i
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AIR CONDITIONER) DI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANDRI LESMANA
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
i
1
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014
Andri Lesmana NIM H44080048
2
3
ABSTRAK ANDRI LESMANA. Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN. Daur ulang air buangan AC merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menghemat sumberdaya air karena air buangan tersebut dapat dipakai untuk penggunaan toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC, mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang, dan menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini analisis deskriptif, Willingness To Pay (WTP), Analisis faktor yang mempengaruhi nilai WTP, dan Benefit Cost Analysis (BCA). Berdasarkan hasil penelitian, air buangan AC masih dapat digunakan kembali untuk penggunaan air rumah tangga setelah melalui Uji laboratorium PROLINK di IPB dan terdapat tiga alternatif kolektivitas air buangan yang dapat dilakukan yaitu (1) pembuatan penampungan air, (2) toren air, dan (3) ember. Nilai WTP sumberdaya air buangan AC yang dihasilkan dari wawancara dengan responden yaitu sebesar Rp 2,36 per liter, nilai ini termasuk kecil karena air buangan AC termasuk ke dalam air limbah. Berdasarkan analisis regresi linear berganda faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP yaitu tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih. Analisis kelayakan 3 alternatif kolektifitas air buangan AC adalah layak dilaksanakan pada alternatif 2 dan alternatif 3. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada alternatif 2 sebesar Rp 1.858.711,545, 1,9392, dan 24%, sedangkan alternatif 3 sebesar Rp 2.473.354,944, 2,7758, dan 38,17%. Alternatif 1 tidak layak untuk dilaksanakan karena Nilai NPV < 0, Net B/C < 1, dan IRR < tingkat suku bunga. Kata Kunci: Nilai Ekonomi, Pemanfaatan Air, Air Buangan AC, WTP, BCA, FEM, IPB
4
ABSTRACT ANDRI LESMANA. Analysis of Utilization and Economic Value of Wastewater from Air Conditioner in Faculty of Economics and Management IPB. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN. Reuse of wastewater from Air Conditioner (AC) is one alternative that can be used to conserve water resources by using reuse water for toilets, cleaning service, and watering plants. The purpose of this research are to examine the alternative of usage and collectivity that can be done in the utilization of AC wastewater, estimate the economic value of AC, identify factors that influence the magnitude of the economic value of AC wastewater, and analyze the feasibility of the utilization of AC wastewater in Faculty Economics and Management IPB. Methods used for this research were descriptive analysis, Willingness To Pay (WTP), factors analysis that influence WTP value, and Benefit Cost Analysis (BCA). The result showed that based on laboratory test in IPB PROLINK, AC wastewater can be reused for household water usage. WTP value based on the research from sample is Rp 2,36 per liter, this value is low because AC wastewater percepted as sewage. Based on multiple linear regression analysis that has been done, factors that influence WTP value is income level and cost to get the clean water. There are three alternative to collect wastewater from AC, that are (1) reservoir, (2) water torrent, and (3) buckets. Result of the analysis of the feasibility of AC wastewater usage is possible to implement for second and third alternative. Based on feasibility and the value of NPV< Net B/C, and IRR, alternative 2 and alternative 3 are feasible. NPV, Net B/C, and IRR for second alternative is Rp 1.858.711,545, 1,9392, and 24%, whereas for third alternative is Rp 2.473.354,944, 2,7758, and 38,17%. First alternative is not feasible to be implemented because value of NPV < 0, Net B/C < 1, and IRR < interest rate. Keywords: Economic Value, Water Utilization, AC Wastewater, WTP, BCA, FEM, IPB
5
ANALISIS PEMANFAATAN DAN NILAI EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AIR CONDITIONER) DI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ANDRI LESMANA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
6
7
Judul Skripsi :
Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nama
:
Andri Lesmana
NRP
:
H44080048
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Pembimbing I
Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi
Arialisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Pendingin Ruangan (Air Conditioner) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nama
Andri Lesmana
NRP
H44080048
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Pembimbing I
Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh,
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
./ J
Tanggal Lulus:
2 2 JAN 2014
tua Departemen
8
9
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,
hidayah
serta
kekuatan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pemanfaatan dan Nilai Ekonomi Air Buangan Air Conditioner (AC) di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor”, skripsi ini mengkaji pemanfaatan dan nilai ekonomi air buangan AC sehingga dapat digunakan kembali. Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1.
Ibu Titin Hartini dan Bapak Agus Hidayat (Alm) selaku orang tua dari penulis berserta seluruh keluarga besar Mohammad Toha atas segala doa, kasih sayang, bimbingan, dan masukan yang luar biasa kepada penulis.
2.
Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta Nababan, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan banyak ilmu serta wawasan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku dosen penguji utama dan Bapak Rizal Bahtiar, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen ESL atas masukan dan bimbingannya.
3.
Ibu Anna Mariana selaku Kepala Laboratorium PROLINK Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor atas bantuan dan bimbingannya selama skripsi ini.
4.
Rekan satu bimbingan Pradipta, Yogi, Ade, Rizky, Tika, dan Ghieah serta teman-teman ESL 45, Nurul, Dwipanca, Fadhilla, Mafia, Erwan, Agung, Anneke, Evy, Vicky, Dika dan Fadhli atas kerjasama, semangat, dan doa yang diberikan.
5.
Rekan alumni SMA Negeri 2 Bogor, Faldy, Martin, dan Reza atas semangat dan kerjasama yang diberikan.
Bogor, Januari 2014
Andri Lesmana
10
11
DAFTAR ISI Halaman PRAKATA ...........................................................................................
ix
DAFTAR ISI ........................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xv
I
PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………….
1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................
3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................
4
1.4 Ruang Lingkup Penelitian....................................................
4
1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................
5
2.1 Sumberdaya Air ...................................................................
5
2.2 Baku Mutu Air ....................................................................
7
2.3 Pengertian Air Conditioner .................................................
9
2.4 Kondensasi Air Conditioner ...............................................
10
2.5 Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan .....................
11
2.6 Contingent Valuation Method (CVM) ................................
12
2.7 Analisis Regresi Linear Berganda ......................................
13
2.8 Kelayakan Investasi ............................................................
14
2.8.1 Analisis Finansial dan Ekonomi ................................
15
2.8.2 Kriteria Kelayakan Investasi ......................................
15
2.9 Penelitian Terdahulu ...........................................................
16
III
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................
19
IV
METODOLOGI PENELITIAN ............................................
21
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................
21
4.2 Metode Penelitian ...............................................................
21
4.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................
21
4.4 Metode Pengambilan Sampel .............................................
22
II
12
V
4.5 Metode Analisis Data .........................................................
22
4.5.1 Analisis Deskriptif .....................................................
23
4.5.2 Willingness To Pay (WTP) .........................................
23
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP .......
24
4.5.4 Benefit Cost Analysis (BCA) .....................................
25
4.5 Batasan Penelitian ...............................................................
27
ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ....................................................................
29
5.1 Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ..
29
5.2 Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Majamenen IPB ..................................................................
29
5.3 Jumlah Air Conditioner ......................................................
30
5.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden ..........................
30
5.4.1 Tingkat Usia Responden ............................................
31
5.4.2 Jenis Kelamin Responden ..........................................
31
5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden .................................
32
5.5 Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air
VI
di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB ..........................
33
5.6 Analisis Pemanfaatan .........................................................
34
ANALISIS EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN (AC) ....................................................................
39
6.1 Analisis Willingness To Pay (WTP) Responden dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) .............
39
6.2 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP ................
41
6.3 Analisis Ekonomi Air Buangan AC di Fakultas Ekonomi Manajemen IPB ..................................................................
43
6.3.1 Aspek Pemanfaatan Air Buangan AC .......................
43
6.3.2 Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB
47
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................
51
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
53
LAMPIRAN ........................................................................................
55
VII
13
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1
Jenis dan Sumberdata ..........................................................
2
Jumlah Pegawai dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
22
Manajemen ..........................................................................
29
3
Jumlah Air Conditioner........................................................
30
4
Tingkat Usia Responden Pegawai .......................................
31
5
Tingkat Usia Responden Mahasiswa ..................................
31
6
Jenis Kelamin Responden Pegawai ...................................
32
7
Jenis Kelamin Responden Mahasiswa ...............................
32
8
Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai ......
33
9
Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa ...
33
10
Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air ...
34
11
Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kuantitas Air ..
34
12
Hasil Uji Laboratorium .......................................................
35
13
Jumlah Air Buangan Air Conditioner (AC) per Jam ..........
35
14
Distribusi WTP Responden .................................................
40
15
Analisis Nilai WTP Responden ..........................................
42
16
Bahan Baku Alternatif Pertama ..........................................
44
17
Bahan Baku Alternatif Kedua .............................................
45
18
Bahan Baku Alternatif Ketiga ..............................................
45
19
Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC ............
48
14
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1
Kerangka Pemikiran ...........................................................
20
2
Kurva Permintaan WTP ......................................................
41
15
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1
Lokasi Penelitian .................................................................
56
2
Kuesioner ...........................................................................
57
3
Data penggunaan Air Conditioner (AC) ..............................
61
4
Jumlah air Buangan AC ......................................................
62
5
T otal Kapasitas dan Pendapatan Nilai Air Buangan AC ...
63
6
Alternatif Pemanfaatan Air Buangan AC ...........................
65
7
Willingness To Pay reponden pegawai ...............................
66
8
Willingness To Pay reponden mahasiswa ...........................
67
9
Analisis regresi berganda ....................................................
68
10
Grafik scatterplot .................................................................
69
11
Nilai statistik Kolmogorov-Smirnov ....................................
70
12
Analsis kelayakan alternatif 1 .............................................
71
13
Analsis kelayakan alternatif 2 .............................................
72
14
Analisis kelayakan alternatif 3 .............................................
73
1
I. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Sumberdaya Alam dan Lingkungan (SDAL) dapat dimanfaatkan oleh
manusia dalam memenuhi kehidupannya. Pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia ini dapat menyebabkan perubahan keberadaan SDAL. Pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia secara berlebihan, akan menyebabkan kerusakan atau penurunan terhadap kualitas dan kuantitas SDAL tersebut. Apabila kerusakan ini tidak ditangani dengan cepat, maka dapat dipastikan bahwa kebutuhan manusia tidak sepenuhnya dapat terpenuhi. Air merupakan unsur utama bagi makhluk hidup. Manusia mampu bertahan hidup tanpa makan dalam beberapa minggu, namun tanpa air ia akan mati dalam beberapa hari saja. Dalam bidang kehidupan ekonomi modern, air berfungsi penting untuk budidaya pertanian, industri pembangkit tenaga listrik, dan transportasi. Semua orang berharap bahwa seharusnya air diperlakukan sebagai elemen yang sangat bernilai, dimanfaatkan secara bijak, dan dijaga terhadap cemaran. Namun, kenyataannya air selalu dihamburkan, dicemari, dan disia-siakan (Sanim, 2011). Menurut Sanim (2011), sebanyak 97% air yang ada di bumi adalah air laut, artinya air yang tidak dapat kita konsumsi sebelum terlebih dahulu dipisahkan kandungan garamnya. Sekitar 3% adalah air tawar yang terbagi menjadi 0,3% air di permukaaan tanah, 30,1% air di bawah tanah, dan 68,7% berupa glasier. Air di permukaan itulah yang selama ini dimanfaatkan/dikonsumsi manusia dan dari hanya 0,3% air permukaan, sebagian besar adalah air danau (87%), sekitar 11% adalah air payau, dan hanya 2% adalah air sungai. Ketersediaan air yang sangat minim ini seharusnya membuat masyarakat lebih efisien dalam penggunaannya dan mencari alternatif air yang dapat digunakan seperti air buangan. Masyarakat seringkali membuang begitu saja air buangan sebagai contoh dari penyejuk ruangan / Air Conditioner (AC). AC merupakan suatu modifikasi pengembangan teknologi mesin pendingin yang dimanfaatkan untuk berbagai tujuan terutama yang bertempat tinggal di wilayah tropis. AC membantu memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air
2
yang dibutuhkan bagi tubuh. Dalam prosesnya, AC menghasilkan air yang merupakan hasil kondensasi atau pengembunan udara dari lingkungan sekitar sehingga mengandung sedikit mineral dan memiliki suhu rendah (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Institut Pertanian Bogor adalah salah satu pengguna AC yang cukup banyak. Terdapat 35 departemen dan 9 fakultas yang sebagian besar ruangannya terdapat AC yaitu ruangan untuk dosen, laboratorium, sekretariat. Penggunaan AC untuk ruangan pada setiap departemen dan fakultas dapat menghasilkan air buangan yang cukup banyak dan air buangan tersebut menjadi tidak bermanfaat dengan dibuang ke saluran air. Jika dilihat dari proses terjadinya air buangan tersebut, maka air AC merupakan air murni yang hampir tidak tercemar oleh elemen-elemen yang mengendap dan berisi H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Adanya pembatasan penggunaan air bersih di IPB menyebabkan terjadinya kelangkaan air bersih untuk penggunaan kebutuhan sehari – hari. Kelangkaan ini terjadi karena ketika penawaran / suplai air bersih dibatasi dan permintaan / demand terhadap air bersih tetap sehingga kurangnya kapasitas air bersih untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Air buangan AC dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permintaan akan air bersih saat penggunaan air bersih sedang dibatasi dan air buangan AC tersebut sebenarnya memiliki nilai jika kita manfaatkan kembali. Pemanfaatan air buangan AC skala kecil di setiap fakultas di IPB secara khusus Fakultas Ekonomi dan Manajeman seharusnya dapat diterapkan dalam skala yang lebih besar seperti dalam IPB bahkan dapat dalam skala kota. Penggunaan AC dalam jumlah banyak dapat memerlukan biaya yang besar dalam bentuk pemakaian sumberdaya seperti penggunaan energi untuk listrik dan memberikan dampat lingkungan seperti panas yang dikeluarkan oleh AC dapat merusak lapisan ozon murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Dengan demikian penggunaan AC dapat dihemat dan manfaat yang dihasilkan seharusnya dioptimalkan. Pemanfaatan air buangan AC salah satu langkah pengelolaan sumberdaya air secara efisien. Oleh karenanya penelitian dalam pemanfaatan air buangan AC sangat diperlukan sehingga dapat digunakan kembali (reuse) dan
3
memberikan nilai ekonomi dari pemanfaatannya dalam kerangka pengelolaan sumberdaya air secara lestari. 1.2
Perumusan Masalah Air merupakan salah satu sumberdaya yang sangat penting untuk
kebutuhan hidup. Pemanfaatan yang berlebihan menyebabkan ketersediaan air semakin menipis. Masyarakat harus memiliki alternatif mengenai permasalahan ini salah satunya melalui penggunaan kembali air buangan AC. Air ini bukan merupakan air kotor seperti air buangan toilet, air ini merupakan air murni yang hampir tidak memiliki elemen-elemen lain di dalam kandungannya atau hanya berupa zat H2O murni (Mustahiqul, 2007 dalam Lestari, 2009). Ketersediaan air merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup. Sampai saat ini air buangan AC belum dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang sesuai. Pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu upaya yang dapat bermanfaat bagi berbagai kebutuhan. Melalui penggunaan AC yang cukup banyak di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB menghasilkan ketersediaan air buangan yang cukup banyak dan memiliki nilai ekonomi yang besar jika digunakan kembali. Biaya penggunaan air yang dibayarkan IPB untuk penyediaan air bersih dapat dikurangi karena adanya pemanfaatan kembali air buangan AC pada setiap fakultas. Dengan adanya penerapan pada skala kecil ini seharusnya bisa menjadi acuan untuk diterapkan dalam skala besar dan akan menghasilkan penghematan dalam jumlah yang besar dalam penggunaan sumberdaya air. Berdasarkan uraian di atas, beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian adalah: 1.
