HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETUGAS TERHADAP PRAKTIK PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS (Survei pada Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis) Oleh; Yuni Meilani, Lilik Hidayanti, Siti Novianti Peminatan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi
[email protected] ABSTRAK Sampah medis rumah Sakit dapat menimbulkan risiko tertusuk jarum suntik pada saat pengambilan atau pemisahan sampah medis dan hal itu sangat berbahaya, jika jarum suntik tersebut bekas penderita HIV, karena salah satu cara penularan penyakit HIV adalah melalui jarum suntik yang telah digunakan pada penderita HIV. Pengetahuan dan sikap merupkan faktor yang dapat mempermudah cleaning service dalam praktik pengelolaan sampah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap petugas terhadap praktik pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis tahun 2014. Metode penelitian survei dengan desain cross sectional. Populasi dan sampel sebanyak 34 orang, instrumen penelitian kuesioner, teknik analisis menggunakan analisis univariat yaitu presentase dan analisis bivariat menggunakan chi square. Hasil penelitin menunjukkan Pengetahuan cleaning service termasuk kategori baik (61,8%) sikap baik (52,9%) dan praktek pengelolaan sampah medis baik (55,9%). Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis (nilai p value = 0,001). Ada hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis (p value =0,002). Perlu meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan sampah medis secara tepat, perwadahan sampah medis padat dan sikap tentang penampungan dan pemusnahan sampah medis, sehingga meningkatkan kualitas kerja dalam praktik pengelolaan sampah medis. Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Praktik Pengelolaan Sampah Medis Kepustakaan : 2004 - 2011 Hospital medical waste may pose a risk of needlestick injuries at the time of removal or separation of medical waste and it is very dangerous, if it is a used syringe with HIV, because one of the modes of transmission of HIV disease is through a syringe that has been used in patients with HIV. Knowledge and attitudes merupkan factors that can facilitate cleaning service in waste management practices. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitude toward officers of medical waste management practices in the Public Hospital District Ciamis 2014 survey research method with cross sectional design. Population and sample of 34 people, questionnaire research instruments, analytical techniques using univariate analysis are percentages and bivariate analysis using chi square. The results showed Knowledge research is conducted cleaning service includes either category (61.8%) good attitude (52.9%) and good medical waste management practices (55.9%). There is a relationship between knowledge and practice of medical waste management in the Public Hospital District Ciamis (p value = 0.001). There is a relationship between the attitude of the medical waste management practices in the Public Hospital District Ciamis (p value = 0.002). Need to improve knowledge about the proper management of medical waste, medical waste perwadahan solid and attitudes about storage and disposal of medical waste, thus improving the quality of work in the medical waste management practices. Keywords: Knowledge, Attitude, Practice Management Medical Waste Bibliography: 2004 - 2011.
PENDAHULUAN Rumah Sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun selain memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, rumah sakit memberikan pula berbagai kemungkinan dampak negatif berupa pencemaran, terutama apabila pengelolaan limbahnya tidak dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan secara menyeluruh (Budiman, 2007). Limbah yang tidak dikelola dengan baik, menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang, serta proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. Unit-unit rumah sakit yang menghasilkan sampah medis di antaranya ruang perawatan atau rawat inap, IGD, laboratorium, instalasi farmasi, poliklinik, ICU dan persalinan. Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tentunya menghasilkan sampah seperti jarum suntik, kasaverban, kapas alkohol, ampul, infusan, obat kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urin, jaringan tubuh, sarung tangan dan masih banyak lainnya (Depkes RI, 2004). Pola perilaku petugas yang kurang memperhatikan aspek sanitasi lingkungan seperti tidak melakukan pemisahan sampah sesuai jenisnya, tidak melewati jalur khusus sampah dan lainnya serta kurangnya kesadaran petugas dalam penggunaan APD seperti tidak menggunakan masker atau sarung tangan dapat meningkatkan kasus nosokomial karena dapat terjadi infeksi melalui udara atau tertusuk jarum bekas dan lainnya, oleh karena itu petugas pengumpul sampah harus dapat berperilaku sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit yang berlaku (Nenny,dkk 2006). Secara umum, petugas cleaning service di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis memiliki tugas, antara lain: membersihkan setiap ruangan di area rumah sakit (menyapu dan mengepel), membersihkan seluruh taman dan halaman yang ada di area rumah sakit, mengangkut sampah non medis ke tempat pembuangan sementara sampah di rumah sakit dan sampah medis rumah sakit ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) (RSUD Ciamis, 2010). Petugas kebersihan (cleaning service) mempunyai resiko untuk terpajan bahan biologi berbahaya (biohazard). Kontak dengan alat medis sekali pakai (disposable equipment) seperti jarum suntik bekas maupun selang infus bekas, serta membersihkan seluruh ruangan di rumah sakit dapat meningkatkan resiko untuk terkena penyakit infeksi bagi petugas kebersihan (cleaning service) rumah sakit (Anies, 2005). Hasil sampah jika tidak ditangani dengan serius mendatangkan risiko yang cukup berbahaya seperti infeksi pada karyawan maupun pasien dalam jangka waktu panjang (Depkes RI, 2004). Praktik pengelolaan sesuai standar diharapkan dapat meminimalisir pengaruh negatif terhadap lingkungan, kesehatan dan keselamatan pekerja. Pada dasarnya praktek atau perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan Retno 2005 di RSUP Dr. Sardjito, menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku pengumpul sampah medis. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi yang merupakan faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, faktor ini antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, dan tradisi, 2) Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan yang meliputi sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. 3) Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong dan memperkuat terjadinya perilaku diantaranya sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan Pengetahuan dan sikap menurut teori Green merupakan faktor presdesposisi atau faktor yang dapat mempermudah seseorang untuk melakukan mempraktekkan pengelolaan sampah. Dimana tindakan atau perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. kemudian timbul persepsi dari individu dan memunculkan sikap, niat, keyakinan/kepercayaan, yang dapat memotivasi dan mewujudkan keinginan menjadi suatu perbuatan. Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis merupakan rumah sakit pemerintah rujukan dari beberapa Puskesmas, jumlah kunjungan pasien pada bulan Juli 2014 sebanyak 2.346 pasien.
RSUD Kabupaten Ciamis menghasilkan produksi limbah medis sebesar 20,5kg/hari yang meliputi jarum suntik, kasaverban, kapas alkohol, ampul, infusan, obat kadaluarsa, sisa bungkus obat, pot urin dan sarung tangan. Penanganan sampah medis di RSUD Kabupaten Ciamis dilakukan oleh bagian sanitasi yang ditugaskan di masing-masing ruangan. Setiap dua kali sehari petugas mengambil sampah di masing-masing ruangan untuk dibawa ke pembuangan sementara. Berdasarkan hasil survei pendahuluan melalui wawancara dengan kepala Bagian Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Ciamis, ditemukan beberapa kasus permasalahan terkait dengan pengelolaan sampah medis, diantaranya kejadian tertusuk jarum suntik yang terjadi pada saat pengambilan atau pemisahan sampah medis, hal ini dikarenakan masih bercampurnya jarum suntik dengan sampah medis dalam kantong penampung, dan hal itu sangat berbahaya, jika jarum suntik tersebut bekas penderita HIV, karena salah satu cara penularan penyakit HIV adalah melalui jarum suntik yang telah digunakan pada penderita HIV, sehingga dengan adanya kasus tertusuk jarum suntik dalam pengelolaan sampah di rumah sakit, maka dapat berisiko meningkatnya angka kasus HIV. Selain itu permasalahan yang pernah terjadi menurut laporan PT. Cipta Karya sebagai instansi yang bekerjasama dengan RSUD Ciamis, ada penyalahgunaan jarum suntik bekas yang dijadikan untuk mainan dan diperjualbelikan. Hal ini diakibatkan karena pada saat pengumpulan sampah medis dari setiap ruangan tidak dipisahkan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap petugas terhadap praktik pengelolaan limbah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis tahun 2014. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan desain cross sectional, Populasi dan sampel sebanyak 34 cleaning service. Instrumen menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas. Variabel penelitian dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu pengetahun baik (>80%) dan kurang (< 80%). Sikap baik (>24,76), kurang (<24,76), praktek baik (>18,62), kurang (<18,62). Teknik analisis yang digunakan univariat yaitu presentase dan analisis bivariat menggunakan chi square. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Umur cleaning service yang menjadi responden rata-rata berumur 28 tahun, dengan umur terendah 22 tahun dan umur tertua 38 tahun, berjenis kelamin laki-laki (100%), berpendidikan SMP (67,6%), SMA (32,4%), rata-rata memiliki lama kerja 5 tahun, masa kerja terendah 2 tahun dan masa kerja paling lama 7 tahun. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Cleaning Service Mengenai Pengelolaan Sampah Medis di RSUD Kabupaten Ciamis No
Pengetahuan Pengelolaan Sampah
1
Baik
2
Kurang Jumlah
F
%
21
61,8
13
38,2
34
100
Pengetahuan pengelolaan sampah medis cleaning service di RSUD Kabupaten Ciamis sebagian besarnya masih termasuk kategori baik (61,8%), sedangkan yang berpengetahuan kurang (38,2%). Pengetahuan pengelolaan sampah medis yang diketahui dengan baik oleh cleaning service diantaranya ; pengertian sampah medis, cara identifikasi sampah, sampah yang termasuk infeksius, sistem pengelolaan sampah medis padat, ketentuan tempat pembuangan sampah sementara sebelum sampah diangkut ke pembuangan akhir dan pemilahan sampah medis padat. Pengetahuan yang belum diketahui secara baik oleh cleaning service diantaranya; sampah medis rumah sakit yang perlu dikelola secara tepat, tata cara pemisahan sampah dalam pengelolaan sampah medis rumah sakit, sampah yang harus dimasuk pada plastik warna kuning, dan mengenai perwadahan sampah medis padat.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Cleaning Service dalam Pengelolaan Sampah Medis di RSUD Kabupaten Ciamis No 1 2
Sikap Pengelolaan Sampah Medis
Baik Kurang Jumlah
F
%
18
52,9
16
47,1
34
100
Sikap cleaning service di RSUD Kabupaten Ciamis dalam pengelolaan sampah medis termasuk kategori baik, hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar (52,9%) cleaning service memiliki sikap baik dalam pengelolaan sampah medis, dan hanya kurang dari setengahnya yang sikapnya kurang (47,1%). Kegiatan pengelolaan sampah yang paling disikapi dengan baik oleh responden adalah mengenai pemisahan sampah dalam pengelolaan sampah medis rumah sakit dimulai dari Identifikasi – pemisahan – labeling – packing, sedangkan yang paling sedikit disikapi secara baik adalah mengenai sampah yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan medis, ditampung, dikumpulkan, diangkut sampai dengan pembuangan dan dimusnahkan dengan cara dibakar. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Praktek Pengelolaan Sampah Medis oleh Cleaning Service di RSUD Kabupaten Ciamis No 1 2
Praktek Pengelolaan Sampah Medis
Baik Kurang Jumlah
F
%
19 15
55,9 44,1
34
100
Praktik pengelolaan sampah medis oleh cleaning service RSUD Kabupaten Ciamis termasuk kategori baik, hal itu dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan sebagian besar yaitu 55,9% melakukan praktik pengelolaan sampah medis dengan kategori baik dan 44,1% termasuk kategori kurang. Praktik pengelolaan sampah selalu dilakukan dengan baik oleh cleaning service adalah memperhatikan wadah atau kantong plastik dalam keadaan baik (Tidak Bocor), jika dalam kantong plastik terdapat sampah yang tidak sesuai dengan jenis sampahnya dipisahkan ke kantong plastik yang sesuai jenisnya, pemilahan sampah mulai dari sumber yang menghasilkan sampah, memasukkan sampah infeksius ke kantong plastik warna kuning, membuang sampah medis pada container/bak sampah medis atau terpisah dengan sampah non medis, mengganti kantong plastik tempat sampah di setiap ruangan dengan warna plastik yang berbeda, tidak menyimpan container pengangkut sampah di lajur ruang rawat inap atau di area pelayanan kesehatan UGD, atau di are ruang tunggu, kantong plastik diikat sebelum terpenuhi oleh sampah, dan container pengangkut sampah rutin dibersihkan.
