HUBUNGAN STATUS PENYAPIHAN DAN STATUS GIZI PADA ANAK UMUR 2-3 TAHUN
Iwan Setiawan ¹ Siti Novianti dan Lilik Hidayanti ²
Program Studi Kesehatan masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jalan Siliwangi No.24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Telp.(0265)324445 ABSTRAK Penyapihan ialah proses pemberhentian air susu secara berangsur-angsur atau dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan status penyapihan dan status gizi di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah Observasional dengan menggunakan rancangan kasus kontrol, instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16.0, dimana untuk uji variabel status penyapihan dan status gizi menggunakan uji statistik chi square. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebanyak 98,0% ibu balita sampel memberikan ASI kepada anaknya. Anak mulai diberi makanan/minuman selain ASI pada anak umur 6 bulan (44,9%). Ibu menyapih saat anak berumur 1924 bulan (59,2%) . Penghitungan statistik umur penyapihan rata-rata 20,81 bulan , minimal 0 (nol) bulan dan maksimal 36 bulan. Status penyapihan < 24 bulan kasus (46,9%) dan kontrol (40,8%). Status penyapihan ≥ 24 bulan kasus (53,1%) dan kontrol (59,2%). Hasil uji statistik dengan chi square diperoleh nilai p sebesar 0,839 pada derajat kesalahan 5 %. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak. Yang artinya tidak ada hubungan antara status penyapihan dan status gizi (studi pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang kota Tasikmalaya tahun 2013).Saran untuk Puskesmas : 1) perlu ditingkatkan penyuluhan tentang MP-ASI 2) perlu diinformasikan tentang menyapih dengan cinta oleh bidan desa atau pun kader, 3). bikin group pendukung ibu menyusui balita ≥ 24 bulan. Kata kunci : Status penyapihan, status gizi, anak. Kepustakaan : 39 (1997-2011) ABSTRACT Weaning is the process of laying off the milk gradually or in a predetermined time period . The research aims to analyze the relationship between weaning status and nutritional status in the Kahuripan village Tasikmalaya, Tawang discrit. The method used is observational research using case-control design,
research instruments used were questionnaires , processing the data in this study using SPSS version 16.0 , which for the test variables weaning status and nutritional status using the chi-square statistical test . In this study the results obtained that as many as 98.0 % of the mothers sampled infants breastfeed the child . Child being given food or drink other than breast milk to children aged 6 months ( 49.0 % ) . When mothers wean children from 19-24 months ( 59.2 % ) Statistical calculation of the average weaning age of 20.81 months , a minimum of 0 ( zero ) months and a m aximum of 36 months . Weaning status <24 cases ( 46.9 % ) and controls ( 40.8 % ) . Weaning status ≥ 24 months of cases ( 53.1 % ) and controls ( 59.2 % ) . Statistical test results obtained with the chi-square p value of 0.839 at 5 % error level . Thus Ho accepted and Ha rejected . Which means there is no relationship between weaning status and nutritional status ( studies in children aged 2-3 years in urban areas Kahuripan Tawang district of Tasikmalaya city in 2013 ) .The suggestions for PHC (Public Health Centre) : 1 ) need to be increased education about complementary feeding 2 ) need to be informed about weaning With Love ( WWL ) by midwives or cadres , 3 ) . make a group supporting breastfeeding infants ≥ 24 months . Keywords : weaning status , nutritional status , children aged 2-3 years Literatur : 39 (1997-2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada masalah gizi sangat pendek dan pendek. Hasil Survei Riskesdas Jawa Barat tahun 2010 berdasarkan indikator Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) prevalensi gizi sangat pendek yaitu sebesar 16,6 % dan pendek 17,1 % . Sedangkan hasil bulan penimbangan balita (BPB) di Kota Tasikmalaya tahun 2012 prevalensi balita sangat pendek dan pendek berdasarkan indikator TB/U sebesar 9,6 % dan 24,9 % (Dinkes Kota Tasikmalaya,2012). Namun untuk tingkat Puskesmas Kahuripan hasil dari bulan penimbangan balita tahun 2012 balita sangat pendek menurut indeks TB/U sebesar 9,8 % dan balita pendek sebesar 15,5 % yang paling tinggi ada di wilayah kelurahan Kahuripan, sebesar 11,1 % balita sangat pendek dan 16,3 % balita pendek ada pada kelompok umur 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pemberian ASI secara ekslusif pada bayi sejak lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan dianjurkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai. Penyapihan masa diberhentikannya pemberian ASI kepada bayi (Moehji , 1992) Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier,2011). Konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal yang saling mempengaruhi ( Soekirman,2006). Antara asupan dan kebutuhan harus seimb ang karena apabila tidak seimbang akan terjadi malnutrisi (Supariasa,2001).Berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan di Posyandu di kelurahan Kahuripan dari 96 balita, yang disusui sampai dengan 2 tahun tepat hanya 20 0rang ( 20,4 % ) dan 76 orang disusui kurang dari 2 tahun. Adapun alasan ibu menyusui anak kurang dari 2 tahun adalah, ibu bekerja sebanyak 46 orang ( 60,7 % ) dan
ASI kurang/tidak ada 30 orang ( 39,3 % ) . Berdasarkan uraian tersebut penulis sangat tertarik untuk mengetahui hubungan status penyapihan ASI dengan status gizi anak umur 2 – 3 tahun di wilayah Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Umum penelitian ini adalah :Mengetahui hubungan status penyapihan dengan status gizi Anak Umur 2 – 3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Sedangkan tujuan Khususnya adalah : Pertama Mengetahui status penyapihan anak balita umur 2–3 tahun di kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.Kedua, Mengetahui status gizi pada anak balita umur 2–3 tahun di kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. ketiga,Mengetahui hubungan status penyapihan dengan status gizi anak umur 2-3 tahun di kelurahan kahuripan kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional menggunakan kasus kontrol (penelitian kasus pembanding), yang hasilnya akan ianalisis secara deskriptif dan analitik. Populasi dan Sampel Populasi yang akan diambil pada penelitian ini adalah anak umur 2 – 3 tahun yang ada di Kelurahan Kahuripan denan jumlah 526 anak.Sampel Penelitian diambil dari populasi yang status anak pendek 49 orang dengan kontrol anak normal 1:1 dengan kriteria sebagai berikut :Pertama, sampel adalah anak balita umur 2 – 3 tahun (kriteria inklusi). Kedua, anak sehat (kriteria inklusi).Ketiga,ibu setuju anaknya menjadi sampel penelitian (kriteria ekslusi.Keempat, anak pindah (kriteria ekslusi) Besar sampel adalah 49 orang balita umur 2 – 3 tahun dengan status gizi TB/U Pendek, Kontrol adalah balita 49 orang status gizi (TB/U Normal). Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner A. terdiri, dari identitas responden dan identitas sampel. Kuesioner B. tentang status penyapihan . Cara Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dengan responden yang menjadi subjek penelitian baik terhadap kasus maupun kontrol. Sedangkan data sekunder berisi tentang identitas kasus, diperoleh dari dokumen petugas gizi Puskesmas kahuripan meliputi nama,umur, status gizi, alamat tempat tinggal. Metode analisis Data