Bagaimana alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC ?
2.
Berapa besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ?
3.
Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC ?
4.
Apakah pemanfaatan air buangan AC layak untuk dilakukan ?
4
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai
berikut: 1.
Mengkaji alternatif pemanfaatan dan kolektivitas yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan air buangan AC.
2.
Mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari air buangan AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
3.
Mengidentifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai ekonomi air buangan AC.
4.
Menganalisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Wilayah penelitian adalah Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Sampel dalam penelitian adalah dosen dan staf yang menggunakan AC, mahasiswa sebagai pengguna sumberdaya air, dan Departemen Fasilitas dan Properti IPB. Penelitian difokuskan kepada alternatif pemanfaatan dan kolektivitas air buangan AC, besarnya nilai air yang terdapat pada air buangan AC, dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC. 1.5
Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1.
Bagi peneliti diharapkan dapat menerapkan ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama kuliah, khususnya ilmu mengenai teori dan pengelolaan sumberdaya air
2.
Bagi pengambil kebijakan, pengelola, dan pengguna sumberdaya air menjadi bahan masukan dalam pemanfaatan kembali air buangan yang masih bisa digunakan.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Sumberdaya Air Menurut Suparmoko (2008), air yang terdapat di alam ini tidak semata-
mata dalam bentuk cair, tetapi dapat dalam bentuk padat, serbuk, dan gas, seperti es, salju, dan uap yang terkumpul di atmosfir. Air yang ada di alam ini tidaklah statis tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka panjang air yang tersedia di alam selalu mengalami perpindahan. Penguapan terjadi pada air laut, danau, sungai, tanah, maupun tumbuh-tumbuhan karena panas matahari. Kemudian lewat suatu proses waktu, air dalam bentuk uap terkumpul di atmosfir dalam bentuk gumpala-gumpalan awan hingga mengalami perubahan bentuk menjadi butir-butir air dan butir-butir es. Kemudian butir-butir inilah yang jatuh ke bumi berupa hujan, es, dan salju. Menurut Suparmoko (2008), air yang jatuh ke bumi akan mengalami beberapa kejadian antara lain: 1.
Air akan membentuk kolam, danau, dan sungai dan segera menguap kembali ke atmosfir (evaporasi).
2.
Kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh-tumbuhan kembali menguap ke atmosfir melalui penguapan dari daun (transpirasi).
3.
Air dapat jatuh dalam bentuk salju di pegunungan akan tersimpan di permukaan sampai mencair kembali kemudian meresap ke dalam tanah.
4.
Air dapat terserap melalui permukaan tanah kemudian masuk ke dalam tanah atau ke lapisan-lapisan yang membentuk persediaan air di bawah tanah (aquifers).
5.
Air dapat mengalir langsung (run-off) di atas tanah kemudian masuk ke dalam sungai.
6.
Air dapat terjerat dalam bentuk es di kutub atau di sungai es (gletser). Dari kejadian-kejadian yang dijelaskan pada poin diatas, maka untuk
kejadian pertama dan kedua tampak bahwa air tersebut kembali lagi ke aliran atmosfir sehingga air yang jatuh ke bumi tersebut tidak sempat dimanfaatkan oleh manusia. Sedangkan untuk kejadian selanjutnya bahwa air tersebut jatuh ke bumi
6
dan dapat dimanfaatkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebelum kembali ke atmosfir atau terbuang ke laut. Air yang jatuh ke bumi ini sebagian akan tetap berada di daratan sedangkan sebagian lagi akan mengalir ke laut. Dimana air yang berada di daratan ini, nantinya akan tampak berada di permukaan tanah yaitu danau, mata air, dan sungai dan sebagian akan meresap ke dalam tanah yang membentuk air tanah. Untuk kepentingan penghuni alam ini proses atau terjadinya siklus hidrologi itu sendiri yang menyebabkan air akan selalu tersedia untuk manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Air yang jatuh ke bumi sebelum kembali ke atmosfir atau ke laut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan manusia. Hal ini akan terlaksana apabila siklus hidrologi itu berjalan stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahulu kemudian meresap ke dalam tanah atau tersimpan di kolam, danau, dan sungai-sungai dalam yang kemudian dimanfaatkan oleh manusia. Selanjutnya air buangan setelah penggunaan akan kembali ke atmosfir atau mengalir ke laut. Apabila proses hidrologi ini terganggu; maksudnya bila ada kerusakan pada jaringan penyimpan air di bumi, seperti kerusakan hutan. Pemukiman yang padat dan sebagainya, maka air yang jatuh ke bumi sebagian besar akan menguap kembali ke atmosfir atau mengalir langsung (run-off) ke laut sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil saja (Suparmoko, 2008). Menurut Sanim (2011), air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, yaitu Pasal 33 UUD 1945 ayat 3, yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkadung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan dan merupakan kontrak sosial antara pemerintah dan warga negaranya. Penjaminan konstitusi ini lebih dipertegas lagi pada Pasal 5 No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang menyatakan “Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok produktif”. Secara eksplisit isi pasal tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat memperoleh air bersih adalah hak setiap orang, warga negara dari suatu negara, dan tak terkecuali warga negara
7
Indonesia. Jaminan tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, termasuk di dalamnya menjamin akses setiap orang ke sumber air untuk mendapatkan air. Air, selain merupakan kebutuhan dasar manusia, juga sebagai barang publik yang tidak dimiliki oleh siapapun, melainkan dalam bentuk kepemilikkan bersama (global common atau sebagai common resources), sumberdaya alam yang dikelola secara kolektif, bukan untuk dijual atau diperdagangkan guna memperoleh keuntungan. Dengan adanya UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air dan Konvensi Internasional, pandangan tradisional tersebut sudah berubah dan ditinggalkan, karena air tidak sekedar hanya barang publik tetapi sudah menjadi komoditas ekonomi. Paradigma ekonomi ini bertentangan dengan paradigma pengelolaan air modern yang berdasarkan pada nilai ekonomi intrinstik (intrinstic value) dari air, yang didasarkan pada asumsi adanya keterbatasan dan kelangkaan air (limited and scarcity water) serta dibutuhkannya investasi atau penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan hak atas setiap warga negara. 2.2
Baku Mutu Air Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai air bersih yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, didapat beberapa pengertian mengenai: 1.
Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
8
2.
Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
3.
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari penggunaan rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan pemukiman.
4.
Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.
5.
Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM yang merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.
6.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan system fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
7.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
kontruksi,
mengelola,
memelihara,
merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. 8.
Penyelenggara
pengembangan
SPAM
yang
selanjutnya
disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 BAB II Pasal 2 mengenai Baku Mutu Air pada Sumber Air, air pada sumber air menurut kegunaannya digolongkan menjadi: a)
Golongan A, yaitu air yang dapat digunkan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b)
Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai iar minum dan keperluan rumah tangga.
9
c)
Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.
d)
Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan.
2.3
Pengertian Air Conditioner Menurut Ariza (2007), Air Conditioner (AC) adalah suatu alat, sistem atau
mekanisme yang dirancang untuk mengubah udara panas di suatu area melalui siklus pendinginan seingga menghasilkan kesejukan. AC dapat digunakan sebagai penyejuk ruangan atau kendaraan. Ada beberapa jenis air conditioner, diantaranya: 1.
Window and through the wall air conditioner Window and through the wall air conditioner merupakan AC yang biasa digunakan sebagai penyejuk ruangan di sebuah rumah. Berbentuk persegi panjang dan diletakkan di dinding atau dekat jendela.
2.
Portable air conditioner Portable air conditioner merupakan AC yang berbentuk box berukuran besar dan memiliki beberapa roda sehingga dapat dengan mudah dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan yang lainnya.
3.
Central air conditioner Central air conditioner merupakan suatu sistem penyejuk ruangan yang menggunakan pipa untuk mendistribusikan udara dingin ke setiap ruangan dalam sebuah bangunan. AC ini banyak digunakan pada gedung pusat bisnis. Kelebihan dari AC jenis ini adalah di dalam pemrosesan udara dingin terjadi penyaringan udara dari berbagai polutan mikroskopis dan menghasilkan tingkat kebisingan yang rendah. Namun penggunaan pipa sebagai pendistribusi udara dingin dapat menyebabkan perkembangbiakan mikroorganisme yang berbahaya.
4.
Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner Ductless, duct-free, atau mini split air conditioner merupakan AC yang mengkombinasikan beberapa karakteristik dari central air conditioner dengan beberapa karakteristik dari window atau though-the-wall-units.
10
Sama seperti window air conditioner, ductless mini split air conditioner tidak menggunakan pipa saluran dan setiap ruangan pada suatu gedung dapat memiliki pengatur suhunya. Tetapi, sama seperti central air conditioner, AC ini tidak dipasang di dinding ataupun di jendela dan meletakkan kompresor sebagi sumber kebisingan di luar ruangan. 2.4
Kondensasi Air Conditioner Fungsi dari kondenser adalah merubah wujud refrigerant dari bentuk uap /
gas menjadi refrigerant dengan bentuk cair. Proses perubahan dari gas ke cair ini dilakukan dengan membuang kalor yang ada pada refrigerant ke lingkungan sekitarnya pada suhu dan tekanan konstan. Dalam percobaan ini kalor dibuang dengan cara konveksi yaitu meniupkan udara yang mempunyai temperatur lebih rendah dari refrigerant melewati kondenser sehingga terjadi perpindahan kalor. Proses perpindahan kalor ini dimaksimalkan dengan adanya sirip-sirip pada kondenser dan aliran udara yang cukup dan bebas dari hambatan. Proses kondensasi atau perubahan dari wujud gas ke cair ini terjadi dialam pipa kondenser dan terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur tetap. Pada sistem refrigerasi yang telah dipelajari sebelumnya, proses kondensasi ini adalah proses dari titik 2 ke titik 3. Pada titik 3 idealnya seluruh refrigerant telah berwujud cair jenuh (saturated liquid). Jika perancangan dan pemilihan ukuran kondenser tidak tepat ataupun sirip-sirip kondenser kotor maka pada ujung kondenser belum tentu semua refrigerant telah berbentuk cair. Suhu/temperatur pada waktu proses kondensasi ini terjadi masih lebih tinggi dari temperatur udara disekitarnya. Oleh karena itu refrigerant yang mengalir keluar dari kondenser menuju TXV melalui filter drier masih akan mengalami proses perpindahan kalor yang akan menurunkan suhu refrigerant lebih rendah lagi dari suhu cair jenuhnya (saturated liquid). Proses penurunan suhu setelah melalui titik saturated liquid ini disebut proses subcooling dan wujud refrigerant disebut subcooled liquid. Daerah subcooled liquid ini terletak disebelah kiri dari kurva saturated liquid pada diagram pH. Besarnya pendinginan lanjut yang terjadi di kondenser ini dihitung dengan cara mengurangi temperatur kondensasi dengan temperatur yang terukur di akhir condenser.
11
2.5
Nilai Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak,
ikan, hutan, dan lain-lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Pengelolaan sumberdaya alam yang baik akan meningkatkan
kesejateraan
umat
manusia,
dan
sebaliknya
pengelolaan
sumberdaya alam yang tidak baik akan berdampak buruk bagi umat manusia. Sehingga sumberdaya ini dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Definisi lain juga menyatakan bahwa sumberdaya juga terkait pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumberdaya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan. Menurut Fauzi (2006), sumberdaya alam, selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung, juga menghasilkan jasa-jasa (services) lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan, dan sebagainya. Manfaat ini sering lebih terasa dalam jangka panjang. Manfaat tersebut sering disebut dengan manfaat ekologis, dimana manfaat ini sering tidak terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumberdaya. Mengingat pentingnya fungsi-fungsi ekonomi dan non ekonomi dari sumberdaya alam. Dalam hal ini nilai tersebut tidak saja nilai pasar (market value) barang yang dihasilkan dari suatu sumberdaya, melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut. Perubahan lingkungan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Yakin, 2004) : 1.
Kesehatan Manusia (human health)
2.
Lingkungan Hidup (living environment)
3.
Aliran-aliran output yang bisa direproduksi (reproducible output flows)
4.
Stok yang bisa direproduksi (reproducible stocks)
5.
Stok yang tidak bisa direproduksi (non-reproducible stocks)
6.
