HUBUNGAN JARAK SUNGAI DENGAN SUMUR GALI TERHADAP KANDUNGAN MANGAN DALAM AIR SUMUR GALI DI SEKITAR PERTAMBANGAN MANGAN (MN) DUSUN KARANGSARI KECAMATAN KARANGNUNGGAL KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2013
Agung Firmansyah 1 Andik Setiyono dan Lilik Hidayanti 2
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No.24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Telp. (0265) 324445
ABSTRAK
Dusun Karangsari memiliki kegiatan pertambangan Mangan dan kegiatan pencucian Mangan yang sudah berjalan cukup lama. Limbah Mangan khususnya dari pencucian Mangan tersebut oleh masyarakat langsung dibuang ke sungai. Pembuangan limbah Mangan ke sungai mengindikasikan ada atau tidaknya pengaruh terhadap sumur gali masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak sungai dengan sumur gali tehadap kandungan Mangan dalam air sumur gali di sekitar pertambangan Mangan (Mn) Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian adalah survei dengan pendekatan cross sectional. Pengukuran jarak yaitu dengan menggunakan alat meteran dengan mengukur tegak lurus sumur gali dengan sungai. Populasi dalam penelitian adalah sumur gali masyarakat. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling sehingga didapatkan 13 sampel air sumur gali. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearmans. Jarak terdekat hasil penelitian adalah 1,3 meter dan jarak terjauh adalah 485,50 dengan jarak rata – rata adalah 294,3 meter. Hasil uji statistik jarak sungai dengan SGL terhadap kandungan Mn SGL menunjukan hasil yaitu p (0,057) > α (0,05) yaitu tidak ada hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan dalam air sumur gali. Saran sebaiknya masyarakat menggunakan air sumur gali dengan kandungan Mangan dibawah NAB 0.5 mg/l dan menggunakan metode aerasi serta absorpsi agar kandungan Mangan bisa diminimalisasi. Kata kunci
: Mangan (Mn), sumur gali, jarak sungai, Karangnunggal
Kepustakaan : 9 (2002 – 2012) ABSTRACT
Karangsari orchards have mining activities Manganese and cleaning activities already in progress long enough. Waste Manganese is particularly cleaning by direct community waste water flows into the river. Disposal of Manganese waste to river otherwise indicate any influence on wells society. From the background of the researchers aimed to determine the distance relationship river with wells toward Manganese content in the treated water exploration wells in Karangsari Orchards District Of Karangnunggal Tasikmalaya regency. Research methods are cross-sectional survey approach. Distance measurement by using measuring tape tool dug perpendicular to measure vertical river by wells. Population in this study are well society. Sampling by purposive sampling to obtain 13 samples well water. Analysis of experimental data using Spearmans Rank correlation. The shortest distance is 1.3 meters findings and farthest distance is 485.5 with flat distance - is 294.3 meters flat. Results of statistical tests with river with well range of Mn content shows the results of wells is p (0.057)> α (0.05) is no relationship between the Distance Of river with Well To Manganese Content Of The Well Water. Suggestions should people use well water with manganese content below TWA 0.5 mg / l and use the aerasi and absorp methode that contains Manganese Zeolite can be minimized. Keyword
: Manganese (Mn), dug well, river distance, Karangnunggal
Literatur
: 9 (2002 – 2012)
PENDAHULUAN Pertambahan penduduk yang cepat mempunyai implikasi pada berbagai bidang. Bertambahnya penduduk dengan cepat mengakibatkan tekanan pada sektor penyediaan fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung dari sektor pertanian. Perluasan kesempatan kerja, sektor industri perlu ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Dihimbau oleh pemerintah bahwa peningkatan pembangunan industri hendaknya jangan sampai membawa akibat rusaknya lingkungan hidup. Kenyataannya sedikit sekali perhatian terhadap masalah lingkungan sehingga tidak jarang sebagai implikasi dari pendirian industri tersebut berupa pencemaran lingkungan dari hasil buangannya yang kadang-kadang diabaikan saja (Supardi, 2003). Pencemaran air dan tanah umumnya terjadi oleh tingkah laku manusia seperti oleh zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan industri (Supardi, 2003). Air tanah mengalami kontak dengan berbagai macam material yang terdapat di dalam bumi. Umumnya air tanah mengandung kation dan anion terlarut dan beberapa senyawa anorganik. Ion-ion yang sering ditemui pada air tanah adalah besi dan mangan (Sari, 2010). Unsur Mangan (Mn) bersifat toksis pada alat pernafasan. Didalam penyediaan air, seperti halnya Fe, Mn juga menimbulkan masalah warna (Soemirat, 2003). Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat pada pakaian cucian (Sutrisno, 2006). Konsentrasi Mangan (Mn) berdasarkan persyaratan standar baku mutu kualitas air bersih yang ditetapkan
