ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Chalendi nirwanas1, Erni Febrina Harahap1, Kasman Karimi1 Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstract The main problem in regional development lies in its emphasis on development policies and projects based on the regional specialties in question with the use of physical resource potential of locally. Based on this, we need a study to determine the potential and the identification of economic sectors of Lima Puluh Kota Regency. The goal to analyze the development, sector economic base and economic sectors of potential. This research use GDP According to the Central Bureau of Statistics date acquisition of value-added economic activity in a region. Method used in this study are Location Quotient (LQ), Shift Share, Growth Ratio Model (GRM), Overlay and Klassen Typology. Description of LQ research there are three sectors which constitute the basic sector. Judging from the results of the Shift Share indicate that the contribution of external factors greatly affect economic growth, structure economic not contributed to economic growth, and these sectors have a fairly high competitiveness so as to provide a positive impact on economic growth. From all of the results of the methods used is the same result. And of the results of the classification Klassen Typology there are three sectors that are advanced and rapidly growing sector. Suggestions from researchers that government in order to further develop and further advance the leading sectors are lagging sector in the planning and implementation of regional development. Key Word: LQ, Shift Share, GRM, Overlay, Tipologi Klassen, GDP
perencanaan yang baik dan kebijakan yang
PENDAHULUAN Masalah pokok dalam pembangunan
tepat
akan
mempengaruhi
keberhasilan
daerah terletak pada penekanan terhadap
pembangunan ekonomi daerah tersebut.
kebijakan-kebijakan
Teori
pembangunan
yang
basis
ekonomi
mendasarkan
didasarkan pada kekhasan daerah yang
pandangannya bahwa laju pertumbuhan
bersangkutan
development)
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh
dengan mengunakan potensi sumberdaya
besarnya peningkatan ekspor dari wilayah
fisik
tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan
secara
(endogenous
lokal
(daerah).
Dengan
atas kegiatan basis dan kegiatan non basis.
Peranan setiap sektor ekonomi dalam
Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik
perekonomian dapat diketahui dari angka
penghasil produk maupun penyedia jasa
distribusi
yang mendatangkan uang dari luar wilayah.
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Lapangan kerja dan pendapatan di sektor
konstan tampak bahwa sektor listrik dan air
basis adalah fungsi permintan yang bersifat
bersih
exogenous (tidak tergantung pada kekuatan
mempunyai peranan paling rendah dalam
intern/permintaan
Sedangkan
perekonomian Kabupaten Lima Puluh Kota
kegiatan non basis adalah untuk memenuhi
tahun 2012 sebesar 0,43 persen. Sementara
kebutuhan
itu sektor pertanian merupakan
lokal).
konsumsi
lokal,
karena
itu
persentase
Produk
Domestik
merupakan sektor ekonomi yang
sektor
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi
ekonomi yang paling besar konstribusinya
oleh
pendapatan
terhadap PDRB Kabupaten Lima Puluh
Oleh karena itu
Kota pada tahun 2008, yaitu 34,47 persen
tingkat
kenaikan
masyarakat setempat. analisis
basis
sangat
berguna
untuk
meningkat menjadi 34,48 persen pada tahun
mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan
2010 namun pada tahun 2011 kembali
ekonomi wilayah (Tarigan, 2004).
mengalami penurunan menjadi 34,37 persen,
Wilayah Kabupaten Lima Puluh
hingga akhir tahun 2012 kontribusi sektor
Kota lebih cocok untuk bertani. Dari data
pertanian
PDRB yang paling banyak menyumbang
Sedangkan
adalah
sektor
pertanian.
mencapai
34,37
sektor
persen.
