i
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN FRESTEA (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor)
RINDA CIPTA YUNIVA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Frestea (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Rinda Cipta Yunivia NIM H34100140
ii
ABSTRAK RINDA CIPTA YUNIVIA. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Frestea (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor). Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen yang melakukan pembelian Frestea, untuk mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Frestea, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian Frestea dan menganalisis sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh Frestea. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis deskriptif, analisis multiatribut Fishbein dan analisis faktor. Karakteristik konsumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, daerah asal, tempat tinggal, pengeluaran per bulan dan sumber dana. Berdasarkan analisis multiatribut Fishbein, nilai sikap konsumen terhadap Frestea sangat baik dengan skor sebesar 211.81. Berdasarkan hasil analisis faktor terdapat tiga faktor yang terbentuk seperti faktor pengaruh lingkungan sekitar dan sosial, faktor psikologis, dan faktor perbedaan individu. Kata kunci: analisis faktor, Frestea, multiatribut Fishbein, keputusan pembelian
ABSTRACT RINDA CIPTA YUNIVIA. Analysis of Factors Influencing Consumers’ Behavior Towards Buying Decision of Frestea (Study Case of Students of Bachelor Degree of Bogor Agricultural University. Supervised by RACHMAT PAMBUDY. The purpose of this research were to identify the consumer characteristics that purchase Frestea, to identify consumer buying decision process of Frestea, to analyze the factors that influence consumer decision making in purchasing Frestea and to analyze consumers’ attitude towards Frestea’s attributes. The methods used in this research were validity test, reliability test, descriptive analysis, multiatribute Fishbein analysis and factor analysis. Consumer characteristics used in this study consist of gender, age, region of origin, place of residence, spending per month and source of fund. Based on the multiatribute Fishbein analysis, the value of consumer attitudes toward Frestea is excellent with a score of 211.81. Based on factor analysis, three factors were formed such as factor that influences the surrounding environment and social, psychological factor and factor of individual differences. Keywords: buying decision, factor analysis, Frestea, multiatribute Fishbein
iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN FRESTEA (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor)
RINDA CIPTA YUNIVIA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ialah perilaku konsumen, dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Frestea (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rachmat Pambudy, MS selaku dosen pembimbing, kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama dan Bapak Rahmat Yanuar, SP, MS selaku dosen penguji komisi akademik atas segala bimbingan, nasihat dan saran yang telah diberikan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh responden atas kesediaannya untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para sahabat, para teman sebimbingan dan teman-teman Agribisnis 47. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Rinda Cipta Yunivia
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA
1 4 5 5 5 6
Penelitian Terdahulu KERANGKA PEMIKIRAN
6 7
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN
7 13 15
Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Penentuan Responden Metode Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
15 15 15 16 17 22
Sejarah Perusahaan Visi, Misi dan Moto Perusahaan HASIL DAN PEMBAHASAN
22 23 25
Karakteristik Responden 25 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian 28 Analisis Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk Frestea 35 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Keputusan Pembelian Frestea 35 Implikasi Manajerial 42 SIMPULAN DAN SARAN 44 DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
47
RIWAYAT HIDUP
54
viii
DAFTAR TABEL 1 Produksi teh di Indonesia tahun 2009 hingga 2012 (dalam ton) 2 Pertumbuhan penjualan Frestea untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya (dalam %) 3 Populasi mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor 4 Sampel mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 6 Karakteristik responden berdasarkan usia 7 Karakteristik responden berdasarkan asal daerah 8 Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal saat ini 9 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran tiap bulan 10 Karakteristik responden berdasarkan sumber dana 11 Sebaran alasan/motivasi memilih untuk mengonsumsi Frestea 12 Sebaran manfaat yang didapat setelah mengonsumsi Frestea 13 Sebaran media informasi yang digunakan responden Frestea 14 Sebaran fokus perhatian responden berdasarkan infomasi yang didapatkan 15 Sebaran pengaruh promosi kepada responden 16 Sebaran atribut Frestea yang dipertimbangkan oleh responden 17 Sebaran atribut teh siap minum selain Frestea yang dipertimbangkan oleh responden 18 Sebaran individu yang paling mempengaruhi responden 19 Sebaran keputusan pembelian Frestea 20 Sebaran tempat membeli Frestea 21 Sebaran kepuasan responden terhadap Frestea 22 Sebaran alternatif pilihan apabila Frestea tidak tersedia 23 Sebaran tanggapan yang akan dilakukan responden apabila Frestea mengalami kenaikan harga 24 Waktu terakhir pembelian Frestea 25 Sebaran tanggapan mengenai kenaikan harga yang masih ditolerir 26 Sebaran pembelian kembali Frestea 27 Skor kepercayaan (bi) responden terhadap Frestea 28 Skor kepentingan (ei) responden terhadap Frestea 29 Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein terhadap konsumen 30 Ringkasan nilai MSA 31 Ringkasan nilai Communalities 32 Pembagian variabel kedalam faktor yang terbentuk
1 3 15 16 25 25 26 26 27 27 28 29 29 30 30 31 31 32 32 32 33 33 34 34 34 35 36 37 38 40 40 42
ix
DAFTAR GAMBAR 1 2 3
Konsumsi teh siap minum di Indonesia (juta liter) Kerangka pemikiran operasional Struktur organisasi kantor penjualan CCBI di Bogor
2 13 22
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepercayaan Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan Hasil uji validitas dan reliabilitas faktor-faktor KMO and Bartlett’s test Anti-image matrices Communalities Total variance explained Scree plot Component matrix Rotated component matrix Component transformation matrix Component plot in rotated space
47 47 48 48 49 50 50 51 51 52 52 53
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Sub sektor perkebunan memiliki peran yang amat penting dalam perekonomian Indonesia karena menyediakan bahan baku untuk sektor industri, menyerap tenaga kerja dan sebagai penghasil devisa. Salah satu komoditas yang dihasilkan pada sub sektor perkebunan di Indonesia adalah teh. Total produksi teh di Indonesia dari tahun 2009 hingga ke 2011 mengalami penurunan kemudian dari tahun 2011 ke 2012 kembali terjadi peningkatan. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai faktor, misalnya usia tanaman teh yang sudah tua sehingga produksi teh yang dihasilkan menjadi berkurang atau berkurangnya luas lahan yang digunakan untuk menanam teh sehingga produksi teh menjadi berkurang. Teh merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan untuk sektor industri sehingga komoditas ini bernilai tinggi. Salah satu industri di Indonesia yang membutuhkan teh sebagai salah satu bahan bakunya adalah industri minuman ringan. Tabel 1 Produksi teh di Indonesia tahun 2009 hingga 2012 (ton) Tahun Bulan 2009 2010 2011 Januari 8 800 8 200 7 780 Februari 7 900 7 400 6 890 Maret 8 500 9 700 8 860 April 9 300 9 100 8 420 Mei 10 300 9 700 8 660 Juni 8 500 8 800 8 540 Juli 8 400 7 700 7 380 Agustus 8 100 7 600 6 920 September 7 900 7 700 7 690 Oktober 10 000 8 400 7 810 November 9 700 7 800 7 770 Desember 10 000 7 900 8 400 Total 107 400 100 100 95 100
2012 8 290 7 710 9 180 8 740 9 110 8 640 7 480 7 120 7 450 7 910 8 540 8 440 98 600
Sumber: BPS 2014 (data diolah)
Perkembangan industri minuman ringan (softdrink) di pasar Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Perkembangan industri minuman ringan berjalan seiring dengan peningkatan tren konsumsi masyarakat yang menginginkan minuman ringan yang praktis untuk diminum dan mudah untuk dibawa. Konsumsi minuman ringan di Indonesia juga semakin meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk Indonesia. Selain itu, perubahan gaya hidup
2
masyarakat terhadap produk minuman yang lebih praktis juga semakin meningkat seiring dengan meningkatnya trend urbanisasi serta dukungan daya beli masyarakat Indonesia setelah kemampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan primer terpenuhi.1 Salah satu industri minuman ringan dimana teh menjadi bahan bakunya serta mengalami peningkatan konsumsi ialah teh siap minum (ready to drink tea/rtd tea). Data pada Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hingga 2010, konsumsi teh siap minum di Indonesia mengalami peningkatan. Euromonitor memprediksi dalam jangka waktu 5 tahun kedepan (tahun 2011 hingga 2015), konsumsi teh siap minum di Indonesia akan terus mengalami peningkatan hingga menebus angka lebih dari 2 juta liter per tahun sehingga dapat dikatakan bahwa pasar teh siap minum masih terbuka. Gambar 1 Konsumsi teh siap minum di Indonesia (juta liter)
1327
2008
1439
2009
1554
2010
1672
2011
1792
2012
1914
2013
2048
2014
2191
2015
Asumsi tingkat pertumbuhan minimal tanpa mempertimbangkan tingkat inovasi baik dalam jenis, kemasan, merek maupun harga. Sumber: Euromonitor 2011
Pada umumnya, teh siap minum yang beredar di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan jenis kemasan yang digunakan, yaitu: teh dalam kemasan botol kaca, teh dalam kemasan botol plastik, teh dalam kemasan gelas plastik, teh dalam kemasan kaleng, teh dalam kemasan karton dan teh dalam kemasan karton yang bisa dibuka dan ditutup kembali penutupnya. Diantara keenam kemasan teh siap minum tersebut, kemasan botol plastik merupakan kemasan yang paling praktis untuk digunakan karena dengan menggunaan kemasan botol plastik, konsumen dapat membawa dan meminum teh siap minum tersebut dimanapun dan kapanpun yang konsumen inginkan. Salah satu produk teh siap minum dalam kemasan botol plastik yang terkenal di Indonesia ialah Frestea. Frestea merupakan produk dari Coca Cola Bottling Indonesia (CCBI) yang merupakan salah satu produsen dan distributor minuman ringan terkemuka di Indonesia. Frestea diluncurkan pertama kali di Indonesia pada tahun 2002 dan hingga kini tidak pernah berhenti untuk terus 1
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16932/Pasar-Minuman-Ringan-Capai-Rp-294Triliun-di-2012 [diakses tanggal 1 April 2014]
3
melakukan inovasi produk.2 Sejak tahun 2009, Frestea telah berhasil menguasai 12% pangsa pasar minuman ringan Indonesia dan menjadi urutan pertama dalam produk teh siap minum yang dikemas dalam botol plastik. Dominasi produk teh siap minum di Indonesia masih di dominasi oleh produk isi ulang atau dalam kemasan botol kaca sehingga Frestea masih memiliki peluang dalam mengembangkan bisnisnya di segmen produk teh siap minum dalam kemasan botol plastik.3 Sebelum Frestea diluncurkan, banyak teh siap minum yang dikemas dalam kemasan botol kaca seperti teh botoh Sosro. Teh siap minum dalam botol kaca tidak praktis untuk digunakan karena konsumen harus menghabiskan minuman tersebut ditempat dimana konsumen membelinya. Penggunaan kemasan botol plastik lebih praktis untuk digunakan karena konsumen dapat membawa dan meminum teh siap minum tersebut sesuka hati konsumen. Data pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan Frestea mulai tahun 2011 hingga 2013 ialah positif (mengalami peningkatan) untuk wilayah Jakarta, Cibinong, Bogor, Rangkasbitung, Serang dan Tangerang. Peningkatan pertumbuhan penjualan yang sangat tinggi terjadi di wilayah Cibinong dan Bogor dengan persentase peningkatan lebih dari 20%. Pada wilayah Cikarang dan Ciputat, pertumbuhan penjualan Frestea ialah negatif (mengalami penurunan). Persentase penurunan pada kedua wilayah tersebut dapat dikatakan masih rendah karena kurang dari 10%. Tabel 2 Pertumbuhan penjualan Frestea untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya (dalam %) Tahun Pertumbuhan Wilayah Rata-Rata 2011- 2012 2012- 2013 Jakarta 5.30 6.61 5.95 Cibinong 8.44 32.50 20.47 Bogor 2.37 25.79 14.08 Cikarang 28.24 20.26 24.25 Rangkasbitung 14.92 15.97 15.44 Serang 20.45 24.69 22.57 Tangerang 10.86 22.47 16.66 Ciputat 22.85 19.64 21.25 Sumber: Coca Cola Bottling Indonesia 2014 (data diolah)
Bogor merupakan kota dengan arus urbanisasi yang cukup tinggi dimana salah satu penyebab arus urbanisasi tersebut karena banyak perguruan tinggi yang berada di Bogor misalnya Institut Pertanian Bogor, Universitas Pakuan, Universitas Ibnu Khaldun dan lain-lain. Diantara semua perguruan tinggi yang ada di Bogor, Institut Pertanian Bogor merupakan perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbesar. Pada umumnya, mahasiswa IPB berasal dari Pulau Jawa
2
http://coca-colaamatil.co.id/products/index/40.44.107/frestea [diakses tanggal 1 April 2014] http://www.pelita.or.id/baca.php?id=64133 [diakses tanggal 1 April 2014]
3
4
maupun luar Pulau Jawa bahkan ternyata ada mahasiswa IPB yang berasal dari luar Indonesia. Pada umumnya, mahasiswa merupakan tipe konsumen yang yang menyukai kepraktisan suatu produk serta memiliki mobilitas yang tinggi sehingga teh siap minum dalam kemasan botol plastik menjadi salah satu minuman ringan yang sering dikonsumsi. Konsumen yang menjadi target pasar Frestea ialah pria dan wanita dengan usia mulai dari 16 tahun hingga 29 tahun sehingga mahasiswa Institut Pertanian Bogor termasuk kedalam kriteria usia tesebut. Teh siap minum selain praktis untuk dibawa dan diminum kapanpun merupakan alternatif minuman ringan pelepas dahaga selain air mineral, minuman berkarbonasi dan susu UHT yang biasanya juga digemari oleh mahasiswa.
