i
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Oleh Yuni Muryaningrum I34060619
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Oleh
Yuni Muryaningrum I34060619
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
iii
ABSTRACT
YUNI MURYANINGRUM. THE ANALYSIS OF PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK’S CSR PROGRAM IN THE EFFORT OF COMMUNITY DEVELOPMENT. Case Study: Countryside of Bantarjati, District of Klapanunggal, Sub-Province of Bogor, Provinsi West Java. (Suppervised by FREDIAN TONNY NASDIAN). This research essentially to see and understand the implementation and participation of PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk’s in Corporate Social Responsibility program. The subject of this research is local community in Desa Bantarjati, the corporate staff and the Bengkel Sepeda Motor Terpadu staff. The method of this research is using purposive sampling technique to decide the sample and use approach qualitative with case study method having the character of research explanatory. This research is conducted to explain how according between result and target of execution in CSR progam with evaluate process program. Community Development of CSR program have a principle to build independence community with a development program not only determined by company. Participation in CSR program can be seen as involvement of the parties (corporate and community) in managing CSR programs of community development.
Keyword: Corporate Social Responsibility (CSR), Community Development, Process Evaluation, Sustainable Development, Participation, and PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
iv
ABSTRAK YUNI MURYANINGRUM. ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN). Penelitian ini dilakukan untuk melihat dan memahami implementasi dan partisipasi masyarakat dalam program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Sasaran dalam penelitian ini adalah komunitas lokal di Desa Bantarjati, karyawan perusahaan, dan pengurus Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling (secara sengaja) untuk menentukan informan dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan melakukan evaluasi proses program CSR. Pengembangan masyarakat dalam program CSR memiliki prinsip yaitu membangun masyarakat mandiri yang dilakukan tidak hanya oleh pihak perusahaan saja. Partisipasi dalam program CSR dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak (masyarakat dan perusahaan) di dalam mengelola programprogram community development.
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Pengembangan Masyarakat, Evaluasi Proses, Pembangunan Berkelannjutan, Partisipasi, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
v
RINGKASAN
YUNI
MURYANINGRUM.
ANALISIS
PROGRAM
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK DALAM UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT. Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. (Di bawah Bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN).
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), pihak perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, dan juga komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Melalui pendekatan partisipatif ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang akan mempengaruhi kehidupannya maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu tahapan penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyelenggaraan program pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya. Tujuan dari penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari konsep pengembangan masyarakat dan partisipasi masyarakat; konsep tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), kebijakan, pandangan, sasaran, tujuan, dan implementasi CSR, serta tahap evaluasi proses program CSR. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus yang bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proram CSR dengan melakukan
vi
evaluasi proses program CSR serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya.. Metode pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta, dan penelusuran dokumen untuk mendapatkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber rujukan seperti buku, situs internet, makalah seminar/prosiding/jurnal, serta laporan penelitian mengenai tangggung jawab sosial perusahaan (CSR). Selanjutnya, dilakukan analisis dan sintesis terhadap topik program tanggung jawab sosial perusahaan dalam mewujudkan pengembangan masyarakat Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam implementasi CSR didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Indocement juga mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan yang memiliki keterkaitan dengan konsep pengembangan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan CSR. Jika dikaitkan dengan pengembangan masyarakat maka perusahaan sudah melakukan upaya tersebut dengan pelaksanaan program dan proyek CSR di12 desa binaan dengan melibatkan masyarakat. Analisis yang dilakukan pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berdasarkan pandangan dan pendapat masyarakat menyatakan bahwa partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah sedangkan pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil sudah baik. Hal ini terlihat pada tahap perencanaan dan evaluasi masyarakat dan penerima program tidak diikutsertakan secara aktif, mereka hanya menerima keputusan dari pihak pemerintah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama yang berdiskusi dengan pihak Departemen CSR PT Indocement. Pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil, masyarakat terlihat aktif ikutserta dalam kegiatan pelatihan dan pelaksanaan bengkel yang berada di Desa Bantarjati, dan merasakan manfaat dengan didirikannya bengkel tersebut.
vii
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa :Yuni Muryaningrum NRP
: I34060619
Program Studi
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Judul Skripsi
: Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya Pengembangan Masyarakat
(Studi
Kasus:
Desa
Bantarjati,
Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) dapat diterima sebagai syarat kelulusan pada untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS. NIP. 19580214 198503 1 004 Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua
Dr.Ir. Soeryo Adiwibowo, MS. NIP. 19550630 198103 1 003 Tanggal Lulus : _____________
viii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT
TUNGGAL
PRAKARSA
TBK
DALAM
UPAYA
PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” BELUM PERNAH DIAJUKAN DAN DITULIS PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.
SAYA
JUGA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
INI
MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/ LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Februari 2010
Yuni Muryaningrum I34060619
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 24 Juni 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara berasal dari pasangan Karyanto dan Murni. Penulis memiliki adik perempuan yang bernama Melita Wahyuningtias yang masih duduk kelas 2 di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Semenjak lahir, sekolah, dan sampai saat ini penulis tinggal di kawasan Bekasi. Dan penulis juga menamatkan pendidikannya di TK Al-Irsyad tahun 1994, SDN Satria Kencana Bekasi tahun 2000, SLTP 7 Bekasi 2003, dan SMA Pusaka Nusantara Jakarta tahun 2006. Setelah itu pada Juli 2006 diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan formal, penulis pernah mengikuti berbagai macam pelatihan tingkat sekolah dan kursus bahasa asing. Diantaranya adalah Pendidikan dan Pelatihan PMR tingkat SMP, serta Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) saat SMA, mengikuti Jambore Nasional Narkoba di Cibubur tingkat SMA, Seminar Kanker Payudara di BSI Jakarta, Pengembangan Bakat dan Kreatifitas di Jakarta, Seminar tentang AIDS dan HIV. Pada tahun 2002-2003 mengikuti kursus Komputer, dan pada tahun 2004-2006 mengikuti kusus Bahasa Inggris di LIA Galaksi, Bekasi, dan pada tahun 2008 mengikuti kusus Bahasa Jepang. Selain itu penulis pun pernah mengikuti berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler, diantaranya
adalah, OSIS SMA Pusaka
Nusantara Jakarta sebagai Ketua Divisi ROHIS, ROHIS (Rohani Islam) SMA Pusaka Nusantara sebagai pengurus, tahun 2006-2008 sebagai pengurus Gentra Kaheman Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkungan Seni Sunda IPB, pada tahun 2008 sebagai pengurus KEMSI (Keluarga Mahasiswa Bekasi) salah satu OMDA di IPB, tahun 2008 pada Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) FEMA IPB sebagai divisi Internal. Penulis juga pada tahun 2008 pernah Magang selama satu bulan sebagai HUMAS di PT ASABRI Persero, Jakarta.
x
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul “Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam Upaya
Pengembangan Masyarakat (Studi Kasus: Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” ini berhasil diselesaikan. Dalam penulisan skripsi ini penulis telah memperoleh bantuan, dorongan, semangat dan dukungan dari beberapa pihak baik secara langsung atau secara tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik, karena tanpa bantuan dan dukungan dari mereka, mungkin penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. ALLAH SWT karena atas Rahmat dan Ridho-Nya juga curahan kemudahan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS, sebagai dosen pembimbing skripsi atas kesabarannya membantu, serta memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Murdianto, MSi, sebagai dosen penguji utama skripsi atas saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi ini. 4. Ir. Nuraini W Prasodjo, MS, sebagai dosen penguji skripsi wakil koordinator mayor atas saran dan kritik terhadap penulisan skripsi ini. 5. Keluarga tercinta, Ayah, Ibu dan “si gendut” Adik tercinta yang tiada henti memberikan kasih sayang, doa, dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis. Semua yang telah diberikan tidak akan bisa terbalaskan. Terima kasih keluargaku tercinta. 6. Sahabat-sahabatku tercinta Annisa, Icha, Ega yang selalu mengingatkan untuk tidak lupa makan juga menjaga kesehatan dan sebagai teman bertukar pikiran dan juga yang selalu memberikan masukan dan semangat kepada penulis untuk segera
xi
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini yang tidak akan pernah terlupakan. 7. Kepada teman-teman KPM 43 yang mengambil akselerasi, Nadra, Ayu, Lingga, Mba Vani, Arif, dan Sita yang selalu menemani di perpustakan KPM (dokis) dalam mencari bahan dan memberikan masukan juga bantuan kepada penulis. 8. Seluruh karyawan Departemen CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Bu Via, Bu Lia, Pa Ai, Pa Bambang, Pa Dedi, Pa Fajar, Pa Yatno, Pa Romi, Pa Yadi, Pa Arel, Pa Sani, Pa H Agus, Pa Dadan, Pa Usman, dan kepada seluruh karyawan PT Indocement yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas semua data, informasi dan kemudahan yang telah diberikan dan kesediaannya untuk diganggu waktu kerjanya. Terima kasih banyak. 9. Seluruh Staf Desa Bantarjati atas izinnya untuk melakukan penelitian di Desa Bantarjati, serta terimakasih atas data dan informasi yang diberikan dalam penulisan skripsi ini. 10. Seluruh mahasiswa KPM 43 atas perhatian dan kebersamaannya sampai saat ini. Semoga selalu kompak. 11. Serta semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini belum dapat disusun secara sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bogor, Februari 2010
Yuni Muryaningrum
xii
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT…………………………………………………………………... RINGKASAN ………………………………………………………………… LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………….. RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………... UCAPAN TERIMA KASIH…………………………………………….…… DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR TABEL ……………………………………………………….....… DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..……..…
iii v vii viii ix x xii xiv xv
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………. 1.1 Latar Belakang.................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah……………………………………………..….. 1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 1.4 Kegunaan Penulisan….......................................................................
1 1 4 4 5
BAB II. PENDEKATAN KONSEPTUAL……………………………….…. 2.1 Tinjauan Pustaka…………………….. ………………………......... 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR)……….…………….. 2.1.1.1 Konsep dan Definisi CSR…………………………... 2.1.1.2 Implementasi CSR…………………………….….... 2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR……………….… 2.1.2 Pengembangan Masyarakat……………………………...…... 2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat….... 2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat…....…. 2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat....………. 2.1.3 Evaluasi Program…………………………………….…..….. 2.2 Kerangka Pemikiran………………………….……………..…...….. 2.3 Hipotesa Pengarah ...…………………………….………….…..….. 2.4 Definisi Konseptual…...…………………………………….….......
6 6 6 6 9 12 14 14 17 18 22 25 28 28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…...……………….…................... 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian….…………………………................. 3.2 Pendekatan Penelitian………………….……….…………..……..... 3.3 Teknik Pemilihan Informan…………………...….…………….….. 3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data………….……….…….. 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data……………………………..
31 31 31 32 33 35
BAB IV. PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN………. 4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk…………………………...… 4.1.1 Sejarah PT Indocement……………………………………… 4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement…………………………....….. 4.1.3 Departemen CSR PT Indocement……………………....……
36 36 36 37 39
xiii
4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati.…………….…….……… 4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian…………………..….…….….. 4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan.……….………... 4.2.3 Profil Proyek Bengkel SepedaMotor Terpadu……………… 4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Motor Terpadu………….…….
Halaman 42 42 43 45 46
. BAB V. IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY………………………………………............… 5.1 Kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk………….…….… 5.2 Pandangan Perusahaan Terhadap CSR…………………….………. 5.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR…………………………….…… 5.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement……………………………..…....
49 49 50 51 52
BAB VI. ANALISIS PROGRAM CSR…….…..……………………………. 6.1 Sosialisasi Pelatihan……………………………….………...…….. 6.2 Partisipasi Penerima Program……………………….………..……. 6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan……………….….……….….. 6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan……………….….…….…….. 6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil……………….……….… 6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi…………………………………... 6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan…………………………..…..
56 56 57 57 58 61 62 63
BAB VII. PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT…………………………………………………...
65
BAB VIII. PENUTUP……..……………………………………….…………. 8.1 Kesimpulan…………………………………………….…………… 8.2 Saran…………………………………………………….…….…….
68 68 69
DAFTAR PUSTAKA………………………………………..…….………….
71
LAMPIRAN……………………………………………………..….…………
73
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman Teks
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3.
Data Demografi Desa Bantarjati tahun 2008……………… Data Demografi Ekonomi Desa Bantarjati tahun 2008……. Data Pelayanan Motor Bengkel Sepeda Motor Terpadu Indocement November 2009……………………………….
44 44 60
Lampiran Tabel 1. Tabel 2.. Tabel 3.
Panduan Pengamatan Berperanserta…………………..…… Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel…….…... Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu….…...
78 79 80
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman Teks
Gambar 1.
Gambar 9.
Matriks Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial…………………………..…………………………... Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR…………………. Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Arstein (1969)……………………………………. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program PT Indocement Tunggal Prakarsa……………….....………. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement……………………………………………. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement…………………………………………….. Gambar Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu………………………………………….….. Skema Rencana Pengembangan Bengkel Sepeda Motor Terpadu Di 12 Desa Binaan PT Indocement..…….... Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)...………...
48 64
Gambar 10.
Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR……...
67
Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8.
8 11 21 27 41 42 45
Lampiran Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4.
Matriks Alokasi Waktu Penelitian………………………... Matriks Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data...…. Denah Desa Bantarjati……………………………………. Suasana Kegiatan Bengkel Sepeda Motor Terpadu……….
74 76 81 82
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu aktor ekonomi, perusahaan dituntut untuk menghasilkan profit yang maksimal sebagai prinsip dasar ekonomi dari suatu perusahaan. Perusahaan juga sebisa mungkin dapat memanfaatkan sumberdaya yang terbatas untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Praktek kedermawanan sosial perusahaan dewasa ini mengalami perkembangan pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Salah satu ide pokoknya yang terkait dengan mandat dunia untuk tidak semata-mata mencari keuntungan, tetapi harus pula bersikap etis dan berperan dalam penciptaan investasi sosial (Nursahid, 2006). Menurut Wibisono (2007), sejalan dengan bergulirnya wacana tentang kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan Philanthropy serta Community Development (CD). Pada era 1980-an makin banyak perusahaan menggeser konsep Philanthropy kearah Community Development. Berkembangnya kegiatan kedermawanan perusahaan berdampak pada semakin maraknya kegiatan-kegiatan sosial dan pengembangan masyarakat. Para perusahaan melalui program CSR-nya mengalokasikan dana sosial untuk mendukung dan mendanai berbagai kegiatan CSR tersebut. Salah satu sektor industri utama dalam tatanan ekonomi global, industri pertambangan dalam banyak kasus memiliki posisi dominan dalam pembangunan sosioekonomi negara maju dan berkembang. Sektor industri ini berdampak sangat signifikan dalam arti positif maupun negatif. Tanpa menafikan dampak positifnya, dampak negatif dalam ranah sosial, lingkungan, politik dan budaya yang ditimbulkan sektor industri ini sangat luar biasa. Dampak negatif tersebut cenderung membesar di negara-negara berkembang atau di negara-negara yang menghadapi kendala ketidakefektifan sistem pemerintahan, ketiadaan regulasi (dan perundangan) yang memadai serta tingginya gejolak sosial-politik seperti di Republik Federasi Rusia (Republik Sakha) di mana kasus-kasus kajian dari buku dikemukakan merujuk pada Yakovleva (2005).
2
Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR), perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga secara sosial dan lingkungan alam bagi keberlanjutan perusahaan serta mencegah terjadinya konflik. (Budimanta, 2008). Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Budimanta (2008) definisi corporate social responsibility atau tanggung jawab perusahaan secara sosial adalah komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti-komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Wujud dari pengaplikasian suatu program pengembangan masyarakat dapat diwujudkan dalam berbagai macam bentuk dengan cara mengoptimalkan sumberdaya perusahaan yang ada, juga dengan memanfaatkan tenaga ahli yang dimiliki oleh komunitas lokal. Salah satu prinsip yang paling penting dilakukan adalah bagaimana membuat masyarakat mandiri dan mampu menentukan keinginan mereka sendiri. Sebagai kegiatan yang mengarah pada investasi sosial, kegiatan berdimensi sumbangan yang ditujukan untuk investasi sosial mensyaratkan adanya evaluasi yang mengkaji pencapaian hasil-hasilnya.Tumbuhnya modal sosial dalam masyarakat akan selaras dengan penciptaan kepercayaan terhadap perusahaan menurut Soemanto (2007). Sejalan dengan itu, Wibisono (2007) menjelaskan bahwa etika bisnis merupakan tuntunan perilaku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dalam prakteknya, Community Development sebagai bentuk CSR harus menggunakan prinsip menuju kemandirian masyarakat sehingga pendanaan kegiatan bukan sebagai charity yang apabila pendanaan itu selesai, maka selesai pula kegiatan yang bersangkutan. Program pengembangan masyarakat tidak hanya ditentukan sepihak oleh perusahaan. Dan rumusan program pengembangan masyarakat merupakan refleksi kondisi riil dan keinginan masyarakat setempat, yang dalam pelaksanaanya memerlukan peran serta mereka secara aktif. Perubahan paradigma ini pada gilirannya menempatkan program pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, dan merupakan investasi program yang berpotensi sejajar dengan investasi lain bagi industri atau perusahaan.
3
Proses analisis suatu program diperlukan pengawasan yang baik yang dilakukan oleh perusahaan terhadap sumbangan dan juga pihak masyarakat yang telah diberikan kepada pihak masyarakat (penerima program). Tanggung jawab sosial seseorang atau organisasi adalah etika dan kemampuan berbuat baik pada lingkungannya (lingkungan sosial dan lingkungan hidup) berdasarkan nilai-nilai dan kebutuhan masyarakat. Berbuat baik atau kebajikan merupakan bagian dari kehidupan sosial (Hardinsyah, 2007).1 Berdasarkan ISO 26000, yang menjadi alasan penelitian ini adalah adanya isu lingkungan dan pengembangan masyarakat. Isu lingkungan yang melatar belakangi dengan adanya pencegahan polusi debu dan limbah pabrik ynag dihasilkan dari proses produksi semen dan perlindungan dan pemulihan lingkungan yang dilakukan perusahaan terhadap derah sekitar lingkup pabrik, sedangkan isu pengembangan masyarakat yang diangkat adalah tujuan perusahaan untuk membangun sosial ekonomi masyarakat local. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen semen terbesar dan berkualitas di Indonesia, PT Indocement memiliki komitmen kuat untuk meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat sekitar wilayah operasi. PT Indocement mendasarkan program-program CSR pada konsep pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dengan tiga dasar utama kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. Dalam pelaksanaan program-program CSR PT Indocement mengacu pada kegiatan yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, (sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan. Oleh karena itu, perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan dan partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR.
1
Hardinsyah. Pandangan Tentang Tanggung jawab Sosial Dan Lingkungan Dalam Pasal 74 Undang Undang Perseroan Terbatas 2007. http://hardinsyah.com/?p=15 diakses tanggal 27 mei 2008 jam 13.39
4
1.2 Perumusan Masalah Aktivitas CSR yang dilakukan oleh PT Indocement merupakan program yang dilaksanakan oleh Departemen CSR dengan tujuan memberdayakan masyarakat sekitar pabrik dan lingkar perusahaan yang diimplementasikan dengan program CSR PT Indocement terhadap para stakeholders-nya. Salah satunya dengan mereduksi dampak dari kegiatan perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Keberhasilan program yang dicapai PT Indocement merupakan adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dan partisipasi aktif dari masyarakat. Oleh karena itu, evaluasi diperlukan dalam proses pelaksanaan CSR di lapangan untuk melihat kesesuaian konsep pembangunan yang berkelanjutan dengan implementasi CSR. Perumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi CSR. Dari rumusan masalah utama, diturunkan beberapa pertanyaan yang lebih spesifik dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam implementasi CSR? 2. Bagaimana tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat? 3. Bagaimana proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui sampai sejauh mana PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. telah melakukan pengembangan masyarakat dan peningkatan perekonomian masyarakat dalam implementasi CSR dan pencapaian pembangunan berkelanjutan. Adapun tujuan umum tersebut dapat dijawab melalui tujuan khusus penelitian ini, yaitu: 1. Mengidentifikasi kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dalam implementasi CSR.
5
2. Menganalisis tujuan dan sasaran program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. berbasiskan pemberdayaan dan pengembangan masyakat 3. Menganalisis proses pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk: 1. Kalangan akademisi, dalam mengkaji permasalahan mengenai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan perusahaan dan evaluasi program. 2. Perusahaan khususnya PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program CSR dan untuk bahan masukan bagi pelaksanaan program selanjutnya. 3. Pemerintah, dalam menjalankan pengawasan terkait dengan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. 4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat luas, dapat menjadi sumber pengetahuan dan
bisa bermanfaat dalam penerapan CSR di masyarakat sebagai wujud
pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG).