perdagangan
Untuk
lebih
kontribusinya dari tahun 2008 sampai 2012
jelasnya dapat dilihat berdasarkan
Laju
mengalami penurunan dari sebesar 23,06
pertumbuhan PDRB Kabupaten lima puluh
persen menjadi 22,71 persen pada akhir
kota disumbang oleh 9 (sembilan) sektor
tahun 2012. sedangkan kontribusi jasa dari
yaitu: pertanian; industri ; listrik dan air
tahun
minum; bangunan ; perdagangan (hotel dan
peningkatan dari sebesar 15,78 persen
restoran) ; angkutan dan komunikasi; bank
menjadi 15,96 persen pada akhir tahun 2012.
dan lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa.
begitu pula dengan sektor pengangkutan dan
Di bawah ini tabel peranan setiap sektor
komunikasi kontribusinya dari tahun 2008
ekonomi dalam perekonomian Kabupaten
sampai 2012 mengalami peningkatan dari
lima puluh kota dari tahun 2008 - 2012.
sebesar
2009
sampai
2012
mengalami
4,70 persen menjadi 4,97 persen
pada tahun 2012.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan
suatu
penelitian
Tujuan Penelitian
untuk
Berdasarkan
latar
belakang
dan
mengetahui potensi serta identifikasi sektor-
rumusan masalah maka tujuan yang akan
sektor ekonomi daerah Kabuapten Lima
dicapai dari penelitian ini adalah :
Puluh
1.
Kota
sebagai
pedoman
dalam
Menganalisis
perkembangan
PDRB
merumuskan perencanaan pembangunan dan
selama 5 tahun (tahun 2008 - 2012) pada
pelaksanaan
masing-masing sektor di Kabupaten Lima
pembangunan
untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah otonomi daerah. Peneliti mengambil judul
penelitian
PERTUMBUHAN
"ANALISIS EKONOMI
POTENSI
KABUPATEN
LIMA PULUH KOTA".
Puluh Kota. 2. Menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota. 3. Menganalisis sektor-sektor ekonomi yang
Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang
pertumbuhan
ekonomi
di
Kabupaten Lima Puluh Kota.
1. Bagaimana perkembangan PDRB selama 5 tahun (tahun 2008 - 2012) pada masingmasing sektor di Kabupaten Lima Puluh Kota ? 2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota ? 3.
Sektor-sektor
ekonomi
mana
pertumbuhan
ekonomi
Kabupaten Lima Puluh Kota?
Teori
di
Pertumbuhan
Ekonomi
Dan
Tipologi Daerah a) Analisis Shift Share (SS) Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik
yang
potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang
TINJAUAN TEORI
yang
sangat
berguna
dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian
daerah
dengan
membandingkan dengan daerah yang lebih besar (region/nasional).
mengalami
b) Location Quotient (LQ) Dalam Tarigan (2007) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik
yang
lazim
digunakan
adalah
(Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors).
stgnasi
kemakmuran
Hal
masyarakat
suatu
daerah.
Dalam hal ini, pengelompokan daerah dilakukan
dengan
tipologi
klassen.
mengunakan Dalam
matrik
hal
ini,
pengelompokan daerah dilakukan dengan mengunakan indikator utama yaitu: laju
pendapatan
Growth Ratio Model Pertumbuhan
sekali.
itulahyang sangat mempengaruhi tingkat
pertumbuhan
c) Growth Ratio Model
sama
ekonomi
dan
perkapita.
tingkat
Dengan
cara
demikian, akan terdapat empat kelompok
adalah membandingkan pertumbuhan suatu
daerah
kegiatan baik dalam skala yang lebih luas
(Syafrizal,2014).
yaitu
sebagai
berikut:
maupun dalam skala yang lebih kecil. Terdapat dua rasio pertumbuhan dalam analisis
tersebut,
yaitu:
(1)
rasio
pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR). Kemudian kedua rasio pertumbuhan tersebut dioverlay dengan analisis location quotient untuk
mendapatkan
deskripsi
kegiatan
ekonomi potensial dari suatu wilayah.
d) Tipologi Klasen Sebagai
implikasi dari perbedaan sruktur
METODOLOGI PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan data runtun waktu (time series). Penelitian dilaksanakan di Kabuapten lima puluh kota dalam kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) itu sendiri. Ruang lingkup waktu yang dipakai 2008 hingga 2012 yang bertujuan
untuk
menganalisis
potensi
ekonomi di Kabupaten Lima Puluh Kota.
dan potensi ekonomi wilayah, pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah cenderung sangat bervariasi satu sama lain. Ada daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, tetapi ada pula yang relatif lambat dan bahkan ada pula yang
2.
