HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASAP ROKOK DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK DIPUSKESMAS SEGERI PANGKEP Hj. Hariani1, Nurbaeti2, Nurhidayah3 1Poltekkes
Kemenkes Makassar Nani Hasanuddin Makassar 3STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2STIKES
ABSTRAK Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom). Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial).Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu status imunisasi, status gizi, dan asap rokok, sedangkan variabel dependennya adalah kejadian ISPA pada anak. Metode penelitian ini yaitu Survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Popoulasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 63 orang. Tehnik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dengan jumlah sampel 54 orang sesuai dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan alat ukur kuesioner dan lembar observasi. Setelah data terkumpul, selanjutnya data diolah, diedit dan ditabulasi, kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan Uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < (α) = 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kejadian ISPA pada anak yaitu 55. 6 %. Didapatkan probabilitas (p) untuk status imunisasi dengan kejadian ISPA 0.034, status gizi dengan kejadian ISPA 0.035, dan Asap rokok dengan kejadian ISPA 0.004. Kata Kunci : Asap Rokok, kejadian ISPA, Status gizi, Status imunisasi.
PENDAHULUAN Menurut WHO (2003), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak dinegara sedang berkembang. Sekitar empat dari lima belas juta perkiraan kematian pada anak berusia dibawah 5 tahun, pada setiap tahunnya sebanyak sebanyak 2/3 kematian tersebut adalah bayi (Winarni, Basirun Al Ummah, Agus Nursalim, 2010). Menurut Depkes RI 2010,di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan prevalensi nasional Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) : 25,5% (16 Provinsi diatas angka nasional) angka kesakitan (morbiditas) Pneumonia pada Bayi: 3%, angka kematian (mortalitas) pada Bayi 23,8%, dan Balita 15,5% (Agussalim, 2012). Penyakit Infeksi saluran pernapasan (ISPA) sering terjadi pada anak-anak di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 per tahun (rata-rata 4 kali per tahun) (Widoyono, 2011). Insidensi ISPA di Sulawesi Selatan menunjukkan angka berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita dengan angka CaseFatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059, tahun 2011 sebanyak 10,5/1000 bayi dan
balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi anak penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 anak dan tahun 2011 sebanyak 26,7/100 anak (Marhamah dkk, 2012). Insidensi ISPA di Sulawesi Selatan menunjukkan angka berfluktuasi setiap tahun. Insidensi pneumonia pada bayi dan balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2010 sebanyak 8,5/1000 bayi dan balita dengan angka CaseFatality Rate (CFR) pneumonia 0,00059, tahun 2011 sebanyak 10,5/1000 bayi dan balita dengan angka CFR 0,001. Adapun insidensi bayi anak penderita batuk bukan pneumonia tahun 2010 sebanyak 30,5/100 anak dan tahun 2011 sebanyak 26,7/100 anak (Marhamah dkk, 2012). Berdasarkan data Profil Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep menunjukkan bahwa Infeksi saluran pernapasan akut menempati urutan pertama dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak pada tahun 2012, Insidensi Infeksi saluran pernapasan (ISPA) tahun 2012 sebanyak 2.941 kasus atau kunjungan pada anak. Sedangkan pada tahun 2013 ISPA menempati urutan kedua dalam daftar sepuluh penyakit terbanyak, yaitu sebanyak 2178 kasus atau kunjungan anak, sedangkan jumlah kasus atau kunjungan anak, ditahun 2014 (bulan Januari sampai
639 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Mei) yaitu sebanyak 315 orang, dimana pada bulan Januari (65), Februari (56), Maret (90) April (78), dan Mei (27) kasus atau kunjungan (Data Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, 2014). Melihat fenomena dan kenyataan ini maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang “faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep”. BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ini menggunakan metode Survey analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Pada tanggal 26 juni sampai 11 Juli 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berusia ≤ 4 tahun sampai dengan usia 13 tahun yang datang diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep. Sampel pada penelitian ini berjumlah 54 orang menggunakan metode Accidental Sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil responden yang berada dilokasi penelitian selama penelitian berlangsung. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan data primer dan sekunder.Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis serta bahan yang digunakan adalah kuesuioner dan lembar observasi.Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi koesioner yang disediakan),dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman, dimana nilai tertinggi yaitu 2, dan nilai terendah 1, kemudian dikalikan dengan jumlah pertanyaan kuesioner, hasil dari perkalian kemudian dijumlahkan dan selanjutnya dibagi duadua,kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bantuan program SPSS for Windows dengan urutan sebagai berikut :Selecting, editing, koding dan tabulasi data Analisis Data Setelah dilakukan tabulasi data, kemudian data diolah dengan menggunakan metode uji statistik yaitu: a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi dan frekuensi dari variable dependen dan independen
b. Analisis Bivariabel Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dari variabel independen dan dependendengan menggunakan uji statistik Chi Square dengan tingkat kemaknaan p < α (0,05). HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin anak diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Frekuensi Persen Jenis Kelamin (n) (%) Laki- laki 28 51.9 Perempuan 26 48.1 Total 54 100.0 Tabel 2 Distribusi Responden berdasarkan umur Anak Frekuensi Persen Umur Anak (n) (%) <4 26 48.1 4- 8 21 38.9 9- 13 7 13.0 Total 54 100.0 Tabel 3 Distribusi Responden berdasarkan umur Ibu diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Persen Umur Ibu Frekuensi (n) (%) 21- 27 15 27.8 28- 35 21 40.7 36- 45 18 31.5 Total 54 100.0 Tabel 4 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan ibu Frekuensi Persen Pendidikan Ibu (n) (%) SD 15 27.8 SMP 10 18.5 SMA 23 42.6 Perguruan 6 11.1 Tinggi Total 54 100.0
Tabel 5 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan ibu Frekuensi Persen Pekerjaan (n) (%) PNS 6 11.1 IRT 45 83.3 Pegawai 3 5.6 Swasta Total 54 100.0
640 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
Tabel 6 Distribusi Anak Berdasarkan Status Imunisasi Status Frekuensi Persen Imunisasi (n) (%) Lengkap 24 44.4 Tidak 30 55.6 Lengkap Total 54 100 Tabel 7 Distribusi anak berdasarkan status Gizi Frekuensi Persen Status Gizi (n) (%) Baik 21 38.9 Kurang 33 61.1 Total
54
100
Tabel 8 Distribusi Anak berdasarkan Riwayat Asap Rokok Frekuensi Persen Asap Rokok (n) (%) Terpapar Tidak Terpapar
29 25
53.7 46.3
Total
54
100
Tabel 9 Distribusi Kejadian ISPA diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Frekuensi Persen Kejadian ISPA (n) (%) Menderita 30 55.6 Tidak Menderita 24 44.4 Total 54 100 2. Analisis Bivariabel Tabel 10 Hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Status Imunisasi Lengkap Tidak Lengkap Total
Kejadian ISPA Tidak Menderita Total Menderita n % n % n % 13 17
24.1 31.5
11 13
20.4 24.1
30
25.5 24 74.5 ρ = 0,034
24 30
44.4 55.6
54 100.0
Berdasarkan tabel 10 menunjukan bahwa adanya hubungan antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada anak yang ditunjukkanya dengan nilai p=0,034< α=0,05 Tabel 11 Hubungan Antara status gizi dengan kejadian ISPA pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep
Kejadian ISPA Status Gizi
Menderita
Baik Kurang Total
n 12 18 30
Tidak Menderita % n % 22.2 9 16.7 33.3 15 27.8 55.6 24 44.4 ρ = 0.035
Total n 21 33 54
% 38.9 61.1 100.0
Berdasarkan tabel 11 menunjukan bahwa adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA pada anak yang ditunjukanya dengan nilai p=0,035< =0,05. Tabel 12 Hubungan Antara Asap Rokok dengan kejadian ISPA pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Asap Rokok Terpapar Tidak terpapar Total
Kejadian ISPA Tidak Menderita Total Menderita n % n % n % 16 14
29.6 25.9
13 11
24.1 20.4
30
55.6 24 44.8 ρ = 0,004
29 25
55.6 44.4
54 100.0
Berdasarkan tabel 12 menunjukan bahwa adanya hubungan antara Asap rokok dengan kejadian ISPA pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Puskesmas yang ditunjukanya dengan nilaiρ=0,04 < =0,05. PEMBAHASAN 1. Hubungan Antara Status Imunisasi Responden Dengan Kejadian ISPApada anak diPuskesmas Segeri Kabupaten Pangkep Berdasarkan dari data hasil kejadian ISPA menurut keadaan Status gizi maka di peroleh hasil yang mempunyai status imunisasi lengkap sebanyak 24 anak dan yang mempunyai keadaan status imunisasi tidak lengkap sebanyak 30 anak. Setelah di lakukan Uji statistikChi-square diperoleh nilai kemaknaan ρ=0.034 < = 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara status imunisasi dengan kejadian ISPA. Penelitian ini didukung dengan teori yang diungkapkan oleh R.Hartono dan Dwi Rahmawati (2012), mengatakan bahwa Kemampuan untuk menahan organisme penyerang dipengaruhi banyak faktor. Kekurangan sistem kekebalan pada anak beresiko terinfeksi. Berdasarkan penelitian Marhamah tahun 2012 (FaktorYang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada AnakBalitadi Desa Bontongan Kabupaten Engrekang),