6
BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1.1 Konsep dan Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) Dalam bukunya Sukada (2007) menyebutkan definisi CSR bagi dunia usaha adalah sebagai sarana sekaligus wahana perwujudan sikap kooperatif serta sikap tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan-perusahaan yang memiliki kesadaran bahwa kegiatan operasional mereka telah menimbulkan dampak positif dan negatif yang besar dan luas. Gagasan dasar CSR memang bertumpu pada kekuatan tanggung jawab moral dan praktik pengelolaan bisnis yang bersifat normatif. Pelaksanaan CSR merupakan bagian yang menyatu dalam strategi bisnis perusahaan, karena dalam pelaksanaan pada suatu perusahaan tidak ada satu bagianpun dari perusahaan yang tidak terkait dengan tanggung jawab mewujudkan program CSR. Implementasi CSR perusahaan adalah tangung jawab organisasi dalam arti menyeluruh. Tuntutan etis dan moral implemantasi CSR tidak hanya bersifat eksternal (tekanan masyarakat global terhadap paradigma praktik bisnis) tetapi juga bersifat tekanan internal (memperbaiki kebijakan bisnis, kinerja, dan citra). CSR adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong perusahaan mewujudkan gagasan keadilan sosial serta pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Warhurst dalam Sukada (2007), perusahaan haruslah mengadopsi kenyataan bahwa ada dua bentuk perizinan yang harus dipatuhi oleh perusahaan agar dapat beroperasi, yaitu izin legal dari pemerintah dan izin sosial dari masyarakat bahwa program-program sosial perusahaan dilaksanakan tidak lain untuk memperoleh izin sosial untuk berusaha. Putri (2007) dalam Ambadar (2008) mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial dan lingkungan. Pendapat lain menyatakan CSR sesungguhnya mencakup manajemen dampak sejalan dengan peraturan pemerintahan dan yang berada diluarnya. Ada pula yang beranggapan bahwa CSR sebagai segala upaya manajemen yang dijalankan entitas
7
bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif di setiap pilar. CSR adalah cara menyeimbangi kekuatan perusahaan yang semakin membesar dengan tanggung jawab yang setara dan telah terbukti merupakan investasi dengan hasil yang menguntungkan. Sementara itu menurut Budimanta (2008), corporate social responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan yang lebih baik bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya masyarakat disekelilingnya dan lingkungan sosial dimana perusahaan tersebut berada yang dilakukan terpadu dengan kegiatan usahanya secara berkelanjutan. Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat sekitarnya yang disebut tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR). Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya juga untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Konsep CSR merupakan konsep baru dalam dunia bisnis, dengan demikian Corporate Sosial Responsibility (CSR) adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan pendekatan “triple bottom line” (profit, people, and planet) yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang sustainable (berkelanjutan) seperti yang dipaparkan Ambadar (2008). Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Sosial (2005) yang dikutip Hardinsyah (2007)2 mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya. Perusahaan tidak hanya mempunyai tanggung jawab ekonomis dan legal kepada pesaham dan stakeholders tetapi juga mempunyai tanggung jawab secara sosial termasuk masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2
Hardinsyah, op. cit., hal 3.
8
Dimensi kedermawanan menurut Saidi (2003) adalah sejauhmana derma yang diberikan oleh perusahaan dilandasi oleh kerangka kesadaran dan komitmen dalam mewujudkan tanggung jawab sosial. Ada perbedaan yang prinsipil diantara kedermawanan perusahaan (corporate philanthropy) dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) (Gambar 1). Kedermawanan perusahaan sifatnya lebih eksternal dan kurang melihat aspek internal perusahaan. Sementara dalam konteks tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya melihat aspek eksternal, tapi juga melihat aspek internal perusahaan. Gambar 1. Matriks Karakteristik Tahap-tahap Kedermawanan Sosial Perusahaan Tahapan
Charity
Philantropy
Corporate Citizenship
Motivasi
Agama, tradisi,
Norma etika dan
Pencerahan diri
adat
hukum universal:
dan rekonsiliasi
redistribusi kekayaan
dengan ketertiban sosial
Misi
Mengatasi masalah Mencari dan mengatasi
Memberikan
sesaat
kontribusi kepada
akar masalah
masyarakat Pengelolaan
Pengorganisasian
Jangka pendek,
Terencana,
Terinternalisasi
menyelesaikan
terorganisir,
dalam kebijakan
masalah sesaat
terprogram
perusahaan
Kepanitiaan
Yayasan/dana
Keterlibatan baik
abadi:profesionalisasi
dana maupun sumber daya lain
Penerima manfaat
Orang miskin
Masyarakat luas
Masyarakat luas dan perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Hibah (sosial maupun pembangunan) dan keterlibatan sosial
Inspirasi Sumber: Saidi, 2003
Kewajiban
Kepentingan bersama
9
Dalam bukunya Ambadar (2008) juga menjelaskan Community Development merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Pelaksanaan kegiatan CSR terlihat lebih sesuai jika berjalan berbarengan dengan program pemberdayaan masyarakat. Aktivitas CSR yang bernafaskan Comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, disamping untuk mencapai profit kontinum. Menurut Shardlow dalam Ambadar (2008) pemberdayaan masyarakat intinya adalah bagaimana individu, kelompok, atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam melakukan pengembangan masyarakat (berdasarkan acauan dari ICSD, 2004) sebaiknya memegang prinsip-prinsip Comdev, antara lain: kerjasama, bertangung jawab, kemungkinan dan kesesuaian, sumberdaya komunitas, adanya kebersamaan komunitas, meningkatkan perasaan solidaritas. Merujuk pada Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom lines) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena itu CSR adalah nilai moral yang semestinya dilaksanakan atas panggilan nurani pemilik atau pimpinan perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan stakeholders perusahaan. 2.1.1.2 Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) Tahapan dan sistematika pelaksanaan CSR dimulai dengan melihat kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan mengidentifikasi masalah yang ada kemudian dicari solusi yang tepat dan terbaik menurut kebutuhan masyarakat. Setelah itu membuat rencana aksi, lengkap dengan anggaran dan jadwal juga sumberdaya manusia yang ditunjuk untuk melakukannya. Monitoring yang dapat dilakukan melalui survei maupun kunjungan lapang. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial. Menurut kaidah ekonomi, pemberdayaan masyarakat adalah proses kesempatan bagi pelaku ekonomi untuk memperoleh surplus value sebagai hak manusia yang terlibat dalam kegiatan produksinya.
10
Soemanto (2007) menjelaskan setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa setiap perusahaan yang hadir ditengah komunitas tertentu, akan menjadi bagian dari lingkungan sosial tertentu. Itulah sebabnya, perusahaan seharusnya menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi dan budaya terhadap orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia disekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Dengan ringkas bisa disimpulkan seperti dikatakan oleh Savitz (2006) sebagaimana dikutip oleh Soemanto (2007) bahwa CSR akan sukses apabila perusahaan mencermati persinggungan antara usaha mencari keuntungan dengan kepentingan publik dan interaksi masyarakat. John Elkington dalam Hardinsyah (2008) merumuskan Triple Bottom Lines (TBL) atau tiga faktor utama operasi perusahaan dalam kaitannya dengan lingkungan dan manusia, yaitu faktor manusia dan masyarakat (people), faktor ekonomi dan keuntungan (profit), serta faktor lingkungan (planet). Ketika faktor ini juga terkenal dengan sebutan triple-P (3P) yaitu people, profit dan planet. Ketiga faktor ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi; ekonomi dan keuntungan perusahaan tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. Oleh karena itu, piramida CSR yang di kembangkan Achie B. Caroll dalam Hardinsyah (2008) harus dipahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, seperti yang tergambat pada Gambar 2 : 1. Profit. Perusahaan harus tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi masyarakat setempat.
11
3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme). Gambar 2. Gambar Triple Bottom Lines dalam CSR
Profit (Keuntungan Perusahaan)
Plannet
People
(Keberlanjutan Lingkungan Hidup)
(Kesejahteraan Manusia/Masyarakat)
Sumber: Hardinsyah, 20083
Berdasarkan konsep Triple Bottom Lines (TBL) tersebut seharusnya konsep dan implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam peningkatan kualitas hidup pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen. Dalam perjalanannya, implementasi CSR sering mengalami pembiasan dari nilai-nilai CSR yang “asli”. Pembiasan itu tampak manakala perusahaan hanya melakukan kegiatan bantuan atau charity atau “pemadam konflik sementara“ kepada masyarakat yang kemudian dianggap sebagai program CSR. Pada hal CSR ideal tidak sekedar sebagai program bantuan untuk menghindari tekanan dari pihak lain, misalnya tekanan masyarakat ataupun sebagai alat kehumasan untuk membentuk citra baik, melainkan kegiatan pemberdayaan yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik.
3
Hardinsyah, op. cit., hal 3.
12
2.1.1.3 Kebijakan Perusahaan dalam CSR Menurut Steiner (1997) yang dikutip oleh Mulyadi (2007) menyatakan bahwa kebijakan dianggap sebagai pedoman untuk bertindak atau saluran untuk berfikir. Secara lebih khusus, kebijakan adalah pedoman untuk melaksanakan suatu tindakan. Kebijakan mencakup seluruh bidang tempat tindakan atau yang dilakukan. Kebijakan biasanya berlangsung lama serta cenderung memiliki jangka waktu yang lama tanpa peninjauan dan penyempuranaan. Kebijakan menjelaskan bagaimana cara pencapaian tujuan dengan menentukan petunjuk yang harus diikuti. Kebijakan dirancang untuk menjamin konsistensi tujuan dan untuk menghindari keputusan yang berwawasan sempit dan berdasarkan kelayakan. Berikut ini akan disajikan beberapa model yang menyangkut perangkat lengkap kebijakan yang mengatur aktivitas sosial perusahaan menurut Steiner (1997) sebagaimana dikutip Mulyadi (2007). 1)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mempertimbangkan tanggung jawab sosialnya dengan seksama. Kebijakan ini tidak mengikat perusahaan dalam program sosial tertentu, tetapi mengungkapkan bahwa perusahaan merasa tanggung jawab sosialnya yang pertama adalah memikirkan tanggung jawab sosialnya dengan seksama.
2)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk benar-benar memanfaatkan keringanan pajak melalui kontribusi. Kebijakan ini hanya memanfaatkan undang-undang perpajakan tetapi tidak mengikat perusahaan di luar kedermawanan minimum yang diperlihatkan saat sekarang kecuali apabila perusahaan merasa bahwa laba yang didapat cukup tinggi untuk memberi sesuatu lebih banyak.
3)
Perusahaan menetapkan kebijakan memikul biaya sosial dalam operasi perusahaan tanpa mengorbankan posisi kompetisi atau keuangannya. Kebijakan ini menyatakan bahwa perusahaan ingin menghindari dampak negatif operasi terhadap masyarakat sejauh yang dapat dilakukan oleh perusahaan.
4)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosialnya pada tujuan terbatas. Perusahaan dapat mencapai lebih banyak kegiatan apabila memiliki bidang-bidang tertentu agar dapat memusatkan upaya yang dilakukan, sehingga perusahaan menetapkan batas tertentu pada program sosial.
13
5)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memusatkan program sosial pada sejumlah bidang yang secara strategis berkaitan dengan fungsi perusahaan pada saat sekarang dan masa mendatang.
6)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk memperlancar tindakan karyawan yang dapat dilakukan sebagai perorangan dan bukan sebagai wakil resmi perusahaan. Perusahaan tidak memaksa karyawan untuk terlibat dalam aktivitas yang lebih baik bagi masyarakat, tetapi perusahaan mendorong dan menyediakan sarana bagi para karyawan untuk memenuhi kepentingan sosial mereka.
7)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji ulang peluang produk dan jasa yang memungkinkan perusahaan mendapatkan laba dan meningkatkan kepentingan sosial; tetapi tidak semua tindakan sosial perlu dilakukan hanya untuk memperoleh keuntungan.
8)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengambil tindakan atas nama tanggung jawab sosial tetapi tidak berarti harus mengorbankan tingkat keuntungan yang diperluukan untuk mempertahankan kekuatan ekonomi dan dinamika yang diinginkan manajemen puncak.
9)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk melakukan tindakan responsif secara sosial atas dasar keberlanjutan dan bukan bersifat ad hoc, sewaktu-waktu, atau untuk waktu yang singkat. Kebijakan ini didasarkan atas keyakinan bahwa persahaan akan dapat menimbulkan pengaruh yang lebih besar dengan biaya sedikit, melalui program berkelanjutan dibandingkan dengan melakukan tindakan yang terputus-putus.
10)
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk mengkaji kebutuhan sosial yang perlu ditanggapi perusahaan, kontribusi yang dapat diberikan, resiko yang mungkin timbul, dan kemungkinan manfaatnya bagi perusahaan dan masyarakat. Kebijakan ini mengingatkan agar “melihat sebelum melompat”. Kebijakan ini mendorong agar perusahaan mengambil tindakan yang terorganisir, nalar, sistematis dan berlangsung dalam periode waktu tertentu.
14
2.1.2 Pengembangan Masyarakat 2.1.2.1 Konsep dan Definisi Pengembangan Masyarakat Dalam bukunya Ambadar (2008) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada hanya sekadar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain: community relation. Pemberdayaan masyarakat (comdev) intinya adalah bagaimana individu atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka
menurut Shardlow (1998) dalam Ambadar
(2008). Keragaman dalam menginterpretasikan beberapa pendekatan pengembangan masyarakat semakin meluas mulai dari perbedaan orientasi sampai dengan berbagai tujuan-tujuan. Menurut Suharto (2005) pengembangan masyarakat adalah satu model pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial. Sebagai sebuah metode pekerjaan sosial, pengembangan masyarakat merujuk pada interaksi aktif antara pekerja sosial dan masyarakat terlibat dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi suatu program pembangunan kesejahteraan sosial atau usaha kesejahteraan sosial. Community Development (comdev) memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama, dengan mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian dilakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Comdev seringkali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab (Payne, 1995) 4. Pengembangan masyarakat adalah salah satu pendekatan yang harus menjadi prinsip utama bagi seluruh unit-unit kepemerintahan maupun pihak korporasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan sosial menurut Ambadar (2008). Sementara Shardlow (1998) dalam Ambadar (2008) menjelaskan bahwa pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau 4
Jackie Ambadar. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.
15
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Upaya pemberdayaan yang cenderung tidak melihat mereka sebagai suatu komunitas dan bersifat charity (sumbangan) seolah-olah hanya mempersubur eksistensi mereka. Dalam kaitan dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman (1995) yang dikutip oleh Adi (2003) menggambarkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan melalui beberapa model (pendekatan) intervensi, seperti pengembangan masyarakat lokal, perencanaan dan kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi di atas, maka proses pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat konsensus seperti pengembangan masyarakat lokal, kepatuhan seperti pendekatan perencanaan dan kebijakan sosial, atau pun melalui pendekatan konflik seperti aksi sosial. Dunham (1958) dikutip oleh Adi (2003) menyatakan lima prinsip dasar yang amat penting bagi mereka yang berminat pada pengorganisasian masyarakat atau pengembangan masyarakat, yaitu: 1) Penekanan pada pentingnya kesatuan kehidupan masyarakat 2) Perlu adanya pendekatan antar tim dalam pengembangan masyarakat 3) Kebutuhan akan adanya community worker yang serba bisa pada wilayah pedesaan 4) Pentingnya pemahaman akan pola budaya masyarakat lokal 5) Adanya prinsip kemandirian yang menjadi prinsip utama dalam pengembangan masyarakat Tahapan dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa Organisasi Pelayanan Masyarakat, yaitu: 1. Tahap persiapan, didalamnya terdapat tahap penyiapan petugas dan penyiapan lapangan yang merupakan prasyarat. 2. Tahap assessment, dengan mengidentifikasi masalah (kebutuhan yang dirasakan = felt needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
16
3. Tahap perencanaan alternatif program suatu kegiatan, agen peubah (community worker) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya. 4. Tahap pemformulasian rencana aksi, agen peubah (community worker) membantu masing-masing kelompok untuk memutuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. 5. Tahap pelaksanaan, sesuatu yang sudah direncanakan akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara agen peubah dengan warga masyarakat. 6. Tahap evaluasi, sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. 7. Tahap terminasi, merupakan tahap ‘pemutusan’ hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Indikator keberhasilan suatu program pembangunan komunitas dapat dilihat dari bentuk-bentuk kebersamaan yang dijalin antar pihak-pihak pemerintah, perusahaan dan komunitas lokal yang terlihat dalam partisipasi dan keberlanjutan (sustainability). Partisipasi dapat dilihat sebagai keterlibatan para pihak di dalam mengelola programprogram community development. Secara mendasar, partisipasi bukanlah milik dari komunitas lokal, akan tetapi semua pihak harus berpartisipasi. Ada dua motivasi utama yang mendasari perusahaan melakukan program CSR yaitu, pertama bersifat akomodatif kebijakan bisnis yang hanya bersifat kosmetik dan tidak lengkap, CSR dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk mempengaruhi wacana yang bermanfaat sebagai langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR yang benar. Sedangkan menurut Jack Rothman dalam Suharto (2005) model-model pengembangan masyarakat mengembangkan tiga model yang berguna dalam memahami konsepsi tentang pengembangan masyarakat yaitu, pengembangan masyarakat lokal, perencanaan sosial, dan aksi sosial. Paradigma ini merupakan format ideal yang dikembangkan terutama untuk tujuan analisis dan konseptualisasi. Mengacu pada dua perspektif yang dikemukakan di atas, model pertama dan kedua sejalalan
17
dengan perspektif professional, sedangkan model ketiga lebih dekat dengan perspektif radikal. Menurut Rudito dan Famiola (2007) lancar atau terhambatnya jalan sebuah korporasi tergantung pada kepekaan perusahaan dalam memperhatikan dan mengingat gejala sosial budaya yang ada disekitarnya, seperti munculnya kecemburuan sosial akibat dari pola hidup dan pendapatan yang sangat jauh berbeda antara perusahaan (karyawan perusahaan) dengan komunitas sekitar. Dalam kenyataannya, komunitas lokal tidak hanya berdiri pada sisi lingkungan sosial perusahaan, akan tetapi juga berada di dalam perusahaan sebagai karyawan. Untuk itu diperlukan suatu wadah program yang berguna untuk menciptakan kemandirian komunitas lokal untuk menata sosial ekonomi mereka sendiri, maka diciptakan suatu wadah yang berbasis pada komunitas yang sering disebut sebagai community development yang mempunyai tujuan untuk pemberdayaan komunitas (empowerment). Keberlanjutan sendiri memiliki pengertian sebagai strategi program yang dipakai untuk menunjang kemandirian komunitas yang dapat dilihat dari sisi-sisi manusia (human), sosial (social), lingkungan (environment) dan ekonomi (economic). Sehingga dengan adanya keberlanjutan, suatu usaha dapat dinikmati tidak hanya oleh generasi pada masa sekarang saja, akan tetapi juga oleh generasi selanjutnya dalam bentuk alih teknologi maupun bentuk pola hidup yang berbeda dari sebelumnya. Salah satu perangkat dalam melaksanakan community development yang baik adalah menempatkan audit sosial sebagai perangkat terakhir untuk menjadi awal dalam proses selanjutnya.
2.1.2.2 Asas dan Prinsip Pengembangan Masyarakat Menurut Ife (1995) yang dikutip Nasdian (2006), pengembangan masyarakat dipandang sebagai perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas, yaitu: komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan, mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait dan partisipasi warga, membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga, dan mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian dan gagasan warga komunitas.
18
Ife (2002:200-225) seperti dikutip oleh Nasdian (2006) membagi prinsip-prinsip Community Development dalam tiga bagian penting, yaitu ekologi, keadilan sosial, nilai-nilai lokal, proses, serta global-lokal, secara rinci dikemukakan sebagai berikut : a. Prinsip ekologis, ada beberapa prinsip dalam kaitannya dengan masalah ekologi, yaitu: holistik, keberlanjutan, keanekaragaman, pembangunan organis, dan keseimbangan. b. Prinsip
keadilan sosial,
yaitu:
menghilangkan ketimpangan struktural,
memusatkan perhatian pada wacana yang merugikan (Addressing discourses of disadvantage), pemberdayaan, mendefiniskan kebutuhan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. c. Menghargai nilai-nilai lokal, yaitu: pengetahuan
lokal,
budaya
lokal,
sumberdaya lokal, keterampilan lokal, dan menghargai proses lokal. d. Proses, yaitu: proses, hasil, dan visi, keterpaduan proses, peningkatan kesadaran, partisipasi, kooperasi dan konsensus, tahapan pembangunan, perdamaian dan anti kekerasan, inklusif, dan membangun komunitas. e. Prinsip global dan lokal, yaitu: hubungan antara global dan lokal dan praktik Anti Penjajah (Anti-colonialist practice),
2.1.2.3 Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Payne (1979) dalam Nasdian (2006) menjelaskan bahwa pemberdayaan ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya (kuasa) untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Nasdian (2006) menjelaskan bahwa partisipasi adalah proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Sementara itu, Paul (1987) dalam Nasdian (2006) memberikan pengertian mengenai partisipasi yaitu “.....participation refers to an active process whereby beneficiaries influence the direction and execution of development projects rather than mercly receive a share of project benefits”.
