Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Dan Konvensional Dalam Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar Tahun Ajaran 2012/2013. ( The Difference of The Students’ achievement by using Contextual Learning and Conventional Approach in Social Studies For Class IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar in The Study Year 2012/2013).
Oleh: Lisbet Novianti Sihombing ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual, (2) hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional, (3) perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional. Subjek penelitian berjumlah 80 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 1x2. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar adalah tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dengan reliabilitas 0,73. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Liliofers sedangkan uji homogenitas digunakan uji Bartlet. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANAVA satu jalur dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah 18,85; (2) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional adalah 13,025; (3) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional (18,85 > 13,025).
ABSTRACT The objectives of the research were to find out: (1) the students’ achievement in social studies by using contextual approach, (2) the students’ achievement in social studies by using conventional approach, (3) the difference of students’ achievement in social studies by using contextual and conventional approach. The research was held in class IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar on the second semester in 2012. The subject of research is 80 students with 2 classes. The method of the research was quasyexperimental with factorial design 1x2. The sample was taken with cluster random sampling. The instrument in collecting achievement learning data was a multifle choice test that consisted of 30 items with reliability tes 0,73. Before analyzing data at first to analyze normality and homogeneity data. Normality test used Liliofes test, and then homogenity test used Bartlet test. The data was analyzed by ANAVA one way with α = 0,05. The result showed: (1) the average score of students’ achievement in social studies
by using contectual approach is 18,85; (2) the average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach is 13,025; (3) he average score of students’ achievement in social studies by using contectual approach is higher than the average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach (18,85 > 13,025).
I. PENDAHULUAN Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak otentik), sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas dengan yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahan, memilih suatu pemecahan, melaksanakan pemecahan atas masalah dan menganalisis serta melaporkan penemuan-penemuan mereka. Dengan begitu siswa akan belajar menerapkan keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi , menghitung, menulis dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata. Namun demikian pengajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode konvensional juga tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Melainkan disesuaikan penggunaannya sehingga dapat tepat sarana dengan kebutuhan yang akan dicapai. Penggunaan metode konvensional sebenarnya mengandung keuntungankeuntungan tertentu yang dapat diambil, dengan kata lain tidak semuanya penuh dengan kelemahan. Salah satunya adalah praktis dan mudah dilaksanakan, sehingga metode ini selalu menjadi alternatif yang digunakan oleh guru dalam pengajaran.
2
Berkenaan dengan keuntungan-keuntungan dari model pembelajaran di atas penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS , dengan judul penelitian yaitu: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional dalam mata pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar T.A 2012/2013”. Tujuan penelitian adalah untuk: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional dalam pelajara IPS di kelas IV SD Negeri 125540 Pemtangsiantar T.A 2012/2013.
II. Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri 125540 Pematangsiantar, yang akan dilaksanakan di kelas IV (Empat) Tahun Pelajaran 2012 terhitung mulai bulan Juli 2012 sampai Desember 2013 B. Subjek dan Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (Empat) SD Negeri 125540 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah populasi 80 orang yang tediri dari 2 kelas. Penelitian menggunakan sampel total, yaitu semua kelas IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar. Sampel total dipilih karena jumlah siswa di sekolah tersebut cukup untuk dilakukan penelitian. Jadi penelitian ini menjadikan Kelas i v
1
2
sebagai kelompok eksperimen dan kelas i v sebagai kelas kontrol.
3
C. Disain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, kedua kelompok siswa yang subyek penelitian diberi pengajaran dengan pembelajaran yang berbeda oleh peneliti. Agar kegiatan pembelajaran efektif maka sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Pembelajaran kontekstual dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan waktu masing-masing 2 x 35 menit dan pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pertemuan dengan masingmasing waktu 2 x 35 menit.
D. Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes tulisan berbentuk objektif tes berupa pilihan berganda sebanyak 30 butir soal. Masing-masing soal mempunyai empat alternatif jawaban. Untuk soal yang dihawab dengan benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga skor maksimum adalah 30. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal 60 menit.