641 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
menurut keterangan dari ibu yang mempunyai anak, terkadang tidak rutin mengikuti posyandu hal itu disebabkan anaknya menolak atau mengamuk untuk dibawa ke posyandu. Walaupun hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPADalam penurunan angka kejadian ISPA dengan memberikan imunisasi lengkap pada anak. Imunisasi terbagi atas imunisasi dasar yang wajib dan imunisasi yang penting.Sebelum anak berusia di atas dua tahun kelengkapan imunisasi dasar harus dipenuhi). Anak yang telah menerima imunisasi lengkap tapi menderita ISPA, ini diakibatkan karena Daya tahan tubuh anak yang rendah yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak, serta didukung oleh faktor lain, Imunisasi sendiri tidak dapat mencegah masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, akan tetapi bila bayi mendapatkan imunisasi lengkap diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan lebih berat. 2. Hubungan Status gizi Responden Dengan Kejadian ISPA Berdasarkan dari data hasil kejadian ISPA menurut keadaan Status gizi maka di peroleh hasil yang mempunyai status gizi baik sebanyak 21 anak dan yang mempunyai keadaan status gizi kurang sebanyak 33 anak. Pada tabel 5.11, dapat di lihat, bahwaterdapat 12anak (22.2%) yang memiliki status gizi baik menderita ISPA, terdapat 9 anak (16.7 %) yang memiliki status gizi baik tidak menderita ISPA dan juga terdapat 18anak (33.3%) yang memiliki status gizi kurang menderita ISPA, terdapat 15 anak (27.8%) yang memiliki status gizi kurangtidak menderita ISPA.Setelah di lakukan Uji statistikChisquare diperoleh nilai kemaknaan ρ=0.035 < 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian ISPA. Dari hasil analisis diperoleh adanya hubungan antara status gizi dengan kejadian ISPA dimana dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang mempunyai status gizi kurang akan menderita ISPA daripada orang yang mempunyai status gizi baik. Berdasarkan penelitian (Ernawati dan Achmad Farich2012), (Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa Way Huwi Puskesmas Karang Anyar Kecematan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012), Angka kejadian ISPA selalu menempati urutan teratas terutama pada anak balita. Kesehatan pada anak balita sangat rentan
sekali karena balita imunnya tidak kuat seperti orang dewasa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mei Elyana, dan Aryu Candra 2009, (Hubungan Frekuensi Ispa Dengan Status Gizi Balita), Status gizi menggambarkan baik buruknya konsumsi zat gizi seseorang. Zat gizi sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat-zat kekebalan tubuh seperti antibodi. Semakin baik zat gizi yang dikonsumsi berarti semakin baik status gizinya sehingga semakin baik juga kekebalan tubuhnya. Infeksi saluran pernafasan akut merupakan penyakit yang sebagian besar disebabkan oleh virus. 3. Hubungan Asap rokok Dengan Kejadian ISPA. Berdasarkan dari data hasil kejadian ISPA menurut keadaan asap rokok maka di peroleh hasil yang terpapar asap rokok sebanyak 29 anak dan yang tidak terpapar sebanyak 25anak. Pada tabel 5.13 dapat di lihat, bahwaterdapat 16anak (29.6%) yang terpapar asap rokok menderita ISPA, terdapat 13 anak (24.1 %) yang terpapar asap rokok tidak menderita ISPAdan juga terdapat 14 anak (25.9%) yang tidak terpapar asap rokok menderita ISPA, terdapat 11 anak (20.4%) yang tidak terpapar asap rokok tidak menderita ISPA. Setelah di lakukan Uji statistikChisquare diperoleh nilai kemaknaan ρ = 0.004 < 0.05 yang berarti ada hubungan bermakna antara asap rokok dengan kejadian ISPA. Dari hasil analisis diperoleh adanya hubungan antara asap rokok dengan kejadian ISPA dimana dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang terpapar asap rokok akan menderita ISPA dari pada orang yang tidak terpapar asap rokok. Sesuai dengan teori Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati (2012), Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh banyak orang. Efek - efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui dengan jelas. Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan resiko timbulnya berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian Agussalim pada tahun 2012 (Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok Dalam Rumah dengan Penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar 2012), bahwa ada hubungan antara keberadaan perokok di dalam rumah dengan penyakit ISPA, dengan demikian dengan adanya perokok
642 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721
di dalam rumah maka resiko penyakit ISPA akan semakin besar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada anak di Puskesmas Segeri Kabupaten Pangkep, maka diambil kesimpulan yaitu adanya hubungan antara status imunisasi, status gizi dan asap rokok dengan kejadian ISPA pada anak.