oleh
menteri
kesehatan
RI
melalui
PERMENKES
RI
No
416/MENKES/PER/IX/1990, dimana kadar maksimum Mangan (Mn) yang diperbolehkan dalam air bersih adalah 0,5 mg/l. Mangan di Indonesia, ditemukan sejak 1854, di Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa Barat dan dieksploitasi pada 1930. Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (tekmiraesdm, 2012). Kadar Mn di lingkungan meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas manusia dan industri (Widowati, 2008 : 242). Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu lokasi penambangan Mangan yang ada di kabupaten
Tasikmalaya. Proses kegiatan pengelolaan Mangan (Mn) menggunakan cara yang sederhana. Proses pengolahan Mangan (Mn) menghasilkan limbah cair dari pencucian logam Mangan (Mn). Limbah tersebut dialirkan melalui saluran pembuangan air limbah dan langsung dibuang ke badan sungai tanpa ada pengolahan limbah terlebih dahulu, sehingga memudahkan air limbah meresap ke dalam tanah dan dapat mencemari air sumur gali masyarakat sekitar. Pencemaran yang diakibatkan kandungan bahan kimia memiliki jarak aman 25 meter (Ariyanti, 2010). Kandungan Mangan (Mn) pada air sumur gali di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, kadar terendah yaitu 0,10 mg/l dan kadar tertinggi yaitu 16,50 mg/l dengan kadar rata-rata dari 32 sampel yaitu 1,84 mg/l. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air sumur gali yang ada di Dusun Karangsari tidak memenuhi syarat kualitas air bersih menurut Permenkes No. 416/ Menkes/ Per/ IX/ 1990 bahwa kadar Mangan maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg/L (Deyence, 2011). Berdasarkan hasil survey awal di sekitar penambangan mangan Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya dari 11 sampel diantaranya 8 sampel air sumur gali dan 3 sampel air sungai diketahui 6 sampel air sumur gali dan 3 sampel air sungai mengandung mangan diatas NAB. Sampel air sumur gali yang diambil yaitu sumur gali yang berdekatan dengan sungai, jarak 23 meter dari sungai kandungan mangan sebesar 1,30 mg/l dengan pH 6,74, jarak 100 meter dari sungai kandungan mangan sebesar 0,46 mg/l dengan pH 6,66, jarak 300 meter dari sungai kandungan mangan sebesar 1,96 mg/l dengan pH 6,93, jarak 403 meter dari sungai kandungan mangan 3,76 mg/l dengan pH 7,31. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur gali di sekitar pertambangan mangan (Mn) Dusun
Karangsari
Tasikmalaya”.
Desa
Karangnunggal
Kecamatan
Karangnunggal
Kabupaten
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan survey dengan pendekatan cross sectional
karena
variabel-variabel yang diteliti, diukur dan dikumpulkan pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002: 145-146) dengan variable bebas jarak sungai dengan sumur gali dan variabel terikatnya kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur gali. Populasi dalam penelitian ini adalah sumur gali di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal sebanyak 42 buah. Cara pengambilan sampel yang digunakan yaitu pengambilan sampel secara purposive sampling didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui (Notoatmodjo, 2010 : 124-125). Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi: 1. Sumur gali yang berada di RT 08. 2. Sumur gali yang berada sepanjang daerah aliran sungai yang tercemar limbah pencucian mangan. 3. Sumur gali yang airnya digunakan untuk minum. 4. Posisi sumur gali di bawah sungai atau kedalaman sumur gali minimal sejajar dengan dasar sungai. Kriteria eklusi pada penelitian ini adalah: pemilik sumur gali tidak berada di tempat. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang diambil adalah sebanyak 13 buah. Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan jarak sungai dengan sumur gali, menggambarkan kandungan Mangan (Mn) dalam air sumur, dengan menggunakan penghitungan nilai statistik. Analisis bivariat dilakukanterhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rank Spearmans.