E. Teknik Analisis Data Teknis analisis data dilakukan secara kuantitatif berdasarkan tes hasil belajar IPS.
III. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang disajikan meliputi: Hasil belajar IPS di kelas eksperimen dan kelas kontrol
4
1. Hasil Belajar IPS Kelas Kontekstual Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperoleh skor tertinggi 25 dan terendah 9, dengan skor rata-rata 18,85. Jumlah siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 16 orang siswa dari 40 orang siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 15 orang siswa; kategori penilaian “cukup” adalah 7 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah 2 orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat rendah”. Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 16, banyak kelas interval 6, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
No.
Kelas Interval
Fi
Xi
xi^2
Fixi
fixi^2
1
9 – 11
3
10
100
30
300
2
12 – 14
6
13
169
78
1014
3
15 – 17
5
16
256
80
1280
4
18 – 20
10
19
361
190
3610
5
21 – 23
8
22
484
176
3872
6
24 – 26
8
25
625
200
5000
40
105
1995
754
15076
Jumlah Rata-Rata
18.850
Median
19.300
Modus
19.643
Simpangan Baku (S)
4.704
Varians (S^2)
22.131
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 14 orang siswa (35%) berada di bawah skor rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
5
Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram statistik seperti berikut: 12 10 8 6 4 2 0 8.5 - 11.5
11.5 -14.5
14.5 - 17.5
17.5 - 20.5
20.5 - 23.5
23.5 - 26.5
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual 2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh skor tertinggi 21 dan terendah 7, dengan skor rata-rata 13,025. Jumlah siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 1 orang siswa dari 40 orang siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 11 orang siswa; kategori penilaian “cukup” adalah 15 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah 13 orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat rendah”. Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 14, banyak kelas interval 5, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada table berikut ini:
6
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
No.
Kelas Interval
fi
Xi
xi^2
fixi
fixi^2
1
7–9
9
8
64
72
576
2
10 – 12
13
11
121
143
1573
3
13 – 15
6
14
196
84
1176
4
16 – 18
6
17
289
102
1734
5
19 – 21
6
20
400
120
2400
40
70
1070
521
7459
Jumlah Rata-Rata
13.025
Median
12.038
Modus
10.591
Simpangan Baku (S)
4.154
Varians (S^2)
17.256
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 22 orang siswa (55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa. Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram statistik seperti berikut: 14 12 10 8 13
6 9
4
6
6
6
12.5 - 15.5
15.5 - 18.5
18.5 - 21.5
2 0 6.5 - 9.5
Gambar 2
9.5 - 12.5
Histogram
Hasil
Belajar
IPS
Siswa
yang
Menggunakan
Pembelajaran Konvensional
7
1.
Pengujian normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan apakah berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok sampel. Rangkuman hasil uji normalitas untuk kedua sampel ditunjukkan pada table berikut ini:
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors) No. 1
2
Kelompok Sampel Hasil belajar IPS siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Hasil belajar IPS siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
N
Lohitung
Lotabel
Ket
40
0,0951
0,140
Normal
40
0 ,1373
0,140
Normal
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperolah harga Lohitung sebesar 0,0951. Harga Lotabel pada taraf signifikan 5% dengan N = 40 sebesar 0,140. Dengan membandingkan harga Lohitung dan Lotabel ternyata harga Lohitung < Lotabel (0,0951 < 0,140). Demikian pula dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat disimpulkan bahwa nilai Lotabel > Lohitung. Kedua sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui varians populasi bersifat homogen
atau
tidak.
Perhitungan
pengujian
homogenitas
dilakukan
dengan
menggunakan uji F. Bila Fhitung < Ftabel, maka varians populasi bersifat homogen. Hasil perhitungan homogenitas (Uji F) untuk kedua data dapat dilihat dari tabel dibawah ini: 8
Tabel 4 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji F) untuk Kedua Data No.