Definisi
Operasional
Variabel
Penelitian 1. Laju
pertumbuhan
ekonomi
diukur
dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun.
2. Pertumbuhan sektor ekonomi adalah
berdasarkan harga konstan ini dilakukan
pertumbuhan nilai barang dan jasa dari
karena sudah dibersihkan dari unsur
setiap sektor ekonomi yang dihitung dari
inflasi.
angka PDRB atas dasar harga konstan
4. Pengembangan
Sektor
Ekonomi
(ADHK) tahun 2000 dan dinyatakan
Potensial, Menurut Schumpeter dan
dalam
Hicks
persentase.
PDRB
(ADHK)
dalam
Jhingan
(2002),
merupakan nilai produksi barang dan
Perkembangan
jasa akhir dalam suatu waktu kurun
perubahan spontan dan terputus-putus
waktu
dalam keadaan stasioner yang senantiasa
tertentu
orang-orang
dan
ekonomi
perusahaan. Dinamakan bruto karena
mengubah
memasukkan
penyusutan.
keseimbangan yang ada sebelumnya.
Disebut domestik karena menyangkut
Berdasarkan pengertian di atas yang
batas wilayah. Disebut konstan karena
dimaksud dengan pengembangan sektor
harga yang digunakan mengacu pada
potensial dalam penelitian ini adalah
tahun tertentu (tahun dasar = 2000).
upaya
3. Produk
komponen
Domestik
Regional
Bruto
dan
merupakan
untuk
keadaan
mengganti
situasi
mengubah/menaikkan
yang
ada
(mengganti
(PDRB) menurut Badan Pusat Statistik
keseimbangan yang telah ada) pada
(BPS),
sudut
sektor-sektor ekonomi potensial (unggul,
produksi, PDRB merupakan jumlah nilai
mampu, strategis), guna meningkatkan
produksi neto barang dan jasa yang
PDRB Provinsi Bali secara umum.
bila
dipandang
dari
dihasilkan oleh berbagai unit produksi
1. Komponen
Share
(Nj)
adalah
PDRB
suatu
daerah
pertambahannya
sama
dalam satu region atau wilayah selama
pertambahan
jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.
seandainya
Unit-unit
dengan pertambahan PDRB provinsi
produksi
tersebut
dalam
penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan usaha
selama jangka waktu tertentu. 2. Komponen Net Shift (P+D)j
adalah
(sektor). Dalam penyajian ini PDRB
komponen nilai untuk menunjukkan
dihitung berdasarkan harga tetap (harga
penyimpangan dari Nj dalam ekonomi
konstan), yaitu pada harga-harga barang
regional.
yang berlaku di tahun dasar yang dipilih,
3. Komponen Differential Shift (Dj) adalah
yakni tahun dasar 2005. Perhitungan
komponen untuk mengukur besarnya
shift netto yang digunakan oleh sektor
menganalisis sektor potensial, menganalisis
tertentu yang lebih cepat atau lebih
perubahan struktur ekonomi dan keterkaitan
lambat di tingkat provinsi.
daya tarik potensi Kabupaten Lima Puluh
4. Komponen Proportional Shift (Pj) adalah komponen
ysng
menghasilkan
dipakai
besarnya
shift
untuk
Quotient, Shift Share, tipologi Klassen,
netto
Moddel Rasio Perumbuhan (GRM) dan
sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan
berubah.
dalam
Analisis Overlay.