19
Pengertian tersebut melihat keterlibatan masyarakat mulai dari tahap pembuatan keputusan, penerapan keputusan, penikmatan hasil dan evaluasi (Cohen dan Uphoff, 1980 sebagaimana dikutip oleh Nasdian, 2006). Melihat berbagai pendapat yang ada mengenai pemberdayaan dan partisipasi, maka pemberdayaan dan partisipasi di tingkat komunitas dapat dikatakan dua konsep yang erat kaitannya (Nasdian, 2006). Partisipasi diartikan sebagai keterlibatan masyarakat secara aktif dalam setiap tahapan pembangunan mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Masyarakat tidak lagi menjadi obyek dari pembangunan tetapi menjadi subyek pembangunan, dimana masyarakat
berperan
dalam
menyampaikan
aspirasi,
menentukan
pilihan,
memanfaatkan peluang dan menyelesaikan masalahnya. Melalui pendekatan partisipatif ini masyarakat dapat memiliki pengaruh dan kontrol terhadap berbagai inisiatif pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya yang akan mempengaruhi kehidupannya maupun lingkungannya. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan,
atau
proses
belajar
bersama
saling
memahami,
menganalisis,
merencanakan dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat. Partisipasi masyarakat juga dapat dikatakan sebagai proses yang melibatkan masyarakat umum dalam pengambilan keputusan, perumusan, pelaksanaan, dan pengawasan kebijakan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta pembinaan masyarakat. Partisipasi adalah proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi lebih berasal dari masyarakat yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai badan dunia dan lembaga swadaya masyarakat, sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan, yang dimaksud ini adalah pihak pemerintah. Apabila ada kemauan tetapi tidak ada kemampuan dari pihak luar yang dalam hal ini masyarakat telah diberi kesempatan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka partisipasi tidak akan terjadi. Demikian juga, jika ada kemauan dan kemampuan tetapi tidak ada ruang atau kesempatan yang diberikan oleh negara atau penyelenggara pemerintahan, maka tidak mungkin juga partisipasi masyarakat itu terjadi.
20
Menurut Arnstein yang dikutip Soemarjo5 dalam tulisannya Ladder of Citizen Participation6, partisipasi sering dilakukan tanpa adanya pengaruh signifikan terhadap keputusan yang diambil. Pengalaman partisipasi yang telah berlangsung di berbagai daerah
studi
juga
menunjukkan
adanya
kelemahan-kelemahan
untuk
dapat
memproduksi suatu efek transformatif dan empowerment seperti yang diharapkan. Beberapa kelemahan yang mempengaruhi kualitas dan efektivitas partisipasi antara lain: a) Belum meratanya kemauan politik maupun pemahaman di jajaran pemerintahan tentang pentingnya dan tentang keuntungan apa yang bisa diperoleh dari proses partisipasi. Tidak jarang partisipasi diselenggarakan semata sebagai formalitas proyek yang semakin lama kualitasnya semakin menurun. b) Kebijakan dan peraturan yang ada yang mengatur tentang proses partisipasi dalam tata kepemerintahan di daerah tidak cukup mengikat dan tidak memberikan insentif yang cukup berarti untuk diterapkan secara serius dan berkelanjutan. Sementara itu proses monitoring dan penegakan hukum dari aturan-aturan ini juga belum menjadi prioritas dari pemerintah pusat maupun pemerintah propinsi. c) Forum-forum warga atau forum multi-stakeholders yang berpotensi menjadi media penyalur suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan diri menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Anggota atau peserta membutuhkan penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih kompeten dalam berpartisipasi. Walaupun masalah yang dihadapi setiap forum dan asosiasi berbeda secara detilnya, ada beberapa persoalan dasar yang dihadapi yaitu yang terkait dengan aspek kepemimpinan, transparansi, kompetensi, dan akses terhadap sumberdaya. d) Para perencana, pelaksana dan fasilitator program partisipatif sering menghadapi kesulitan untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya?” agar warga bisa berpartisipasi secara efektif dan agar tidak terjadi dominasi kepentingan tertentu dalam suatu forum partisipatif. Pengetahuan dan ketrampilan menyelenggarakan forum-forum partisipatif dan penguasaan metode serta teknik partisipasi harus diakui tidak mengalami perkembangan yang cukup berarti dalam beberapa tahun 5
Saat ini adalah Direktur B-Trust Advocacy Group, suatu lembaga independen yang bekerja memperkuat inovasi dalam tata kepemerintah daerah. Dikutip dalam tulisan berjudul Mengangkat Partisipasi Warga yang Bermakna dalam Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang. 6 Arnstein, S, ‘A Ladder of Citizen Participation in the USA’, Journal of the Royal Town Planning Institute, 1971.
21
belakangan ini, bahkan dapat dikatakan sedang mengalami proses involusi dan degradasi. Pada Gambar 3 disajikan matriks tipologi yang dikenal dengan delapan tangga peran serta masyarakat (Eight rungs on the ladder of citizen partisipation) menurut Arstein (1969) yang dikutip Setiawan yang menjabarkan peran serta masyarakat yang didasarkan pada kekuatan masyarakat untuk menentukan suatu produk akhir. Kedelapan tingkatan partisipasi masyarakat dipaparkan sebagai berikut: Gambar 3. Matriks Tingkatan Partisipasi Masyarakat Menurut Arsntein (1969) Tangga/tingkatan
Hakekat kesertaan
Tingkatan pembagian kekuasaan
Partisipasi 1. Manipulasi
Permainan oleh pemerintah
2. Terapi
Sekedar agar masyarakat tidak Tak ada partisipasi marah/mengobati
3. Pemberitahuan
Sekedar
pemberitahuan
searah/sosialisasi 4. Konsultasi
Masyarakat didengar, tapi
Tokenisme/sekedar
tidak selalu dipakai sarannya
justifikasi agar masyarakat mengiyakan
5. Penentraman
Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan
6. Kemitraan
Timbal-balik dinegosiasikan
7. Pendelegasian
Masyarakat diberi kekuasaan
Tingkatan kekuasaan ada di
Kekuasaan
(sebagian atau seluruh Progra)
masyarakat
8. Kontrol masyarakat
Sepenuhnya dikuasai oleh Masyarakat
Sumber: Arsntein, 1969: 217 yang dikutip oleh Setiawan7
7
Disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema "Hak Suara Masyarakat dalam Proses Penyusunan dan Implementasi Kebijakan Tata Ruang"diselenggarakan oleh Pusat Studi Planologi, Fakultas Teknik, Universitas Unissula, Semarang Kamis, 27 Februari 2003.
22
Dua tingkat teratas dikategorikan sebagai “non partisipatif”, sasaran dari kedua bentuk adalah untuk mendidik dan mengobati masyarakat yang berperanserta. Tingkat ketiga, keeempat dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “tokenisme” yaitu suatu tingkat partisipasi, dimana masyarakat didengar dan diperkenankan untuk memberi saran atau berpendapat akan tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pendapat mereka akan dipertimbangkan atau diterima oleh pemegang keputusan (perusahaan). Peran serta masyarakat hanya dibatasi pada tingkat ini, maka kacil kemungkinannya ada upaya perbunahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Tiga tingkatan yang berada terbawah dikategorikan ke dalam tingkat “kekuasaan masyarakat” (citizen power), dimana masyarakat dalam tingkat ini memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan dengan menjalankan kerjasama, kekuasaan dan pengawasan masyarakat. Pada tingkat kedelapan, masyarakat memiliki mayoritas suara dalam proses
pengambilan
keputusan bahkan,
memiliki
kewenangan
penuh
melaksanakan suatu program.
2.1.3 Evaluasi Program Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan efisiensi, efektivitas, dan dampak dari suatu program atau proyek sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Menurut Musa (2005) evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan suatu objek yang dilakukan secara terencana, sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Secara umum evaluasi dapat diartikan sebagai upaya seksama untuk mengumpulkan, menyusun mengolah dan menganalisa fakta, data dan informasi untuk menyimpulkan harga, nilai, kegunaan, kinerja, dan lain-lain mengenai sesuatu yang kemudian dibuat kesimpulan sebagai proses bagi pengambilan keputusan. Kegiatan evaluasi program merupakan salah satu pilar penting yang tidak dapat diabaikan
dalam
penyelenggaraan
program
pembelajaran
dan
pemberdayaan
masyarakat karena berkaitan dengan penyelenggaraan program yang selanjutnya. Klausmeier dan Goodwin sebagaimana dikutip Fauziah (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses yang kontinyu di dalam memperoleh dan menginterpretasi informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan perserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku.
23
Berdasarkan data yang diperoleh dari Deptan (1989) yang dikutip oleh Sasmita (2009) evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektifitas dan dampak kegiatan-kegiatan proyek atau program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan obyektif. Sedangkan menurut Jabar dan Arikunto (2004) sebagaimana dikutip Sasmita (2009) evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui implementasi dari suatu kebijakan. Dengan demikian, kegiatan evaluasi program mengacu pada tujuan dan sasaran dengan kata lain bahwa tujuan tersebut dijadikan tolak ukur keberhasilan suatu program. Musa (2005) mengemukakan unsur-unsur pokok yang harus ada dalam kegiatan evaluasi adalah: objek yang dinilai, tujuan evaluasi, alat evaluasi, proses evaluasi, hasil evaluasi, standar yang dijadikan pembanding dan proses perbandingan antara hasil evaluasi dengan standar. Hasil evaluasi adalah sebagai bahan bagi pengambilan keputusan. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu objek yang sedang diukur dengan ukuran tertentu, yang sifatnya kuantitatif. Sedangkan pemantauan adalah kegiatan untuk melihat dan mengambarkan suatu keadaan kegiatan yang sedang berlangsung sebagaimana adanya. Dan pengendalian adalah kegiatan untuk menjaga keajegan dan kesinambungan suatu kegiatan agar berjalan sesuai dengan standar-standar tertentu. Sedangkan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan saat melakukan evaluasi program adalah: 1. Objektif, bahwa data dan informasi yang diperoleh adalah benar berdasarkan fakta yang ada, 2. Menyeluruh, bahwa data dan informasi itu mencakup aspek-aspek dari program yang bersangkutan, 3. Partisipatif, bahwa data dan informasi yang diperoleh bukan semata-mata dari persepsi pihak evaluator, tetapi juga sumber informasi lain seperti: penyelenggara, tutor, peserta belajar dan jika mungkin orangtua peserta belajar serta tokoh masyarakat. Jika kita akan mengevaluasi program perlu disepakati bersama aspek-aspek apa yang akan dievaluasi agar tidak terlalu luas sehingga menyulitkan dalam mengumpulkan data dan informasinya di lapangan. Jika mengacu pada konsep kesisteman program, aspek-aspek evaluasi program mencakup:
24
a. Peserta belajar (raw input) Pada aspek peserta belajar dapat kita kembangkan beberapa variabel, diantaranya berkenaan dengan jenis kelamin, usia, tempat tinggal, status sosial ekonomi keluarga, dan lain-lain yang disesuaikan dengan karekteristik program yang dievaluasi. b. Masukan sarana (instrumental input) Beberapa contoh aspek yang dievaluasi dari masukan sarana ini seperti tenaga kependidikan (pengelola, tutor, narasumber, dan fasilitator) diantaranya jumlah, usia, latar belakang pendidikan, keahilan yang dimiliki, tempat tinggal, kehadiran dan kerjasama. Masukan sarana lain adalah berkenaan dengan program belajar/kurikulum dan media belajar. c. Proses pembelajaran (process) Beberapa aspek yang dievaluasi dalam proses pembelajaran ini diantaranya berkenaan dengan jadwal belajar, bimbingan dan latihan, lamanya kegiatan, metode belajar yang digunakan, aktifitas tutor dan peserta belajar, aktifitas pengelola dalam memberikan dukungan kegiatan belajar, bimbingan dukungan kegiatan belajar, bimbingan dan latihan serta iklim belajar. d. Masukan lingkungan (environmental input) Aspek yang dievaluasi dari masukan lingkungan ini antara lain kondisi prasarana belajar, cuaca, iklim dan keadaan sosio-kultural masyarakat dimana program dilakukan. e. Keluaran (output) Aspek yang dievaluasi diantaranya berkenaan jumlah lulusan, prestasi belajar, kemampuan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang telah dimiliki peserta belajar setelah mengikuti program belajar. f. Masukan lain (other input) Adalah aspek-aspek yang berkenaan dengan bantuan, perhatian, dorongan, fasilitas, aturan, kebijakan atau sesuatu yang lain (material maupun non material) yang memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung maupun secara peserta belajar menyelesaikan program belajar.
25
g. Pengaruh (impact) Aspek yang dievaluasi dari pengaruh ini misalnya perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta belajar setelah menyelesaikan program belajar, seperti aspirasinya, fungsionalisasi pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam kehidupannya, diterima sebagai karyawan/bekerja atau usaha sendiri, peningkatan pendapatan
dan
peningkatan
peran
sertanya
dalam
kehidupan
sosial
kemasyarakatan. Indikator digunakan apabila aspek yang akan dinilai perubahannya tidak dapat secara langsung seperti halnya tinggi badan, berat badan atau harga suatu barang yang secara kuantitatif mudah diukur (Subakti, 1996 dalam Suharto, 1997). Indikator sosial pada dasarnya menunjuk pada definisi konseptual atau bagian dari definisi operasional dari suatu konsep utama yang memberikan gambaran sistem informasi tentang suatu sistem sosial.
2.2 Kerangka Pemikiran Implementasi program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa keterlibatan pihak perusahaan secara langsung dalam upaya pengembangan masyarakat sekitar dengan membentuk suatu proyek atau program yang dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri berkaitan dengan tiga dasar utama kepentingan (Triple Bottom Lines), yakni memelihara lingkungan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal, dan menjaga pertumbuhan perusahaan. Dalam pelaksanaan program-program CSR PT. Indocement mengacu pada kegiatan yang terkelompok dalam kerangka Lima Pilar (The Five Pilars) yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan, (sosial, budaya, agama, dan olahraga), dan keamanan. Suatu tahapan dalam proses pelaksanaan program CSR PT Indocement terkait langsung pada kebijakan PT Indocement itu sendiri sebagai landasan dan pedoman dalam pelaksanaan program atau proyek pada masyarakat di 12 desa binaan. Dalam lingkup perusahaan sendiri terdiri dari motivasi dalam melakukan program CSR, aspek pengelolaan dimana akan diukur sejauh mana program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan tujuan (jangka waktu dan SDM) yang terlibat dalam implementasi. Pada awalnya Departemen CSR membuat rancangan kerja tahunan yang akan dilakukan pada satu tahun kedepan. Sebelum pihak Departemen CSR memutuskan
26
program atau proyek CSR, harus dilakukannya BILIKOM dan melihat socio demograpy mapping juga data demografi desa tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah proses sosialisasi yang dilakukan pihak perusahaan sebelum melakukan program CSR dan pada saat pelaksanaan program yang bekerja sama dengan masyarakat. Setelah dianalisis kebutuhan dan masalah yang ada di masyarakat maka dipertimbangkan untuk pengadaan pelatihan atau training untuk tiap program/proyek CSR. Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu setelah pelatihan atau training mekanik (mesin motor) yang telah dilakukan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan keputusan dari perusahaan, akhirnya didirikan bengkel tersebut sebagai tempat untuk mengembangkan masyarakat dengan pendampingan, pelatihan, dan pemberian modal kepada masyarakat. Sedangkan tujuan khusus dari bengkel ini adalah untuk menambah kemampuan dan keterampilan masyarakat mengenai motor, mendidik masyarakat dalam mengorganisasikan usaha atau bisnis, dan juga meyadarkan dan meningkatkan business mentally dalam diri masyarakat. Sedangkan pada pihak masyarakat dalam pelaksanaan program akan melihat tingkat partisipasi pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi program. Keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat sangat penting sebagai upaya dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakat. Oleh sebab itu, tingkat implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat merupakan suatu tolak ukur dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Evaluasi proses yang dilakukan termasuk dalam evaluasi proses baik dari tahap perencanaan, sosialisasi, dan pelaksanaan program atau proyek CSR yang dilakukan oleh pihak perusahaan PT Indocement dan masyarakat di salah satu desa binaan yaitu Desa Bantarjati dimana didirikannya Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Evaluasi proses dilakukan untukmengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisa data dan informasi untuk menyimpulkan kinerja yang kemudian disimpulkan sebagai proses pengambilan keputusan. Implementasi CSR yang baik adalah yang melibatkan partisipasi beberapa stakeholders baik itu perusahaan, masyarakat dan pihak lain yang terlibat.
27
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian Analisis Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tingkat Implementasi Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Rencana kerja tahunan Pihak Perusahaan
a. b. c. d. e.
Kebijakan perusahaan Motivasi Proses Sosialisasi Proses pelaksanaan Training /pelatihan
Evaluasi Proses Program CSR
PROSES PELAKSANAAN PROGRAM CSR
Pihak Masyarakat
a. b. c. d.
Tingkat Partisipasi Perencanaan program Pelaksanaan program Menikmati hasil program Evaluasi program
Kebijakan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Keterangan :
: Meliputi : Mempengaruhi
: Saling Berhubungan
28
2.3 Hipotesa Pengarah Kebijakan dan pandangan perusahaan mengenai CSR telah mempengaruhi implementasi, sasaran, dan tujuan program CSR PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Implementasi program CSR yang dilakukan PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berbasiskan pengembangan masyarakat jika melibatkan masyarakat secara aktif dalam program CSR dan menciptakan kemandirian masyarakat.
2.4 Definisi Konseptual 1.
Kebijakan CSR perusahaan adalah kerangka dasar perusahaan (visi, misi, dan peraturan) yang berupa dokumen tertulis yang menjadi landasan dalam pelaksanaan program CSR.
2.
Rencana kerja tahunan adalah rangkaian program atau kegiatan yang akan dilakukan pada masa kurun waktu satu tahun, terdiri dari tujuan, rangkaian kegiatan dan anggaran dana yang akan dilakukan.
3.
Tingkat implementasi prinsip-prinsip pengembangan masyarakat adalah prinsip yang menginformasikan suatu cara yang lebih berorientasi pada proses dan pelaksanaan pogram agar pengembangan masyarakat dapat dilakukan secara efektif.
4.
Proses pelaksanaan program CSR adalah serangkaian proses pengelolaan kegiatan dan program CSR dengan dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program.
5.
Pihak perusahaan adalah sekelompok orang yang mewakili suatu institusi atau kelembagaan yang berada pada suatu wilayah dan memiliki satu tujuan bersama.
6.
Motivasi adalah alasan atau suatu hal yang mendasari pihak perusahaan melakukan suatu program atau kegiatan. Motivasi dalam pelaksanaan suatu program antara lain: Charity, dimana berdasarkan pada agama, tradisi dan adat budaya masyarakat setempat yang bersifat jangka pendek, selain itu ada motivasi Philantropy yang melihat dari norma etika dan hukum yang berlaku di Indonesia (universal) dilakukan secara terencana dan terorganisir, dan Corporate Citizenship yang bertujuan untuk merekonsiliasi dengan ketertiban
29
sosial antara perusahaan dan pihak masyarakat dengan memberikan kontribusi kepada masyarakat yang terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan. 7.
Sosialisasi program CSR adalah publikasi atau penyampaian informasi merupakan pendekatan yang dilakukan pihak perusahaan kepada masyarakat sebelum dan pada saat pelaksanaan program CSR baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media tertentu.
8.
Proses pengelolaan adalah proses yang dilakukan perusahaan dalam mengatur dan mengorganisir Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat (staf Div. CSR, LSM, dan Yayasan) dalam pelaksanaan program CSR. Selain itu, tenggat waktu (jangka waktu) merupakan pengorganisasian waktu dalam suatu program agar mencapai target sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan.
9.
Training atau pelatihan merupakan tahap atau rangkaian awal untuk melakukan program atau proyek yang berupaya untuk menambah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan peserta penerima program di bidang tertentu.