SARAN Hal ini dikarenakan dari ke tiga faktor tersebut saling berkaitan terhadap terjadinya ISPA dan masyarakat hendak ikut serta dalam Penanggulangan penyakit ISPA pada anak diantaranya, jangan lupa imunisasi, beri makanan bergizi pada anak serta Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti tidak merokok bagi anggota keluarga balita.
DAFTAR PUSTAKA Agussalim 2012 Hubungan Pengetahuan, Status Imunisasi dan Keberadaan Perokok Dalam Rumah dengan Penyaki ISPA pada balita di Puskesmas Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar 2012, (online) http://www.lppm.stikesubudiyah.ac.id/jurn al/AGUSSALIM-dou-1agussalim.pdf, diakses tanggal 15 Mei 2014). Ernawati dan Achmad Farich, 2012. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Anak Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Di Desa Way H uwi Puskesmas Karang Anyar Kecematan Jati Agung Kabupaten Lampuns Selatan Tahun 2012. (Diakses tanggal 24 Juli 2014). Fida, Maya, 2012, Pengantar Ilmu Kesehatan Anak.D-MEDIKA (Anggota IKAPI) : Yogyakarta. Hartono.R, H
Rahmawati Dwi, 2012. Gangguan pernafasan pada anak ISPA. Nuha Medika : Yogyakarta.
Hidayat, A.Azimul, (Jilid 2) 2012. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Salemba
Medika : Jakarta
Hidayat. A.Azis Alimul, (Ed 2) 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika: Jakarta. Kunoli J. Firdaus, 2012, Asuhan keperawatan penyakit tropis, Trans Info Media: Jakarta Marhamah, 2012. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita Kabupaten Engrekang (online), (diakses tanggal 13 Mei 2014).
di
Desa
Bontongan
Masriroh Siti, 2013. Keperawatan Pediatrik. Imperium : Yogyakarta Mitayani, Sartika Wiwi, 2010.Buku Saku Ilmu Gizi.CV.Trans Info Media : Jakarta Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. Nursalam, (Ed2) 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Jilid1. Salemba Medika :Jakarta. Puskesmas Segeri, Januari-April 2014. Rekapitulasi Penemuan Penderita ISPA. Tidak
diterbitkan.
Prasetyo Bambang dan Jannah, Lina Miftahul, (Ed.1-7).2012. Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi. Rajawali Pers : Jakarta. Proverawati Atikah, Asfuah Siti, 2009. Buku ajar Gizi Utuk Kebidanan.Nuha Medika : Yogyakarta. Proverawati Atikah, Rahmawati Eni, 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Nuha Medika : Yogyakarta Riyanto Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta Sugiyono, 2012. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta : Bandung. Sulistyoingsih Hariyani,(Ed I).2011.Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jilid 1.Graha Ilmu : Yogyakarta. Widoyono, (Ed) 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya. Erlangga : Jakarta. Winarni, Basirun Al Ummah, Safrudin Agus Nur Salim, 2010. Hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada Balita di wilayah kerja puskesmas sempor II kab kebumen tahun 2009, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No.1,Februari2010.(Online)http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/fileshal.16-1.pdf ,Diakses 16 Mei 2014.
643 Jurnal ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ● ISSN : 2302-1721