Komponen
bernilai positif apabila daerah tersebut berspesialisasi
Kota, maka digunakan metode Location
sektor
Location Quotient (LQ)
yang
Arsyad (2010), menjelaskan bahwa
ditingkat provinsi tumbuh dengan cepat,
dalam teknik LQ ini kegiatan ekonomi suatu
sebaliknya akan bernilai negatif jika
daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu:
berspesialisasi pada sektor yang tumbuh a. Sektor basis adalah sektor ekonomi
lambat di tingkat provinsi.
yang
mampu
kebutuhan
3. Jenis dan Sumber Data
untuk
baik
memenuhi
pasar
domestik
Dalam penelitian ini adalah PDRB
maupun pasar luar daerah. Artinya
Sektoral Kabupaten Lima Puluh Kota dan
sektor ini dalam aktivitasnya mampu
Provinsi Sumatera Barat yang dihitung
memenuhi kebutuhan daerah sendiri
berdasarkan harga konstan tahun 2000.
maupun
Dalam
dijadikan sektor unggulan.
penelitian
ini
tidak
diperlukan
sampel. Karena keseluruhan objek penelitian
daerah
lain
dan
dapat
b. Sektor non basis merupakan sektor
dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang
ekonomi
yang
diteliti adalah sektor-sektor ekonomi di
memenuhi
kebutuhan
Kabupaten Lima Puluh Kota periode tahun
sendiri, sektor seperti ini dikenal
2008-2012.
sebagai sektor non unggulan. Perhitungan
4. Metode Analisis Data Untuk mengetahui sektor-sektor apa yang menjadi basis dan non-basis terhadap Pendapatan (PDRB)
Domestik Provinsi
Regional Sumatera
Bruto Barat,
LQ
kriteria sebagai berikut:
hanya
mampu
daerah
menghasilkan
itu
tiga
1) Jika nilai LQ > 1 bermakna bahwa sektor I tersebut menjadi sektor basis atau
dengan laju pertumbuhan total (PDRB)/total tenaga kerja wilayah Provinsi.
menjadi sektor pertumbuhan. 2) Jika nilai LQ = 1 bermakna bahwa sektor i tergolong non basis.
Analisis Overlay Overlay adalah model yang digunakan
3) Jika nilai LQ < 1 bermakna bahwa sektor i juga termasuk non basis.
untuk membandingkan antara dua hitungan atau dua model yang kita lakukan (Agus Tri Basuki, Dalam Jurnal EP, 2009). Analisis overlay digunakan untuk melihat deskripsi
Shift Share Tujuan analisis ini adalah untuk
dan untuk menentukan sektor atau kegiatan
menentukan kinerja atau produktivitas kerja
ekonomi yang potensial berdasarkan kriteria
perekonomian daerah, membandingkannya
pertumbuhan dan kriteria kontribusi dengan
dengan
menggabungkan
daerah
(regional/nasional)
yang
lebih
besar
serta
mempengaruhi
pertumbuhan melalui jumlah output-nya.
Metode
Growth
Ratio
Model dan Location Quetiont, terdapat empat kemungkinan dalam analisis overlay.
Jika output bertambah, maka daerah itu akan mengalami memberikan
pertumbuhan. data
Analisis
tentang
ini
Tipologi Klassen
kinerja
Klasifikasi
perekonomian dalam tiga bidang yang saling
sektoral
berdasarkan
tipologi klassen adalah sebagai berikut :
berhubungan satu sama lain (Arsyad, 2010)
Tabel Klasifikasi Tipologi Klassen Melalui Pendekatan Sektoral
Growth Ratio Model (GRM) 1.
pertumbuhan sektor i Kabupaten Lima Pulah Kota dengan laju pertumbuhan sektor i diwilayah Provinsi. Rasio Pertumbuhan Wilayah Regional (RPR) RPR adalah Perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i di wilayah Provinsi
Location Quotient
Location
besar dari 1 (LQ >
Quotient kecil
1)
dari 1 (LQ < 1)
Ratio Pertumbuhan Studi besar dari Ratio Pertunbuhan Regional (RPS > RPR)
Sektor Maju dan
Sektor Ekonomi
tumbuh Cepat
Potensial
Ratio Pertumbuhan Studi kecil dari Ratio Pertumbuhan Regional (RPS < RPR)
Sektor Maju Tapi
Sektor Relatif
Tertekan
Tertinggal
Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) RPs adalah Perbandingan antara laju
2.