10. Evaluasi proses program CSR adalah evaluasi mengenai tahap pelaksanaan program, dimulai dari sosialisasi program sampai program tersebut selesai dilaksanakan. 11. Pihak masyarakat adalah orang atau sekelompok komunitas yang terlibat dan ikut serta dalam seluruh tahapan pelaksanaan program CSR. 12. Tingkat partisipasi masyarakat adalah peran aktif masyarakat dalam pelaksanaan program CSR baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. 13. Tahap perencanaan program dinyatakan sebagai keikutsertakan informan dalam mengikuti rapat penyusunan rencana atau kegiatan. Aspek yang akan dilihat adalah kehadiran responden dalam rapat perencanaan program dan keaktifan dalam rapat tersebut 14. Tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan keaktifan pada pelaksanaan kegiatan/program. Partisipasi pada tahap pelaksanaan dilihat dari banyaknya kegiatan yang diikuti responden serta kehadiran dan keaktifan dalam tiap-tiap kegiatan tersebut. 15. Tahap menikmati hasil program adalah keikutsertaan masyarakat dalam menikmati hasil proyek atau program CSR yang dilakukan oleh PT Indocement
30
dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil, peserta pelatihan, pihak perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan manfaat dan kegunaan setelah dilakukannya pelatihan. Tingkat partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil dilihat dari keterampilan yang didapat oleh peserta pelatihan dan penerapan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. 16. Tahap evaluasi program adalah keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek atau program. Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti rapat dan pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi proyek.
31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di kantor PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk yang berlokasi di Jl. Mayor Oking Jayaatmadja, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor dan di Bengkel Sepeda Motor Terpadu Jl. Cikarang Kampung Sawah Lulut, Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Sebelum menentukan tempat penelitian, peneliti melakukan observasi dan telaah dokumen melalui kepustakaan media cetak, internet, televisi, dan penjajagan awal untuk mendapatkan informasi dari narasumber. Waktu penelitian dilakukan selama kurun waktu dua bulan yaitu dimulai dari bulan November hingga akhir Desember 2009. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih menjadi lokasi penelitian setelah berdiskusi dengan dosen pembimbing dan diperkuat dengan informasi bahwa PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk pada Indonesian CSR Awards 2008 telah meraih “Penghargaan Emas” dan “Penghargaan Terbaik 1” pada tanggal 23 Februari 2009 dan karena PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan perusahaan industri manufaktur yang menghasilkan limbah dan polusi terhadap lingkungan sekitar, sehingga peneliti ingin mengetahui kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang berbasiskan pemberdayaan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan evaluasi program yang sudah dan akan dilaksanakan. 3.2 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif dipilih karena mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Hal ini karena studi kasus merupakan studi aras mikro yang hanya menyoroti satu atau beberapa kasus dan karena studi kasus merupakan strategi penelitian yang bersifat multi metode (wawancara, pengamatan, dan analisis dokumen). Beberapa kasus pada aras mikro (komunitas lokal) akan dipilih komunitas yang telah atau sedang melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
32
Metode studi kasus yang digunakan adalah bersifat explanatory research, dimana penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bagaimana kesesuaian antara tujuan dan hasil dari pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dengan melakukan evaluasi proses proyek bengkel serta faktor-faktor yang akan mempengaruhinya. Melihat keterlibatan masyarakat dalam melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai upaya perusahaan untuk mengembangkan masyarakat atau di sebuah komunitas yang berada di lingkungan perusahaan. Adapun wawancara dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan program CSR. Wawancara tidak hanya dilakukan pada pembuat (perusahaan) atau penerima (masyarakat) proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu saja, tetapi pada kedua belah pihak, bahkan dilakukan pula kepada pihak-pihak yang terkait dalam proses pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu selain dari pihak perusahaan dan masyarakat, seperti pemerintah setempat, akademisi, dan swasta. Pengamatan dilakukan pada pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu di masyarakat terhadap upaya pengembangan masyarakat dan kesesuaian hasil dari program tersebut. Strategi studi kasus ini diharapkan mampu menggali informasi mendalam mengenai kontribusi perusahaan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan yang berbasiskan pengembangan masyarakat di lokasi sekitar pabrik dan evaluasi program yang dilaksanakannya. 3.3 Teknik Pemilihan Informan Subjek dalam penelitian ini adalah informan. Informan merupakan pihak yang memberikan keterangan tentang diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Pemilihan informan dilakukan secara purposive, Informan kunci yang dipilih dalam penelitan ini berjumlah sembilan orang, terdiri dari pihak perusahaan (3 orang) salah satunya Ibu Dian Octavia sebagai CSR Head Development Officer yang akan memberikan informasi dan data mengenai kebijakan, rancangan pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan dan implementasi proyek tersebut, komunitas/masyarakat penerima program (3 orang) yang memberikan informasi tentang proses pelaksanaan proyek yang selama ini telah dilakukan. Sedangkan informan kunci dari pemerintah dan aparat setempat (3 orang) yang memberikan informasi tentang
33
gambaran umum dan potensi desa serta peran-peran pemerintah dalam pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Selain informan kunci, peneliti juga melibatkan beberapa informan lainnya yang terdiri dari kerabat atau tetangga dari infoman kunci tersebut dan informan yang ikutserta dalam pelaksanaan program tersebut. Informan lainnya ini digunakan untuk melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci dan data yang diperoleh dari infoman lainnya didiskusikan kembali dengan informan kunci. Pertimbangan pemilihan pemerintah sebagai informan kunci adalah pemerintah mempunyai andil dan tanggung jawab penuh terhadap segala sesuatu kegiatan yang diadakan di Desa Bantarjati. Sedangkan yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan komunitas/masyarakat penerima program sebagai informan kunci, yakni keterlibatan mereka dalam proses pelaksaaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara langsung. Sehingga peneliti dapat memahami proses tersebut dari mulai perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi proyek bengkel yang dilakukan oleh perusahaan dan masyarakat. Pengambilan informan yaitu peserta pelatihan angkatan II tahun 2008 dengan pertimbangan informan sudah dapat menerapkan program yang di berikan mengenai mesin motor dan aspek otomotif lainnya.
3.4 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang diterapkan peneliti adalah metode triangulasi untuk memperoleh kombinasi data yang akurat berupa wawancara mendalam, pengamatan berperanserta, dan penelusuran dokumen. Hal ini dilakukan agar dapat memperoleh kombinasi data yang akurat, sehingga dapat menjelaskan gejala sosial yang berkaitan dengan evaluasi proses pada proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Pengumpulan data yang dilakukan peneliti juga disesuaikan dengan kebutuhan data dan metode pengumpulannya. 1) Wawancara Mendalam Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan data primer dan deskriptif yang dilakukan terhadap informan. Informan ditentukan melalui teknik bola salju (snowball). Pemilihan informan pada awalnya dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mendatangi staf CSR Development Officer, aparat pemerintah
34
di tingkat desa sebagai pemangku program pembangunan, dan juga tokoh masyarakat dimana penelitian dilakukan, yang selanjutnya akan mengiringi peneliti kepada informan lain. Untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan, maka penulis membuat panduan pertanyaan yang digunakan sebagai pedoman dalam pengumpulan data. 2) Pengamatan Berperanserta dan Observasi Pengamatan berperanserta bersifat participant as observer dimana peneliti hadir sebagai pengamat dinamika subyek penelitian8. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melihat dan mengamati kejadian dan proses sosial yang terjadi disekitar informan, maka peneliti juga ikut mengobservasi kegiatan masyarakat dalam melakukan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu tersebut. 3) Penelusuran Dokumen atau Literatur Data sekunder diperoleh dari menganalisis dan melakukan kajian pustaka terhadap berbagai literatur, yakni skripsi, tesis, disertasi, buku, jurnal, makalah, dan internet yang terkait dengan pelaksanaan program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk baik itu dokumen pribadi maupun dokumen resmi. Selain itu, analisis data sekunder juga diperlukan terhadap dokumen yang diperoleh di lokasi penelitian, seperti monografi dan potensi desa, peta lokasi, data statistik. Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data sekunder dan primer. Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan informan, disamping itu data primer juga didapatkan peneliti dari pengamatan berperanserta yang dilakukan peneliti selama di lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang didapatkan dari dokumen-dokumen tertulis baik yang berupa tulisan ilmiah ataupun dokumen resmi yang diterbitkan instansi. Untuk menghindari adanya distorsi pesan, maka peneliti setelah melakukan wawancara mendalam dengan informan, peneliti menulis kembali hasil wawancara dalam bentuk catatan harian. Catatan harian atau catatan lapangan adalah instrumen utama yang melekat pada metode-metode pengumpulan data kualitatif (Sitorus, 1998).
8
Kolopaking, Lala M, dkk. Materi Pembekalan Kuliah Kerja Profesi .Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor tanggal 6,7, dan 9 Juli 2009.
35
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis data kualitatif. Data kualitatif baik data primer maupun sekunder yang telah didapatkan akan diolah dan dianalisis secara kualitatif. Analisis data primer dan data sekunder diolah menggunakan tiga tahapan kegiatan analisis data dan dilakukan secara bersamaan, yaitu reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Sitorus, 1998). 1) Mereduksi data, bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, mengeliminasi data-data yang tidak diperlukan dan mengorganisir data sedemikian sehingga didapatkan kesimpulan. 2) Data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk deskriptif maupun matriks yang menggambarkan proses dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang sedang dilakukan perusahaan dan masyarakat. Sehingga diharapkan dapat menjawab perumusan masalah yang telah ditetapkan. 3) Kesimpulan, menarik simpulan melalui verifikasi. Verifikasi dilakukan sebelum peneliti menarik kesimpulan akhir, dimana proses menyimpulkan tentang penelitian ini dilakukan bersama dengan para informan yang merupakan subjek dalam penelitian ini yang telah menyumbangkan data dan informasi terhadap penelitian ini.
36
BAB IV PROFIL PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 4.1.1 Sejarah PT Indocement9 PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu, termasuk produk semen khusus. Indocement didirikan pada tahun 1985 dan dioperasikan secara terpadu dengan total kapasitas produksi terpasang sebesar 17,1 juta ton semen per tahun. Indocement saat ini mengoperasikan 12 pabrik, sembilan di antaranya berlokasi di Citeureup, Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan. Sejak tahun 2005, Indocement telah melakukan diversifikasi produk dengan meluncurkan Semen Komposit Portland (Portland Composite Cement/PCC). Perseroan juga memproduksi berbagai jenis semen lainnya, yaitu Semen Ordinary Portland Tipe I, Tipe II dan Tipe V, serta Semen Sumur Minyak (Oil Well Cement) dan Semen Putih. Sampai saat ini, Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Produk-produk Indocement tersebut dipasarkan dengan merek dagang ‘Tiga Roda’. Pada tahun 2001, HeidelbergCement Group, salah satu produsen semen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman dan beroperasi di 50 negara, menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Sejak itu, Indocement bertekad untuk memulihkan kondisi keuangan yang sehat seperti sebelum terjadinya krisis keuangan di Asia. Untuk mencapai hal tersebut, dan dengan dukungan HeidelbergCement Group, Indocement kembali memfokuskan kegiatannya pada bisnis inti sebagai produsen semen, beton siap-pakai dan agregat. Sejak 2006 hingga saat ini, Indocement telah berhasil mencapai kondisi keuangan yang sehat. Indocement menyelesaikan proyek modifikasi Pabrik ke delapan di Citeureup pada tahun 2007, yang memberikan tambahan kapasitas produksi terpasang sebesar 600.000 ton semen per tahun. Hal ini memungkinkan Indocement meningkatkan 9
Sumber: Sekilas Indocement Departemen CSR (diakses pada tanggal 3 Desember 2009)
37
volume penjualan secara signifikan pada 2008 untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Sebagai bagian dari program tanggung jawab sosial perusahaan, Indocement berhasil mengembangkan lebih dari 170 hektar perkebunan jarak (Jatropha curcas) pada lahan bekas penambangan batu kapur. Indocement juga berhasil memprakarsai proyek pengolahan sampah rumah tangga dalam skala kecil untuk masyarakat di sekitar Pabrik Citeureup dan Cirebon. Sampah yang diproses dapat digunakan sebagai bahan bakar biomassa yang menghasilkan energi pada proses produksi, dan juga menghasilkan kompos. 4.1.2 Visi dan Misi PT Indocement Visi dari PT Indocement ialah “Menjadi pemimpin pasar semen dalam negeri yang berkualitas”. Sedangkan misi dari PT Indocement dalam mewujudkan visinya ialah “Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan papan, semen dan bahan bangunan yang terkait, serta jasa terkait yang bermutu dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan berkelanjutan”. PT Indocement juga mempunyai motto untuk mendorong semangat para karyawan yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)” yang merupakan nilai-nilai dalam perusahaan sebagai corporate identity (PT Indocement, 2008). Berdasarkan visi yang telah diputuskan oleh perusahaan maka dapat terlihat secara eksplisit di dalam misinya menekankan adanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Selanjutnya misi PT Indocement diterjemahkan ke dalam empat kebijakan utama PT Indocement yang mencangkup (Dewani, 2009): 1. Kebijakan Mutu a) Senantiasa
meningkatkan
sistem
manajemen
mutu
dan
melakukan
pengendalian mutu secara ketat pada seluruh tahapan proses sehingga produk klinker dan semen yang dihasilkan serta pelayanan pendukung yang terkait memiliki mutu yang konsisten untuk memenuhi persyaratan bahkan melampaui kepuasan pelanggan. b) Secara terus menerus melatih seluruh jajaran manajer dan karyawan agar memahami serta menghayati prinsip dan metode Manajemen Mutu Terpadu dan Sistem Manajemen Mutu Internasional.
38
c) Memacu seluruh jajaran manajer dan supervisor untuk mengikutsertakan segenap karyawan untuk secara terus menerus meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. d) Membangun keyakinan bahwa sumber daya manusia adalah penyangga utama bagi prakarsa mutu melalui pelatihan dan pengembangan tenaga kerja berwawasan teknologi dan berorientasi pada mutu akan menghasilkan teknologi dan terobosan baru. 2. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Keamanan, Lingkungan dan Komunitas a) Senantiasa manjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan. b) Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian resiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat. c) Senantiasa berupaya untuk menghemat sumberdaya alam, mengutamakan keselamatan kerja serta mengendalikan dan mengurangi dampak terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus. d) Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis dengan lingkungan sekitar. 3. Kebijakan Gaya Manajemen a) Senantiasa memberikan semangat pada segenap tingkatan dalam perusahaan untuk berinisiatif dan berpartisipasi dalam rangka memenuhi tujuan dan sasaran perusahan. b) Senantiasa menghargai hubungan yang baik pada segenap tingkatan dengan pihak eksternal dan internal yang dilandasi saling menghormati, kejujuran, dan kepercayaan. c) Senantiasa mengembangkan sistem komunikasi internal dan eksternal yang efektif untuk mendukung keberhasilan penerapan sistem manajemen perusahaan. d) Senantiasa berkeyakinan seluruh jajaran manajer, selalu mematuhi prinsipprinsip kebijakan yang dideklarasikan ini dan memberikan keteladanan. 4. Kebijakan Karyawan
39
a) Senantiasa mengharapkan segenap kemampuan karyawan untuk loyal, kerjasama, tanggung jawab, siap melayani, kemauan belajar, mempunyai integritas, dan disiplin. b) Senantiasa meningkatkan bakat karyawan melalui pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan. c) Senantiasa mendorong karyawan untuk bertanggungjawab terhadap pekerjaan dan tugas yang didelegasikan, serta mempunyai wawasan berpikir yang luas dalam rangka mewujudkan mobilitas dan fleksibilitas. d) Senantiasa mengutamakan budaya perusahaan secara terus menerus untuk mendorong tim kerja yang prima. Pelaksanaan dan implementasi program CSR berlandasakan pada kebijakan PT Indocement yang mempertimbangkan konsep Sustainable Development dan prinsip Triple Bottom Lines (ekonomi, sosial, dan lingkungan). Perumusan kebijakan PT Indocement mengacu pada ISO 26000 dalam lingkup implementasi tanggung jawab sosial perusahaan. 4.1.3 Departemen CSR PT Indocement PT Indocement memiliki sebuah Departemen CSR yang dibentuk pada tahun 2005 yang berlandaskan pada Triple Bottom Lines. Kegiatan sosial perusahaan PT Indocement sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan berdiri pada tahun 1985 melalui divisi Community Development. Saat ini Departemen CSR unit Citeureup dipimpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen CSR dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section) yang dikepalai oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section (SDP Section) yang dikepalai oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development).
40
Selain memiliki visi dan misi, Departemen CSR PT Indocement juga memiliki motto yaitu “Turut membangun kehidupan bermutu (better shelter for a better life)” yang selalu dijadikan pijakan bagi setiap karyawan perusahaan dari berbagai tingkatan dalam menjalankan aktivitas perusahaan ini. Departemen CSR mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan sosial yang dilakukan PT Indocement di 12 desa binaan yang berada di sekitarlingkungan pabrik dan jalur konvayer khususnya dan lingkup nasional umumnya. Ruang lingkup Departemen CSR meliputi kegiatan memutuskan program/proyek yang akan dilaksanakan, membuat perencanaan, melaksanakan prgram/proyek di 12 desa binaan, melakukan survai, monitoring program/proyek CSR, dan melakukan dokumentasi. PT Indocement yang beroperasi di Citeureup berada dalam tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Citeureup, Kecamatan Klapanunggal, dan Kecamatan Cileungsi. Dari tiaptiap kecamatan tersebut ditentukan desa binaan yang memiliki kedekatan lokasi dari pabrik. Berdasarkan kedekatan tersebut maka jumlah seluruh desa binaan PT Indocement sebanyak 12 desa binaan, yaitu: Desa Gunung Putri, Citeureup, Puspanegara, Lulut, Bantarjati, Nambo, Hambalang, Leuwi Karet, Tarikolot, Gunung Sahari, Pasir Mukti, dan Tajur. Penentuan
program CSR di 12 desa binaan dilakukan berdasarkan social
mapping atau pemetan sosial oleh pihak karyawan Departemen CSR untuk mendapatkan gambaran umum dan data yang jelas mengenai situasi dan kondisi yang ada di masyarakat binaan sehingga dapat menentukan prioritas program yang akan dilaksanakan agar tepat guna dan tepat sasaran. Perencanaan program CSR dilandasi oleh konsep Triple Bottom Lines dan dibuat dalam bentuk rencana strategis dengan jangka waktu pelaksanaan program selama lima tahun (Gambar 5) yang menjadi acuan pelaksanaan program CSR Indocement. Departemen CSR melakukan pertemuan BILIKOM (Bina Lingkungan dan Komunikasi) di 12 desa binaan setiap tiga bulan sekali. Pertemuan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan di masyarakat yang berlandasakan pada Renbangdes (Rencana Pembangunan Desa) merupakan hasil dari pertemuan atau musyawarah rencana pembangunan yang dilakukan di tiap desa.
41
Gambar 5. Skema Strategic Planning 2006-2010 Program CSR PT Indocement
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
Pada Gambar 6 disajikan proses tahapan pelaksanaan program CSR PT Indocement melalui BILIKOM dan Renbangdes, pihak Departemen CSR menganalisis kebutuhan masyarakat sesuai dengan prioritas dan target dengan skala yang telah ditentukan dengan menggunakan social mapping dan disesuaikan pula dengan rencana strategis. Hasil dari analisis kebutuhan tesebut ditetapkan melalui kebijakan perusahaan yang selanjutnya dilaksanakan oleh Departemen CSR. Setelah selesai dilaksanakan program, tahap selanjutnya adalah dilakukannya kegiatan pemantauan dan evaluasi program yang kemudian di kembalikan kembali dalam BILIKOM dan kebijakan Departemen CSR.
42
Gambar 6. Skema Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement Tahun 20062010
Sumber : Intranet Departemen CSR (diakses pada tanggal 23 November 2009)
4.2 Profil Lokasi Penelitian Desa Bantarjati 4.2.1 Demografi Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada dua lokasi penelitian, yaitu di Departemen CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Unit Citeureup dan di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Bantarjati adalah lokasi Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang merupakan salah satu lokasi implementasi program CSR. Adapun batas-batas wilayah Desa Bantarjati sebagai berikut: Sebelah utara
: Kecamatan Gunung Putri
Sebelah barat
: Kecamatan Citeureup
Sebelah timur
: Desa Nambo
Sebelah selatan
: Desa Lulut
43
Desa Bantarjati berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah + 367 Ha. Berdasarkan profil Desa Bantarjati tahun 2009 dari jumlah penduduk yang ada terbagi menjadi 5 RW, yaitu: RW 1 dan RW 2 disebut dengan Kampung Nambo yang berada di Dusun 1 RW 3 dan RW4 disebut dengan Kampung Bantarkopo yang berada di Dusun 2 RW 5 disebut dengan Kampung Pasir Tangkil yang berada di Dusun 3 Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
berada di Desa Bantarjati, namun
berdasarkan letak monografis bengkel ini berada dan dekat dengan Desa Lulut karena bengkel tersebut berada di perbatasan wilayah dan lebih banyak masyarakat Desa Lulut yang mengakses Bengkel Sepeda Motor Terpadu dikarenakan letak yang berdekatan dengan pemukiman masyarakat Desa Lulut.