Pemandangan alam dan ekosistem (ecosystem and landscapes) Metode penilaian ekonomi terhadap barang lingkungan telah berkembang
sampai sekitar 15 jenis metode penilaian (Yakin, 2004), diantaranya adalah
12
Contingent Valuation Method (CVM) ini adalah metode yang paling populer digunakan, metode The Dose-Reponse Method (DRM), metode Hedonic Price Method (HPM), metode Travel Cost Method (TCM), dan metode The Averting Behaviour Method (ABM). 2.6
Contingent Valuation Method (CVM) Metode Contingent Valuation Method (CVM) adalah teknik survey untuk
menanyakan kepada seseorang tentang nilai atau harga yang bersedia mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki harga pasar (Yakin, 2004). Dalam CVM dikenal lima macam cara untuk mengajukan pertanyaan kepada responden (Yakin, 2004), yaitu: 1.
Metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan.
2.
Metode referendum tertutup (dichotomous choice) yaitu metode yang menggunakan suatu alat pembayaran yang disarankan kepada responden baik mereka setuju ataupun tidak setuju, dengan jawaban setuju/tidak maupun ya/tidak.
3.
Metode kartu pembayaran (payment card), yaitu metode dengan penggunaan nilai yang disajikan pada sebuah kartu yang memungkinkan jenis pengeluaran responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden dalam kelompok pendapatan yang ditentukan dengan perbandingan jenis pekerjaan mereka sehingga membantu responden untuk menyesuaikan jawaban mereka.
4.
Metode pertanyaan terbuka (open-ended question), yaitu suatu metode dimana responden ditanyakan nilai maksimum WTP mereka tanpa ada penyaranan nilai awal terlebih dahulu.
5.
Metode ranking contingent, yaitu metode terbaru dengan menyodorkan rangking dari nilai moneternya, responden diharuskan mengurutkan dari yang paling disukai sampai yang tidak disukai dan nilai-nilai tersebut diterjemahkan melalui analisa statistik.
13
2.7
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda (multiple linear regression analysis)
adalah suatu model dimana variabel dependen bergantung pada dua atau lebih variabel yang independen (Firdaus, 2004). Persamaan model regresi berganda dapat dituliskan sebagai berikut (Juanda, 2009): Y = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + βk Xki + εi Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 hingga N untuk data populasi, atau sampai n untuk data contoh (sample). Y merupakan variabel dependen sedangkan Xki merupakan pengamatan ke-i untuk variabel independen Xk. Koefisien βi dapat merupakan intersep apabila semua pengamatan X1i bernilai satu, sehingga model menjadi sebagai berikut: Y = β1 + β2 X2i + β3 X3i + βk Xki + εi Dalam mendapatkan koefisien regresi parsial, maka digunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square-OLS). Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu (Residual Sum of Square-RSS) yaitu ∑ei2 = minimum (terkecil). Pemilihan model didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifatsifat karakteristik yang optimal, sederhana dalam perhitungan, dan umum digunakan. Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam model regresi berganda adalah (Firdaus, 2004): 1.
Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah nol.
2.
Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada autokorelasi (non autokorelasi) artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukkan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.
3.
Varian bersyarat dari (ε) adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas.
4.
Variabel independen adalah non stokastik, yaitu tetap dalam penyampelan berulang. Jika stokastik didistribusikan secara independen dari gangguan ε.
14
5.
Tidak ada multikolinearitas diantara variabel independen satu dengan yang lainnya.
6.
ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear Unbiased Estimator-BLUE). Sebaliknya, jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak dipenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan dapat diragukan. Penyimpangan asumsi 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak. 2.8
Kelayakan Investasi Gittinger (2008) mendefinisikan investasi sebagai suatu kegiatan yang
mengeluarkan uang / biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam suatu unit. Investasi dapat dilihat sebagai satu kesatuan ruang / tempat dan waktu, masing-masing dengan nilai ekonomi, finansial dan dampak sosial yang tergabung dalam satu kesatuan. Pemilihan investasi sebagian didasarkan kepada indikator-indikator nilai-nilai biaya dan hasil-hasilnya. Kegiatan investasi dapat berbentuk investasi baru atau perluasan ataupun perbaikan dari investasi yang sudah ada. Suatu investasi dapat dilaksanakan oleh instansi pemerintah, badan-badan swasta atau organisasiorganisasi sosial maupun perorangan. Dalam menganalisis kelayakan suatu investasi, terdapat dua pendekatan yaitu analisis finansial dan analisis ekonomi. Analisis finansial meninjau dari sudut peserta investasi secara individu, sedangkan analisis ekonomi dari sudut masyarakat. Kedua pendekatan ini memiliki tujuan yang sama, namun ada tiga perbedaan penting dari kedua analisis ini. Adapun perbedaan tersebut adalah: 1) dalam analisis ekonomi pajak dan subsidi akan diperlakukan sebagai pembayaran transfer. Sedangkan dalam analisis finansial pajak dianggap sebagai biaya dan subsidi sebagai hasil (return); 2) dalam analisis finansial harga yang biasa
15
digunakan adalah harga pasar. Harga ini sudah memperhatikan pajak dan subsidi. Dari harga ini kita dapat memperoleh data yang dapat digunakan dalam analisis ekonomi. Akan tetapi, dalam analisis ekonomi kita boleh mengubah harga pasar sedemikian sehingga analisis kita dapat lebih mencerminkan secara tepat nilainilai sosial dan ekonomi. Harga yang telah disesuaikan ini disebut dengan harga bayangan (shadow price); 3) dalam analisis finansial, bunga pinjaman merupakan biaya investasi dan bunga modal dianggap sebagai manfaat atas investasi. Pada analisis ekonomi, bunga modal tidak dipisahkan atau dikurangkan dari hasil bruto (Gittinger 2008). 2.8.1
Analisis Finansial dan Ekonomi Analisis finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga
yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan (Pramudya dan Dewi 1992 dalam Dwi 2011). Untuk menilai kelayakan secara financial suatu proyek atau membuat peringkat (rangking) beberapa proyek yang harus dipilih, dapat digunakan beberapa kriteria antara lain Net Present Value (NPV), Net B/C, dan Internal Rate of Return (IRR) (Dwi, 2011). Analisis ekonomi merupakan analisis investasi yang dipandang dari sudut pandang ekonomi nasional bukan hanya dari sudut pandang perusahaan. Dengan analisis ekonomi diharapkan analisis investasi bisa menilai apakah suatu investasi memang tidak akan membebani perekonomian nasional. Mungkin saja suatu investasi dinilai menguntungkan apabila dipandang dari sisi perusahaan (yaitu diharapkan
memberikan
NPV
positif),
tetapi
sebenarnya
membebani
perekonomian nasional. Analisis ekonomi dilakukan dengan alasan karena adanya ketidaksempurnaan pasar, adanya pajak dan subsidi, dan berlakunya konsep consumers surplus dan producers surplus (Husnan dan Suwarsono 1994). Analisis ekonomi investasi membutuhkan pengetahuan mengenai apakah suatu investasi yang diusulkan akan memberikan kontribusi nyata dan besar terhadap pengembangan perekonomian seluruhnya dalam penggunaan sumberdaya yang dibutuhkan selama investasi tersebut berjalan. Sudut pandang yang diambil dalam analisis ekonomi ini adalah masyarakat secara keseluruhan (Gittinger, 2008).
16
2.8.2
Kriteria Kelayakan Investasi Dalam analisa investasi ada beberapa kriteria yang sering digunakan untuk
menentukan diterima-tidaknya suatu usulan investasi atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek. Dalam semua kriteria itu baik manfaat maupun biaya dinyatakan dalam nilai sekarangnya. Kriteria tersebut adalah: 1) Net Present Value (NPV); 2) Net B/C; 3) Internal Rate of Return (IRR); 4) Gross B/C; dan 5) Profitability Ratio. (Kadariah, 2001) Kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR lebih umum dipakai dan dapat dipertanggungjawabkan untuk penggunaan-penggunaan tertentu. Sebaliknya, Kriteria kelayakan Gross B/C dan Profitability Ratio didasarkan atas salah pengertian tentang sifat dasar biaya, sehingga dapat menyebabkan kekeliruan dalam penyusunan urutan peluang investasi. Dengan kata lain, Gross B/C dan Profitability Ratio ini tidak dianjurkan untuk dipergunakan di Indonesia. (Gray el al. 2007) 2.9
Penelitian Terdahulu Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Lestari pada tahun 2009 yang berjudul “Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah: Studi Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia, TBK”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik air limbah, membuat alternatif reuse air limbah, menganalisis kelayakan dari aspek analisis biaya, teknis/teknologi dan lingkungan dan memberi masukan pada kebijakan perusahaan pada penggunaan air. Penelitian dilakukan di PT. TPI, Tbk.CilegonBanten. Metode pengumpulan data meliputi tiga tahapan, yaitu : karakterisasi limbah cair : debit, suhu, pH, konduktifitas, dan total suspended solid (TSS) dan silika (SiO2), analisis teknik dan teknologi pengolahan limbah yang diperoleh melalui studi pustaka, dan percobaan filtrasi. Hasil pencampuran antara limbah cair dan air demineral menunjukkan penurunan nilai konduktivitas, nilai tertinggi adalah 8,5 µs/cm dan nilai terendah 5,8 µs/cm.Perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan 5:1. Penghematan dari segi lingkungan (pada perbandingan 5:1) meliputi : penghematan penggunaan air sebesar 42,7%, penghematan penggunaan bahan kimia sebesar 42,7%,
17
penghematan penggunaan listrik sebesar 41,6%, pengurangan pembuangan beban limbah padat ke lingkungan 14,08 kg/hari dengan nilai ekonomi Rp. 1.798.595, dan penghematan dari segi ekonomi sebesar Rp. 643.507.370/tahun (39,13%). Pada penelitian ini terdapat dua alternatif jenis alat penyaring yaitu bag filter yang membutuhkan investasi sebesar Rp. 281.974.000 dengan nilai payback period selama 7 bulan dan alternatif ke-2 press filter memerlukan investasi sebesar Rp. 506.528.000 dengan nilai payback period selama 1 tahun 2 bulan. Penelitian ini juga mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Dwi pada tahun 2011 yang berjudul “Analisis Finansial Pengoperasian Unit Pengolahan Air Bersih (Water Treatment Plant) Kampus IPB Dramaga Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi dan menganalisis kelayakan finansial dari pengoperasian WTP serta membandingkan hargai air bersih tersebut dengan harga air bersih dari PDAM. Penelitian dilaksanakan di kampus IPB Dramaga dimulai dari bulan Agustus hingga bulan Oktober 2010. Selain menghitung biaya produksi, biaya pokok produksi, dan titik impas produksi, analisis juga dilakukan dengan menghitung net present value, internal rate of return, dan cost-benefit ratio. Analisis dilakukan dengan membagi ketujuh WTP menjadi 4 bagian, yaitu WTP Cihideung 1- 4, WTP Cihideung 5 dengan UF system, WTP Ciapus Perumahan Dosen dan Asrama lain, dan WTP Ciapus Asrama TPB. Hasil analisis menunjukkan, biaya produksi terbesar adalah WTP Cihidung 1-4 yaitu Rp. 315.261.333,72/tahun. Sedangkan untuk biaya pokok produksi masing-masing WTP antara lain, Rp. 408,74/m3, Rp. 1.130,02/m3, Rp. 614,07/m3, dan Rp. 610,10/m3. Nilai-nilai tersebut bila dibandingkan dengan harga jual air bersih, masih dapat menunjukkan hasil yang positif, sehingga setiap WTP yang memproduksi air akan mendapatkan keuntungan. Begitupula bila dibandingakn dengan harga jual air bersih yang ditetapkan oleh PDAM Bogor. Sedangkan selisih nilai biaya dan manfaat proses pengolahan air bersih di WTP menunjukkan nilai negatif (Rp. 233.097.272,34), yang berarti ada kelebihan biaya produksi dalam pengoperasiannya.
18
19
III. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu perguruan tinggi yang memanfaatkan sumberdaya air yang cukup besar untuk beberapa kebutuhan seperti air untuk toilet, menyiram tanaman, kebersihan, dan lain-lain. Sumberdaya air yang dimanfaatkan oleh Institut Pertanian Bogor berasal dari sungai. Penggunaan AC yang banyak untuk ruangan di Institut Pertanian Bogor dapat menjadi salah satu sumber air dengan memanfaatkan air buangan AC tersebut sebagai contoh Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Alternatif pemanfaatan dilakukan dengan uji laboratorium mengenai parameter kualitas air buangan AC di Laboratorium PROLINK untuk melihat baku mutu air buangan AC dan kolektivitas yang dapat dilakukan pada air buangan AC dapat dikaji menggunakan analisis deskriptif. Terdapat tiga jenis kolektivitas yang dapat dilakukan agar air buangan AC tidak terbuang secara percuma dan dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif air bersih. Pertama, menyalurkan air buangan melalui pipa menuju satu titik tertentu yaitu penampungan air berbentuk sebuah bangunan. Kedua, menyalurkan air melalui pipa menuju titik tertentu di departemen yaitu dengan menggunakan toren air. Ketiga dapat dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan wadah penampungan air / ember untuk menampung air buangan AC tersebut. Pemanfaatan air buangan AC ini sebagai alternatif dalam penggunaan air bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi atau dalam keadaan air sungai sedang surut dan menghemat biaya yang harus dibayarkan dalam pengolahan air sungai. Oleh karena itu dapat dikaji berapa besarnya nilai air buangan AC menggunakan Willingness To Pay (WTP). Penentuan kolektivitas air efisien yang dapat dilakukan dan kelayakan investasi yang dapat dilakukan dikaji dengan metode Benefit Cost Analysis (BCA). Nilai air dan studi kelayakan investasi yang dikaji dapat menjadi rekomendasi pengelolaan sumberdaya air bersih dan pemanfaatan kembali air buangan AC. Secara lebih rinci nilai dan pemanfaatan air buangan AC dapat dilihat pada Gambar 1.