Perumusan Masalah Meningkatnya konsumsi minuman ringan terutama di industri teh siap minum yang terjadi di pasar Indonesia membuktikan bahwa pasar teh siap minum Indonesia masih belum berada dalam kondisi jenuh.Kondisi tersebut mengindikasi bahwa pasar teh siap masih mampu terus bertumbuh dan berkembang. Peningkatan konsumsi teh siap minum terjadi karena tren konsumsi masyarakat yang menginginkan teh siap minum yang praktis untuk dibawa dan dikonsumsi dimanapun dan kapanpun yang konsumen inginkan sehingga terciptalah teh siap minum dalam kemasan botol plastik. Salah satu produk minuman teh siap minum kemasan botol plastik yang dikonsumsi di Indonesia ialah Frestea. Konsumen yang menjadi target pasar Frestea ialah pria dan wanita dengan usia mulai dari 16 tahun hingga 29 tahun sehingga mahasiswa termasuk kedalam kategori konsumen yang menjadi target pasar Frestea. Mahasiswa merupakan salah satu tipe konsumen yang menyukai kepraktisan suatu produk serta memiliki mobilitas yang tinggi karena adanya kegiatan baik terjadi di dalam kampus maupun di luar kampus sehingga banyak mahasiswa terlihat membawa minuman ringan yang dikemas dalam botol plastik seperti teh siap minum untuk menunjang kegiatan yang mereka lakukan tersebut. Demi memenuhi permintaan konsumen tersebut, terlihat di berbagai minimarket dan warung yang berada di sekitar IPB baik yang di dalam kampus maupun diluar menyediakan Frestea. Sebelum adanya teh siap minum kemasan botol plastik, kemasan yang digunakan adalah botol kaca. Penggunaan botol kaca tidak terlalu praktis karena konsumen harus menghabiskan isi teh tersebut di tempat dimana konsumen membeli teh siap minum tersebut. Selain Frestea, produsen teh siap minum lainnya pun juga mengemas produk mereka dengan kemasan botol plastik sehingga persaingan di pasar teh siap minum pun menjadi semakin sulit. Akibat terjadinya persaingan tersebut, Frestea dituntut untuk dapat mengembangkan serta mempertahankan posisinya melalui inovasi produk agar tidak tersaingi dengan produsen teh siap minum lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan apabila produsen Frestea mampu mengetahui atribut-atribut produk yang disukai dan diinginkan konsumen serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen untuk membeli Frestea dan sikap konsumen terhadap atribut Frestea sehingga produsen
5
dapat bertindak sesuai dengan keinginan konsumen. Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan diatas, maka dirumuskan: 1. Bagaimana karakteristik konsumen yang melakukan pembelian Frestea? 2. Bagaimana proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Frestea? 3. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian Frestea? 4. Bagaimana sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki Frestea?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen yang melakukan pembelian Frestea. 2. Mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian konsumen Frestea. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian Frestea. 4. Menganalisis sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh Frestea. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pemahaman, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama masa perkuliahan. 2. Perguruan Tinggi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 3. Produsen Frestea, hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada produsen dalam mengetahui faktor-faktor dan atribut-atribut produk yang dapat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian Frestea.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini hanya dilakukan di Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Responden untuk penelitian ini ialah mahasiswa strata 1 IPB. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasi proses pengambilan keputusan pembelian, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam pembelian Frestea dan menganalisis sikap konsumen terhadap atribut Frestea. Obyek penelitian ini ialah
6
teh siap minum merek Frestea dalam kemasan botol plastik. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis multiatribut Fishbein.
TINJAUAN PUSTAKA Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ialah faktor psikografis, faktor demografis dan sikap, faktor ilmu pengetahuan, faktor sumber informasi (Hidayat 2010), faktor psikologis, faktor psikografis, faktor kepercayaan pribadi, faktor sosial ekonomi, faktor pengaruh lingkungan dan nilai (Dwinada 2012), faktor pengaruh lingkungan dan gaya hidup, faktor perbedaan individu, faktor proses pembelajaran konsumen (Rayendratama 2012), faktor karaktersiktik individu, faktor pengetahuan tentang produk dan kepribadian serta faktor sumber informasi (Roswitasari 2012), faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Amaliah 2012). Dari kelima penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor psikografis, faktor psikologis, faktor pribadi, faktor lingkungan dan faktor sumber informasi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang sering diteliti. Hasil kelima penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa karakteristik konsumen yang diteliti memiliki kesamaan yaitu jenis kelamin, usia, dan pengeluaran per bulan (Hidayat 2010, Amaliah 2012 Dwinada 2012, Rayendratama 2012, dan Roswitasari 2012). Karakteristik konsumen lainnya yang juga diteliti adalah tempat tinggal, klasifikasi pekerjaan dan penerimaan tiap bulan (Hidayat 2010), status pernikahan, pendidikan terakhir, klasifikasi pekerjaan, status pekerjaan, profesi, dan pendapatan per bulan (Dwinada 2012), asal daerah dan pendapatan per bulan (Rayendratama 2012), asal daerah (Roswitasari 2012) serta jumlah anggota keluarga (Amaliah 2012). Penelitian ini akan menganalisis tentang variabel yang membentuk pada faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Armstrong dan Kotler (2011) terdiri atas faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Teori ini juga dipakai pada penelitian yang dilakukan oleh Amaliah (2012). Karakteristik konsumen yang digunakan pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pengeluaran per bulan, sumber dana dan asal daerah. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis multiatribut Fishbein.
7
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsumen Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut YLBHI/Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (2007), pengertian konsumen dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu dari aspek akses informasi, aspek pertanggungjawaban produsen, aspek ruang lingkup konsumen. Pada aspek akses informasi, konsumen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen terinformasi dan konsumen tidak terinformasi. Ciri-ciri konsumen terinformasi ialah berpendidikan, status ekonomi sosial menengah ke atas dan secara finansial dapat mengakses bantuan hukum komersial. Ciri-ciri konsumen tidak terinformasi ialah kurang berpendidikan, status ekonomi sosial menengah ke bawah dan tidak dapat memperjuangkan hak-haknya sendiri sehingga perlu bantuan dari lembaga yang memberikan jasanya tanpa biaya apapun. Pada aspek pertanggungjawaban produsen, konsumen dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen dalam arti sempit dan konsumen dalam arti luas. Konsumen dalam arti sempit adalah konsumen hanya terbatas pada pihak-pihak yang melakukan transaksi semata. Konsumen dalam arti luas adalah konsumen yang tidak hanya terbatas pada pihak-pihak yang melakukan transaksi tetapi juga termasuk korban dari sebuah transaksi/peristiwa. Pada aspek ruang lingkup konsumen konsumen, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsumen sebagai pengguna dan konsumen sebagai pemanfaat sumber daya alam baik berupa air, udara, hutan, dan lain-lain. Perilaku Konsumen Menurut Appiah et al (2011), perilaku konsumen adalah proses dan kegiatan seseorang yang terlibat dalam mencari, memilih, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan atau mengelola produk dan layanan yang memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Perilaku konsumen menurut Solomon (2011) adalah studi tentang proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan atau menghabiskan barang, jasa, ide atau pengalaman untuk memuasakan kebutuhan dan keinginan. Menurut Peter dan Olson (2010), perilaku konsumen melibatkan pikiran dan perasaan yang dialami orang serta tindakan yang orang tersebut lakukan dalam proses konsumsi. Perilaku konsumen juga melibatkan segala sesuatu dalam lingkungan yang mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan. Termasuk juga komentar dari konsumen lain, iklan, informasi harga, kemasan, tampilan produk, situs blog dan lain-lain.
8
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam proses pengambilan keputusan menurut Armstrong dan Kotler (2011), terdapat empat faktor yang membentuk dan mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu budaya, sosial, pribadi dan karakteristik psikologi. Empat faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor budaya a. Budaya Budaya merupakan penyebab paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Setiap grup atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya dalam perilaku pembelian dapat sangat bervariasi dari satu negara ke negara lainnya. Kegagalan dalam menyesuaikan perbedaan budaya dapat menghasilkan pemasaran yang tidak efektif. b. Sub budaya Setiap budaya memiliki sub budaya atau kumpulan orang dengan nilai sistem bersama yang didasarkan pada pengamalan hidup dan situasi yang sama. Sub budaya terdiri dari kewarganegaraan, agama, suku dan daerah geografis. c. Kelas sosial Kelas sosial adalah divisi dalam masyarakat yang relatif permanen dan tersusun dimana anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang hampir sama. Pemasar amat tertarik dengan kelas sosial karena orang yang berada di kelas sosial tertentu cenderung untuk menunjukkan perilaku pembelian yang sama. 2. Faktor sosial a. Grup dan jaringan sosial online Grup dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Grup terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan individu atau tujuan bersama. Jaringan sosial adalah komunitas dimana orang saling bersosialisasi atau bertukar informasi dan opini melalui blog, situs, jejaring sosial dan lain-lain. b. Keluarga Anggota keluarga dapat mempengaruhi secara kuat perilaku pembelian seseorang. Keluarga merupakan organisasi konsumen yang paling penting dalam masyarakat. Pemasar tertarik dengan peranan dan pengaruh dari suami, istri dan anak-anak terhadap pembelian barang dan jasa. c. Peran dan status Setiap orang termasuk kedalam berbagai grup (keluarga, organisasi, dan lain-lain). Posisi tiap orang dalam masing-masing grup dapat dijelaskan baik dari segi peran dan status. Pada umumnya, orang akan memilih produk yang sesuai dengan peran dan status yang melekat pada diri orang tersebut. 3. Faktor pribadi a. Usia dan tahapan siklus hidup
9
Orang-orang mengganti barang dan jasa yang mereka beli selama masa hidup mereka. Selera makanan, pakaian, furnitur dan rekreasi adalah contoh barang dan jasa yang sering terkait dengan usia. Pembelian juga dapat dibentuk melalui tahapan dari siklus hidup keluarga. Pemasar sering menetapkan pasar yang dituju melalui tahap siklus hidup yang kemudian dikembangkannya produk dan pemasaran yang sesuai untuk setiap tahapan tersebut. b. Pekerjaan Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Pemasar mencoba untuk mengidentifikasi grup-grup pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata akan barang dan jasa yang ditawarkan oleh pemasar. c. Situasi ekonomi Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi simpanan dan pilihan produknya. Pemasar melihat trend pada penghasilan pribadi, tabungan dan bunga bank. d. Gaya hidup Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama belum tentu memiliki gaya hidup yang sama. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan pada aktivitas, minat dan opini. Gaya hidup menggambarkan pola tindakan dan interaksi yang dilakukan oleh seseorang. Gaya hidup seseorang dapat digunakan oleh pemasar untuk memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana nilai konsumen dapat mempengaruhi perilaku pembelian. e. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian yang berbeda pada tiap orang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian mengacu kepada karakteristik psikologis unik yang membedakan seseorang atau grup. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen terhadap suatu pilihan produk atau merek. 4. Faktor psikologis a. Motivasi Motivasi atau dorongan adalah sebuah kebutuhan yang mengarahkan seseorang dalam mencari suatu kepuasan. b. Persepsi Persepsi adalah proses dimana orang memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk sebuah gambaran yang berarti. c. Pembelajaran Pembelajaran dideskripsikan sebagai perubahan pada perilaku individu yang muncul dari pengalaman. Pembelajaran terjadi melalui interaksi dorongan, stimuli, isyarat, tanggpan dan penguatan. d. Kepercayaan dan sikap Kepercayaan adalah sebuah pemikiran deskriptif dimana seseorang memegang sesuatu. Kepercayaan dapat didasarkan pada
10
pengetahuan, opini atau keyakinan dan mungkin emosi. Sikap mendeskripsikan evaluasi konsisten relatif seseorang, perasaan dan kecenderungan terhadap suatu obyek atau ide. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Menurut Armstrong dan Kotler (2011) proses keputusan konsumen dalam melakukan pembelian terdiri dari lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan perilaku pasca pembelian. Dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen akan melewati atau membalik tahapan tersebut. Penjelasan mengenai kelima tahapan dalam proses keputusan pembelian konsumen ialah sebagai berikut: 1. Pengenalan kebutuhan Konsumen mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh stimuli internal atau stimuli eksternal. Pada tahap ini, pemasar seharusnya meneliti konsumen demi mengetahui kebutuhan atau masalah seperti apa yang muncul, apa yang mengakibatkan munculnya kebutuhan atau masalah tersebut, dan bagaimana kebutuhan atau masalah tersebut menuntun konsumen terhadap suatu produk. 2. Pencarian informasi Konsumen dapat mendapatkan informasi mengenai suatu produk dari berbagai sumber. Sumber informasi bisa didapatkan melalui sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan), sumber komersial (iklan, situs resmi produk, kemasan produk, pameran), sumber publik (media massa, pencarian via internet) dan pengalaman. 3. Evaluasi alternatif Konsumen akan mengambil sikap terhadap suatu merek produk setelah melalui beberapa evaluasi. Evaluasti alternatif pembelian tergantung kepada konsumen dan situasi pembelian. Konsumen akan menggunakan perhitungan yang teliti dan pemikiran logis tetapi akan ada juga konsumen yang sedikit mengevaluasi bahkan tidak mengevaluasi produk sama sekali sehingga proses keputusan pembelian hanya tergantung pada dorongan dan intuisi. 4. Pembelian Pada umumnya, konsumen akan membeli produk dengan merek yang paling disukai tetapi ada dua faktor yang dapat menghalangi niat pembelian dan keputusan pembelian yaitu sikap orang lain dan faktor situasional tidak terduga. 5. Perilaku pasca pembelian Setelah membeli dan menggunakan produk, akan ada dua kemungkinan yang akan dirasakan oleh konsumen yaitu puas atau tidak puas. Jika produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen merasa tidak puas. Jika produk tersebut sesuai bahkan melebihi dari yang diharapkan maka konsumen merasa puas.