Analisis dan penyajian data dengan beberapa cara yaitu : pertama, analisa deskripsi dari variabel penelitian, untuk memberikan gambaran distribusi frekuensi dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel. Kedua, analisa bivariat dengan uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan status penyapihan dan status gizi ( studi pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang kota Tasikmalaya tahun 2013). Dengan derajat kemaknaan 95% atau α = 0,05 . HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Wilayah kerja Puskesmas Kahuripan kecamatan Tawang, meliputi 2 (dua) wilayah dari 5 (lima) kelurahan yang ada di kecamatan tawang, yaitu : kelurahan Kahuripan dan kelurahan Cikalang dengan luas wilayah 40,12 Km², yang mencakup 28,749 jiwa, Jumlah Posyandu ada 33 buah dengan jumlah Balita 2496 orang. Tingkat pendidikan penduduknya paling tinggi adalah tamatan sekolah dasar (SD) sebanyak (51,6 %) dan paling rendah tamatan S3 sebanyak (0,3 %). Pekerjaan wiraswasta merupakan pilihan masyarakat yang paling banyak yaitu, sebagai pengrajin mebelair dan bordir pakaian sebanyak (18,4 %). Analisa Univariat Karakteristik Responden Umur Responden Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Kelompok Kasus Kontrol Umur n % n % < 35 tahun 41 83,7 38 77,6 ≥ 35 tahun 8 16,3 11 22,4 Jumlah 49 100 49 100 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa ibu pada kelompok kasus (83,7 %) lebih banyak menyusui anaknya pada saat berusia < 35 tahun, bila dibandingkan dengan kelompok kontrol (77,6 % ) . Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan tingkat Pendidikan Ibu di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Tingkat Kasus Kontrol Pendidikan n % n % SD 18 36,7 17 34,7 SMP 14 28,6 16 32,7 SMA 15 30,6 15 30,6 PT 2 4,1 1 2,0 Jumlah 98 100 98 100
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan ibu kelompok kasus dan kelompok kontrol adalah SD . kasus (36,7 % ) dan kontrol ( 34,7 % ) Karakteristik sampel Jenis Kelamin Sampel Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Balita Umur 2-3 tahun di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Jenis Kelamin
Kelompok Kasus n
Kelompok Kontrol
Laki-laki
26
% 53,1
26
n
% 53,1
Perempun
23
46,9
23
46,9
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar (53,1 %) jenis kelamin kelompok kasus dan kelompok kontrol anak balita umur 2-3 tahun di kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang adalah laki-laki sedangkan sisanya (46,9%) adalah perempuan Status gizi Sampel Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Gizi Anak Balita Umur 2-3 tahun di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Laki-laki Perempuan Jumlah Status Gizi n % n % n % Pendek 26 53,1 23 46,9 49 100 Normal 26 53,1 23 46,9 49 100 Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar sampel (53,1 %) baik yang status gizi pendek maupun normal adalah laki-laki sedangkan sisanya (46,9 %) adalah perempuan. Kuesioner Status Penyapihan Distribusi Jawaban Tentang Kuesioner Status Penyapihan Tabel 45 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Status Penyapihan Di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Kasus Kontrol Pertanyaan n % n % 1. Apakah ibu memberikan ASI ? 48 a. Ya 98,0 47 95,9 1 b. Tidak 2,0 2 4,1 2. Pada saat usia berapa anak ibu diberikan makanan/minuman selain ASI ?
a. < 1 bulan b. 1 bulan c. 2 bulan d. 3 bulan e. 4 bulan f. 5 bulan g. 6 bulan h. > 6 bulan 3. Kapan anak ibu berhenti menyusui? a. < 12 bulan b. 12 – 18 bulan c. 19 – 24 bulan d. 25 – 36 bulan 4. Dengan cara apa ibu melakukan penyapihan pada anak ibu? a. Mengoleskan sesuatu pada puting payu dara,seperti : batrawali, lipstick, violet, obat merah,kunyit, jamu, betadin, saos,mahoni b. Diganti susu formula c. Dipisah tidur d. Air do’a 5. Apakah alasan ibu berhenti menyusui ? a. Sudah waktunya b. Sesuai anjuran agama c. Merasa sudah cukup umur d. Kebiasaan keluarga e. Ibu bekerja f. ASI kurang g. Mempunyai adik lagi
2 0 3 1 7 3 22 11
4.1 0 6,1 2,0 14,3 6,1 44,9 22,4
4 1 0 2 9 2 24 7
8,1 2,0 0 4,1 18,4 4,1 49,0 14,3
3 12 29 5
6,1 24,5 59,2 10,2
6 8 29 6
12,2 16,3 59,2 12,2
42
85,7
41
83,7
4 2 2
8,1 4,1 4,1
3 1 3
6,1 2,0 6,1
24 1 18 1 2 2 1
49,0 2,0 36,7 2,0 4,1 4,1 2,0