20
Institut Pertanian Bogor
Sumberdaya Air
Air Buangan AC
Pemanfaatan
Toilet
Alternatif Penggunaan dan kolektivitas air buangan AC
Kebersihan
Tanaman
Willingness To
Analisis Biaya dan
Pay (WTP)
Nilai Air Buangan
Manfaat
Kelayakan Investasi
Pengelolaan dan pemanfaatan air buangan AC
Keterangan: = Ruang Lingkup Penelitian
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
21
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan pertimbangan karena Institut Pertanian Bogor merupakan salah satu kampus yang menggunakan penyejuk ruangan / AC yang cukup banyak hampir setiap ruangan dosen, khususnya Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan dapat menjadi potensi sebagai tempat penelitian. Adapun lokasi wilayah penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap utama yaitu, pra penelitian, penelitian, dan hasil penelitian. Dari ketiga tahap tersebut dilakukan dalam jangka waktu selama 6 bulan yaitu dari mulai bulan Januari 2013 hingga Juni 2013. 4.2
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.
Metode survei adalah suatu kajian terhadap sejumlah obyek penelitian yang memungkinkan peneliti untuk memaparkan semua obyek yang diwakilinya (Nasution 2003). Penelitian dengan metode ini dipilih karena dapat dijadikan basis dalam pengambilan keputusan dari obyek yang diwakilinya secara keseluruhan. Metode survei ini terdiri dari survei kualitatif yaitu berupa karakteristik pengguna AC seperti umur, jenis kelamin dan berat badan dan kuantitatif yaitu mengamati kondisi fisik seperti luasan ruangan, posisi ruangan dan jumlah air buangan AC 4.3
Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasanya dilakukan oleh peneliti (Umar, 2005). Data primer yang dikumpulkan antara lain karakteristik pengguna AC, kapasitas air buangan, suhu ruangan, dan data terkait dengan penelitian ini. Kuesioner penelitian disajikan pada Lampiran 2 dan data penggunaan Air Conditioner (AC) dapat dilihat pada Lampiran 3.
22
Data sekunder diperoleh dari Direktorat Fasilitas dan Properti Institut Pertanian Bogor dan bagian properti fakultas dan departemen. Data sekunder ini berupa jumlah yang biaya dibayarkan untuk proses destilasi air sungai, jumlah penggunaan AC, tingkat PK pada AC dan data lain yang relevan terhadap penelitian ini. Tabel 1 menyajikan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tabel 1. Jenis dan Sumberdata yang dibutuhkan dalam penelitian No Data Parameter Satuan Sumber 1 Primer Kapasitas air buangan Liter Penelitian lapang 2 Primer Suhu ruangan Celcius Penelitian lapang 3 Primer Waktu penggunaan Jam Wawancara 4 Sekunder Biaya air bersih Rupiah Bagian Properti 5 Sekunder Jumlah AC Unit Bagian Properti 6 Sekunder Tingkat PK PK Bagian Properti 4.4
Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan contoh yang digunakan adalah menggunakan teknik
accidental sampling yaitu mengambil responden sebagai sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang ditemui sesuai sebagai sumber data dan kriteria penelitian. Sampel yang digunakan wawancara adalah dosen, staf dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jumlah sampel pengguna AC yang digunakan selama penelitian ini berjumlah 70 orang responden berdasarkan dengan pembagian 40 orang pegawai dan 30 mahasiswa. 4.5
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
pendekatan analisis deskriptif untuk mengetahui alternatif pemanfaatan yang dapat dilakukan terhadap air buangan AC, Willingness To Pay (WTP) digunakan mengetahui besarnya nilai air buangan AC, dan Benefit Cost Analysis (BCA) untuk mengetahui kolektifitas air buangan AC yang efisien.
23
4.5.1
Analisis Deskriptif Metode analisis yang digunakan dalam mengkaji upaya alternatif
pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor adalah metode analisis deskriptif. Nazir (2005) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Analisis deskriptif merupakan metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai masalah – masalah yang ada dalam masyarakat, tata cara yang berlaku, serta situasi-situasi tertentu termasuk tentang hubungan, kegiatan, sikap pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Withney, 1960 dalam Nazir, 2005). Beberapa hal terkait alternatif pemanfaatan akan dijelaskan melalui analisis deskriptif ini antara lain alternatif pemanfaatan sesuai kebutuhan sumberdaya air yang digunakan oleh Institut Pertanian Bogor dengan melakukan penghematan air bersih. Alternatif pemanfaatan air buangan AC di Institut Pertanian Bogor yang dilakukan dapat memberi gambaran pemanfaatan air buangan AC dengan skala yang lebih besar. 4.5.2
Willingness To Pay (WTP) Nilai air buangan AC tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan
menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar terhadap penggunaan air AC. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP). Nilai WTP terhadap manfaat yang diperoleh dari penggunaan air AC didapat melalui wawancara kepada responden dengan menggunakan keusioner. Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Spash 1993): 1.
Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden manfaat yang diperoleh dari penggunaan kembali air AC.
2.
Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai
24
nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih. 3.
Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Perkiraan nilai rata-rata WTP responden diperoleh dengan rumus: n
EWTP Wi.Pfi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4.1) i 1
Keterangan: EWTP = dugaan nilai rataan WTP (Rp)
4.
Wi
= WTP pada kelas ke-i
Pfi
= frekuensi relatif kelas ke-i
n
= jumlah kelas
i
= kelas (1,2,.....,n)
Menjumlahkan Data Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP diestimasi dengan rumus:
TWTP EWTP x P . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4.2) Keterangan: TWTP = estimasi nilai total WTP (Rp) EWTP = dugaan rataan nilai WTP (Rp) P
= populasi
4.5.3 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa besarnya WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: WTP = β0 + β1umur + β2TP + β3Biaya + β4Jarak + β5waktu + β6PA + JKD1 + εi dimana: WTP
= Nilai WTP
β0
= Intersep
β1, ... , β7
= Koefisien dari regresi
Umur
= Umur responden (tahun)
TP
= Tingkat pendapatan responden (rupiah)
25
Biaya
= Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih (rupiah)
Jarak
= Jarak yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (meter)
JKA
= Waktu yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih (menit)
PA
= Penggunaan air selama 1 hari (ember)
JK
= Jenis kelamin responden ( 1 untuk perempuan, dan 0 untuk pria)
i
= kelas (1,2,.....,n)
ε
= Galat Pengujian hipotesis regresi berganda dari hasil print out komputer dapat
dilakukan dengan cara: 1.
Dengan melihat nilai thitung atau Fhitung dan dibandingkan dengan nilai ttabel atau Ftabel. Jika thitung atau Fhitung lebih besar daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah tolak hipotesis nol (H0). Sebaliknya, jika nilai thitung atau Fhitung lebih kecil daripada ttabel atau Ftabel maka keputusannya adalah menerima hipotesis nol (H0).
2.
Dengan menggunakan nilai signifikansi (P-value). Jika P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 ditolak dan jika Pvalue lebih besar daripada taraf signifikansi yang disyaratkan maka H0 diterima.
4.5.4
Benefit Cost Analysis (BCA) Benefit Cost Analysis (BCA) merupakan metode yang digunakan untuk
mengetahui kelayakan pemanfaatan air buangan AC. Dalam
penelitian ini
analisis yang digunakan adalah analisis finansial dengan pertimbangan analisis ekonomi belum dapat signifikan. BCA menunjukkan nilai dari beberapa indikator untuk melihat kelayakan pemanfaatan air buangan AC yaitu Net Present Value (NPV) > 0, Benefit Cost Ratio (BCR) ≥ 1, dan Internal Rate of Return (IRR) ≥ Discount Rate. Tiga indikator BCA tersebut untuk mengetahui aspek biaya dan manfaat yang paling efisien dari ketiga kolektifitas. Tujuan analisis dalam penelitian ini harus disertai dengan definisi biaya dan manfaat. Net Present Value (NPV) merupakan selisih dari investasi sekarang dengan nilai penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang tersebut perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga
26
yang dianggap relevan. Menurut Gray et al (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut n
NPV t 0
Bt Ct ... (1 i)t
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4.3)
Keterangan: Bt
=
keuntungan pada tahun ke - t
Ct
=
biaya pada tahun ke – t
i
=
tingkat suku bungan (%)
t
=
periode investasi (t = 0,1,2,3,….,n)
n
=
umur teknis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV>0. Jika NPV<0 maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara jumlah present value yang bernilai negatif (modal investasi). Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al, 1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut: n
Net B / C
Bt Ct
(1 i) t 0 n
t
Ct Bt t t 0 (1 i )
untuk Bt - Ct > 0
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . .(4.4) untuk Ct - Bt > 0
Keterangan lain: B
=
benefit
C
=
cost
i
=
discount rate
t
=
periode
Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti net B/C>1 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al, 1999).
27
IRR adalah discount factor yang membuat NPV = 0 dengan rumus yaitu: NPV ' IRR i ' X i " i ' . . . . . . . . . . . . . . . (4.5) NPV ' NPV "
Keterangan: i’
=
nilai suku bunga yang menyebabkan NPV positif
i”
=
nilai suku bunga yang menyebabkan NPV negatif
NPV’ =
NPV dan tingkat suku bunga (i’)
NPV” =
NPV dengan tingkat suku bunga (i”)
Jika hasil yang didapat IRR > i maka proyek atau kebijakan layak untuk dilaksanakan dan ketika IRR < i maka tidak layak untuk dilaksanakan. 4.5
Batasan Penelitian Batasan penelitian ini adalah :
1.
Wilayah penelitian dilakukan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor.
2.
Obyek penelitian adalah air conditioner (AC) yang memiliki tingkat PK ½, 1, 1 ½, dan 2.
3.
Responden pada penelitian ini yaitu pegawai (dosen dan staff) dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
4.
Analisis untuk nilai ekonomi air buangan AC menggunakan Willingness To Pay (WTP) dan kolektivitas air buangan AC yang efisien dianalisis menggunakan Benefit Cost Analisis (BCA).
5.
Umur Proyek kolektivitas air buangan AC berdasarkan input yang paling lama pada setiap altenatif.
6.
Manfaat air buangan AC yang dianalisis dibatasi pada manfaat teknis penggunaan air buangan AC untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman.
7.
Pajak, pinjaman, dan bunga tidak ada karena modal yang digunakan adalah modal sendiri dan Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga diskonto pada bulan Maret tahun 2013, yaitu 5,75%.
28
29
V. ANALISIS PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN 5.1
Letak Geografis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Secara administrasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB terdiri dari 4
departemen yakni Departemen Ilmu Ekonomi, Departemen Manajemen, Departemen Agribisnis, dan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Lokasi Fakultas Ekonomi dan Manajemen memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Fakultas Teknologi Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia
Sebelah Selatan: Lapangan Parkir Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Sebelah Barat : Perpustakaan LSI
Sebelah Timur : Fakultas Pertanian
5.2
Keadaan Pengguna Air di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Pengguna air yang secara potensial memanfaatkan air buangan AC adalah
pegawai dan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2 Jumlah Pegawai dan Mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen No
Departemen
1 2 3 4 5
Ilmu Ekonomi Manajemen Agribisnis Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen TOTAL
Pegawai (orang) Tenaga Dosen kependidikan 29 14 30 12 40 23 27 16 18
Total Pegawai
Mahasiswa (orang)
43 42 63 43 18
490 334 363 338 -
209
1.525
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013) Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa total jumlah pegawai yang terdaftar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebanyak 209 orang dengan total dari jumlah dosen sebanyak 126 dan tenaga kependidikan sebanyak 83 orang. Untuk Jumlah mahasiswa yang terdaftar pada setiap departemen yaitu 490 orang untuk Departemen Ilmu Ekonomi, 334 orang untuk Departemen Manajemen, 363 orang untuk Departemen Agribisnis, dan 338 orang untuk Departemen Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Pembagian jumlah total mahasiswa ini berdasarkan
30
angkatan 44, angkatan 45, angkatan 46, angkatan 47, dan angkatan 48 dengan total keseluruhan mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu sebanyak 1525 orang. Jumlah Air Conditioner
5.3
Jumlah Air Conditioner (AC) ini berbeda setiap departemen karena jumlah AC ini dipengaruhi jumlah dosen yang membeli AC tersebut, sedangkan untuk ruangan sekretariat, komisi pendidikan, dan ruangan lainnya merupakan fasilitas yang disediakan oleh IPB. Biaya pemakaian AC sendiri merupakan biaya yang ditanggung oleh pihak IPB bukan pihak dosen, departemen, maupun fakultas. Pembagian jumlah AC yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen: Tabel 3 Jumlah Air Conditioner di Fakultas Ekonomi dan Manajemen Ruang Dosen
Sekretariat
Lainnya
18 11 15
4 4 2
3 4 2
Total Jumlah AC (unit) 25 19 19
12
6
4
22
-
4
4
8
Jumlah AC (unit) Nomor 1 2 3 4 5
Departemen Ilmu Ekonomi Manajemen Agribisnis Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi Manajemen
TOTAL
93
Sumber: Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (2013) Tabel 3 menunjukkan penggunaan AC terbanyak terdapat pada departemen Ilmu Ekonomi yaitu sebanyak 25 unit AC dengan pembagian 18 unit AC untuk ruang dosen, 4 unit AC untuk Sekretariat dan Komdik, dan 3 AC untuk ruangan lainnya, sedangkan untuk penggunaan AC paling sedikit yaitu terdapat pada fakultas dengan menggunakan 8 unit AC. 5.4
Karakteristik Sosial Ekonomi Responden Jumlah pegawai dan mahasiswa yang dijadikan responden ini dipilih
sebanyak 70 orang. Perinciannya adalah pegawai sebanyak 40 orang termasuk didalamnya terdapat dosen dan staf dan mahasiswa sebanyak 30 orang. Karakteristik sosial ekonomi responden dapat dijelaskan dalam beberapa kriteria di bawah ini.