HASIL Tabel 1. Perhitungan Statistik Jarak Sungai dengan Sumur Gali Penghitungan nilai Rata-rata
Hasil 294.3 m
Standar Deviasi
178.4
Minimal
1.3 m
Maksimal
485 m
Tabel 2. Perhitungan Statistik Kadar Mangan Sumur Gali Penghitungan nilai Rata-rata
Hasil 0.4 mg/l
Standar Deviasi
0.32
Minimal
0.1 mg/l
Maksimal
1.1 mg/l
Tabel 3 Uji Korelasi Hubungan Jarak Sungai dengan Sumur Gali terhadap Kandungan Mangan Air Sumur Gali
Hubungan jarak SGL dengan SPAL Mangan (Mn) terhadap Kadar Mangan (Mn)
p
ρ (rho)
n
0.057
0.54
13
PEMBAHASAN Jarak sungai dengan sumur gali yang ada di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal untuk yang terdekat adalah 1,3 meter dan jarak terjauh adalah 485 meter. Hasil tersebut bisa memungkinkan pencemaran terhadap sumur gali terutama untuk jarak terdekat. Berdasarkan teori dari Riyadi (1984) bahwa pencemaran yang diakibatkan kandungan bahan kimia dapat mencapai jarak sejauh 25 meter, sumber air yang ada di masyarakat sebaiknya berjarak lebih dari 25 meter dari tempat pembuangan bahan kimia (Ariyanti, 2010 : 107). Hasil penelitian jarak sungai dengan sumur gali didapat sumur gali dengan jarak lebih dari 25 meter terkontaminasi Mangan (Mn) melebihi NAB 0,5 mg/l yaitu pada jarak 72,1 meter, 480 meter, 485 meter. Kandungan Mangan (Mn) pada air sumur gali di Desa Karangsari Desa Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya bervariasi, kadar terendah yaitu 0,1 mg/l dan kadar tertinggi yaitu 1,1 mg/l. Air tanah sering mengandung Mangan (Mn) cukup besar. Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat pada pakaian cucian (Sutrisno, 2006). Paparan dosis tinggi dalam waktu singkat menunjukkan gejala berupa kegemukan, penggumpalan darah, gangguan kulit, gangguan skeleton, menurunnya kadar kolesterol, mengakibatkan cacat lahir, perubahan warna rambut, gangguan sistem syaraf, gangguan jantung, hati dan pembuluh vaskuler, menurunnya tekanan darah, kerusakan otak, serta iritasi alat pencernaan. Paparan Mn lewat kulit bisa mengakibatkan tremor, kegagalan koordinasi, dan dapat mengakibatkan munculnya tumor (Widowati, 2008: 249) Analisis mengenai hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan (Mn) menggunakan uji statistik Rank Spearmans karena data berdistribusi tidak normal. Hasil analisis bivariat dengan uji statistik Rank Spearmans didapatkan pvalue = 0.057, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan (Mn). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Ariyanti (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jarak sumur gali dari sungai tempat pembuangan air limbah. Porositas, permeabilitas, infiltrasi, konduktifitas, tekstur tanah, diketahui dapat mempengaruhi kualitas air sumur gali di RT 08 Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya. Kandungan Mn dalam air sungai juga akan mempengaruhi kandungan Mn dalam air sumur gali, hal
tersebut bisa terjadi apabila kedalaman sumur lebih dalam dibandingkan kedalaman sungai. Tempat pencucian sudah permanen dan memperkecil limbah Mn langsung kontak dengan tanah namun ketika proses pencucian air limbah Mn jatuh langsung ke tanah, sehingga air limbah akan meresap langsung kedalam tanahdan bergerak mengikuti arah aliran air tanah dan akan mencemari air tanah yang selanjutnya akan mencemari air sumur