Sampel
Varians
1
Pembelajaran Kontekstual
22,131
2
Pembelajaran Konvensional
Fhitung
Ftabel
Keterangan
1,283
1,71
Homogen
17,256
Pada tabel di atas terlihat bahwa pengujian homogenitas kedua data dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti bahwa hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan konvesional adalah data homogen. 3. Pengujian Hipotesis Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual akan memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk menguji hipotesis penelitian di atas digunakan analisis varians. Berikut adalah desain penelitian Anava: Tabel 5 Tabulasi Jumlah Desain Penelitian Anava Metode Pembelajaran Kontekstual Konvensional ∑f1x1 = 754 ∑f2x2 = 521 ∑f1x1^2 = 15076 ∑f2x2^2 = 7459 X1rata-rata = 18.85 X2rata-rata = 13.025 Varian Varian 17.256 (S1^2) 22.131 (S2^2) = Simp. Baku Simp. Baku 4.704 4.154 (S1) (S2) = n1 = 40 n2 = 40
Total ∑fx ∑fx^2 Xrata-rata
= 1275 = 22535 31.875
Varian (S^2) Simp. Baku (S) n
= 39.387 8.858 = = 80 9
Jk total Jk antar kelompok Jk dalam kelompok Mk antar kelompok MK dalam kelompok Fh = MK antar : MK dalam F table Thitung t-tabel
2214.688 678.612 1536.075 678.612 19.693 34.459 3.970 5.870 2.640
Berdasarkan perhitungan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata (
X ) = 18,85, sedangkan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata ( X ) = 13,025. Hasil analisis varians kedua metode pembelajaran menunjukkan harga Fhitung = 34,459 > Ftabel = 3,970; sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kedua metode pembelajaran di atas memiliki perbedaan hasil belajar yang signifikan, dilakukan pengujian hipotesis menggunakan t-test. Hasilperhitungan di atas diperoleh t-hitung 5,870 > t-tabel (2,67). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional yang sangat signifikan. 5.Pembahasan a. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual memilki skor rata-rata sebesar 18,85, dengan kategori penilaian “tinggi”. Terdapat 35% atau 14 dari 10
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 40% atau 16 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 2 orang siswa. Adapun penyebab kedua orang siswa tersebut adalah sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa
belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks
kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya. Pada kelompok pembelajaran kontekstual, siswa diajar untuk mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan hingga menarik kesimpulan sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran. Siswa juga dapat lebih termotivasi untuk saling bertanya dari individu kesatu individu yang lain yang terjadi saat proses diskusi. Adanya kerjasama antar siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan adalah salah satu langkah-langkah pembelajaran kontekstual. Bila ditinjau dari segi persentase, jumlah siswa yang memiliki skor di atas skor rata-rata lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki skor di bawah skor rata-rata. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna didalam materi akademik yang mereka
11
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari. Pembuktian hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Nurhadi bahwa pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong sisiwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar. b. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional memilki skor rata-rata sebesar 13,025 dengan kategori penilaian “cukup”. Terdapat 55% atau 22 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 30% atau 12 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 13 orang siswa. Pada kelompok pembelajaran konvensional siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Siswa hanya mnerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Siswa tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran. Siswa akan mengemukakan pendapat atau jawaban hanya pada saat guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Kesempatan bertukar pikiran dengan siswa lain sangat terbatas, hanya dengan teman sebangku atau teman yang duduk berdekatan dengannya. Oleh karena itu informasi yang diterima siswa kurang.
12
Kelompok pembelajaran konvensional siswa lebih banyak menghapal apa yang diberikan oleh guru, seperti yang dialami ketigabelas orang siswa yang memiliki nilai rendah dan sangat rendah. Sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya.
c.