27 1 12 1 4 4 0
55,1 2,0 24,5 2,0 8,2 8,2 0
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa jawaban dari pertanyaan apakah ibu memberikan ASI kepada anak ? sebagian besar (98,0 %) ibu balita kelompok kasus dan (95,9 %) ibu kelompok kontrol memberi jawaban, memberikan ASI kepada anaknya sedangkan yang tidak memberikan ASI 4,1 % kelompok kontrol dan yang paling rendah pada kelompok kasus (2,0 %). Untuk jawaban pertanyaan pada saat usia berapa anak ibu diberi makanan / minuman pendamping air susu ibu (MP-ASI) ? . Sebagian besar (49,0 %) ibu balita kontrol memberikan jawaban pada usia anak 6 (enam) bulan, lebih besar dari jawaban ibu balita kasus sebesar (44,9 %). Sedangkan jawaban yang paling rendah (2,0 %) , ibu balita kasus memberikan jawaban saat anak berumur 3 bulan namun ibu balita kontrol memberikan jawaban pada saat anak umur 1 (satu) bulan. Sedangkan jenis makanan/minuman yang paling pertama diberikan oleh ibu saat memberikan MP-ASI kepada anaknya sebagian besar (69,4 %) adalah bubur susu, buah pisang (8,2 %), nasi (12,2 %), bubur beras (4,1 %) dan susu formula (3,0 %). Untuk jawaban kapan anak ibu berhenti menyusui? Jawaban ibu balita kasus dan ibu balita kontrol sebagian besar (59,2 %) memberikan jawaban saat anak berusia 19 – 24 bulan dan (6,1 %) jawaban paling rendah dari ibu balita kasus anak berhenti menyusui saat anak < 12 bulan sedangkan sebagian ibu balita kontrol menjawab saat anak berumur < 12 bulan dan 25 – 36 bulan
sebanyak (12,2 %). Sedangkan jawaban dengan cara apa ibu melakukan penyapihan kepada anak? Sebagian besar (85,7 %) ibu balita kelompok kontrol memberikan jawaban, mengoleskan sesuatu yang berasa pahit, mewarnai payu dara dengan sesuatu, seperti : batrawali,lipstik,obat merah,kunyit,jamu,mahoni,betadin,saos pada puting payu dara ibu lebih banyak dari jawaban ibu balita kelompok kasus yang hanya (83,7 %) dan yang paling rendah (4,1 %) jawaban dari ibu balita kasus adalah dipisahkan tidur anak tersebut dari ibunya dan dengan cara diberikan air do’a. Sedangkan jawaban paling rendah dari ibu balita kelompok kontrol adalah dipisahkan tidur dari ibunya sebesar (2,0%).Untuk jawaban pertanyaan alasan ibu berhenti menyusui, sebagian besar (49,1 %) ibu kelompok kasus memberikan jawaban sudah waktunya ( 24 bulan ), bila dibandingkan dengan jawaban ibu kelompok kontrol sebesar (55,1 %) maka jawaban kelompok kontrol lebih tinggi dari kelompok kasus. Sedangkan jawaban yang paling rendah (2,0 %) ibu kelompok kasus memberikan jawaban,yaitu : sesuai dengan anjuran agama, sudah merasa cukup umur anaknya disapih , mempunyai adik lagi dan ibu kelompok kontrol (2,0 %) memberikan jawaban sesuai dengan anjuran agama dan sudah merupakan kebiasaan keluarga.Dari jawaban tersebut sebagian besar ibu balita sudah mengetahui bahwa menyusui anak yang optimal adalah sampai anak umur 24 bulan, namun karena berbagai alasan sehingga proses menyusui harus berhenti, tetapi dengan berhentinya penyusuan tersebut ibu sudah mempersiapkan pengganti ASI tersebut dengan harapan anak tetap tumbuh dengan optimal. Penghitungan Statistik Umur Penyapihan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Penyapihan Anak Balita Umur 2-3 tahun di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Umur Rata-rata Minimal Maximal SD penyapihan Kasus 21,59 0 36 5.597 kontrol
20,02
0
36
7.603
Rata-rata 20,81 0 36 6.688 Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa rata-rata anak disapih diwilayah kelurahan kahuripan adalah pada saat anak berumur 20,81 bulan. Status Penyapihan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Status Penyapihan Anak Balita Umur 2-3 tahun di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Status Kelompok Kasus Kelompok Kontrol Penyapihan n % n % < 24 bln 23 46,9 20 40,8 ≥ 24 bln
26
53,1
29
59,2