4.2.2 Kondisi Sosial, Ekonomi dan Lingkungan Berdasarkan Data Demografi tahun 2008, penduduk Desa Bantarjati terdiri dari 2071 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk mayoritas laki-laki, yaitu 3603 orang sedangkan perempuan sebanyak 3518 orang dari total keseluruhan penduduk pada (Tabel 1). Selain itu, mayoritas masyarakat Desa Bantarjati beragama Islam. Namun, dari 4530 penduduk yang produktif hanya 3563 penduduk yang memiliki pekerjaan dan sisanya sebanyak 967 penduduk menganggur. Jumlah penduduk yang memiliki pekerjaan tetap sebanyak 168 orang adalah sebagai karyawan swasta dan 15 orang sebagai PNS Tabel 1. Berdasarkan Tabel 2 diperoleh keterangan bahwa mayoritas masyarakat Desa Bantarjati berpendidikan hingga sekolah menengah pertama dan mayoritas mereka mata pencahariannya adalah sebagai buruh dan pedagang. Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan pabrik dan tempat penambangan batu kapur. Oleh karena letak yang berdekatan dengan daerah tambang Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi masyarakat Desa Bantarjati rajin menanami pohon di pekarangan rumahnya atau halamannya dan di sepanjang jalan umum yang dapat menambah kesejukan suasana. Kondisi jalan di Desa Bantarjati berupa jalan sebagian beraspal dan ada juga yang masih berbatu, jalan tersebut dapat dilalui oleh motor, mobil, angkutan umum, dan kandaraan besar (traktor). Pihak perusahaan belum melakukan perbaikan jalan umum
44
untuk lalu lintas kendaraan besar di sepanjang jalur ke tempat pertambangan. Pihak perusahaan tidak melakukan perbaikan jalan karena adanya peraturan dari Pemerintah Daerah yang melarang jalanan lalu lintas kendaraan industri untuk diaspal. Tabel 1. Data Demografi Desa Bantarjati Tahun 2008 (satuan jiwa atau orang) Keterangan
Rw 1
Rw 2
Rw 3
Rw 4
Rw 5
Total
Jumlah kepala keluarga
406
472
378
445
370
2071
Jumlah penduduk laki-laki
685
796
663
812
647
3603
Jumlah penduduk perempuan
643
783
660
807
625
3518
Jumlah penduduk produktif
795
983
830
1015
907
4530
Jumlah penduduk bekerja
690
705
594
788
786
3563
Jumlah penduduk
1328
1579
1323
1619
1272
7121
Jumlah pengganguran
105
278
236
227
121
967
Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Tabel 2. Data Demografi Mata Pencaharian Desa Bantarjati tahun 2008 Keterangan
Rw 1
Rw 2
Rw 3
Rw 4
Rw 5
Total
Jumlah industri kecil (unit)
2
1
0
1
0
4
Jumlah usaha pertanian (unit)
35
35
39
0
27
136
Jumlah PNS (orang)
10
1
2
2
15
Jumlah jasa buruh (orang)
398
370
410
292
1470
Jumlah perdagangan (orang)
68
72
71
59
270
Jumlah pengrajin (unit)
6
2
5
2
15
Jumlah karyawan swasta (orang)
30
48
61
29
168
Jumlah usia produktif (orang)
289
207
312
191
999
Jumlah tenaga skill (orang)
11
9
30
15
65
Jumlah tenaga unskill (orang)
278
198
282
176
934
Sumber: Social mapping Desa Bantarjati oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Sampah yang terdapat di Desa Bantarjati mayoritas berasal dari sampah domestik dan sampah rumah tangga, baik berupa sampah organik dan anorganik.
45
Sampah yang tergolong sebagai limbah domestik pabrik, yakni bahan sisa proses penambangan batu kapur yang tidak terpakai atau terjatuh saat pendistribusian. Sampah tersebut dipisahkan dipisahkan lagi untuk dimanfaatkan kembali, seperti sampah organik dikumpulkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos sedangkan sampah anorganik yang masih dimanfaatkan diolah kembali. Kondisi sampah yang ada di Desa Bantarjati, saat ini Departemen CSR sedang membangun tampat pengolahan sampah organik dan anorganik untuk dijadikan biomassa. Dari pengolahan ini menghasilkan biomassa yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik. Semua hasil pengolahan sampah mempunyai nilai ekonomis. 4.2.3 Profil Proyek Bengkel Motor Terpadu Program Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Program/SDP) dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (“Indocement”) unit Citeureup salah satunya adalah Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang berlokasi di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Bogor, yang saat ini masih beroperasi. Gambar 7. Gambar Stuktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu, Desa Bantarjati Tahun 2009
Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
46
Latar belakang pelaksanaan Proyek Sepeda Motor Terpadu adalah untuk mengatasi masalah yang terjadi di masyarakat Desa Bantarjati yaitu besarnya jumlah angka pengangguran yaitu sebesar 967 orang dari 3540 jumlah penduduk yang produktif dan adanya keluhan masyarakat akan modal atau dana untuk memulai usaha atau bisnis baru. Setelah dilakukan observasi dan survai oleh staf karyawan Departemen CSR, pihak perusahaan memutuskan untuk mengadakan pelatihan untuk memilih mekanik yang berkualitas yang akhirnya akan didirikan sebuah bengkel. Bengkel ini berdiri pada tanggal 1 April 2009, dan pada tahap awal struktur organisasi bengkel terpadu (Gambar 7) dibentuk oleh pihak Departemen CSR dan masyarakat sekitar untuk memumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging project) dan mengatur operasional bengkel. Tujuan umum dari Proyek Bengkel Sepada Motor Terpadu adalah mengembangkan masyarakat dengan cara pendampingan, pelatihan, dan pemberian modal kepada masyarkat Desa Bantarjati. Adapun tujuan khusus dari proyek ini adalah: 1) Menambah kemampuan dan keterampilan 2) Mendidik masyarakat dalam manajemen usaha/bisnis 3) Menyadarkan dan meningkatkan bisnis mentally Penerima manfaat dari Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu adalah warga Desa Bantarjati, Masyarakat di 12 desa binaan pada umumnya, pemerintah dan aparat dinas terkait, dan stakeholders yang terlibat dalam proyek ini dapat melihat pada Lampiran 1. 4.2.4 Mekanisme Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu merupakan bentuk serangkaian program yang diselenggarakan secara bertahap dan sistematis pada tahun 2007- sampai saat ini, antara lain: 1) melakukan survai dan observasi di desa yang berada di sekitar lingkungan pabrik dan alur konvayer. 2) melakukan social mapping untuk melihat kondisi demografi dan monografi di 12 Desa Binaan. 3) melakukan BILIKOM di Desa Bantarjati dengan pihak aparat desa, masyarakat dan staf Departemen CSR.
47
4) memutuskan program CSR (Proyek Bengkel Terpadu) dilaksanaan di RW 05 Desa Bantarjati. 5) melakukan sosialisasi pelaksanaan pelatian/training di 12 Desa Binaan PT Indocement
tentang
keterampilan,
kemampuan
mengoperasikan
dan
memperbaiki mesin motor melalui BILIKOM dan langsung dilakukan kepada masyarakat. 6) membuka pendaftaran dan pengembalian formulir peserta pelatihan mekanik sepeda motor. 7) pelaksanaan pelatihan dengan fasilitator (montir ahli) untuk diberikan pendampingan dan pelatihan. 8) peserta yang masuk kemudian diseleksi dan yang terpilih kemudian diberikan kesempatan untuk bekerja di Bengkel Sepeda Motor Terpadu. 9) pada bulan April 2009 Bengkel Sepeda Motor Terpadu resmi di buka. 10) setelah berjalannya bengkel pihak Departemen CSR melakukan monitoring hingga saat ini untuk melihat kemajuan dan peningkatan pendapatan Bengkel Terpadu. Pada bulan Desember 2009 Indocement merencanakan untuk membuka bengkel baru di salah satu area parkir pabrik Indocement. Untuk mekanisme pembayaran service motor yang berasal dari Indocement dilakukan oleh pihak koperasi Indocement tiap bulannya. Pada Gambar 8 menerangkan bahwa tujuan umum dari pendirian Bengkel Terpadu ini adalah membentuk bengkel plasma baru yang berada di 12 desa binaan. Departemen CSR melakukan pendampingan dan pelatihan di bengkel saat proses pelaksanaan untuk memberikan pemahaman dan memberikan wadah dan kesempatan kepada para pemuda disekitar untuk berlatih dan belajar mengenai mesin motor dan lainnya. Proyek Bengkel Terpadu ini juga sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus sebagai pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di sekitar lingkungan Pabrik Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diharapkan mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Saat ini jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 9 (Sembilan) terdapat pada (Tabel 3 pada lampiran) yang terdiri dari kepala bengkel, administrasi, mekanik, dan satpam yang berasal dari desa Lulut, Bantarjati dan Puspanegara.
48
Gambar 8. Skema Rencana Pengembangan Bengkel Terpadu di 12 Desa binaan PT Indocement
Sumber: Social mapping oleh Departemen CSR PT Indocement (2008)
Departemen CSR mengirimkan wakilnya tiap bulan untuk melakukan evaluasi dengan meminta laporan keuangan kepada pengurus bengkel. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemantauan kinerja pelaksanaan bengkel disesuaikan dengan tujuan dan target yang ingin dicapai oleh pihak perusahaan.
49
BAB V IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 5.1 Kebijakan PT Indocement Mengenai CSR Kebijakan PT Indocement mengenai implementasi CSR telah dirumuskan sejak berdirinya kantor dan pabrik Indocement. Kebijakan dalam implementasi CSR pada awalnya hanya melakukan sumbangan dan bantuan kepada masyarakat sekitar tanpa memiliki landasan dan konsep partisipasi dan pengembangan masyarakat. Saat ini, perusahaan telah memiliki kebijakan dan konsep yang menjadi acuan dalam aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial (konsep triple bottom lines) seperti kutipan dibawah ini yang terdapat pada Annual Report PT Indocement dan data Departemen CSR yaitu: “Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya’(Departemen CSR PT Indocement, 2009).
Program
tanggung jawab
sosial
perusahaan
didasarkan pada
konsep
pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines). Perusahaan juga mendasarkan program ini pada Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan. Selain itu, tujuan dari pembangunan milenium PBB pada tahun 2000 juga menjadi inspirasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Sebagaimana tersebut di bawah ini Lima Pilar tersebut meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budayaagama-olahraga dan keamanan. Terobosan dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang berhasil dicapai Indocement pada tahun 2007 adalah pada saat menyelaraskan kepentingan konservasi lingkungan dengan sumber bahan bakar alternatif dan pembangunan komunitas, dimana momentumnya lebih terasa di tahun 2008. Aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan terpusat pada empat proyek berbeda yang memberikan peluang kerja pada wilayah dengan kesempatan kerja yang langka, menawarkan pendapatan bagi orang yang tidak memiliki penghasilan, mengubah pola pikir masyarakat tentang kebersihan dan sanitasi di dalam dan sekitar desa mereka, dan yang lebih penting lagi, membuka peluang untuk menggalang keterlibatan dan pengembangan masyarakat pada
50
kegiatan yang memiliki nilai ekonomis dan memberi manfaat sosial yang berkelanjutan dalam jangka panjang. PT Indocement telah melakukan komitmen dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan dengan kebijakan CSR PT Indocement yang menggunakan prinsip triple bottom lines (profit, planet, and people), yaitu dengan memperhatikan keberlanjutan pembangunan program dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sesuai hasil wawancara, dapat merujuk pada Lampiran 1. 5.2 Pandangan Perusahaan terhadap CSR Indocement melaksanakan gagasan-gagasan tanggung jawab sosial perusahaan untuk memberikan mata pencaharian, perhatian dan perlindungan yang layak bagi masyarakat dan lingkungannya untuk memastikan keberlangsungan pertumbuhan serta kesejahteraan bagi generasi berikutnya. Filosofi yang dianut oleh Indocement adalah sebagai badan usaha yang berwawasan lingkungan, Indocement memiliki tanggung jawab sosial dalam membantu meningkatkan kualitas kesejahteraan komunitas sehingga komunitas dapat turut merasakan manfaat kehadiran perusahaan. Menurut Ibu Dian Octavia selaku Head Office Departemen CSR mengatakan bahwa: “Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya kesadaran dan kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya upaya perusahaan dalam manajemen dampak operasi perusahaan yaitu dengan meninimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasi perusahaan.”10
PT Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang menangani keseluruhan pelaksanaan program CSR PT Indocement yaitu sebuah Corporate Social Responsibility Departement. Departemen CSR memiliki misi yaitu menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan (sustainable development). Departemen CSR juga memiliki visi, yaitu membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. 10
Hasil wawancara dengan Ibu Dian Octavia, Kepala Departemen CSR pada tanggal 22 Desember 2009
51
5.3 Tujuan dan Sasaran Program CSR Panduan dan landasan Departemen CSR melakukan CSR mengacu pada Konsep Sustainable Development dan Konsep Triple Bottom Lines (sosial, lingkungan, dan ekonomi) seiring dengan berjalannya zaman maka PT Indocement beradaptasi dengan menggunakan standar ISO 26000 dalam setiap program atau proyek yang dilakukan. Maka, saat ini PT Indocement sedang melakukan program-program yang mengacu untuk pengembangan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, perusahaan juga melakukan kerja sama dengan berbagai stakeholders, seperti aparat pemerintah, tokoh masyarakat, tokoh agama, pihak bank dan pihak perguruan tinggi atau universitas. Sesuai dengan kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu: 1) Mewujudkan kemandirian masyarakat, 2) Meningkatkan ekonomi lokal, dan 3) Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran pelaksanaan CSR yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan Indocement dengan melibatkan external stakeholders dan membangun daerah dengan melakukan kontribusi pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari segi hardware berupa fisik dan bangunan atau software berupa bantuan kemasyarakatan dan pelatihan. Saat ini, PT Indocemet sedang melakukan perubahan dari hardware ke software. Melihat sejak berdirinya PT Indocement di Citeureup ini sudah banyak melakukan pembangunan fisik baik itu, jalan, masjid, bangunan sekolah, jembatan, dan berbagai perbaikan lainnya, sekarang Departemen CSR memfokuskan untuk melakukan program pemberdayaan masyarakat dengan mengadakan berbagai pelatihan dan keterampilan kepada masyarakat sekitar agar mereka tidak bergantung kepada perusahaan saja. Prinsip sustainable development yang dilakukan PT Indocement dengan tidak mengambil hak masyarakat dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan berkewajiban untuk membuat program atau proyek yang berkelanjutan untuk masyarakat sebagai ganti untuk generasi yang akan datang dengan mewariskan usaha atau kesempatan kerja di bidang lain.
52
5.4 Pelaksanaan CSR PT Indocement Pada pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandaskan pada konsep triple bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan berkelanjutan maka Departement CSR melakukan pembagian section atau bagian dalam departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social Development Project Section (SDP section). Keduanya bekerja secara team work untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan awalnya. Berdasarkan rencana strategis CSR PT Indocement, program yang menjadi prioritas adalah konsep program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat yang dikoordinir oleh Comdev section dan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project yang dikoordinir oleh SDP section. Program Lima Pilar yang di lakukan secara tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT Indocement diantaranya (PT Indocement CSR, 2009): 1. Pilar Pendidikan Program pendidikan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan. Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah (PAUD, SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja. 2. Pilar Ekonomi Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi yang ada di 12 desa binaan. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha, program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri. Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di 12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat pemberdayaan itu, banyak diantara mereka telah menjadi panutan dibidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor.
53
3. Pilar Kesehatan Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT Indocement dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat serta membantu prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti, Nambo, Bantarjati, Citeureup dan desa yang lain yang termasuk 12 desa binaan CSR unit Citeureup. PT Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu Posyandu di Desa Gunung Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan sarana fasilitas air bersih di desa Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT Indocement juga mengadakan Posling (Puskesmas Keliling) di setiap desa binaannya dengan menggunakan sistem rolling bergantian di setiap desanya. Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan jumlah balita gizi buruk, penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang berada di 12 desa binaan CSR unit Citeureup. 4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar daerah operasial perusahaan. PT Indocement juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan program pembinaan sepak bola dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan Ramadhan PT Indocement juga mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di Masjid As-Salam yang berada di lingkungan pabrik dengan mengundang perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa binaannya. Selain itu, pada Hari Raya Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian zakat kepada masyarakat sekitar dan membantu para korban gempa di Garut, Jawa Barat berupa paket bantuan yang merupakan sumbangan pribadi dari Direksi Indocement, Ikatan Manajemen Indocement (IMI) dan Serikat Pekerja (SP) Indocement serta Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kabupaten Bogor. 5. Pilar Keamanan Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan menggalang kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui
54
pembinaan Pam Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihanpelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal. Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines (profit, people,and planet), merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan masyarakat, misalnya: 1. Perkebunan Jarak Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang mengubah lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun, menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan lebih dari 75.000 pohon jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun 2008, PT Indocement menanam lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya, memperluas total lahan perkebunan pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi lebih dari 170 hektar pada akhir tahun 2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT Indocement sampai saaat ini menunjukkan potensi yang baik dan akan lebih berkembang jika perusahaan bekerja sama dengan universitas terkemuka, serta melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan marjinal agar bermanfaat secara ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar untuk kurun waktu jangka panjang dan berkelanjutan (sustainable). 2. Pengolahan sampah rumah tangga Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya inisiatif proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun 2008, pada saat pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat pengolahan sampah tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat, namun juga turut memetik manfaat ekonomis dengan mengumpulkan dan mengolah sampah rumah tangga mereka secara benar. Hasil pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton sampah yang dikonversi sebagai
55
biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik. 3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk keperluan memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang sederhana dan ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya menjadi gas untuk memasak. 4. Proyek Peternakan Terpadu Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari masyarakat dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan peternakan ditempatnya sendiri dengan membawa ternak sesuai pengembangannya. Berdasarkan penjelasan mengenai kebijakan, pandangan, dan pelaksanaan CSR PT Indocement maka dapat terlihat keterkaitan antara kebijakan dan pendangan perusahaan dalam pelaksanaan CSR yang berlandaskan konsep triple bottom lines dan kerangka Lima Pilar Pembangunan PT Indocement. Kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan memiliki tujuan umum untuk membangun kemandirian masyarakat dan peningkatan perekonomian dengan mengembangkan masyarakat di 12 Desa Binaan.