11
Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo 2003). Menurut Azwar (2005) sikap adalah suatu bentuk evaluasi/reaksi terhadap suatu obyek, memihak/tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Menurut Purwanto (1998), sikap tediri dari dua macam yaitu, sikap positif dan sikap negatif. Sikap positif dimana kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan obyek tertentu. Sikap negatif dimana kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu. Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu: kognitif, afektif dan konatif. Ketiga komponen tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Kognitif Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang selanjutnya diproses sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak. 2. Afektif Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap suatu obyek. 3. Konatif Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapinya. Definisi Produk Produk menurut Armstrong dan Kotler (2011) adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, diperoleh, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Terdapat tiga tingkatan produk yang dijelaskan oleh Armstrong dan Kotler (2011) yaitu : 1. Manfaat inti (core benefit) 2. Produk sebenarnya (actual product) 3. Produk yang ditambahkan (augmented product) Klasifikasi Produk Menurut Armstrong dan Kotler (2011), produk berdasarkan tipe konsumen yang menggunakan produk dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Produk konsumen (consumer product) Barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen akhir hanya untuk konsumsi pribadi. Pemasar biasanya mengklasifikasikan lebih dalam barang dan jasa berdasarkan bagaimana konsumen membeli barang dan jasa tersebut.
12
2. Produk industri (industrial product) Produk yang dibeli untuk diproses lebih lanjut atau digunakan untuk melakukan bisnis. Perbedaan antara produk konsumen dan produk industri terletak pada tujuan barang atau jasa tersebut dibeli. Atribut Produk Atribut produk menurut Armstong dan Kotler (2011) terdiri dari kualitas, fitur serta gaya dan desain produk: 1. Kualitas produk Karakteristik dari suatu barang atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan konsumen. Kualitas memiliki dampak langsung terhadap kinerja barang atau jasa sehingga kualitas berhubungan amat erat terhadap nilai konsumen dan kepuasan. 2. Fitur produk Produk dapat ditawarkan dengan beranekaragam fitur.mFitur merupakan alat yang kompetitif dalam mendiferensiasikan produk suatu perusahaan dengan produk perusahaan kompetitor. 3. Gaya dan desain produk Cara lain untuk menambah nilai konsumen adalah melalui gaya dan desain produk yang berbeda. Desain merupakan konsep yang lebih besar daripada gaya. Gaya hanya mendeskripsikan tampilan produk semata dan tidak mempengaruhi kinerja produk tersebut. Berbeda dengan gaya, desain produk yang baik berkontribusi dalam kegunaan dan juga tampilan produk tersebut. Strategi Pemasaran Bauran pemasaran yang dinyatakan oleh Armstrong dan Kotler (2011) adalah seperangkat alat pemasaran yang diciptakan oleh suatu perusahaan demi menghasilkan respon yang diinginkan pada pasar yang dituju. Bauran pemasaran terdiri dari empat unsur yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mempengaruhi permintaan produk yang dihasilkan. Menurut Mursid (2010) bauran pemasaran adalah kerangka daripada suatu variabel keputusan pemasaran dalam setiap perusahaan didalam waktu atau sampai batas waktu tertentu/khusus. Empat unsur bauran pemasaran yang dikenal dengan nama 4P menurut Armstrong dan Kotler (2011) yang terdiri dari: 1. Produk (product) Kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar yang dituju. 2. Harga (price) Jumlah biaya yang harus dibayarkan oleh konsumen demi mendapatkan suatu produk. 3. Tempat (place) Termasuk segala kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan demi menghasilkan produk yang tersedia untuk konsumen yang dituju. 4. Promosi (promotion)
13
Aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk menyampaikan manfaat produk serta membujuk konsumen yang dituju untuk membeli produk tersebut.
Kerangka Pemikiran Operasional Perkembangan industri minuman ringan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaaan konsumen. Salah satu produk dari industri minuman ringan yang mengalami peningkatan adalah teh siap minum. Teh siap minum yang beredar di Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan jenis kemasan yang digunakan, yaitu: teh dalam kemasan botol kaca, teh dalam kemasan botol plastik, teh dalam kemasan gelas plastik, teh dalam kemasan kaleng, teh dalam kemasan karton dan teh dalam kemasan karton yang bisa dibuka dan ditutup kembali penutupnya. Untuk penelitian ini akan digunakan contoh produk teh botol plastik yaitu Frestea. Frestea merupakan merek teh siap minum yang diluncurkan oleh Coca Cola Bottling Indonesia. Persaingan teh siap minum di Indonesia yang pada awalnya sudah ketat menjadi semakin ketat. Frestea sebagai salah satu produsen teh siap minum di Indonesia harus jeli dalam melihat dan memahami keinginan konsumen agar Frestea dapat mempertahankan posisinya di pasar Indonesia serta tidak tertinggal dari produsen teh siap minum lainnya. Frestea harus mampu mengetahui secara tepat perilaku konsumen yang menjadi target pasarnya. Hal-hal yang dapat dipelajari dari perilaku konsumen Frestea ialah karakteristik konsumen Frestea, proses pengambilan keputusan pembelian Frestea, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Frestea dan sikap konsumen terhadap atribut Frestea. Penelitian tentang perilaku konsumen Frestea ini menggunakan tiga alat analisis yaitu analisis deskriptif, analisis faktor dan analisis multiatribut Fishbein. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji karakteristik konsumen yang meliputi usia, jenis kelamin, pengeluaran, sumber dana, tempat tinggal dan asal daerah serta proses pengambilan keputusan pembelian. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian. Analisis Multiatribut Fishbein digunakan untuk menganalisis bagaimana konsumen merangkai kepercayaan terhadap atribut produk sehingga membentuk sikap tentang produk tersebut. Atribut produk tersebut meliputi: harga produk, merek produk, kemudahan mengingat, kemasan, ukuran kemasan, keamanan kemasan, komposisi produk, kehalalan, keamanan isi produk, promosi, kemudahan memdapatkan produk, variasi rasa, kesesuaian rasa dan aroma. Ketiga analisis tersebut akan menghasilkan hasil yang ingin dicapai dari dilakukannya penelitian ini. Bagan aliran kerangka pemikiran secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.
14
Meningkatnya konsumsi teh siap minum Konsumen menyukai produk teh siap minum yang praktis
Mahasiswa merupakan salah satu konsumen Frestea
Karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan pembelian Analisis deskriptif
Sikap konsumen terhadap atribut produk
Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian
Analisis multriatribut Fishbein
Analisis faktor
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian Frestea
Implikasi manajerial
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa Institut Pertanian Bogor merupakan perguruan tinggi terbesar di Bogor. Penelitian ini dilakukan mulai dari April 2014 hingga Mei 2014.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh penulis dengan cara menyebarkan kuesioner. Hasil jawaban kuesioner yang diisi oleh responden kemudian diolah sehingga mendapatkan data yang dapat diinterpretasi. Kuesioner penelitian ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama mengenai profil responden yang terdiri dari 8 pertanyaan. Bagian kedua mengenai proses keputusan pembelian yang terdiri dari 17 pertanyaan. Bagian ketiga mengenai pengukuran sikap responden yang terdiri dari 26 pertanyaan. Bagian keempat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian yang terdiri dari 13 pertanyaan. Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis berdasarkan data yang telah tersedia. Pada penelitiaan ini, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), PT. Coca Cola Bottling Indonesia, Direktorat Administrasi IPB, internet serta literatur lainnya. Data sekunder yang digunakan pada penenelitian ini adalah data produksi teh di Indonesia, data konsumsi teh siap minum di Indonesia, data pertumbuhan penjualan Frestea, data jumlah mahasiswa strata 1 IPB serta gambaran umum perusahaan.
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui kuesioner yang diisi oleh mahasiswa strata 1 IPB. Kuesioner penelitian disebarkan kepada 30 responden terlebih dahulu untuk diuji validitas dan uji reliabilitas. Setelah dinyatakan valid dan reliabel, kuesioner penelitian ini siap untuk disebarkan ke para responden sebanyak 100 orang. Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis berdasarkan data yang telah tersedia. Pada penelitan ini, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), PT. Coca Cola Bottling Indonesia, Direktorat Administrasi IPB, internet serta literatur lainnya.
16
Metode Penentuan Responden Penentuan jumlah sampel responden yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode qouta sampling dimana sampel responden dibagi per fakultas yang ada di IPB. Populasi yang digunakan untuk sampel responden adalah mahasiswa S1 IPB. Jumlah sampel responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin (Umar 2000) sehingga nantinya didapatkan jumlah sampel responden yang dibutuhkan tiap fakultas IPB: ( )
Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi e = tingkat kesalahan yang digunakan 10% Berdasarkan rumus Slovin, jumlah responden yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. (
)
Tabel 3 Populasi mahasiswa strata 1 Institut Pertanian Bogor Fakultas Pertanian Kedokteran Hewan Perikanan dan Ilmu Kelautan Peternakan Kehutanan Teknologi Pertanian Matematika dan IPA Ekonomi dan Manajemen Ekologi Manusia Total
Pria (orang) 836 336 778 375 812 995 1149 775 274 6340
Wanita (orang) 1177 492 933 432 934 779 1715 1490 1207 9159
Jumlah (orang) 2013 828 1721 807 1746 1774 2864 2265 1481 15499
Sumber: Direktorat Administrasi Pendidikan IPB 2014
Data pada Tabel 3 kemudian diolah sehingga menghasilkan pembagian jumlah responden per tiap fakultas. Pembagian responden untuk tiap fakultas secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.
17
Tabel 4 Sampel mahasiswa strata 1 Institut Pertanian Bogor Fakultas Jumlah Responden (Orang) Pertanian 13 Kedokteran Hewan 5 Perikanan dan Kelautan 11 Peternakan 5 Kehutanan 11 Teknologi Pertanian 11 Matematika dan IPA 19 Ekonomi dan Manajemen 15 Ekologi Manusia 10 Total 100 Sumber: Data diolah 2014
Metode Pengolahan dan Analisis Data Uji Validitas Validitas (Umar 2000) menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas digunakan untuk menghitung nilai korelasi (r) antar masing-masing pertanyaan dengan skor total. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas dapat dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r-hitung dengan r-tabel untuk degree of freedom (df)=n-2, dalam hal ini adalah jumlah sampel (responden). Jika r-hitung > r-tabel, maka pertanyaan tersebut dikatakan valid.
18
( √[
) (
(
)
) ][
( ) ]
Keterangan: r = Korelasi antara X dan Y n = Jumlah responden X = Skor masing-masing pertanyaan Y = Skor total Uji validitas kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment yang perhitungannya menggunakan bantuan SPSS 17. Hasil perhitungan tersebut dibandingkan dengan nilai r pada tabel statistik. Jika nilai korelasi product moment hitung (nilai r hitung) > nilai r tabel (r tabel = 0.361 untuk n=30 dan α = 5%), maka pertanyaan tersebut dinggap valid. Untuk menguji semua pertanyaan kuesioner tersebut, kuesioner disebarkan ke 30 responden. Seluruh jawaban 30 responden tersebut kemudian diuji dan hasil yang didapatkan menyatakan bahwa seluruh pertanyaan kuesioner valid dan selanjutkan dapat diuji reliabilitasnya. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3. Uji Reliabilitas Reliabilitas (Umar 2000) adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat ukur harus memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya atau diandalkan. Uji reliabilitas yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan metode Cronbach Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai α > 0,60.Metode Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10 atau 0-100 atau bentuk skala 1-3, 1-5, atau 1-7. Rumus Cronbach ialah sebagai berikut: (
)(
t2
2 b
)
Keterangan : r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan 2 = Jumlah varian butir b
t2
= Varian total
Jumlah varian butir dicari dulu dengan cara mencari nilai varian tiap butir kemudian jumlahkan (Umar 2000), seperti yang dijelaskan berikut ini:
19
(
)
Keterangan : n = Jumlah responden X = Nilai skor yang dipilih Uji reliabilitas kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17 dengan melihat nilai Cronbach Alpha, apabila nilai Cronbach Alpha > 0.60 maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan reliabel untuk digunakan. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0.871 untuk tingkat kepentingan (ei), nilai Cronbach Alpha sebesar 0.898 untuk tingkat kepercayaan (bi) dan nilai Cronbach Alpha sebesar 0.907 untuk faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam keputusan pembelian. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 1, 2 dan 3. Analisis Deskriptif Untuk mengetahui karakteristik responden dan mengetahui proses keputusan pembelian konsumen Frestea yang dimulai dari tahap pengenalan kebutuhan hingga tahap perilaku pasca pembelian dilakukan secara deskriptif melalui perhitungan persentase jawaban responden. Persentase jawaban responden dikelompokkan berdasarkan pertanyaan dalam bentuk tabel sederhana. Perhitungan persentasedapat dirumuskan sebagai berikut: x 100% P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu Σ ƒi = Total jawaban Analisis Faktor Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian dianalisis melalui analisis faktor dengan metode ekstrasi Principal Component Analysis (PCA). Data yang digunakan merupakan data primer dari pengisian kuesioner konsumen Frestea. Untuk keperluan perhitungan dengan menggunakan bantuan SPSS 17. Analisis faktor menganalisis interaksi antar variabel. Semua variabel berstatus sama, tidak ada variabel independen. Analisis faktor dapat digunakan untuk mengidentifikasi struktur hubungan antar variabel maupun antar responden. Analisis faktor juga dapat digunakan untuk mengurangi data (Simamora 2005). Menurut Suliyanto (2005), tahapan dalam analis faktor ialah sebagai berikut: 1. Menentukan variabel yang akan dianalisis. 2. Menguji seluruh variabel yang telah ditentukan dengan menggunakan Bartlett’s Test of Sphericity serta pengukuran MSA (Measure of Sampling Adequacy).