31
5.4.1
Tingkat Usia Responden
Tabel 4. Tingkat Usia Responden Pegawai No 1 2 3 4
Range Umur 25-34 35-44 45-54 55-64 Total
Jumlah (orang) 15 16 8 1 40
Persentase (%) 37,5 40,0 20,0 2.5 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Tabel 4 menunjukkan tingkat umur responden pegawai sangat bervariasi, mulai dari usia 25 tahun hingga usia 64 tahun. Persentase terbesar pada tingkat usia 35-44 tahun yaitu sebesar 40 persen, sedangkan persentase terkecil ada pada tingkat usia 55-64 tahun yaitu sebesar 2,5 persen. Tingkat usia responden mahasiswa hanya terdapat 4 kelas usia yaitu usia 20 tahun, 21 tahun, 22 tahun, dan 23 tahun. Kelas ini berbeda dengan tingkat usia responden dosen karena tingkat usia mahasiswa yang terdaftar dalam fakultas rata-rata berusia 20-23 tahun. Tabel dan gambar tingkat usia responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat Usia Responden Mahasiswa No 1 2 3 4
Umur 20 21 22 23 Total
Jumlah (orang) 4 14 9 3 30
Persentase (%) 13,33 46,67 30,00 10,00 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) 5.4.2
Jenis Kelamin Responden Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase
tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah 22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan jumlah 18 orang. Persentase jenis kelamin pegawai dapat dilihat pada Tabel 6.
32
Tabel 6. Jenis Kelamin Responden Pegawai No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki (L) Perempuan (P) Total
Jumlah (orang) 22 18 40
Persentase (%) 55 45 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Persentase jenis kelamin responden pegawai yang memiliki persentase tertinggi adalah berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 55 persen dengan jumlah 22 orang. Persentase ini tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan responden yang mimiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebesar 45 persen dengan jumlah 18 orang. Persentase terbesar jenis kelamin mahasiswa tidak berbeda dengan persentase jenis kelamin pegawai yaitu terdapat pada responden laki-laki sebesar 53,33 persen dengan jumlah 16 orang. Jumlah responden laki-laki tidak terlalu berbeda hanya memiliki selisih yang sedikit dengan responden perempuan yang berjumlah 14 dengan persentase 46,67 persen. Persentase jenis kelamin responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jenis Kelamin Responden Mahasiswa No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki (L) Perempuan (P) Total
Jumlah (orang) 16 14 30
Persentase (%) 53,33 46,67 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) 5.4.3 Tingkat Pendapatan Responden Penentuan kelompok tingkat pendapatan responden pegawai berdasarkan beberapa kategori, yaitu: 1.
Kategori A memiliki pendapatan ≤ Rp 1.999.999,99
2.
Kategori B memiliki pendapatan Rp 2.000.000,00 - Rp 2.999.999,99
3.
Kategori C memiliki pendapatan Rp 3.000.000,00 - Rp 3.999.999,99
4.
Kategori D memiliki pendapatan ≥ Rp 4.000.000,00 Berdasarkan kategori pendapatan tersebut dapat dilihat persentase tingkat
pendapatan responden terbesar yaitu pada kategori pendapatan A yaitu responden yang memiliki pendapatan ≤ Rp 1.999.999,99 dengan persentase sebesar 35 persen dan terkecil pada kategori D yaitu responden yang memiliki tingkat
33
pendapatan ≥ Rp 4.000.000,00 dengan persentase sebesar 17,5 persen . Persentase tingkat pendapatan responden pegawai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Persentase Kategori Pendapatan Responden Pegawai No 1 2 3 4
Kategori Pendapatan A B C D Total
Jumlah (orang) 14 11 8 7 40
Persentase (%) 35 27,5 20 17,5 100
Sumber: Hasil Analisis Data(2013) Penentuan kelompok tingkat pendapatan responden mahasiswa memiliki kategori yang berbeda dengan responden pegawai, yaitu: 1.
Kategori A memiliki pendapatan < Rp 500.000,00
2.
Kategori B memiliki pendapatan Rp 500.000,00 - Rp 999.999,99
3.
Kategori C memiliki pendapatan Rp 1.000.000,00 - Rp 1.499.999,99
4.
Kategori D memiliki pendapatan Rp 1.500.000,00 - Rp 1.999.999,99 Berdasarkan responden mahasiswa, persentase tingkat pendapatan
responden mahasiswa ini berupa uang saku yang dimiliki. Persentase tingkat pendapatan responden mahasiswa dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Persentase Kategori Pendapatan Responden Mahasiswa No 1 2 3 4
Kategori Pendapatan A B C D Total
Jumlah (orang) 4 19 5 2 30
Persentase (%) 13,33 63,33 16,67 6,67 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) 5.5
Pendapat Responden Mengenai Kualitas dan Kuantitas Air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Klasifikasi kualitas air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dibagi
menjadi 3 jenis yaitu bersih, keruh, dan kotor. Persentase jumlah responden yang memberikan pendapat mengenai kualitas air dapat dilihat pada Tabel 10.
34
Tabel 10. Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kualitas Air No 1 2 3
Klasifikasi Kualitas Air Bersih Bersih Keruh Kotor Total
Jumlah (orang) 23 36 11 70
Persentase (%) 33 51 16 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 36 orang memberikan penilaian terhadap kualitas air yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen masih keruh dengan persentase 51 persen, sedangkan sebanyak 11 orang mengatakan kualitas air masih kotor dengan persentase 16 persen. Tingkat kekeruhan air ini bisa disebabkan karena sumber air yang berasal dari sungai. Kuantitas air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu sedikit, sedang, dan banyak. Persentase kuantitas air dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Klasifikasi Pendapat Responden Mengenai Kuantitas Air No 1 2 3
Klasifikasi Kuantitas Air Bersih Sedikit Sedang Banyak Total
Jumlah (orang) 10 33 27 70
Persentase (%) 14 47 39 100
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Tabel 11 menunjukkan responden sebanyak 33 orang dengan persentase 47 persen mengatakan bahwa kuantitas atau ketersediaan air di Fakultas Ekonomi dan Manajemen dalam kapasitas sedang. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketersediaan air masih dalam kapasitas cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari. 5.6
Analisis Pemanfaatan Berdasarkan hasil uji laboratorium PROLINK Fakultas Perikanan dan
Kelautan IPB pada tanggal 23 januari 2013 menggunakan 5 parameter yaitu TDS (Total Dissolved Solid / Zat Padat Terlarut), DHL, kekeruhan, pH, kesadahan total, dan nilai permanganat (TOM) tercatat bahwa terdapat beberapa nilai yang dapat dibandingkan terhadap baku mutu air. Hasil uji laboratorium dapat dilihat pada Tabel 12 dibawah ini.
35
Tabel 12. Hasil Uji Laboratorium PROLINK mengenai Kadar Air AC. No,
Parameter
Satuan
DL
M.184-1 Air AC
Baku Mutu *)
1
Padatan terlarut (TDS) +
mg/L
10
14
500
2
DHL
µs/cm
0
28
-
3
Kekeruhan +
NTU
0.10
0.33
5
4
Kesadahan Total + Nilai Permanganat (TOM)
mgCaCO3/L mgKMnO4/ L
8.00
20.82
500
2.53
<2,53
10
5
Sumber : Hasil Uji Laboratorium PROLINK (2013) Keterangan:
+
:Parameter Terakreditasi
DL :Deteksi Limit *)
:Baku Mutu Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI. nomor 492 / MENKES / PER / IX / 2010 tanggal 19 April 2010
Tabel 12 menjelaskan bahwa berdasarkan uji mengenai baku mutu air untuk penggunaan air minum menurut Menteri Kesehatan RI. nomor 492 / MENKES / PER / IX / 2010 tanggal 19 April 2010 dari hasil kelima parameter baku mutu air, air buangan AC memenuhi syarat karena berada dibawah baku mutu air bersih dan dapat digunakan kembali. Namun kelima uji laboratorium baku mutu air bersih tersebut hanya berupa uji laboratorium standar untuk penggunaan sebagai air rumah tangga seperti kegiatan mencuci dan penggunaan lainnya. Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP-02/MENKLH/I/1988 BAB II Pasal 2 mengenai Baku Mutu Air pada Sumber Air, air buangan AC termasuk kedalam golongan B yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.Hasil perhitungan secara manual dalam menentukan air buangan AC dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah Air Buangan Air Conditioner (AC) per jam PK 0,5 1 1,5 2
Jumlah Air Buangan AC (liter) dalam suhu (°C) 20 21 22 23 1,0 0,8 0,5 0,1 1,4 1,0 0,7 0,1 1,4 1,0 0,8 0,1 1,6 1,3 1,0 0,3
Sumber: Hasil Analisis Data (2013)
24 0,1 0,1 0,1 0,2
36
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa semakin rendah suhu yang digunakan maka rata- rata air buangan yang dihasilkan akan semakin banyak. Air yang dihasilkan dengan asumsi pemakaian AC dalam suhu 20o yaitu sebesar 251.939,2 liter/tahun dan pendapatan yang dihasilkan dari pemanfaatan air buangan AC yaitu Rp 594.576,512,-/ tahun. Hasil analisis data secara lengkap disajikan pada Lampiran 4 dan total kapasitas air buangan AC disajikan pada Lampiran 5. Air buangan AC sendiri telah dipergunakan oleh laboratorium PROLINK sebagai air aquades dengan melalui proses destilasi. Penggunaan air buangan AC sebagai alternatif air aquades dapat menghemat biaya untuk membeli air aquades sebesar Rp 2.000,00/liter. Berdasarkan penelitian penggunaan air bersih terbesar di fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB adalah sebagai toilet, sedangkan penggunaan lain sebagai air untuk kebersihan dan menyiram tanaman. Penggunaan air buangan AC dapat digunakan sebagai alternatif air bersih untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman, sedangkan penggunaan untuk air baku minum harus menggunakan penelitian lebih lanjut karena ada beberapa uji yang harus dilakukan agar air buangan AC dinyatakan sebagai air baku minum. Langkah selanjutnya adalah bagaimana cara untuk mengkolektivitas atau mengumpulkan air. Selama ini Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB air buangan AC hanya dibuang melalui pipa saluran air, hanya beberapa ruangan yang menggunakan ember sebagai alat penampungan air. Namun penggunaan ember tersebut tidak diperhatikan kebersihannya. Maka perlu adanya beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk kolektivitas air buangan AC sehingga dapat digunakan kembali sebagai air bersih. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam melakukan kolektivitas, yaitu: 1.
Alternatif pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat penampungan air buangan AC seperti penampungan air hujan, dengan membuat sebuah bangunan berbentuk persegi empat dengan kapasitas air sebesar 4 m3 kemudian disalurkan ke toilet dengan menggunakan pompa dari penampungan tersebut. IPB telah melakukan hal tersebut yang digunakan untuk penampungan air bersih agar ketersediaanya tetap ada
37
ketika terjadi masalah dalam kurangnya ketersediaan air bersih. Tapi belum untuk digunakan untuk menampung air buangan AC. 2.
Alternatif kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan tangki air yang biasa digunakan sebagai penyedia air ketika ketersediaan air sedikit. Tangki air ini sebanyak 1 unit untuk penampungan air buangan AC yang disalurkan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Air buangan disalurkan melalui pipa menuju tangki air, lalu disalurkan kembali ke toilet.
3.
Alternatif ketiga yaitu dengan menggunakan ember air pada setiap saluran air buangan yang terdapat di AC. Penggunaan ember untuk menampung air buangan AC telah dilakukan namun hanya beberapa ruangan saja yang menggunakannya, dan tidak diperhatikan masalah kebersihan ember tersebut. Ketiga alternatif tersebut merupakan alternatif yang memungkinkan untuk
dilakukan di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Pada saat ini air buangan AC belum dimanfaatkan sehingga sumberdaya tersebut terbuang percuma padahal terdapat berbagai peluang seperti terlihat pada Lampiran 6.
38
39
VI. ANALISIS EKONOMI PEMANFAATAN AIR BUANGAN PENDINGIN RUANGAN 6.1
Analisis Willingness to Pay (WTP) Responden dengan Pendekatan Contingent Valuation Method (CVM) Pendekatan CVM dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis
WTP responden dan mendapatkan nilai ekonomi yang terdapat pada air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Langkah-langkah hasil pelaksanaan dalam metode CVM sebagai berikut: 1.
Membangun Pasar Hipotesis Penggunaan kembali air buangan AC merupakan salah satu bentuk
alternatif pemanfaatan sumberdaya daya air. Melalui uji laboratorium pada tanggal 22 Januari 2013 yang dilakukan oleh peneliti, air buangan AC dapat digunakan sebagai air yang diperuntukkan untuk kegiatan rumah tangga. Kolektivitas air buangan AC ini memberikan manfaat bagi masyarakat dalam kampus dari segi ekonomi dan lingkungan. Jika pemanfaatan kembali air AC ini dilakukan maka akan ada penghematan penggunaan sumberdaya air bersih dari Water Treatment Plant untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman, selain itu air buangan AC tidak akan terbuang secara percuma dan bisa digunakan sebagai alternatif air bersih ketika air bersih sudah dibatasi penggunaannya di IPB. Untuk itu perlu upaya yang dilakukan masyarakat dalam kampus untuk pemanfaatan air buangan AC. Upaya tersebut adalah membayar jasa lingkungan untuk memanfaatkan kembali air buangan AC. 2.
Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan
metode tawar menawar (bidding game), yaitu suatu metode dimana jumlah yang semakin tinggi dari nilai awal disarankan pada responden sampai nilai WTP maksimum dari responden didapatkan dalam upaya pemanfaatan kembali air buangan AC sebagai alternatif air bersih. Adapun besarnya nilai yang ditawarkan paling tinggi sebesar Rp. 40,-/ember sedangkan untuk nilai yang paling rendah sebesar Rp. 15,-/ember, dimana 1 ember sama dengan 10 liter air. Nilai yang ditawarkan tersebut berdasarkan nilai air bersih IPB yang digunakan
pelaku
40
usaha yang terdapat di IPB yaitu sebesar Rp 4.500,-/m3 atau Rp 4,5/Liter, namun karena air buangan AC termasuk ke dalam limbah maka nilai yang ditawarkan berada dibawah nilai air bersih. 3.
