normal, dengan memperhatikan jumlah kalori yang didapat dari makanan tidak lebih dari yang ditetapkan ahli gizi. Karbohidrat (terutama dalam bentuk olahan) seperti gula pasir merupakan zat makanan yang paling cepat diserap, sehingga paling cepat menaikan kadar gula darah (P. H. Wise, 2002). Penggunaan gula murni dalam makanan dan minuman diabetisi yang telah terkontrol kadar gula darahnya 5 % dari kebutuhan energi (Instalasi Gizi Perjan RSCM dan Asdi, 2004). Dari hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p < 0.05 (p value : 0.000 ; : 0,583), yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna latihan fisik dengan kadar gula darah diabetisi dengan rawat jalan di RSUD Tasikmalaya dengan keeratan hubungan yang sedang. Latihan fisik merupakan salah satu bagian terpenting dalam pengelolaan DM, karena akan membantu dalam usaha untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan terpakainya energi (Janice Beale, 1996). Latihan fisik menyebabkan otot-otot menggunakan lebih banyak glukosa. Kadar glukosa darah turun segera setelah selesai melakukan latihan fisik (P. H. Wise, 2002). Latihan fisik bagi diabetisi dengan melakukan program CRIPE (Continous, Rhitmical, Interval, Progressif, Endurance) trining (Dalimartha, 2004). Latihan fisik mempengaruhi pengaturan kadar glukosa darah diabetisi. dan mempermudah transfor glukosa. Pada diabetisi, pemakaian glukosa dapat meningkat sewaktu dosis insulin mencapai kadar puncaknya (Arir Hamsyah,
10
2002). Dengan alasan dapat mengekibatkan hipoglikemik, maka tidak semua diabetisi dapat melakukan latihan fisik tanpa resiko (Dalimartha, 2004).
Dari hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p < 0,05 (p value : 0,000 ; : 0,609), yang menunjukan adanya hubungan yang bermakna kadar gula darah dengan status komplikasi diabetisi dengan rawat jalan di RSUD Tasikmalaya dengan keeratan hubungan yang sedang. Awal timbulnya komplikasi bisa diperlambat bahkan dicegah dengan melakukan pengobatan dan kontrol glukosa darah yang memadai (Dalimartha, 2004). Komplikasi akut merupakan akibat perubahan yang relatif dari kadar glukosa plasma (Arir Hamsyah,
2002).
Ketoacidosisdiabetika
(DKA)
dan
koma
non
ketosis
hiperosmolar (koma hiperglikemi) terjadi akibat glukosa darah yang tinggi tidak dapat digubnakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Hipoglikemi terjadi bila kadar gula darah (true glukosa) diabetisi sangat rendah. Kadang-kadang gejala timbul pada kadar glukosa darah yang lebih tinggi, bila penurunan kadar glukosa darah terjadi sangat cepat (Dalimartha, 2004). Komplikasi kronik yang termasuk komplikasi mikrovaskuler merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan arteriola retina, glomerulus ginjal dan saraf-saraf perifer otot dan kulit (Arir Hamsyah, 2002). Menurut Tong (1992), pada retinopati diabetika terjadi gangguan biokimia darah yang mengakibatkan menumpuknya zat-zat tertentu pada jaringan retina. Menumpuknya zat tersebut disebabkan karena kadar gula darah yang tinggi, yang menyebabkan sembab pada lensa mata (Pranadji, dkk, 2004). Kadar gula darah tinggi yang mengganggu pembuluh darah di ginjal akan menimbulkan nefropati diabetika (Dalimartha, 2004). Penyakit yang disorot dari neuropati diabetika adalah impotensi. Kadar glukosa darah yang tinggi menimbulkan gangguan neuropati dan vaskulopati (penyempitan / penyumbatan pembuluh darah) di daerah penis (Dalimartha, 2004). Komplikasi serius disebabkan karena kadar gula darah tinggi yang berlangsung secara konsisten dan menyebabkan kerusakan pada pembuluh arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan artherosklerosis (Pranadji, dkk,
11
2004 ; Gaya Hidup Sehat, 2006). Salah satu penyakitnya adalahkelainan pada jantung (Dalimartha, 2004). Sering pula dijumpai gangrene pada kaki yang disebabkan mikroorganisme dan genus clostridium (Horoson, Misnadiarly, Badan Litbangkes, 2005). Gangreen kaki ini diakibatkan adanya kadar gula darah yang tinggi yang merupakan media yang baik untuk berkembangbiaknya mikroorganisme (Pranadji, dkk, 2004).