20
3. Melakukan proses inti dari analisis faktor yaitufactoring. 4. Melakukan proses rotasi faktor (factor rotation) atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. 5. Interpretasi atas faktor yang terbentuk khususnya pemberian nama atas faktor yang terbentuk yang dianggap dapat mewakili variabel anggota faktor yang terbentuk tersebut. 6. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Analisis Multiatribut Fishbein Menurut Bowen dalam Umar (2000), model multiatribut Fishbein berfokus pada prediksi sikap yang dibentuk seorang terhadap objek tertentu. Model multiaribut Fishbein memungkinkan para pemasar untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut-atribut penting.Analisis multiatribut juga memberi pemasar suatu pedoman untuk mengembangkan strategi pengembangan sikap yang sesuai. Model multiatribut Fishbein terdiri dari tiga model yaitu: the attitude-towardobject-model, the attitude-toward-behavior-model, dan the theory-of-reasoned-action model. Model multiatribut Fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi (Sumarwan 2003). ∑ Dimana: Ao = sikap terhadap suatu obyek bi = kekuatan kepercayaan obyek tersebut memiliki atribut ei = evaluasi terhadap atribut n = jumlah atribut yang dimiliki obyek Model multiatribut Fishbein mengemukakan tiga konsep utama, yaitu (Sumarwan 2003): 1. Atribut Atribut adalah karakteristik dari objek sikap (Ao). Salient belief adalah kepercayaan konsumen bahwa produk memiliki berbagai atribut, sering disebut sebagai attribute-object beliefs. 2. Kepercayaan Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa suatu produk memiliki atribut tertentu. Komponen bi menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut yang dimiliki suatu merek atau produk yang dievaluasinya. Kepercayaan tersebut sering disebut sebagai object attribute linkages, yaitu kepercayaan konsumen tentang kemungkinan adanya hubungan antara sebuah objek dengan atribut yang relevan. 3. Evaluasi Atribut
21
Evaluasi atribut menggambarkan pentingnya suatu atribut bagi konsumen. Konsumen akan mengidentifikasi atribut-atribut atau karakteristik yang dimiliki oleh objek yang akan dievaluasi. Komponen ei mengukur evaluasi kepentingan atribut-atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. Konsumen belum memperhatikan merek dari suatu produk ketika mengevaluasi tingkat kepentingan tersebut. Bentuk Skala Pengukuran Dilihat dari bentuk instrumen dan pernyataan yang dikembangkan dalam instrumen, terdapat berbagai bentuk skala yang dapat digunakan dalam pengukuran, yaitu: skala Likert, skala Guttman, semantik Differensial, Rating Scale dan skala Thurstone (Djaali dan Muljono 2007). 1. Skala Likert Skala Likert ialah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang suatu gejala atau fenomena. Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan skala Likert yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif. Pertanyaan positif diberi skor 5,4,3,2, dan 1 sedangkan bentuk pertanyaan negatif diberi skor 1,2,3,4 dan 5 atau -2, -1,0,1,2. 2. Skala Guttman Skala Guttman ialah skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu setuju dan tidak setuju. Pengukuran menggunakan skala Guttman bila orang yang melakukan pengukuran menginginkan jawaban tegas atas pertanyaan pilihan ganda, skala Guttman dapat juga dibuat dalam bentuk daftar checklist. Untuk jawaban positif seperti setuju, benar, ya, pernah dan semacamnya diberi skor 1 sedangkan untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah atau tidak, tidak pernah dan semacamnya diberi skor 0. 3. Semantik Differensial Skala differensial ialah skala untuk mengukur sikap yang bentuknya bukan pilihan ganda atau checklist tetapi tersusun dalam satu garis kontinum dimana jawaban yang sangat positif terletak dibagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak dibagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantik differensial adalah data interval. Skala ini biasanya digunakan untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki seseorang. 4. Rating Scale Data-data skala yang diperoleh melalui tiga macam skala yang dikemukakan diatas adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam rating scale, responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan.
22
Rating scale digunakan untuk mengukur sikap dan dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lingkungan seperti skala untuk mengukur status sosial, ekonomi, pengetahuan, kemampuan dan lain-lain. Hal terpenting dalam rating scale adalah kemampuan menerjemahkan alternatif jawaban yang dipilih responden. Misalnya responden memilih jawaban angka 3 tetapi angka 3 oleh orang tertentu belum tentu sama dengan angka 3 bagi orang lain yang juga memilih jawaban angka 3. 5. Skala Thurstone Skala Thurstone ialah skala yang disusun dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk variabel yang hendak diukur.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Perusahaan The Coca Cola Company didirikan pada tahun 1892 oleh Asa G. Chandler di Atlanta. Perusahaan ini merupakan induk dari seluruh perusahan pembotolan yang memiliki merek dagang Coca Cola di seluruh dunia dengan menyediakan bahan baku konsentrat. Pada tahun 1893, The Coca Cola Company mulai membangun pabrik di luar Atlanta. Merek Coca Cola mulai dikenal di Indonesia pada tahun 1927 ketika De Nederland Indische Mineral Water Fabrieck (NIMWF) membotolkan Coca Cola untuk pertama kali di Batavia (sekarang Jakarta). Produksi pertama sebanyak 10 000 krat dengan 25 orang karyawan. Setelah Indonesia merdeka, NIMWF diambil alih oleh pedagang Indonesia dan merubah nama perusahaannya menjadi The Indonesian Beverages Ltd. N. V (IBL). Peralihan tersebut menyebabkan status IBL berubah menjadi perusahaan nasional. Pertambahan modal serta kerja sama dengan Mitsui Toatsu Chemical Inc., Mitsui & Co. Ltd. dan Mikuni Coca Cola Bottling Co. pada tahun 1971 merubah IBL menjadi PT. Djaya Beverages Bottling Company (PT. DBBC) yang merupakan pabrik pembotolan modern pertama di Indonesia. Tahun 1993, saham PT. DBBC diambil alih oleh Coca Cola Amatil Ltd. sebesar 90%. Coca Cola Amatil Ltd. adalah perusahaan pembotolan terbesar di kawasan Asia Pasifik yang beroperasi di 6 negara yaitu Australia, Selandia Baru, Fiji, Indonesia, Papua Nugini, dan Samoa serta berkantor pusat di Sydney, Australia. Peralihan kepemilikan saham tersebut menyebabkan nama PT. DBBC berubah menjadi PT. Coca Cola Amatil Indonesia ( PT.CCAI). PT. Coca Cola Amatil Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu : PT. Coca Cola Amatil Indonesia Bottling (PT. CCAIB) dan PT. Coca Cola Amatil Indonesia
23
Distribution (PT. CCAID). PT.CCAIB bertugas untuk memproduksi produk sementara PT. CCAID bertugas untuk memasarkan dan mempromosikan produk yang diproduksi oleh PT. CCAIB. Pada tahun 2002, PT. CCAIB berubah nama menjadi PT. Coca Cola Bottling Indonesia (PT. CCBI) sedangkan PT. CCAID berubah nama menjadi PT. Coca Cola Distribution Indonesia (PT. CCDI). PT. Coca Cola Amatil Indonesia mengoperasikan 9 pabrik pembotolan yang terletak di Medan, Padang, Lampung, Bekasi, Cikedokan, Bandung, Semarang, Surabaya dan Denpasar. Seluruh pabrik pembotolan tersebut berada dibawah arahan PT. Coca Cola Indonesia (PT. CCI). PT. Coca Cola Indonesia merupakan perusahaan perwakilan dari The Coca-Cola Company yang bertugas untuk menyuplai bahan baku konsentrat ke seluruh pabrik pembotolan di Indonesia dan menetapkan seluruh standar bahan baku yang digunakan oleh pabrik. Produk minuman ringan yang diproduksi oleh PT. CCBI adalah Coca Cola, Diet Coke, Coca Cola Zero, Sprite, Fanta, Frestea, Minute Maid, Minute Maid Pulpy, Minute Maid Nutriboost, Aquarius, Powerade, Ades, Schweppes dan A & W. Tahun 2002, CCAI meluncurkan produk minuman ringan teh siap minum yaitu Frestea.
Visi, Misi dan Moto Perusahaan Visi Coca Cola Company ialah “kami memahami bahwa sebagai barang yang praktis, dunia kami tidak terbatas dan bahwa kami, diri kami, merupakan variabel kunci dalam mengetahui seberapa banyak yang dapat kami peroleh”. Misi yang diterapkannya: karyawan terlatih, pelayanan pada pelanggan, produk bermutu tinggi, dan menjadikan Coca Cola sebagai merek dagang paling terkenal. Moto perusahaan adalah menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat dimana seluruh karyawan dengan terampil memproduksi minuman ringan berkualitas tinggi untuk konsumen, memberikan nilai tambah pada masyarakat setempat dan meningkatkan investasi. Sebagai produsen dan distributor minuman ringan berkarbonasi terbesar, CCBI dan CCDI memiliki komitmen sebagai industri dengan standar dunia yang senantiasa berorientasi untuk memberikan kepuasan kepada setiap konsumen dengan memberikan produk dengan kualitas terbaik. Sebagai perwujudan komitmen tersebut, Coca Cola telah mengadopsi standar sistem manajemen kualitas dan lingkungan yang berlaku di seluruh jaringan operasi Coca Cola di dunia termasuk di Indonesia. Wujud dari semua itu, semua pabrik CCBI di Indonesia telah mendapatkan sertifikat ISO 9002 dan ISO 14001. Semua jenis produk yang dihasilkan CCBI juga telah mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
24
Struktur Organisasi Kantor Penjualan CCBI di Bogor Manajer Penjualan
Manajer Penjualan Wilayah 1
Manajer Penjualan Wilayah 2
Manajer Penjualan Wilayah 3
Manajer Penjualan Wilayah 4
Perwakilan Penjualan
Perwakilan Penjualan
Perwakilan Penjualan
Perwakilan Penjualan
Koordinator Administrasi Penjualan
Gambar 3 Struktur organisasi kantor penjualan CCBI di Bogor Deskripsi Tugas: 1. Manajer Penjualan: Merencanakan penjualan dan program penjualan, meningkatkan jumlah pelanggan, mengelola budget penjualan, memonitor penjualan dan mengevaluasi pencapaian penjualan. 2. Manajer Penjualan Wilayah: Meningkatkan penjualan, mencari tambahan pelanggan, mengkoordinir sales represantatives dan melaksanakan program. 3. Koordinator Administrasi Penjualan: Membuat laporan penjualan, merekap data penjualan, membuat laporan gaji karyawan, membuat administrasi keuangan. 4. Perwakilan Penjualan: Melaksanakan program penjualan, mengunjungi pelanggan, merekomendasi pesanan pelanggan, melakukan penjualan kredit maupun tunai, menata produk dalam toko, menjelaskan program pemasaran pada pelanggan
25
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden yang digunakan untuk penelitian ini merupakan mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor yang pernah mengonsumsi Frestea. Pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui karakteristik responden meliputi jenis kelamin, usia, asal daerah, tempat tinggal saat ini, pengeluaran tiap bulan dan sumber dana. Karakteristik mahasiswa konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan jenis kelamin, mayoritasnya adalah perempuan sebesar 60% sedangkan laki-laki adalah sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen perempuan lebih banyak mengonsumsi teh siap minum Frestea dibandingkan dengan konsumen laki-laki serta juga menunjukkan bahwa konsumen perempuan menyukai teh siap minum Frestea yang praktis. Besarnya persentase antara perempuan dan laki-laki dapat dilihat Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Persentase Mahasiswa (%)