Perbedaan
Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran
Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini telah membuktikan secara signifikan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa SD Negeri 125540 Pematang Siantar. Hasil belajar ini terlihat dari rata-rata perolehan skor dan hasil pengujian hipotesis dan uji lanjutnya. Rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pembelajaran kontekstual yaitu 18,85; dan skor rata-rata pembelajaran konvensional yaitu 13,025. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Vandaliza, M. (2009) yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual memberikan pengaruh lebih tinggi dibanding dengan pendekatan konvensional. Selajan pula teori yang dikemukakan Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong peserta didik melihat makna
13
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dari analisis terhadap hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual terlihat masih terdapat 35% atau 14 orang siswa dari 40 orang siswa berada di bawah skor rata-rata. Adapun penyebabnya adalah sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga mereka tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa tidak dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan seharihari. Sedangkan hasil analisis terhadap tes hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan metode konvensioanal terdapat 55% atau 22 orang dari 40 orang siswa berada di bawah skor rata-rata. Kesulitan siswa disini hampir sama dengan kesulitan siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual yaitu menghapal materi ekonomi, terutama dalam hal istilah-istilah ekonomi yang masih sulit dipahami siswa. Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2005:110), sebagai berikut: 1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. 2. Pembelajaran kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memperhatikan detailnya.
14
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi. Dengan menerapkan kelima karakteristik pembelajaran kontekstual di atas, adalah suatu hal yang wajar bahwa pembelajaran kontekstual memiliki hasil belajar yang lebih baik dari pembelajaran konvensional.
6. Simpulan dan Saran a. Simpulan Dari uraian hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata 18,85 (tinggi). Terdapat 14 orang siswa (35%) berada di bawah skor rata-rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor ratarata hasil belajar IPS siswa.
2.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional memiliki skor rata-rata 13.025 (cukup). Terdapat 22 orang siswa
15
(55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa. 3.
Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual sangat signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
B. SARAN Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa: 1. Guru a. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran kontekstual secara baik. b. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran konvensional secara baik. 2. Siswa a. Dapat terlibat dalam pembelajaran kontekstual secara baik b. Dapat terlibat dalam pembelajaran konvensional secara baik 3. Peneliti lain Peneliti lain dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan lebih baik agar diperoleh hasil belajar yang baik dalam pembelajaran IPS. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu, Supriono Widodo. (2003), Psikologi Belajar, PT.Rineka Cipta. Jakarta Ausubel (1963). The Physycology of Meaningful Verbal Learning. New York Grune and Station Arikunto, Suharsimi (2002), Dasar- Dasar Evakuasi Pendidikan, Bumi Aksara. Jakarta 16
Ahmadi, A dan Supriono, W. (1991). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Ary, Jacobs and Rezavieh. (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerjemah Furchan, A. Usaha Nasional. Surabaya. Bloom, B.S (1982). All Our Children Learning. McGrew Hill Book. New York Dick and Carey. L. (1996). The Systematic Design of Instruction. Fifth edition. Addision-Wesley Educational Publisher Inc . Depdiknas Dirjen Dikti (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Dasar dan Menengah), Lanjutan Pertama. (2003). Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta. Jakarta Gagne. (1970).The Conditioning of Leranin Holt Rinehart and Wiston. New York Gagne, Robert.M and Briggs, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design. Holt Rinehart & Winston. New York. Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bina Aksara. Jakarta Purwanto Ngalim. (1995). Psikologi Pendidikan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung. Romizowski. (1981). Instructional design System, Decision Making In Course Planning And Curriculum Design. London. Kogan Rosyidah. (2005). Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. Sanjaya,Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Suriasumantri, Yuyun. (2005). Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Populer.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta Simbolon, H. (2002). Statistik Dasar. FKIP UHN.Pematangsiantar. Slameto, (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhin. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung -------------- (1992). Metode Statistika Edisi Ke-lima. Tarsito. Bandung Suryosubroto, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Rineka Cipta. Jakarta 17
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta Vandaliza,M. (2009). Pengaruh Pendekatan Kontekstual dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Dharmawangsa Medan. Tesis. PPS Unimed
18