E. Simpulan dan Saran Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar diabetisi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tasikmalaya telah melaksanakan perencanaan makan (70 %), melakukan latihan fisik (64 %), memiliki kadar gula darah (51 %) yang termasuk kategori sedang, dan mempunyai status komplikasi yang termasuk kategori buruk(62 %). Ada hubungan yang bermakna perencanaan makan (p value : 0,000 ; ρ : 0,532) dan latihan fisik (p value : 0,000 ; ρ : 0,583) dengan kadar gula darah diabetisi di RSUD Tasikmalaya dan ada hubungan yang bermakna kadar gula darah dengan komplikasi DM diabetisi di RSUD Tasikmalaya (p value : 0,000 ; ρ : 0,609). Disarankan untuk meningkatkan pemahaman diabetisi tentang perilaku perencanaan makan, latihan fisik dan penggunaan OAD untuk mejaga agar gula darah tetap normal, serta Perlu adanya kontrol dari dokter terkait terhadap latihan fisik yang telah dilakukan oleh diabetisi
DAFTAR PUSTAKA
12
Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Asosiasi Dietisien Indonesia (Instalasi Gizi Perjan RS Dr. Ciptomangunkusumo), PenuntunDiet, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004. Beale, Janice, DIABETES, Diabetes Educator & Gloria Wong, 1996 Bunda Balita, Diabetes dan Kehamilan, Jakarta Selatan, 2005. Dalimartha, Setiawan, Seri Agrisehat Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Melitus, Penebar Swadaya, Jakarta, 2004. Gaya Hidup Sehat, Bahaya Kardiovaskular bagi Diabetes Tipe-2, Jakarta, 2006. Darmansjah, Iwan, Medical Article : Practical Diabetes Therapy, In : http : //www.iwandarmansjah.web.id, diakses 19 April 2006. Harjanto, Indra, Indonesia Urutan Ke-4 Penderita Kencing Manis Terbanyak di Dunia, In : http : //www. indra_herbal, diakses 29 Juni 2005. Healthy Life, Agar Tidak Mengancam Mata Anda, Jakarta, 2004. Healthy Life, Diabetes dan Impotensi, Jakarta, 2004. Healthy Life, Herba untuk Penderita Diabetes, Jakarta, 2004. Healthy Life, Lepas dari Diabetes dengan Naturopathy, Jakarta, 2004. Healthy Life, Mengapa DM Harus Dicegah, Jakarta, 2004. HealthToday, 7 Alasan Ber-Diet, Jakarta, 2004. Hidayat, Beni, Glisemik Bahan Pangan Persepektif Baru – Pada Formulasi Produk Pangan untuk Penderita Diabetes, In : Kompas 29 November 2002. Maryani, Herti & Suharman, Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit pada Usia Lanjut, Agromedia Pustaka, 2004.
Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
13
Ovedoff, David, Kapita Selekta Kedokteran (International Diagnosis Review), Binarupa Aksara, Jakarta, 2002. Pengelolaan Diabetes Melitus secara Tepat dapat Mengurangi Risiko Komplikasi, In : http : //
[email protected], diakses 19 April 2006. Pranadji, Diah K, dkk, Perencanaan Menu untuk Penderita Diabetes Melitus, Penebar Swadaya, Jakarta, 2004. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya tahun 2004. Republika Online, Juni 2004. Sastomoro, Sudigdo & Sofyan Ismael, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Binarupa Aksara, Jakarta, 1995. Sangat Tinggi, Prevalensi Nefropati Diabetik di Asia, In : http : // www.Copyright © Sinar Harapan 2003, diakses 19 April 2006. Sulaiman, Wahid, Jalan Pintas Menguasai SPSS, ANDI, Yogyakarta, 2002. Supariasa, dkk, Penilaian Status Gizi, EGC, Jakarta, 2002. Tjokroprawiro, Askandar, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002. Tjokroprawiro, Askandar, Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003. Wise, P. H, Mengenal Diabetes Edisi 2, Penerbit Arcan, Jakarta, 2002.
14