56
BAB VI ANALISIS PROGRAM CSR Program CSR PT Indocement dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan tingkat partisipasi dan pengembangan masyarakat. Salah satu program CSR dalam penelitian ini dilakukan dengan mengevaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Evaluasi proses Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dilakukan untuk melihat partisipasi masyarakat Desa Bantarjati dan sekitar pada tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi. Program CSR ini dilakukan sebagai upaya PT Indocement untuk menanggulangi masalah yang terjadi di Desa Bantarjati dan sekitar yaitu jumlah pengangguran yang tinggi dan kurangnya modal dalam memulai usaha bagi masyarakat sekitar. Pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu dimulai dari penetapan wilayah, tujuan dan sasaran program sampai dengan sosialisasi program dan partisipasi masyarakat, pelaksanaan proyek sesuai dengan apa yang direncanakan. Tingkat partisipasi peserta dilihat dari keikutsertaannya dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi program. Proses partisipasi dari tahap awal PT Indocement melakukan pelatihan atau training sampai pada didirikannya Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Model evaluasi proses proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu secara filosofis dikontruksikan berorientasi pada bagaimana PT Indocement bersama pemerintah lokal dan stakeholders lainnya memberdayakan masyarakat (komunitas) di sekitar lingkungan perusahaan. Komponen yang akan dilihat dalam salah satu proyek pengembangan masyarakat ini dikelompokan berdasarkan komponen lunak (soft) dan keras (hard). Merujuk pada BPMigas (2008) penilaian komponen yang lunak adalah penilaian terhadap dokumen social / community mapping dan dokumen kebijakan dan perencanaan pengembangan masyarakat perusahaan serta laporan evaluasi. Sedangkan penilaian pada komponen keras adalah penilaian terhadap realitas di lapangan (partisipasi masyarakat). 6.1 Sosialisasi Pelatihan Tahap sosialisasi adalah tahap awal yang dilakukan oleh PT Indocement, pihak aparat Pemerintah Desa Bantarjati dan tokoh masyarakat sekitar berupa tahap penyampaian informasi dan publikasi. Bentuk sosialisasi proyek Bengkel Terpadu pada
57
awalnya adalah dengan melakukan pemberitahuan kepada masyarakat di 12 desa binaan akan diadakannya pelatihan otomotif (mekanik sepeda motor). Sosialisasi yang di berikan oleh staf atau karyawan Departemen CSR PT Indocement merupakan proses penyampaian informasi kepada tokoh masyarakat, aparat pemerintahan, dan kader-keder di 12 desa mengenai program pelatihan. Proses sosialisasi lain yang dilakukan oleh PT Indocement juga dilakukan dengan pemberitahuan menggunakan surat undangan kepada pemuda atau remaja di sekitar atau lingkungan pabrik mengenai kesediaan untuk mengikuti pelatihan yang sebelumnya sudah di beritahukan pada saat BILIKOM (Bina Lingkungan Komunikasi) yang dilakukan setiap tiga bulan sekali. Surat undangan diberikan kepada pemuda disetiap desa setelah itu diseleksi di tiap desa dan setelah diseleksi hanya ada satu perwakilan dari tiap desanya yang akan mengikuti pelatihan di SMI (Sekolah Magang Indocement) seperti yang dituturkan oleh Hermansyah salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu angkatan ke-II tahun 2008. “iya neng, saya waktu itu dapet undangan dari indocement untuk pelatihan jadi montir, sebenernya banyak teman saya yang mau ikut tapi katanya perwakilan dari desa cuma dua orang aja. Semua itu diputuskan oleh pihak perusahaan.”
Selain itu, bentuk sosialisasi lain yang sudah dilakukan oleh pihak Departemen CSR ialah dengan mengunjugi secara langsung ke masyarakat untuk memberikan informasi yang rutin diadakan oleh koordinator dari tiap desa. Masyarakat di setiap desa juga melakukan sosialisasi dengan memberitahukan kepada tetangganya mengenai informasi pelatihan mekanik/otomotif. 6.2 Partisipasi Penerima Program 6.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan masyarakat dalam merencanakan dan membuat keputusan terhadap program yang akan dijalankan. Pada tahap perencanaan yang dilihat adalah keterlibatan masyarakat, serta melihat keaktifan dalam rapat BILIKOM dengan aparat desa dan perwakilan dari Departemen CSR PT Indocement. Keterlibatan partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan ini tidak hanya kehadiran saja akan tetapi kegiatan memberi usul atau pendapat dalam rapat.
58
Pada tahap perencanaan ini pihak dari Departemen CSR sebelumnya sudah melakukan social mapping yang dilakukan pada tiap-tiap desa binaannya. Hal ini dilakukan dalam lingkup kebupaten atau kawasan yang relatif luas melintasi wilayah operasional perusahaan. Selain itu juga, PT Indocement melakukan community mapping dengan cara penjajagan kepada masyarakat yang berada dalam binaan atau wilayah operasional perusahaan. Menurut Sunim salah satu informan yang saya wawancarai yang bekerja sebagai montir di bengkel mengatakan bahwa: “duh neng, saya mah enggak tau masalah rencana tau sebelum bengkel ini ada, saya cuma tinggal terima dan ikut saja. Saya cuma tau bengkel ini dari tetangga, banyak juga masyarakat sini yang enggak ikut rapat dan pertemuan dengan pihak indocement, yang datang mah cuma dari kantor desa aja”.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan selah satu dari pengurus bengkel yang tidak mengetahui perencanaan dan alasan berdirinya bengkel yaitu Maya selaku pengurus Bengkel Sepeda Motor Terpadu pada bidang administrasi. “neng, waktu saya tau ada bengkel ini juga dari para tetangga katanya indocement sedang membutuhkan karyawan kontrak yang ingin bekerja dan ditempatkan di bengkel ini, jadi saya mah cuma tau kalau bengkel ini bantuan untuk masyarakat. saya tinggal bikin lamaran aja, eh ternyata diterima, Alhamdulillah. Saya kurang paham masalah perencanaan dan sosialisasi yang dilakukan indocement”.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, partisipasi masyarakat dalam tahap perencanaan untuk proyek bengkel terpadu ini masih rendah. Hal ini terlihat dari pernyataan informan yang saya wawancarai, mereka menyatakan bahwa hanya segelintir orang yang turut serta dalam pelaksanaan BILIKOM untuk merumuskan dan menentukan program atau proyek yang sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang terjadi di desa. Sebagian besar pihak yang mengukuti BILIKOM adalah pihak dari Kantor Desa dan tokoh agama saja, hal ini terlihat dari informan yang saya temui tidak tahu dan tidak mengerti dalam perencanaan dan perumusan dalam proses Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Masyarakat di Desa Bantarjati hanya menunggu saja keputusan program yang akan direalisasikan di Desa Bantarjati. Sebagian besar masyarakat Desa Bantarjati sudah percaya dan setuju dengan perwalikan dari desa dalam rapat, seperti Kades, tokoh masyarakat dan tokoh agama. 6.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan
59
Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan adalah keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan Proyek Bengkel Terpadu sebagai upaya pengembangan masyarakat. Partisipasi pada tahap pelaksanaan melihat keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan dalam kegiatan training atau pelatihan sampai dengan terpilihnya menjadi mekanik di Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai salah satu proyek Bengkel Terpadu percontohan. Pada masa pelatihan peserta pelatihan dididik dalam membongkar dan memasang kembali mesin motor, memperbaiki mesin yang rusak, dan melakukan perbaikan motor yang dilakukan pada tahun 2008 dan 2009 masing-masing selama satu bulan. Jumlah peserta pelatihan pada tahun 2008 (angkatan II) diikuti sebanyak 12 peserta yang berasal dari 12 desa binaan yang bekerjasama dengan Sekolah Magang Indonesia (SMI). Sedangkan pada tahun 2009 (angkatan III) diikuti oleh 22 peserta dan termasuk 3 peserta angkatan ke-II untuk praktek langsung dan pemantapan keterampilan mengenai mesin motor. Dalam tahap pelaksanaan didukung oleh penuturan Sunim sebagai salah satu montirdi bengkel: “oh iya neng saya senang sekali dipilih untuk ikut pelatihan motor dari Indocement, apalagi setelah selesai ikut pelatihan saya dibolehkan untuk kerja di bengkel ini. Selain itu, saya juga diberi gaji walaupun masih kontak. Saya yakin jika ada pelatihan lagi masih banyak teman saya di desa yang ingin ikut. Pengalaman saya selama di bengkel mah asik asik aja soalnya pak Agus (Kepala bengkel) baik dan suka bercanda jadi kami semua juga kerjanya enak.”. Partisipasi masyarakat akan pelatihan mesin sepeda motor sudah cukup baik, hal ini terlihat dari masih adanya peserta pelatihan (mekanik) yang tetap bekerja di bengkel sampai saat ini dan melihat apresiasi masyarakat yang ikutserta dalam pelatihan dan pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta pelatihan (montir bengkel) memperkuat pernyataan tersebut, mereka mengaku senang dan termotivasi dengan diadakannya pelatihan montir dan didirikannya bengkel. Setiap informan yang saya temui memiliki motivasi tertentu dalam mengikuti pelatihan. Jadi, pada tahap pelaksanaan bengkel ini sudah baik. Rencana jangka panjang PT Indocement yaitu mendirikan bengkel motor plasma baru di desa binaan lainnya. Masyarakat sekitar juga banyak yang berpartisipasi dengan memperbaiki motornya dan percaya dengan Bengkel Sepeda Motor terpadu. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 terlihat pemasukan bengkel berasal dari masyarakat sekitar dan PT
60
Indocement yang menservice motornya. Hal ini senada dengan pengakuan dari Empuy selaku montir dari Bengkel Sepeda Motor Terpadu. “iya neng, motor yang datang kesini kebanyakan dari Indocement, tapi banyak juga seh yang datang dari masyarakat sini. Sebenarnya kenapa masyarakat jarang perbaiki motornya disini karena onderdil yang dijual disini enggak sesuai sama motor masyarakat sini. Jadi, mereka banyak yang rela melakukan perbaikan motornya di bengkel lain yang letaknya lebih jauh lagi dari sini.”
Kegitan lain yang dilakukan oleh para mekanik dan penjaga di bengkel adalah setiap hari jumat melakukan pembersihan dan perapihan seluruh peralatan bengkel. Pengurus bengkel juga melakukan promosi kepada masyarakat sekitar dengan memberikan brosur, pamflet, dan pemberian discon 10-20% untuk jasa perbaikan motor. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan bengkel dan melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar dengan ebrdirinya bengkel ini. Pada pemilihan mekanik yang akan ditempatkan di Bengkel Sepeda Motor Terpadu ditentukan dan dipilih dengan beberapa kriteria, yaitu berdasarkan kehadiran dalam kegiatan pelatihan, melihat minat dan motivasi peserta dalam pelatihan, dan kemampuan atau keahlian dalam mengoperasikan sepeda motor. Semua itu, dilakukan oleh pihak pelatih dan pihak Departemen CSR Indocement. Secara keseluruhan pada tahap pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu, partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan (mekanik) cukup tinggi. Hal ini terlihat dari antusias mereka mengikuti pelatihan dan pastisipasi masyarakat sekitar dengan memperbaiki motornya. Tabel 3. Data Pelayanan Motor Sepeda Motor BMT Indocement, November 2009 Jumlah Pelayanan Berdasarkan Tipe Pelanggan Minggu
Indocement
Umum
Total
I
13
9
22
II
6
13
19
III
12
12
24
IV
2
7
9
V
1
2
3
Total
34
43
77
Sumber: Data Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009
61
6.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil Partisipasi masyarakat pada tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan masyarakat dalam menikmati hasil proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu yang dilakukan oleh PT Indocement dan pihak masyarakat. Pada tahap menikmati hasil, peserta pelatihan, pihak perusahaan dan masyarakat lingkungan sekitar merasakan manfaat dan kegunaan setelah dilakukannya pelatihan dan didirikannya bengkel sepeda motor di Desa Bantarjati. Tingkat partisipasi masyarakat dan peserta pelatihan pada tahap menikmati hasil dilihat dari keterampilan yang didapat oleh peserta pelatihan Bengkel Sepeda Motor Tepadu dan penerapan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar informan (mekanik bengkel) mengaku setelah mengikuti pelatihan atau training mengenai otomotif/mesin motor dan bekerja di bengkel, mereka mendapatkan banyak ilmu dan kemampuan dalam mengoperasikan dan memperbaikin mesin dan spare part motor, kemudian mereka mendapatkan upah atau gaji tetap dengan bekerja di bengkel walupun masih pekerja kontakan. Hal senada juga diutarakan Empuy yang merupakan salah satu montir di Bengkel Sepeda Motor Terpadu berasal dari Desa Hambalang yang letaknya cukup jauh dari Desa Bantarjati. “neng, saya senang dapat diterima manjadi montir di bengkel ini, karena saya jadi memiliki perkerjaan. Saya juga senag bisa menginap disini walaupun tidur cuma pakai tikar saja, karena jauh jika pulang kerumah yang berada di Desa Hambalang. Saya bisa merasakan manfaat dari adanya bengkel ini”
Sedangkan menurut masyarakat setempat mengaku dengan berdirinya bengkel ini dapat menjadi lapangan pekerjaan yang baru, dan sebagai tempat pelatihan untuk pemuda yang ingin belajar mengenai mesin motor. Selain itu, dengan adanya bengkel dapat menjadi alternative tempat perbaikan motor dengan letak yang berdekatan dengan masyarakat. Menurut Bapak Yasin salah satu Masyarakat Desa Lulut mengatakan: “Saya terbantu dengan adanya bengkel ini, karena saya tidak usah pergi jauhjauh ke bengkel yang berada di pos 1 dekat gerbang indocement, karena letak bengkel yang lumayan dekat dan saya juga menyayangkan biaya service yang cukup mahal di bengkel ini”
62
Pada tahap pelaksanaan bengkel ini pihak pengurus juga mengeluhkan jenis spare part yang dikirim oleh Indocement tiap dua bulan sekali tidak sesuai dengan kebutuhan di bengkel kerena jenis dan merk motor yang berbeda. Oleh karena itu, untuk mengcukupi kebutuhan di bengkel pengurus bengkel harus membeli spare part yang sesuai dengan jenis motor dan merk yang dibutuhkan. Secara keseluruhan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu memberikan manfaat tidak hanya bagi mekanik dan pengurus bengkel, akan tetapi para masyarakat sekitar yang berada di sekitar bengkel juga merasakan manfaatnya. Tidak hanya masyarakat sekitar, akan tetapi masyarakat dari desa lain juga dapat menikmati hasil dari diadakannya pelatihan dan didirikannya bengkel, seperti dari pernyataan Empuy yang berasaldari Hambalang. 6.2.4 Partisipasi Tahap Evaluasi Partisipasi masyarakat pada tahap evaluasi adalah keikutsertaan masyarakat dan peserta pelatihan dalam mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan dalam proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Partisipasi warga dilihat dari keikutsertaan mereka dalam mengikuti rapat dan pertemuan dengan pihak perusahaan dalam mengevaluasi proyek. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan pihak masyarakat, peserta pelatihan (montir), dan pengurus bengkel mengeluhkan mereka tidak pernah diikutsertakan pada tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini hanya dilakukan oleh pihak karyawan Departemen CSR dan pihak penanggung jawab atau koordinator bengkel terpadu. Jadi, pihak pengurus hanya membuat laporan bulaan mengenai pemasukan dan pengeluaran yang terjadi di bengkel, setelah itu di laporkan kepada Bapak Dedi selaku penanggung jawab Bengkel. Kemudian beliau melakukan tahap evaluasi dengan Bapak Ayi, Bapak Bambang, dan Ibu Via. Pernyataan dari Bapak Dedi selaku koordinator Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu mengatakan “kegiatan evaluasi memang hanya dilakukan oleh pihak dari Departemen CSR saja. Pihak penanggung jawab proyek dalam hal ini saya meminta laporan kerja di bengkel kepada Bapak Agus setelah itu saya dan Pa Bambang membuat suatu evaluation sheet mengenai pelaksanaan yang telah terjadi. Kemudian kami merumuskan jadwal atau perencanaan baru lagi misalnya dengan pembuatan bengkel plasma baru”
63
Pihak pengurus bengkel juga mengeluhkan mengapa hasil evaluasi tidak diberitahuan kepada mereka, kerana mereka ingin melihat sampai sejauhmana manfaat dan hasil yang dicapai, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Agus Hikmat selaku Kepala Bengkel: “saya tidak tahu mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, saya hanya memberi laporan kepada bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau pada saat mereka mengunjungi bengkel”
Secara keseluruhan, pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat, pengurus bengkel, dan para mekanik sangat rendah, terlihat dari proses evaluasi yang hanya dilakukan oleh karyawan Departemen CSR PT Indocement. Hasil dari evaluasi tersebut juga tidak di publikasikan atau di informasikan kepada pengurus dan mekanik bengkel yang secara langsung bekerja di bengkel. 6.2.5 Partisipasi Secara Keseluruhan Desain evaluasi program menurut Carol TF dan Gibbon LM (1987) dalam Tayibnapis (2008) suatu desain adalah rencana yang menunjukan bila evaluasi dilakukan dan dari siapa evaluasi dan informasi akan dikumpulkan selama proses evaluasi. Desain ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut evaluasi yang baik. Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969) partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman (Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga ketiga, keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak yang mengambil keputusan. Jika, partisipasi masyarakat dibatasi maka kecil kemungkinannya ada perubahan dalam masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
64
Gambar 9. Gambar Tangga Partisipasi oleh Arnstein (1969)
Sumber: Serry R. Arnstein (1969)11
Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dari pihak pemerintah desa dan pihak perusahaan memiliki andil yang besar dalam pelaksanaan proyek bengkel ini. Pihak masyarakat hanya segelintir orang yang dilibatkan dalam tahap ini. Masyarakat dianggap sebagai objek dalam pelaksanaan program CSR yang hanya melibatkan tokohtokoh penting saja dalam rapat dan diskusi dengan pihak Departemen CSR. Pada tahap pelaksanaan partisipasi masyarakat hanya sekedar pihak yang menjalankan rencana dari pihak perusahaan, akan tetapi masyarakat juga merasakan manfaat dan keuntungan dengan didirikannya bengkel ini. Alasan juga diperkuat pada tahap evaluasi yang tidak melibatkan masyarakat dalam perbaikan dan rapat evaluasi hasil yang sudah dicapai bengkel. Secara keseluruhan, penggabungan metode penilaian berdasarkan observasi partisipatif, data sekunder merupakan proses triangulasi untuk menjamin validitas data yang digunakan dalam penelitian sesuai yang di jelaskan BPMIGAS (2008). 11
Originally published as Arnstein, Sherry R. "A Ladder of Citizen Participation," JAIP, Vol. 35, No. 4, July 1969, pp. 216-224. I do not claim any copyrights.
65
BAB VII PT INDOCEMENT DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu perusahaan industri semen terbesar di Indonesia. PT. Indocement memiliki komitmen yang kuat untuk meneruskan bisnis secara etis dan taat hukum, membantu usaha-usaha peningkatan ekonomi, dan turut memperbaiki kehidupan para karyawan serta masyarakat di sekitar wilayah operasinya. Salah satu bentuk keseriusan perusahaan ini dalam komitmennya terlihat dengan dilakukannya program CSR yang khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Bentuk tanggung jawab sosial PT Indocement adalah dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Terlihat jelas bahwa, program CSR yang dilakukan PT Indocement merupakan salah satu cara untuk memberikan tanggung jawab sosial perusahaan di aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial, sesuai dengan konsep Triple Bottom Lines
dan Konsep Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan yang menjadi
landasan PT Indocement dalam pelakasaan CSR. PT Indocement sebagai salah satu produsen terbesar di Indonesia juga wajib melakukan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, Indocement memiliki suatu bagian dari organisasi perusahaan yang dikhususkan untuk menangani segala kegiatan yang terkait dengan kewajibannya sebagai perusahaan ekstraktif tersebut. Bagian yang khusus menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Corporate Social Responsibility Department (CSR Department). Departemen CSR berada di bawah divisi Corporate Human Resources Development
yang
merupakan bagian dari perusahaan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan meningkatkan hubungan yang baik antara perusahaan dengan masyarakat yang berada di lingkungan sekitar perusahaan. Ranah kerja Departemen CSR sebagai departemen yang menghubungkan antara perusahaan dengan masyarakat dilandasi dengan dasar pengembangan masyarakat dengan salah satu kewajiban yang harus dilakukan adalah memberi pendidikan kepada warga masyarakat sekitar mengenai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh masingmasing pihak. Selain itu, Departemen CSR memiliki tugas utama yakni menjalankan proyek CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Departemen CSR selalu melaksanakan proyek-proyek CSR dengan landasan konsep
66
triple bottom line (people, profit, and planet), yakni konsep yang menggambarkan kewajiban perusahaan yang harus bertanggung jawab terhadap keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Salah satu bentuk pelaksanaan program CSR PT Indocement adalah Proyek Bengkel Sepeda Terpadu yang terletak di Desa Bantarjati. Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu merupakan program CSR yang bertujuan untuk memberikan kemampuan dan keahlian para peserta pelatihan yang berasal dari perwakilan di 12 desa binaan PT Indocement dalam bidang otomotif (mesin motor). Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai satu unit usaha terpadu dan sekaligus sebagai pusat pelatihan yang diperuntukkan bagi masyarakat, khususnya pemuda di sekitar lingkungan pabrik unit Citeureup dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat yang diharapkan mampu menciptakan unit usaha baru di lingkungan tersebut. Jumlah tenaga kerja yang terlibat sebanyak 9 (sembilan) orang terdiri dari Kepala bengkel, administrasi, montir, dan satpam yang berasal dari 12 desa binaan. Keterkaitan antara program CSR dan pengembangan masyarakat dalam Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu memiliki pengaruh dan dampak bagi masyarakat sekitar. Pada evaluasi proses yang dikakukan, peserta pelatihan (montir bengkel) dengan melihat tingkat partisipasi mereka dalam implementasi program tersebut. Partisipasi masyarakat berdasarkan hasil wawancara dengan para informan masih pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman (Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan menurut Arnstein (1969). Tingkat partisipasi
masyarakat yang masih pada tingkatan “tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti menunjukan bahwa program tersebut masih belum termasuk dalam pengembangan masyarakat. Berdasarkan prinsip partisipasi Arstein (1969) tahap pelaksanaan program CSR PT Indocement berada pada tingkatan yang kelima “Placation”, sedangkan pada karakteristik tahap kedermawanan menurut Saidi (2003) menunjukan pada tahap Philantropy, dimana terlihat tujuan dilakukannya CSR adalah untuk mengatasi dan mencari akar masalah, pada pengelolaan juga hanya dilakukan oleh pihak perusahaan saja tidak ada partisipasi aktif dari masyarakat (Gambar 10). Hal ini dikarenakan kurangnya pendekatan dan sosialisasi yang dilakukan PT Indocement kepada masyarakat, bilapun ada pendekatan yang dilakukan kurang sesuai dengan kebutuhan
67
dan nilai yang diyakini masyarakat. Jadi, tidak adanya komunikasi yang efektif dan partisipasi aktif dari masyarakat Desa Bantarjati sebagai penerima program CSR. Gambar 10. Matriks Tingkatan Partisipasi dan Karakteristik CSR Tingkatan Partisipasi Manipulation
Karakterisitk CSR Charity
Philantropy
Corporate Citizenship
Tidak ada partisipasi masyarakat, pelaksanaan
Therapy
CSR jangka pendek, mengatasi masalah sesaat “Tokenisme”, masyarakat
Informing Consultation
hanya didengar dan diterima sarannya, tetapi saran tersebut tidak dilaksanakan, partisipasi masyarakat terbatas
Placation Tingkat kekuasaan berada
Partnership Delegated Power
di masyarakat, masyarakat memiliki mayoritas suara
Citizen Control
pengambilan keputusan, program CSR memberikan kontribusi kepada masyarakat
Perusahaan mendirikan BILIKOM dan Renbangdes untuk tempat berdiskusi dengan masyarakat, akan tetapi fungsi tersebut tidak terlaksana. Setiap saran dan pendapat dari masyarakat didengar dan diteirma akan tetapi, semua keputusan berada ditangan PT Indocement. Partisipasi masyarakat tidak terlihat nyata, pada tingkatan ini sulit untuk memberdayakan dan membangun masyarakat ke arah yang lebih baik lagi. Berdasarkan Gambar 10, jika posisi masyarakat bergerak ke arah bawah dan ke kanan, maka masyarakat memiliki kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program CSR berada pada kontrol masyarakat. Pada kondisi ini, kedua belah pihak akan saling sejajar dan bersama-sama untuk mencapai tujuan secara berkelanjutan.