Laki-laki Perempuan Total
40 60 100
Karakteristik konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan usia adalah 9% berusia 23 tahun, 24% berusia 22 tahun, 46% berusia 21 tahun, 9% berusia 20 tahun dan 12% berusia 19 tahun. Usia konsumen 21 tahun merupakan usia yang paling banyak menjadi responden dalam penelitian ini sedangkan konsumen usia 23 tahun dan 20 tahun merupakan konsumen yang sedikit menjadi responden dalam penelitian ini. Hal ini disebabkan karena peneliti hanya mengambil responden mahasiswa S1 IPB yang pada umumnya berusia antara 18 tahun hingga 23 tahun. Besarnya persentase berdasarkan usia konsumen dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia Usia (tahun) 19 20 21 22 23 Total
Persentase Mahasiswa (%) 12 9 46 24 9 100
Karakteristik mahasiswa konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan asal daerah menunjukkan bahwa 80% berasal dari Jawa, 13% berasal dari
26
Sumatera, 3% berasal dari Kalimantan, 2% berasal dari Nusa Tenggara, 1% berasal dari Bali dan 1% berasal dari luar Indonesia, yaitu berasal dari Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang berasal dari Jawa merupakan konsumen yang paling banyak mengonsumsi teh siap minum Frestea sedangkan konsumen yang berasal dari Bali dan luar Indonesia merupakan konsumen yang paling sedikit menjadi konsumen dalam penelitian ini. Besarnya persentase berdasarkan asal daerah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan asal daerah Asal Daerah
Persentase Mahasiswa (%)
Jawa Sumatera Kalimantan Nusa Tenggara Bali Lainnya Total
80 13 3 2 1 1 100
Karakteristik konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan tempat tinggal saat ini menunjukkan bahwa sebesar 45% bertempat tinggal di kostan, sebesar 29% bertempat tinggal di rumah orang tua, sebesar 22% bertempat tinggal di rumah sewa/kontrakan, sebesar 3% bertempat tinggal di asrama dan sebesar 1% bertempat tinggal di kategori tempat tinggal lainnya yaitu di rumah kerabat. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden bertempat tinggal di tempat tinggal sewaan yang meliputi kostan, rumah sewa/kontrakan dan asrama karena sebagian besar responden merupakan mahasiswa IPB yang berasal dari luar daerah Bogor. Besarnya persentase berdasarkan tempat tinggal saat ini dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan tempat tinggal saat ini Tempat Tinggal Kostan Rumah orang tua Rumah sewa/kontrakan Asrama Lainnya Total
Persentase Mahasiwa (%) 45 29 22 3 1 100
Karakteristik mahasiswa konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan pengeluaran setiap bulan terdiri dari 63% memiliki pengeluaran per bulan sebesar Rp 500 001-Rp 1 000 000, 15% memiliki pengeluaran per bulan sebesar Rp 1 000 001-Rp 1 500 000, 13% memiliki pengeluaran per bulan sebesar < Rp 500 000, 8% memiliki pengeluaran per bulan sebesar Rp 1 500 001-Rp 2 000 000 dan 1%
27
memiliki pengeluaran sebesar > Rp 2 000 001. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pengeluaran per bulan sebesar Rp 500 001-Rp 1 000 000 serta juga menunjukkan bahwa dana yang tersedia dan dapat digunakan oleh konsumen sangatlah terbatas. Besarnya persentase berdasarkan pengeluaran setiap bulan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan pengeluaran tiap bulan Pengeluaran
Persentase Mahasiswa (%)
< Rp 500000 Rp 500001 – Rp 1000000 Rp 1000001 – Rp 1500000 Rp 1500001 – Rp 2000000 >Rp 2000000 Total
13 63 15 8 1 100
Karakteristik mahasiswa konsumen teh siap minum Frestea berdasarkan sumber dana menunjukkan bahwa 72% berasal dari orang tua, 17% berasal dari beasiswa, 4% berasal dari penghasilan sendiri dan 7% berasal dari kombinasi orang tua, beasiswa dan penghasilan sendiri atau kombinasi orang tua dan beasiswa atau kombinasi penghasilan sendiri dan orang tua atau kombinasi beasiswa dan penghasilan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas konsumen yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki sumber dana yang masih berasal dari orang tua, mengingat responden adalah mahasiswa S1 yang pada umumnya belum memiliki penghasilan/pendapatan sendiri. Besarnya persentase berdasarkan sumber dana dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan sumber dana Sumber Dana Orang tua Beasiswa Penghasilan sendiri Lainnya Total
Persentase Mahasiswa (%) 72 17 4 7 100
28
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Menurut Armstrong dan Kotler (2011) proses keputusan konsumen dalam melakukan pembelian tediri dari lima tahapan yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan perilaku pasca pembelian. Dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen akan melewati atau membalik tahapan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini akan dijelaskan proses pengambilan kepurusan yang dilakukan oleh para responden yang melakukan pembelian teh siap minum Frestea. Pengenalan Kebutuhan Sebelum melakukan pembelian, konsumen mengenali adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan yang dibutuhkan oleh konsumen dapat dipicu oleh rangsangan (stimuli) internal atau rangsangan eksternal. Motivasi dan manfaat merupakah salah satu faktor yang mampu mempengaruhi tindakan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan hasil penelitian, alasan/motivasi utama konsumen dalam membeli teh siap minum Frestea adalah Frestea berfungsi sebagai minuman penghilang rasa haus yang menyegarkan sebesar 63%. Alasan/motivasi kedua yaitu sebesar 30% karena Frestea mudah diperoleh. Alasan/motivasi ketiga yaitu sebesar 6% karena mutu produk yang sesuai dan alasan/motivasi keempat yaitu sebesar 1% karena dorongan promosi/iklan. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa motivasi konsumen dalam membeli Frestea adalah Frestea dipercaya sebagai minuman penghilang rasa haus. Besarnya persentase mengenai alasan/motivasi konsumen membeli Frestea dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran alasan/motivasi memilih untuk mengonsumsi Frestea Persentase Alasan/Motivasi Mahasiswa (%) Minuman penghilang rasa haus yang menyegarkan 63 30 Mudah diperoleh 6 Mutu produk yang sesuai 1 Dorongan promosi/iklan Total 100 Selanjutnya adalah mengenai manfaat yang paling diinginkan oleh konsumen ketika hendak membeli Frestea. Konsumen menyatakan bahwa rasa haus hilang apabila meminum Frestea yang besarnya ialah 92%. Konsumen yang setuju bahwa Frestea merupakan bagian dari gaya hidup adalah sebesar 2%. Kemudian, 3% menyatakan tidak ada manfaatnya dan 3% lainnya menyatakan bahwa Frestea memiliki rasa yang menyegarkan atau minuman yang mengandung antioksidan. Berdasarkan hasil jawaban para responden, manfaat dari Frestea adalah mampu menghilangkan rasa haus yang dirasakan oleh konsumen. Besarnya persentase mengenai manfaat yang didapat konsumen setelah mengonsumsi Frestea dapat dilihat pada Tabel 12.
29
Tabel 12 Sebaran manfaat yang didapat setelah mengonsumsi Frestea Manfaat
Persentase Mahasiswa (%)
Rasa haus hilang Tidak ada manfaatnya Bagian dari gaya hidup Lainnya Total
92 3 2 3 100
Pencarian Informasi Setelah konsumen mampu mengenali kebutuhan yang harus dipenuhi, langkah selanjutnya adalah tahap pencarian informasi. Pada tahap pencarian informasi, konsumen dapat mendapatkan informasi mengenai produk dari berbagai sumber yang konsumen percayai. Pencarian informasi penting untuk dilakukan agar konsumen memiliki pengetahuan terntang suatu produk sehingga kesalahan konsumen dalam memilih produk dapat diperkecil. Berdasarkan hasil penelitian, infomasi mengenai Frestea diperoleh dari media elektronik yaitu sebesar 92%. Selanjutnya, konsumen memperoleh informasi melalui media cetak sebesar 4% dan 4% lainnya yaitu, informasi berasal dari keluarga atau teman/kenalan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa media eletronik adalah media yang mudah untuk diakses. Besarnya persentase mengenai sebaran sumber informasi mengenai Frestea dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran media informasi yang digunakan responden Frestea Persentase Mahasiswa Media Informasi (%) Media elektronik (tv, internet, radio dan lain-lain) 92 Media cetak (koran, majalah, brosur dan lain4 lain) Lainnya 4 Total 100 Ketika konsumen hendak mencari infomasi mengenai Frestea, sebesar 54% menyatakan bahwa fokus utama infomasi yang dicari adalah mengenai rasa Frestea. Sebesar 12% menyatakan tentang harga, sebesar 10% menyatakan tentang kemudahan memperoleh, sebesar 7% menyatakan tentang kemasan, sebesar 8% menyatakan tentang halal dan izin BPOM, sebesar 4% menyatakan aroma, sebesar 3% menyatakan tentang tanggal kadaluarsa dan sebesar 2% menyatakan tentang volume. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sangat memperhatikan rasa Frestea. Besarnya persentase mengenai fokus perhatian konsumen berdasarkan informasi yang diterima dapat dilihat pada Tabel 14.
30
Tabel 14 Sebaran fokus perhatian responden berdasarkan infomasi yang didapatkan Fokus Perhatian Harga Rasa Kemudahan memperoleh Kemasan Volume Aroma Halal dan izin BPOM Tanggal kadaluarsa Total
Persentase Mahasiswa (%) 12 54 10 7 2 4 8 3 100
Selanjutnya yaitu pengaruh promosi kepada konsumen, sebesar 51% menyatakan bahwa promosi tidak berpengaruh terhadap pembelian Frestea sedangkan sebesar 49% menyatakan bahwa promosi berpengaruh terhadap pembelian Frestea. Hal ini menunjukkan bahwa promosi produk Frestea belum cukup untuk mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian konsumen. Besarnya persentase mengenai pengaruh promosi dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Pengaruh promosi kepada responden Pengaruh Promosi Berpengaruh Tidak berpengaruh Total
Persentase Mahasiswa (%) 49 51 100
Evaluasi Alternatif Tahap pengenalan kebutuhan dan pencarian informasi sudah dilalui oleh konsumen. Selanjutnya, adalah tahap evaluasi alternatif. Pada tahap evaluasi alternatif, konsumen akan mengevaluasi infomasi yang sudah didapatkan sehingga nantinya konsumen dapat memiliki berbagai alternatif pilihan. Konsumen akan menggunakan perhitungan yang teliti dalam mengevaluasi produk yang hendak dibeli tetapi ada juga konsumen yang sedikit mengevaluasi atau tidak mengevaluasi produk yang hendak dibeli sama sekali. Atribut produk yang paling dipertimbangkan oleh konsumen adalah rasa Frestea yaitu sebesar 45%.Pertimbangan selanjutnya yaitu sebesar 27% adalah mengenai harga Frestea, sebesar 12% mengenai kemudahan memperoleh, sebesar 8% adalah mengenai izin halal dan BPOM, sebesar 3% mengenai volume dan aroma serta 1% mengenai kemasan dan tanggal kadaluarsa. Atribut produk yang sangat dipertimbangkan oleh konsumen adalah rasa. Hal ini sejalan dengan fokus perhatian konsumen yaitu sama-sama memperhatikan rasa Frestea sehingga dapat disimpulkan bahwa konsumen sangat memperhatikan rasa Frestea. Besarnya persentase mengenai atribut Frestea yang dipertimbangakan dapat dilihat pada Tabel 16.