Rata-Rata LQ
Rata-Rata GRM
Sumber : Amin, 2009
menunjukkan kontribusi faktor luar (peran
Deskripsi Hasil Penelitian Pembahasan ini lebih lanjut mengenai
pemerintah dan kegiatan ekonomi daerah
deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial
tetangga)
di Kabupaten Lima Puluh Kota yang dapat
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima
dilakukan dengan berbagai alat analisis.
Puluh
Dalam
yang
Proportional Shift yang ternyata negatif,
digunakan adalah Location Quetiont (LQ),
yaitu sebesar -Rp 5955.52 juta yang berarti
Shift Share, Growth Ratio Model (GRM),
bahwa struktur perekonomian Kabupaten
Analisis Overlay, dan Tipologi Klassen.
Lima
tulisan
ini
alat
analisis
sangat
Kota.
Puluh
Hal
Kota
mempengaruhi
ini
didukung
tidak
nilai
mempunyai
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Ini menunjukkan bahwa sektor-
1. Loqation Quotient Terlihat bahwa LQ yang lebih besar
sektor yang dikembangkan dalam kegiatan
dari 1 (LQ > 1) terdapat pada sektor
ekonomi daerah ternyata tidak unggul atau
Pertambangan sebesar 2,33 persen pada
dalam arti bahwa sektor tersebut tumbuh
tahun
oleh
lambat secara tingkat Provinsi. Namun
beberapa hal, diantaranya karena semakin
demikian, nilai Differential Shift yang
berkembangnya Pertambangan di Kabuapten
diperoleh ternyata positif yaitu Rp 35693.93
Lima Puluh kota, karena terdapat banyak
juta
sungai-sungai yang dapat dijadikan Sektor
tersebut memiliki daya saing yang cukup
pertambangan dan Pengalian, sehingga ini
tinggi sehingga memberikan dampak positif
menjadi faktor yang sangat berpengaruh
bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
terhadap peningkatan sektor pertambangan
Lima Puluh Kota.
2012
dan
ini
disebabkan
yang
berarti
bahwa
sektor-sektor
dan pengalian, sektor kedua yaitu Sektor Pertanian sebesar 1.45 persen tahun 2012,
3. Ratio
Pertumbuhan
Ekonomi
sektor ketiga yaitu Sektor Perdagangan,
Kabupaten Lima Puluh Kota
Hotel dan Restoran sebesar 1.61 persen
Menunjukkan bahwa hasil perhitungan
tahun 2012. 2. Analisis Shift Share Berdasarkan dapat dilihat bahwa nilai National Share pada tahun 2008-2009 adalah sebesar Rp 109036.04 juta yang
Growth Ratio Model dari tahun 2008-2012 dengan mengkobinasikan nilai rata-rata RPR dan RPS, maka diperoleh RPR positif (+) dan RPS positif (+) yaitu sektor bangunan, yang berarti bahwa sektor tersebut memiliki
pertumbuhan yang menonjol baik di Provinsi
pertumbuhannya
Sumatera Barat maupun Kabupaten Lima
kontribusinya kecil
Puluh Kota, sektor ini disebut sebagai
Kabupaten Lima Puluh Kota.