68
BAB VIII PENUTUP
8.1 Kesimpulan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menggunakan konsep Triple Bottom Lines dan konsep Kerangka Lima Pilar Pembangunan Berkelanjutan mempengaruhi dalam pelaksanaan, sasaran, dan tujuan dari proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu. Hal ini terlihat dari upaya perusahaan dalam melakukan tanggung jawab dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi di masyarakat. Pendekatan dan proses sosialisasi yang dilakukan perusahaan dengan melakukan BILIKOM dan Renbangdes masih belum maksimal, karena masyarakat masih dianggap objek dalam program CSR. Walaupun pedoman dan landasan pelaksanaan CSR sudah terintegrasi pada kebijakan perusahaan, akan tetapi dalam pelaksanaannya belum mendasarkan pada konsep pengembangan masyarakat. Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement termasuk ke dalam Philantropy, dimana dalam misinya untuk mencari dan mengatasi masalah. Pengelolaan program bersifat terencana dan terorganisir oleh Departemen CSR dan penerima manfaat adalah masyarakat sekitar lingkup pabrik PT. Indocement. Kebijakan perusahaan PT Indocement dalam implementasi CSR didasarkan pada konsep pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada tiga pencapaian yang bermanfaat secara ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom lines), yaitu people, planet, and profit. Selain itu, PT Indocement juga mendasarkan program ini pada kerangka Lima Pilar pembangunan berkelanjutan meliputi bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Pada tahap implementasi PT Indocement membentuk suatu organisasi atau divisi tersendiri yang menangani keseluruhan pelaksanaan CSR PT Indocement yaitu sebuah Corporate Social Responsibility Departement yang memiliki misi yaitu menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan konsep ramah lingkungan (environment friendly) dengan tetap memperhatikan
pengembangan
perusahaan
yang
berkelanjutan
(sustainable
development) dan memiliki visi membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis.
69
Kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu: 1) Mewujudkan kemandirian masyarakat, 2) Peningkatan ekonomi lokal, dan 3) Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar. Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikerucutkan dengan sasaran dalam pelaksanaan CSR yaitu pemberdayaan masyarakat di 12 desa binaan PT Indocement dengan melibatkan eksternal stakeholders dan membangun daerah dengan melakukan kontribusi pembangunan berkelanjutan untuk manusia dan wilayah baik dari segi hardware berupa fisik dan bangunan atau software bantuan kemasyarakatan dan pelatihan. Berdasarkan tingkatan partisipasi yang dikemukakan oleh Arsntein (1969) partisipasi masyarakat dalam keseluruhan pelaksanaan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu ini termasuk pada tingkatan ke 5 yaitu penentraman atau peredaman (Placation), dimana saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan. Tangga ketiga, keempat, dan kelima dikategorikan sebagai tingkat “Tokenisme” yaitu tingkat partisipasi masyarakat yang sarannya didengar dan diberikan kesempatan untuk berpendapat akan tetapi, mereka tidak memiliki kekuasaan untuk menjamin saran atau pendapatnya akan diterima atau dipertimbangkan oleh PT Indocement sebagai pihak yang mengambil keputusan. Tingkat pertisipasi masyarakat yang masih pada tingkatan “tokenisme” dalam proses pelaksanaan proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu berarti menunjukan bahwa program tersebut masih belum termasuk dalam pengembangan masyarakat.
8.2 Saran Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan berdasarkan paparan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan terhadap pelaksanaan Bengkel Sepeda Motor Terpadu sebagai berikut: 1) Pihak PT Indocement lebih melakukan pendekatan dan sosialisasi yang lebih dalam pelaksanaan program CSR dengan melibatkan langsung masyarakat dalam stiap tahapan partisipasi. Sosialisasi kurang efektif terlihat hanya masyarakat yang aktif ke kantor desa yang mendapatkan informasi pada saat BILIKOM. Sebaiknya pihak Departemen CSR PT Indocement lebih aktif dalam
70
sosialisasi program seperti pemberian leaflet atau brosur kepada masyarakat dan menempelkan selebaran dan pengumuman di tempat yang sering didatangi masyarakat. 2) Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan evaluasi masih rendah, diharapkan pihak Departemen CSR lebih melibatkan dan mengajak masyarakat dalam merencanakan program dan proyek yang akan dilakukan serta memberitahukan hasil atau evaluasi dari program atau proyek CSR. 3) Membentuk forum-forum warga yang menjadi penyalur aspirasi dan pendapat masyarakat di Desa Bantarjati. Forum tersebut dapat manjadi salah satu wadah yang menghubungkan masyarakat dengan pihak perusahaan. Media penyalur suara warga seringkali tidak mampu mengembangkan dan mempertahankan diri menjadi lembaga yang demokratis dan kuat. Oleh karena itu, Anggota atau peserta membutuhkan penguatan-penguatan untuk menjadikan dirinya lebih kompeten dalam berpartisipasi.
71
DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Ambadar, Jackie. 2008. CSR dalam Praktik di Indonesia. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Arena, Chistine. 2008. The High-Purpose Company Tren Terbaru Dalam Bisnis: Perusahaan Bertanggung Jawab dan Berprofit Tinggi. Jakarta: Gramedia. BPMIGAS. 2008. Panduan Penilaian Program Community Development di Lingkungan Peusahaan MIGAS. Budimanta, Arif.dkk. 2008. Corporate Sosial Responsibility Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia. Jakarta: ICSD. Dewani, Anggary Pasha. 2009. “Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk”. Skripsi. Fakultas Ekologi Manusia. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Jahya, Rusfadia Saktiyanti. 2006. “Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan CSR Perusahaan Ekstraktif” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 22-35. Depok: PIRAC. Musa, Safuri. 2005. Evalusi Program Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Y-Pin Indonesia. Nasdian, Fredian Tonny. 2003. Diktat Mata Kuliah Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Nursahid, Fajar. 2006. Tangung Jawab Sosial BUMN. Jakarta: Piramedia. Nursahid, Fajar. 2006. “Praktek Kedermawanan Sosial BUMN: Analisis Terhadap Model Kedermawanan PT Krakatau Stell. PT Pertamina, dan PT Telekomunikasi Indonesia” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 5-2. Depok: PIRAC. Pemerintah Desa Bantarjati. 2008. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal. Kabupaten Bogor. Pemerintah Desa Bantarjati. 2009. “Profil Desa Bantarjati”. Kecamatan Klapanunggal. Kabupaten Bogor. PT Indocement. 2008. Annual Report PT Indocement 2007. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement. 2008. Profil Perusahaan PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.
72
PT Indocement. 2009. Community Development Programme CSR PT Indocement. Jakarta: PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Rudito, Bambang dan Melia Famiola. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung : Rekayasa Sains. Saidi, Zaim dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaa: Profil dan Pola Distibusinya di Indonesia Survei 226 Perusahaan di 10 Kota. Jakarta: Piramedia. Sasmita, Wulan Tri Eka. 2009. Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Skripsi. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan. Sitorus, MT. Felix. 1998. Penelitian Kualitatif: Suatu Perkenalan. Bogor: Kelompok Dokumentasi Ilmu-Ilmu Sosial. Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama. Sukada, Sony dkk. 2007. CSR for Better Life Indonesian Content, Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Kosep dan Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesia Bussines Link. Sumarto, Hetifa SJ. Mengangkat Pertisipasi Warga yang Bermakna dalam Pembangunan Jawa Barat 20 Tahun Mendatang. Suprapto, Siti Adiprigandari Adiwoso. 2006. “Pola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Lokal” dalam Jurnal Galang: Jurnal Filantropi dan Masyarakat Madani edisi vol 1. No 2 Januari 2006 hal 36-61. Depok: PIRAC Tayibnapis, Farida Yusuf. 2008. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Wahyuni, Ekawati Sri. 2004. Pedoman Teknis Menulis Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility). Gresik: Fascho Publishing. Yakovleva, Natalia. 2005. Corporate Social Responsibility in the Mining Industry. Ashgate Publishing Limited Zainal, Rabin Ibnu. 2006. Best Practices: Corporate Social Responsibility (CSR) Sebuah Pengalaman Membangun Multistakeholder Engagement bagi Penerapan CSR di Kabupaten Muba, Sumatera Selatan. Palembang: Usaha Musi.
73
LAMPIRAN
74
Gambar 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian Juli No. I
Kegiatan Proposal dan Kolokium
1.
Penyusunan Draft
2.
Konsultasi Proposal
3.
Orientasi Lapangan
4.
Kolokium
II
Studi Lapangan
1.
Pengumpulan Data
2.
Analisis Data
III
Penulisan Laporan
1.
Analisis Lanjutan
2.
Penyusunan Draft
1
2
3
Agustus 4
1
2
3
September 4
1
2
3
Oktober 4
1
2
3
November 4
1
2
3
Desember 4
1
2
3
Januari 4
1
2
3
4
75
Revisi 3.
Konsultasi Laporan
IV
Ujian Skripsi
1.
Ujian
2.
Perbaikan Skripsi
76
Gambar 2. Matriks Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data No
1.
2.
3.
Tujuan
Profil PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Mengetahui pandangan dan kebijakan CSR PT Indocement
Gambaran umum Desa Bantarjati, Bogor
Variabel
1. Bidang usaha PT Indocement 2. Visi dan Misi PT Indocement 3. Lokasi Kantor PT Indocement: Letak pabrik, luas kantor. 4. Departemen CSR PT Indocement 1. Pandangan perusahaan mengenai CSR 2. Kebijakan CSR perusahaan 3. Visi dan Misi Departemen CSR 1. Lokasi Desa Bantarjati: Letak desa, batas-batas desa, dan luas desa 2. Kondisi demografi 3. Sarana dan prasarana yang ada
Data yang dibutuhkan
Sumber Data
Metode
Metode Pengolahan dan
Pengumpulan Data
Analisis Data
1. Sejarah didirikannya PT Indocement 2. Bidang-bidang usaha PT Indocement 3. Letak pabrik PT Indocement 4. Luas pabrik PT Indocement 5. Mekanisme Departemen CSR PT Indocement 1. Motivasi perusahaan menjalankan CSR 2. Kebijakan, konsep dan prinsip yang mengatur aktivitas CSR
1. Data Sekunder: data dari PT Indocement 2. Data Primer: Karyawan PT Indocement
1. Studi literatur 2. Wawancara 3. Pengamatan
1. Data Sekunder: data dari PT Indocement 2. Data Primer: Karyawan PT Indocement
1. Studi literatur 2. Wawancara 3. Pengamatan
1. Sejarah dan konteks lokasi secara geografis 2. Struktur sosial masyarakat 3. Jumlah penduduk 4. Mata pencaharian 5. Agama yang dianut
1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT Indocement, data pemerintah setempat dan data instansi terkait 2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi
1. Studi literatur 2. Wawancara 3. Pengamatan Berperanserta
1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Penyajian data
1. 2. 3. 4.
Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Analisis data
1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Penyajian data
77
4
Mengetahui tujuan dan sasaran CSR yang dilakukan oleh PT Indocement
5.
Mengetahui partisipsi masyarakat dalam implementasi CSR dan evaluasi proses pada proyek Bengkel Terpadu upaya pengembangan masyarakat
1. Model implementasi CSR PT Indocement a) Perusahaan terlibat langsung b) Bermitra dengan pihak lain c) Membentuk atau bergabung dalam suatu konsorsium 2. Program CSR yang dijalankan PT Indocement 1. Tingkat partisipasi masyarakat: a) Tahap perencanaan b) Tahap pelaksanaan c) Tahap evaluasi 2. Mekanisme imolementasi proyek Bengkel Terpadu 3. Prinsip Pengembangan masyarakat
1. Bagaimana model implementasi CSR PT Indocement 2. Program CSR yang telah diimplementasikan oleh PT Indocement 3. Lokasi implementasi program CSR 4. Sasaran implementasi program CSR
1. Tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam setiap tahapan program CSR yang dilaksanakan 2. Tahapan pelaksanaan dalam Proyek Bengkel Terpadu dan sosialisasi yang dilakukan 3. implementasi upaya pengembangan masyarakat
terkait 1. Data Sekunder: laporan CSR PT Indocement 2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait
1. Data Sekunder: laporan CSR dari PT Indocement, data pemerintah setempat dan data instansi terkait 2. Data Primer: Karyawan PT Indocement, kuesioner, observasi lapang, masyarakat sasaran program dan instansi terkait
1. Studi literatur 2. Wawancara 3. Pengamatan berperan serta
1. Studi literatur 2. Wawancara mendalam 3. Pengamatan berperan serta
1. 2. 3. 4.
Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Analisis data
1. Pengumpulan data 2. Reduksi data 3. Penyajian data 4. Analisis data
78
Tabel 1. Panduan Pengamatan Berperan Serta Pengamatan berperan serta dilakukan oleh peneliti secara langsung dilokasi penelitian, selanjtnya peneliti melakukan pencatatan hasil pengamatannya secara manual ataupun menggunakan alat bantu yang dapat merekam serta memotret kejadian yang berkaitan dengan substansi penelitian yang dilakukan. Hasil pengamatan berperan serta dicatat dalam tabel dibawah ini Hari/tanggal No
:
Hari/tanggal
Lokasi
Hasil
Keterangan
79
Tabel 2. Daftar Peserta yang Mengikuti Pelatihan Bengkel PT Indocement Tahun 2008 dan 2009 No.
Alamat
Pendidikan
1.
Nama Acit bin H. Lasmin
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SMA
2.
Ade bin Jaelani
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
3.
Udin
Kp. Bojong, Rt. 02 / 02 Desa Lulut
SD
4.
Enjum
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
5.
Gilang Januari
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SMP
6.
Hermansyah
Kp. Bojong , Rt. 03 / 02 Desa Lulut
SMP
7.
Toni
Kp./Ds. Lulut Rt. 03 / 02
SD
8.
Saih bin Supri
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02
SD
9.
M. Jarkasih
Kp.Bojong RT. 03 / 02
SMP
10.
Sunim
SMP
11.
Amirudin
Kp./Ds. Lulut, RT. 03 / 02 Kp.Tonggoh Rt 02/01 Ds. Gn. Sari Ctrp.
12.
Andri Setiawan
SLTA
13.
Ariadin
14.
Empuy
15.
Ferri Arfian
16.
Hermawan
17.
Maditulloh
18.
Muhamad
Kp. Muhara Rt 07 / 04 Ds. Ctrp. Gn. Putri Sel Rt 03/03 Ds./Kec Gn.puti Kp.Cikalahang Rt14/05 Ds.Hamblng Ctrp. Kp.Babakan Rt 02/05 Ds. Trkolot Ctrp. Kp./Ds Lulut Rt 01/05 Klapanunggal Kp.Walahir Rt 09/05 Ds. Nambo Klpng Gn. Putri Utara Rt 02/12 Ds./Kec Gn.puti
19.
Mulyadin
SMK
20.
Sabar Slamet
21.
Ujang Supendi Wawan Darmawan
Kp./Ds. Tajur Rt 01/02 Citeureup Kp./Ds Lulut Rt 01/06 Klapanunggal Kp. Nambo Rt 01/01 Ds. Bntrjt. Kplng Kp/Ds. Puspanegara Rt02/03 Ctrp.
SLTA
22.
SLTP
SMK SMK SLTP SMK SMP SLTA
SLTP SLTP
Nama Pelatihan Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor Mekanik Sepeda Motor
No. Siswa 01/SMIMSM/II/08 02/SMIMSM/II/08 03/SMIMSM/II/08 04/SMIMSM/II/08 05/SMIMSM/II/08 06/SMIMSM/II/08 07/SMIMSM/II/08 08/SMIMSM/II/08 09/SMIMSM/II/08 10/SMIMSM/II/08 01/SMIMSM/III/09 02/SMIMSM/III/09 03/SMIMSM/III/09 04/SMIMSM/III/09 05/SMIMSM/III/09 06/SMIMSM/III/09 07/SMIMSM/III/09 08/SMIMSM/III/09 09/SMIMSM/III/09 10/SMIMSM/III/09 11/SMIMSM/III/09 12/SMIMSM/III/09
Tahun 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009 2009
80
Tabel 3. Struktur Organisasi Bengkel Sepeda Motor Terpadu No
Nama
Jabatan
1.
Agus Hikmat
Kepala Bengkel
2.
Maya Mariana
Administrasi
3.
Hasanudin
KepalaMekanik
4.
Arief Slamet Riyadi
Mekanik
5.
Hermansyah
Mekanik
6.
Sunim
Mekanik
7.
Ade
Mekanik
8.
Usman Suprihatin
Keamanan
9.