31
Tabel 16 Sebaran atribut Frestea yang dipertimbangkan oleh responden Pertimbangan Atribut Harga Rasa Kemudahan memperoleh Kemasan Volume Aroma Halal dan izin BPOM Tanggal kadaluarsa Total
Persentase Mahasiswa (%) 27 45 12 1 3 3 8 1 100
Selanjutnya adalah mengenai konsumsi teh siap minum lainnya selain teh siap minum Frestea. Semua konsumen yaitu sebesar 100% menyatakan bahwa konsumen juga mengonsumsi teh siap minum selain merek Frestea. Sebesar 41% menyatakan bahwa pertimbangan dalam mengkonsumsi teh siap minum bukan Frestea ialah rasa. Selanjutnya, sebesar 28% mempertimbangkan kemudahan memperoleh, sebesar 26% mempertimbangkan harga, sebesar 2% mempertimbangkan kemasan dan volume sebesar 3%. Hal ini menunjukkan bahwa atribut teh siap minum lainnya yaitu rasa juga dipertimbangkan oleh konsumen responden teh siap minum Frestea. Besarnya persentase mengenai atribut teh siap minum selain Frestea yang dipertimbangkan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Sebaran atribut teh siap minum selain Frestea yang dipertimbangkan oleh responden Pertimbangan Atribut Harga Rasa Kemudahan memperoleh Kemasan Volume Total
Persentase Mahasiswa (%) 26 41 28 2 3 100
Pembelian Tahap selanjutnya setelah tahap evaluasi alternatif adalah tahap pembelian. Pada tahap pembelian, konsumen sudah memiliki pengetahuan mengenai produk yang akan dibeli sehingga konsumen dapat dengan mudah memutuskan apa saja yang akan dibeli tetapi terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian, yaitu sikap orang lain dan faktor situasional tidak terduga (Armstrong dan Kotler 2011). Berdasarkan hasil penelitian, sebesar 93% menyatakan bahwa yang paling berpengaruh dalam pembelian teh siap minum Frestea adalah diri sendiri. Sebesar
32
6% dipengaruhi oleh teman dan sebesar 1% dipengaruhi oleh keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa dorongan dari diri sendiri berpengaruh dalam pembelian teh siap minum Frestea. Data persentase mengenai yang paling mempengaruhi secara rinci dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Sebaran individu yang paling mempengaruhi responden Individu Yang Mempengaruhi Diri sendiri Keluarga Teman Total
Persentase Mahasiswa (%) 93 1 6 100
Sebesar 61% konsumen menyatakan bahwa pembelian Frestea tergantung situasi sehingga dapat diartikan bahwa konsumen hendak membeli teh siap minum hanya saja ada kemungkinan jika Frestea bukan produk teh siap minum yang ingin dibeli pada saat itu. Sebesar 39% konsumen menyatakan tidak pernah direncanakan sehingga dapat diartikan bahwa niat konsumen untuk membeli Frestea timbul secara tidak terduga. Besarnya persentase mengenai keputusan pembelian Frestea dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Sebaran keputusan pembelian Frestea Cara memutuskan pembelian Tidak pernah direncanakan Tergantung situasi Total
Persentase Mahasiswa (%) 39 61 100
Mayoritas konsumen yaitu sebesar 73% menyatakan bahwa tempat membeli Frestea adalah di supermarket/hypermarket/minimarket. Sebagian konsumen lainnya yaitu sebesar 25% menyatakan membeli Frestea di warung dan sebesar 2% menyatakan membeli Frestea di rumah makan/restoran/kafe. Di daerah sekitar kampus IPB Dramaga terlihat banyak minimarket diletak yang strategis dan mudah dijangkau sehingga lebih banyak mahasiwa yang membeli di minimarket. Besarnya persentase mengenai tempat membeli Frestea dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran tempat membeli Frestea Tempat Membeli Supermarket/hypermarket/minimarket Warung Rumah makan/restoran/kafe Total
Persentase Mahasiswa (%) 73 25 2 100
33
Perilaku Pasca Pembelian Tahap yang terakhir dalam proses pengambilan keputusan konsumen adalah perilaku pasca pembelian. Pada tahapan ini, terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu konsumen puas atau tidak puas. Jika konsumen puas maka produk tersebut sesuai dengan yang diharapkan konsumen. Jika konsumen tidak puas maka produk tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh konsumen. Sebanyak 91% konsumen menyatakan bahwa konsumen merasa puas dengan produk teh siap minum Frestea sedangkan 9% konsumen menyatakan tidak puas dengan produk teh siap minum Frestea. Berdasarkan hasil jawaban para konsumen tersebut, dapat dikatakan bahwa mayoritas konsumen merasa puas. Konsumen yang puas tersebut diharapkan menjadi konsumen yang loyal terhadap teh siap minum Frestea. Besarnya persentase mengenai kepuasan konsumen dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21 Sebaran kepuasan responden terhadap Frestea Tingkat Kepuasan
Persentase Mahasiswa (%)
Puas Tidak puas Total
91 9 100
Sebanyak 98% konsumen menyatakan bahwa apabila Frestea tidak tersedia pada saat hendak membeli Frestea, maka akan beralih ke produk teh siap minum lainnya sedangkan 2% menyatakan tidak akan melakukan pembelian apabila Frestea tidak tersedia. Besarnya persentase mengenai alternatif pilihan jika Frestea tidak tersedia dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Sebaran alternatif pilihan apabila Frestea tidak tersedia Tingkat Kepuasan Beralih ke produk teh siap minum lainnya Tidak melakukan pembelian Total
Persentase Mahasiswa (%) 98 2 100
Jika Frestea mengalami kenaikan harga maka sebesar 67% konsumen responden menyatakan akan beralih ke produk teh siap minum lainnya sedangkan sebesar 24% konsumen menyatakan akan tetap membeli dan sebesar 9% konsumen menyatakan tidak akan melakukan pembelian. Besarnya persentase mengenai tanggapan konsumen apabila Frestea mengalami kenaikan harga dapat dilihat pada Tabel 23.
34
Tabel 23 Sebaran tanggapan yang akan dilakukan responden apabila Frestea mengalami kenaikan harga Tanggapan Responden Jika Terjadi Persentase Mahasiswa (%) Kenaikan Harga Beralih ke produk teh siap minum lainnya 67 Tidak melakukan pembelian 9 Tetap membeli 24 Total 100 Berdasarkan jawaban konsumen, sebesar 43% menyatakan bahwa terakhir kali membeli Frestea adalah sekitar seminggu yang lalu. Selanjutnya, sebesar 27% konsumen menyatakan dua minggu yang lalu, sebesar 16% konsumen menyatakan sebesar sebulan yang lalu dan sebesar 14% menyatakan tiga minggu yang lalu. Besarnya persentase mengenai waktu terakhir pembelian Frestea dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24 Waktu terakhir pembelian Frestea Waktu Terakhir Pembelian
Persentase Mahasiswa (%)
Seminggu yang lalu Dua minggu yang lalu Tiga minggu yang lalu Sebulan yang lalu Total
43 27 14 16 100
Berdasarkan hasil penelitian, jika kenaikan harga Frestea akan benar-benar terjadi, sebesar 78% konsumen menyatakan bahwa akan menolerir kenaikan harga 1% hingga 10%. Selanjutnya, sebesar 16% menyatakan tidak akan menolerir kenaikan harga dan sebesar 6% akan menolerir sebesar 11% hingga 20%. Besarnya persentase mengenai kenaikan harga yang ditolerir secara jelas dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25 Sebaran tanggapan mengenai kenaikan harga yang masih ditolerir Kenaikan Harga Yang Ditolerir 1% - 10% 11% - 20% Tidak mentolerir kenaikan harga Total
Persentase Mahasiswa (%) 78 6 16 100
. Sebanyak 74% konsumen menunjukkan bahwa mereka memiliki niat untuk melakukan pembelian berulang sedangkan sebanyak 26% menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk melakukan pembelian berulang. Besarnya persentase mengenai sebaran pembelian kembali dapat dilihat pada Tabel 26.
35
Tabel 26 Sebaran pembelian kembali Frestea Mau Melakukan Pembelian Kembali
Persentase Mahasiswa (%)
Ya Tidak Total
74 26 100
Analisis Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk Frestea Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari 100 orang responden, dapat diketahui penilaian konsumen terhadap atribut produk dalam bentuk skor kepercayaan (bi) dan skor kepentingan (ei)sehingga akan diketahui skor sikap konsumen (Ao) terhadap atribut produk Frestea. Atribut produk yang diteliti berjumlah 13 atribut yaitu harga produk, merek produk, kemudahan mengingat produk, kemasan menarik, ukuran kemasan, keamanan kemasan, komposisi produk kehalalan produk, keamanan isi produk, promosi produk, kemudahan mendapatkan produk, variasi rasa serta kesesuaian rasa dan aroma. Evaluasi tingkat kepercayaan dan kepentingan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan rentang skor yaitu dari 1 hingga 5. Analisis Tingkat Kepercayaan Analisis tingkat kepercayaan dilakukan untuk mendapatkan skor kepercayaan (bi). Skor kepercayaan menjelaskan besarnya kepercayaan konsumen terhadap atribut produk yang ada pada produk tersebut. Evaluasi tingkat kepercayaan diukur dengan menggunakan skala Likert dengan rentang skor yaitu dari 1 hingga 5. Semakin tinggi skor kepercayaan suatu produk maka semakin percaya pula konsumen dengan produk tersebut. Berdasarkan Tabel 27, dapat diketahui bahwa atribut kehalalan produk merupakan atribut yang paling dipercaya oleh konsumen dengan skor kepercayaan sebesar 4.48. Hal ini menunjukkan bahwa atribut kehalalan produk merupakan atribut produk yang paling dipercaya oleh konsumen. Atribut dengan skor kepercayaan kedua tertinggi adalah keamanan isi produk dengan skor kepercayaan sebesar 4.23. Atribut keamanan kemasan produk adalah atribut produk dengan skor kepercayaan tertinggi ketiga dengan skor sebesar 4.13. Atribut promosi produk merupakan atribut produk yang memiliki skor sebesar 3.57 sehingga merupakan atribut dengan skor kepercayaan terendah dan menunjukkan bahwa atribut promosi produk merupakan atribut produk yang kurang dipercaya oleh konsumen. Atribut merek produk memiliki skor kepercayaan terendah kedua dengan skor sebesar 3.69. Skor kepercayaan terendah ketiga dimiliki oleh atribut kemasan dengan skor sebesar 3.72.
36
Tabel 27 Skor kepercayaan (bi) atribut konsumen Frestea Frekuensi pada setiap nilai skala Skor Atribut Produk Kepercayaan (bi) 1 2 3 4 5 Harga produk 0 0 22 45 33 4.11 terjangkau Merek produk 1 4 33 49 13 3.69 Kemudahan mengingat 0 4 24 60 12 3.80 produk Kemasan menarik 0 3 34 51 12 3.72 Ukuran kemasan 0 1 27 52 20 3.91 Keamanan kemasan 0 1 19 46 34 4.13 produk Komposisi produk 0 1 20 52 27 4.05 Kehalalan produk 0 1 6 37 56 4.48 Keamanan isi produk 0 1 13 48 38 4.23 Promosi produk 0 5 45 38 12 3.57 Kemudahan 0 1 31 40 28 3.95 mendapatkan produk Variasi rasa produk 0 1 32 45 18 3.76 Kesesuaian rasa dan 0 1 32 45 22 3.88 aroma Analisis Tingkat Kepentingan Tabel 28 menunjukan hasil evaluasi tingkat kepentingan (ei) terhadap atribut-atribut Frestea. Dari Tabel 28 dapat diketahui bahwa atribut keamanan isi produk dengan skor sebesar 4.77 merupakan skor kepentingan tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa keamanan isi produk merupakan atribut yang paling penting dan diinginkan oleh konsumen. Atribut produk yang memiliki nilai skor kepentingan tertinggi kedua adalah kehalalan produk dengan skor kepentingan sebesar 4.72. Atribut produk yang memiliki skor kepentingan tertinggi ketiga adalah keamanan kemasan produk dengan skor sebesar 4.63. Atribut merek produk memiliki skor kepentingan terendah yaitu sebesar 3.38, hal ini menunjukkan bahwa merek produk merupakan atribut yang dipandang kurang penting bagi konsumen. Atribut promosi produk memiliki skor kepentingan terendah kedua dengan skor sebesar 3.41. Skor terendah ketiga dimiliki oleh atribut kemudahan mengingat produk dengan skor sebesar 3.72.
37
Tabel 28 Skor tingkat kepentingan (ei) atribut konsumen Frestea Frekuensi pada setiap nilai skala Atribut Produk 1 2 3 4 5 Harga produk 0 1 12 35 52 terjangkau Merek produk 6 10 33 42 9 Kemudahan 2 11 20 47 20 mengingat produk Kemasan menarik 1 6 22 48 23 Ukuran kemasan 0 2 17 47 34 Keamanan 0 0 7 23 70 kemasan produk Komposisi 0 4 10 35 51 produk Kehalalan produk 0 3 4 11 82 Keamanan isi 0 0 2 19 79 produk Promosi produk 1 17 34 36 12 Kemudahan mendapatkan 1 3 25 38 33 produk Variasi rasa 3 6 24 44 23 produk Kesesuaian rasa 0 3 15 34 48 dan aroma
Skor Kepentingan (ei) 4.38 3.38 3.72 3.86 4.13 4.63 4.33 4.72 4.77 3.41 3.99 3.78 4.27
Keamanan isi produk merupakan atribut yang dinilai paling penting oleh konsumen ketika memutuskan untuk melakukan pembelian Frestea dengan skor kepentingan sebesar 4.77. Apabila dilihat dari skor kepercayaan, keamanan isi produk memiliki skor sebesar 4.23 sehingga atribut keamanan isi produk dinilai oleh konsumen masih berada dibawah harapan konsumen. Atribut merek produk merupakan atribut yang dinilai paling tidak penting oleh konsumen apabila konsumen melakukan pembelian Frestea dengan skor kepentingan sebesar 3.38. Jika dilihat dari skor kepercayaan, merek produk memiliki skor sebesar 3.69 sehingga atribut merek produk ternyata dinilai lebih baik daripada yang diharapkan oleh konsumen. Analisis Sikap Konsumen Skor sikap secara keseluruhan (Ao) digunakan untuk mengetahui nilai sikap konsumen secara keseluruhan terhadap suatu produk. Sebelum mendapatkan skor sikap secara keseluruhan, terlebih dahulu harus dihitung skor sikap tiap atribut. Skor sikap tiap atribut didapatkan melalui hasil perkalian skor kepercayaan (bi) dan skor kepentingan (ei) tiap atribut produk. Kemudian, semua skor sikap per atribut dijumlahkan sehingga mendapatkan hasil skor sikap secara keseluruhan (Ao).