Menghitung Dugaan Nilai Rata-rata WTP Dugaan nilai dugaan rataan WTP / EWTP responden dihitung berdasarkan
data distribusi WTP responden. Kelas WTP didapat dengan menentukan terlebih dahulu nilai terkecil hingga terbesar nilai WTP yang ditawarkan kepada responden. Hasil yang didapat bahwa nilai rataan WTP (EWTP) sebesar Rp. 2,36/liter. Nilai WTP yang diperoleh sebesar Rp. 2,36/liter ini sudah termasuk nilai dari jasa lingkungan, pengelolaan sumberdaya air, dan biaya administrasi pemanfaatan air. Besaran nilai tersebut seharusnya ditafsirkan secara hati-hati berdasarkan tingkat pendapatan responden. Berdasarkan asumsi tingkat populasi pegawai dan mahasiswa sebanyak 1.734 orang maka nilai total WTP yang didapat adalah Rp 4.092,24,-/liter. Besarnya nilai WTP rsponden dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Distribusi WTP Responden Fakultas Eknomi dan Manajemen IPB Nomor 1 2 3 4 5 6
Kelas WTP (Rupiah/Liter) 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 TOTAL
Frekuensi (Responden) 23 13 12 10 7 5 70
Frekuensi Relatif (Pfi) 0,33 0,19 0,17 0,14 0,10 0,07 1,00
Jumlah (Rupiah/Liter) 0,49 0,37 0,43 0,43 0,35 0,29 2,36
Sumber: Hasil Analisis Data, 2013 Berdasarkan Tabel tersebut diatas, responden menilai harga sumberdaya air buangan AC sebesar Rp. 2,36 per liter. Data WTP responden staf disajikan pada Lampiran 7 dan data WTP responden mahasiswa disajikan pada Lampiran 8. 4.
Menduga kurva WTP Kurva WTP responden berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah
responden yang memilih nilai WTP. Kurva permintaan WTP terhadap pembayaran jasa lingkungan dapat dilihat pada Gambar 3.
41
Gambar 2. Kurva Permintaan WTP Berdasarkan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit jumlah responden membayar WTP maka semakin tinggi nilainya. Responden lebih bersedia membayar pada tingkat nilai yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat nilai tertinggi. 6.2
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden dianalisis
menggunakan regresi berganda dengan menduga tujuh variabel independen yaitu umur, tingkat pendapatan, biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih, jarak terhadap sumber air bersih, waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air bersih, jumlah air yang digunakan (dalam satuan per-ember), dan jenis kelamin. Berdasarkan analisis regresi berganda yang terlampir pada Lampiran 9. penelitian ini menghasilkan model yang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai R2 sebesar 81,8 persen dan R2 (adj) sebesar 79,7 persen yang artinya bahwa keragaman WTP responden dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independen yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya sebesar 18,2 persen diterangkan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhitung yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar 39,76 dengan Sig 0.000 yang berarti bahwa variabel-variabel independen dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP reponden terhadap pembayaran air buangan AC yang dilakukan pada taraf nyata α = 1 persen. Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 15.
42
Tabel 15. Hasil Analisis Nilai WTP Responden terhadap air Buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Predictor Constant
Coef
SE Coef
T
P
VIF
Keterangan
1,2228
0,2592
4,72
0,000
0,012216
0,009924
1,23
0,223
5,8 Tidak Berpengaruh
TP
0,00000048
0,00000008
5,88
0,000
5,8 Berpengaruh Nyata*
Biaya
0,00005892
0,00003442
1,71
0,092
1,2 Berpengaruh Nyata**
Jarak
-0,0000645
0,0003964
-0,16
0,871
2,8 Tidak Berpengaruh
Waktu
-0,01189
0,01083
-1,1
0,277
2,6 Tidak Berpengaruh
PA
-0,11058
0,08493
-1,3
0,198
1,1 Tidak Berpengaruh
JK
-0,08177
0,08994
-0,91
0,367
1,0 Tidak Berpengaruh
Umur
Sumber: Hasil Analsis Data, 2013 Keterangan : * Pada tingkat taraf nyata 1 persen ** Pada tingkat taraf nyata 10 persen Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinear dilakukan dengan menggunakan uji VIF. Jika suatu model memiliki VIF < 10 maka variabel independen tidak mengalami multikolinear dengan variabel independen lainnya. Dalam model nilai VIF lebih kecil dari 10 maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi multikolinear. Uji kenormalan dapat dilihat dari grafik scatterplot yang terpencar dan tidak membentuk pola tertentu pada Lampiran 10. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai statistik Kolmogorov-Smirnov yaitu sebesar 0,064. Nilai ini lebih kecil dari nilai Kolmogorov-Smirnov tabel sebesar 0,160 dari taraf nyata α = 5 persen sehingga dapat dijelaskan bahwa model ini mengikuti distribusi normal, tabel One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat dilihat pada Lampiran 11. Model yang dihasilkan dalam analisis adalah: WTP = 1,22 + 0,0122 Umur + 0,00000048 TP + 0,000059 Biaya – 0,000065 Jarak – 0,0119 Waktu – 0,111 PA – 0,0818 JK Model menunjukkan variabel yang berpengaruh nyata terhadap WTP adalah tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih. Variabel tingkat pendapatan memiliki nilai sig sebesar 0,000 yang artinya bahwa variabel berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 1 persen. Nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya peningkatan tingkat pendapatan responden sebesar satu
rupiah akan
meningkatkan nilai WTP
43
reponden sebesar Rp 0,00000048/liter. Hal ini dikarenakan pendapatan yang tinggi akan membuat responden memiliki dana lebih untuk membayar penggunaan air buangan AC. Variabel biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih memiliki nilai Sig sebesar 0,092 yang artinya bahwa variabel tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf nyata α = 10 persen. Nilai koefisien bertanda positif (+) yang artinya semakin meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih, maka akan meningkatkan nilai WTP responden sebesar Rp 0,00005892/liter. Variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP adalah umur, jarak terhadap air bersih, waktu yang diperlukan untuk mendapatkan air bersih, penggunaan air, dan jenis kelamin. Variabel tersebut memiliki nilai Sig yang lebih besar dari taraf nyata α = 10 persen, sehingga variabel tersebut dapat diabaikan secara statistik. Hasil perhitungan nilai WTP ini dapat digunakan dalam perhitungan analisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC sebagai pendapatan. Pemanfaatan kembali air AC ini sebagai salah satu alternatif penggunaan air bersih di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, maka perlu adanya kolektivitas air AC. 6.3
Analisis Ekonomi Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
6.3.1
Aspek Pemanfaatan Air Buangan AC Aspek pemanfaatan air buangan AC ini dilakukan untuk mengetahui
kelayakan pemanfaatan air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Analisis aspek pemanfaatan air buangan AC mencakup aspek hukum, aspek teknis, aspek pasar, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, dan aspek lingkungan. 1.
Aspek Hukum Pemanfaatan air buangan AC ini tidak memiliki badan hukum atau usaha
yang resmi. Perizinan pembuatan kolektivitas air buangan AC ini berupa perizininan pembuatan tempat penampungan air buangan AC kepada pihak Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pihak sarana dan properti IPB untuk
44
kolektivitas pertama yaitu berupa pembuatan sebuah bangunan. Kolektivitas kedua dan ketiga dapat melakukan perizinan terhadap Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB karena hanya berupa toren air dan ember penampungan saja. Berdasarkan hal tersebut maka kolektivitas pemanfaatan air buangan AC layak untuk dijalankan. 2.
Aspek Teknis Aspek teknis dalam pemanfaatan air buangan AC yang dikaji berkaitan
dengan pemilihan lokasi dan tata letak kolektivitas air buangan AC , peralatan dan proses pembuatan kolektivitas air buangan AC dan Jumlah air buangan yang dihasilkan. Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen-komponen dari aspek teknis. a)
Pemilihan Lokasi dan Tata Letak Kolektivitas air buangan AC Lokasi pembuatan kolektivitas air buangan AC yaitu di Lingkungan
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Tata letak kolektivitas pemanfaatan air buangan AC ini berbeda-beda sesuai dengan 3 alternatif yang dilakukan. Alternatif pertama berupa sebuah bangunan dengan kapasitas air sebesar 4 m3 dapat dilakukan di lahan yang kosong di sekitar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, pembuatan bangunan ini tidak memerlukan lahan yang besar. Alternatif kedua berupa toren air dengan kapasitas 1000 liter diletakkan pada lantai bawah di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB karena untuk mengalirkan air dari setiap AC ruangan di Fakultas. Alternatif ketiga berupa ember penampungan, ember ini diletakkan pada setiap AC di fakultas. b)
Bahan Baku, Peralatan, dan Proses Pembuatan Ketersediaan bahan baku berbeda beda menurut alternatif yang dijalankan.
Bahan baku dan peralatan alternatif pertama berupa bangunan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Bahan Baku Alternatif Pertama No 1 2 3 4 5 6
Bahan Baku Pembuatan Semen (sack) Pasir (m3) Kerikil (m3) Besi Beton (6mm) Besi Beton (8mm) Kawat Beton (kg)
Jumlah yang dibutuhkan 25 7 3 16 8 2
45
No
Bahan Baku Pembuatan
7 8 9 10 11
Batu Bata (buah) Pompa Air (unit) Keran Air (buah) Pipa GL (batang) Selang (m)
Jumlah yang dibutuhkan 1.800 2 4 100 5
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Pembuatan dilakukan selama 3 hari dengan membutuhkan sekitar 4 orang tenaga kerja bangunan. Pembuatan ini berupa bangunan berbentuk persegi empat dengan kapasitas penampungan air sebanyak 4 m 3 atau 4.000 liter. Air disalurkan dari setiap AC menuju bangunan tersebut, kemudian air buangan AC dapat digunakan langsung melalui kran air pada bangunan tersebut. Bahan baku dan peralatan untuk alternatif kedua dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Bahan Baku Alternatif kedua No 1 2 3
Bahan Baku Pembuatan Tangki Air 1000 Liter (unit) Pipa GL (batang) Keran air (buah)
Jumlah yang dibutuhkan 1 100 5
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Pembuatan alternatif kedua dilakukan dalam jangka waktu sehari dengan membutuhkan 3 pekerja. Jumlah tenaga kerja ini dibagi menjadi 1 orang pekerja melakukan pemasangan toren air, dan 2 orang pekerja melakukan pemasangan selang. Proses penyaluran air ini sama seperti alternatif pertama yaitu air disalurkan dari setiap AC menuju toren air, namun pada alternatif ini air disalurkan kembali ke toilet. Bahan baku dan peralatan alternatif ketiga dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Bahan Baku Alternatif Ketiga No 1 2 3
Bahan Baku Pembuatan Ember Selang (meter) Pipa GL (batang)
Jumlah yang dibutuhkan 100 5 31
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Pembuatan alternatif ketiga dilakukan dalam jangka waktu sehari. Alternatif ketiga berupa kolektivitas air menggunakan ember penampungan ini hanya berupa menyiapkan ember pada setiap AC agar air yang dikeluarkan dapat ditampung oleh ember tersebut.
46
c)
Jumlah Air Buangan AC Air yang dihasilkan dengan asumsi pemakaian AC dalam suhu 20o yaitu
sebesar 251.939,2 liter/tahun. Pendapatan yang dihasilkan dari pemanfaatan air buangan AC dengan asumsi pemakaian AC dalam suhu 20o yaitu Rp 594.576,512,-/ tahun. 3.
Aspek Pasar Permintaan terhadap air bersih saat air dibatasi atau ketika air sungai
sedang surut sangat meningkat, karena permintaan tetap sedangkan kapasitas air tidak memadai. Sumberdaya alternatif air bersih menjadi bernilai dan dibutuhkan. AC menghasilkan output berupa air limbah namun telah diuji layak untuk digunakan untuk toilet dan kebersihan karena berada dibawah baku mutu standar, sedangkan untuk air konsumsi perlu dilakukan beberapa uji yang lebih spesifik. 4.
Aspek Manajemen Aspek manajemen pada pemanfaatan air buangan AC tidak memiliki
struktur organisasi yang baku. Pemanfaatan air ini menjadi tanggung jawab fakultas. Tenaga kerja yang melakukan pemantauan terhadap kegiatan operasional secara berkala dalam kebersihan penampungan air tersebut ialah staf dari fakultas. 5.
Aspek Ekonomi dan Sosial Pemanfaatan air buangan AC jika dilihat dari aspek sosial belum memiliki
kontribusi sosial yang dapat dirasakan. Karena belum dilakukannya pemanfaatan air buangan AC. Hal ini hanya berupa menambah pengetahuan masyarakat bahwa air buangan AC masih dapat digunakan kembali. Pemanfaatan air buangan AC jika dilihat berdasarkan aspek ekonomi ini menghasilkan pendapatan yang masih sedikit, namun air ini dapat menjadi alternatif ketika tidak adanya air bersih atau pemakaian sedang dibatasi. Pendapatan ini dapat mengurangi biaya proses penyulingan air sungai menjadi air bersih walaupun hanya sedikit. 6.
Aspek Lingkungan Pemanfaatan air buangan AC berdasarkan aspek lingkungan ini menjadi
salah satu sumberdaya air baru yang dapat dimanfaatkan tanpa terbuang percuma. Limbah air ini tanpa melalui proses dapat langsung digunakan untuk keperluan
47
toilet dan kebersihan tanpa harus menggunakan air bersih. Pemanfaatan ini menjadi menguntungkan bagi lingkungan. 6.4.2
Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
a)
Komponen Inflow Pendapatan yang dihasilkan dari 3 alternatif pemanfaatan air buangan AC
yaitu sebesar Rp. 594.576,51 / tahun dengan masing-masing umur proyek yang berbeda yaitu 20 tahun untuk alternatif 1, 10 tahun untuk alternatif 2 dan alternatif 3. Nilai tersebut didapat dari responden dengan menilai harga sumberdaya air buangan AC sebesar Rp. 2,36 per liter dan air yang dihasilkan dengan asumsi pemakaian AC dalam suhu 20o yaitu sebesar 251.939,2 liter/tahun. b)
Komponen Outflow Pengeluaran masing-masing alternatif memiliki nilai yang berbeda.