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa 46,9 % status penyapihan anak balita kurang dari 24 bulan ada pada kelompok kasus sedangkan kelompok kontrol adalah (40,8 %). Sedangkan status penyapihan lebih besar atau sama dengan 24 bulan adalah (53,1 %) untuk kelompok kasus dan (59,2 %) ada pada kelompok kontrol. Hubungan Antar Variabel Tabel 4.8 Hubungan Status Penyapihan dan Status Gizi Anak Balita Umur 2-3 tahun di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya 2012 Status Gizi
Nilai p Pendek Normal n % n % < 24 bulan 23 46,9 21 42,9 0,839 ≥ 24 bulan 26 53,1 28 57,1 Jumlah 49 100 49 100 Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan proporsi anak dengan status gizi pendek lebih banyak ditemukan pada anak yang disapih < 24 bulan (46,9%) dibandingkan anak yang disapih < 24 bulan dengan status gizi baik (42,9%). Hasil uji statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,839 pada derajat kesalahan 5 %. Disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak. Yang artinya tidak ada hubungan antara status penyapihan dan status gizi (studi pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang kota Tasikmalaya tahun 2013). PEMBAHASAN Umur Penyapihan
Keterbatasan Penelitian Mengingat penelitian ini menggunakan kasus kontrol (pembanding) peneliti cukup kesulitan dalam menggali jawaban yang betul-betul akurat, hal tersebut dikarenakan sebagian responden bias mengingat kembali paparan pada 2-3 tahun yang lalu. Hubungan Status penyapihan dan status gizi Dengan menggunakan uji chi-square dihasilkan nilai probabilitasnya (p value) sebesar 0,839, nilai tersebut di atas nilai alfa atau derajat kesalahan sebesar 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa p value > 0,05 mengakibatkan Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya tidak ada hubungan antara status penyapihan dengan status gizi ( studi pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya). Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar (98,0 %) ibu memberikan Air Susu ibu (ASI) kepada anaknya serta ibu melakukan penyapihan rata – rata pada saat anak berumur 21,59 bulan (kasus) dan 20,02 bulan (kontrol). Walaupun ibu melakukan penyapihan < 24 bulan namun bila anak diberikan asupan gizi yang baik melalui Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang tepat maka pertumbuhan anak akan optimal, hal tersebut sesuai dengan jawaban ibu, baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol, sebagian besar memberikan MP-ASI
pada saat anak berumur 6 (enam) bulan. Hal tersebut dikarenakan ibu sudah mengetahui dari berbagai informasi khususnya dari petugas kesehatan dan buku kesehatan ibu anak (KIA) bahwa waktu yang tepat memberikan MP-ASI kepada anak adalah saat anak sudah berumur 6 (enam) bulan. Sedangkan jenis makanan/minuman yang paling pertama diberikan oleh ibu saat memberikan MP-ASI kepada anaknya sebagian besar (69,4 %) adalah bubur susu, buah pisang (8,2 %), nasi (12,2 %), bubur beras (4,1 %) dan susu formula (3,0 %). Yang dilakukan oleh ibu tersebut juga sesuai dengan panduan pemberian makanan tambahan, petunjuk dari , WHO : 1) Berikan ASI ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan; 2) Berikan makanan tambahan pada bayi usia 6 bulan; 3) Berikan ASI selama 2 tahun atau lebih; 4) Berikan makanan yang : berkalori tinggi dan kaya zat nutrisi, bersih dan aman bagi bayi, dirancang dari makanan keluarga serta mempergunakan makanan lokal yang mudah diperoleh, dan makanan tambahan diberikan 3 x sehari pada saat bayi berusia 6 – 7 bulan dan tingkatkan menjadi 5 x sehari pada saat berusia 12 bulan (Pujiarto, 2005). Tingkat pendidikan responden di wilayah kelurahan Kahuripan lebih banyak Sekolah Dasar (SD) 36,7 % untuk kasus anak pendek, hal tersebut sesuai dengan pernyataan tersebut diatas. Adapun alasan ibu melakukan penyapihan tersebut, sebagian besar ibu menyatakan sudah waktunya ( 24 bulan ) baik kelompok