38
Untuk mengetahui sikap konsumen secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik atau tidak baik maka harus dihitung terlebih dahulu skala intervalnya. Skor maksimum diperoleh dari skor kepercayaan maksimum dikalikan skor kepentingan maksimum dikalikan jumlah atribut produk, maka skor maksimumnya adalah 325 (5 x 5 x 13). Skor minimum diperoleh dari jumlah atribut produk, yaitu 13. Perhitungan skala interval ialah sebagai berikut: Skala Interval =
(
)
Maka, 13 – 75.4: sangat tidak baik 75.5 – 137.9: tidak baik 138 – 200.4: cukup baik 200.5 – 262.9: baik 263 – 325.4: sangat baik Skor sikap konsumen secara keseluruhan adalah 211.81 yang berada pada skala interval 200.5 -262.9 sehingga sikap konsumen terhadap Frestea dapat dikatakan baik. Skor sikap konsumen secara keseluruhan dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 29. Tabel 29 Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein terhadap konsumen Atribut Produk Harga produk terjangkau Merek produk Kemudahan mengingat produk Kemasan menarik Ukuran kemasan Keamanan kemasan produk Komposisi produk Kehalalan produk Keamanan isi produk Promosi produk Kemudahan mendapatkan produk Variasi rasa produk Kesesuaian rasa dan aroma ∑bixei
Skor Kepercayaan (bi) 4.11 3.69 3.80 3.72 3.91 4.13 4.05 4.48 4.23 3.57 3.95 3.76 3.88
Skor Kepentingan (ei) 4.38 3.38 3.72 3.86 4.13 4.63 4.33 4.72 4.77 3.41 3.99 3.78 4.27
Skor Sikap (Ao) bixei 18.00 12.47 14.14 14.36 16.15 19.12 17.54 21.15 20.18 12.17 15.76 14.21 16.57 211.81
39
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Konsumen dalam Keputusan Pembelian Frestea Pada penelitian ini terdapat 13 variabel yang akan dianalisis yaitu: budaya dan sub budaya, kelas sosial, grup dan jaringan sosial online, keluarga, peran dan status, usia, situasi ekonomi, gaya hidup, kepribadian, motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepercayaan dan sikap. Sebelum melakukan analisis faktor lebih lanjut terdapat asumsi-asumi yang harus dipenuhi terlebih dahulu, yaitu (Santoso 2006): 1. Korelasi antarvariabel independen. Korelasi antar variabel independen harus cukup kuat yaitu > 0.5. Yang dapat dilihat pada nilai KMO dan Bartlett’s Test of Sphericity. 2. Korelasi parsial. Korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel lain harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi parsial dapat dilihat pada Anti-Image Matrices. 3. Pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi antar variabel), diukur dengan besaran Bartlett’s Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikasi diantara paling sedikit beberapa variabel. 4. Pada beberapa kasus, asumsi normalitas dari variabel-variabel atau faktor yang terjadi sebaiknya dipenuhi. Hasil dari uji KMO yang didapatkan pada penelitian ini dengan menggunakan adalah sebesar 0.809 dan hasil uji Bartlett’s Test of Sphericity dengan nilai Chi Square sebesar 666.452 dengan signifikasi 0.0000 (dapat dilihat pada Lampiran 4). Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat dikatakan bahwa variabel tersebut dapat digunakan untuk analisis faktor. Selanjutnya, untuk melihat korelasi antar variabel independen maka dapat dilihat pada tabel AntiImage Matrices yang ditandai dengan huruf a (dapat dilihat pada Lampiran 5). Nilai yang diperhatikan adalah nilai MSA (Measure Sampling Adequacy). Menurut Santoso (2006), ketentuan mengenai nilai MSA ialah sebagai berikut: 1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. 2. MSA > 0.5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. 3. MSA < 0.5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Demi memudahkan pembacaan nilai MSA yang didapatkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 30. Nilai MSA semua variabel menunjukkan nilai MSA > 0.5 sehingga semua variabel ini dapat dianalisis lebih lanjut.
40
Tabel 30 Ringkasan nilai MSA Variabel Budaya dan sub budaya Kelas sosial Grup dan jaringan sosial online Keluarga Peran dan status Usia Situasi ekonomi Gaya hidup Kepribadian Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepercayaan dan sikap
Nilai MSA 0.886 0.877 0.721 0.744 0.764 0.815 0.838 0.852 0.832 0.740 0.761 0.880 0.875
Langkah selanjutnya ialah melakukan ekstraksi variabel yang ada sehingga akan terbentuk faktor yang lebih sedikit yang berasal dari variabel yang ada. Proses ekstraksi variabel tersebut menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Hasil yang didapatkan dengan metode PCA berupa nilai communalities. Pada output SPSS 17 berupa Tabel Communalities (dapat dilihat pada Lampiran 6), nilai communalities yang terbentuk menunjukkan besarnya persentase varian suatu variabel yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Misal, pada variabel keluarga, nilai communalities yang terbentuk adalah sebesar 0.783 yang artinya adalah 78.3% varian dari variabel keluarga dapat dijelaskan oleh faktor pembentuk. Semakin besar nilai communalities menunjukkan semakin kuat hubungan dengan faktor yang akan terbentuk. Tabel 31 menunjukan nilai communalities setiap variabel yang sudah diurutkan dari nilai terbesar hingga nilai terkecil. Tabel 31 Ringkasan nilai Communalities Variabel Keluarga Persepsi Motivasi Grup dan jaringan sosial online Pembelajaran Kepercayaan dan sikap Budaya dan sub budaya Situasi ekonomi Gaya hidup Usia Kelas sosial Kepribadian Peran dan status
Nilai Communalities 0.783 0.747 0.742 0.733 0.704 0.683 0.667 0.641 0.627 0.620 0.612 0.532 0.445
41
Tabel Total Variance Explained pada output SPSS 17 (dapat dilihat pada Lampiran 7) digunakan untuk mengetahui banyaknya faktor yang terbentuk. Faktor yang terbentuk harus memiliki nilai eigenvalues ≥ 1. Nilai eigenvalues menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung ragam semua peubah yang dianalisis. Berdasarkan hasil output yang dihasilkan, dapat diketahui bahwa jumlah faktor yang terbentuk terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor pertama memiliki nilai eigenvalues sebesar 5.855, faktor kedua memiliki nilai eigenvalues sebesar 1.592, faktor ketiga memiliki nilai eigenvalues sebesar 1.089. Ketiga faktor yang terbentuk ini memiliki nilai total percentage of variance sebesar 65.669% yang artinya adalah 65.669% dari seluruh variabel dapat dijelaskan oleh ketiga faktor yang terbentuk tersebut. Grafik Scree Plot (dapat dilihat pada Lampiran 8) digunakan untuk menunjukkan tiga faktor yang terbentuk. Pada sumbu vertikal di grafik Scree Plot merupakan nilai eigenvalue sedangkan pada sumbu horizontal merupakan seluruh faktor yang dianalisis. Titik-titik yang terbentuk pada grafik kemudian ditarik garis yang akan mewakili eigenvalue setiap faktor. Tabel Component Matrix (dapat dilihat pada Lampiran 9) digunakan untuk mengelompokkan variabel yang telah diekstrak ke dalam bentuk factor loading. Hasil yang didapatkan menunjukkan korelasi terbesar suatu variabel yang dianalisis terhadap salah satu faktor yang terbentuk. Factor loading pada tabel component matrix belum terlihat dengan jelas sehingga perlu dilakukan rotasi agar factor loading tersebut dapat terlihat jelas terhadap salah satu faktor yang terbentuk. Pada Tabel Rotated Component Matrix (dapat dilihat pada Lampiran 10) menunjukkan bahwa variabel yang telah diekstrasi dan dirotasi sehingga dapat dengan lebih mudah untuk mengetahui variabel-variabel apa saja yang termasuk ke dalam faktor-faktor yang terbentuk. Penentuan variabel yang termasuk kedalam faktor terbentuk dengan cara membandingkan factor loading yang ada pada baris yang sama. Factor loading terbesar yang ada di baris tersebut akan dimasukkan kedalam faktor terbentuk dimana nilai factor loading tersebut berada. Misal, pada baris keluarga, factor loading yang berada di kolom faktor 1 bernilai 0.858, bernilai 0.214 jika berada di kolom faktor 2 dan bernilai – 0.023 jika berada di kolom faktor 3 maka variabel keluarga dimasukkan kedalam faktor 1 karena memiliki factor loading terbesar yang ada pada baris tersebut. Pada Tabel Component Transformation Matrix (dapat dilihat pada Lampiran 11), menunjukkan bahwa masing-masing faktor yang terbentuk memiliki korelasi yang kuat karena masing-masing faktor yang terbentuk memiliki factor loading > 0.5. Gambar Component Plot in Rotated Space menunjukkan letak keseluruhan variabel pada faktor yang terbentuk (dapat dilihat pada Lampiran 12). Penamaan terhadap faktor-faktor yang terbentuk pada umumnya dilakukan dengan dua cara, yaitu menamai faktor yang terbentuk dengan nama yang mewakili semua variabel yang membentuk faktor yang terbentuk atau dengan menamai faktor yang terbentuk dengan variabel yang memiliki factor loading yang tertinggi. Pada penelitian ini, pemberian nama faktor yang terbentuk berdasarkan nama yang hampir mampu mewakili seluruh variabel yang membentuk faktor yang terbentuk.
42
Tabel 32 Pembagian variabel kedalam faktor yang terbentuk Faktor Eigenvalue Varian(%) Variabel Pengaruh 5.855 Lingkungan Sekitar dan Sosial
45.041
Psikologis
1.592
12.247
Perbedaan Individu
1.089
8.381
Keluarga Grup dan jaringan social online Budaya dan sub budaya Kelas social Kepribadian Peran dan status Motivasi Pembelajaran Kepercayaan dan sikap Persepsi Situasi ekonomi Gaya hidup Usia
Factor Loading 0.858 0.837 0.676 0.663 0.545 0.467 0.810 0.771 0.770 0.759 0.757 0.709 0.618
Faktor yang terbentuk pertama dinamakan dengan faktor pengaruh lingkungan sekitar dan sosial. Faktor pengaruh lingkungan sekitar dan sosial terdiri dari keluarga, grup dan jaringan sosial online (terdiri dari teman, kenalan baik berkenalan secara pribadi ataupun melalui jejaring sosial), budaya dan sub budaya, kelas sosial dan kepribadian. Faktor pertama ini memiliki nilai eigenvalue sebesar 5.855 dan memiliki varian sebesar 45.041 %. Faktor yang terbentuk kedua dinamakan dengan faktor psikologis. Faktor psikologis terdiri dari peran dan status, motivasi, pembelajaran serta kepercayaan dan sikap. Faktor kedua ini memiliki nilai eigenvalue sebesar 1.592 dan varian sebesar 12.247%. Faktor yang terbentuk ketiga dinamakan dengan faktor perbedaan individu. Faktor perbedaan individu terdiri dari situasi ekonomi, gaya hidup dan usia. Faktor ketiga ini memiliki nilai eigenvalue sebesar 1.089 dan varian sebesar 8.381%.
Implikasi Manajerial Strategi pemasaran terdiri dari tiga langkah yaitu segmentasi, targeting dan positioning (STP). Strategi STP dapat diterapkan apabila produsen mengetahui karakteristik konsumen. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa karakteristik mahasiswa yang menjadi konsumen Frestea di IPB, didominasi oleh konsumen wanita, konsumen berusia 21 tahun, konsumen yang berasal dari berbagai daerah di Jawa, konsumen yang bertempat tinggal di kostan, konsumen dengan pengeluaran per bulan sebesar Rp 500 001 – Rp 1 000 000 dan konsumen yang dananya berasal dari orang tua.
43
Berdasarkan hasil penelitian, segmentasi yang dapat dilakukan oleh teh siap minum Frestea ialah segmentasi demografis yang terdiri dari usia dan profesi, yaitu usia 21 tahun yang berprofesi sebagai mahasiswa. Targeting teh siap minum Frestea adalah mahasiswa yang menginginkan minuman penghilang rasa haus yang menyegarkan dan positioning produk sebagai minuman penghilang rasa haus. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa motivasi mayoritas mahasiswa dalam mengonsumsi teh siap minum Frestea adalah sebagai penghilang rasa haus yang menyegarkan. Hasil penelitian ini juga dapat dikaitkan dengan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi. Jika dilihat dari sisi produk, konsumen menyatakan puas dengan teh siap minum Frestea. Atribut produk kehalalan produk, keamanan isi produk dan keamanan kemasan produk telah memiliki nilai yang baik dimata konsumen sehingga ketiga atribut tersebut hendaknya selalu dijaga oleh produsen. Selanjutnya, produsen Frestea perlu juga untuk mengetahui varian rasa apa saja yang paling dinginkan oleh konsumen. Hal ini perlu untuk diketahui karena konsumen yang mengonsumsi teh siap Frestea menyatakan bahwa rasa dari Frestea mempengaruhi keputusan pembelian. Pada sisi promosi, jika dilihat dari hasil analisis multriatribut Fishbein bahwa promosi produk tidak terlalu penting di mata konsumen. Hal ini diketahui dari hasil analisis multiatribut Fishbein yang mengukur skor sikap konsumen secara keseluruhan yang ternyata promosi produk memiliki skor terendah. Hampir seluruh responden menyatakan pernah melihat promosi Frestea yang dilakukan di media elektronik dengan fokus perhatiannya adalah rasa Frestea tetapi promosi tersebut belum mampu mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian. Pada sisi harga, jika dilihat dari hasil analisis multiatribut Fishbein bahwa harga masih dapat terjangkau karena hasil analisis menghasilkan skor sikap konsumen secara keseluruhan tertinggi keempat. Produsen Frestea sebaiknya dapat mempertahankan harga produk yang terjangkau tersebut agar konsumen tidak beralih ke produk lain. Jika terjadi kenaikan harga sebagian besar konsumen menyatakan akan beralih ke produk lain serta sebagian lainnya menyatakan akan tetap membeli Frestea meskipun terjadi kenaikan harga. Batas besarnya kenaikan harga produk yang ditolerir oleh konsumen adalah sebesar 1% - 10 %. Pada sisi tempat, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen membeli Frestea di supermarket/hypermarket/minimarket. Di daerah sekitar kampus IPB Dramaga terlihat banyak minimarket diletak yang strategis dan mudah untuk dijangkau sehingga lebih banyak mahasiwa yang membeli di minimarket daripada di warung. Hampir di setiap minimarket yang berada di sekitar kampus IPB Dramaga terdapat mesin pendingin yang khusus menyediakan produk-produk dari CCBI sehingga konsumen yang merupakan mahasiswa IPB dapat dengan mudah mendapatkan Frestea.