Tabel 4. Tabulasi Silang Hubungan Pengetahuan dengan Praktek Pengelolaan Sampah Medis di RSUD Kabupaten Tasikmalaya Pengetahuan tentang Pengelolaan Sampah Medis Kurang Baik Jumlah
Praktek Pengelolaan Sampah Medis Baik Kurang Jumlah n
%
n
%
n
%
2 17 19
15,4 81,0 55,9
11 4 15
84,6 19,0 44,1
13 21 34
100 100 100
P Value
OR 95% Cl
0,001
23,375 (3,362150,021)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis, hal itu dapat dilihat dari uji statistik yang peroleh nilai p value 0,001 yang lebih besar dari 0,05. Dari nilai Odd Ratio (OR) mengindikasikan cleaning service yang memiliki pengetahuan kurang mengenai pengelolaan sampah medis mempunyai peluang 23,375 kali melakukan praktik pengelolaan sampah secara kurang baik, dibanding dengan yang memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian yang dilakukan penulis relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2012) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah medis (p = 0,020). Hasil penelitian penulis tidak sejalan dengan hasil penelitian Magdalena (2013) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik petugas sanitasi dalam pengelolaan sampah medis (p value = 0,189). Hasil penelitian Jasmawati (2012) mengungkapkan tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik petugas pengelola sampah medis (p value = 0,146). Terdapatnya perbedaan hasil penelitian lebih disebabkan responden yang berbeda dan tentunya memiliki karakteristik yang berbeda pula, baik itu dari tingkat pengetahuan, ataupun praktiknya sehingga sebaran datanya juga ada perbedaan, artinya setiap responden yang memiliki pengetahuan baik belum tentu melakukan praktik yang baik. Hasil penelitian penulis menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah, yang berarti pula semakin baik pengetahuan seseorang maka akan semakin baik pula orang tersebut dalam melakukan pengelolaan sampah. Adanya risiko terhadap suatu penyakit merupakan pengetahuan yang sudah melekat pada para pegawai yang bekerja di lingkungan fasilitas kesehatan, sehingga mereka berupaya untuk melakukan praktek pengelolaan sampah secara baik sesuai dengan standar operasi. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Tabel 5. Tabulasi Silang Hubungan Sikap dengan Praktek Pengelolaan Sampah Medis di RSUD Kabupaten Tasikmalaya Sikap Terhadap Pengelolaan Sampah Medis Kurang Baik Jumlah
Praktek Pengelolaan Sampah Medis Baik Kurang Jumlah n
%
n
%
n
%
4 15 19
25,0 83,3 55,9
12 3 15
75,0 16,7 44,1
16 18 34
100 100 100
P Value
OR 95% Cl
0,002
15,000 (2,80080,356)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis dengan nilai p value 0,002 yang lebih besar dari 0,05. Dari nilai Odd Ratio (OR) menunjukkan bahwa cleaning service yang memiliki sikap baik dalam pengelolaan sampah medis mempunyai peluang 15 kali melakukan praktik pengelolaan sampah secara baik, dibanding dengan yang memiliki sikap kurang. Hasil penelitian yang dilakukan penulis sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2012) yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antar sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis (nilai p = 0,001). Terdapat hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian penulis, diantaranya hasil penelitian Magdalena (2013) yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik petugas sanitasi dalam pengelolaan sampah medis di RSUD Kabupaten Kebumen (p value =0,152). Hasil penelitian Jasmawati (2012) menyimpulkan tidak ada hubungan antara sikap dengan praktik petugas pengelola sampah medis (p value = 0,334). Adanya hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah, tidak terlepas dari pengetahuan responden serta stimulus yang ada seperti risiko terpajan suatu penyakit, standar operasi pelaksanaan pengelolaan sampah. Praktek atau tindakan merupakan wujud dari perilaku terbuka seseorang setelah mengetahui stimulus atau objek kesehatan, jika stimulus yang diketahui