Pengeluaran dalam pemanfaatan air buangan AC merupakan biaya investasi pembuatan alternatif penampungan air buangan AC. Pada alternatif 1 berupa pembuangan penampungan air menggunakan bangunan terdiri dari biaya investasi input dan alat, dan biaya tenaga kerja untuk pembuatan bangunan tersebut memiliki biaya sebesar Rp 10.118.000,- . Pada alternatif 2 dengan menggunakan toren air biaya yang dibutuhkan terdiri dari biaya investasi input dan alat, dan biaya upah tenaga kerja yaitu sebesar Rp. 2.687.500,- . Pada alternatif 3 yaitu dengan menggunakan ember biaya biaya yang dibutuhkan hanya terdiri dari biaya investasi input dan alat yaitu sebesar Rp 2.067.500,-. c)
Kriteria Kelayakan Perhitungan kelayakan ekononomi dilakukan dengan melihat pendapatan
yang dihasilkan dari nilai air buangan AC dan alternatif pembuatan 3 kolektivitas air buangan AC yaitu alternatif 1 pembuatan bangunan, alternatif 2 menggunakan toren air, dan dan alternatif 3 menggunakan ember. Pemilihan 3 alternatif ini dilakukan dengan alasan alternatif yang paling memungkinkan untuk dilakukan. Hasil perhitungan analisis kelayakan pemanfaatan air buangan AC dapat dilihat pada Tabel 19.
48
Tabel 19. Hasil Perhitungan Analisis Kelayakan Pemanfaatan Air Buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Alternatif Penampungan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Kriteria Kelayakan NPV (Rupiah) Net B/C -2695459,91 0,53401641 1858711,545 1,93915877 2473354,944 2,77576967
IRR (%) 2,00 24,00 38,17
Kelayakan Tidak Layak Layak Layak
Sumber: Hasil Analisis Data (2013) Berdasarkan Tabel 19 hasil perhitungan kriteria investasi yang telah dilakukan dengan umur proyek yang berbeda berdasarkan umur teknis input yang paling lama yaitu alternatif 1 selama 20 tahun, alternatif 2,dan alternatif 3 selama 10 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kolektifitas pemanfaatan air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB dapat menghasilkan keuntungan melalui kolektifitas alternatif 2 dan 3. Saat ini air buangan AC memiliki nilai yang sangat kecil, namun memiliki potensi untuk penggunaan sebagai air bersih. Nilai NPV berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan pada alternatif 2 dan 3 memiliki nilai positif sebesar Rp 1.858.711,55 dan Rp 2.473.354,94 yang artinya NPV>0 maka alternatif 2 dan 3 layak untuk dilakukan, sedangkan pada alternatif 1 menujunkkan nilai negatif sebesar – Rp 2.695.459,91 yang artinya nilai NPV<0 dan tidak layak untuk dilakukan. Rincian hasil perhitungan NPV pemanfaatan nilai air buangan AC disajikan pada Lampiran 12, 13, dan 14. Perhitungan Net B/C dari kedua alternatif yang dilakukan menghasilkan nilai yang berbeda, sehingga berdasarkan kriteria Net B/C alternatif 2 dan 3 layak untuk dijalankan dan alternatif 1 tidak layak dijalankan. Nilai Net B/C tertinggi terdapat pada alternatif 3 yaitu sebesar 2,78 satuan dan pada alternatif 2 sebesar 1,94. Hal ini menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk pemanfaatan air buangan AC pada aternatif 3 dapat mendatangkan keuntungan sebesar 2,78 satuan dan 1,94 untuk alternatif 2, sedangkan pada alternatif 1 hanya mendatangkan keuntungan sebesar 0,53 sehingga tidak layak untuk dilakukan karena Net B/C<1. Rincian hasil perhitungan Net B/C pemanfaatan nilai air buangan AC disajikan pada Lampiran 12, 13, dan 14. Nilai IRR pada alternatif 2 dan 3 bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengembalian investasi terbesar yang ditanamkan pada alternatif 3 sebesar 38,17 persen dan pada alternatif 2 sebesar 24 persen. Pada alternatif 1
49
tingkat pengembalian investasi lebih kecil dari tingkat suku bunga yaitu sebesar 2 persen. Rincian hasil perhitungan IRR pemanfaatan nilai air buangan AC disajikan pada Lampiran 12, 13, dan 14. Dari hasil perhitungan analisis kelayakan tersebut dapat dilihat bahwa alternatif 2 dan 3 layak untuk dilakukan dan menghasilkan keuntungan, sedangkan
alternatif 1 tidak layak untuk dilakukan dan tidak menghasilkan
keuntungan. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu dengan
memanfaatkan
investasi yang sudah ada maka dapat dikatakan bahwa investasi bernilai nol, pemanfaatan air buangan 594.576,51/tahunnya.
AC ini dapat menguntungkan yaitu sebesar Rp
50
51
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hasil uji laboratorium mengenai 5 uji indikator yaitu padatan terlarut, DHL, kekeruhan, kesadahan total, dan nilai permangat, hasilnya berada dibawah batas kadar maksimum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492 / MENKES / PER / IX / 2010 tanggal 19 April 2010. Pemanfaatan yang dapat dilakukan pada air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen yaitu penggunaan untuk toilet, menyiram tanaman, dan air untuk kebersihan. Alternatif kolektivitas yang dapat dilakukan yaitu membuat tempat penampungan air seperti tempat penampungan air hujan, menggunakan toren air, dan menggunakan ember pada setiap AC. Jumlah yang dihasilkan dengan asumsi pemakaian AC dalam suhu 20o yaitu sebesar 251.939,2 liter/tahun.
2.
Penggunaan metode CVM menghasilkan nilai rataan WTP responden sebesar Rp 2,36/liter yang artinya setiap anggota Fakultas Ekonomi dan Manajemen (dosen, staf, dan mahasiswa) bersedia membayar air buangan AC sebagai alternatif air bersih dalam pemanfaatannya sebesar Rp 2,36/liter.
3.
Faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi besarnya nilai WTP terhadap air buangan AC adalah tingkat pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih
4.
Hasil analisis kelayakan proyek pada alternatif 2 dan 3 yaitu dengan menggunakan toren air dan ember sebagai alat untuk kolektivitas air buangan AC dikatakan layak dan dapat dilakukan, sedangkan untuk alternatif 1 tidak layak untuk dilakukan.
52
7.2
Saran Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat
disarankan: 1.
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kadar zat padat terlarut dan kualitas air buangan AC agar dapat dimanfaatkan sebagai air minum.
2.
Perlu dilakukan pengaturan kelembagaan dalam pengelolaan sumberdaya air buangan AC sehingga pemanfaatannya dapat dilakukan secara baik.
3.
Perlu adanya pemanfaatan dan pengelolaan yang dilakukan terhadap air buangan AC agar dapat dirasakan manfaatnya untuk keperluan penggunaan air bersih di Institut Pertanian Bogor.
53
DAFTAR PUSTAKA Ariza, U. 2007. Analisis Pengaruh Rebranding Terhadap Brand Equity Air Conditioner (AC) Panasonic. Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Falah, L. M. 2009. Pembuatan AQUADM (Aquademineralized) dari Air AC (Air Conditioner) Menggunakan Resin Kation dan Anion. Skripsi. Jurusan Kimia. Universitas Diponegoro. Semarang. Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Firdaus, M. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. PT Bumi Aksara. Jakarta Gray, C. P. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hanley N, CL. Spash. 1993. Cost-Benefit Analysis and Environmental. England: Edwaard Elgar Publising Husnan S, Suwarsono.1994. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Revisi. UPP AMP KYPN, Yogyakarta. Husnan S, Muhammad S. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Edisi Keempat. Cetakan Pertama. UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Kedua. Rineka Ciptaka, Jakarta. Juanda, B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Edisi 2001. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kadariah L, Karlina, Gray C. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Kasmir, Jaffar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Edisi Kedua. Cetakan Keenam. Kencana Prenada Media, Jakarta. Keown A J. 2010. Manajemen Keuangan: Prinsip dan Penerapan. Cetakan Pertama. Widodo M P. Indeks, Jakarta. Lestari, A. B. 2009. Potensi Penggunaan Kembali Air Limbah: Stidu Kasus Industri Polipropilena PT. Tripolyta Indonesia, TBK. Tesis. Mahida, U. N. 1992. (Terjemahan dari : G. A. Ticolu). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali. Jakarta. Program Studi
54
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mardiyatuljanah M. 2009. Studi Kelayakan Ekonomi Proyek Pompanisasi Desa Keboncau Kecamatan Ujungjaya Kabupaten Sumedang. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Margaretta, S. 2013. Analisis Ekonomi Usahatani Jamur Tiram Putih di Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mustafa H. 2000. Teknik Sampling. Artikel. http://www.home.unpar.ac.id Nasution S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta Purnama, P. M. 2013. Pola Pemanfaatan dan Penilaian Ekonomi Sumberdaya Air Taman Hutan Raya IR. H. Djuanda, Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sanim, B. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Kajian Praktis). Penerbit IPB Press, Bogor. Sari, I. N. 2011. Analisis Ekonomi Usahatani Padi Semi Organik dan Anorganik pada Petani Penggarap (Studi Kasus Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor). Skripsi. Jurusan Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press. Jakarta. Suparmoko. 2008. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Suatu Pendekatan Teoritis. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta. Umar, H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. PT Raja Grasindo Persada. Jakarta. Yakin, A. 2004. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan : Teori Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Pressindo. Jakarta.
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1. Lokasi Penelitian
Keterangan: =
Lokasi Penelitian ( Fakultas Ekonomi dan Manajemen)
57
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Hari/Tanggal: ........................... INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kamper level 5 Wing 5 kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telp. (0251) 8621 834, Fax (0251) 8421 762
KUESIONER VALUASI NILAI EKONOMI AIR BUANGAN PENDINGIN UDARA (AIR CONDITIONER) (STUDI KASUS: FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR) No Responden
:
Nama Responden
:
1. Karakteristik Responden a) Umur Responden
:
b) Departemen
:
c) Jenis Kelamin
:
d) Berat Badan
:
e) Berapakah pendapatan Anda perbulan? a. < Rp 500.000,00
Tepatnya Rp ……………
b. Rp 500.000,00 - Rp 1.000.000,00
Tepatnya Rp ……………
c. Rp 1.000.000,00 - Rp 1.500.000,00
Tepatnya Rp ……………
d. > Rp 1.500.000,00
Tepatnya Rp ……………
2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Keinginan Seseorang Terhadapa Willingness To Pay (WTP)
1. Pernahkah bapak/Ibu mengalami kesulitan mendapatkan air untuk kebutuhan MCK ? a. Ya
b. Tidak
58
2. Berapa biaya yang anda butuhkan untuk mendapatkan air bersih ketika penggunaan air bersih toilet FEM kering atau dibatasi ? (misalnya: uang makan, atau uang bensin ketika pulang ke rumah untuk mendapatkan air) Jawab : Rp ………………………….. 3. Berapa jarak yang anda butuhkan untuk mendapatkan air bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi atau keadaan tidak ada air di toilet FEM? (misalnya: jarak dari ruangan hingga tempat yang dituju) Jawab: ……………….. Meter/Km 4. Berapa waktu yang anda butuhkan untuk mendapatkan air bersih ketika penggunaan air bersih dibatasi ? Jawab: …………….. menit 5. Keperluan penggunaan air bersih: (boleh lebih dari 1) a. Toilet b. Mandi c. Wudhu d. Menyiram tanaman e. lainnya ………………………………… 6. Berapa jumlah penggunaan air bersih yang dibutuhkan selama sehari ? (keterangan: 10 gayung = 1 ember) Jawab: ………………... ember 7. Bagaimana ketersediaan air toilet yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen? a. Sedikit b. Sedang c. Banyak keterangan: ………………………………………… 8. Bagaimanakah kualitas air toilet yang terdapat di Fakultas Ekonomi dan Manajemen ? a. Kotor b. Keruh c. Bersih Jika keruh apa yang anda harapkan : …………………………………………
59
8. Untuk keinginan tersebut apakah anda bersedia membayar ? a. Ya Alasan: ………………………………………… b. Tidak Alasan: …………………………………………
3. Willingness To Pay (WTP) Responden Terhadap Pemanfaatan Air Buangan AC. Pasar Hipotetik Penggunaan kembali air buangan AC merupakan salah satu bentuk alternatif pemanfaatan sumberdaya daya air. Melalui uji laboratorium air AC termasuk kedalam Golongan 1 yang artinya masih bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti : Toilet, industri, dan lain-lain. Kolektifitas air buangan AC ini memberikan manfaat bagi masyarakat dalam kampus dari segi ekonomi dan lingkungan. Jika pemanfaatan kembali air AC ini dilakukan maka akan ada penghematan penggunaan sumberdaya air bersih dari Water Treatment Plant untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman, selain itu air buangan AC tidak akan terbuang secara percuma dan bisa digunakan sebagai alternatif air bersih ketika air bersih sudah dibatasi atau ketika sedang musim kemarau/kering penggunaannya di IPB. Untuk itu perlu upaya yang dilakukan masyarakat untuk pemanfaatan air buangan AC. Upaya tersebut adalah membayar jasa lingkungan untuk memanfaatkan kembali air buangan AC. 1. Apakah anda mengetahui air buangan AC masih dapat digunakan? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah anda mengetahui manfaat dari penggunaan air buangan AC? a. Ya, sebutkan ............................................................ b. Tidak 3. Apakah anda bersedia untuk menggunakan air buangan AC sebagai alternatif air bersih untuk toilet, kebersihan, dan menyiram tanaman di Fakultas Ekonomi dan Manajemen ? a. Ya
b. Tidak
60
4. Jika Ya, apakah anda bersedia untuk membayar sejumlah biaya pengelolaan penggunaan air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai alternatif air yang dapat digunakan untuk keperluan MCK ketika air bersih dibatasi penggunaannya atau dalam keadaan kering pada musim kemarau? a. Ya
b. Tidak
5. Jika Ya, berapakah nilai yang bersedia anda keluarkan untuk pengelolaan penggunaan air buangan AC di Fakultas Ekonomi dan Manajemen ketika dalam keadaan air tidak ada / sulit (dalam rupiah/ember) ? a. Rp. 15,00
c. Rp. 25,00
e. Rp. 40,00
b. Rp. 20,00
d. Rp. 35,00
f.lainnya ………………
61
Lampiran 3. Data Penggunaan Air Conditioner (AC) Data Penggunaan Air Conditioner (AC)
No
a)
Luasan Ruangan
:
b)
Paard Kracht (PK)
:
c)
Lama Penggunaan
:
Paard Kracht
Waktu Penelitian
(PK)
(Jam)
Suhu
Air yang dihasilkan (Liter)
62
Lampiran 4. Jumlah Air Buangan AC Jumlah Air Buangan (Liter) Suhu °C PK 20 21 22 0,5 1,0 1,5 2,0
1,0 liter 1,4 liter 1,4 liter 1,6 liter
0,8 liter 1,0 liter 1,0 liter 1,3 liter
0,5 liter 0,7 liter 0,8 liter 1,0 liter
23 0,1 liter 0,1 liter 0,1 liter 0,3 liter
24 0,1 liter 0,1 liter 0,1 liter 0,2 liter
Jumlah Sampel AC (unit) 1 3 2 2
Keterangan: 1.