dominan pertumbuhan. Untuk RPR positif
dominan
tetapi
terhadap PDRB
3. Sektor listrik, gas dan air bersih, dan
(+) dan RPS negatif (–) adalah sektor
sektor
pertanian,
sektor
dengan tingkat pertumbuhan kecil tetapi
penggalian,
sektor
pertambangan industri
dan
pengolahan,
sektor listrik, gas, sektor perdagangan, hotel dan
dan
besar
sektor
terhadap
PDRB
Kabupaten Lima Puluh Kota. 4. Sektor pengangkutan dan komunikasi,
persewaan dan jasa perusahaan, yang berarti
sektor keuangan, persewaan dan jasa
bahwa
mampunyai
perusahaan dan sektor jasa-jasa termasuk
pertumbuhan menonjol di tingkat Provinsi
sektor yang tidak potensial baik dari
tetapi belum menonjol di Kabupaten Lima
kriteria
Puluh Kota. Sektor dengan RPR negatif (–)
kontribusinya.
sektor
RPS
sektor
kontribusi
merupakan
keuangan,
dan
restoran,
bangunan
tersebut
positif
(+)
adalah
pertumbuhan
maupun
sektor
pengangkutan dan komunikasi, dan sektor
5. Tipologi Klassen
jasa-jasa, sehingga dapat dijelaskan bahwa
Tabel 4.21
pertumbuhan sektor tersebut belum menonjol
Klasifikasi Tipologi Klassen Melalui Pendekatan Sektoral
di Provinsi Sumatera Barat tetapi menonjol
(LQ > 1)
Rata-
(LQ < 1)
Rata
di Kabupaten Lima Puluh Kota.
LQ RataRata
4. Analisis Overlay
GRM
1. Sektor pertambangan merupakan sektor
(RPS > RPR)
yang
dominan
karena
mempunyai
1. Sektor Pertanian 2. Sektor Pertambangan 3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
tingkat pertumbuhan yang positif dan memberikan
kontribusi
yang
Sektor Maju dan tumbuh Cepat :
besar
dalam PDRB Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Sektor
pertanian
perdagangan, termasuk
hotel dalam
dan
sektor
dan
restoran
sektor
(RPS
Sektor Potensial : 1. 2.
3. 4.
Sektor Industri dan Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor Maju Tapi Tertekan :
Sektor Relatif Tertinggal :
Tidak Ada
1. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2. Sektor Jasa-Jasa
yang Sumber : Data Diolah
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki
mempengaruhi
pertumbuhan
sektor maju dengan pertumbuhan yang cepat
ekonomi Kabupaten Lima Puluh
yaitu sektor pertania, sektor pertambangan
Kota.
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Proportional Shift yang ternyata
Namun
negatif,
Kabupaten
Lima
Puluh
Kota
Hal
ini
didukung
berarti
bahwa
nilai
struktur
memiliki empat sektor yang potensial yaitu
perekonomian
Kabupaten
sektor pertama adalah sektor industri dan
Puluh
tidak
pengolahan, sektor kedua yaitu sektor listrik,
kontribusi
gas dan air bersih, ketiga yaitu sektor
ekonomi daerah. Ini menunjukkan
bangunan
bahwa
dan
keempat
adalah
sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.
Kota
mempunyai pertumbuhan
sektor-sektor
dikembangkan ekonomi
dalam
daerah
yang kegiatan
ternyata
tidak
unggul atau dalam arti bahwa sektor
Kesimpulan
tersebut Berdasarkan
pembahasan
yang
dipaparkan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari
terhadap
Lima
tumbuh
lambat
secara
tingkat Provinsi. Namun demikian, nilai Differential Shift yang diperoleh ternyata positif yang berarti bahwa
hasil
perhitungan
LQ
sektor
sektor-sektor tersebut memiliki daya
ekonomi yang menjadi sektor unggulan
saing yang cukup tinggi sehingga
di Kabupaten Lima Puluh Kota pada
memberikan dampak positif bagi
tahun 2008-2012 adalah sektor Pertanian,
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Sektor Pertambangan dan pengalian, dan
Lima Puluh Kota.