gali. Curah Hujan juga menjadi salah satu penyebab mengapa tidak ada hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan dalam air sumur gali. Curah hujan menjadi salah satu penyebab berkurangnya kandungan Mangan dalam air sumur gali karena ketika terjadi penambahan air hujan terhadap air sumurgali mengakibatkan terjadi pengenceran sehingga kandungan Mangan menjadi berkurang. Banyaknya variabel pengganggu pun diduga menjadi penyebab tidak ada hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan dalam air sumur gali. variabel-variabel pengganggu pada penelitian ini hanya di ukur tanpa diuji statistik. PENUTUP 1. Simpulan a. Jarak sungai dengan sumur gali yaitu jarak terdekat 1.3 meter dan jarak terjauh adalah 485 meter dengan jarak rata – rata yaitu 294.3 meter. b. Kadar mangan air sumur gali menunjukkan angka paling tinggi yaitu 1,1 mg/l dan angka paling rendah yaitu 0,1 mg/l dengan kadar rata-rata kandungan Mangan (Mn) yaitu 0.4 mg/l. Hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata air sumur gali yang ada di Dusun Karangsari memenuhi syarat kualitas air bersih Permenkes No. 416/MENKES/PER/ IX/1990 bahwa kadar Mangan maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,5 mg/l. c. Tidak ada hubungan antara jarak sungai dengan sumur gali terhadap kandungan Mangan (Mn) air sumur gali di sekitar industri penambangan Mangan (Mn) Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kecamatan Karangnunggal dengan nilai (p = 0.057).
2. Saran a. Bagi Instansi Terkait 1) Pengawasan terhadap kegiatan penambangan perlu dilakukan khususnya oleh dinas pertambangan supaya kegiatan penambangan tersebut bisa terkontrol dan tidak ada lagi kegiatan penambangan yang bisa mencemari lingkungan masyarakat khususnya terhadap kualitas air sumur gali. 2) Penyuluhan – penyuluhan mengenai bahaya air yang telah terkontaminasi oleh Mangan (Mn) kepada masyarakat perlu dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya. b. Bagi Masyarakat 1) Sebaiknya menggunakan air sumur gali yang memiliki kandungan Mangan kurang dari NAB 0,5 mg/l. 2) Untuk mengurangi kadar Mangan dalam air sumur gali sebaiknya masyarakat menggunakan metode aerasi dan absorpsi agar kandungan Mangan dalam air sumur gali berkurang. 3) Perbaikan konstruksi sumur gali masyarakat perlu diperbaiki sesuai hasil yang diperoleh yaitu sebaiknya sumur tidak berada pada jarak kurang dari radius 25 meter dari sumber pencemar, harus mempunyai SPAL, lantai yang mengitari sumur lebih dari 1 meter dan dinding semen sebaiknya mempunyai kedalaman minimal 3 meter dan diplester dengan sempurna. c. Bagi Peneliti Lain Kepada peneliti selanjutnya sebaiknya perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan uji korelasi parsial untuk variabel-variabel pengganggu serta melakukan penelitian tentang pengaruh kandungan mangan terhadap gangguan kesehatan pada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Ariyanti, Santi dkk. Hubungan Jarak Sumur Dari Sungai Tercemar Limbah Tapioca Dengan Kadar Sinida. Jurnal. Univesitas Negri Semarang. Semarang, 2010. Deyence, Dita, Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Mangan terhadap kandungan Mangan dalam Air Sumur Gali di Dusun Karangsari Desa Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya tahun 2011. Skripsi, 2011. Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Notodarmojo, Suprihanto, Pencemaran Tanah dan Air, ITB, Bandung, 2005. Pitojo Setijo & Purwantoyo, Eling, Deteksi Pencemar Air Minum, Aneka Ilmu, Ungaran, 2002. Slamet, Juli Soemirat, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2007. Sunaryo, Trie M, dkk, Pengelolaan Sumber Daya Air, Konsep dan Terapannya, Bayumedia Publishing, Malang, 2004. Widowati, Andi, Efek Toksik Logam, Andi, Yogyakarta, 2008. Yudo, Satmoko, Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai di Jakarta, Jurnal Pusat Teknologi Lingkungan BPPT vol. 2 no. 1 tahun 2006. .