Asumsi penggunaan AC = 8 Jam/hari
2.
Jumlah hari Penggunaan AC = 262 hari/tahun (dihitung berdasarkan hari kerja dalam setahun)
3.
Asumsi besarnya ruangan tidak mempengaruhi kapasitas air buangan AC
63 63
Lampiran 5. Total Kapasitas dan Pendapatan Nilai Air Buangan AC Suhu Kapasitas Pendapatan Air Buangan AC No PK °C (Liter) (Rupiah)
1
2
3
4
0.5
1
1.5
2
Jumlah AC
Total Pendapatan
(Unit)
(Rupiah)
20
2096,00
4946,56
21
1676,80
3957,25
22
1048,00
2473,28
76671,68
20
2934,40
6925,18
311633,28
21
2096,00
4946,56
22
1467,20
3462,59
155816,64
20
2934,40
6925,18
34625,92
21
2096,00
4946,56
22
1676,80
3957,25
19786,24
20
3353,60
7914,50
94973,95
21
2724,80
6430,53
22
2096,00
4946,56
Harga Air Buangan (Rupiah/Liter)
2,36
Total Air Conditioner
153343,36 31
45
5
12
122674,69
222595,20
24732,80
77166,34 59358,72
93
63
64
Lampiran 10 (lanjutan) Suhu
PK
20
0,5 1 1,5 2
Total
Suhu
PK
21
0,5 1 1,5 2
Total
Suhu
PK
22
0,5 1 1,5 2
Total
Total Kapasitas Air Buangan (Liter) 64976,00 132048,00 14672,00 40243,20 251939,20
Total Kapasitas Air Buangan (Liter) 51980,80 94320,00 10480,00 32697,60 189478,4
Total Kapasitas Air Buangan (Liter) 32488,00 66024,00 8384,00 25152,00 132048,00
Total Pendapatan (Rupiah) 153343.36 311633.28 34625.92 94973.95 594576.51
Total Pendapatan (Rupiah) 122674.69 222595.20 24732.80 77166.34 447169.03
Total Pendapatan (Rupiah) 76671.68 155816.64 19786.24 59358.72 311633.28
65
Lampiran 6. Alternatif Pemanfaatan Air Buangan AC
1. Air buangan AC dibuang percuma
3. Ember yang terisi penuh air buangan AC
2. Air buangan AC yang ditampung
4. Contoh alternatif 1 dengan menggunakan bangunan tampungan air buangan AC yang saat ini masih digunakan untuk penampungan air bersih.
6. Contoh Alternatif 3 dengan menggunakan ember 5. Contoh alternatif 2 dengan menggunakan Toren air
66
Lampiran 7. Willingness To Pay (WTP) Responden Pegawai Nomor
Umur (tahun)
Jenis kelamin (D)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
30 32 26 42 29 28 33 30 44 37 29 45 34 26 34 49 53 37 43 37 40 31 33 35 30 37 36 29 36 38 54 51 41 45 57 53 43 54 37 40
P L P P P P L P L L L P L L L P L P P L L L L L L P P P P L L L P P L P L L L P
Pendapatan/bulan (rupiah) B E B E B C B B D B B D B B C C D B D C C C B B B C C B C C E E D E E D D E C D
WTP (Rupiah/Liter) 2 1.5 1.5 1.5 4 1.5 4 1.5 2 1.5 1.5 3.5 1.5 1.5 3 3.5 1.5 1.5 2 3.5 2 1.5 2.5 3 2.5 3.5 3 3 3 2.5 1.5 4 2 2 1.5 2.5 2.5 2.5 1.5 2.5
67
Lampiran 8. Willingness To Pay (WTP) Responden Mahasiswa Nomor
Umur (tahun)
Jenis kelamin (D)
Pendapatan/bulan (rupiah)
WTP (Rupiah/Liter)
1
22
P
A
2
2
21
L
B
2.5
3
21
P
B
2
4
21
P
B
1.5
5
21
P
B
2
6
21
P
B
1.5
7
21
L
B
2.5
8
21
P
C
2
9
23
L
A
1.5
10
23
L
B
1.5
11
23
L
B
1.5
12
22
P
B
3
13
21
L
B
3
14
22
L
B
2
15
22
L
B
3
16
22
P
D
2.5
17
22
L
A
3
18
21
P
B
2
19
21
P
B
1.5
20
21
L
B
3.5
21
22
L
C
1.5
22
22
L
C
3.5
23
21
L
C
2.5
24
22
L
B
2.5
25
21
L
C
2
26
21
P
B
4
27
20
P
B
1.5
28
20
P
D
3
29
20
P
A
4
30
20
L
B
3.5
68
Lampiran 9. Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan software Minitab 14.0 The regression equation is WTP = 1.22 + 0.0122 Umur + 0.000000 Pendapatan + 0.000059 Biaya 0.000065 Jarak - 0.0119 Waktu - 0.111 Penggunaan Air - 0.0818 Jenis kelamin Predictor Constant Umur Pendapatan Biaya Jarak Waktu Penggunaan Air Jenis kelamin S = 0.365921
Coef 1.2228 0.012216 0.00000048 0.00005892 -0.0000645 -0.01189 -0.11058 -0.08177 R-Sq = 81.8%
SE Coef 0.2592 0.009924 0.00000008 0.00003442 0.0003964 0.01083 0.08493 0.08994
PRESS = 10.9259
T 4.72 1.23 5.88 1.71 -0.16 -1.10 -1.30 -0.91
P 0.000 0.223 0.000 0.092 0.871 0.277 0.198 0.367
VIF 5.8 5.8 1.2 2.8 2.6 1.1 1.0
R-Sq(adj) = 79.7%
R-Sq(pred) = 76.02%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 7 62 69
SS 37.2698 8.3017 45.5714
Source Umur Pendapatan Biaya Jarak Waktu Penggunaan Air Jenis kelamin
DF 1 1 1 1 1 1 1
Seq SS 31.4709 4.7969 0.2936 0.2601 0.1352 0.2024 0.1107
MS 5.3243 0.1339
F 39.76
P 0.000
Unusual Observations Obs 2 10 35 36
Umur 32.0 37.0 57.0 53.0
WTP 4.0000 3.0000 3.5000 2.5000
Fit 3.5623 2.2789 4.1905 3.5104
SE Fit 0.2224 0.1190 0.1489 0.1423
Residual 0.4377 0.7211 -0.6905 -1.0104
St Resid 1.51 X 2.08R -2.07R -3.00R
R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1.40860
69
Lampiran 10. Grafik Scatterplot dengan menggunakan software Minitab 14.0
Residual Plots for WTP Normal Probability Plot of the Residuals
Residuals Versus the Fitted Values
99.9
0.5
90
Residual
Percent
99
50 10 1 0.1
0.0 -0.5 -1.0
-1.0
-0.5
0.0 Residual
0.5
1.0
1
Histogram of the Residuals
2
3 Fitted Value
4
Residuals Versus the Order of the Data
16 12
Residual
Frequency
0.5
8 4 0
0.0 -0.5 -1.0
-0.8
-0.4
0.0 Residual
0.4
0.8
1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
Observation Order
70
Lampiran 11. Nilai Statistik Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan software Minitab 14.0
Probability Plot of RESI1 Normal
99.9
Mean StDev N KS P-Value
99 95
Percent
90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0.1
-1.0
-0.5
0.0 RESI1
0.5
1.0
-8.08877E-16 0.3469 70 0.064 >0.150
71
Lampiran 12. Analisis Kelayakan Alternatif 1 dengan Menggunakan Bangunan No Cashflow
Harga satuan (Rupiah)
Tahun
Jumlah
A INFLO W 1
1 594576,51
Air Buangan AC Nilai Sisa
B
594576,51 0
594576,51
TOTAL PENERIMAAN
2
0 594576,51
3 594576,51 0 594576,51
4 594576,51 0 594576,51
5 594576,51 0 594576,51
6 594576,51 0 594576,51
7 594576,51 0 594576,51
8 594576,51 0 594576,51
9 594576,51 0 594576,51
10 594576,51 0 594576,51
11 594576,51 0 594576,51
12 594576,51 0 594576,51
13 594576,51 0 594576,51
14 594576,51 0 594576,51
15 594576,51 0 594576,51
16 594576,51 0 594576,51
17 594576,51 0 594576,51
18 594576,51 0 594576,51
19 594576,51 0 594576,51
20 594576,51 0 605576,51
O UTFLO W Biaya Investasi
1
A Biaya Pembuatan Semen (sack)
63000
25
1575000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pasir (m3)
250000
7
1750000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kerikil (m3)
200000
3
600000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Besi Beton (6mm)
26000
16
416000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Besi Beton (8mm)
44000
8
352000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Kawat Beton (kg)
15000
2
30000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Batu Bata (buah)
550
1800
990000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Pompa Air (unit)
500000
2
1000000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
TO TAL BIAYA B
6713000
Biaya Investasi Alat Keran Air (buah)
7500
4
30000
0
0
0
0
30000
0
0
0
0
30000
0
0
0
0
30000
0
0
0
0
Pipa GL (batang)
27500
100
2750000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5000
5
25000
0
0
0
0
25000
0
0
0
0
25000
0
0
0
0
25000
0
0
0
0
Selang (m) TO TAL BIAYA INVESTASI C
2805000
Biaya Upah Tenaga Kerja Tukang Batu (orang/hari)
50000
3
450000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Tukang Gali Tanah (orang/hari)
50000
1
150000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
10118000
0
0
0
0
55000
0
0
0
0
55000
0
0
0
0
55000
0
0
0
0
TOTAL PENGELUARAN
PV NEGATIF
-9523423,49 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 539576,51 594576,51 594576,51 594576,51 605576,51 0,945626478 0,894209 0,845588 0,799611 0,756133 0,715019 0,676141 0,639377 0,604612 0,571737 0,54065 0,511253 0,483454 0,457167 0,432309 0,408803 0,386575 0,365555 0,345679 0,326883 -9005601,407 531675,9 502766,8 475429,6 449578,8 385807,6 402017,6 380158,5 359488 339941,3 291721,8 303978,8 287450,4 271820,7 257040,8 220580,5 229848,3 217350,7 205532,5 197952,7 6310141,494 -9005601,407
NPV NET B/C IRR
-2695459,91 0,53401641 2%
BENEFIT DISCOUNT FACTOR (5.75%) PV PV POSITIF
71
72
72
Lampiran 13. Analisis Kelayakan Alternatif 2 dengan Menggunakan Toren Air No Uraian 1 INFLOW Air Buangan AC Nilai Sisa Total Penerimaan 2 OUTFLOW Biaya Investasi A Biaya Pembuatan Penampungan Air Tangki Air 1000 Liter (unit) Pipa GL (batang) Keran air (buah) B Biaya Upah Tenaga Kerja Upah Tenaga Kerja Total Pengeluaran
Harga Satuan (Rupiah)
BENEFIT DISCOUNT FACTOR (5.75%) PV PV POSITIF PV NEGATIF
NPV NET B/C IRR
Jumlah
Tahun 2 3 4 5 6 7 8 9 10 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 1 594576,51
750000 17500 7500
1 100 5
750000 1750000 37500
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 37500
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
50000
3
150000 2687500
0 0
0 0
0 0
0 0
0 37500
0 0
0 0
0 0
0 0
-2092923,49 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 557076,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 0,945626478 0,89420944 0,84558812 0,79961051 0,75613287 0,71501927 0,67614115 0,63937697 0,6046118 0,57173692 -1979123,866 531675,927 502766,834 475429,63 449578,847 398320,439 402017,646 380158,531 359487,972 339941,345 3839377,171 -1979123,866
1860253,305 1,93993779 24%
73
Lampiran 14. Analisis Kelayakan Alternatif 3 dengan Menggunakan Ember No Uraian
Harga Satuan (Rupiah) Jumlah
1 INFLOW Air Buangan AC Nilai Sisa
Tahun 1 594576,51
2 594576,51
3 594576,51
4 594576,51
5 594576,51
6 594576,51
7 594576,51
8 594576,51
9 594576,51
10 594576,51
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51 594576,51
Total Penerimaan 2 OUTFLOW Biaya Pembuatan Penampungan Air Buangan Ember Selang (meter) Pipa GL (batang) Total Pengeluaran BENEFIT DISCOUNT FACTOR (5.75%) PV PV POSITIF PV NEGATIF NPV IRR NET B/C
15000
100
1500000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
5000
5
25000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
17500
31
542500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2067500
0
0
0
0
0
0
0
0
0
-1472923,49
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
594576,51
0,945626478 0,894209435 0,845588118 0,799610514 0,756132873 0,715019266 -1392835,45 531675,9269 502766,8339 475429,6302 449578,8465
0,67614115 0,639376974 0,604611795 0,571736922
425133,661 402017,6463 380158,5308 359487,9724 339941,3451
3866190,393 -1392835,45 2473354,944 38,17% 2,775769668
73
74
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 September 1990. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Agus Hidayat (Alm), dan Ibu Titin Hartini. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada tahun 2002 di SDN Polisi 5. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMP Negeri 5 Bogor pada tahun 2005, kemudian masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bogor pada tahun 2008, Penulis diterima masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 penulis masuk pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi kemahasiswaan seperti menjadi anggota divisi Public Relation (PR) Resources and Environmental Economics Students Accosiation (REESA) tahun 2009 - 2010, dan Wakil Ketua Resources and Environmental Economics Students Accosiation (REESA) pada tahun 2010 – 2011.