sektor Perdagangan. 2. Berdasarkan
hasil
b. Bahwa nilai National Share pada perhitungan
dari
analisis Shift Share maka diperoleh : a. Hasil perhitungan bahwa nilai Shift
tahun
2008-2009
kontribusi
faktor
menunjukkan luar
(peran
pemerintah dan kegiatan ekonomi
Share dilihat bahwa nilai National
daerah
Share lebih besar dari nol, maka
mempengaruhi
kontribusi
ekonomi Kabupaten Lima Puluh
faktor
luar
(peran
pemerintah dan kegiatan ekonomi daerah
tetangga)
sangat
Kota.
tetangga)
sangat pertumbuhan
c. Hal ini didukung nilai Proportional
4. Dari hasil analisis Overlay didapat hasil
Shift yang ternyata negatif yang
bahwa
berarti bahwa struktur perekonomian
pertambangan dan sektor perdagangan,
Kabupaten Lima Puluh Kota tidak
hotel dan restoran merupakan sektor
mempunyai
yang
kontribusi
terhadap
sektor
dominan
pertanian,
karena
sektor
mempunyai
pertumbuhan ekonomi daerah. Ini
tingkat pertumbuhan positif (+) dan
menunjukkan bahwa sektor-sektor
memberikan kontribusi yang besar bagi
yang dikembangkan dalam kegiatan
peningkatan PDRB Kabupaten Lima
ekonomi
tidak
Puluh Kota. sedangkan sektor industri
unggul atau dalam arti bahwa sektor
dan pengolahan, sektor listrik, gas dan
tersebut
air bersih, sektor bangunan dan sektor
daerah
ternyata
tumbuh
lambat
secara
tingkat Provinsi. d. Namun demikian, nilai Differential
keuangan,
persewaan
dan
perusahaan
pertumbuhannya
jasa lambat
Shift yang diperoleh ternyata positif
tetapi miliki kontribusi yang cukup
artinya bahwa sektor-sektor tersebut
besar terhadap nilai PDRB Kabupaten
memiliki daya saing yang cukup
Lima Puluh Kota. Namun, sektor
tinggi sehingga memberikan dampak
pengangkutan dan komunikasi, dan
positif bagi pertumbuhan ekonomi di
sektor jasa-jasa termasuk sektor yang
Kabupaten Lima Puluh Kota.
tidak potnsial karena pertumbuhannya
3. Hasil perhitungan Growth Ratio Model dari
tahun
2008-2012
dengan
mengkobinasikan nilai rata-rata RPR dan RPS, maka diperoleh RPR positif (+) dan RPS positif (+)
yaitu sektor
lambat dan tidak memiliki kontribusi bagi
pengnikatan
nilai
PDRB
Kabupaten Lima Puluh Kota. 5. Menurut hasil dari analisis Tipologi Klassen Kabupaten Lima Puluh Kota
bangunan, yang berarti bahwa sektor
memiliki
tersebut memiliki pertumbuhan yang
pertumbuhan yang cepat yaitu sektor
menonjol baik di Provinsi Sumatera
pertania,
Barat maupun Kabupaten Lima Puluh
sektor perdagangan, hotel dan restoran
Kota,
berarti sektor tersebut memiliki peran
sektor
ini
disebut
dominan pertumbuhan.
sebagai
sektor
sektor
maju
dengan
pertambangan
dan
penting dalam pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut.