kasus (49,0 % ) dan kelompok kontrol (55,1 % ) . Hal tersebut telah sesuai dengan anjuran agama islam , dalam ayatnya yang lain yaitu QS. Luqman, 31:14.”Dan QS.Al-Ahqaf ,ayat 15.Adapun cara ibu melakukan penyapihan sebagian besar hampir sama baik kelompok kasus (83,7 % ) maupun kelompok kontrol (85,7 %) melakukan dengan cara mengoleskan sesuatu pada puting payu dara, seperti : batrawali,lipstick, violet, obat merah, kunyit, Jamu, betadin, saos dan mahoni yang sifatnya menakuti dan membuat anak jera. Yang dilakukan oleh ibu tersebut masih kurang sesuai bila merujuk kepada cara menyapih dengan penuh cinta (Weaning With Love) hal tersebut disebabkan sebagian besar ibu belum mengetahui cara-cara penyapihan yang benar dan terbatasnya informasi yang diterima tentang cara penyapihan yang benar dari petugas kesehatan serta tidak terpikirkan dampak dari melakukan penyapihan secara sepihak terhadap psikologis anak tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Usti Amini,(2011) yang dilakukan di wilayah Puskesmas Ngemplak I kecamatan Ngemplak, Sleman. Hasilnya tidak ada hubungan antara umur penyapihan dengan status gizi Baduta. Berbeda dengan yang dilakukan oleh Nur Khodijah (2011) judul : Hubungan Antara Umur Penyapihan Dengan Status Gizi Balita Usia 1 – 2 Tahun di Desa Wujil Kecamatan Bergas kabupaten Semarang. Hasilnya ada hubungan antara umur penyapihan dengan status gizi Baduta. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanudin (2010) menyatakan ada pengaruh ketepatan waktu penyapihan terhadap status gizi balita usia 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bangkalan. Perbedaan hasil penelitian ini dimungkinkan karena lokasi wilayah penelitian yang tidak sama dengan kelurahan Kahuripan yang ada didaerah perkotaan dimana faktor ketersediaan pangan tingkat rumah tangga cukup, perilaku/asuhan ibu dan anak cukup baik serta akses terhadap pelayanan kesehatan pun cukup mudah, baik kasus maupun kontrol dapat memilih sesuai dengan kemauan. Hal tersebut sesuai dengan teori ,H.L.Blum, yang menyatakan
bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh; lingkungan (45%), perilaku (30%), pelayanan kesehatan (20%) dan genetik (5%). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Rata-rata status penyapihan yang dilakukan oleh ibu pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan kahuripan adalah 21,59 bulan (kasus) dan 20,02 bulan (kontrol) 2. Anak pendek dengan status penyapihan < 24 bulan (46,9 %), anak normal dengan status penyapihan < 24 bulan (42,9 % ) sedangkan anak pendek dengan status penyapihan ≥ 24 bulan (53,1%) dan anak normal dengan status penyapihan ≥ 24 bulan (57,1%) 3. tidak ada hubungan antara status penyapihan.dan Status Gizi (studi pada anak umur 2-3 tahun di wilayah kelurahan Kahuripan kecamatan Tawang kota Tasikmalaya tahun 2013). p value : 0,839 Saran 1. Karena masih ditemukan ibu memberikan MP-ASI < 6 bulan, maka perlu di tingkatkan lagi penyuluhan tentang pedoman pemberian Makanan Pendamping ASI secara berkala . 2. Banyak cara penyapihan dilakukan oleh ibu tidak sesuai, maka perlu diinformasikan Menyapih dengan cinta oleh bidan kelurahan atau kader kepada masyarakat. bulan 3. Perlu dibentuk group pendukung ibu menyusui untuk meningkatkan rata-rata umur penyapihan ≥ 24 bulan di wilayah kelurahan Kahuripan Daftar Pustaka Almatsier,Sunita.2011.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT Gramedia Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya,2012.: Laporan BPB, 2012 Riskesdas,2010. Hasil Survei Riskesdas Jabar,2010. Soekirman,dkk.2006.Hidup Sehat Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan Manusia.Jakarta.P.T.Prima Media Pustaka. Supariasa,dkk.2001.Penilaian Status Gizi.Jakarta:Buku Kedokteran EGC WHO dan DepkesRI,2008.Modul B Pelatihan Penilaian pertumbuhan Anak mengukur pertumbuhan anak.WHO dan Depkes RI,Jakarta.