44
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik konsumen teh siap minum Frestea dalam penelitian ini mayoritas adalah perempuan yaitu sebesar 60% serta mayoritas usia konsumen adalah 21 tahun sebesar 46%. Hampir semua konsumen dalam penelitian ini berasal dari daerah Jawa yaitu sebesar 80%. Sebagian besar konsumen, saat ini bertempat tinggal di kostan yaitu sebesar 45%. Mayoritas pengeluaran setiap bulan para konsumen adalah sebesar Rp 500 001 – Rp 1 000 000 yang besar persentasenya adalah 63%. Sumber dana yang digunakan oleh konsumen berasal dari orang tua yang besarnya adalah 72%. Proses pengambilan keputusan pembelian teh siap minum Frestea terdiri dari lima tahap, yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Pada tahap pengenalan kebutuhan, motivasi konsumen dalam membeli teh siap minum Frestea sebagai minuman penghilang rasa haus yang menyegarkan. Manfaat yang dicari oleh konsumen dalam membeli Frestea adalah agar rasa haus hilang. Pada tahap pencarian informasi, sumber informasi mengenai Frestea berasal dari media elektronik (tv, internet, radio dan lain-lain). Fokus perhatian atribut berdasarkan infomasi yang didapatkan oleh konsumen adalah mengenai rasa Frestea. Menurut konsumen, promosi tidak berpengaruh terhadap pembelian teh siap minum Frestea. Pada tahap evaluasi alternatif, atribut produk teh siap minum Frestea yang dipertimbangkan oleh kosnumen adalah rasa. Selain Frestea, konsumen juga mengonsumi teh siap minum lainnya dengan atribut produk yang dipertimbangkan adalah rasa. Pada tahap pembelian, diri sendiri berpengaruh terhadap pembelian teh siap minum Frestea. Keputusan pembelian teh siap minum Frestea tergantung situasi dan mayoritas konsumen membeli Frestea di supermarket/hypermarket/minimarket. Pada tahap perilaku pasca pembelian, konsumen menyatakan puas dengan teh siap minum Frestea. Mayoritas konsumen menyatakan apabila Frestea tidak tersedia maka akan beralih ke produk teh siap minum lainnya. Jika Frestea mengalami kenaikan harga, sebagian konsumen akan beralih ke produk teh siap minum lainnya. Jangka waktu terakhir pembelian Frestea oleh sebagian besar konsumen ialah seminggu yang lalu. Apabila Frestea mengalami kenaikan harga, konsumen masih akan menolerir kenaikan harga sebesar 1% - 10%. Mayoritas konsumen menyatakan mau melakukan pembelian kembali Frestea. Keputusan pembelian teh siap minum Frestea Frestea dipengaruhi oleh tiga faktor utama yang terbentuk, yaitu faktor pengaruh lingkungan sekitar dan sosial, faktor psikologis, faktor perbedaan individu. Pada hasil evaluasi kepercayaan (bi) terhadap atribut Frestea, kehalalan produk memiliki skor tertinggi.Pada hasil tingkat kepentingan (ei) terhadap atribut Frestea, keamanan isi produk memilik skor tertinggi. Pada hasil analisis sikap konsumen dapat diketahui bahwa Frestea dinilai baik oleh konsumen.
45
Saran Berdasarkan hasil penelitian, promosi produk dan merek produk merupakan atribut yang memiliki nilai sikap konsumen yang kurang baik dimata konsumen sehingga produsen Frestea harus meningkatkan promosi produk dan merek produk dengan cara meningkatkan iklan Frestea sehingga konsumen merasa lebih kenal dengan merek Frestea serta meningkatkan promosi yang dapat disertai dengan bonus-bonus sehingga konsumen semakin tertarik untuk membeli produk Frestea. Semakin ketatnya persaingan di industri teh siap minum karena semakin banyak bermunculan produk teh siap minum merek lain yang menawarkan keunggulannya masing-masing, mengharuskan Frestea untuk terus menjaga kepuasan konsumen. Karena konsumen yang merasa tidak puas dapat beralih ke produk teh siap minum lainnya yang dalam jangka panjang akan memperngaruhi penjualan Frestea.
DAFTAR PUSTAKA Amaliah, Rizki. 2010. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Laptop. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Appiah, R, G, Gloria K. Q. Kwame A. B. 2011. Customer Satisfaction in the Outdoor Advertising Industry. International Journal of Marketing Studies.Vol. 3, No.2; (5). Pp 82-91. Armstrong, Gary dan Philip Kotler. 2011. Marketing An Introduction. Tenth Edition.New Jersey (NJ): Prentice Hall. Azwar, Saifuddin. 2005. Sikap Manusia. Yogyakata (ID): Pustaka Belajar. Dwinada, Frizky. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Minyak Goreng Kemasan Merek Bimoli (Studi Kasus: Rumah Tangga di Kota Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Djaali dan Muljono, Pudji. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta (ID): Grasindo. Euromonitor. 2011. Prospek dan Perkembangan Industri Minuman Ringan di Indonesia. [internet]. [diacu 2014 Maret 3]. Tersedia dari: http://foodreview.co.id/preview.php?view2&id=56483#.UtMs9NIW33E. Hidayat, Alvi. 2010. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda (Studi Kasus Mahasiswa Strata 1 Institut Pertanian Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [IFT] Indonesia Finance Today. 2011. Pasar Minuman Ringan. [internet]. [diacu 2014 Maret 2]. Tersedia dari: http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16932/Pasar-MinumanRingan-Capai-Rp-294-Triliun-di-2012. Mursid, M. 2010. Manajemen Pemasaran. Edisi pertama. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.
46
Pelita.2009. Frestea Kuasai 12 Persen Pangsa Pasar Minuman. [internet]. [diacu 2014 Maret 5]. Tersedia dari: http://www.pelita.or.id/baca.php?id= Peter, Paul J dan Jerry C. Olson. 2010. Consumer Behavior & Marketing Strategy. Ninth Edition. New York (NY): McGraw-Hill/Irwin. Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta (ID): EGC. Rayendratama, Ray Rahadian. 2012. Analisis Perilaku Konsumen Dalam Proses Keputusan Pembelian Handphone Blackberry (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Roswitasari, Linda Dwi. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Pembelian Susu Cair Ultra Milk (Studi Kasus Mahasiswa S1 Institut Pertanian Bogor).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Santoso, Singgih. 2006. Seri Solusi Bisnis Berbasis TI: Menggunakan SPSS Untuk Statistik Multivariat. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Simamora, B. 2005.Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Solomon, Michael R. 2011. Consumer Behavior.Ninth Edition. New Jersey (NJ): Prentice Hall. Suliyanto. 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia. Sumarwan, Ujang. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia Umar, Husein. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. [YLBHI] Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah Hukum. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.
47
LAMPIRAN Lampiran1 Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepercayaan a. Uji validitas Atribut Harga produk terjangkau Merek produk Kemudahan mengingat produk Kemasan menarik Ukuran kemasan Keamanan kemasan produk Komposisi produk Kehalalan produk Keamanan isi produk Promosi produk Kemudahan mendapatkan produk Variasi rasa produk Kesesuaian rasa dan aroma
r hitung 0.668 0.760 0.578 0.663 0.584 0.758 0.734 0.676 0.598 0.607 0.603 0.763 0.770
r tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
b. Uji reliabilitas
Lampiran 2 Hasil uji validitas dan reliabilitas tingkat kepentingan a. Uji validitas Atribut Harga produk terjangkau Merek produk Kemudahan mengingat produk Kemasan menarik Ukuran kemasan Keamanan kemasan produk Komposisi produk Kehalalan produk Keamanan isi produk Promosi produk Kemudahan mendapatkan produk Variasi rasa produk Kesesuaian rasa dan aroma
r hitung 0.381 0.701 0.737 0.667 0.679 0.684 0.487 0.548 0.625 0.623 0.630 0.668 0.732
r tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
48
b. Uji reliabilitas
Lampiran 3 Hasil uji validitas dan reliabilitas faktor – faktor a. Uji validitas Faktor Budaya dan sub budaya Kelas Sosial Grup dan Jaringan Sosial Online Keluarga Peran dan Status Usia Situasi Ekonomi Gaya hidup Kepribadian Motivasi Persepsi Pembelajaran Kepercayaan dan Sikap b. Uji reliabilitas
Lampiran 4 KMO dan Bartlett’s test
r hitung 0.778 0.814 0.735 0.657 0.732 0.586 0.458 0.763 0.680 0.623 0.767 0.591 0.717
r tabel 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361 0.361
Validitas Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
49
Lampiran 5 Anti-image matrices Anti-image Matrices Grupdan Budaya dan Jaringan Sub Budaya Kelas Sosial Sosial Online Anti-image Covariance
Keluarga
Peran dan Status
Situasi Ekonomi
Usia
Gaya Hidup Kepribadian
Motivasi
Persepsi
Pembelajaran
Kepercayaan dan Sikap
,414
-,140
-,066
-,018
,037
-,164
-,004
-,038
,020
-,006
,021
-,006
-,061
-,140
,454
,033
-,067
-,129
-,036
,058
-,020
-,082
,053
-,076
,031
-,001
-,066
,033
,289
-,203
-,166
,060
,049
-,074
-,019
,055
-,054
,042
,025
Budaya dan Sub Budaya Kelas Sosial Grupdan Jaringan Sosial Online Keluarga
-,018
-,067
-,203
,308
,113
-,064
-,007
,054
-,034
-,066
,057
-,008
-,062
Peran dan Status
,037
-,129
-,166
,113
,517
-,081
-,119
-,014
,022
-,117
,085
-,041
-,022
Usia
-,164
-,036
,060
-,064
-,081
,480
-,102
,007
-,094
,093
-,091
-,018
,089
Situasi Ekonomi
-,004
,058
,049
-,007
-,119
-,102
,615
-,196
-,005
-,014
,019
-,005
-,095
Gaya Hidup
-,038
-,020
-,074
,054
-,014
,007
-,196
,514
-,075
,065
-,110
-,036
,043
Kepribadian
,020
-,082
-,019
-,034
,022
-,094
-,005
-,075
,485
-,199
,096
-,015
-,038
Motivasi
-,006
,053
,055
-,066
-,117
,093
-,014
,065
-,199
,349
-,165
,001
-,016
Persepsi
,021
-,076
-,054
,057
,085
-,091
,019
-,110
,096
-,165
,276
-,118
-,081
-,006
,031
,042
-,008
-,041
-,018
-,005
-,036
-,015
,001
-,118
,447
-,155
-,061
-,001
,025
-,062
-,022
,089
-,095
,043
-,038
-,016
-,081
-,155
,435
.886a
-,322
-,192
-,051
,080
-,368
-,008
-,082
,044
-,016
,062
-,014
-,143
-,322
.877a
,092
-,179
-,267
-,076
,110
-,041
-,174
,134
-,214
,070
-,003
-,192
,092
a
.721
-,681
-,429
,162
,116
-,192
-,051
,173
-,192
,117
,070
Pembelajaran Kepercayaan dan Sikap Anti-image Correlation
Budaya dan Sub Budaya Kelas Sosial Grupdan Jaringan Sosial Online Keluarga
-,051
-,179
-,681
.744a
,282
-,167
-,016
,137
-,089
-,202
,196
-,021
-,168
Peran dan Status
,080
-,267
-,429
,282
.764a
-,162
-,212
-,026
,043
-,276
,225
-,086
-,046
Usia
-,368
-,076
,162
-,167
-,162
a
.815
-,187
,013
-,195
,228
-,249
-,039
,195
Situasi Ekonomi
-,008
,110
,116
-,016
-,212
-,187
.838a
-,349
-,008
-,029
,047
-,009
-,184
Gaya Hidup
-,082
-,041
-,192
,137
-,026
,013
-,349
.852a
-,151
,154
-,293
-,075
,092
Kepribadian
,044
-,174
-,051
-,089
,043
-,195
-,008
-,151
.832a
-,483
,262
-,032
-,082
Motivasi
-,016
,134
,173
-,202
-,276
,228
-,029
,154
-,483
.740a
-,531
,003
-,042
Persepsi
,062
-,214
-,192
,196
,225
-,249
,047
-,293
,262
-,531
.761a
-,337
-,234
-,014
,070
,117
-,021
-,086
-,039
-,009
-,075
-,032
,003
-,337
.880a
-,351
-,143
-,003
,070
-,168
-,046
,195
-,184
,092
-,082
-,042
-,234
-,351
.875a
Pembelajaran Kepercayaan dan Sikap
50
Lampiran 6 Communalities
Lampiran 7 Total variance explained
51
Lampiran 8 Scree plot
Lampiran 9 Component matrix
52
Lampiran 10 Rotated component matrix
Lampiran 11 Component transformation matrix
53
Lampiran 12 Component plot in rotated space
54
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 23 Juni 1992 di Jakarta Timur, DKI Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Ridwan dan Sudarmi. Penulis mulai menempuh pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak Melati pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Kebon Pala 02 Pagi Jakarta Timur tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 hingga tahun 2007, penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 214 Jakarta Timur. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 42 Jakarta Timur pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Pada masa perkuliahan, penulis pernah mengikuti berbagai kepanitiaan di Departemen Agribisnis. Penulis pernah menjadi salah satu peserta dalam acara Sua Raptor pada tahun 2011 yang diselenggarakan oleh LAWALATA IPB. Penulis juga pernah menjadi salah satu peserta IGTF (IPB Goes To Field) 2012 di Kabupaten Demak, Jawa Tengah yang diselenggarakan oleh LPPM IPB.