Karena
dapat
memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi pasarnya sendiri dan dapat
DAFTAR PUSTAKA Amin.
berbasis ekpor ke daerah lain. Dengan hasil analisis seperti di atas, maka dapat dikatakan bahwa beberapa metode yang digunakan dapat memberikan hasil kesimpulan yang sama. Saran 1. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota dalam upaya untuk meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan pengembangan sektor
unggulan
mengabaikan
sektor
perencanaan
dan
dengan
tidak
lain
dalam
pelaksanaan
Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”, Bagian Penerbitan STIE, Jakarta. 2010. Anonymous., Kecamatan lima puluh kota dalam Angka, 2007-2012”. dalam berbagai edisi BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik Indonesia. “Statistika Indonesia”. 2009. Herath,
pembangunan. 2. Agar
lebih
mengembangkan
sektor-
sektor yang tertinggal, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa. Karena agar pemrintah dapat melakukan
pembangunan
secara
menyeluruh mulai dari wilayah yang dapat di jangkau sampai ke wilayah yang tidak dapat di jangkau. 3. Bagi yang ingin meneliti tentang ini, diharapkan bisa menjadi acuan dan bahan referensi.
Kalau
dapat
peneliti
selanjutnya untuk menambahkan model analisis yang lain dari penelitian ini dan menambah metode analisis regresi linear berganda dengan menambahkan variablevariabel yang terkait dengan PDRB.
2009. “Analisis Sektor-Sektor Ekonomi Dalam Kerangka Kebijakan Pembangunan Ekonomi Kota Blitar”. Jurnal Ekonomi Studi Pembangunan, Vol. 1, (no. 3) : 190203.
Janaranjana dan Tesfa G. Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe. “A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia”, Dalam Jurnal Ekonomi, University of West Virginia, Morgantown, 2012.
Irman dan Fachrizal Bachri. “Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan”. Dalam Jurnal Kajian Ekonomi Vol. 2. No. 1. Hal. 77-103, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2003. Jhingan, M.L. ”Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2004. Karoba,
Tinus Gulua. “Analisis Pengembangan Kota Jayapura Sebagai Salah Satu Kawasan Strategis Andalan di Provinsi Papua”, Dalam Jurnal Pembangunan dan Inovasi Papua, Papua, 2010.
Mondal, Prof. Wali I. Ph. D. “An Analysis of The Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift Share Approach”, Journal of Business & Economic Research Vol. 7 No. 5 Hal. 41-46, National University, USA, 2009.
Soepono, Prasetyo. ―Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hiterland dari Central Place: Satu Kajian Teoritik‖, Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. Hal 414-423. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2000.
Huda,
Sukirno,
Nurul. 2011. Ekonomi pembangunan:”teori dan aplikasi”. Diklat bahan ajar. Jurusan ekonomi pembangunan Universitas Bung Hatta. Padang
Ropingi. “Aplikasi Analisis Shift Share Esteban Marquillas pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali”, Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan‖, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2008. Sebayang, K. Dianta A. “Dampak Integrasi Ekonomi ASEAN terhadap Perdagangan Indonesia pada Sektor Kendaraan Roda Empat”, Jurnal Econosains Vol. 9 No. 2 Hal 119131, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2011. Septa,
Dini, ―Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang“, Skripsi sarjana Fakultas Ilmu Sosial, UNS, Semarang, 2007.
Setiawan, I Made Darma, “Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat: Pendekatan Input-Output Multiregional”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Warmadewa, Denpasar, 2005. .
Sadono.,2006. “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan”, Kencana, Jakarta.
Suryana Drs., 2000. “Ekonomi Pembangunan Problematika dan Pendekatan”. Jakarta:Salemba Empat Sjafrizal, 2014. “Perencanaan Pembangunan Derah Dalam Era Otonomi”. PT Raja Gravindo Persada. Jakarta. _______., 2008, “Ekonomi Regional dan Teori dan Aplikasi Wilayah Indonesia Bagian Barat”, Baduose Media: Padang. Tarigan, Robinson Drs., 2004. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”. Jakarta : PT. Bumi Aksara. _______., 2007, “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi”, Bumi Aksara, Jakarta. _______., 2005. “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi (edisi revisi)”. Jakarta : PT. Bumi Aksara Yoeti, Oka A. “Ekonomi Pariwisata”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008