disikapi dan dinilai baik maka orang tersebut akan melaksanakan atau mempraktekkan pengelolaan sampah medis secara baik. Menurut Notoadmodjo (2003) Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Terbentuknya suatu praktik baru, dimulai pada cognitive domain dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi untuk pengelolaan sampah sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subyek tersebut selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subyek terhadap pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Pengetahuan dan sikap subyek terhadap praktek pengelolaan sampah diharapkan akan membentuk praktik (psikomotor) subyek terhadap praktek. SIMPULAN DAN SARAN Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis (nilai p value = 0,001, OR = 23,375), ada hubungan antara sikap dengan praktik pengelolaan sampah medis di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis (p value =0,002, OR = 15,000). Disarankan meningkatkan pengetahuan cleaning service mengenai sampah medis rumah sakit yang perlu dikelola secara tepat, tata cara pemisahan sampah dalam pengelolaan sampah medis rumah sakit, sampah yang harus dimasuk pada plastik warna kuning, dan mengenai perwadahan sampah medis padat. Upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit adalah memberikan penyuluhan melalui kegiatan meeting dan memberikan buku saku pengelolaan sampah medis yang memuat tentang prosedur, risiko kecelakaan kerja pada pegawai pengelola sampah medis rumah sakit, dan cara penanggulangannya. menumbuhkan sikap positif cleaning service terhadap penampungan sampah dari ruangan pelayanan medis, pembuangan dan pemusnahan sampah dengan cara dibakar. Meningkatkan sikap positif dapat dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan melalui kegiatan meeting dan buku saku pengelolaan sampah. Meningkatkan kinerja atau praktik cleaning service dalam mengidentifikasi atau memastikan sampah yang di masukan ke kantong plastik sesuai dengan jenis sampahnya, mengelompok sampah sesuai dengan jenis sampah atau warna kantong plastik, dan praktik pemisahan sampah menggunakan kantong plastik dengan label yang berbeda-beda sesuai dengan jenis sampahnya. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya pemberian buku saku mengenai pengelolaan sampah, menempelkan standar dan prosedur pengelolaan sampah, dan melakukan pengawasan terhadap praktik pengelolaan sampah medis. DAFTAR PUSTAKA Adikoesoemo, 2007. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Azwar, Saifudin, 2012. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Budiman Chandra, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta:EGC. Depkes RI, 2002. Pedoman sanitasi rumah sakit di Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal PPM & PL dan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia _________, 2004. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta : Bakti Husada. _________, 2008. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya (Cetakan ke Dua). Jakarta : Departemen Kesehatan RI Dewi dan wawan (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan perilaku Manusia.Yogyakarta : Nuha Medika Dwiyatmo, Kus, 2007. Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya, Jogjakarta: Citra Aji Parama. Elmubarok, Zaim, 2009. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta Kemenkes RI 2011. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010, Jakarta:Kementrian Kesehatan RI. Kepmenkes RI No. 1204/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan 2004
Kusminarno, K., 2004. Manajemen Limbah Rumah Sakit, http:www.depkes.go.id
Muliartha, 2008. Pemisahan Limbah Medis dengan Non Medis dan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Surabaya. Nainggolan, R., Elsa, Musadad A., 2008. Kajian Pengelolaan Limbah Padat Medis Rumah Sakit. Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo 2005. Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. _________, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: PT. Rineka Cipta. _________, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skrips, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. Sarlito W. Sarwono dan Meinarno, Eko A, 2009. Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika Simora, Bison 2008. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta : PT. Gramedia Pustak Utama. Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta Sudarso 1985. Pengelolaan Sampah, CV. Tiga Serangkai, Surabaya Sugiyono, 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Walgito, Bimo, 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V Andi Offset.