Bedin
Keamanan
Sumber: Data proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu Desa Bantarjati tahun 2009
81
Gambar 3. Denah Lokasi di Desa Bantarjati
Sumber: social mapping Departemen CSR PT Indocement tahun 2008
82
Gambar 4. Suasana Kegiatan Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu
Tampak depan Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement
Sparepart atau onderdil motor dan daftar harga barang/service motor yang ada di Bengkel Sepeda Motor Terpadu (Penggunaan banner sebagai media promosi)
83
Peralatan yang digunakan di bengkel
Time Schedule Bengkel Motor Terpadu
Kegiatan service motor yang dilakukan para mekanik dan konsumen di Bengkel Sepeda Motor Terpadu PT Indocement
84
Lampiran 1. Kebijakan, Pandangan dan Tujuan Perusahaan dalam Implementasi CSR12 PT Indocemet memiliki divisi khusus untuk menangani CSR yaitu Departemen CSR yang berada di bawah social, security and community development (SSCD), saat ini Departemen CSR dipinpin oleh Ibu Dian Octavia sebagai Head Officer Departemen CSRt dan memiliki 15 orang staf yang terbagi menjadi Community Develeopment Section (Comdev Section) yang diatur oleh Bapak Ayi Ibrohim dan Sustainable Development Project Section (SDP Section) yang diatur oleh Ibu Lia Damayanti. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen CSR memiliki visi dan misi yang menjadi landasan tugas departemen. Visi Departemen CSR adalah membangun kepentingan perusahaan untuk kepentingan bersama perusahaan dan komunitas, khususnya komunitas lokal dimana perusahaan beroperasi, sehingga tercipta hubungan yang harmonis. Sedangkan misi Departemen CSR adalah menjalankan seluruh kegiatan usaha dengan tetap memperhatikan kesejahteraan komunitas (wholesome community) dan dengan menerapkan
konsep
memperhatikan
ramah
lingkungan
pengembangan
(environment
perusahaan
yang
friendly)
dengan
berkelanjutan
tetap
(sustainable
development). Pelaksanaan CSR PT Indocement yang berlandasakan pada konsep triple bottom line (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan kerangka lima pilar pembangunan berkelanjutan maka Departemen CSR melakukan pembagian section (bagian) dalam departemen menjadi Community Development Section (Comdev section) dan Social Development Project Section (SDP section). Program Lima Pilar yang di lakukan secara tersusun dan berkelanjutan di 12 Desa Binaan PT Indocement diantaranya: 1. Pilar Pendidikan Program pendidikan yang dilakukan bertujukan untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia di desa-desa binaan sekitar wilayah operasi perusahaan. Program-program tersebut meliputi pembangunan dan renovasi gedung-gedung sekolah (PAUD,SD, SMP,dan SMA), beasiswa, latihan-latihan keterampilan melalui Sekolah Magang Indocement (SMI), perpustakaan, dan fasilitas serta perlengkapan lainnya berupa buku-buku, bangku, dan meja. 2. Pilar Ekonomi 12
Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Ibu via, Bapak Bambang, Bapak Dedi, Bapak Fajar sebagai staf Departemen CSR PT Indocement )
85
Salah satu program yang dilakukan PT Indocement di bidang ekonomi adalah dengan membangun usaha kecil dan menengah, yang disesuaikan dengan potensi yang ada di 12 desa binaan.. Usaha-usaha pemberdayaan yang dilakukan mencakup serangkaian pelatihan, bimbingan dan arahan tentang bagaimana mengembangkan bisnis mereka itu serta bantuan modal usaha. Program ini juga bekerjasama dengan PKBL Bank Mandiri. Perusahaan membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di 12 desa binaan sekitar pabrik Citeureup. Berkat pemberdayaan itu, banyak diantara mereka telah menjadi panutan dibidangnya masing-masing, seperti peternakan ayam, konveksi, pembuatan kue, dan bengkel sepeda motor. 3. Pilar Kesehatan Program ini bertujuan memberikan prasarana untuk meningkatkan kesehatan masyarakat desa setempat, dan secara umum juga merupakan partisipasi PT Indocement dalam program pemerintah membangun masyarakat sekitar yang sehat serta membantu prasarana pendukung Posyandu di Gunung Sari, Pasirmukti, Nambo, Bantarjati, Citeureup dan desa yang lain yang masuk 12 desa binaan CSR unit Citeureup. PT Indocement juga membangun sarana fisik kesehatan yaitu Posyandu di Desa Gunung Putri, Pasirmukti. PT Indocement juga mendirikan sarana fasilitas air bersih di desa Citeureup dan Pasirmukti. Selain itu PT Indocement juga mengadakan Posling (Puskesmas Keliling) di setiap desa binaannya dengan menggunakan sisitem rolling bergantian di setiap desanya. Program ini memberikan bantuan PMT, pengurangan jumlah balita gizi buruk,penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang berada di 12 desa binaan CSR unit Citeureup. 4. Pilar Sosbudag (Sosial, Budaya, dan agama) dan Olahraga Pada bidang ini PT Indocement membangun berbagai infrastruktur, seperti jalan, jembatan, rumah ibadah di desa-desa binaan sekitar operasi kami. Kami juga memberikan pembinaan kepada generasi muda melalui pemberian sarana untuk kegiatan olah raga, memelihara budaya lokal, seperti tarian Degung, Reog dan kesenian lokal lainnya. CSR PT Indocement juga mengadakan program pembinaan sepak bola dengan peserta dari 12 desa binaan. Pada bulan Ramadhan PT Indocement juga mengadakan buka puasa bersama yang diadakan di MAsjid As-Salam yang berada di lingkungan pabrik dengan mengundang perwakilan tokoh masyarakat dari 12 desa binaannya. Selain itu, pada Hari Raya Idul Fitri perusahaan juga melakukan pembagian
86
zakat kepada masyarakat sekitar dan membantu parakorban gempa di Garut, Jawa Barat. 5. Pilar Keamanan Salah satu kegiatan yang dilakukan melalui bidang keamanan ini dengan menggalang kerja sama dengan masyarakat guna memelihara suasana aman melalui pembinaan Pam Swakarsa. Hal itu dilaksanakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan keamanan kepada masyarakat atau petugas Linmas di desa-desa binaan serta menyediakan fasilitas-fasilitas pendukung dan peralatan, seperti pos keamanan lingkungan dan seragam petugas keamanan lokal. Selain itu PT Indocement juga melakukan Proyek Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Project yang mengacu pada Konsep Triple Bottom Lines (profit, people,and planet) merupakan program yang memfokuskan pada kebutuhan masyarakat, misalnya: 1. Perkebunan jarak Pada tahun 2007 PT Indocement sadar akan proyek konservasi lahan yang mengubah lahan bekas penambangan batu kapur yang berlokasi di Citeureup, Cirebon, dan Tarjun, menjadi perkebunan seluas 30 hektar yang ditanami dengan lebih dari 75.000 pohon jarak yang kaya akan kandungan minyak. Selama tahun 2008, PT Indocement menanam lebih dari 90.000 bibit di tiga lokasi pabriknya, memperluas total lahan perkebunan pohon jarak yang ditanami sehingga menjadi lebih dari 170 hektar pada akhir tahun 2008. Proyek perkebunan pohon jarak PT Indocement sampai saaat ini menunjukkan potensi yang baik dan akan lebih berkembang jila perusahaan bekerja sama dengan universitas terkemuka, serta melibatkan masyarakat dalam pemberdayaan lahan marjinal agar bermanfaat secara ekonomis dan ramah lingkungan bagi masyarakat sekitar untuk kurun waktu jangka panjang dan berkelanjutan (sustainable). 2. Pengolahan sampah rumah tangga Setelah perkembangan proyek perkebunan pohon jarak membuahkan hasil yang menggembirakan, PT Indocement kembali meraih keberhasilan melalui proyek pengelolaan sampah rumah tangga, yang diselenggarakan bersama kepala desa dan masyarakat sekitar pabrik. Program ini dirintis pada 2007, dan seperti halnya inisiatif proyek perkebunan pohon jarak, menjadi semakin berkembang di tahun 2008, pada saat pihak yang terlibat dalam proyek ini mulai merasakan manfaat pengolahan sampah tersebut. Mereka tidak hanya memperoleh lingkungan yang bersih dan sehat, namun
87
juga turut memetik manfaat ekonomis dengan mengumpulkan dan mengolah sampah rumah tangga mereka secara benar. Hasil pengolahan sampah saat ini hingga 1,7 ton sampah yang dikonversi sebagai biomassa dan kompos. Biomassa digunakan sebagai bahan bakar alternatif, sedangkan kompos digunakan sebagai pupuk organik. 3. Menghasilkan energi dari kotoran sapi Salah satu proyek tanggung jawab sosial perusahaan lainnya yang juga sedang dikembangkan PT Indocement di tahun 2008, yaitu proyek biogas yang dihasilkan dari kotoran sapi, yang mengandung gas metana yang dapat digunakan untuk keperluan memasak. Proyek ini dimungkinkan oleh suatu temuan alat inovatif yang sederhana dan ekonomis, yang mampu menyerap metana dan memprosesnya menjadi gas untuk memasak. 4. Proyek Peternakan Terpadu Proyek ini adalah peternakan domba. Teknis pelaksanaannya dibantu oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan pola inkubator di mana para peternak dari masyarakat dibina dan dilatih menjadi peternak yang tangguh. Setelah mereka menguasai dengan baik, peternak dapat mengembangkan sendiri peternakan ditempatnya sendiri dengan membawa ternak sesuai pengembangannya. Beliau juga menjelaskan struktur organisasi yang ada di Departemen CSR, yaitu: 1.
Bu Via (head officer) sebagai kepala devisi
2.
SDP section Pa ai (head) sebagai kelapa seksi yang beranggotakan: Pa dedi, Pa fajar, Pa bambang, Pa yatno Pa subarno, dan Pa samsudi
3.
Comdev section Bu Lia (head) sebagai kepala seksi a) Pa Romi sebagai foreman dan membantu kepala seksi b) Pa Dadan sebagai koordinator Desa Tajur dan Desa Pasirmukti juga bertanggung jawab pada bidang ekonomi c) Pa Usman sebagai koordinator Desa Gunung Sahari dan Desa Citeureup dan juga bertanggung jawab pada bidang kesehatan d) Pa Yadi sebagai koordinator Desa Bantarjati dan Desa Nambo juga bertanggung jawab pada bidang pendidikan e) Pa Agus sebagai koordinator Desa Gunung Putri dan Desa Puspanegara f) Pa Arel sebagai koordinator Desa Hambalang dan Desa Tarikolot dan bertanggung jawab pada bidang sosbudag
88
g) Pa Sani sebagai koordinator Desa Lulut dan Desa Leuwikaret dan bertanggung jawab pada bidang pendidikan Bu Via memaparkan bahwa Indocement melakukan partisipasi dan langsung turun ke desa yang dikoordinir oleh tiap koordinator desa dalam implementasi CSR, oleh karena itu perusahaan dapat memperoleh data yang akurat, informasi yang baik dan menghasilkan program atau proyek yang bagus pada tiap desa dengan menyesuaikan dengan minat dan kebutuhan masyarakat. Semua proses dan tahapan tersebut akhirnya dirumuskan menggunakan social mapping. Jika menginginkan dan melihat partisipasi maka sebaiknya kita melihat proyek atau program dilihat dari kacamata masyarakat untuk mengetahui sense of belonging (rasa kepemilikan) terhadap program atau proyek tersebut. Pada tahap evaluasi ini kita membutuhkan komunikasi yang baik antara perusahaan dan masyarakat, oleh karena itu kita menempatkan para koordinator desa yang dapat beradaptasi dengan baik kepada masyarakat sekitar. Semua program tidak berjalan sesuai rencana jika tidak ada dukungan dari masyarakat dan tidak sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, oleh karena itu social mapping sangat dibutuhkan pada pelaksanaan CSR. Selain itu juga program kita akan berjalan mulus jika masyarakat termotivasi untuk mengikuti dan berpartisipasi aktif dalam program. Dalam implementasi CSR perusahaan bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan sarana dan prasarana dalam pembangunan masyarakat agar masyarakat mandiri dan dibutuhkan partisipasi masyarakat sebagai penggerak dan agent of chage (panjang tangan dari pemerintah desa). Dengan adanya komunikasi yang efektif antara perusahaan dan masyarakat maka informasi dan tujuan yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pada pelaksanaan CSR PT Indocement memandang tanggung jawab sosial perusahaan adalah melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholders dengan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri melainkan adanya kesadaran dan kewajiban bersama (beyond compliance). Selain itu, adanya upaya perusahaan dalam manajemen dampak operasi perusahaan yang negatif diminimalkan sedangkan sampak operasi perusahaan yang positif dimaksimalkan. Sesuai dengan kebijakan dan konsep sebagai landasan dalam pelaksanaan CSR, maka dirumuskan tujuan CSR PT Indocement, yaitu: Mewujudkan kemandirian masyarakat, Peningkatan ekonomi lokal , dan Mewariskan program-program yang berbasiskan Triple Bottom Lines kepada generasi penerus untuk berkelanjutan hidup masyarakat sekitar.
89
Implementasi Proyek Bengkel Sepeda Motor Terpadu13 Bapak Dedi menceritakan awal mula didirikannya bengkel motor adalah karena ada permasalahan di desa Banjarjati yaitu banyaknya pengangguran dan keterbatasan skill atau kemampuan para remaja yang ada disana. Selain itu, mereka juga mengeluhkan kurangnya modal untuk mendirikan suatu usaha. Oleh karena itu, setelah dilakukan beberapa survai dan mendatangkan langsung masyarakat Banjarjati, pihak CRS dept melakukan sosialisasi kepada masyarakat di 12 desa binaan untuk dilakukannya pelatihan atau training menjadi montir. Pelatihan tersebut dilakukan pada tahun 2007-2008 selama dua minggu. Setelah dilakukan pelatihan maka pihak CSR dept menyeleksi para peserta pelatihan untuk dijadikan montir. Tujuan dari dibentuknya bengkel motor terpadu ini adalah sebagai pusat pelatihan untuk para remaja yang ingin belajar mengenai motor dan juga sebagai bisnis unit maksudnya setelah didirikannya bengkel motor terpadu ini diharapkan dapat menghasilkan unit plasma bengkel baru (anak cabang bengkel baru) dari pesarta yang sudah mengikuti pelatihan. Bengkel motor terpadu ini juga memiliki sasaran untuk menambah keahlian atau kemampuant para remaja yang menganggur, memberikan pengetahuan mengenai manajemen usaha, memberikan motivasi bisnis mentally. Para montir atau pekerja di bengkel masih diberikan upah oelh pihak CSR dept, padahal pemasukan dari bengkel menjadi hak pekerja bengkel. Jadi, para pekerja disana masih ingin “disuapi” oleh pihak inducement. Walaupun sudah dibuatkan bengkel, diberikan seluruh peralatan bengkel dan dilengkapi oleh listrik dan air bersih, pekerja disana masih ingin diberi lebih oleh pihak perusahaan.CSR dept menginginkan kemandirian dari masyarakat yang ada disana, karena jika terjadi sesuatu pada perusahaan, pihak perusahaan tidak bisa selalu memberikan upah ataupun fasilitas yang lain. Target yang sampai saat ini sudah tercapai adalah berdirinya bengkel dan pengembangkan usaha bengkel motor terpadu di desa Banjarjati. Bapak Bambang menjelaskan yang menjadi kriteria pemilihan montir yang dipekerjakan di bengkel minimal memiliki ijazah SMP dan memiliki keahlian dan ketermapilan dalam bidang bengkel yang mengerti mesin motor. Jadi setelah para perserta melakukan pelatiahan/training maka harus diseleksi untuk dipilih yang 13
Bersumber dari catatan harian hasil wawancara mendalam dengan informan (Bapak Dedi dan Bapak Fajar sebagai staf Departemen CSR, Ibu Sutrisna sebagai Sekretaris Desa Bantarjati, Bapak Agus dan Mba Maya sebagai pengurus bengkel, Hermansyah, Empuy, dan Sunim sebagai Mekanik Bengkel, dan Bapak Yasin sebagai Warga Desa Lulut )
90
memiliki persyarakatn yang sudah ditentukan. Beberapa tahapan yang dilakukan pada proyek bengkel, yaitu tahap sosialisasi berupa BILIKOM dan surat undangan yang dapat melihat apakah masyarakat antusias dan bermotivasi untuk mengikuti tes penyeleksian selanjutnya sebelum mengikuti pelatihan. Dan seberapa jauh masyarakat yang berada di 12 desa binaan menyebarkan informasi mengenai pelatihan bengkel kepada tetangga dan masyarakat lainnya. Ibu Sutrisna selaku sekretaris desa, Beliau menceritakan kondisi Desa Bantarjati sebelum dan sesudah didirikannya pabrik Indocement. Beliau juga menjelaskan program CSR apa saja yang sudah dilakukan Indocement. Manfaat dan keuntungan yang didapat dan dirasakan oleh masyarakat tidak merata jika dibandingkan dengan desa binaan lainnya. Melihat SDA yang sudah dikeruk oleh perusahaan timbal balik yang didapat masyarakat tidak seimbang, apalagi jika dilihat lebih lanjut hanya masyarakat yang memiliki kedekatan dengan jalan raya yang sering mendapatkan bantuan. Pada saat ini, pihak perusahaan melakukan perbaikan di segala bidang termasuk dalam pelaksanaan CSR, perusahaan sekarang lebih melihat kondisi dan permasalaha yang ada di desa, oleh karena itu, sekarang masyarakat di Desa Bantarjati sudah merasakan masfaat seperti bantuan sarana dan fasilitas pendidikan di Sekolah Dasar Nambo1 yang berada di pinggir jalan Desa Bantarjati. Beliau juga mengaku pelaksanaan CSR inducement sudah cukup baik akan tetapi, masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang informasi mengenai pelatihan atau bantuan yang dilakukan Indocement. Oleh karena itu, pihak perusahaan harus lebih mendekatkan diri dengan masyarakat sekitar. Bapak Agus selaku Ketua Bengkel menceritakan pada awalnya sebelum bengkel ini terbentuk, pihak perusahaan melakukan pelatihan di Sekolah Magang Indocement (SMI). Tahap awal yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan sosialisasi dengan menyebarkan surat undangan kepada pemuda di 12 desa dan memberitahuan infromasi pada saat BILIKOM di tiap desa. Pelatihan ke-II diadakan pada bulan maret 2008 dengan peserta pelatihan sebanyak 12-15 orang setalah dilakukan penyeleksiaan di tiap desa. Setelah itu, mereka dididik mengenai cara mengoperasiakn mesin motor, membongkar dan menservice motor. Kemudian, setelah 2 minggu berjalan maka dari pihak perusahaan dan pelatih motor mengadakan menyeleksian kembali unutk memilih peserta yang memiliki motivasi yang tinggi dan keterampilan yang bagus.
91
Pada pelatihan angkatan ke-III pada bulan Maret 2009 juga dilakukan tahapan yang sama seperti sebelumnya. Jumlah peserta pelatihan pada angkatan ke III ini sebanyak 22 orang ditambah dengan angkatan ke II 4 orang untuk praktek langsung di bengkel dan pemantangan keterampilan. Beberapa kriteria yang dipilih untuk bekerja di bengkeladalah melihat kehadiran dalam pelatihan, minat dan motivasi dalam mengikuti pelatihan, serta kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Bengkel terpadu juga memiliki visi dalam pelaksanaanya yaitu meningkatkan kemampuan peserta pelatihan dengan misi bagi peserta pelatihan yang lulus dalam pelatihan dapat langsung mempraktekkan ilmunya
untuk bekerja dibengkel. Dengan tujuan akhirnya adalah mampu
mengembangkan usaha atau bisnis sendiri dengan kemampuan yang sudah dimiliki. Dan pada akhirnya dapat mandiri dan meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat Desa Bantarjati. Setiap minggu pihak dari Departemen CSR dating untuk melihat dan memonitor bagaimana keadaan di bengkel dan meminta laporan mingguan pemasukan dan pengeluaran kepada mba maya. Untuk tahap evaluasi pa agus mengaku tidak tahu mengenai proses evaluasi tentang bengkel ini, beliau hanya memberi laporan kepada bapak Bambang atau bapak Dedi tiap bulan atau pada saat mereka mengunjungi bengkel. Sebaiknya pihak dari pengurus bengkel dilobatkan dalam tahap evaluasi agar dapat melihat sampai sejauhmana manfaat dan hasil yang dicapai. Saya juga melakukan wawancara dengan Sunim yang merupakan salah satu mekanik yang bekerja di bengkel dan termasuk dalam angkatan ke II yang melakukan pelatihan pada tahun 2008. Sunim berasal dari Desa Lulut yang rumahnya berada tidak jauh dari bengkel. Motivasinya mengikuti pelatihan adalah untuk menambah ilmu mengenai mesin motor karena dirumahnya, ia sering membongkar motornya sendiri karena sejak kecil ia sudah tertarik dengan motor. Sunim juga mengaku sebelumnya ia juga sudah memiliki pekerjaan akan tetapi sunim lebih tertarik untuk bekerja dibengkel karena hobinya bongkar-bongkar motor. Ia juga mengetahui tentang pelatihan dari surat undangan yang diberikan perusahaan. Selain itu, saya juga mewawancarai Hermanysah merupakan salah satu pemuda Desa Lulut yang mengikuti pelatihan pada bulan maret 2008, jadi ia termasuk pada peserta angkatan ke-II. Ia menjelaskan sosialisasi yang dilakukan perusahaan sebelum megadakan pelatihan adalah dengan memberikan surat undangan kepada para pemuda melalui BILIKOM jadi hanya pemuda yang aktif saja yang mendapatkan informasi mengenai rencana diadakannya pelatihan. Jadi partisipasi
92
masyarakat dalam sosialisasi rencana pelatihan bengkel sangat minim hanya memberitahuan dari mulut ke mulut kepada tetangga terdekat. Sebenarnya dengan diadakannya pelatihan ini dapat menambah ilmu dan kemampuan masyrarakat sekitar mengenai otomotif, ia menyarankan kegiaatan pelatihan dapat dilakukan tiap tahunnya dan lokasi pelatihan bisa berada di desa lain tidak hanya di Desa Bantarjati. Mungkin hal ini dapat menjadi saran kepada pihak perusahaan dalam melakukan pelatihan lain selanjutnya.
93